Sinovidya Sinovidya















Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan kuasanya-Nya sehingga kami dari tim redaksi majalah Sinovidya mampu menyelesaikan Sinovidya edisi keenam bagi para pembaca. Sinovidya merupakan salah satu program kerja Departemen Keilmuan IMSi yang dikemas dalam bentuk majalah digital. Setiap edisinya Sinovidya hadir dengan topik yang unik dan informasi menarik yang berkaitan dengan Tiongkok.
Dinamika di bidang budaya memberi kontribusi pada perkembangan kesusastraan Tiongkok, sehingga mentransformasi bentuk karya yang lebih variatif. Salah satu bentuk karya yang berkembang tersebut adalah animasi. Perkembangan Tiongkok di bidang teknologi ikut membawa perkembangan terhadap animasi di Tiongkok. Mengikuti perkembangan tersebut, Sinovidya edisi keenam mengangkat tema "Pasar Animasi di Tiongkok". Di dalam edisi ini, kami akan memaparkan dan membahas perkembangan industri animasi, rekomendasi animasi yang diadaptasi, dan perbandingannya dengan animasi buatan negara lain.
Tidak lupa, tim redaksi Sinovidya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam penerbitan Sinovidya edisi keenam. Kami sadar bahwa majalah Sinovidya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami terbuka untuk kritik dan saran dari para pembaca yang berguna sebagai evaluasi untuk perkembangan majalah Sinovidya dan penerbitan edisi berikutnya. Semoga majalah Sinovidya dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Salam hangat dan selamat membaca!
Di dalam penulisan majalah ini, penulis menggunakan istilah ‘Cina’ untuk merujuk konsep kultural dan nama ilmiah (misalkan nama hewan, nama sungai, nama tempat), menggunakan istilah ‘Tiongkok’ ketika merujuk kepada Cina sebagai suatu tempat dan entitas negara, dan ‘animasi Tiongkok’ digunakan untuk merujuk animasi yang dibuat di Cina dan dibuat oleh orang Cina.
Sapa Redaksi Sapa Redaksi Sapa Redaksi
Daftar isi Daftar isi Daftar isi Susunan redaksi Susunan redaksi Susunan redaksi
kilas balik perkembangan kilas balik perkembangan kilas balik perkembangan industri animasi di tiongkok industri animasi di tiongkok industri animasi di tiongkok animasi tiongkok yang animasi tiongkok yang animasi tiongkok yang diadaptasi dari komik diadaptasi dari komik diadaptasi dari komik
animasi tiongkok yang animasi tiongkok yang animasi tiongkok yang adaptasi prosa adaptasi prosa adaptasi prosa Animasi Tiongkok vs Animasi Tiongkok vs Animasi Tiongkok vs Animasi Jepang Animasi Jepang Animasi Jepang
Menurut kalian, apa yang menjadi daya tarik animasi Tiongkok? 11. .
Menurut kalian, apa yang menjadi daya tarik dari animasi Tiongkok?
Desya Dwi Meliani (2022): Mengangkat mitologi lokal, menyelipkan unsur budaya, dan animasi 3D yang super asik.
Benedicta Yosevelyne Julyani (2021): Menurut saya, daya tarik dari animasi Tiongkok terdapat pada jalur cerita dan aksi-aksi yang ditawarkan. Selain itu, saya juga merasa bahwa kualitas animasi yang ditawarkan tidak kalah dengan animasi Jepang maupun Barat. Dari beberapa animasi Tiongkok yang sudah saya tonton, kesamaan yang saya temukan adalah adanya hubungan kekeluargaan walau tema yang diambil berbeda-beda, mau sekecil apapun detailnya pasti tetap ada simbol kekeluargaan dalam cerita animasi Tiongkok.
Abi Rakhman (2020): Daya tarik animasi Tiongkok adalah ceritanya yang lebih original dan kental akan budaya khas Tiongkok. Unsur Buddhisme, Taoisme, dan Konfusianisme pun masih ada (terlebih dalam animasi yang kebanyakan bergenre action), mungkin gara-gara ini sih alur ceritanya jadi berat.
Astrid Tasya (2019): Animasi Tiongkok telah mengalami perkembangan yang pesat, sehingga dapat membuat kita sebagai penonton takjub dengan pesatnya perkembangan animasi Tiongkok. Animasi Tiongkok bukan hanya film animasi yang dapat dinikmati sebagai hiburan, tetapi juga dapat digunakan sebagai objek penelitian karena di dalamnya terkandung beberapa hal yang menarik untuk digali, seperti sastra dan budaya Tiongkok.
Sri Indah (2018): Yang menjadi daya tarik donghua menurut aku dari segi sinematiknya, sih Selain banyak detail, warna-warna dalam donghua itu punya ciri khas aja.
Desya Dwi Meliani (2022): Jujur tidak terlalu tahu banyak, tapi sepertinya udah semaju animasi sekelas Disney atau Pixar. Plotnya juga oke, punya original soundtrack, dan penyajiannya lumayan rapi.
Benedicta Yosevelyne Julyani (2021): Saya sendiri hanya penikmat animasi biasa, tetapi saya sering melihat adanya animasi Tiongkok yang akan muncul untuk ke depannya. Dari kebanyakan animasi Tiongkok yang saya tonton, rata-rata menggunakan animasi 3D yang sangat mendetail untuk karakter dan dunia yang dibawakan dalam ceritanya. Kemudian untuk animasi 2D, saya rasa kini Tiongkok bisa melampaui Jepang, karena dari beberapa animasi yang saya tahu diadaptasi dari novel atau manhua yang terkenal dan adaptasi tersebut sukses. Selain itu, juga ada animasi baru yang menggunakan teknik ink-and-wash berjudul “Monster House” yang menurut saya merupakan salah satu inovasi yang menarik dalam dunia animasi.
Abi Rakhman (2020): Perkembangannya relatif lambat dibanding animasi Jepang. Hal ini disebabkan oleh regulasi ketat dari pemerintah Tiongkok sehingga menurutku membatasi daya kreasi mereka. Terkadang alurnya juga terlalu fokus dan nggak ada unsur komedi sama sekali, terkesan garing. Semakin ke sini, mulai banyak kreator yang kinerjanya membaik dalam memproduksi suatu animasi.
Astrid Tasya (2019): Yang aku tahu sebenarnya usia animasi Tiongkok sudah cukup tua ya, kalau tidak salah sudah ada sejak tahun 1922. Namun, pada saat masa revolusi kebudayaan, perkembangan animasi Tiongkok sempat berhenti. Namun, mulai bangkit lagi karena sekarang zaman sudah memasuki era baru yaitu dengan adanya komik daring dan platform video. Lalu, animasi Tiongkok mulai ‘dilirik’ saat beberapa animasinya tembus di kancah Internasional, seperti “Ne Zha (2019)” dan “Big Fish & Begonia”.
Sri Indah (2018): Yang aku tahu mengenai perkembangan donghua sih mungkin dari segi warnanya. Dulu masih hitam putih, sedangkan sekarang udah kompleks. Dari efek yang dipakai juga makin kesini makin bagus. Kalau dari segi ceritanya, cerita yang dibawain saat ini juga kayak semakin modern mengikuti zaman tanpa meninggalkan karakteristik mereka.
Benedicta Yosevelyne Julyani (2021): Saya merekomendasikan animasi Tiongkok berjudul “Link Click” dan sebentar lagi akan ada musim kedua dari seri animasi tersebut. Alasan saya merekomendasikan “Link Click” karena cerita yang dibawakan sangat menarik dan juga animasi yang memanjakan mata. Cerita yang dibawakan banyak yang berkaitan dengan kehidupan di Tiongkok, dan menurut saya menarik untuk ditelusuri lebih dalam.
Abi Rakhman (2020): "The King's Avatar 全职⾼⼿" dan "Dragon Raja ⻰族". Kalau yang "The King's Avatar" tuh ceritanya tentang pro-player, dia itu legendanya di game itu, tapi dia kayak dikhianati gitu sama rekan satu timnya, jadi dia harus "merangkak" lagi dari awal. Grafik dari "The King's Avatar" juga lumayan oke Kalau "Dragon Raja", menceritakan tentang seorang anak terpilih yang bisa membangkitkan kekuatan naga, di dunia naga tuh ada kekuatan dewa yang udah jarang dan dia jadi satu-satunya pemegang kekuatan legendaris. Namun untuk grafik, masih tidak bisa dibandingin dengan animasi Jepang. Walaupun begitu, keduanya tidak panjang, tidak ribet, dan bagus jalan ceritanya. Jadi, mudah ditangkap isi ceritanya sama generasi "zaman now". Lagi pula sudah mulai masuk era modern di dalam ceritanya.
Astrid Tasya (2019): Aku pribadi sangat merekomendasikan teman-teman untuk menonton "Big Fish & Begonia". Film animasi ini keluaran tahun 2016. Bukan hanya visual dan alur ceritanya yang menarik, tapi ada banyak serapan karya sastra dan budaya Tiongkok yang pasti menarik banget untuk diteliti.
Sri Indah (2018): "White Snake 2: Green Snake" sih paling, karena sinematiknya bagus banget dan meskipun ini termasuk legenda, tetapi cerita yang dibawakan itu sudah disesuaikan dengan aliran zaman modern.
“Bagaimana sih sejarah dan perkembangan animasi di Tiongkok? Dengardengar, animasi di Tiongkok banyak yang merupakan hasil adaptasi dari prosa dan komik? Selain itu, apa sih perbedaan animasi Tiongkok dan animasi Jepang?” Mari kita bahas satu per satu!
Secara umum, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), animasi adalah film yang berbentuk rangkaian lukisan atau gambar yang satu dengan lain hanya berbeda sedikit sehingga ketika diputar tampak di layar menjadi bergerak. Dalam bahasa Mandarin, animasi disebut sebagai donghua (dònghuà 动 画 ). Mayoritas animasi Tiongkok berkaitan erat dengan nuansa tradisi dan kultur serta cerita rakyat setempat.
Awalnya pada tahun 1922, suatu video komersial berbentuk animasi karya Wan Laiming (Wàn Làimíng 万 籁 鸣 ) mulai diproduksi untuk Shuzhendong Chinese Typewriter (Shūzhèngdōng Huáwén Dǎzìjī 舒 振 东 华 ⽂ 打 字 机 ). Peristiwa itulah yang menandakan awal mula berdirinya industri animasi di Tiongkok. Setelah itu, pada tahun 1924, sebuah animasi pendek karya Wan Laiming dan Huang Wennong (Huáng Wénnóng ⻩⽂农) dirilis dengan judul “Dog Treat (Gǒu Qǐngkè 狗 请 客 )”. Kemudian, pada tahun 1935, Wan bersaudara Wan Laiming dan Wan Guchan (Wàn Gǔchán 万 古 蟾 ) membuat animasi hitam-putih bersuara yang berjudul “The Camel’s Dance (Luòtuó Xiàn Wǔ 骆驼献舞)”.
Sejak tahun 1940 sampai tahun 1978, hanya ada beberapa karya animasi yang memenangkan beberapa penghargaan dan rating yang tinggi. Tiga di antaranya adalah “Princess Iron Fan (Tiě Shàn Gōngzhǔ 铁扇公主)” yang dirilis pada tahun 1941, “Why Is the Crow Black-Coated (Wūyā Wèishénme shì Hēi de 乌鸦为什么是⿊ 的 )” yang dirilis pada tahun 1956, dan “Havoc in Heaven (Dànào Tiāngōng ⼤闹天宫)” yang dirilis pada tahun 1963.
Pada masa peperangan, ada juga film animasi yang digunakan sebagai instrumen propaganda, seperti “Little 8th Route Army (Xiǎo Bā Lù ⼩⼋路)” yang dirilis pada tahun 1973 dan “The Little Stream (Xiǎo Xīliú ⼩ 溪 流 )” yang dirilis pada tahun 1962. Sampai tahun 1978, situasi dan kondisi dalam negeri tidak cukup mendukung industri animasi di Tiongkok sehingga industri ini menjadi terhambat. Pada saat itu, terjadi berbagai peristiwa, termasuk invasi Jepang ke Tiongkok, Perang Dunia II (Dìèr Cì Shìjiè Dàzhàn 第⼆次世界⼤战), dan Revolusi Kebudayaan (Wénhuà Dàgémìng ⽂ 化 ⼤ ⾰ 命 ). Karena industri animasi Tiongkok terhambat, industri animasi Jepang menjadi lebih terkenal. , pada masa invasi Jepang, Wan dara memproduksi lebih dari dua animasi pendek sebagai men propaganda dengan topik sme, opium, dan imperialis.
Tahun 1980-an adalah “masa emas” animasi Tiongkok. Contohnya, Shanghai Animation Film Studio (Měishù Diànyǐng Zhìpiānchǎng 上海美术电影制⽚⼚) merilis lebih dari dua ratus film animasi, termasuk “Three Monks (Sān Gè Héshàng 三 个 和 尚 )” tentang perbedaan tiga orang biksu saat sendiri dan bersama dan “Snow Kid (Xuě Háizi 雪 孩 ⼦ )” tentang anak kelinci dan manusia salju buatan ibunya pada tahun 1980, “Lao Mountain Taoist (Láoshān Dàoshi 崂 ⼭道⼠)” tentang seorang Taois dan Wang Qi pada tahun 1981, “The Deer's Bell (Lù Líng ⿅铃)” tentang persahabatan antara seorang anak manusia dan anak rusa pada tahun 1982, serta “Legend of Sealed Book (Tiānshū Qí Tán 天书奇谭)” tentang seorang diaken bernama Yuangong dan kitab suci pada tahun 1983. Era ‘80-an ini bisa disebut sebagai era keemasan dari animasi Tiongkok sebab ada banyak animasi yang mendapatkan penghargaan.
Pada tahun 2000-an, industri animasi di Tiongkok kembali memperlihatkan perkembangan, bahkan secara signifikan. Perkembangan tersebut berupa pengembangan kualitas grafis serta teknik penggambaran dan pewarnaan. Berkat perkembangan tersebut, industri ini pun mendapatkan keuntungan sebesar 500 juta sampai 2 miliar yuan.
Salah satu portal berita, yaitu CGTN Digital, telah mewawancarai dua orang ahli dalam bidang animasi dan kepenulisan terkait perkembangan animasi di Tiongkok. Dua orang ahli tersebut adalah Yan Kai dari Tiongkok dan Luc Toutounghi dari Swiss. Yan Kai sendiri adalah seorang komikus dan direktur animasi serta salah satu pionir generasi komik baru Tiongkok sejak tahun 1993. Pada 6 September 2018, ia berkata pada CGTN Digital bahwa saat inilah yang terbaik untuk industri komik dan animasi Tiongkok. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan beliau, tidak lebih dari uluh komikus yang bertahan dan karya di industri ini sampai saat ini ena ketidaksiapan para animator dan Tiongkok dalam ersialkan karyanya. Oleh karena ereka melakukan perubahan dari mengejar artistik menjadi pasar sejak tahun 2006.
Di sisi lain, Luc Toutounghi seorang produser dan penulis asal Swiss— berpendapat bahwa animasi merupakan sebuah industri dan tentunya ada skala ekonomi dari hal yang seseorang lakukan. Setelah komersialisasi dilakukan, para komikus sudah siap, tetapi pasar tetap kosong dan menunggu orang-orang membuka pintu untuk mereka. Agar dapat menduduki dan memperluas pasar domestik Tiongkok, para animator dan komikus menetapkan untuk membuat komik berwarna. Hal ini bertujuan menumbuhkan kebiasaan membaca pada anak muda serta menghindari persaingan dengan para rekan Jepang yang telah dewasa. Pada akhir sesi wawancara, Luc Toutounghi juga menyatakan optimismenya terhadap bisnis industri animasi yang ia yakini masih terlihat menjanjikan ke depannya sehingga industri animasi di Tiongkok pun pasti akan terus berkembang.
Sekarang, animasi Tiongkok telah mencapai era baru, yaitu era yang memungkinkan animasi berkembang menjadi wujud komik daring dan video. Menurut Yan Kai, mayoritas penonton pada era sebelumnya meninggalkan animasi Tiongkok yang diadaptasi dari komik karena memiliki kemiripan yang cukup rendah sehingga mereka kurang merasa puas saat menontonnya. Maka tak heran jika hal tersebut pun membuat pemasukan serta laba yang diterima oleh para animator dan komikus menjadi sedikit. Akan tetapi, melihat perkembangan teknologi masa kini yang sudah lebih maju dibandingkan masa lampau, Yan Kai pun memiliki keyakinan bahwa animasi Tiongkok dapat berkembang menjadi jauh lebih baik lagi.
Seperti itulah perjalanan industri animasi di Tiongkok dari tahun 1920-an hingga saat ini. Sama seperti industriindustri pada umumnya, industri animasi di Tiongkok juga mengalami banyak pasang surut hingga akhirnya mencapai era digital yang serba menguntungkan seperti saat ini.
Jika mendengar tentang film animasi, satu hal yang pasti langsung muncul di benak kita adalah negara Jepang. Namun faktanya, produksi animasi Jepang sedikit banyak terinspirasi dan mendapat pengaruh oleh film "Princess Iron Fan" tahun 1941 dari Tiongkok, lho! Film tersebut merupakan animasi Tiongkok dengan durasi panjang pertama di Asia yang dibuat oleh Wan bersaudara.
Wan bersaudara merupakan tokoh penting di balik industri animasi Tiongkok; Mereka adalah orang yang memproduksi film animasi pertama di negara tersebut, yakni "Camel’s Dance" pada tahun 1935. Seiring berjalannya waktu, film animasi Tiongkok atau 动 画 dòng huà semakin terkenal ketika teknologi 3D mulai digunakan.
Donghua hadir dengan berbagai genre dan alur yang mampu membuat penonton terkesima. Sedikit berbeda dari anime, cerita yang diangkat oleh donghua biasanya berlatar sejarah, mitologi, atau tradisi Tiongkok yang tidak jarang diadaptasi dari komik atau manhua. Berikut beberapa animasi Tiongkok yang diadaptasi dari komik.
Tiān Guān Cì Fú" atau dalam bahasa Tiān Guān Cì Fú" atau dalam bahasa Inggris "Heaven Official's Blessing" Inggris "Heaven Official's Blessing" menceritakan tentang seorang dewa menceritakan tentang seorang dewa bernama Xie Lian yang dahulu sangat bernama Xie Lian yang dahulu sangat dicintai oleh manusia serta para dewa dicintai oleh manusia serta para dewa lainnya. lainnya. Namun sayangnya, hal Namun sayangnya, hal tersebut harus sirna karena era tersebut harus sirna karena era kejayaannya telah usai. Xie Lian kejayaannya telah usai. Xie Lian kemudian menjadi bahan tertawaan kemudian menjadi bahan tertawaan penghuni langit. penghuni langit.
Karena hal tersebut, Xie Lian akhirnya Karena hal tersebut, Xie Lian akhirnya memutuskan turun ke bumi untuk memutuskan turun ke bumi untuk mendirikan sebuah kuil dan mencari para mendirikan sebuah kuil dan mencari para pengikut baru yang mau pengikut baru yang mau menyembahnya. Di tengah-tengah usaha menyembahnya. Di tengah-tengah usaha untuk mengembalikan citranya, Xie Lian untuk mengembalikan citranya, Xie Lian bertemu dengan seseorang yang tampak bertemu dengan seseorang yang tampak sangat tahu seluk-beluk hidupnya, yakni sangat tahu seluk-beluk hidupnya, yakni raja iblis, Hua Cheng. Seri animasi raja iblis, Hua Cheng. Seri animasi produksi produksi Bilibili Bilibili yang pertama kali rilis yang pertama kali rilis pada Oktober 2020 ini kabarnya akan pada Oktober 2020 ini kabarnya akan kembali rilis musim kedua di akhir 2022. kembali rilis musim kedua di akhir 2022.
Animasi dengan genre aksi ini pertama kali rilis pada April 2017 dan September 2020 untuk musim keduanya, sedangkan untuk musim tiga dipastikan akan segera tayang.
Tokoh utama dari "Quán Zhí Gāo Shǒu" atau "The King’s Avatar", yakni Ye Xiu adalah seorang pemain game multiplayer online bernama Glory yang sangat profesional dan hebat, tetapi karena dirinya dipaksa untuk meninggalkan karir dan keluar dari tim, Ye Xiu akhirnya mencari pekerjaan di sebuah warnet (warung internet). Sementara Glory meluncurkan server ke10, Ye Xiu kembali masuk ke dalam game dengan nama “Lord Grim”.
Walaupun kemampuan dan pengalamannya dalam bermain tidak diragukan lagi, Ye Xiu tetap harus berusaha keras untuk memulai kembali karirnya tanpa sponsor dan tim. Dengan tantangan yang berat, mampukah Ye Xiu serta rekan-rekan barunya mengguncang Glory dan mengalahkan mantan timnya?
"Wàn Shèng Jiē" adalah donghua yang menceritakan tentang Neil Bowman, seorang iblis yang memutuskan untuk hidup di bumi dengan makhluk supranatural lainnya, seperti vampir, malaikat, dan manusia serigala. Keputusannya tersebut didasari oleh dirinya yang tidak dapat berbuat jahat padahal merupakan seorang iblis. Walaupun begitu, seiring berjalannya waktu, teman-teman Neil mulai menyadari bahwa Neil sebenarnya menyimpan kekuatan raja iblis yang sangat hebat.
Animasi ini dirilis pada tahun 2020 Bagi penonton yang tertarik dengan animasi bertema komedi dan ringan, "Wàn Shèng Jiē" atau "All Saints Street" sangat cocok untuk ditonton.
Donghua "Xiǎo Lǜ hé Xiǎo Lán" atau lebih dikenal dengan "Beryl and Sapphire" menceritakan kisah tentang mereka sendiri yang selalu bertemu ketika melakukan time travel. Namun, dalam pertemuan-pertemuan tersebut, hubungan Beryl dan Sapphire tentu tidak selalu sama. Ada kalanya mereka menjadi musuh dan ada kalanya mereka menjadi teman dekat.
Dengan kisah yang dibalut dengan bumbu komedi, animasi yang diproduksi oleh Tencent Animation & Comics ini tentu dapat dijadikan pilihan hiburan yang dapat mengundang gelak tawa.
Animasi adaptasi komik terakhir yang akan kita bahas adalah donghua paling terkenal yang sedang booming, yakni "Mó Dào Zǔ Shī" atau "Demonic Path Ancestral Master". Bahkan karena ketenarannya, animasi ini juga mendapatkan versi live action dengan judul "The Untamed".
"Mo Dao Zu Shi" mengisahkan tentang seorang penguasa kegelapan bernama Wei Wuxian yang sangat hebat, salah satu kemampuannya yang paling ditakuti adalah membangkitkan orang mati. Karena hal tersebut, akhirnya dirinya dibunuh oleh para petinggi sekte karena dianggap sangat berbahaya.
Namun setelah kematiannya, roh Wei Wuxian dipanggil oleh seseorang yang ingin membalaskan dendamnya, yakni Mo Xuanyu. Nahas, dirinya melupakan fakta bahwa kehebatan Wei Wuxian dapat membahayakannya sendiri, akhirnya kendali tubuh Mo Xuanyu justru diambil oleh Wei Wuxian.
"Ne Zha" diadaptasikan dari prosa klasik karya Xu Zhong Lin pada era Dinasti Ming berjudul "Fengshen Yanyi" (封神演义). "Ne Zha" mengisahkan tentang seorang anak bernama Ne Zha yang lahir terkutuk dengan sifat iblis. Melawan semua rintangan, Ne Zha yang ditakdirkan untuk menghancurkan bumi pada akhirnya justru menyelamatkan bumi.
"Ne Zha (2019)" bukanlah adaptasi pertama dalam bentuk animasi dari kisah Fengshen Yanyi. Fengshen Yanyi sebelumnya pernah diadaptasikan ke dalam film “ 哪 吒 鬧 海 ” (Ne Zha Menaklukkan Raja Naga) yang dirilis pada tahun 1979 serta film "I Am Ne Zha (我是哪 吒 )" yang dirilis pada tahun 2016. Tetapi, "Ne Zha (2019)" merupakan film animasi yang istimewa karena menjadi salah satu film Tiongkok yang berhasil mencetak sejarah sebagai film terlaris keempat yang pernah tayang di layar lebar Tiongkok. "Ne Zha" (2019) adalah film animasi Tiongkok pertama yang dipilih sebagai perwakilan Tiongkok untuk nominasi Best International Feature Film pada ajang Academy Awards ke-92.
Film animasi "White Snake (Bái Shé ⽩ 蛇 ) (2019)" terinspirasi dari sebuah legenda dalam buku Feng Menglong, "Jingshi Tongyan" ( 警 世 通 ⾔ ), yang ditulis pada masa Dinasti Ming. Legenda "White Snake" mengisahkan tentang seorang roh White Snake bernama Blanca. Ia kehilangan ingatannya ketika sedang mengambil rupa sebagai seorang wanita dan jatuh cinta dengan penyelamatnya, seorang pemburu ular bernama Xuan. Mengetahui hal ini, kakak Blanca, seorang siluman ular hijau bernama Verta, melarang hubungan mereka. Blanca terpaksa harus memilih antara cinta dan keluarga.
Menggunakan teknik animasi komputer 3D terbaru, legenda Tiongkok klasik ini memadukan tradisi seni bela diri wuxia dengan siluman magis. Film ini meraup total 448 juta RMB dari penayangan di layar perak. Melihat antusiasme para penonton, kisah White Snake tidak berakhir begitu saja Sekuel "White Snake (Bái Shé ⽩蛇) (2019)" berjudul White Snake 2: The Tribulation of the Green Snake (Bái Shé 2: Qīng Shé Jié Qǐ ⽩ 蛇 2 : ⻘ 蛇 劫 起 ) telah rilis pada musim panas 2021 dengan cerita dan visual yang tidak kalah indah. Berbeda dari "White Snake (2019)", White Snake 2: The Tribulation of the Green Snake (2021) justru menyoroti kisah Verta sang ular hijau dalam perjalanannya menyelamati Blanca.
Film yang rilis pada musim panas 2015 ini terinspirasi dari kisah "Perjalanan ke Barat ( 西 游 记 )", salah satu prosa klasik terkemuka Tiongkok yang ditulis oleh Wu Cheng'en pada dinasti Ming. Film ini mengisahkan perjalanan Sun Wukong, seorang Raja Kera yang dahulu dapat berkeliaran bebas di langit dan bumi. Akibat membuat onar dan menentang para dewa, Sun Wukong dipenjara dalam sebuah sangkar es. Lima ratus (500) tahun kemudian, seorang anak kecil bernama Liu ‘Er tidak sengaja membebaskan Sun Wukong ketika desa terpencilnya diserang. Demi membalas budi kepada Liu ‘Er, Sun Wukong berjanji untuk melindungi Liu ‘Er dan menyelamatkan desa kecil tempat ia tinggal. Musik opera tradisional Tiongkok dimainkan sepanjang film, membaurkan elemen tradisional dengan elemen animasi modern.
Pada tahun rilisnya, "Monkey King (2015)" merupakan film animasi terlaris di Tiongkok. Sehingga tidak mengherankan ketika film ini berhasil meraih 13 penghargaan, salah satunya pada Shanghai International Film Awards, festival film terbesar di Tiongkok. Melihat kesuksesan film "Monkey King (2015)" dalam layar lebar domestik, film ini kemudian ditayangkan di Amerika Utara dalam versi Bahasa Inggris. Pengisi suara Bahasa Inggris film ini penuh dengan bintang-bintang besar Hollywood, seperti Jackie Chen dan James Hong.
Film animasi digemari oleh orang dari berbagai kalangan. Hal ini dikarenakan film animasi menghadirkan visualisasi tokoh, tempat, barang, serta cerita dan hal yang tidak ada di dunia nyata. Karya animasi yang kini telah mendunia adalah animasi Jepang (anime) dan juga animasi Tiongkok (donghua). Keduanya memiliki beberapa kemiripan sehingga sering kali dianggap sama, tetapi sebenarnya masing-masing memiliki keunikannya tersendiri. Mari kita simak!
Dalam segi animasi, hanya terdapat sedikit sekali perbedaan antara animasi Jepang (anime) dengan animasi Tiongkok (donghua). Seperti yang kita ketahui anime memiliki kekhasan dalam teknik penggambarannya. Kita sudah terbiasa dengan melihat animasi dari anime yang lebih cenderung dua dimensional dan identik dengan outline atau garis batasan tipis (umumnya berwarna hitam) dalam menggambarkan objeknya. Selain itu, anime juga khas dengan animasi yang sangat unik terhadap karakter dan latarnya serta cenderung tidak mengutamakan penggambaran yang realistis.
Untuk animasi, donghua menggunakan teknik yang lebih beragam. Tidak sedikit donghua yang mengadaptasi dan menggunakan teknik penganimasian yang sama dengan anime, yaitu cenderung kartunis dan memiliki garis tepi pada objek. Namun, akan tidak jarang juga bagi kita untuk menemui donghua yang penganimasiannya menghadirkan efek dan penggambaran yang lebih tiga dimensional dan realistis. Pada donghua dengan penganimasian yang tiga dimensional, menggunakan teknik penganimasian khusus, objek dan latar dapat terlihat begitu nyata.
Tema cerita merupakan aspek yang begitu penting dalam semua film, termasuk film animasi. Dalam anime tema cerita sangatlah beragam, dimulai dari yang mengangkat kehidupan sehari-hari, percintaan, fantasi, mitologi, horor, psikologis, dan terkadang tema-tema yang ada di luar dari imajinasi kita. Tidak jarang juga dalam sebuah anime untuk memiliki tema besar yang lebih dari satu. Hal inilah yang menyebabkan penggemar anime menjadi sangat banyak dan datang dari berbagai latar belakang dan kalangan umur. Singkatnya, setiap orang dapat menemukan anime dengan tema dan genre kesukaannya masing-masing.
Mengingat perkembangan donghua yang masih relatif baru, tema-tema cerita yang diangkat dalam donghua masih cukup seputar budaya dan sejarah Tiongkok itu sendiri. Inilah mengapa kita akan begitu sering menemukan donghua dengan tema cerita yang begitu menarik mengenai kekaisaran, perang, dsb. Akan tetapi, perkembangan donghua yang begitu pesat sudah menunjukkan hadirnya tema-tema yang lebih unik sehingga dalam beberapa tahun kedepan dapat dipastikan donghua akan hadir dengan tema cerita yang lebih banyak dan luas.
Dalam aspek penceritaan watak dan sifat sebuah karakter dalam anime maupun donghua sepenuhnya kembali mengacu pada tema dari cerita tersebut. Namun, baik anime maupun donghua masing-masing memiliki penggambaran watak dan sifat karakter yang umum dan sering dibawakan dalam cerita. Contohnya, pada anime dengan tema percintaan akan sering kita temukan karakter dengan sifat yang tidak peduli, cuek, tidak mudah bergaul, dan dingin. Namun, perlahan-lahan berubah menjadi lebih terbuka dan periang karena dipertemukan dengan karakter yang begitu ceria, mudah bergaul, dan baik. Contoh lain, cerita-cerita anime juga sangat sering mengangkat karakter dengan sifat yang sembrono, pengecut, tidak pandai, dan mudah menyerah lalu kemudian membuat mereka mendapatkan keajaiban/keberuntungan yang begitu besar sehingga akhirnya karakter tersebut dapat menjadi pemimpin yang tangguh. Dilihat dari dua contoh ini, anime cenderung rajin dalam menunjukkan perkembangan dan perubahan sifat sebuah karakter.
Donghua di sisi lain lebih sering menunjukkan sifat dari karakter secara lebih terus menerang dan boleh dibilang tegas. Sering kali karakter digambarkan memiliki sifat yang dari awal hingga akhir cerita sama. Selain itu, sifat dari karakter-karakter cenderung memiliki pendirian yang kuat dan berpegang teguh pada diri mereka sendiri, serta memiliki semangat perjuangan yang tinggi.
Baik anime maupun donghua memiliki keunikannya masing-masing. Pada akhirnya, semua kembali lagi kepada tema cerita dan penulis ceritanya itu sendiri.
Alfarizi, M. K., & Tempo. (2018, September 10). Kebangkitan Animasi di Cina: Banyak Seniman Sempat Banting Setir. Tekno Tempo.https://tekno.tempo.co/read/1125090/kebangkitan-animasi-di-cina-banyak-seniman-sempat-banting-setir
Indonesia.(2016).KamusBesarBahasaIndonesia.KBBIDaring.https://kbbi.kemdikbud.go.id/ Balmont, J. (2022, Mei 30). The story behind this lost 1980s Chinese animation. Dazed. https://www.dazeddigital.com/filmtv/article/56211/1/the-lost-chinese-animation-released-at-the-end-of-the-communist-regime
CGTN. (2018, September 6). Is it the best time for China's comics and animation industry? CGTN. https://news.cgtn.com/news/3d3d414d3445444d7a457a6333566d54/share p.html
ChinaCulture. (n.d.). History of Chinese Animation. Chinaculture.org. Retrieved November 30, 2022, from http://en.chinaculture.org/focus/focus/2011dmyx/2011-07/22/content 420884.htm
China Underground. (2021, Oktober 30). 20+ Chinese Propaganda Movies | China-Underground Movie Database. China Underground.https://china-underground.com/wp/2021/10/30/chinese-propaganda-movies/
Fox News. (2015, Januari 13). Classic Chinese Red Army Propaganda Film Reborn as Animated Film. Fox News. https://www.foxnews.com/story/classic-chinese-red-army-propaganda-film-reborn-as-animated-film
Hujiang Chinese. (2013, September 19). Chinese cartoons: Snow Kid ( 雪 孩 ⼦ ) Learn Chinese Hujiang. 沪 江 汉 语 . https://cn.hujiang.com/new/p533604/
Hujiang Chinese. (2013, Desember 25). Taoist of the Mountain Lao 崂 ⼭ 道 ⼠ Learn Chinese Hujiang. 沪 江 汉 语 . https://cn.hujiang.com/new/p548343/
Hujiang Chinese. (2014, Maret 14). Three Monks 三 个 和 尚 Learn Chinese Hujiang. 沪 江 汉 语 . https://cn.hujiang.com/new/p590170/
Kompasiana. (2021, Juli 11). Menyimak Industri Animasi China yang Berkembang Pesat. Kompasiana.com. https://www.kompasiana.com/dewi puspa/60eae61a06310e6277758dd2/menyimak-industri-animasi-china-yangberkembang-pesat?page=all#sectionall
Odyssey Chinese Cinema. (n.d.). The Deer's Bell ⿅ 铃 . Odyssey: a Chinese cinema season. https://www.odysseychinesecinema.uk/film/the-deers-bell-lu-ling/
Song, S. (2011, Agustus 12).
https://www.chinanews.com.cn/cul/2011/08-12/3254255.shtml
IIMDb.com. (2016, 29 Juli). Monkey king: Hero is back. IMDb. Diakses 23 November, 2022, from https://www.imdb.com/title/tt4644382/?ref =ttawd awd tt
Suwarno, P. (2021, 22 Juli). Sekuel animasi Yang Paling Ditunggu Legenda Ular Putih 2, Muncul Ular Hijau Nan Perkasa. Sekuel Animasi yang Paling Ditunggu Legenda Ular Putih 2, Muncul Ular Hijau Nan Perkasa - Hallo Id. Diakses pada 20 November, 2022, dari https://www.hallo.id/entertainment/pr-28452086/sekuel-animasi-yang-paling-ditunggu-legenda-ularputih-2-muncul-ular-hijau-nan-perkasa
Wolff, E (2019, 31 Oktober) Romancing the 'white snake' Animation Magazine Diakses pada 19 November, 2022, dari https://www.animationmagazine.net/2019/10/romancing-the-white-snake/
Wulandari, Adi Kristina. "The Animated Film of Ne Zha in Disruptive Era: From Chinese Classical Mythology goes to Global." STRUKTURAL 2020: Proceedings of the 2nd International Seminar on Translation Studies, Applied Linguistics, Literature and CulturalStudies,STRUKTURAL2020,30December2020,Semarang,Indonesia.EuropeanAllianceforInnovation,2021.
Yau, E., & Li, O. (2019, 16 Agustus). 'dumpling' on a roll: All about animated hit Nezha's director. South China Morning Post. Diakses pada 19 November, 2022, dari https://www.scmp.com/lifestyle/entertainment/article/3023069/man-behind-nezhasummer-chinese-box-office-hit-they-call
Guo,DemiY.(2022,November6).Chineseanimationisavibrant,distinctiveindustry sowhydosomanypeoplestillcallit ‘anime’?.Polygon.Diaksesdari: https://www.polygon.com/entertainment/23421285/donghua-chinese-animation-vs-anime