2 minute read

RUMAH KE RUMAH karya nicole sera

Sore ini dengan langit begitu indahnya, Bahkan hingga malam pun tiba langit tak kunjung surut

Baru saja aku tiba di desa ini, Mataku melirik kanan kiri tanpa sadar

Advertisement

Terpukau akan atmosfir yang beda jauh dengan kota

Alam yang begitu manja menyapa dan memberi kenyamanan pada jiwa

Disudut selatan, dibagian utara pohon-pohon berseri memancarkan senyumannya pada laut Yang berombak-ambing angin yang berhembus dengan santainya

Aku berdiri di bawah pohon tersebut, dibawah langit yang membentang

Jantung berderu cepat, Hari ini hari spesial

Pagiku tersapa oleh muka-muka yang tak familiar,

Rasa takut dan tidak kenyamanan menyelimuti

Namun, semua itu tersingkirkan langsung dengan tatapan mata yang hangat

Ibu dan bapak menyambutku dengan penuh kehangatan

Kian aku bukan putri kandungnya,

Tetapi aku merasakan kasih sayang yang diberikan

Berkumpul di ruang tamu dengan biskuit dan teh hangat

Bersama hangat keluarga tercinta

Suara tawa riang mengalun manis

Sore ini dengan langit Dalam setiap hembusan nafas

Membawa rindu akan kebersamaan

Tak sengaja bertemu, bersatu kembali

Seperti api yang menyala membara

Menyentuh hati, mengusir kesepian ak ada kata yang bisa mengungkapkan apa itu rumah Rumah menurut diksi adalah sebuah bangunan

Namun kata tersebut beda di kamusku

Rumah, kita bisa merasakan di orang-orang tertentu Seperti keluarga

Mereka tempat kita bertanjak dan pergi

Hari berganti, waktu berlalu

Banyak rumah yang sudah kukunjungi

Namun tak ada satunya yang singgah dengan sungguh

Pertemuan antara rumah ke rumah

Ibu, Bapak, Adik kecilku, Terima kasih sudah menjadi rumah sesaatku

Intuisi akan keindahan dan kasih sayang memang selalu membuat takjub

Tapi kebanyakan kita lupa bahwa itu hanya sementara, bukan?

Tak terasa kereta ini melaju terlalu cepat

Nama n : Andreas

Suryono

TTL : Muntilan, 10 Agustus 1976

Pekerjaan : Petani dan pedagang

Bapak Andreas Suryono, biasa dipanggil Bapak Yono, adalah seorang petani dan pedagang. Beliau lahir pada tanggal 10 Agustus 1976. Beliau memiliki istri dan dua anak. Lahir dari orang tua yang berprofesi sebagai petanijuga,PakYonosudahdiajarkanuntukbertanisejakkecil.Dimulaidari halpalingsederhanasepertimenyiramdanmemupuktanaman,semuaia tekunidanpelajarisedarikecil.

Saatberanjakdewasa,PakYonomulaiterlibatdalamkegiatanjualbeli di pasar. Setiap pagi dia bangun pukul 4 dan mulai membungkus dan mempersiapkan sayur-sayur yang akan dibawa dan dijual di pasar. Mulai dari cabe, sawi, hingga pare. Pada pukul 9, Pak Yono berangkat ke pasar. Pada hari kedua live-in, kami diajak ke pasar untuk mengetahui bagaimanaprosesjual-beliterjadi.Kamibelajarbahwabanyakdistributor membeli sayur dalam jumlah besar untuk dijual lagi di perkotaan besar. Kamijugabelajarbahwahargasayuritutidakmenentudanbisaberubah dahsyatdalamkurunwaktuyangpendek

Setelah semua sayur terjual habis, Pak Yono pulang. Saat sampai di rumah, Pak Yono pergi ke sawah dan bertani. Pak Yono menggunakan sistem tumpangsari, sistem menanam banyak tanaman dalam 1 petak tanah. Sistem ini membuat menanam menjadi efektif dan hemat tempat. Saat malam, Pak Yono pergi ke gereja untuk beribadah. Pak Yono merupakanketualingkunganPonsel(SemponSelosari),jaditidakjarangia harusmengikutirapatdanperkumpulangereja.

“Saya senang bisa saling membantu dan memenuhi kebutuhan bersama” tanggapan Pak Yono saat ditanya mengenai motivasi menjadi petanidanpedagang.PakYonoberceritabahwabanyaksekalitantangan dan hambatan yang dihadapi sehari-harinya, dimulai dari tanaman yang rusak, harga yang tidak menguntungkan, dan masih banyak lagi. Pada saatpandemiCovid-19,tantangandanhambatantersebutberlipatganda.

Namun Pak Yono tetap bersemangat dan berjuang. Hal ini menginspirasi danmemperingatkansayabahwajikakitamau,kitapastibisa.(VGN)

This article is from: