Bunga Rampai Edisi 2

Page 125

Beradu ‘Takdir’ di Ujian Akhir Sejumlah mahasiswa mengaku menjadi korban menjelang ujian akhir. Dari prosedur yang dipersulit sampai dipaksa menyerahkan segepok duit.

Bersandar di kursi merahnya, sore itu, raut wajah Muhammad tiba-tiba kelihatan pucat. Ditemui di kosnya, mahasiswa semester XII fakultas Tarbiyah itu tak mampu menyembunyikan kekesalannya atas model birokrasi di fakultasnya. Ia tampak pasrah dengan kejadian yang baru saja menimpanya.

mun, hanya dua mahasiswa mampu mengikuti ujian di kemudian hari.

Sebenarnya, kata Muhammad, jika saja dosen penguji tidak mempersulit urusannya, ia pasti dapat diwisuda April ini. “Saya sudah berusaha mengajukan ujian Munaqasah lagi, tapi kata penguji jangan dulu,” akunya.

Untung tak dapat diraih, malang pun tak dapat ditolak. Nasib mujur sepertinya juga belum mau bersandar di Muhammad dan beberapa kawannya. Meski usaha keras mereka tak beda dengan rekan yang lolos, mereka tetap tak bisa ikut ujian putaran berikutnya. Usaha Muhammad sendiri mentok akibat terganjal prosedur yang dipersulit. Mahasiswa yang mencari biaya kuliah sendiri itu pun harus meratapi kesedihannya di tengah kegembiraan rekan-rekannya.

Ikhwal kasus yang mendera Muhammad itu sebenarnya berawal dari gegernya panen ketidaklulusan di fakultas Tarbiyah awal Maret lalu. Tercatat, dalam sejarah tervaforit itu, sembilan mahasiswa gagal lulus ujian Munaqasah. Dari sederet angka itu, akhirnya ditolerir dengan diikutkan pada ujian putaran berikutnya. Na-

Parahnya, beberapa yang tidak lulus pada ujian pertama, banyak yang terganjal pada persoalan di luar akademis. Seperti yang dibeberkan Musyafa’ Rusdie misalnya. Ketua DPMI (Dewan Perwakilan Mahasiswa Institut) itu harus menelan ‘pil pahit’ saat ujian Munaqasah. Kini, nasibnya segaris dengan Muhammad. Bunga Rampai

Amanat

107


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.