HaluanKepri 23Apr12

Page 20

ANAMBAS

20

Senin,

23 April 2012

Beras Produksi Jemaja Tak Laku Air Anambas Bersih ANAMBAS — Tiga sumber air di pemukiman masyarakat dinyatakan bersih oleh Dinas Kesehatan Kepulauan Anambas (KKA). Pernyataan ini setelah dilakukan uji berkala Pemeriksaan Kualitas Air Bersih/Minum yang diuji di BTKLPPM Kelas I Batam. Hasilnya menunjukan tidak ada bakteri dan logam berat yang mencemari aliran air ke tiap rumah. Kepala Dinas Kesehatan KKA, Yendi menyebutkan pengambilan sampel dilaksanakan di tiga pusat kecamatan terpadat yakni Kecamatan Siantan, Kecamatan Palmatak dan Kecamatan Jemaja. Dari uji sampel tersebut air bersih sesuai dengan standar air bersih bagi masyarakat. "Sudah keluar hasil uji berkala yang kita lakukan sekali dalam tiga bulan. Hasilnya sangat baik. Semua air yang dialirkan di tiga kecamatan yang kita ambil sampelnya sudah tidak lagi tercemar. Baik itu bakteri maupun logam-logam berat yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat," katanya saat dikonfirmasi Haluan Kepri disela-sela penanaman pohon disepanjang aliran sungai Batu Tambun, Tarempa Selatan, Siantan, Anambas Sabtu (21/4). Sebelumnya air di Siantan tercemari baktero e.coli yang berasal dari kotoran tinja. Meningkatnya pemukiman masyarakat di sepanjang aliran sungai di Batu Tambun, Rintis dan Batu Tabir,katanya,menyebabkan limbah rumah tangga dibuang ke sungai yang juga dialirkan kerumah masyarakat di Tarempa di Teluk Tarempa. Dituturkan Yendi, pencemaran oleh masyarakat sangat cepat untuk mencemari air minum. Air di Jemaja dan Palmatak yang baru diuji pertama kali ini memiliki sumber yang tidak banyak dialiri air tempat aktifitas masyarakat. Sehingga air tidak banyak tercemari. "Untuk Jemaja dan Palmatak, sumber air tidak menjadi aktifitas masyarakat. Hasilnya air bersih dan layak digunakan,"ujarnya Sementara itu untuk sumber air di Kecamatan Siantan yang berasal dari aliran sungai di Batu Tambun, katanya, hanya layak untuk aktifitas umum sepert mandi dan mencuci. Sedangkan untuk air minum belum layak. Meningat tingginya aktifitas masyarakat di sungai tersebut. Sedangkan aliran sungai dari Batu Tabir sudah memasuki standar layak minum. Karena masih berada pada hutan yang alami dan tidak ada aktifitas masyarakat di sana. Namun aliran air saat ini tidak sepenuhnya dari Batu Tabir, tapi juga di Batu Tambun. "Kedua sungai ini merupakan sumber air yang dialirkan ke rumah warga di pusat kabupaten. Namun demikian, air di Batu Tambun memang tidak layak konsumsi. Tapi layak digunakan oleh untuk aktifitas mencuci dan mandi. Tapi tidak untuk dimasak. Sedangkan dari Batu Tabir sangat baik dan layak untuk dikonsumsi. (yul)

ANAMBAS — Beras slyp super produksi Pulau Jemaja, Kepulauan Anambas tak laku dipasaran. Sejak panen pada April 2011 lalu oleh Gubernur Kepulauan Riau, HM Sani, hingga kini sebanyak setengah ton masih menumpuk di Toko Cahya Anambas, Tarempa, Siantan. Toko Cahaya merupakan satu-satunya yang menampung beras hasil panen dari Kecamatan Jemaja Timur. Oleh: Yulia Irfani, Liputan Anambas

Menurut pemilik toko, Le Cian, dari satu ton beras yang dititipkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kepulauan Anambas, sejauh ini tidak laku seperti beras lainnya yang didatangkan dari pulau Jawa. "Kira-kira lebih dari setengah ton lagi yang tersisa. Beras ini tidak cepat lakunya. Karena kurang diminati oleh pembeli," uajarnya kepada Haluan Kepri, Minggu (22/4). Padahal beras Slyp yang diproduksi dari bibit Ciherang ini lebih lembek tidak bisa dibuat nasi lemak. Disamping itu juga tampilan dari beras ini terlihat kumal dan tidak putih. Sementara pembeli di pasar Tarempa sendiri telah terbiasa mengkonsumsi nasi lebih keras dan berderai. Sehingga masyarakat tidak banyak meminati beras asli Anambas tersebut. Meskipun harga jualnya lebih rendah dibanding beras dari Jawa, yakni Rp8.000 per kilogram. Padahal beras dari luar Anambas harganya bisa berkisar antara Rp11.000 hing ga Rp17.000 per kilogramnya. "Banyak yang bertanya juga tentang beras Slyp super cap

rumah panggung ini. Tapi setelah tahu nasinya lemek, mereka tidak berminat lagi membeli. Ditambah lagi dengan tampilan beras yang kurang putih. Jadi tidak banyak calon pembeli yang tertarik dengan beras slyp," kata Le Cian sambil memprerlihatkan beras produksi Anambas ini. Sementara Tarempa sendiri merupakan pusat kabupaten Anambas yang dapat memasok beras untuk lima Kecamatan, diantaranya kecamatan Siantan, Palmatak, Siantan Tengah, Siantan Selatan dan Siantan Timur. Rata-rata pembeli beras dari lima kecamatan tersebut lebih memilih beras dari Jawa. "Beras yang datang ini langsung dari Jawa dengan berbagai merek dan kualiats. Memang sudah diminati oleh masyarakat, karena telah lama dikenal. Sedangkan beras slyp milik Anambas hanya ada satu jenis saja. Mungkin juga karena baru ada di Anambas jadi tidak terbiasa dan tidak banyak masyarakat yang tahu. Kita harapkan ada tindak lanjut dari Pemkab Anambas sendir, supaya beras ini dikenal YULIA IRFANI dan di konsumsi masyarakat menjadikan harga jual cukup PANEN RAYA — Masyarakat sedang panen raya padi di Bukit Padi, Jemaja Timur. Sejak dipanen pada April 2011 lalu hingga kini beras pruduksi Anambas cap rumah panggung kurang laku di pasaran. tinggi,"tukasnya * * *

Bupati : Tanah dan Udara Masih Bersih Mata Aditya Jadi Buta

A N A M B A S — Bupati Kepulauan Anambas, Tengku Mukhtaruddin, mengatakan pencemaran lingkungan di Anambas baru pada air saja. Sementara untuk tanah dan udara masih bersih dan alami. Hal ini kata dia, terbukti dari hasil tanaman yang ditanam masyarakat masih subur dengan hasil alam yang cukup melimpah. Demikian disampaikan Tengku Mukhtaruddin saat membuka gotong royong penanaman pohon bersama masyarakat di Sungai Batu Tambun, Tarempa Selatan, Siantan, Anambas, Sabtu (21/4) lalu. Berbeda dengan pernyataan penyataan Dinas Kesehatan Kepulauan Anambas (KKA), bahwa tiga sumber air di pemukiman masyarakat dinyatakan bersih. Pernyataan ini setelah dilakukan uji berkala Pemeriksaan Kualitas Air Bersih/Minum yang diuji di BTKL-PPM Kelas I Batam. Hasilnya menunjukan tidak ada bakteri dan logam berat yang mencemari aliran air ke tiap rumah. Lanjut Tengku Kabupaten Anambas untuk aktifitas industri belum tinggi. Kalau pun ada itu baru minyak lepas pantai yang jauh dari daratan di Anambas. Sedangkan meningkatnya aktifitas pembangunan sebagai efek dari pertumbuhan ekonomi di Anambas yang terus berkembang. Hal ini katanya, berdampak pada pencemaran yang sudah mulai dirasakan belakangan ini akibat dari struktur dan fung-

Akibat Lemahnya Pelayanan

YULIA IRFANI

TENGKU Mukhtaruddin serahkan bibit pohon kepada masyarakat dalam rangka penanaman pohon untuk pengendalian pencemaran sungai batu tambun dan batu tabir di Tarempa Selatan, Siantan,Anambas, Sabtu 22/4. Dilanjutkan goro menanam pohon.

si dasar ekosistem tak seimbang dan mulai terabaikan. "Di Anambas pencemaran baru air. Itupun bukan karena logam berat. Tapi baru bakteri. Sedangkan pencemaran udara dan tanah. Belum ada sama sekali. Karena industri skala besar tidak ada di Anambas. Hal ini terjadi karen terabaikannya ekosistem alam yang sudah berjalan baik sebelumnya,"katanya Untuk itu pencemaran air yang terjadi sebelumnya agar dapat dijaga oleh masyarakat. Karena masyarakat adalah pelaku utama dalam menyelamatkan dan merusak linngkungan. Terutama dalam memperhatikan ekosistem alam. Apalagi pencemaran yang terjadi masih dapat diatasi. Belum termasuk pencemaran berat yang membutuhkan pemulihan dalam waktu

yang lama. Maka dari itu Tengku mengingatkan kepada masyarakat, bahwa bagian terbesar yang menyebabkan pencemaran air adalah limbah cair dari kegiatan ekonomi dan industri. Disamping itu juga ada limbah padat berupa sampah domestik, dan limbah lainnya adalah limbah pertanian dan limbah kegaitan ekonomi dan industri. Sementara itu Kepala BLH KKA, Said M Damrie, mengatakan pengendalian pencemaran lingkungan di Anambas patut diwaspadai. Sebagai daerah baru aktifitas masyarakat akan terus meningkat. Untuk itu melalui kegaitan pengendalian pencemaran lingkungan yang diberikan oleh BLH. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Anambas dapat dipertahankan dan (yul) ditingkatkan fungsinya.(yul)

ANAMBAS — Aditya Saputra Ramadan, harus rela mengalami kebutaan pada mata kanannya. Kebutaan yang ditanggung anak berusia 5 tahun ini terjadi hanya karena terkena pecahan kaca toilet. Cacat yang dialami bocah malang yang duduk di TK Al Quran Siantan ini karena kurang cepat mengambil langkah medis. "Upaya sudah maksimal dilakukan, Namun pada akhirnya, mata cucu saya tidak dapat diselamatkan," ujar Awaluddin Warga Tarempa yang datang mengeluh ke Kantor Haluan Kepri Sabtu (21/4) Menurut Awal, kejadian naas ini terjadi diduga akibat lemahnya pelayanan yang dilakukan di puskesmas Tarempa dan Rumas Sakit Lapangan. Soalnya, saat pemberian pertolongan pertama di puskesmas Tarempa, listrik di puskesmas dalam keadaan mati (dapat giliran mati). Sehingga dokter dan perawat di puskesmas melakukan pejahitan yang tidak sempurna. Bayangkan saja, saat melakukan penjahitan itu, dokter hanya menggunakan penerangan ala kadarnya yaitu lampu senter dan HP dari masyarakat bersimpati. "Pada saat penjahitan hari telah malam yakni usai magrib. Dan listrik mendapat pergiliran mati," ujarnya.

Setelah penjahitan selesai, katanya, dokter merujut pasien ke rumah sakit lapangan. Ketika sampai di RSL, katanya, pasien kembali dijahit lukanya di bagian alis. Saat pelayanan di RSL langsung ditangani oleh dokter dan meminta waktu tiga hari untuk observasi. setelah tiga hari ditunggu, tambahnya, tidak ada perkembangan akhirnya dihari berikutnya pasien baru dironsen. "Dari hasil ronsen inilah ada keretakan di tengkorak mata. Cucu saya tetap dirawat disana, sampai dengan tanggal 5 april. Dokter menyampaikan tidak ada masalah dan tidak perlu dirujuk. dan pasien disuruh pulang. Dan dokter menyarankan untuk chek kembali pada tanggal 9 april dan saat pulang ke rumah mata pasien masih dalam keadaan bengkak." ujarnya. Mendengar keterangan

Aditya Saputra bersama Neneknya dokter, katanya, keluarga senang. Namun setelah bengkak di mata Adit mengecel baru keketahui cucunya itu tidak bisa melihat. Saat pengecekan yang dianjurkan, katanya, akhirnya dokter terkejut dengan kondisi pasien. Akhirnya, dokter minta pasien di bawa ke Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB). Namun karena keterbatasan dana, katanya, pasien agak terlambat dibawa ke Batam. "Dari hasil pemeriksaan dokter sepesialis di Batam, dikatakan kejadian ini karena ada keterlambatan karena ada jaringan

saraf mata yang putus dan menyarakan untuk dirujuk ke RSCM Jakarta." katanya. Dari Peristiwa ini memang sangat terlihat pelayanan yang tidak tanggap sehingga akhirnya harus ada korban. Untuk ke depan, kejadian yang sama jangan sampai terulang karena lemahnya pelayanan. "Untuk masyarakat seperti saya,mengharapkan agar pelayan kesehatan untuk benar-benar bekerja secara maksimal dan untuk melengkapi fasilitas penunjang yang ada jangan sampai saat listrik mati, tapi genset pun (yud) tidak ada," ujar Awal.(yud)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.