16978494_majalah-mersela-ed-2-tahun-2016_coverisi_update-r1-k

Page 1

Edisi 2 • 2016

MEDAN MERDEKA SELATAN

M A J A L A H S E K R E TA R I AT W A K I L P R E S I D E N

Inovasi dan Promosi Dongkrak Wisata Indonesia Lebih Bergengsi Liputan Utama

10 Bali Baru, Wisata Makin Seru

Tokoh Kita

ABDULLAH AZWAR ANAS, S.PD., S.S., M.SI.

Pengalaman Berkesan Jadi Daya Tarik Wisatawan

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_C-1_R1


DARI REDAKSI DEWAN REDAKSI Pelindung MOHAMAD OEMAR Kepala Sekretariat Wakil Presiden Penasehat TIRTA HIDAYAT Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi, Infrastruktur, dan Kemaritiman BAMBANG WIDIANTO Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan GUNTUR IMAN NEFIANTO Deputi Bidang Administrasi Penanggung Jawab DEWI FORTUNA ANWAR Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan

DOK. SETWAPRES > DARYL

Kekayaan alam dan budaya yang dimiliki Indonesia menunjukkan besarnya potensi pariwisata yang dimiliki bangsa ini. Sayangnya, potensi wisata tersebut hanya bertumpu pada satu destinasi wisata, Bali. Padahal, masih banyak surga lain yang tak kalah menarik. Untuk itu, pemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi-JK memproyeksikan 10 destinasi wisata prioritas yang dianggap potensial untuk mendongkrak kemandirian ekonomi, khususnya dalam pembangunan negara dan kemakmuran rakyat. Namun niat baik tersebut masih terhalang dengan kenyataan yang menunjukkan kecilnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia bila dibandingkan beberapa negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, maupun Singapura. Mengapa begitu? Wakil Presiden Jusuf Kalla memandang, keindahan alam, keramahan penduduk serta kemudahan fasilitas dan infrastruktur inilah yang harus ditawarkan kepada para wisatawan. Bukan mengikuti selera kita sebagai produsen, tapi harus disesuaikan dengan selera turis. Selain itu, Wapres juga menekankan dalam mengelola pariwisata dibutuhkan inovasi dan promosi yang gencar. Untuk itu, tema yang diangkat dalam edisi Mersela kali ini ialah, Inovasi dan Promosi Dongkrak Wisata Indonesia Lebih Bergengsi. Pandangan Wapres dalam mengoptimalkan sektor pariwisata Indonesia diikuti dengan komitmen nyata melalui berbagai pertemuan dengan para pemangku kepentingan, yang selengkapnya dapat disimak dalam Kiprah Wapres.

Selain itu, kementerian, lembaga, maupun pemerintah daerah berupaya keras untuk menindaklanjuti dan mengimplementasikan kebijakan pariwisata yang telah ditetapkan demi terwujudnya destinasi pariwisata lain yang dapat mengikuti kesuksesan Bali di mata dunia. Semua terangkum dalam Liputan Utama. Untuk rubrik Tokoh Kita, sangatlah tepat jika Tim Mersela mengangkat profil Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. Berkat kepiawaiannya dan kejeniusannya dalam mengelola potensi wisata yang ada di Banyuwangi, kini kota di Jawa Timur tersebut berhasil menjadi perhatian dunia. Hal ini dapat dilihat dari berbagai penghargaan internasional yang telah diperolehnya. Sementara, rubrik Serbaneka yang diangkat pada edisi kali ini, menampilkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia, “Kolintang� kesenian Minahasa yang mulai dikenal di mancanegara, dan juga Komodo yang merupakan reptil purbakala terbesar di dunia. Keindahan alam bukanlah satu-satunya faktor menariknya suatu destinasi wisata. Melainkan harus didukung dengan lengkapnya fasilitas yang mempermudah wisatawan, serta kehangatan penduduk dengan kesadaran untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, yang dapat menyempurnakan waktu serta pengalaman wisatawan, sehingga menjadi tempat destinasi wisata yang ideal. Hal ini tentu akan membuat pariwisata Indonesia yang berkilau di mata dunia bukan hanya sekedar cita-cita belaka.

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_C-2_R1

Penanggung Jawab Redaksi RUSMIN NURYADIN Asisten Deputi Komunikasi dan Informasi Publik Redaktur Eksekutif ROMANSEN SUPRIYANTO Redaktur Foto TRI HANDAYANI Editor/Reporter PERY IRAWAN, DARYANTI, SITI KHODIJAH, MEILANI SAECIRIA, INDRA NOVIAR, SASKYA NABRISKA Fotografer YOHANES LINIANDUS, NOVIA ANGGI, JERI WONGIYANTO, MOCH. MUCHLIS Sekretariat MAHDIYONO Disain Layout HENI SOENARDJO Distributor ARIEF HENDRATNO

Alamat Redaksi: Sekretariat Wakil Presiden Jl. Kebon Sirih No. 14, Jakarta Pusat 10110 T. [021] 384 2780 ext. 1132 F. [021] 381 1774 Redaksi menerima sumbangan artikel, masukan dan saran. Silakan kirim ke: Sekretariat Redaksi MERSELA, Asdep Komunikasi dan Informasi Publik, Sekretariat Wakil Presiden

Keterangan Foto: Wapres Jusuf Kalla menikmati senja di Wake, Bali, pada penghujung tahun 2016 Fotografer: JERI WONGIYANTO


DAFTAR ISI

04

08 32

50

38

04

KIPRAH WAPRES

08

LIPUTAN UTAMA

Tarik Wisatawan, Butuh Inovasi dan Promosi 10 Bali Baru, Wisata Makin Seru

32

LIPUTAN KHUSUS

Lawatan Wapres Jusuf Kalla ke Lima, Peru

Pembangunan Desa dan Modernisasi UMKM Tingkatkan Ekonomi Kawasan

37

PENDAPAT MEREKA

38

TOKOH KITA

Mungkinkah Indonesia jadi Target Utama Wisata Dunia?

Abdullah Azwar Anas, S.Pd., S.S., M.Si. Bupati Banyuwangi, Jawa Timur

Pengalaman Berkesan Jadi Daya Tarik Wisatawan

44

GALERI FOTO

48

SERBANEKA

54

OPINI

58

FORUM DISKUSI

• Jogja, Inspirasi Batik Dunia • Kolintang Kawanua Jakarta, Promosikan Indonesia dengan Kesenian Minahasa • Komodo, Reptil Purbakala Terbesar di Dunia

Menggenjot Kunjungan Wisman ke Borobudur

Refleksi Akhir Tahun 2016:

Konsolidasi Dukungan Pelayanan kepada Wakil Presiden MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-03_R1

03


KIPRAH WAPRES

DOK. SETWAPRES > ANGGI

Tarik Wisatawan,

Butuh Inovasi dan Promosi Salah satu dari sembilan agenda prioritas dalam “Nawa Cita” Pemerintahan Jokowi-JK adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, diantaranya adalah sektor pariwisata. Pariwisata merupakan penggerak ekonomi, bahkan sebagai penyumbang bagi Produk Domestik Bruto (PDB), devisa, dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah. Sehingga, pada tahun 2019 pemerintah menargetkan sektor pariwisata sebagai sumber penghasil devisa terbesar. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah pun serius melakukan pembenahan di sektor pariwisata

04

MERSELA | Edisi 2 • 2016

dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus). “Untuk itu perlunya strategi agar pariwisata Indonesia menjadi lebih baik lagi, yaitu dengan mendorong sektor penerbangan, memperbaiki infrastruktur, dan memperbanyak event pariwisata,” tegas Presiden pada rapat terbatas bidang pariwisata di Istana Bogor, Senin, 16 Februari 2015.


Wapres Jusuf Kalla melakukan pertemuan bilateral dengan PM Malaysia Y.M Dato’ Sri Haji Mohammad Najib bin Tun Haji Abdul Razak di Kuala Lumpur 1 Juni 2016

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

Senada dengan Presiden, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat melakukan pertemuan bilateral dengan PM. Malaysia Y.M Dato’ Sri Haji Mohammad Najib Bin Tun Haji Abdul Razak, di sela-sela menghadiri acara World Economic Forum on ASEAN di Kuala Lumpur Malaysia, pada 1 Juni 2016, menyatakan,”wisata memang selalu bergantung pada akses. Akses lewat udara yang makin banyak berdampak pada wisata kita.” Infrastruktur adalah pendukung utama sektor pariwisata di negara manapun, termasuk di Indonesia. Untuk itu pembangunan infrastruktur harus menjadi prioritas, baik itu jalan, bandara, pelabuhan, listrik, maupun komunikasi. Oleh karena itu, pemerintah membentuk Badan Otorita Pariwisata yang bertugas mengkoordinasikan pembangunan infrastruktur di enam destinasi pariwisata prioritas yang telah ditetapkan oleh Presiden sebagai “10 Bali Baru”. Sementara 4 destinasi sudah terbentuk sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yaitu Tanjung Lesung (Banten), Morotai (Maluku Utara), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), dan Tanjung Kelayang (Bangka Belitung). Dengan kehadiran Badan Otorita diharapkan pembangunan pariwisata dan infrastruktur di

“Wisata memang selalu bergantung pada akses. Akses lewat udara yang makin banyak berdampak pada wisata kita”

enam destinasi prioritas tersebut dapat dilakukan secara sinergis dan terintegrasi sekaligus dapat segera diwujudkan. Begitu juga dengan penyelenggaraan event pariwisata baik di tingkat nasional maupun internasional, yang merupakan strategi untuk menarik wisatawan lokal maupun asing, mengingat event pariwisata dapat digunakan sebagai ajang promosi. Luasnya wilayah Indonesia yang terhampar dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Rote hingga Miangas, yang dipercantik dengan keindahan alam, diperkaya dengan keanekaragaman seni dan budaya, serta berbagai jenis kuliner Indonesia merupakan modal utama untuk menarik wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Untuk mengemasnya agar menjadi daerah tujuan wisata yang menarik, diperlukan inovasi dalam pengelolaannya.

MERSELA | Edisi 2 • 2016

05


KIPRAH WAPRES

Wapres Jusuf Kalla bersama Gubernur Nusa Tenggara Barat meninjau Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

”Karena itulah dibutuhkan suatu inovasi pengelolaan dan promosi”

”Karena itulah dibutuhkan suatu inovasi pengelolaan dan dibutuhkan promosi,” ujar Wapres saat memberikan sambutan pada acara Indonesia Attractiveness Award 2015, di Jakarta, 12 Juni 2015. Wapres menambahkan, Indonesia sebenarnya memiliki banyak tempat yang indah, namun tanpa pengelolaan yang baik, maka sedikit turis asing yang bersedia berkunjung ke tanah air. Banyak faktor yang mempengaruhi wisatawan berkunjung ke Indonesia, seperti kebersihan, kenyamanan dan keindahan daerah tersebut, sehingga sangat dibutuhkan perbaikan dan pengembangan untuk mendongkrak pariwisata daerah tersebut. Hal lain yang harus mendapat perhatian adalah masalah administrasi yaitu terkait pembebasan visa serta peningkatan kualitas pelayanan imigrasi. “Hal-hal yang paling mudah kita atasi ialah administrasi kita perbaiki, paling gampang visa. Perbanyak negara yang bebas visa. Kedua, perbaiki imigrasi, jangan menjengkelkan orang yang tiba,” lanjutnya. Pembebasan visa diberlakukan sebagai upaya untuk menggenjot jumlah wisman dengan mempermudah akses masuk ke Indonesia. Pada 2 Maret 2016, Presiden Joko Widodo resmi menandatangani

06

Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan. Penerima Bebas Visa Kunjungan dibebaskan dari kewajiban memiliki visa kunjungan untuk masuk wilayah Indonesia, dan dapat masuk ke wilayah Indonesia melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi tertentu. Hingga saat ini, sebanyak 169 negara telah memperoleh bebas visa kunjungan ke Indonesia. Salah satu tempat wisata yang sangat menarik wisatawan adalah Bali. Banyak wisatawan asing yang datang berkali-kali ke sana, lantaran pemerintah daerah berhasil mengemas sektor pariwisata dengan sangat baik. Menurut Wapres, keindahan, keramahtamahan masyarakat serta makanan yang enak, menjadi daya jual yang dibanggakan di Pulau Dewata itu. Karena sesungguhnya pariwisata merupakan suatu usaha yang tidak rumit, karena sudah diberikan dan diciptakan oleh Tuhan, tinggal bagaimana mengelolanya, bagaimana membuatnya menjadi lebih menarik. Hal yang biasa, bagi orang yang tidak pernah melihatnya, akan tampak luar biasa. Seperti laut yang biru, bagi Indonesia biasa saja, laut di Indonesia di mana-mana karang, tetapi bagi orang Eropa yang lautnya tidak ada karangnya, melihatnya sebagai sesuatu yang luar biasa. “Karena yang membuat daya tarik itu adalah ‘berbedanya’,” tandas Wapres. Gairah pemerintah menjadikan pariwisata sebagai leading sector pembangunan tercermin dari percepatan program 10 destinasi baru yang popular dengan istilah “10 Bali Baru”. “Dan saya minta Menteri Pariwisata untuk melakukan percepatan di 10 destinasi wisata prioritas yaitu di

MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-06_R1


DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

Kiri - Wapres Jusuf Kalla mempromosikan “10 Bali Baru” di acara Pacific-Asia Travel Association (PATA) Travel Mart Kanan - Wapres Jusuf Kalla memimpin Rapat Terbatas mengenai Progress Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas di Kantor Wapres

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

Borobudur, di Mandalika, di Labuan Bajo, di BromoTengger-Semeru, di Kepulauan Seribu, di Toba, di Wakatobi, di Tanjung Lesung, di Morotai, dan di Tanjung Kelayang. Diperlukan sebuah kecepatan, terobosan baik regulasi maupun pekerjaan-pekerjaan di lapangan sehingga hasilnya segera bisa kita nikmati,” ungkap Presiden saat menyampaikan pidato pengantar pada Rapat Terbatas mengenai Destinasi Prioritas Danau Toba di Kantor Presiden pada 2 Februari 2016 lalu. “10 Bali Baru” tersebut juga telah dipromosikan pada acara Pacific-Asia Travel Association (PATA) Travel Mart yang diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD Serpong, Provinsi Banten pada 7-9 September 2016. Wapres pada kesempatan tersebut menyampaikan sambutan sekaligus promosi tentang keindahan pantai, ragam budaya serta nikmatnya kuliner yang tersebar di tanah air. “Kami punya ribuan kilometer pantai, belasan ribu pulau yang dapat anda kunjungi, ratusan budaya, banyak sekali wisata kuliner dengan makanan yang lezat, masyarakat yang ramah, dan berbagai tarian yang dapat ditemukan di Indonesia,” ujar Wapres. Ajang promosi ini diharapkan mampu menarik wisatawan negara-negara yang tergabung dalam PATA, mengingat event tersebut diikuti lebih dari 200 perusahaan, 416 delegasi dari 35 negara serta diliput oleh berbagai media internasional. Dalam rangka mendorong percepatan pengembangan 10 destinasi pariwisata prioritas, pemerintah telah

menetapkan 3 destinasi yang akan dikembangkan terlebih dahulu, yakni Danau Toba, Borobudur, dan Mandalika. Wapres menegaskan, agar pariwisata di Indonesia dikembangkan secara lebih menarik sesuai dengan selera turis. “Jangan mengikuti selera kita, tapi harus menyesuaikannya dengan selera turis, sehingga lebih menarik,” tegas Wapres dalam Rapat Terbatas mengenai Progres Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas, di Kantor Wapres pada 21 Oktober 2016. Lebih jauh Wapres mencontohkan, Arab Saudi yang mengembangkan objek wisata negaranya melalui paket perjalanan ibadah umroh. Sementara Singapura mengembangkan wisatanya melalui kecanggihan teknologi dan kesehatan yang menarik. Wapres juga mengimbau agar dapat dilakukan studi banding ke negara-negara yang berhasil mengembangkan destinasi pariwisata yang memiliki kesamaan dengan yang dimiliki oleh Indonesia, misal Wisata Borobudur dengan Wisata Angkor Wat di Kamboja. Dengan berbagai inovasi dan promosi yang diupayakan pemerintah, diharapkan target 20 juta wisman dan 275 juta pergerakan wisnus di tahun 2019 dapat tercapai. Mereka tidak hanya disuguhkan dengan keindahan alam maupun budaya, tetapi juga cita rasa nusantara. Release-nya lagu “Nasi Padang” yang diciptakan oleh turis Norwegia, Audun Kvitland, merupakan bukti bahwa kuliner nusantara tidak hanya cocok bagi lidah masyarakat Indonesia namun juga digandrungi oleh turis mancanegara. (TH/SK) MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-07_R1

07


LIPUTAN UTAMA

DOK. > ISTIMEWA

10 Bali Baru, Wisata makin Seru Sektor pariwisata diyakini akan menjadi pemasok devisa terbesar. Bahkan, pada 2019 diprediksi mengalahkan devisa dari sektor minyak dan gas (migas). Oleh karena itu, pemerintah berupaya menjadikan sektor menjanjikan ini sebagai leading sector pembangunan ekonomi di Indonesia. Dalam RPJMN 2015-2019 pun pemerintah telah menargetkan kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan 275 juta wisatawan nusantara (wisnus) pada tahun 2019. Gairah pemerintah menjadikan pariwisata sebagai leading sector pembangunan ekonomi tercermin pula dari

08

program 10 destinasi baru yang populer dengan istilah “10 Bali Baru”. 10 destinasi baru tersebut adalah Danau Toba, Kepulauan Seribu, Tanjung Kelayang, Wakatobi, Morotai, Tanjung Lesung, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, dan Labuan Bajo.

MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-08_R1


Untuk mewujudkan “10 Bali Baru” menjadi destinasi wisata kelas dunia (world class destination) seperti pendahulunya yakni Pulau Bali, bukanlah perkara yang mudah. Ditambah lagi target 20 juta wisman di tahun 2019, menjadi pekerjaan rumah yang cukup menantang bagi Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Menteri Pariwisata Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc., optimis dengan berbagai strategi dan inovasi yang diciptakan serta dukungan semua pihak, target tersebut dapat dicapai. Menurut Arief, bila berbicara mengenai potensi, destinasi wisata yang dimiliki oleh Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Pariwisata merupakan bagian dari ekonomi kreatif, industri yang utamanya ditopang oleh budaya. Berdasarkan TTCI (Travel Tourism Competitive Index) yang diterbitkan oleh World Economic Forum, keindahan alam serta nilai budaya Indonesia selalu menjadi Top twenty. Sementara daya saing pariwisata di Indonesia, khususnya dari segi biaya yang murah, berdasarkan IPC (Index Press Competitive) masuk dalam Top 3 in the world. Namun, Arief menyayangkan, meskipun Indonesia memiliki potensi dan proyeksi yang baik, tapi kurang optimal dari segi layanan dan promosi. “Kalau menggunakan rumus 4P di marketing mix itu ada product (potensi wisata), price (biaya wisata), place (fasilitas pelayanan), dan promotion (promosi). Nah promotion kita lemah,” jelasnya. Bila dibuat perbandingan alokasi anggaran antara Indonesia dan Malaysia pada tahun 2014, Indonesia sekitar 300 miliar rupiah, sedangkan Malaysia mencapai 4,2 triliun rupiah, 1/14 kalinya. “Jadi jangan kaget kalo ‘Truly Asia’-nya Malaysia, brand itu jauh lebih populer daripada ‘Wonderful Indonesia’,” ungkap Arief. Kelemahan pariwisata Indonesia yang lain berada pada sisi delivery channel, atau fasilitas pelayanan. Visa menjadi salah satu kendala yang menghambat turis masuk ke Indonesia, padahal negara-negara lain telah memberlakukan bebas visa. “Saya ibaratkan visa itu kalau di telekomunikasi, visa itu seperti starter pack (kartu perdana). Ada harga

DOK. SETWAPRES > ANGGI

INDUSTRI PARIWISATA HARUS ‘GO DIGITAL’

Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc. Menteri Pariwisata

kartu perdana, ada pulsa. Pada bisnis telekomunikasi, pendapatan terbesar operator telekomunikasi itu bukan dari starter pack-nya tapi dari pulsa (usage)nya,” jelas Menteri yang pernah menjabat sebagai CEO PT Telekomunikasi Indonesia. Indonesia menjual starter pack (visa) dengan harga yang tinggi, sementara negara lain menawarkan harga yang terjangkau, bahkan diberikan secara cuma-cuma. Menyadari dua kelemahan tersebut, pemerintah pun bersikeras mengubah strategi dan inovasi, baik dari sisi promosi maupun pelayanan. Arief mengungkapkan, dengan strategi pemasaran dan promosi yang terus digenjot, pertumbuhan wisman di Indonesia tahun 2015 mencapai 10,3%, sementara jika dibanding dunia hanya 4,4%, dan regional 5,1%. Jadi Indonesia 2 kali lipat pertumbuhan regional dan global. Sementara, jika dibandingkan dengan Singapura, pertumbuhannya hanya 1%, sementara Malaysia minus 15%. Namun, Thailand mengalami peningkatan 20%. Untuk menarik wisatawan dalam jumlah yang besar, menurut Arief harus disesuaikan dengan timeline. Misalnya, tema Wonderful Indonesia terpampang di bus-bus wisata di Paris, Perancis, pada saat Europe Cup 2016 (Juni-Juli 2016), dimana jutaan orang dari berbagai penjuru dunia datang menyaksikan pertandingan bergengsi tersebut. Selain itu, pada pameran pariwisata terbesar di dunia, Internationale Tourism Bourse (ITB) Maret 2016 di Berlin, Jerman, paviliun Indonesia menyajikan Wonderful Indonesia bersama-sama dengan sekitar 100 industri pariwisata Indonesia. “Itu seluruh busnya delegasi, kita branding Wonderful Indonesia,” ungkap Arief. MERSELA | Edisi 2 • 2016

09


LIPUTAN UTAMA

KUNJUNGAN BULANAN WISATAWAN MANCANEGARA 2016 VS 2015

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV

2015

2016

785,973 843,928 841,071 801,873 862,388 872,385 877,584 911,704 920,128 877,798 835,408

814,303 888,309 915,019 901,095 915,206 857,651 1,032,741 1,031,986 1,006,653 1,040,651 1,002,333

2016

2015

JAN

FEB

MAR

APR

MEIJ

UN

JULA

GT

SEP

OKT

NOV

Sumber : Website Kemenpar

Sementara dari sisi fasilitas pelayanan, untuk memudahkan wisman masuk ke Indonesia, 169 negara telah diberlakukan bebas visa melalui Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016. Dengan adanya fasilitas ini, Menpar berharap Indonesia akan lebih mudah dalam memenangkan persaingan. Untuk menjadikan pariwisata Indonesia terbaik di dunia, inovasi lain yang kini dikembangkan Kemenpar adalah ‘Go Digital’. “Kita harus start and end with costumer. Costumer kita itu lifestyle-nya sudah berubah, bahkan berubah total. Orang search and share itu 70% menggunakan digital media,” imbuhnya. Hal yang pertama dilakukan adalah menentukan marketplace dalam bentuk digital. Pemerintah akan menyediakan portal khusus bagi industri pariwisata yang telah memiliki digital marketplace sendiri seperti Traveloka, yang bernama ITX (Indonesia Travel Exchange). ITX ini nantinya akan menjadi pasar digital terutama bagi Kelompok Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang bergerak di sektor pariwisata yang menjual tiket, akomodasi, dan atraksi, termasuk souvenir. “Gak usah dipikirin bagaimana pembayaran settlement (penyelesaian)-nya, kita yang sediakan. Itu untuk ke pasarnya. Lalu untuk promosinya, kita kenal dengan ‘Look, Book, Pay’ (LBP),” tegas Arief.

10

Arief menambahkan, Kemenpar juga meluncurkan Dashboard M-17 berupa layar LED touch screen yang sudah terpasang di Lantai 16 Gedung Sapta Pesona, Kemenpar. Teknologi ini memiliki sejumlah layar untuk menampilkan data dan informasi kepariwisataan mulai dari pemasaran, perkembangan destinasi dan industri pariwisata nasional, hingga kelembagaan dan SDM pariwisata yang berbasis pada digital.

Dashboard ini juga menyajikan informasi kedatangan wisman dan pergerakan wisnus secara real up date dari seluruh pintu masuk imigrasi. Dengan adanya real up date ini, akan memudahkan Kemenpar dalam menganalisis pergerakan wisatawan, khususnya ketika diselenggarakan event internasional. “Begitulah bisnis saat ini, jangan menunggu sampai sebulan. Kalau menunggu sampai sebulan too late. Itu sama saja kita hanya melihat performance tanpa ada koreksi,” tuturnya.

Untuk membangun portal ini, Kemenpar menggandeng perusahaan digital media ternama di dunia.

Selain itu, Dashboard M-17 ini dapat memonitor data informasi perkembangan 10 top destinasi sebagai “Bali Baru” secara langsung, mulai dari land clearing, ground breaking, hingga pembangunan fisik. Tak kalah pentingnya, teknologi ini juga dapat memonitor capaian target sertifikasi tenaga bidang pariwisata, pelatihan hospitality, serta kebutuhan tenaga kerja pariwisata di setiap wilayah di Indonesia, yang terus diup date setiap bulan.

“LBP ini akan bisa sempurna menjadi convergence media (media gabungan) kalau menggunakan digital technology atau digital media, otherwise tidak akan bisa,” lanjutnya.

“Nah inilah mungkin inisiatif terbesar yang kita lakukan untuk Tourism Indonesia. Dan diharapkan Digital Tourism Indonesia akan menjadi yang terbaik di dunia,” pungkasnya. (PI/SK)

MERSELA | Edisi 2 • 2016


Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, pemerintah memiliki dua tugas utama, pertama, melayani kebutuhan masyarakat, termasuk infrastruktur, dan yang kedua, mendorong potensi keunggulan wilayah, salah satunya potensi pariwisata. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menjadi lembaga yang berkomitmen untuk menjalankan dua tugas utama tersebut, membangun infrastruktur untuk mengembangkan potensi wisata di Indonesia, demikian diungkapkan Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Ir. Sugiharjo M.Si. Namun, sebelum berbicara tentang pembangunan infrastruktur pariwisata, Sugiharjo menekankan untuk menerjemahkan visi dan misi Kabinet Kerja Pemerintahan Jokowi-JK terlebih dahulu yang tertuang dalam Nawa Cita nomor 3, “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”. “Dan kita sudah melaksanakan pembaharuan infrastruktur di daerah terluar, daerah terpencil dan daerah perbatasan,” ungkapnya. Menurut Sugiharjo, kendala yang dihadapi dalam membangun infrastruktur dan transportasi adalah waktu dan biaya. Untuk itu kebijakan yang diambil oleh Kemenhub adalah, bagi daerah yang sudah berkembang sehingga investasi itu bisa layak secara ekonomi dan finansial, maka pemerintah hanya bertindak sebagai regulator dan fasilitator, dan mendorong investasi tersebut dilakukan oleh BUMN maupun swasta, baik swasta nasional maupun asing. Dengan adanya sebagian investasi dilakukan BUMN maupun swasta ini, maka pemerintah punya simpanan anggaran untuk melakukan pembangunan di wilayah perbatasan, wilayah terluar, maupun wilayah terpencil. Mengapa? Karena pada wilayah-wilayah tersebut ekonominya belum tumbuh. Investor swasta atau BUMN tentunya tidak akan tertarik membangun infrastruktur di wilayah seperti itu karena orientasi mereka adalah profit. Mereka hanya ingin melakukan investasi pariwisata apabila infrastruktur dasarnya sudah terpenuhi. “Nah, karena itu pemerintah harus hadir, negara harus hadir dengan melakukan pembangunan infrastruktur di daerah-daerah perbatasan, terluar, dan terpencil, bukan hanya infrastrukturnya tapi juga layanannya,” tegasnya.

DOK. SETWAPRES > ANGGI

BANGUN INFRASTRUKTUR PARIWISATA DARI PINGGIRAN

Ir. Sugihardjo M.Si.

Sekretaris Jendral Kementerian Perhubungan

Bentuk layanan yang dibangun Kemenhub adalah layanan angkutan perintis transportasi udara, laut, dan darat, termasuk infastrukturnya, seperti bandara dan pelabuhan perintis untuk menuju daerah tujuan wisata. Misalnya, Pelabuhan Labuan Bajo untuk wisata bahari dan Pulau Komodo, Bandara Silangit mendukung wisata Danau Toba, Bandara Matahora untuk wisata Wakatobi, Bandara Sultan Baabullah ke Ternate, dan Bandara Pitu atau yang sekarang dikenal Leo Wattimena untuk mempermudah transportasi ke Pulau Morotai. Sementara, untuk bandara yang sudah tidak bisa dikembangkan lagi di daerah wisata unggulan, Kemenhub akan membangun bandara di daerah yang berpotensi di dekatnya. Misalnya, Bandara AdisutjiptoYogyakarta sudah tidak bisa lagi dikembangkan, untuk itu Kemenhub membangun bandara di Kulon Progo. “Nah, sebelum Kulon Progo-nya jadi, kalau turis mau ke Jogja kita sarankan mendaratnya tidak usah di Jogja tapi di Adi Sumarmo-Solo, dari Solo ke Jogja nanti ada kereta api khusus, jadi nanti ada kereta bandara Adi Sumarmo ke Jogja,” jelas Sugiharjo. Untuk mewujudkan target pemerintah dengan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) di tahun 2019, Kemenhub membuat kebijakan membangun bandara internasional di daerah-daerah wisata unggulan. Sugiharjo mengungkapkan, pada akhir 2014, sudah ada penerbangan dan bandara di daerah wisata, tapi hanya penerbangan nasional, bukan penerbangan internasional (langsung). Wisman mendarat di Jakarta, dan dari Jakarta misalnya ke Lombok, diangkut dengan airline domestik. Artinya, turis yang ke Lombok tetap terlayani dan airline domestik tetap mendapat pangsa pasar dari Jakarta masuk ke Lombok. MERSELA | Edisi 2 • 2016

11


LIPUTAN UTAMA

Wapres Jusuf Kalla meninjau Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

“Nah waktu pola itu dilakukan, penerbangan ke Lombok tidak langsung, itu kenaikan turisnya sekitar 10-15% lah atau 10-20% lah. Tetapi setelah itu pernah dibuka penerbangan langsung dengan menjadikan Bandar Udara Lombok sebagai bandara internasional, kenaikan turis mancanegaranya bukan 10-20% tapi naiknya 300%, dari tahun 2014 ke 2015,” ujarnya. Dengan kenaikan yang mencapai 300%, maka ekonomi di Lombok semakin bergairah. Wisman juga diuntungkan dengan harga tiket yang lebih murah dan juga biaya hidup di Lombok yang murah, sehingga mereka dapat meneruskan perjalanannya ke tempat wisata lainnya, seperti ke Bali, Yogya, Malang, Bunaken Manado, Wakatobi, dan lainlain. Dari kenaikan yang 300% tersebut, kalau yang separuhnya saja meneruskan perjalanan ke daerah wisata lain, airline domestik dapat mengangkut penumpang dengan kenaikan hingga mencapai 150%. Itu artinya penerbangan domestik tetap dapat menikmati keuntungan dari meningkatnya wisman yang menggunakan penerbangan internasional secara langsung. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada saat melakukan kunjungan bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya ke Bandara HAS Hanandjoeddin Belitung, juga sudah men-declare bahwa bandara tersebut akan dijadikan bandara internasional, agar wisman bisa langsung ke Belitung, karena potensi pariwisata di daerah ini sangat luar biasa. “Kami sudah mendapat dukungan dari Kementerian Keuangan untuk pelaksanaan bea cukai, dari

12

MERSELA | Edisi 2 • 2016

Kementerian Kehakiman untuk keimigrasiannya, dan dari Kementerian Pertanian terkait karantina. Tahun ini dilakukan pembenahan terminal, karena harus ada pemilahan antara pergerakan internasional dengan domestik,” ujar Sugiharjo. Selain itu, Kemenhub juga mendorong ketersediaan angkutan bus pemandu moda di darat, yaitu dari Bandara HAS Hanandjoeddin ke Tanjung Kelayang, dimana terdapat Pantai Tanjung Kelayang tempat dilakukannya shooting film Laskar Pelangi. “Dengan kita mendorong bandara menjadi bandara internasional, itu berarti mendorong perkembangan turis,” lanjutnya. Untuk memberikan kemudahan bagi wisman berkunjung ke daerah-daerah wisata di Indonesia dengan menggunakan kapal pesiar, Sugiharjo mengatakan, telah diterbitkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 121 Tahun 2015 tentang Pemberian Kemudahan Bagi Wisatawan dengan Menggunakan Kapal Pesiar (Cruise Ship) Berbendera Asing. Kapal pesiar tersebut dapat mengangkut wisatawan di lima pelabuhan dalam negeri yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan, Makassar, dan Benoa, untuk berwisata mulai dari pelabuhan asal di dalam negeri tersebut ke destinasi wisata, untuk kembali ke pelabuhan asal keberangkatan, sepanjang perjalanan tersebut merupakan bagian dari perjalanan wisata dari dan keluar wilayah perairan Indonesia. Sebelumnya, cruise dan yacht yang singgah di setiap


DOK. > HUMAS PEMKAB WAKATOBI

pelabuhan Indonesia harus melewati prosedur CIQS (customs, immigration, quarantine, and security/ kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan), tapi sekarang hanya pada saat masuk dan keluar Indonesia. “Pertama kali mendarat dan waktu akan keluar harus ada CIQS, karena untuk keamanan negara ’kan. Tapi di tengah-tengah itu mereka mau ketempat-tempat yang indah-indah silahkan. Itu regulasinya sudah kita bikin, bekerjasama dengan Ditjen Bea dan Cukai serta Ditjen Imigrasi,” ungkapnya. Sementara, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 171 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelayanan Kapal Wisata (Yacht) Asing di perairan Indonesia, memberikan kemudahan bagi yacht asing untuk menurunkan wisman dalam pengurusan kepabeanan, kekarantinaan, keimigrasian dan kepelabuhanan di delapan belas pelabuhan yaitu Pelabuhan Sabang, Belawan, Teluk Bayur, Nongsa Point Marina-Batam, Bandar Bintan Telani, Tanjung Pandan, Sunda Kelapa dan Marina Ancol, Benoa, Tenau Kupang, Kumai Tarakan, Nunukan, Bitung, Ambon, Saumlaki, Tual, Sorong, dan Biak. Menurut Sugiharjo, untuk menarik wisatawan, objek wisata harus memenuhi unsur 3A, Attraction (daya tarik), Accessibility (kemudahan transportasi), dan Amenity (akomodasi). Sementara di Indonesia masih banyak daerah yang memiliki daya tarik yang sangat bagus tapi tidak didukung dengan akses dan akomodasi yang memadai. Raja Ampat, misalnya, transportasi menuju ke sana sangat mahal karena harus menyewa kapal.

Taman Bawah Laut yang berada di Dermaga Pangulubelo menjadi salah satu paket wisata yang rutin disinggahi Kapal PELNI

“Untuk itu kita mendorong PELNI membuat paket-paket wisata yang menarik. Jadi dengan naik kapal PELNI, bisa buat transportasi, dan tidak perlu cari hotel karena menginapnya di kapal PELNI. Langsung dari kapal ke objek wisatanya. PELNI sudah mengembangkan paket-paket tersebut baik untuk ke Derawan, Wakatobi, Labuan Bajo, maupun Raja Ampat,” jelasnya. Pada prinsipnya, untuk pembenahan terkait transportasi di daerah wisata yang akan dikembangkan, Kemenhub hanya sebagai penunjang. Sementara, masukan tentang daerah pengembangan bisa datang dari stakeholders. Pengembangannya tidak bisa lagi sektoral atau parsial. Disamping kebijakan anggaran, pendekatan spasial tetap harus dilakukan. Jadi, wilayah yang sudah ditentukan, akan dibagun secara gotong-royong. Namun Sugiharjo menekankan, stakeholders yang ingin mendapatkan dukungan dari Kemenhub hendaknya menyampaikan secara jelas dukungan apa yang dibutuhkan, apakah dalam bentuk sarana, prasarana, atau layanan. “Kan yang tau demand bukan orang perhubungan, perhubungan hanya men-support. Nah silakan, pokoknya prinsipnya program pariwisata apa kita support,” pungkasnya. (DY/SK)

MERSELA | Edisi 2 • 2016

13


LIPUTAN UTAMA

Menjadi negara yang memiliki beragam potensi alam yang tersebar dari Sabang-Merauke haruslah disyukuri oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kekayaan alam inilah yang menjadi salah satu modal penting majunya sektor pariwisata suatu negara. Menurut Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi, Infrastruktur dan Kemaritiman Dr. Tirta Hidayat, sektor pariwisata yang saat ini tengah menjadi program prioritas pemerintah, merupakan suatu sektor yang unik karena objek wisata itu melekat dengan alam yang tidak dibangun oleh manusia. “Situasinya seperti itu. Jadi kalau ini dijadikan prioritas sangat pantas dan tepat karena pada prinsipnya objek itu sudah ada, tinggal bagaimana kita mengelolanya supaya menarik,” ujar Tirta. Dengan target 20 juta wisman dan 275 juta wisnus di tahun 2019, dibutuhkan kerjasama semua pihak, terutama untuk bersaing dengan negara-negara tetangga. “Kalau dilihat negara tetangga yang kecil saja, Singapura itu sudah mencapai 16 jutaan bahkan di Malaysia itu sudah mencapai 20 sampai 25 jutaan bahkan lebih, di Thailand mendekati 30 juta,” jelas Tirta. Dengan perhitungan yang realistis dan juga melihat pada keanekaragaman wisata yang dimiliki Indonesia, menurutnya, jumlah 20 juta wisman tidaklah sulit untuk dicapai. Namun, tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa kendala yang dihadapi, salah satunya ialah mengenai aksesibilitas menuju tempat wisata, dimana infrastruktur belum memadai. “Dari Jogja kalau kita mau ke Borobudur itu ada jalan nasional melewati jalan provinsi. Bagaimana misalnya jalan nasional itu diperbaiki atau dilebarkan tapi yang jalan provinsinya tidak, yang jalan kabupatennya tidak, dan berbeda-beda kualitasnya, inilah yang membuat repot,” ungkapnya. Untuk itu, sepanjang tahun 2016 Wakil Presiden Jusuf Kalla melakukan rapat koordinasi (rakor) sebanyak 3 kali, yaitu tanggal 25 Mei, 23 Juni, dan 21 Oktober 2016, dengan Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait, membahas pengembangan pariwisata Indonesia. 3 daerah dari 10 Bali Baru, yaitu Candi Borobudur, Mandalika, dan Danau Toba, menjadi prioritas pengembangan. Dalam rapat tidak hanya dibahas

14

MERSELA | Edisi 2 • 2016

DOK. SETWAPRES > MOCH. MUCHLIS

KEMBANGKAN INFRASTRUKTUR DAN SDM

Dr. Tirta Hidayat

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi, Infrastruktur dan Kemaritiman Sekretariat Wakil Presiden

masalah attraction atau daya tarik wisata, tetapi juga pembangunan infrastruktur. Sebagai upaya mewujudkan pengembangan ketiga destinasi wisata prioritas tersebut, Kementerian Pariwisata berkoordinasi dengan Kemenko Perekonomian, Kemenko Maritim, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR), Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan, Bappenas, serta pengelola kawasan Danau Toba, Borobudur, dan Mandalika untuk menyusun Integrated Tourism Masterplan (ITM) yang akan dimulai Februari 2017. Dengan anggaran dan juga framework yang telah ditentukan melalui ITM, diharapkan menghadirkan 4 fokus utama. Pertama, memperbaiki konektivitas dan daya dukung pariwisata dari 3 destinasi prioritas. Kedua, meningkatkan iklim investasi terutama investasi swasta untuk pariwisata. Ketiga, mendorong rute-rute sektor pariwisata dengan ekonomi lokal seperti lapangan kerja dan UKM. Keempat, meningkatkan kapasitas lembaga untuk memfasilitasi pengembangan pariwisata terpadu dan berkelanjutan. Berbicara masalah infrastruktur, Kementerian Perhubungan telah melakukan pengembangan transportasi untuk ketiga destinasi wisata prioritas. Untuk Danau Toba, tahun ini tengah dilakukan persiapan, dan tahun depan akan dibangun 2 bandara. Sedangkan untuk Borobudur, sebagai alternatif bandara yang paling dekat dengan objek wisata ini adalah Bandara Kulon Progo, yang pembangunannya diharapkan akan selesai pertengahan tahun 2019. Disamping itu, akan dikembangkan juga Bandara Adi Sumarmo di Kota Solo, untuk memudahkan wisatawan yang ingin menuju ke Yogyakarta. Sementara untuk Mandalika, rencananya akan dibangun beberapa


DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

pelabuhan di Labuan Bajo yang akan dilakukan oleh PT. Pelindo. Sedangkan untuk infrastruktur jalan, Kementerian PUPR menyiapkan pembangunan yang meliputi jalan dan jembatan, penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, dan perumahan swadaya. Untuk Danau Toba, akan dibangun jalan tol Prapat-Tarutung-Sibolga sebagai bagian dari tol Tebing Tinggi-Pematang Siantar-Prapat-Tarutung-Sibolga sepanjang 175 km. Di Borobudur akan dibangun jalan tol YogyakartaBawen. Sementara di Mandalika akan dibangun tol Praya-Mandalika.

Wapres Jusuf Kalla bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya meninjau maket kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat

Pertama promosi yang dilakukan harus benar, target dan tempat promosi harus jelas. Kedua, yang melakukan promosi memang ahli, dan yang Ketiga ialah dana untuk melakukan promosi.

Selain masalah infrastruktur, menurut Tirta, Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi faktor penting dalam memajukan pariwisata.

“Contoh, ketika saya sekolah di Amerika sekitar akhir tahun 80-an hingga awal 90-an ada Visit Indonesia Year, ada Malaysia Year dan ada Thailand Year. Saya lihat yang Thailand dan Malaysia hampir setiap hari ada di televisi, sementara yang Indonesia tidak pernah. Ketika saya pulang ke Indonesia ada promosinya. Ini kan lucu,” kisahnya.

“Bali itu apa sih? Perbedaannya menurut saya itu orangnya, orang Bali itu cenderung melayani dan ramah yang membuat orang merasa nyaman,” ungkap Tirta.

Mengundang wisatawan mancanegara yang berdomisili di luar negeri, tetapi promosinya dilakukan di dalam negeri, dirasa Tirta cukup aneh.

Keinginan Presiden Joko Widodo untuk merevolusi mental masyarakat Indonesia, dirasa Tirta sangatlah tepat, walau mungkin tidak akan mudah karena menyangkut jalan hidup dan cara pandang setiap individu. “Orang Jawa halus, orang Sunda agak halus. Tetapi kalau ketemu orang Aceh, Makassar dan Batak capek disuruh melayani, susah karena tidak terbiasa,” jelas Tirta mengambil contoh.

Bila dibandingkan dengan marketing dan promosi pada zaman dahulu, dengan sekarang tentulah jauh lebih terjangkau. Di zaman modern seperti saat ini, terdapat banyak akses untuk mempermudah kebutuhan masyarakat serta menghubungkan setiap orang tanpa terbatas ruang dan waktu. Media sosial dalam hal ini merupakan alat yang cukup efektif dan juga ekonomis untuk menjadi tempat promosi.

Untuk dapat memajukan pariwisata, Indonesia harus memiliki daya tarik untuk para wisatawan. Disinilah, lanjut Tirta, fungsi dan peran promosi yang penting dalam kemajuan sektor pariwisata. Untuk melakukan promosi ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

“Maka dari itu, meski terjadi penurunan anggaran, hal tersebut seharusnya tidak menjadi permasalahan besar karena objeknya sudah ada, tinggal bagaimana mengembangkan infrastruktur dan sumber daya manusia,” pungkasnya. (RP/SK) MERSELA | Edisi 2 • 2016

15


LIPUTAN UTAMA

Siapa tak kenal Kota Batu? kota kecil yang terletak di sebelah Barat Daya Kabupaten Malang ini, kini menjadi daerah wisata terkenal di seantero nusantara, bahkan pamornya telah merambah ke mancanegara. Kota yang dibentuk dari pemekaran Kabupaten Malang melalui UU No. 11 Tahun 2001 ini, pada 14 Oktober 2016 memperingati hari jadinya ke-15. Sebuah kota ibarat baru seumur jagung, namun dengan kondisi alam dan geografis yang elok, serta manajemen yang baik, menjadikan Batu semakin cantik, indah, unik, dan tersohor. Bahkan ketika zaman penjajahan, bangsa Belanda kagum akan keindahan Batu, dan menjulukinya sebagai De Kleine Zwitserland atau Swiss Kecil di Pulau Jawa, sehingga Batu disejajarkan dengan sebuah negara di Eropa yaitu Swiss. Menurut Walikota Batu H. Eddy Rumpoko, Batu memang sudah memiliki sejarah sebagai Kota Pariwisata, karena kondisi alamnya yang sejuk, udaranya yang segar, topografi yang indah, serta masyarakatnya yang ramah, sehingga berpotensi dikembangkan menjadi daerah wisata yang dikagumi. Potensi itulah yang setidaknya ditangkap oleh Eddy untuk mengembangkan kota ini menjadi semakin maju. Dengan tidak bermaksud menyombongkan diri, Eddy bercerita bahwa Batu dahulunya sempat hampir meredup. Namun sejak terpilih menjadi Wali Kota tahun 2007, ia menangkap sejumlah peluang di kota dengan luas 202.30 km2 ini untuk dikembangkan menjadi daerah wisata yang menakjubkan, sehingga program pembangunan dititikberatkan pada pariwisata, pertanian dan pendidikan. “Sesungguhnya banyak daerah di Indonesia terutama Jawa Timur ini yang juga memiliki potensi pariwisata, namun belum dioptimalkan, sehingga dengan visi kedepan yakni Kota Batu sebagai Sentra Pertanian Organik, berbasis Pariwisata Internasional, maka kami ingin mengembangkan pariwisata Jawa Timur khususnya Kota Batu. Inilah yang menjadi komitmen kami untuk mengembangkan Kota Batu ini menjadi kawasan pariwisata,” tegas Eddy Rumpoko. Hal-hal yang memotivasi Eddy untuk mengembangkan pariwisata Batu dilihat dari sejumlah faktor yang mendukung, antara lain alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, serta masyarakatnya yang ramah dan berbudaya, sehingga Batu sangat tepat menjadi tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi.

16

MERSELA | Edisi 2 • 2016

DOK. SETWAPRES > MOCH. MUCHLIS

OPTIMALKAN POTENSI WISATA YANG ADA

Eddy Rumpoko

Wali Kota Batu, Jawa Timur

Oleh karena itu, hingga kini pihaknya terus mengembangkan pariwisata untuk mendatangkan wisman dan wisnus. Eddy mencatat, pada tahun 2015 Batu telah dikunjungi sekitar 4 juta orang wisnus dan wisman. Guna mendukung pariwisata, Batu juga telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung utama seperti hotel yang berkelas bagus, serta restoranrestoran dan kuliner menarik bagi wisatawan. “Jadi kami bersama masyarakat kota Batu sudah siap mendukung program pengembangan pariwisata di Indonesia,” ucapnya. Bukti wujud dukungan tersebut, telah dibangun dan dikembangkan sejumlah objek wisata di kota ini, seperti air terjun Coban Rondo, museum satwa Jatim Park 2, Batu Secret Zoo yakni kebun binatang modern, Museum Angkut yang mengoleksi kendaraan roda dua hingga roda empat sejak zaman dahulu hingga sekarang, yang berasal dari berbagai negara seperti dari Italia, Inggris, Amerika, Jerman, dan lain sebagainya. Disamping itu Batu juga memiliki kekayaan budaya berupa kesenian tradisional bernama Bantengan, yakni semacam reog atau jaran kepang/ kuda lumping yang dilengkapi dengan bunyi-bunyi alat bernama krencengan. “Jadi sesungguhnya dengan kota yang kecil dan memiliki akar budaya, serta masyarakat yang hidup guyup rukun ini, kami bisa menggerakkan sektor pariwisata untuk mendongkrak potensi-potensi lainnya,” ungkapnya. Sejak zaman Belanda, Batu sebenarnya sudah menjadi kota wisata karena telah ada Taman Selecta, pemandian air panas Pemandian Tirta Nirwana Songgoriti, pegunungan, serta udara yang sejuk dan segar. Inilah


DOK. SETWAPRES > MOCH. MUCHLIS

Objek wisata air terjun Coban Rondo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur

yang dirintis Eddy Rumpoko sebagai modal dalam pengembangan pariwisata, di saat daerah lain ketika itu belum berbuat serupa untuk daerahnya. Karena itu ia memiliki prinsip jika pariwisata dikembangkan, maka secara otomatis masyarakatnya pun akan ikut bergerak. Seiring dengan berkembangnya Kota Batu sebagai destinasi pariwisata, maka membawa perubahan sikap hidup pada masyarakat setempat untuk berbuat sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya masing-masing. Misalnya saja masyarakat kini ada yang menyelenggarakan rafting untuk pengunjung, menyelenggarakan paralayang, juga ada yang mengurus wisata-wisata desa sehingga kegiatan masyarakat menjadi hidup. Disamping itu, juga bergerak di sektor pertanian yang hasilnya para petani sudah dapat menjual langsung produknya kepada wisatawan berupa buah-buahan, sayur-mayur, makanan dan minuman khas Batu, serta industri pariwisata lainnya. Antusiasme masyarakat atas berkembangnya Kota Batu sebagai daerah wisata, di satu sisi membawa keberuntungan bagi masyarakat Batu, namun di sisi lain juga menimbulkan masalah baru, karena daerah ini didatangi wisatawan dari berbagai daerah sehingga menjadi semakin padat dan terjadi kemacetan lalu lintas. “Inilah yang menjadi kendala bagi Pemda Kota Batu dan masyarakat setempat,” ungkap Eddy. Dengan kondisi kota seperti ini, ia mengharapkan uluran tangan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi untuk mengembangkan

infrastruktur jalan antar wilayah secara terpadu, seperti misalnya dari Surabaya ataupun daerahdaerah lainnya yang mengakses ke Kota Batu. Sehebat apapun hasil suatu produk, maka suksesnya penjualan tergantung pada strategi dan kepiawaian promosi penjualan. Dalam upaya menjual pariwisata Kota Batu, menurut Eddy, selain telah melakukan kegiatan promosi di dalam negeri juga dilakukan ke luar negeri. Ketika ia diundang menghadiri suatu event pameran pariwisata di Cheko dan China, ia memanfaatkannya secara baik untuk mempromosikan Batu sebagai kota wisata edukasi, dan wisata-wisata alam yang indah. Keberhasilan pembangunan Kota Batu dibuktikan Eddy Rumpoko dengan diterimanya penghargaan “Marketeer of the Year 2016” untuk kategori government dari Markplus, yakni sebuah perusahaan bergerak di bidang konsultan marketing yang berbasis di Asia. Penghargaan tersebut menurut Eddy merupakan hasil kerja keras bersama antara Pemda Kota Batu dengan seluruh masyarakatnya. Bermula dari lima tahun lalu, Eddy melihat peluang adanya kultur masyarakat sebagai petani, maka ia mengajak masyarakatnya untuk mengembangkan Batu sebagai daerah pariwisata. Langkah ini mendapat sambutan positif, dan ternyata dapat diselesaikan secara baik. Menurut Eddy, dengan kesadaran masyarakatnya yang tinggi, maka tatanan sosial masyarakat telah berjalan secara baik, sehingga MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-17_R1

17


LIPUTAN UTAMA

DOK. SETWAPRES > MOCH. MUCHLIS

Salah satu Taman Wisata Petik Apel Kota Batu - Jawa Timur

berpengaruh terhadap keamanan, ketenteraman, dan kenyamanan sebagai unsur pendukung suksesnya program pariwisata. “Jadi mohon maaf saya sampaikan, disini sangat aman, bisa dicek sendiri di kantor Kepolisian Batu apakah disini ada tindak kriminal atau tidak,” ungkapnya. Dengan bukti riil dukungan masyarakat tersebut, maka indikator yang dapat dirasakan di kota ini tidak ada lagi masyarakat yang berlomba-lomba mencari pekerjaan, karena sudah bisa berwirausaha. Begitu juga suasana keamanan yang kondusif dan nyaman, karena tidak ada lagi unjuk rasa yang memprotes pemerintah. “Bukan berarti saya menonjolkan kota saya, tetapi ini bisa dibuktikan dengan menanyakan kepada masyarakat apakah mereka nyaman atau tidak dengan bergeraknya kota Batu ini,” lanjutnya. Kemajuan Batu juga diakui Eddy karena adanya dukungan dari pemerintah pusat yang telah banyak menyelenggarakan event-event di kota ini. Ke depan, ia berharap, dalam menyelenggarakan promosi pariwisata hendaknya tidak hanya terfokus pada wilayah Bali dan Yogyakarta, tetapi juga kota Batu sebagai bagian dari program kerja promosi pariwisata dan pembangunan infrastruktur dari pemerintah pusat. Ia juga berharap, kepada pemerintah pusat, hendaknya ketika membuat event-event internasional juga dapat ditempatkan di Kota Batu, karena kota tersebut diakuinya sudah dapat memberikan fasilitas yang bertaraf internasional. “Jadi kami berharap silahkan Kota Batu dapat digunakan untuk event-event

18

internasional,” imbau Eddy. Sementara itu, Ketua DPRD Kota Batu Cahyo Edi Purnomo menambahkan, eksistensi kepemerintahan Kota Batu saat ini dinilai sudah sempurna dengan dibukanya berbagai lembaga lain di kota ini, seperti Polres, Kejaksaan, Pengadilan, dan lain-lain, sehingga hal ini sangat mendukung iklim yang kondusif untuk kemajuan Batu. Ia juga mengharapkan, banyaknya lokasi wisata di Batu seperti petik buah apel, jambu, stroberi, petik bunga, dan lain-lain, serta potensi-potensi wisata setiap desa yang berbeda-beda, dapat diekspose ke permukaan secara terus-menerus. “Saat ini sedang nge-trend wisata petik apel, yaitu masuk perkebunan sambil makan apel sepuasnya hanya bayar 12.500 rupiah, tetapi jika ingin membawa pulang, maka apel yang dipetik baru ditimbang. Pola ini sangat disenangi wisatawan,” kata Cahyo Edi. Sambil melakukan kegiatan tesebut, wisatawan juga mendapatkan penjelasan dari pemandu tentang halhal yang berkaitan dengan wisata. Selain itu, masih banyak jenis wisata lain seperti wisata edukasi di Kampung Sapi Adventure atau peternakan kambing jenis Etawa yang lucu-lucu, bersih dan menghasilkan susu, serta pola pengelolaannya yang menarik. Begitu juga adanya wisata batik yang sudah merambah hingga kawasan Eropa membuat Kota Batu semakin tersohor. “Yang saya sampaikan hanya sebagian kecil potensi Kota Batu, masih banyak lagi potensi wisata yang ada di sini,” pungkas Cahyo Edi. (SY/IN)

MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-18_R1


Menjadi salah satu Industri potensial yang telah dirasakan dunia, membuat setiap negara berlombalomba untuk mengembangkan sektor pariwisatanya. Tidak hanya untuk negara kaya yang berlimpah akan aset alamnya, tapi juga untuk negara yang minim objek wisata. Pengamat Pariwisata yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2011-2014 Dr. H. Sapta Nirwandar, S.E. mengaku sangat gembira begitu mendengar sektor pariwisata menjadi salah satu dari 9 agenda prioritas Jokowi-JK. “Tanpa adanya dukungan Presiden dan Wakil Presiden, proses koordinasi biasanya akan berjalan lambat,” ucap Sapta. Melihat pada beberapa negara maju seperti Perancis, Inggris, Amerika dan China yang menjadikan pariwisata sebagai sumber pendapatan dan pembuka lapangan pekerjaan, maka konsep pariwisata sebagai industri yang potensial secara tidak langsung sudah terbuktikan. Untuk itu, dalam membangun sektor pariwisata dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, misalnya Kementerian Pekerjaan Umum untuk infrastrukur dan kementerian lainnya yang saling menangani sektor terkait. Pariwisata dewasa ini tidak hanya menyita perhatian pemerintah pusat tetapi juga kepala daerah baik kabupaten/kota maupun provinsi, salah satunya ialah Banyuwangi. Sapta mencermati, meski menjadi salah satu daerah pariwisata yang relatif baru namun Banyuwangi saat ini sangat maju. Kemajuan pariwisata beberapa daerah lainnya seperti Bangka Belitung dan keindahan Danau Sentani di Papua juga mulai muncul dan menjadi trend untuk wisatawan nusantara hingga mancanegara. Menurut Sapta, untuk memajukan pariwisata diperlukan berbagai elemen, salah satu kuncinya adalah destinasi wisata. “Destinasi itu sangat penting dan tidak pernah habis dari Sabang sampai Merauke, hanya saja belum kita garap dengan seksama,” ungkapnya. Untuk itu demi mendukung kemajuan pariwisata Indonesia maka pemerintah telah melakukan terobosan dengan melakukan perbaikan destinasi. Hal tersebut

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

DESTINASI WISATA HARUS DIGARAP DENGAN SEKSAMA

Dr. H. Sapta Nirwandar, S.E. Pengamat Pariwisata

tentulah baik, namun Sapta berharap perhatian tidak hanya diberikan kepada destinasi-destinasi besar saja, tapi juga yang berskala kecil dan menengah diperbaiki dan dikemas secara lebih menarik agar dapat diterima wisatawan. Sapta mencontohkan, Indonesia memiliki banyak destinasi yang tidak terlalu membutuhkan pendanaan yang besar namun memberikan dampak positif bagi wisatawan mancanegara maupun nusantara yang datang. “Kita banyak memiliki hal yang seperti itu tinggal bagaimana mengemasnya dan mendidik masyarakat termasuk pelayanannya,” ujarnya. Hal penting lainya ialah pemasaran. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dana pemasaran saat ini terbilang cukup besar. Maka seharusnya akan relatif lebih mudah saat ini untuk memasarkan keindahan pariwisata Indonesia di mata dunia. Dana yang cukup dari pemerintah menurut Sapta haruslah terukur sasarannya, “Berapa yang harus dikeluarkan dan berapa kira-kira hasil yang diperoleh dari pemasaran,” jelas Sapta. Keindahan alam yang ditawarkan suatu destinasi wisata tidak lantas menjamin pariwisata daerah tersebut memiliki ruang tersendiri di hati wisatawan. Keindahan alam hanya menjadi syarat wisatawan untuk datang. Banyak faktor lain yang membuat suatu destinasi wisata maju dan terus berkembang, diantaranya ialah sarana dan prasarana yang memadai dan juga pelayanan. Menurut Sapta, pelayanan dapat menjadi pembanding wisata satu dengan yang lainnya serta menjadi salah satu faktor pertimbangan wisatawan apakah akan berkunjung kembali atau tidak. Dengan destinasi wisata MERSELA | Edisi 2 • 2016

19


LIPUTAN UTAMA

yang potensial, strategi pemasaran, aksesibilitas, dan pelayanan yang baik tentu akan menarik banyak wisatawan untuk datang dan kembali berkunjung. Bahkan bukan tidak mungkin, wisatawan yang telah menikmati pariwisata Indonesia akan menjadi endorser untuk orang lain atau paling tidak kerabat terdekat. “Presiden Jokowi pernah berpesan, era kompetisi atau persaingan itu butuh kerja keras, produktivitas dan inovasi untuk menjadi bangsa yang pemenang,” tukasnya. Berbicara mengenai aksesibilitas, menurut Sapta harus ada partisipasi pemerintah dalam setiap tingkatan dalam membangun suatu destinasi untuk kepentingan masyarakat sekitar. “Karena pariwisata itu cash pada umumnya langsung kepada masyarakat. Kalau dia tinggal di sana tidak mungkin dia membeli makanan di tempat lain,” jelas Sapta. Aksesibilitas ini juga menjadi permasalahan yang tengah dihadapi oleh pariwisata Indonesia saat ini. Sapta menjelaskan kompetisi semakin keras, karena ada kesamaan kita dengan tempat lain. “Orang lain juga punya laut punya gunung, apalagi mereka didukung oleh kemudahan aksesibilitas hotel, restaurant dan service, jadi tentu mereka lebih komplit dari kita, nah itu yang perlu lebih dipersiapkan,” tegas Sapta. Mengutip perkataan yang sering diulang Wakil Presiden Jusuf Kalla mengenai pariwisata Indonesia tentang hal-hal menyeramkan yang dijual oleh beberapa destinasi wisata seperti contohnya tarian-tarian jaman dulu yang menggunakan golok, pedang debus dan benda tajam lainya untuk aksesoris pertunjukan, dirasa Sapta harus disiasati dengan memilah mana yang kiranya dapat menjadi konsumsi lokal ataupun internasional. Hal ini harus dibuat spesifik, dan tidak akan berdampak negatif bila dikemas unik/berbeda namun dalam porsi yang layak dikonsumsi untuk wisatawan lokal maupun internasional. Masih dalam kaitannya dengan daya tarik pariwisata Indonesia, Presiden telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan. Menurut Sapta harus ada evaluasi lebih lanjut apakah kebijakan tersebut efektif. Karena terdapat beberapa negara yang telah diberikan

20

MERSELA | Edisi 2 • 2016

bebas visa tetapi tetap tidak ada yang datang. “Untuk apa kita berikan bebas visa kepada negara-negara yang tidak pernah datang,” imbuhnya. Meskipun kebijakan tersebut dibuat untuk mempermudah wisatawan, namun pemerintah juga harus dapat membagi pikirannya akan hal lain yang lebih penting, yaitu pelayanan serta edukasi masyarakatnya dalam membangun situasi yang kondusif untuk wisatawan. 10 destinasi wisata prioritas atau yang dikenal dengan “10 Bali Baru”, saat ini menjadi program yang dikebut pemerintah untuk tahun 2019 nanti. Dengan waktu yang terbilang singkat dan rencana pencapaian yang sangatlah besar, jelas bahwa hal tersebut tidak mudah. Sapta membagikan pengalamannya dalam membuat Bali Tourism Develop Coperasion (BTDC) yang membutuhkan waktu tahunan dalam persiapanya. Hotel Nusa Dua yang dibangun pada zaman orde baru pun membutuhkan waktu yang cukup lama hingga akhirnya bisa maju. Menurut Sapta, ini juga akan sama dengan Mandalika yang membutuhkan proses yang tidak sebentar. Perlunya membuat program-program destinasi yang unik dan berkualitas dengan skala yang relatif lebih kecil, dirasa Sapta perlu, agar hasilnya dapat dirasakan lebih cepat. Namun Sapta mengakui keberadaan Badan Otorita dan lembaga sejenis lainya yang dibentuk untuk mendorong sektor pariwisata ini merupakan langkah baik yang disiapkan pemerintah. Selain pemerintah, peran masyarakat juga tidak dapat dilepaskan dalam kemajuan pariwisata karena tempat dari objek wisata atau destinasi berada dalam lingkungan masyarakat. Menurut Sapta, peran masyarakat terhadap pariwisata dibagi menjadi dua, yaitu ikut serta dalam mengembangkan dan juga melestarikan. Masyarakat yang ikut melestarikan mau tidak mau memberi dampak sosial dan menghasilkan pendapatan. “Kalau orang akan berkunjung ke kawah Tangkuban Perahu pasti dia membutuhkan dukungan transportasi, bisa dari daerah bisa dari Jakarta. Tetapi yang dari lokal dia membutuhkan minuman, makanan, restoran, souvenir dan seterusnya yang diproduksi oleh komunitas, pedagang/masyarakat di lingkungan sekitar destinasi wisata,” jelas Sapta.


DOK. > ISTIMEWA

Namun, sebaliknya akan terjadi, bila tidak ada kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan destinasi wisata. Hal ini tentu menjadi penting karena dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung maka akan berdampak pada stimulasi ekonomi yang positif untuk masyarakat lokal. Pasca ditetapkanya 10 destinasi wisata menjadi program prioritas pemerintah, perkembangan terhadap daerahdaerah tersebut pun sudah terlihat dan telah dirasakan oleh para wisatawan. Misalnya di Lombok, NTB. Jika dibandingkan NTB yang dahulunya menggantungkan nasib kepada Bali, kini keadaan jauh berbeda. “Sekarang dia sudah take off. Sejak ada Lombok Sumbawa Visit Year, ada airport baru ditambah destinasi halal, sudah kelihatan maju dan kunjungannya meningkat baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara,” ungkapnya. Menjadikan Pariwisata sebagai prioritas dan pendongkrak kemandirian ekonomi Indonesia, menurut Sapta merupakan hal tepat yang dipilih pemerintah. Dukungan serius secara sistematis baik infrastruktur terkait seperti visa, promosi dan hal lainnya menjadi harapan Sapta kepada pemerintah yang kiranya bisa terlaksana. Satu hal yang perlu dipertimbangkan menurut Sapta ialah, wisata itu tidak hanya untuk menghasilkan devisa, tetapi perlu diingat bahwa pariwisata ini adalah

Danau Sentani, salah satu objek wisata unggulan Papua karena lokasinya mudah dijangkau, yakni 50 km dari Jayapura

bagian dari kesejahteraan masyarakat yang berarti wisnus juga harus menjadi perhatian. Sapta mengambil contoh Amerika yang wisnusnya cukup maju disamping wisman. Hal ini juga dapat dilihat di tanah air, tepatnya di Bali saat tragedi bom terjadi. “Ketika terjadi bom Bali, yang menghidupkan pariwisata kita adalah wisnus. Artinya wisatawan lokal yang disebut wisatawan nusantara,” jelas Sapta. Pariwisata tanpa disadari tidak hanya dapat memberikan dampak kepada sektor lain diluarnya, tetapi juga dapat mempengaruhi karakter masyarakatnya. Menurut Sapta, National Character Building atau kecintaan kepada bangsa dan negara, ternyata tidak hanya dapat dibangun dari pendidikan tapi juga pariwisata. “Tak Kenal Maka Tak Sayang. Gimana mau sayang budaya kalau kita tidak tau,” ujarnya. Meski terlihat terlalu filosofis tetapi hal tersebut tencantum dalam undang-undang kepariwisataan. Dengan memiliki pariwisata yang membanggakan maka kecintaan masyarakat terhadap bangsa Indonesia dan terhadap apa yang kita miliki akan tumbuh dengan sendirinya. (RP/SN/SK) MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-21_R1

21


LIPUTAN UTAMA

Berada di bagian Timur Indonesia membuat kabupaten yang terkenal dengan warisan purbakalanya, yaitu Komodo, menjadi salah satu ujung tombak pariwisata Indonesia. Perhatian dunia yang tertuju saat ini pada Labuan Bajo, Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT) dimulai ketika Pulau Komodo menerima award New Seven Wonders of Nature, penghargaan untuk tujuh tempat wisata alam terbaik di dunia. Menurut Bupati Manggarai Barat Drs. Agustinus C.H. Dula, pencapaian tersebut tidak terlepas dari tangan dingin Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang ketika itu menjadi Duta Besar Luar Biasa Pendukung Pemenangan Komodo. “Luar biasa Bapak Jusuf Kalla, saat itu ‘kan beliau sudah tidak menjabat jadi Wakil Presiden tapi orang menghormatinya karena memang mantan pejabat negara. Terus juga yang kedua, kami menghormati karena memang beliau punya kemauan baik, khusus untuk Manggarai Barat, NTT. Jadi kami sangat salut kepada beliau karena usahanya mengangkat harkat martabat Manggarai Barat,” puji Bupati yang telah memimpin Manggarai Barat sejak 2010. Tidak bisa dipungkiri bahwa Pulau Komodo membuat banyak perubahan dan tanda-tanda baik untuk Manggarai Barat, yang baru terbentuk berdasarkan Undang Undang No. 8 Tahun 2003. Misalnya saja rencana pembangunan bandara internasional di NTT, yang diserukan langsung Presiden Jokowi. Bahkan, Presiden juga sering mempromosikan Labuan Bajo ketika melakukan kunjungan ke luar negeri. “Artinya Labuan Bajo ada di hati beliau (Presiden). Kemudian tambah lagi sekarang sudah menjadi 10 besar destinasi prioritas. Satu-satunya yang ada di NTT itu Labuan Bajo, Manggarai Barat,” ucapnya bangga. Menjadi salah satu dari 10 destinasi wisata prioritas digambarkan Bupati Dula, biasa ia disapa, seperti halilintar, “lebih dahsyat dan membangunkan”. Perhatian pemerintah pusat terlihat dari pembentukan Badan Otorita untuk membantu menyelesaikan masalah pariwisata yang terbilang besar. Sementara menunggu rampungnya Badan Otorita, Pemda Mabar telah membuat kebijakan khusus demi mewujudkan Labuan Bajo sebagai Bali ke-2 atau “Bali Baru”.

22

MERSELA | Edisi 2 • 2016

DOK. SETWAPRES > ANGGI

INFRASTRUKTUR DASAR MASIH PERLU PERHATIAN BESAR

Drs. Agustinus C.H. Dula Bupati Manggarai Barat, NTT

Yang pertama menyiapkan lahan sebagai destinasi prioritas dengan menargetkan lahan rakyat dan hutan negara. Mengenai pembebasan lahan rakyat, Pemerintah Kabupaten menangani hal tersebut dengan melakukan pendekatan budaya. “Sebagai orang yang membutuhkan lahan, kita melakukan pendekatan kepada Ketua Adat dan menjelaskan kepentingan dengan menyertakan wujud budaya dalam bentuk ‘Tuak’,” ungkap Dula.

Kedua, adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selayaknya kebersihan menjadi unsur utama pariwisata maka tempat-tempat pembuangan sampah harus ada. Ketiga, mengoptimalkan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung, seperti fasilitas air dan listrik. Untuk listrik, telah dilakukan pengadaan genset, penambahan jaringan-jaringan listrik, serta komunikasi yang baik dengan PLN Pusat. Saat ini juga sedang dibangun listrik tenaga uap. “Dan itu satu-satunya listrik tenaga uap ada di Manggarai Barat, NTT,” tutur Dula. Sementara untuk air, di Kabupaten Mabar, mata air kurang dan jaringan air tidak berjalan dengan baik. “Dan sejak sihir Komodo, memang perhatian pemerintah pusat ke Labuan Bajo sangat dirasakan, seperti dibangunnya water treatment, mesin pemurnian air, yang diambil dari air kali,” ungkap Dula. Yang keempat, pembangunan infrastruktur untuk penataan jalan, karena kurangnya akses jalan yang cepat menuju desa-desa warga. Namun Dula meyakini, 5 tahun ke depan, orientasi pembangunan secara nasional dalam rangka mendukung pariwisata akan dapat dilakukan.


DOK. SETWAPRES > SITI KHODIJAH

Menurut Dula, Taman Nasional Komodo (TNK) kenyataannya menjadi promosi untuk mengundang wisatawan datang dan menikmati potensi pariwisata lain di Labuan Bajo. Pantai-pantai yang eksotis, pemandangan sunset, diving, dan snorkeling menjadi wisata andalan lain yang tidak kalah indahnya untuk dikunjungi. Bahkan, Labuan Bajo sudah menjadi destinasi snorkeling nomor dua terbaik di dunia, setelah Raja Ampat, versi CNN Internasional tahun 2015. Peringkat ketiganya, adalah Kepulauan Galapagos di Amerika Latin. Berhasilnya pariwisata dalam suatu daerah tidak hanya dilihat dari banyaknya wisatawan baru yang datang, tapi juga kepuasan yang didapat wisatawan sehingga muncul keinginan untuk datang kembali. Kunci keindahan atau budaya wisata yang ada di Indonesia terletak di hutan. Hutan inilah juga yang menjadi kelebihan Flores. Selain itu, keramahan dan budaya malu masyarakatnya membuat keamanan dan kenyamanan para wisatawan yang berkunjung terjamin di sana. Sekalipun ada datadata yang merusak citra Labuan Bajo sebagai aset daerah wisata, diyakininya dilakukan oleh orang dari luar Manggarai Barat. Namun, ia mengakui, untuk kebersihan, Labuan Bajo memang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat. Menurutnya, meskipun Labuan Bajo ditetapkan sebagai 10 destinasi prioritas, tetapi pada kenyataannya Kabupaten Mabar belum memiliki ada dinas kebersihan.

Selain melihat komodo, wisatawan dapat menikmati eksotisme Pink Beach yang berlokasi di Pulau Komodo. Dinamakan Pantai Pink karena pasirnya yang murni berwarna pink

Bupati Dula tetap optimis, meskipun ada berbagai tantangan, Labuan Bajo tetap dapat berkontribusi untuk target pariwisata sebanyak 20 juta wisman di tahun 2019. Untuk Kabupaten Manggarai Barat sendiri memiliki target yang tinggi dibandingkan kabupaten lain. Setidaknya lebih dari 80 milyar rupiah menjadi target PAD dan menarik investor untuk menanamkan modal di sini, menjadi salah satu faktor pendukung hal tersebut. Ia juga mencurahkan ide terpendamnya untuk merubah image Liong (Naga China) yang dianggap sebagai pembawa rezeki, dengan Komodo. “Itu pasti jadi, karena Liong itu tidak ada, hanya fiktif, sementara Komodo jelas nyata,” tuturnya. Menjadi salah satu dari 10 destinasi wisata tentu akan meningkatkan perekonomian masyarakat. Tingginya transaksi uang dan kemuculan UMKM, akan berpengaruh pada besarnya pendapatan perkapita untuk masyarakat. “Dan memang saat menjadi Bupati 2010, saya sudah proklamirkan bahwa pariwisata menjadi sektor andalan perekonomian Kabupaten Mabar, artinya orientasi kita ke pariwisata,” pungkasnya. (SK) MERSELA | Edisi 2 • 2016

23


LIPUTAN UTAMA

Sejalan dengan Bupati Manggarai Barat Drs. Agustinus C.H. Dula, Kepala Dinas (Kadis) Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) Ir. Theodorus Suardi, M.Si. menyatakan, setelah ditetapkannya Pulau Komodo menjadi salah satu dari 7 Keajaiban Dunia Baru dengan wisata alamnya, Kabupaten ini semakin berkembang, bahkan menjadi ujung tombak destinasi pariwisata baru Indonesia. Hal ini terlihat dari target yang ditetapkan pemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi-JK. “Dari sini saja 1 juta per tahun untuk wisman tahun 2019,” ungkap Theo, sapaan akrabnya sehari-hari. Menurut Theo, sejak ia menjabat di tahun 2011 silam dimana pada tahun tersebut Pulau Komodo juga mendapatkan predikat New 7 Wonders of the World, pariwisata di Labuan Bajo mulai mengalami perubahan yang signifikan. Berbagai event internasional dilakukan untuk mengenalkan Labuan Bajo kepada dunia, diantaranya Sail Komodo tahun 2013, Asia Pacific Hash tahun 2014, dan yang paling baru Tour de Flores tahun 2016.

Sail Komodo adalah acara pelayaran ke-5 internasional yang digelar oleh Sail Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kelautan, Badan Kelautan Indonesia, dan instansi terkait. Sail Komodo 2013 diikuti 100 peserta dari manca negara yang terlibat dalam yacht rally yang merupakan kegiatan utama Sail Komodo. Sementara Asia Pacific Hash merupakan bentuk olahraga rekreasi berupa aktivitas jalan dan berlari mengikuti petunjuk kertas atau tepung yang disebar dengan jarak tertentu. Kegiatan ini biasanya mengambil lokasi di daerah yang masih alami dan memiliki daya tarik wisata tersendiri. Para peserta yang ikut kegiatan ini tentu saja datang dari negara Asia Pasifik seperti Australia, Inggris, Brunei Darusalam, China, Belanda, Jerman, India, Jepang, Malaysia dan Selandia Baru.

24

DOK. SETWAPRES > ANGGI

BADAN OTORITA PARIWISATA HARUS SEGERA BEROPERASI

Ir. Theodorus Suardi, M.Si.

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Manggarai Barat

tepatnya pertandingan sepeda bertaraf internasional Tour de Flores (TdF). TdF yang baru pertama kali diadakan di Flores tahun 2016 ini, diikuti oleh peserta dari 22 negara. Mereka harus menempuh jarak sepanjang 743 km, terbagi atas 5 etape, yang berawal dari Larantuka di Flores Timur, sampai dengan Labuan Bajo di Manggarai Barat. Objek wisata yang ditonjolkan dalam TdF secara keseluruhan ini meliputi Danau 3 Warna Kelimutu, Taman Nasional Komodo, dan Pink Beach. Meskipun acara internasional banyak digelar, jumlah wisman baru mencapai 95 ribu. Oleh kerena itu, untuk menggenjot target 1 juta wisman di Labuan Bajo tahun 2019, Theo mengatakan, pemda akan membuat 3 event internasional di tahun 2017, yaitu festival budaya, festival komodo dan karnaval armada tangkap nasional, yakni kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan armada yang masih tradisional. Adanya karnaval ini menurutnya, karena wilayah Mabar terdiri dari 60% lautan dan 30% daratan.

Di tahun yang sama, Theo menambahkan, pemda juga mengundang para blogger wisata yang datang dari 47 negara untuk mengeksplor objek wisata yang ada di Labuan Bajo.

Terkait dengan pendapatan daerah, Theo mengakui, sektor pariwisata turut membangun perekonomian masyarakat lokal. Pasca ditetapkannya Pulau Komodo sebagai 7 Keajaiban Dunia Baru serta digelarnya acara-acara internasional, masyarakat Mabar seakan ikut terbangun dengan pemikiran yang lebih terbuka dan kreatif, misalnya dengan menyewakan satu atau dua kamar di rumah mereka untuk dijadikan homestay untuk wisatawan yang berkunjung. Selain itu, mereka juga dapat membuat Topi Rea, selendang tradisional, abon ikan, pupuk kompos dan gula aren berbentuk tepung. Bahkan, mereka juga mampu membuat kopi luwak yang rasanya sudah tidak perlu diragukan lagi.

Untuk tahun 2016 ini event internasional yang diselenggarakan cukup berbeda, yaitu bidang olahraga

“Enak sekali, sudah begitu asli tidak ada campuran apa-apa, hanya sedikit jahe di gelas,” ujar Theo.

MERSELA | Edisi 2 • 2016


DOK. SETWAPRES > MOCH. MUCHLIS

Keterbatasan fasilitas, Theo mengungkapkan, menjadi tantangan utama yang dihadapi Pemda Mabar. Sulitnya transportasi udara, seperti tidak adanya penerbangan langsung menuju Labuan Bajo serta daya tampung pesawat yang kecil menjadi kendala utama untuk menerima wisatawan dalam jumlah besar. Ia berharap rencana Bandara Komodo di Labuan Bajo menjadi bandara internasional dapat segera diwujudkan. “Itu mengapa pembenahan seperti pagar bandara, lighting dan tentunya safety terus dikebut oleh Kementerian Perhubungan sampai saat ini,” ungkapnya. Selain itu, transportasi laut juga perlu mendapatkan perhatian. Theo mengungkapkan, di Mabar terdapat fenomena wisman yang disebut “Bergerak di atas Laut”, yakni wisman yang berlalu lalang di perairan Mabar namun tidak dapat singgah karena tidak adanya Pelabuhan Marina yang menyediakan fasilitas seperti tempat singgah, pengisian bahan bakar, atau service lainnya yang dibutuhkan wisman. Untuk itu, PT. PELINDO III sudah membuat design dan akan mengerjakan pembangunan Komodo Marina, di Nanga Bido dan diharapkan selesai tahun 2017. Tantangan lainya ialah air minum yang belum memenuhi kebutuhan wisatawan. Disamping itu, aksesibilitas jalan di dalam kota dan menuju destinasi wisata unggulan perlu diperbaiki. Pasokan listrik dikatakan Theo juga masih sangat kurang, sehingga harus ada pemadaman listrik bergilir di setiap areanya.

Danau Kelimutu yang berlokasi di Ende, NTT, ini dikenal dengan Danau Tiga Warna, karena terdiri dari 3 danau dengan warna yang berbeda, merah, biru, dan putih

Kebutuhan wisatawan yang juga cukup krusial adalah telekomunikasi. Dengan teknologi saat ini, wisatawan ingin selalu terkoneksi dengan dunia lain. “Maka dari itu kami bekerja sama dengan PT. TELKOM untuk menyiapkan Jaringan internet (wifi) di setiap destinasi wisata unggulan. Selain kerjasama dengan beberapa perusahaan, upaya bantuan juga diterima dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT. ANGKASA PURA dan PT. TELKOM untuk mendirikan 10 unit toilet umum yang disebar di beberapa destinasi wisata,” jelas Theo. Semua itu merupakan tantangan yang sulit dipecahkan pemerintah daerah sendiri. Untuk itu, Theo berharap Badan Otorita Pariwisata segera dibentuk untuk menyelesaikan berbagai tantangan yang dihadapi kabupaten yang baru berdiri selama 13 tahun ini, khususnya kendala terkait atraksi, aksesibilitas, dan amenitas yang merupakan komponen utama pariwisata. “Ya saran saya, selain bandara internasional bisa jadi tahun 2017, Badan Otorita Pariwisata juga jadi. Harapan saya itu dulu,” pungkasnya. (SK) MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-25_R1

25


LIPUTAN UTAMA

Target pemerintah untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2016, didukung oleh beberapa daerah yang masuk ke dalam 10 Bali Baru, salah satunya ialah Kabupaten Wakatobi. Menurut Bupati Wakatobi H. Arhawi Ruda S.E. sudah sewajarnya Wakatobi berkontribusi dalam mendukung pencapaian jumlah wisatawan yang ditargetkan pemerintah. Minat wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi pada tahun lalu sebesar 18 ribu, diharapkan dapat meningkat menjadi 25 ribu wisatawan di tahun 2016 ini. Upaya strategis yang dilakukan oleh pemerintah daerah (pemda) fokus pada peningkatan kualitas destinasi dan pemasaran pariwisata di dalam dan luar negeri. Selain menjadi salah satu dari 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Nasional, Wakatobi juga telah ditetapkan menjadi Cagar Biosfir Bumi oleh UNESCO dan juga PBB. Hal ini tentu membuat Wakatobi menjadi bagian dari jejaring internasional yang dapat memperluas jangkauan promosi pariwisata. Kehadiran delegasi Pemda Kabupaten Wakatobi dalam “Jeju Forum” juga menjadi ruang untuk membangun kerja sama sister city antara Kabupaten Wakatobi dengan Provinsi Jeju, Korea Selatan, di bidang pariwisata, pendidikan, energi terbarukan dan lingkungan. Beberapa dampak positif dalam kunjungan delegasi tersebut ialah pertimbangan Wakatobi untuk menjadi bagian dalam linkage pemasaran pariwisata nasional Jeju yang terkait dengan kesamaan identitas sebagai destinasi cagar biosfir. Dampak positif lainya ialah partisipasi Wakatobi dalam penyelenggaraan acara festival budaya terbesar di Jeju yaitu “Tanma Festival”, serta pemberian bantuan teknis dari Jeju terkait pengembangan energi terbarukan. Ditetapkannya Kabupaten Wakatobi menjadi salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) membuat pemda setempat bersinergi dengan pemerintah pusat mengenai anggaran pengembangan sektor pariwisata. Arhawi menjelaskan, terdapat dua aspek yang mendasar dalam upaya percepatan Wakatobi sebagai Destinasi Pariwisata Prioritas Nasional. Yang pertama adalah percepatan pembangunan infrastruktur serta kualitas SDM. Dan yang kedua ialah aspek percepatan investasi di bidang pariwisata. “Untuk mengefektifkan hal tersebut, skema kebijakan menjadi penting untuk dapat memandu

26

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

JANGAN ADA KEBIJAKAN YANG OVERLAPPING

H. Arhawi Ruda S.E.

Bupati Wakatobi, Sulawesi Tenggara

pengembangan agar tidak terjadi overlapping. Begitu juga dalam pembangunan 10 Destinasi Prioritas, Wakatobi senantiasa mengedepankan aspek-aspek keberlanjutan dan pemberdayaan pada masyarakat lokal,” jelas Arhawi. Namun, pada kenyataanya, terjadi disharmoni regulasi dan overlapping kewenangan terkait status wilayah Wakatobi. Pertentangan satu sama lain itu lah yang dapat berpotensi menciptakan keadaan yang tidak kondusif bagi kenyamanan wisata ataupun minat untuk berinvestasi. Double tax dan double license menjadi permasalahan mendasar di Wakatobi saat ini. “Di satu sisi sebagai daerah otonom, tapi disisi lain seluruh wilayahnya juga adalah taman nasional,” ungkap Arhawi. Untuk itu, Arhawi mengharapkan kedepannya tidak ada lagi kebijakan yang overlapping. Demi menyelaraskan pandangan dengan kebijakan pembangunan nasional, maka untuk periode 5 tahun ke depan yaitu tahun 2017 s/d 2021, visi Wakatobi pun diubah menjadi “Kabupaten Maritim yang Sejahtera dan Berdaya Saing”. Disamping itu, pemda bersama pemerintah pusat melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman telah beberapa kali melakukan rapat terkait pembentukan Badan Otorita Pariwisata di Wakatobi. Identifikasi potensi lahan yang akan diusulkan sebagai lokasi Badan Otorita Pariwisata tengah dilakukan saat ini, dan selanjutnya akan disampaikan secara resmi kepada pemerintah pusat. Berbicara mengenai pengembangan pariwisata suatu tempat, tidak akan berhasil tanpa adanya suatu promosi, hal ini juga yang dilakukan oleh Wakatobi

MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-26_R1


DOK. > HUMAS PEMKAB WAKATOBI

dengan menggunakan prinsip dasar promosi yang efisien, efektif, dan bertanggung jawab yang menjadikan promosi sebagai tanggung jawab semua pihak baik pemerintah, pelaku industri, hingga masyarakat. Pemda menyadari betapa pentingnya upaya kreatif untuk promosi dalam pengembangan pariwisata. Beragam acara, diantaranya Wakatobi Wonderful Festival and Expo dan Festival Potapoki yang merupakan tradisi Desa Kulati pun telah diselenggarakan beberapa tahun terakhir ini oleh Pemerintah Kabupaten Wakatobi.

Wisatawan menikmati jernihnya air dan danau yang dikelilingi oleh tanaman mangrove di Pulau Kapota, Wakatobi

Dukungan untuk pengembangan pariwisata Indonesia juga datang dari beberapa lembaga internasional seperti World Wildlife Fund (WWF), British Council, Operation Wallacea, Global Suistanable Tourism Council (GSTC), United States Agency For International Development (USAID) dan Japan International Corporation Agency (JICA) yang menjadi mitra internasional untuk promosi pariwisata Wakatobi.

dengan Kementerian Perhubungan untuk penambahan penerbangan, terlebih pada rute potensial MakassarWakatobi dan Bali-Wakatobi. Untuk kedepannya hal yang ingin dioptimalkan ialah upaya untuk memperkuat branding destinasi Wakatobi dan memperluas segmen pasar yang potensial.

Ini semua untuk mencapai target kunjungan wisata ke Wakatobi sebesar 25 ribu hingga 30 ribu untuk tahun 2016, dan hal ini diyakini bupati akan tercapai. “Ya kita optimis targetnya tercapai,� tegasnya. Tingginya minat wisatawan untuk berkunjung ke Wakatobi terlihat dari peningkatan angka dari tahun ke tahun. Akan tetapi kendala terdapat pada terbatasnya jumlah seat dan frekuensi penerbangan, namun dapat diatasi setelah pemda melakukan koordinasi

DOK. > HUMAS PEMKAB WAKATOBI

Arhawi berharap pengembangan pariwisata di Wakatobi ini dapat diteruskan dan mendapatkan perhatian serius serta ditangani secara terintegrasi, konsisten dan tuntas. Fasilitas dari pemerintah mengenai kemudahan linkage pariwisata yang menghubungkan daerah destinasi baru dengan entry point pada kota-kota besar seperti Batam, Jakarta, Bali dan Manado, diyakini Arhawi dapat memberi kesempatan pada wisatawan untuk mengeksplor beragam pesona Indonesia. (PI/SN/SK) MERSELA | Edisi 2 • 2016

27


LIPUTAN UTAMA

Kabupaten Probolinggo adalah daerah yang unik. Destinasi wisata tersebar mulai ujung gunung hingga ke dasar laut. Banyak orang beranggapan bahwa di Kabupaten Probolinggo hanya ada Bromo, padahal banyak destinasi wisata lain yang bisa dikunjungi. Mulai dari air terjun, danau, hingga pantai yang indah. Selain itu budaya dan tradisi masyarakat yang masih terjaga dapat menjadi pengalaman berkunjung yang sangat berkesan bagi wisatawan. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo Ir. Anung Widiarto, M.M., untuk mengembangkan sektor pariwisata yang indah dan beragam tersebut, tentunya perlu dukungan dari berbagai pihak, termasuk dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pariwisata. Anung menjelaskan di Kabupaten Probolinggo terdapat enam destinasi wisata utama, yaitu: Gunung Bromo, Air Terjun Madakaripura, Pantai Bentar, Danau Ronggojalu, Danau Ranu Segaran, dan Wisata Arung Jeram Sungai Pekalen. Selain itu masih ada sekitar 40 destinasi wisata lain yang belum dibangun dan dikembangkan. Untuk mengembangkan 40 destinasi wisata tersebut diperlukan payung hukum (perda) baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi, sehingga nantinya dapat menjadi sumber pendapatan daerah (PAD) yang potensial. Pada tahun 2015, target retribusi dari objek wisata di Kab. Probolinggo sebesar Rp.1 miliar, dengan realisasi sebesar Rp.1,3 miliar. Sementara target retribusi tahun 2016 adalah sebesar Rp.1,1 miliar. PAD Kabupaten Probolinggo dari sektor pariwisata saat ini menempati urutan ketiga, namun apabila pengembangan 40 destinasi wisata baru sudah terlaksana, diharapkan PAD dari sektor pariwisata dapat meningkat mengingat tingginya potensi objek wisata yang akan dikembangkan, seperti Pantai Bahak, Pantai Tambaksari, dan Pantai Duta. Ia melanjutkan, koordinasi dengan para stakeholder merupakan hal mutlak dalam pengembangan pariwisata. Dalam pengembangan pariwisata diperlukan sinergi antarpihak. Misalnya, untuk pembangunan sarana dan prasarana dikerjakan oleh Dinas PU Cipta Karya, dan untuk pembangunan jalan ke destinasi wisata dilakukan oleh Dinas PU Bina

28

MERSELA | Edisi 2 • 2016

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

SINERGI UNTUK MENINGKATKAN PARIWISATA

Ir. Anung Widiarto, M.M.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Probolinggo

Marga, sedangkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bertugas untuk mengelola destinasi wisata tersebut. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terus memantau keberadaan destinasi wisata baru. Setiap ada laporan dari masyarakat akan ditindaklanjuti, namun tidak serta merta destinasi wisata tersebut dapat langsung dijadikan objek wisata. Pemda sementara menggandeng masyarakat sekitar dengan membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), yang melibatkan masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan objek wisata. Masyarakat diberikan kepercayaan dalam pengelolaan parkir kendaraan, kebersihan, toilet, dll, sehingga mereka merasa memiliki. Berkaitan dengan pengembangan objek wisata Gunung Bromo, saat ini Kabupaten Probolinggo masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), sedangkan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) telah ditetapkan sebagai salah satu dari 10 Destinasi Pariwisata Prioritas. Selain itu, sebagai wujud dukungan pengembangan destinasi wisata di wilayah Bromo, Tengger, dan Semeru, Pemerintah telah menyiapkan Badan Otorita Bromo-TenggerSemeru (BTS) untuk mengelola kawasan ini. Badan Otorita ini merupakan perwakilan Pemerintah Pusat di daerah yang fokus menjadikan kawasan BTS sebagai destinasi wisata yang luar biasa. Dengan adanya Badan Otorita BTS, maka hanya ada satu manajemen yang mengelola kawasan tersebut. Sementara itu, keberadaan TNBTS sendiri kadang bersinggungan dengan pemerintah daerah. Seperti diketahui bahwa akses masuk menuju TNBTS adalah melalui jalan yang dikelola pemda, akan tetapi kontribusi pihak TNBTS terhadap pembangunan jalan atau sarana prasarana menuju TNBTS dirasakan


DOK. SETWAPRES > MOCH. MUCHLIS

masih minim. TNBTS menetapkan retribusi masuk untuk wisnus sebesar Rp.27.500,-/orang, sedangkan untuk wisman Rp.217.000,-/orang untuk weekday dan Rp.317.000,-/orang untuk hari libur. Dengan besarnya retribusi tersebut diharapkan TNBTS dapat lebih berkontribusi terhadap sarana dan prasarana pendukung menuju TNBTS seperti pemeliharaan akses jalan, pembangunan dinding penahan di sepanjang jalan, penambahan fasilitas pendukung seperti toilet mobile, tempat sampah dan musholla. TNBTS juga diharapkan dapat menyediakan fasilitas helikopter pemadam kebakaran dan helipad, agar ketika terjadi kebakaran hutan di wilayah TNBTS dapat segera dipadamkan. Untuk mengantisipasi kepadatan wilayah Pananjakan akibat hampir semua wisatawan dari Malang, Pasuruan, dan Probolinggo mengunjungi Bromo, maka Pemkab Probolinggo mencoba mengembangkan dua destinasi baru yaitu melalui Seruni Point dan Mentigen Point, dari dua lokasi tersebut wisatawan dapat melihat sunrise dengan elevasi yang berbeda dengan wilayah Pananjakan. Retribusi ditetapkan sebesar Rp.5.000,-/orang untuk wisnus dan Rp.10.000,-/orang untuk wisman. Menurut Anung, saat ini length of stay di Bromo tidak lama, karena setelah melihat pemandangan dan suasana Bromo wisatawan kemudian melanjutkan perjalanan ke kota-kota wisata yang berdekatan dengan Bromo seperti Kota Malang dan Kota Batu. Oleh karena itu, ke depan perlu dibangun fasilitasfasilitas pendukung wisata, misalnya seperti dibangun museum vulkano yang menceritakan tentang sejarah dan perkembangan Gunung Bromo, kemudian juga

Gunung Bromo merupakan destinasi wisata yang berada di 4 wilayah Kabupaten, yaitu Kab Probolinggo, Kab Pasuruan, Kab Malang, dan Kab Lumajang. Event internasional yang pernah diselenggarakan di sini adalah Jazz Gunung Bromo.

dibangun panggung pertunjukan untuk menampilkan budaya tradisional penduduk Bromo. Selain itu, penyelenggaraan event-event bertaraf nasional dan internasional juga harus diperbanyak, sehingga semakin menarik minat wisatawan untuk tinggal lebih lama di Bromo. Saat ini event yang sudah digelar adalah Jazz Gunung Bromo pada bulan Agustus 2016, dengan memadukan keindahan alam Gunung Bromo dan juga nuansa etnik dan budaya. Terkait dengan promosi pariwisata Anung menjelaskan, selain menggunakan internet dan media cetak, Pemkab Probolinggo juga melakukan promosi wisata antara lain melalui travel dialogue, “Kita datang menjemput bola ke Bali, Lombok, Bandung dan Toraja. Di sana, kita bercerita mengenai keunggulan-keunggulan destinasi yang kita miliki. Kita juga punya TIC (Tourism Information Center), sehingga para pengunjung bisa mendapat informasi secara langsung,” ungkap Anung. Anung berharap agar para stakeholder pariwisata termasuk Pemprov Jawa Timur dan pemerintah pusat bersatu membangun pariwisata dengan sungguhsungguh. “Semoga dengan adanya Badan Otorita BTS dapat menyelesaikan gesekan atau perbedaan pandangan yang ada di daerah dan menjadi wadah untuk menyelesaikan masalah yang ada, sehingga akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, wisatawan dan negara Indonesia pada umumnya,” pungkasnya. (SY/IN) MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-29_R1

29


LIPUTAN UTAMA

PERLU DIBUAT CALENDAR OF EVENTS

Sayangnya, jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Ir. H. Hariyadi Budi Santoso Sukamdani, M.M., posisi pariwisata Indonesia di tahun 2015 belum sebagus yang diharapkan. “Kunjungan wisatawan ke Indonesia masih berada pada urutan keempat setelah Thailand yang mencapai jumlah 29.500 ribu orang, kemudian Malaysia mencapai sebanyak 25.500 ribu orang, dan Singapura dengan kunjungan sekitar 15 juta orang. Sementara untuk Indonesia sendiri baru memperoleh kunjungan sebanyak 10,4 juta orang wisatawan,” ungkap Hariyadi. Hariyadi mencermati, jika dilihat dari sisi kelengkapan pendukung, sesungguhnya sektor pariwisata ini sudah cukup memadai. Dari segi moda transportasi misalnya, sudah ada lebih dari 800 pesawat penumpang komersil yang menghubungkan ke seluruh daerah wisata di Indonesia. Dari segi penginapan, Indonesia juga merupakan lokasi tujuan wisata yang terbanyak dan terlengkap menyediakan hotel di kawasan ASEAN dengan jumlah 520 ribu unit kamar, baik yang berbintang maupun non berbintang. Sementara, dari segi objek wisata, Indonesia juga memiliki ikon yang sangat beragam dan menarik, mulai dari wisata budaya, wisata alam, wisata belanja, wisata kreatif, hingga wisata kuliner, yang juga terbesar di wilayah ASEAN. Menurut Hariyadi, sampai saat ini para pemangku kepentingan belum bisa membuat Calendar of Events, yaitu suatu kalender berisi informasi kegiatan sepanjang tahun yang mencakup semua kegiatan pariwisata di Indonesia. Padahal, yang memikat wisatawan asing datang ke Indonesia adalah adanya berbagai event menarik yang terjadwal secara baik dan tepat waktu. “Inilah yang kita belum ada, apakah terkait dengan wisata budaya, wisata olahraga, kegiatan Meeting, Incentives, Conferences and Exhibitions (MICE), atraksiatraksi terkait dengan olahraga, dan sebagainya, yang semuanya itu belum tersinergi,” lanjutnya. Saling bersinergi masih menjadi PR (pekerjaan rumah)

30

MERSELA | Edisi 2 • 2016

DOK. SETWAPRES > ANGGI

Pariwisata di Indonesia memiliki potensi besar, sehingga jika dikembangkan secara optimal, bukan tidak mungkin menjadi primadona bagi wisatawan Asia bahkan dunia.

Ir. H. Hariyadi Budi Santoso Sukamdani, M.M. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indoneisa (PHRI)

yang perlu segera dibenahi. Penanganan pariwisata harus secara menyeluruh dan terintegrasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. “Dari sisi promosi untuk branding, sebetulnya pemerintah sudah melakukan secara maksimal, tetapi tidak bisa berjalan sendiri, sehingga perlu adanya gotong-royong untuk saling mendukung supaya target pariwisata dapat dicapai,” papar Hariyadi. Terkait destinasi pariwisata baru, Hariyadi menekankan perlu terus digali dan dikembangkan karena merupakan kekayaan negara. Oleh karena itu, untuk dapat menjual dan menggali potensi objek wisata baru secara optimal, sudah seharusnya pemda mengambil inisiatif lebih dahulu secara cepat dan tepat, mengingat anggaran pariwisata berbeda pada tiap pemda. “Padahal namanya menyangkut wisata, seharusnya yang mempunyai kepentingan adalah negara. Misalnya saja objek wisata Goa Pindul, kan yang dijual adalah goa dan sungainya. Nah goa dan sungai itu adalah milik negara, jadi seharusnya negara yang berinisiatif mengelola, dalam hal ini adalah pemda, bukan masyarakat, meskipun lahannya adalah milik masyarakat,” tegas Hariyadi. Menyoroti isu infrastruktur, tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini masih banyak daerah tujuan wisata dengan infrastruktur bermasalah, terutama adalah akses jalan menuju tempat-tempat wisata yang dirasakan belum memadai. Sebagai contoh, untuk menuju lokasi iconic seperti Tana Toraja, menyita waktu cukup lama jika ditempuh dengan kendaraan darat dari Makasar. Begitu juga dengan Raja Ampat, yang harus ditempuh melalui jalur laut sekitar 7 hingga 8 jam. Mengingat lokasi dan jarak tempuh yang cukup jauh, dikhawatirkan wisatawan menjadi tidak tertarik lagi.


DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

Hariyadi mengakui, PHRI memiliki keterbatasan dan kewenangan untuk penyediaan infrastruktur. Namun, ia meyakini bahwa Anggota PHRI selalu melihat peluang. Jika memang terdapat daerah yang layak untuk dibangun hotel, maka PHRI akan masuk berinvestasi. “Oleh karena itu, penyediaan hotel, sangatlah tergantung pada kesiapan infrastruktur lainnya seperti jalan/ jembatan, listrik, air, dan sebagainya,” ungkapnya. Upaya promosi pariwisata, Hariyadi memandang, dengan perkembangan teknologi informasi seperti saat ini dinilai jauh lebih mudah dibanding dengan waktu-waktu sebelumnya. Dengan kecanggihan teknologi apapun menjadi mudah, lebih-lebih dukungan Menteri Pariwisata yang sudah melakukan inisiasi pengambilan gambar-gambar melalui drone Telkomsel, yang hasilnya di-upload ke Youtube dan disosialisasikan serta dikemas secara bagus, maka itu menjadi daya tarik yang tinggi. Mengenai kontribusi dukungan PHRI terhadap perkembangan pariwisata, Hariyadi menyampaikan bahwa langkah pertama yang dilakukan adalah akan menginisiasi penyusunan Calendar of Events. Yang kedua aktif membuat kerjasama paket bersama maskapai penerbangan, seperti paket-paket wisata terutama di saat-saat suasana sedang sepi. Jadi PHRI sekarang tidak hanya aktif mengurus bisnis hotel seperti sebelumnya, melainkan lebih proaktif bergerak menjemput bola dan membuat event-event menarik yang dapat mendatangkan wisatawan. “Sekarang ini kami berinisiatif menyelenggarakan festival kuliner, lomba lari maraton, dan bersepeda yang kedepan harus lebih aktif. Selain itu, kerja sama

Pesona “Negeri di Atas Awan” dapat dinikmati di Bukit Lolai, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

dengan maskapai penerbangan juga sudah dilakukan tiga kali, yaitu dua kali dengan Garuda, dan satu kali dengan Citylink,” jelasnya. Kerjasama tersebut, mulai Februari 2017 mendatang akan terus diperbaiki agar masyarakat mengetahui adanya program acara Horevaganza yang kedepan akan selalu diselenggarakan. Jika itu sudah di-release maka diharapkan masyarakat berminat memanfaatkan paket wisata murah dalam negeri. Perlakuan serupa pernah dilakukan pada Ramadhan 2015 dan Februari 2016 bertepatan dengan perayaan Imlek. Dengan ketersediaan kamar hotel 520.000 unit, PHRI optimis memiliki keleluasaan menjual objek wisata Indonesia dengan lebih baik dan menarik. Potensi wisata belanja di Indonesia yang lebih murah dari Singapura, juga menjadi magnet tersendiri dalam menarik wisman. Agar pariwisata di Indonesia terus berkembang maju, Hariyadi berharap pemerintah dapat menjaga iklim yang terus kondusif. Pertama, membuat aturanaturan yang jelas. Kedua, menyusun Calendar of Events bersama-sama dengan stakeholder lainnya. Ketiga, memperbaiki infrastruktur di daerah-daerah yang minim infrastruktur, dan yang keempat, mendidik SDM-nya. “Artinya jika daerah tersebut akan dijadikan objek wisata maka SDM-nya harus dididik dahulu agar mereka siap dan tidak kaget sehingga dapat mendukung suasana yang kondusif. Sementara untuk infrastruktur yang perlu disiapkan selain jalan, listrik, dan air, adalah wifi sebagai dukungan komunikasi yang sangat dibutuhkan,” pungkasnya. (SY/SK) MERSELA | Edisi 2 • 2016

31


LIPUTAN KHUSUS

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

LAWATAN WAPRES JUSUF KALLA KE PERU

Pembangunan Desa dan Modernisasi UMKM Tingkatkan Ekonomi Kawasan

S

etelah bertolak dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Kamis (17/11/2016), pukul 10.00 WIB, serta transit di Guam, Honolulu, dan Acapulco dengan waktu tempuh selama kurang lebih 25 jam 44 menit, Pesawat Khusus Kepresidenan Boeing Business Jet (BBJ) 2 yang membawa Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla beserta Ibu Mufidah Jusuf Kalla dan rombongan akhirnya tiba di Pangkalan Udara Militer ALAR 2, Lima, Peru, Jumat (18/11/2016) pukul 05.44 waktu setempat. Kedatangan Wapres yang disambut Menteri Pembangunan dan Inklusif Sosial Peru Cayetana Aljofien dan Dubes RI untuk Peru Moenir Ari Sunanda, untuk menghadiri Asia-Pacific Economic Cooperation Economic Leaders’ Meeting (AELM). Hadir mendampingi Wapres pada AELM ini Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, serta Wakil Menteri Luar Negeri A.M. Fachir.

APEC Economic Leaders’ Meeting (AELM)

Mengusung tema “Quality Growth and Human Capital Development: Foundations for Sustainable Growth in The Asia-Pacific”, pada APEC 2016 kali ini, dilakukan perbincangan informal antara para pemimpin ekonomi APEC dengan Dewan Penasehat Bisnis APEC, Aliansi Pasifik, dan CEO Facebook Mark Zuckerberg. Yang menjadi fokus perbincangan dalam pertemuan ini ialah mengenai tiga isu utama yakni kerja sama regional dalam pembangunan desa untuk pengentasan kemiskinan, penerapan cetak biru Konektivitas APEC hingga penguatan bidang maritim yang masingmasingnya menjadi kepentingan nasional yang perlu di tindak lanjuti.

32

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

Perbincangan informal yang membuka kesempatan untuk bertatap muka dengan beberapa tokoh penting ekonomi APEC ini diharapkan dapat membangkitkan kekuatan melalui kerja sama tidak hanya dengan pemerintah tapi juga swasta.

MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-32_R1


Dialog dengan Dewan Penasehat Bisnis APEC

Agenda Wapres lainya yang masih berada dalam rangkaian APEC acara APEC ialah Business Advisory Council Dialogue. Dalam (ABAC) dialog tersebut, Indonesia sebagai negara yang berekonomi terbuka, bebas dan transparan, berkomitmen untuk terus bertransformasi dalam meningkatkan daya saing usaha dengan beberapa cara yang telah direncanakan sebelumnya, mulai dari kemudahan yang ditawarkan dalam berbisnis dan investasi.

Kemudahan tersebut, saat ini sudah dapat dirasakan. Ini terlihat dari peringkat Ease of Doing Business (EoDB) Indonesia, yang naik 15 peringkat atau termasuk dalam 10 negara terbaik untuk kemudahan

berbisnis. Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini telah meluncurkan 13 paket kebijakan ekonomi dan 1 kebijakan reformasi hukum dalam kurun waktu 2 tahun ini. Paket-paket kebijakan tersebut akan menjaga ekonomi Indonesia dan menunjukkan kepada dunia bahwasanya Indonesia sedang membuka pintu ekonomi seluas-luasnya. Yang saat ini menarik mata dan perhatian Indonesia untuk dapat dikembangkan lebih besar lagi ialah ekonomi digital dan ekonomi kreatif berbasis kerakyatan seperti kerajinan, desain aplikasi dan fashion. Pengembangan lain yang saat ini terus dikebut ialah pembangunan infrastruktur. Dalam dialog tersebut, Wapres dengan bangga memaparkan beberapa pembangunan infrastruktur Indonesia mulai dari darat, laut, udara hingga sistem irigasi terbesar dalam sejarah.

DOK. SETWAPRES > LAVINDA

Dialog dengan Para Pemimpin Aliansi PasiďŹ k

Bersama 20 orang pemimpin ekonomi lainnya, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla melakukan dialog dengan para pemimpin Aliansi Pasifik, di Lima Convention Center, Lima, Peru, Sabtu (19/11/2016). Dalam pertemuan ini Wapres menyampaikan tiga isu utama. Yang pertama terkait pembangunan manusia. Wapres menyatakan, pendidikan dan pelatihan memberikan dampak yang sangat penting dalam kegiatan ekonomi, kehidupan sosial, pertumbuhan, dan inovasi di kawasan Asia Pasifik. Isu yang kedua, terkait wirausaha, inovasi, dan penciptaan lapangan kerja, dimana kawasan APEC masih menghadapi berbagai tantangan untuk menghadapi pengangguran, khususnya bagi generasi muda.

Sementara isu yang ketiga, adalah modernisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). UMKM sebagai sumber yang penting untuk lapangan kerja, terhitung telah melayani 97 persen berbagai usaha, di dua kawasan Asia dan Pasifik. “Untuk itu, APEC dan Aliansi Pasifik dapat mempertimbangkan inisiatif bersama yang berorientasi untuk mempromosikan internasionalisasi dan membuat UMKM lebih besar lagi, dari level kawasan menjadi mata rantai dunia,â€? saran Wapres. Dalam pertemuan itu, dibahas pula masa depan perjanjian perdagangan Trans Pacific Partnership (TPP). Apabila TPP tidak terealisir, mewakili Indonesia Wapres menyarankan, agar APEC, yang anggotanya juga termasuk sebagian negara ASEAN dan Aliansi Pasifik, dapat membangun kesepakatan yang lebih baik dari TPP. MERSELA | Edisi 2 • 2016

33


LIPUTAN KHUSUS

Sesi Retreat I

Mengawali rangkaian kegiatan hari kedua AELM, Wapres menghadiri Sesi Retreat I, di Lima Convention Center, Lima, Peru, Minggu (20/11/2016). Dalam sesi yang mengambil tema “Challenges to Free Trade and Investment in The Current Global Context” ini, Wapres mengangkat tiga isu utama. Pertama, perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka. Hal ini berarti integrasi ekonomi yang lebih dalam dan kompleks yang membutuhkan konsultasi dan koordinasi berkelanjutan antara legislator, pejabat, dan masyarakat di tingkat daerah dan nasional, serta berbagai lembaga, yang berbeda dari segi kapasitas dan lingkungannya.

Kedua, adanya kepastian pertumbuhan bisnis dan keterbukaan masyarakat, baik yang membawa peluang yang sama, maupun persaingan sehat. “Dalam kasus sistem politik di Indonesia, kami perlu mengembangkan dukungan dan kesepakatan masyarakat yang lebih besar lagi dengan memastikan bahwa kami sepakat untuk memperoleh hak yang sama,” ungkap Wapres. Yang ketiga, pemangku kepentingan dalam skala kecil seperti pelaku UMKM, petani, nelayan, pekerja nonskill, dan usaha-usaha di daerah harus menjadi bagian dari proses dan keuntungan dari perdagangan dan investasi bebas dan terbuka, yang berarti harus inklusif. Namun, meskipun APEC telah memperluas pembahasan isu terhadap perdagangan dan investasi sejak dihasilkannya Bogor Goals 22 tahun lalu, yakni tepatnya tahun 1994, Wapres menilai, APEC belum menjangkau kepentingan masyarakat kurang beruntung yang berada di kawasan Asia Pasifik. Wapres mengungkapkan, sekitar 1 miliar penduduk hidup di daerah pedesaan di kawasan ekonomi berkembang APEC, dengan 70-90% hidup miskin di dalamnya. Padahal, perdagangan dan investasi merupakan faktor-faktor pertumbuhan ekonomi. Untuk itu APEC perlu memiliki strategi yang menyeluruh, komprehensif, dan berorientasi pada aksi dalam menangani pembangunan di desa dan pengentasan kemiskinan. Wapres menegaskan, pembangunan desa memiliki potensi untuk mengakselerasi tingkat pertumbuhan di seluruh kawasan sekaligus memperkuat kualitas pertumbuhan.

34

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

“Oleh karena itu, kita perlu melakukan lebih banyak lagi untuk mempromosikan barang-barang dan produk-produk yang berkontribusi pada pembangunan desa dan pengentasan kemiskinan,” saran Wapres. “Untuk itu, dalam mencapai Area Perdagangan Bebas Asia Pasifik, Indonesia akan terus mencari mitra untuk mempromosikan serangkaian prinsip yang kita sebut dengan RICE, Resilient, Inclusive and Innovative, Connected, and Equitable,” pungkas Wapres. Apa yang disampaikan Wapres tersebut merupakan bagian dari inisiatif Indonesia bersama Peru dan Korea berjudul “Strategic Framework Rural-Urban Development to Strengthen food Security And Quality Growth”. Inisiatif tersebut diterima seluruh ekonomi APEC. Inistiatif ini terkait dengan kerja sama membangun daerah pedesaan dan urban secara bersinergi dan holistik dalam konteks meningkatkan ketahanan pangan serta pembangunan inklusif. KTT APEC 2016 juga menghasilkan APEC Leaders’ Declaration 2016 dengan lampiran-lampirannya yaitu APEC Services Competitiveness Roadmap (2016-2025), terkait kerja sama perdagangan jasa, serta AELM Lima Declaration on FTAAP, terkait peta jalan untuk mewujudkan perjanjian perdagangan bebas regional terbesar di dunia.

MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-34_R1


Dialog dengan CEO Facebook

Di sela AELM, Wapres bersama pemimpin ekonomi Asia Pasifik lainnya melakukan dialog informal dengan CEO Facebook Mark Zuckerberg di Lima Convention Center, Lima, Peru, Sabtu (19/11/2016). Dialog informal ini mengangkat tema “Konektivitas Digital”.

Dalam kesempatan tersebut, Zuckerberg menawarkan solusi untuk permasalahan konektivitas di daerah-daerah terpencil, seperti di Indonesia, melalui teknologi drones yang digerakkan oleh tenaga surya. Konektivitas untuk setiap daerah bahkan yang terpencil sekaligus akan mempermudah hubungan antar kawasan. Tidak hanya itu program yang ditawarkan oleh Facebook ini diyakini dapat menyuburkan pembangunan ekonomi secara merata, seperti contohnya peningkatan UMKM.

DOK. > ISTIMEWA

Wapres pun menyambut baik gagasan CEO Facebook tersebut. Menurutnya, teknologi ini dapat membantu meningkatkan konektivitas termasuk dalam menggerakkan perekonomian antar daerah di Indonesia, khususnya di daerah terpencil dan kawasan 3T (tertinggal, terluar, terdepan).

Pertemuan Bilateral dengan Presiden Vietnam DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

Sebelum memulai rangkaian kegiatan APEC Economic Leaders’ Meeting, Wapres melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Sosialis Vietnam Tran Dai Quang, di Casa Andian Hotel, Lima, Peru, Jumat (18/11/2016). Pertemuan membahas pelaksanakan action plan peningkatan strategic partnership Vietnam-Indonesia untuk periode 2014 -2018, disamping isu perdagangan, investasi, pertahanan keamanan, serta politik. Mengawali pertemuan, Quang menyampaikan bahwa hubungan kedua negara semakin baik. Untuk mendukung kemitraan strategis ini, Quang mengundang Presiden Indonesia Joko Widodo untuk berkunjung ke Vietnam. Di bidang perdagangan, Quang mengharapkan kerjasama Vietnam-Indonesia terus ditingkatkan agar

target nilai perdagangan kedua negara sebesar 10 milyar US Dollar di tahun 2018 dapat tercapai. Di bidang pertahanan keamanan, Quang menekankan untuk memperluas kerjasama penanggulangan narkoba, human trafficiking, dan juga terorisme melalui Defense Policy Dialogue. Terkait terorisme, dapat dilakukan kerjama pertukaran informasi. Pada pertemuan itu, Quang juga mengapresiasi Indonesia yang mendukung penyelesaian konflik Laut China Selatan yang mengedepankan proses hukum internasional, termasuk UNCLOS 1992. “Sebagai negara yang berada di satu kawasan, sudah sepatutnya para anggota negara-negara ASEAN untuk saling mendukung dalam melindungi wilayah kedaulatan negara,” ujar Quang. MERSELA | Edisi 2 • 2016

35


LIPUTAN KHUSUS

Selain itu, Quang juga menyinggung isu illegal fishing. Ia mengharapkan penyelesaian hukum terhadap nelayan Vietnam yang melakukan illegal fishing tetap mengedepankan pertimbangan kemanusiaan. Quang mendukung kerjasama untuk melindungi Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) kedua negara, dapat diperkuat dalam kerangka hukum. Terkait hal tersebut, Wapres menyampaikan dukacita atas meninggalnya nelayan Vietnam di kawasan perairan Indonesia. “Kami tengah menangani hal tersebut dengan Kedubes Vietnam yang berada di Jakarta,” ungkap Wapres. Terkait keketuaan Vietnam pada APEC 2017, Quang mengapresiasi pemerintah Indonesia yang turut mendukung keketuaan ini. Ia berharap Indonesia juga dapat berbagi pengalaman, mengingat Indonesia pernah menjadi Tuan Rumah pada APEC 2013. Selain itu, ia juga berharap momen APEC 2017 nanti dapat digunakan Indonesia untuk mengajak para pengusaha berinvestasi di Vietnam.

“Kami berharap, anda membawa lebih banyak delegasi bisnis dari Indonesia untuk berinvestasi di negara kami. Kerjasama dengan Indonesia, selalu menjadi prioritas kami,” ucap Quang. Wapres mendukung komitmen kerjasama yang telah dilakukan kedua negara selama ini. Namun, Wapres menggarisbawahi penetapan standar upah minimum di kawasan regional harus menjadi perhatian negaranegara anggota ASEAN. Wapres mencermati, sebagai negara yang memiliki banyak SDM, Vietnam dan Indonesia menjadi incaran para investor untuk membangun industri. Namun, Wapres menekankan, persaingan upah rendah yang ditawarkan kedua negara, dapat dimanfaatkan para investor dari negara-negara besar. “Kita harus berbagi pengalaman dengan negaranegara lain di kawasan untuk membuat sistem dalam menentukan standar upah minimum regional,” tegas Wapres.

Berkunjung ke Situs Bersejarah Macchu Picchu

Usai melakukan rangkaian kegiatan APEC, Wapres dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla menyempatkan diri melihat secara langsung Machu Picchu, situs bersejarah objek wisata utama Peru dan salah satu dari New 7 Wonders of the World.

Untuk dapat ke Maccu Picchu, penerbangan harus ditempuh selama 1,5 jam dari Lima, menuju Cusco, kemudian disambung dengan kereta api selama empat jam, dan bus selama 30 menit. Sementara tiket masuk Machu Picchu sebesar 128 dolar AS (1,5 juta rupiah). Namun Wapres menyesalkan, Machu Picchu yang usianya lebih muda dari Borobudur, dapat menarik wisman lebih banyak dibandingkan Candi Buddha tersebut. Tidak kurang 1,2 juta wisatawan setiap tahun, datang ke Machu Picchu, sementara Borobudur hanya dikunjungi sekitar 300 ribu wisatawan per tahun. “Borobudur tidak kalah dengan Machu Picchu. Tapi mengapa jumlah wisatawan Machu Picchu lebih banyak,” ujar Wapres kepada awak media. Untuk itu, Wapres mengajak semua pihak untuk mengkampanyekan legenda Borobudur salah satunya dengan melakukan berbagai seminar internasional.

36

MERSELA | Edisi 2 • 2016

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

“Machu Picchu itu yang dijual legenda ditemukan situs itu. Nah, Borobudur bisa seperti itu,” ujarnya. Setelah berkunjung ke Machu Picchu, Wapres bertolak dari Lima, Peru, untuk kembali ke Jakarta melalui Pangkalan Udara Militer ALAR 2, dilepas oleh Menteri Pembangunan dan Inklusi Sosial Cayetana Aljovin, Duta Besar RI untuk Peru, dan para pejabat KBRI Lima. Setelah melakukan transit di Los Angeles, Honolulu, dan Guam, Wapres tiba di Bandara TNI AU Halim Perdana Kusuma, Jumat (25/11/2016).(SK)


PENDAPAT MEREKA

Mungkinkah Indonesia jadi Target Utama Wisata Dunia? Penduduk dan wisatawan harus peduli lingkungan dan tetap menjaga orisinalitas objek wisata Meskipun perjalanan ke Indonesia merupakan perjalanan terpanjang saya bersama teman saya, kami sangat menikmatinya. Negara VICENTE LLINARES ini cukup menakjubkan, NOGUERA orang-orangnya selalu Wisatawan Spanyol bahagia dan benar-benar ramah. Kami bertemu banyak orang di jalan dan mereka memberikan kontribusi untuk menciptakan kenangan terbaik bagi wisatawan. Menurut publikasi di negara-negara Barat, Bali adalah surga di bumi. Tapi kami melihat Bali sebagai pulau yang dipenuhi orang asing yang tertarik dengan iming-iming harga murah, cuaca baik dan keindahan yang terlihat di iklan di TV. Namun, kami menikmati berkendara sepeda motor di sepanjang jalan, meskipun jalan itu sempit dan rusak. Kami juga mengeksplor kuil, pantai, hingga sawah. Berbicara tentang sawah (terasering di Ubud), ini salah satu hal yang mengecewakan kami. Banyaknya toko-toko, restoran dan orang-orang yang ingin mendapatkan uang di sekitarnya membuat tempat Masyarakat Perlu Didorong untuk Punya Jiwa Wisata

ERNIWATI RASYID Pelaku Usaha Pariwisata Wakatobi

Kabupaten Wakatobi merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran pada tahun 2003. Di awal berdirinya, Wakatobi masih sangat sepi, masih belum ada apa-apa. Namun, naluri usaha saya tetap ada dan setelah beberapa waktu berfikir, mulailah saya merintis usaha dengan membuka restoran.

Walau awalnya restoran ini begitu jauh dari pemukiman, namun lambat laun, seiring dengan perkembangan daerah, setelah berjalan kurang lebih 3 tahun, usaha ini mulai kelihatan hasilnya. Apalagi pemerintah daerah juga gencar melakukan promosi, sehingga pelan-pelan mulai dikenal luas di luar Wakatobi. Dari waktu ke waktu, wisata bahari Wakatobi menjadi aset yang luar biasa. Dari situlah motivasi saya untuk

ini kehilangan integritas dan kemurniannya. Oleh karena itu, kami lebih menyukai Pulau Lombok, karena pulau ini memiliki esensi yang dulu Bali miliki, namun kini Bali telah kehilangan esensi tersebut. Pulau Lombok masih memiliki orisinalitas dan segala yang wisatawan butuhkan untuk dinikmati dalam beberapa hari. Menurut saya Indonesia memiliki potensi untuk jadi destinasi utama wisata dunia. Namun, masalah utama yang kami temukan di Bali dan di tempat-tempat yang kami datangi di Indonesia adalah kurangnya perhatian terhadap lingkungan. Kami menemukan banyak sampah di tepi pantai, sekitar jalan-jalan dan bahkan di hutan. Ada sampah di manamana di semua pulau dan sangat disayangkan karena membuat tempat wisata terlihat jelek. Sangat penting untuk mendidik penduduk setempat dan juga wisatawan asing dalam menjaga kelestarian negara yang indah ini. Meskipun demikian kami benar-benar menikmati makanan lokal, hampir setiap hidangan Indonesia kami coba. Kami menikmati semua spot yang kami datangi, dan salah satu yang terbaik adalah perjalanan kami ke Pulau Komodo. Kami dapat melihat langsung reptil raksasa Komodo yang terkenal itu, Pink Beach dengan pasirnya yang berwarna pink, dan pulau pribadi Kanawa dengan bintang lautnya. Disamping itu, kami sangat menikmati snorkeling karena disana kami bisa menemukan taman bawah laut yang sangat menakjubkan. (SK)

terus maju makin tinggi, bagaimana agar daerah ini mendatangkan banyak tamu dan menjadi salah satu tujuan wisata. Pelan-pelan saya mulai mengembangkan usaha, dan tidak hanya menjual makanan, namun juga menjual “viewâ€? yakni dengan membangun hotel, yang pada awalnya 19 kamar, kemudian bertambah lagi 23 kamar. Alhamdulillah usaha hotel ini cukup memberikan dampak yang luar biasa bagi pengembangan pariwisata Wakatobi. Para wisatawan mulai berdatangan dan jumahmya makin meningkat dari tahun ke tahun. Saya berharap, masyarakat sekitar akan terpacu dan terpanggil untuk melakukan hal yang sama seperti saya, mengingat peluang usaha ini sangat besar bagi kemajuan pariwisata Wakatobi, terutama agar dikenal dunia. Selain itu saya juga berharap pemerintah akan terus memberikan dukungan, terutama dari sisi SDM, untuk memberikan pendidikan dan pelatihan sehingga siap untuk bekerja. Saya juga berharap adanya pembinaan kepada masyarakat agar mempunyai jiwa wisata, sehingga masyarakat paham bagaimana memperlakukan tamu sehingga mereka ketagihan dan ingin datang kembali ke Wakatobi. (PI/TH) MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-37_R1

37


TOKOH KITA

Abdullah Azwar Anas, S.Pd., S.S., M.Si. Bupati Banyuwangi, Jawa Timur

DOK. HUMAS > **

Pengalaman Berkesan Jadi Daya Tarik Wisatawan

DOK. > HUMAS PEMKAB BANYUWANGI

38

MERSELA | Edisi 2 • 2016


Kepala daerah yang berhasil meraup suara hampir 89% pada pilkada tahun 2015 lalu ini dikenal sebagai pemimpin yang memiliki segudang penghargaan. Selama menjabat dua periode sebagai Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas,S.Pd., S.S., M.Si., telah mengoleksi beragam penghargaan, mulai dari penghargaan yang diberikan pemerintah hingga organisasi internasional. Investment award, Government Award, Indonesian Young Leader Award, Social Media Award, Marketing Champion, Best Champion Region, dan UNWTO (United Nations World Tourism Organization) Award for Excellent Innovation in Tourism menjadi segelintir dari banyak penghargaan lain yang telah diraihnya. Pernah menjadi anggota MPR termuda di tahun 19971999, Anas-biasa ia disapa, memulai kariernya dengan menjadi wakil rakyat di usia 24 tahun. Kepala daerah yang aktif dalam media sosial ini merasa semua penghargaan yang telah diterimanya bukanlah tujuan, karena penghargaan sesungguhnya ialah bagaimana menurunkan angka kemisikinan di daerahnya. Anas yang dibesarkan dalam lingkungan pesantren ini termasuk ke dalam tokoh muda Nahdlatul Ulama. Dengan latar belakang agama yang kuat dan pemahaman politik yang mumpuni, membuat pria kelahiran 6 Agustus 1973 ini diberikan kepercayaan untuk memimpin masyarakat Banyuwangi di Pemilukada tahun 2010 dan terpilih kembali untuk tahun 2015 lalu. Sebagai seorang pemimpin, pria lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia ini juga dikenal memiliki jiwa “Marketer” dalam memimpin, ini terlihat dari setiap programnya yang mengedepankan pelayanan cepat dan mudah. Menjadi putra daerah Banyuwangi, suami dari Ipuk Fiestiandani dan ayah dari Ahmad Danial Azka ini, mengakui bahwa tanah kelahirannya tersebut memanglah bukan kota besar. Terletak di ujung Jawa Timur yang membutuhkan setidaknya 8 jam dari kota Surabaya, disadari Anas tentu menyurutkan pendatang untuk berkunjung ke Banyuwangi. Untuk itu berbagai aktivitas dari beragam acara diselenggarakan untuk menarik wisatawan.

Bekerja maksimal di setiap tempat yang dipercayakan kepada kita. Bekerja yang memberi manfaat sebanyak-banyaknya untuk masyarakat dan untuk orang lain.

setiap pemimpin untuk mengutamakan mana kiranya yang mendesak dan harus secepatnya ditangani. Dalam kepemimpinannya, Anas menjadikan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi skala prioritas utamanya. Anak-anak muda dilatih untuk memahami bagaimana melakukan promosi melalui internet. Selain itu, mereka juga didorong untuk mengikuti pelatihan 3 bahasa, Arab, Inggris, dan Mandarin. Investasi terhadap SDM ini dilakukan untuk membuat masyarakat lebih produktif dan kreatif, sehingga mereka dapat berpartisipasi langsung dalam membangun Banyuwangi. Sebagai pemimpin daerah, Anas mengungkapkan, masyarakat memiliki peranan penting dalam keberlangsungannya memimpin Banyuwangi selama dua periode ini. Agar hubungan dengan masyarakat tetap harmonis, Anas melakukan komunikasi yang intensif. Minimal dalam 3 bulan, Anas bertemu langsung dengan mereka. “Kekuatan kami di masyarakat, tanpa dukungan publik saya tidak ada artinya apa-apa,” ungkapnya. Setelah SDM, hal lain yang menjadi prioritas Anas adalah konektivitas, sebagaimana yang dilaporkannya kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika berkunjung ke Banyuwangi pada 15 Desember 2016. “Tahun 2010 penumpang Banyuwangi hanya 7.500 namun saat ini mencapai 182.000 per tahun. Diharapkan pada Maret 2017 dapat direalisasikan direct flight ke Jakarta-Banyuwangi,” harap Bupati yang gemar berolahraga ini.

SDM Berkualitas jadi Skala Prioritas

Namun, menurutnya, terwujudnya konektivitas tidak hanya sebatas dibangunnya infrastruktur darat, laut, maupun udara, tetapi juga koneksi internet.

Pemimpin suatu daerah tentulah memiliki tugas yang tidak sedikit untuk dapat menyejahterakan dan memajukan daerah beserta masyarakatnya. Untuk itu menurut Anas, skala prioritas menjadi hal penting yang harus dimiliki

“Konektivitas ini, dulu kan hanya jembatan, pelabuhan, bandara, penyeberangan, sekarang kita tambah berikutnya adalah wifi,” jelas Anas. MERSELA | Edisi 2 • 2016

39


TOKOH KITA

Jadi kami menjual experience (pengalaman). Jadi PR (public relations) yang efektif adalah experience. Saat ini, telah terpasang setidaknya 1400 titik jaringan internet di Banyuwangi. Pemasangan beberapa titik jaringan internet ini untuk mendukung programprogram Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terutama yang berbasis online, salah satunya pelatihan internet marketing. Disamping itu, target pada Desember 2016 sebanyak 109 desa akan dialiri fiber optic sehingga sektor ekonomi kreatif bisa dibangun bukan hanya di kabupaten tapi juga di desa.

Strategi Banyuwangi Majukan Pariwisata Menurut Anas, program utama Banyuwangi adalah pendidikan dan kesehatan, sedangkan pariwisata menjadi program unggulan. Atraksi pariwisata terus dikemas semenarik mungkin agar wisatawan yang datang memiliki pengalaman mengesankan yang nantinya bisa langsung diceritakan kepada orang lain. “Jadi kami menjual experience (pengalaman). Jadi PR (public relations) yang efektif adalah experience. Kalau dengan kata-kata itu sudah banyak, di manamana. Dengan experience dia dapat menceritakan apa yang dia dapatkan. Itu PR yang efektif, dan itu yang sebetulnya paradoks marketing ya di situ,” kata Bupati yang menyabet gelar Indonesia Marketing Champion 2014 untuk kategori kalangan pemerintahan yang diselenggarakan Markplus Inc.

Mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla meninjau pembangunan Bandara di Banyuwangi

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

40

MERSELA | Edisi 2 • 2016

Tak heran jika tahun 2016 Banyuwangi menjadi salah satu dari Top 10 Indeks Pariwisata Indonesia, yang mengacu pada Travel and Tourism Competitive Indeks (TTCI) dari World Economic Forum (WEF). Setidaknya 92 award telah diraih Banyuwangi selama kurun waktu 4 tahun terakhir ini. Meski begitu Anas mengatakan penghargaan tersebut hanyalah hasil dan bukan menjadi tujuanya. “Hikmahnya daerah lebih confidence, staff kami lebih confidence,” ujarnya. Demi mengoptimalkan pariwisata yang ada di Banyuwangi, beragam perbaikan dan strategi baru terus dikembangkan. Untuk mendirikan hotel dan wisma misalnya, ia melibatkan pengusaha lokal untuk berinvestasi. Banyuwangi Festival juga menjadi icon pariwisata yang telah ia pelopori sejak tahun 2011, dimana dalam ajang tersebut menampilkan beragam budaya khas Banyuwangi, musik dan olahraga. Tiap tahun jumlah festival yang diselenggarakan terus bertambah. Tahun 2014, sekitar 23 festival digelar dalam setahun, mulai dari Ethno Karnival, Banyuwangi Jazz Festival, hingga Tour de Ijen. Tahun berikutnya bertambah menjadi 36 festival, Festival Toilet Bersih, Green N Recycle Fashion Week, dan International Surfing Competition turut meramaikan festival di tahun 2015. Sementara tahun 2016, tak kalah spektakuler, 53 festival digelar dalam setahun, diantaranya Underwater Festival dan Fish Market Festival. Menurut Anas, dirinya tidak bisa berdiam diri dan berada di zona nyaman. Strategi baru untuk mengkombinasikan pariwisata dan ekonomi kreatif terus dikaji, begitu juga masukan segala pihak terbuka lebar untuk hasil program yang baik nantinya.


Kawah Ijen yang merupakan icon pariwisata di Banyuwangi menjadi salah satu lokasi berlangsungnyaTour de Ijen

DOK. > HUMAS PEMKAB BANYUWANGI

Bagi pria yang gemar bersepeda ke kantornya ini, untuk mempercepat akselerasi pembangunan daerah dibutuhkan inovasi yang sesuai dengan karakteristik daerah tersebut. Misalnya, Banyuwangi yang bersegmentasi pada echotourism yang fokus kepada alam dan ketenangan, tidak dapat disamakan dengan Bali yang memiliki segmentasi dan kultur yang berbeda. Menurutnya, sebuah kesalahan besar untuk mengikuti daerah yang tidak sesuai dengan karakteristik daerah dimana ia tinggal. “Kami kendalikan betul karaoke, soalnya disini nggak perlu hiruk pikuk. Kebiasaan bule minum minuman keras, diskotik, di Banyuwangi tidak diizinkan,” jelasnya. Sementara, inovasi yang telah diterapkan di kabupaten berpenduduk kurang lebih 1500 jiwa ini ialah “Smart Kampung”. Program ini fokus pada tujuh sektor, yakni Smart Economy, Smart Mobility, Smart People, Smart Environment, Smart Living, Smart Governance, dan Smart Farming. Dengan adanya program Smart Kampung ini diharapkan dapat memudahkan warga untuk mengurus di layanan publik milik pemerintah setempat, disamping menggerakkan ekonomi lokal bagi warga desa itu sendiri. Terlebih dengan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang dimiliki setiap warga, tentunya akan membangun kreativitas dalam melakukan kegiatan ekonomi yang produktif. ”Kami memang sengaja mengusung program Smart Kampung, bukan Smart City karena memang tantangan kami ada di kampung-kampung. Ada dua tantangan utamanya, yaitu infrastruktur termasuk infrastruktur TIK yang masih minim dan kapasitas SDM yang perlu ditingkatkan,” ucap Anas.

Bupati yang aktif dalam media sosial ini mengatakan bahwa banyaknya acara yang diselenggarakan merupakan salah satu strateginya untuk menarik wisatawan guna memajukan pariwisata di Banyuwangi. Tujuan lainnya ialah menjadi pendorong masyarakat untuk dapat belajar lebih lagi mengenai pengetahuan dan pengalaman dari berbagai negara yang dibawa oleh wisatawan. Setiap acara yang diadakan Pemerintah Kabupaten tidak lepas dari dukungan anak-anak muda sebagai volunteer dan juga penyumbang ide dan kreatifitas mereka yang dapat terlihat dalam acara tersebut. “Kami tidak pernah membuat tim khusus. tetapi tema-tema kami sering menjadi trending topic karena melibatkan kampung-kampung online,” ungkapnya. Kemudahan media sosial yang ekonomis dimanfaatkan Anas untuk mensosialisasikan setiap acara yang akan diselenggarakan. Disamping itu, per Januari, informasi setiap acara untuk satu tahun ke depan dapat diakses di website resmi Kabupaten Banyuwangi www. banyuwangikab.go.id.

Pariwisata sebagai Multiplier Effect Jumlah wisatawan yang mengunjungi kabupaten yang dijuluki Sunrise of Java ini, kini memang telah mencapai target. Wisatawan lokal yang tadinya berjumlah 400 ribu kini telah mencapai 2,4 juta, begitupun juga dengan wisatawan asing yang sebelumnya hanya berjumlah 4 ribu kini naik menjadi 50 ribu wisatawan. Namun, bukan hanya target wisatawan yang harus dicapai, tapi bagaimana imbas ekonomi terhadap rakyat juga harus terus dikawal kestabilannya. MERSELA | Edisi 2 • 2016

41


TOKOH KITA

Mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla mengunjungi Kedai Kopi Osing di Banyuwangi

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

Kedua, sebagai alat konsolidasi infrastruktur, dengan adanya pariwisata, maka infrastruktur disekitarnya harus memadai, karena tidak mungkin pariwisata akan berjalan tanpa jalan yang baik dan tanpa air bersih. Ketiga, sebagai alat konsolidasi perilaku, pariwisata membuat perilaku orang berubah, yang tadinya jorok sekarang jadi bersih. Keempat, sebagai alat konsolidasi perekonomian, dengan banyaknya wisatawan yang datang, diharapkan perekonomian lokal juga mengalami peningkatan.

“Semakin banyak orang datang akan semakin banyak hal-hal yang didapatkan oleh rakyat. Minimal mereka akan bermalam, mereka perlu makan. Semua dapat imbasnya,” imbuhnya. Anas mengakui berbagai program yang dibuat guna menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Banyuwangi bukanlah hal yang mudah, bahkan memiliki resiko yang tinggi. “Orang kalau tidak cocok menghukum, tapi kalau cocok dia akan bercerita bagus,” ujarnya.

Hal menarik yang dapat dilihat dari kepemimpinan Bupati yang merupakan anak kedua dari 11 bersaudara ini, ialah larangan izin pembangunan pusat perbelanjaan (mall) ataupun mini market di Banyuwangi. Revitalisasi terhadap pasar-pasar rakyat

Bagi Banyuwangi sendiri, Anas menjelaskan, pariwisata memiliki 4 tujuan. Pertama, sebagai alat konsolidasi budaya, sehingga budaya yang telah tenggelam menjadi muncul lagi, dan ini menjadi kekuatan.

2017 16 16

| BANYUWANGI CALENDAR EVENTS

Festival Jeding Rijig (Toilet Bersih) Festival Sedekah Oksigen

4 24-25

11 25

--

Festival Jaranan Buto Green & Recycle Fashion Week

Indonesia Fashion Week Festival Angklung Caruk Pelajar

1 7-8 -12-16 12-16 --21 22-23

42

MERSELA | Edisi 2 • 2016

-12-13 15-17 20 20-21

Framantle Sailing Club Yacth Race & Rally GWD Fishing Festival Gintangan Bamboo Festival Job Fair SONGGON FESTIVAL - Festival Durian - Jazz Pinus Raung

Festival Bakul (Banyuwangi Kuliner - Pecel Pitik) Festival Kali Bersih & Merdeka dari Sampah Banyuwangi Goes to Entrepreneur Art Week Banyuwangi Agro Expo Science Days Festival Sastra Kebaya Festival Banyuwangi International BMX

-29/5 26/6 10-11 12-13 14

Parade Dalang FESTIVAL RAMADHAN - Festival Tartil Al Quran

- Festival Hadrah Pelajar - Festival Patrol - Banyuwangi Ramadhan Fashion 27 Barong Iderbumi 28 Diaspora Banyuwangi 30-6/6 Seblang Olehsari


Harapan kepada Pemerintah

lebih dipilih Anas untuk meningkatkan pemasukan daerah dan memperbaiki ekonomi masyarakat di waktu yang bersamaan. Banyuwangi yang sebelumnya memiliki pendapatan perkapita sebesar 14,7 juta kini telah naik menjadi 37,6 juta tanpa adanya mall. Hal ini menunjukan bahwa perekonomian di Banyuwangi saat ini sangatlah sehat.

Jumlah kemiskinan yang telah turun dari 20,4% menjadi 9,17% saat ini, dinilai Anas bukanlah pekerjaan yang mudah dan dirasa belum cukup karena merupakan angka yang masih besar. Beragam program berbasis desa yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menunjukkan kepeduliannya untuk memajukan desa-desa terpecil. Menurut Anas, berbagai hambatan muncul dalam menjalankan program ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2015, jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Banyuwangi terlihat menurun sebesar 2,55% dari yang sebelumnya 6%. Hal ini tidak terlepas dari bantuan sektor lainnya yang secara bersamasama menggerakan ekonomi, salah satunya ialah pariwisata, yang diakui Anas menjadi sektor pendukung utama.

“Problem desa bukan hanya transfer dana tapi juga ada motivasi desa untuk bangkit,” tukas pengagum Buya Hamka, KH Abdurrahman Wahid, dan KH Mustofa Bisri ini. Untuk itu, program “Banyuwangi Cerdas” dibuat untuk dapat membantu dan memartabatkan anak-anak yang kurang mampu. Program Banyuwangi Cerdas telah memberikan fasilitas kepada 800 anak untuk dapat melanjutkan studinya ke tingkat pendidikan tinggi. Hal lain yang dilakukan dalam program Banyuwangi Cerdas adalah kegiatan belajar mengajar di desa-desa terpencil dengan harapan dapat memecahkan permasalahan tentang kurangnya motivasi warga desa.

“Sektor pertanian kami sekarang sangat tangguh, terutama holtikultura, sektor jasa mulai meningkat dan ekonomi kami sangat sehat. Sistem keuangan kami juga OK,” ucap Anas bangga. Oleh karena itu, jika kebijakan penghematan anggaran menimbulkan kecemasan di beberapa kabupaten/kota, tidak bagi Banyuwangi. Pertumbuhan ekonomi yang baik dan juga laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), membuat pemotongan anggaran tidak berlaku di kabupaten yang menjadi salah satu penghasil beras tertinggi di Indonesia ini. Sebaliknya, tambahan dana sebesar 120 milyar untuk insentif dan pembangunan infrastruktur diberikan kepada Banyuwangi agar dapat mempertahankan dan meningkatkan produktifitasnya dalam melayani masyarakat.

2 4 14 15 22 22-23 29

Puter Kayun Lebaran Kupat Festival Mainan Anak Tradisional Lalare Orchestra Concert Banyuwangi Ijen Green Run Student Jazz Festival Banyuwangi Batik Festival

1-17 5-6 12 13 14 14 17 24 24-31 26-27

5 15-19 23 24 27-30

Perhatian pemerintah pusat pada Banyuwangi dirasa cukup untuk beberapa hal, salah satunya mengenai optimalisasi otonomi daerah. Dukungan pemerintah pusat menurut Anas sangat penting dan berpengaruh pada kesuksesan program yang telah ataupun akan digagas. “Harapan kami ke depan pemerintah pusat bisa mendorong daerah-daerah seperti kami untuk bisa bangkit lebih maju,” singkatnya. (DY/MS/SN/SK)

Banyuwangi Beach Jazz Festival Seblang Bakungan Banyuwangi Sail Yacth Festival Festival Anak Yatim Keboan Aliyan International Tour de Banyuwangi-Ijen

Festival Kembar Festival Dandang Sewu Kalibaru FESTIVAL MERDEKA - Decorative Bike - Karnaval Kebangsaan - Marching Band Festival - Lampion Pramuka - Malam Puncak HUT RI Festival Tumpeng Sewu Cattle Market Kite and Wind Surfing Tabuhan

1 23/9 3 4 7-8 14 18 21 21 22 22-23

10-11 11 25

Banyuwangi Summer Jazz Banyuwangi Ethno Carnival Festival Film Pendek Banyuwangi 30-6/12 Festival Lagu Using 30-6/12 Banyuwangi Painting & Photography 30 Festival Grebeg Suro Pekulo

Kebo-Keboan Alas Malang FESTIVAL SAMUDERA - Petik Laut Pancer - Fish Market Festival - Petik Laut Muncar Festival Gandrung Sewu Banyuwangi Fashion Festival COFFEE FESTIVAL - Coffee Processing Education - Photography Contest Coffee - Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi Bersholawat untuk Bangsa (Habib Syeh) Festival Santri

2 3 9 31

Festival Endhog-Endhogan Festival Rowo Bayu Festival Kuwung Doa Akhir Tahun (KH. Muzakki Syah)

MERSELA | Edisi 2 • 2016

43


GALERI FOTO 31 Agustus 2016 Wapres Jusuf Kalla melakukan peninjauan pameran usai membuka acara Indonesia ICT Summit di JIExpo Kemayoran Jakarta

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

4 September 2016

Wapres Jusuf Kalla melakukan kunjungan kerja ke Hambalang Bogor, untuk memastikan kelanjutan pembangunan Pusat Pelatihan Pendidikan Olahraga

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

8 September 2016 Wapres Jusuf Kalla melakukan peninjauan pameran usai meresmikan pembukaan Indonesia Business and Development Expo 2016, di Jakarta Convention Center

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

44

MERSELA | Edisi 2 • 2016


2 November 2016 Wapres Jusuf Kalla melakukan peninjauan usai membka secara resmi Pameran Indo Defence 2016, di JIExpo Kemayoran Jakarta

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

15 Desember 2016 Wapres Jusuf Kalla meninjau pengembangan bandara Blimbingsari dan fasilitas pelayanan satu atap dalam kunjungannya ke Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

28 Desember 2016 Wapres Jusuf Kalla mengunjungi korban banjir bandang di Rumah Sakit Lapangan Satgaskes TNI dan Masjid Sultan Muhammad Salahuddin, Kota Bima Nusa Tenggara Barat

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

MERSELA | Edisi 2 • 2016

45


GALERI FOTO

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

9 Agustus 2016

Ibu Mufidah Jusuf Kalla menghadiri sekaligus membuka pameran Wastra Tenun Nusantara yang digelar di Kantor Kementerian Perindustrian Jakarta

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

25 Agustus 2016 Ibu Mufidah Jusuf Kalla membuka secara resmi Pameran Mutumankam Nusantara Indonesia dengan tema “Jewel of Paradise” yang diikuti oleh para perajin seIndonesia serta UKM binaan BUMN di Jakarta Convention Center

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

25 Agustus 2016 Melukis canting pada selembar kain sebagai tanda dibuka pameran Wisata Agung Negeri Nusantara (WARISAN) di Jakarta Convention center

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

46

MERSELA | Edisi 1 • 2016


15 Oktober 2016 Ibu Mufidah Jusuf Kalla mencanting batik pada kunjungan ke Showroom Handicraft Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Semarang yang berkantor di Disperindag Provinsi Jawa Tengah

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

12 November 2016 Ibu Mufidah Jusuf Kalla berfoto bersama usai memberikan sambutan pada Musyawarah Nasional I Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Munas Perwatusi) di Hotel Grandhika Jakarta

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

20 Desember 2016 Ibu Mufidah Jusuf Kalla bertindak sebagai Inspektur upacara ziarah tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata dalam rangkaian Peringatan Hari Ibu Nasional

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

MERSELA | Edisi 2 • 2016

47


SERBANEKA

Jogja,

Inspirasi Batik Dunia Daerah Istimewa Yogyakarta, biasa dikenal dengan ‘Jogja’, memang merupakan nama yang tepat untuk menggambarkan betapa istimewanya semua sudut yang dimiliki kota ini. Tradisi, adat, budaya, kesenian, kuliner hingga masyarakatnya terasa hangat dan melekat di hati siapapun yang berkunjung ke kota Jogja. Tak heran jika musisi Katon Bagaskara menuangkannya dalam sebuah nada, “Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna”.

“Banyak kota lain di luar Jogja yang juga menghasilkan batik. Jogja sebagai panutan dunia dapat menjadi penggerak bersama kota lainnya di Indonesia, hingga nantinya ada kota lain yang bisa mengikuti Jogja,” ujar Ibu Mufidah ketika meresmikan JIIB di Jogja Expo Center (JEC), Banguntapan, Bantul, (12/10/2016).

Dikenal sebagai “jantung” budaya Jawa membuat salah satu seni kebanggaan Indonesia, yaitu batik, berkembang dan meluas di daerah ini. Jogja kini telah berhasil mencuri perhatian internasional dengan dinobatkannya sebagai ‘Kota Batik Dunia’, oleh World Craft Council (WCC) pada 18 Oktober 2014, bersamaan dengan ulang tahun ke-50 WCC di Dongyang, China. Penobatan ini dirasa tepat disematkan kepada Jogja karena dedikasinya selama ini terhadap pelestarian batik sebagai warisan budaya.

Predikat yang telah diraih Jogja ini, lanjutnya, karena kota tersebut memiliki 7 kriteria, yakni nilai sejarah, orisinil, upaya pelestarian dengan regenerasi, nilai ekonomi, ramah lingkungan, memiliki reputasi internasional, dan memiliki komitmen yang berkesinambungan. Oleh karena itu, ia berharap predikat dunia ini dapat terus dipertahankan.

Selain itu, banyaknya masyarakat yang menggantungkan harapan menjadi pengrajin batik sebagai mata pencaharian mereka di kota ini, semakin mengukuhkan gelar tersebut. Jika kita berkunjung ke salah satu pasar tradisional tertua di Jogja, yaitu Pasar Bringharjo, ramainya penjual yang menjajakan batik dengan beragam motif dan desain, seakan menunjukkan kepada kita betapa melekatnya batik di hati masyararakat Jogja. Menyambut Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober, sekaligus memaknai Jogja sebagai Kota Batik Dunia, membuat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY, para pengusaha hingga masyarakat pembatik, berkolaborasi dalam penyelenggaraan acara Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2016. Dengan mengusung tema ‘Traditions for Inovations’, perhelatan ini digelar pada tanggal 12 s.d. 16 Oktober 2016, dan diresmikan oleh Ibu Mufidah Jusuf Kalla.

48

MERSELA | Edisi 2 • 2016

“Kita gembira atas pencapaian ini dan apresiasi capaian Jogja sebagai Kota Batik Dunia. Perlu dipertahankan tujuh kriteria yang dimiliki,” tegas Ibu Mufidah. Dalam kesempatan yang sama, Gubernur DIY Sri Sultan HB X menyampaikan, batik yang kini telah ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO berpotensi menjadi sumber ekonomi masyarakat, terutama bagi pengrajin batik. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan untuk terus menghidupkan warisan ini. “Batik sebagai warisan budaya Indonesia memiliki simbol dan filosofi siklus hidup manusia, kini juga semakin berkembang kreatif yang berpotensi menjadi sumber ekonomi masyarakat. Kami sangat mengapresiasi JIBB 2016 ini dan semoga kita bisa terus menghidupkan batik yang saat ini sudah dipredikatkan menjadi warisan budaya dunia oleh UNESCO,” harapnya. Acara yang dihelat selama 5 hari ini menjadi salah satu bukti Jogja kepada komunitas internasional, bahwasanya predikat Kota Batik Dunia layak diberikan


Ibu Mufidah Jusuf Kalla melakukan demo mencanting batik pada JIBB 2016

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

kepada daerah istimewa ini. Pada JIBB 2016 ini, rangakaian acara pun digelar, diantaranya Public Lectures, Batik Exhibitions, Batik Symposium, Batik Workshop Day, Batik Competition, Batik Fashion Show dan World Heritage Tour yang diselenggarakan di tempat yang berbeda yaitu di JEC, Royal Ambarrukmo Hotel, dan Imogiri Bantul. JIBB 2016 ini juga mendatangkan pembicara internasional untuk ikut membedah keunikan Batik Yogyakarta, sekaligus memaparkan beberapa teknik membatik yang sama dari beberapa negara, diantaranya, President Society Atelier Sarawak, Malaysia, Edric Ong, seniman batik dari Azerbaijan Tatyana Agababaeva, dan anggota pecinta Batik Kronberg Germany Annegret Haake. Selain untuk menghibur dan memberikan edukasi untuk para partisipan dan pengunjung, acara ini juga diharapkan dapat memunculkan kesadaran publik akan nilai keluhuran Batik Yogyakarta. “Kita tidak bicara semata-mata pada hasil jadi, tetapi pada prosesnya. Bagaimana rantai ekonomi tercipta dari sebatang canting, hingga kompetisi yang bisa saja menggerus kehadiran para pembatik tradisonal,” terang Didik Purwadi, Asisten Sekretaris Daerah Bidang Keistimewaan, Setda DIY, selaku Ketua Penyelenggara JIBB 2016. Didik menambahkan, Pemda DIY ingin menciptakan ruang seluas-luasnya kepada para pengrajin batik dengan kembali menghidupkan Koperasi Batik secara simultan. Selain itu konsumen juga harus diberikan edukasi bahwa tekstil motif batik telah menghancurkan

pasaran batik tradisional dan menyurutkan industri batik kelas rumah tangga. Oleh karena itu, terobosan dan inovasi baru dari pelaku industri batik, baik dari sisi perlindungan hingga pembinaan konsumen menjadi suatu keharusan untuk kelangsungan industri batik tradisional di masa yang akan datang. “Kedepan, kami berusaha menciptakan sistem sertifikasi, sehingga selain pengrajin terlindungi, konsumen pun teredukasi,” ujar Didik. Sementara, Direktur Eksekutif Dekranasda DIY, Roni Guritno, yang juga Sekertaris Panitia JIBB 2016 menjelaskan, predikat Kota Batik Dunia diberikan berdasarkan beberapa penilaian kelayakan sebagai kota kerajinan dunia, dan dalam hal ini batik menjadi kerajinan paling menonjol di Jogja. Oleh karena itu, juri WCC memutuskan Jogja memenuhi kriteria sebagai kota kerajinan batik dunia yang sejajar dengan kotakota kerajinan di berbagai belahan dunia, seperti Kota Dong Yang, China, sebagai Kota Kerajinan Kayu Dunia, dan Kota Donique, Chile, sebagai Kota Kerajinan Chamanto Dunia. Sebelum mendapatkan predikat yang bergengsi ini, pemerintah pusat pun telah memberikan perhatian khusus. Ini terlihat dari pemilihan kota Jogja sebagai lokasi Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) di Indonesia. BBKB ini telah dibangun sejak zaman Belanda tepatnya pada tahun 1922 dengan nama Textile Inrichting En Batik Proefstation. Kepala BBKB Isananto Winursito menjelaskan, dibangunnya balai ini ialah untuk meneliti batik yang kemudian disosialisasikan kepada masyarakat baik MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-49_R1

49


SERBANEKA

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

Ibu Mufidah Jusuf Kalla berfoto bersama Gubernur D.I.Y Sri Sultan Hamengkubuwono X dan para pegawai Balai Besar Kerajinan dan Batik

dari proses, pengembangan, desain/motif hingga pelatihan yang diikuti oleh 1500 orang tiap tahunnya. Dengan menggunakan pelatih yang kompeten di bidangnya serta pemberian sertifikat di akhir pelatihan, membuat minat masyarakat datang dari Sabang sampai Marauke. Tidak jarang pula undangan pelatihan keluar negeri atau peneliti dari negara asing datang untuk meneliti batik. Menariknya pengetahuan warga negara asing lebih dalam dibandingkan kita masyarakat Indonesia sendiri. “Jadi ibarat kita ini lebih banyak berenang di permukaan saja, tapi kalau mereka menyelam,” ujar Isananto. Predikat Kota Batik Dunia yang diluncurkan pada JIBB 2016 ini tidak hanya membuat Jogja dan batik makin dikenal dunia, tetapi juga memberikan keuntungan kepada pengrajin dan pelaku usaha yang bergelut di bisnis ini. “Saya merasa sangat bangga, karena Jogja menjadi centre point batik. Tentu saja ini harus dijaga betulbetul supaya predikat ini tidak lepas karena banyak kota-kota lain yang juga memiliki batik-batik yang tidak kalah dibandingkan batik dari Jogja. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi-inovasi baru dalam produksi batik di

50

kota Jogja ini tanpa meninggalkan pakem atau ciri khas masing-masing,” ujar Bernadetha Rina, pelaku usaha yang menjual produk batik pada pameran JIBB ini. Di beberapa desa dan kabupaten, lanjutnya, saat ini mulai dibangkitkan lagi usaha-usaha batik rumahan demi mendukung penetapan Jogja sebagai Kota Batik Dunia. “Selaku pengusaha baju-baju batik, kami selalu memakai kain-kain Batik Jogja produksi-produksi pengrajin Jogja dengan tujuan supaya dapat mendorong industri-industri kecil kain batik di desadesa,” ucap Rina bangga. Dinobatkannya Jogja sebagai Kota Batik Dunia tentunya bukan hanya menjadi kebanggaan masyarakat Jogja, tetapi juga penduduk Indonesia. Predikat yang diraih ini memberikan inspirasi bagi daerah-daerah lain di Indonesia untuk selalu berkarya melahirkan warisan dunia. Untuk itu, produk-produk asli buatan Indonesia, seyogyanya tidak hanya digaungkan sebatas kata-kata, tetapi juga digunakan dalam keseharian kita. Dengan ragam motif dan desain yang unik, kiranya batik akan selalu melekat bersama kita, tidak hanya di tempat kerja, tetapi juga di rumah atau di pesta. (SK/SN)

MERSELA | Edisi 2 • 2016

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_T-50_R1


Kolintang Kawanua Jakarta,

Promosikan Indonesia dengan Kesenian Minahasa “Kolintang”, mungkin sebagian besar dari kita tidak terlalu familiar dengan nama alat musik ini. Tapi siapa sangka, musik perkusi bernada dari kayu berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara ini, ternyata gaungnya sudah ke mancanegara. Salah satu kelompok musik yang berhasil mengenalkan kesenian daerah ini di kancah dunia adalah Kolintang Kawanua Jakarta, atau biasa dikenal dengan K2J. Musik tradisional biasanya dimainkan oleh orang tua, tetapi tidak bagi K2J, para pemainnya masih tergolong muda. Rata-rata usia mereka masih kepala tiga. Kelompok ini digawangi oleh Ferdinand Soputan yang bermain pada ina esa (melody 1), Mario Marentek pada ina rua (melody 2), Frangki Kaseger pada karua (gitar 1), Andri Kolompoy pada karua-rua (gitar 2), Randy Pinontoan pada uner (banjo), Berry Merentek pada sela (cello), dan Reffly Pinontoan pada loway (bass). Memang, alat musik yang mereka mainkan tradisional, tapi lagu-lagu yang biasa mereka bawakan boleh dibilang tidak asing lagi di telinga. Genre musiknya pun berbedabeda, mulai dari pop, klasik, lagu daerah, sampai lagu dangdut mereka sangat mengusainya. Biasanya lagulagu yang dimainkan yang sedang hits pada saat itu. Untuk lagu dangdut misalnya, Buka Sikit Joss yang sempat booming dengan goyang Cesarnya, Alamat Palsu dari Ayu Ting Ting, Kereta Malam dari Elvie Sukaesih, atau Kopi Dangdut yang masih sering dimainkan hingga saat ini. Bukan hanya itu, kelompok musik yang sering menerima penghargaan berbagai festival ini, juga

bisa memainkan lagu-lagu legendaris. “Kami juga bisa memainkan Turkish March dari Mozart, Concerto dan Fur Elise dari Beethoven, Winter Gamenya David Foster, dan juga Bohemian Rhapsody dari Queen,” ujar Ferdinand yang merupakan leader K2J. Selain tampil di berbagai festival dan juga stasiun TV nasional, K2J juga sering tampil di forum-forum internasional, seperti World Economic Forum di Jakarta tahun 2015, dan KTT ASEAN di Bali tahun 2011, dimana mereka mendapat kehormatan untuk menyambut Presiden AS Barack Obama. K2J juga sudah sering mendapatkan kesempatan bermain di luar negeri, mulai dari China, Singapura, Malaysia, Jerman, Swiss, Perancis, Belanda, hingga Australia. “Bulan Januari tahun 2017 kami akan tampil kembali pada acara Wonderful Indonesia Beach Fest, di St. Kilda Beach, Melbourne, Australia,” ungkap Reffly. Menurut Reffly, bermain di luar negeri menjadi kebanggaan tersendiri karena masyarakat di sana sangat antusias mendengarkan permainan mereka. Ia pun optimis, ke depan Kolintang akan lebih dikenal lagi, bukan hanya di Nusantara, tetapi di lima benua, bukan hanya oleh para orang tua, tetapi juga generasi muda. Semoga! (SK) MERSELA | Edisi 2 • 2016

51


SERBANEKA

Komodo,

Reptil Purbakala Terbesar di Dunia

DOK. SETWAPRES > ANGGI

Berkunjung ke Tenggara Indonesia tidak akan sempurna bila kita tidak membuktikan salah satu keajaiban dunia dari Indonesia. Yaaa benar sekali, Pulau Komodo! Menjadi habitat dari satwa warisan purbakala membuat pulau ini menjadi salah satu andalan pariwisata Indonesia saat ini. Ternyata selain Pulau Komodo, masih banyak lagi pulau-pulau yang merupakan habitat reptil purba yang tersisa di bumi ini, yaitu Rinca, Padar, Gili Motang, Gili Dasami serta pulau-pulau kecil lainnya dengan perairan laut yang indah. Dari beberapa pulau tersebut, yang membedakan adalah jalur tracking dan karakteristik padang savannanya.

Pada tahun 2009, TNK menjadi finalis 7 keajaiban Dunia Baru untuk katagori alam. Setelah dilakukan voting online dan mendapatkan suara terbanyak, TNK resmi dinobatkan sebagai akhirnya “ New Seven Wonders of Nature � ditahun 2011. P em erintah pun m em berikan perhatian pada satwa yang dilindungi ini. Hal ini terlihat dari penyediaan ranger (pawang) untuk lebih dari 5000 komodo yang berhabitat di pulau ini.

Menurut Bupati Manggarai Barat Agustinus Dula, sama seperti naluri hewan yang lain, komodo akan Sebagian orang mungkin pernah memikirkan sangat menjaga telurnya, namun bedanya saat sudah bagaimana awal mulanya komodo ditemukan. Pada menetas Komodo tidak akan ragu untuk memakan tahun 1910 yaitu pada masa penjajahan Belanda, anaknya tersebut. Itulah mengapa anak komodo muncul berita dari gugus satuan tempur armada kapal yang baru menetas akan mengamati secara diamBelanda tentang hewan misterius yang menyerupai diam apakah ada keberadaan sang ibu atau hewan naga. Lalu Major Van Steyn penasaran dengan hewan pemangsa lain. Ketika dikira sudah aman, anak tersebut, akhirnya M ajor Van Steyn m engajak komodo akan melarikan diri dengan cara memanjat pasukannya untuk melumpuhkan salah satu komodo, pohon dan tinggal di pohon tersebut selama kurang yang kemudian dibawa ke Museum and Botanical lebih 3-4 tahun untuk menjaga dirinya dari komodo Garden untuk diteliti. Dari hasil penelitian tersebut atau hewan pemangsa lain. terbukti bahwa komodo merupakan reptil baru seperti sebuah biawak besar. Biawak besar ini kini dilindungi Selama persembunyian, anak komodo bertahan hidup Pemerintah Indonesia di bawah pengawasan Taman dengan memburu serangga sebagai santapanya Nasional Komodo (TNK). sehari-hari. Pohon Palem menjadi pilihan tempat

52

MERSELA | Edisi 2 • 2016


DOK. SETWAPRES > ANGGI

tinggal sementara anak komodo. “Mereka membuat lobang sekitar 2 meter lalu disitulah mereka tinggal,” ujar Muslimah, penduduk lokal yang bekerja sebagai ranger Komodo. Meski resiko kematian yang tinggi harus dihadapi anak komodo, tapi mayoritas hidup usia komodo terbilang cukup lama, yaitu 50 sampai 80 tahun. Komodo termasuk dalam hewan kanibal yang dapat memakan sesamanya. Yang menakutkan lagi, Komodo merupakan hewan dengan daya penciuman yang sangat tajam sehingga dapat mendeteksi aroma mangsanya dari jarak kira-kira 4-9.5 kilometer dari hadapannya. “Oleh karena itu, pawang komodo selalu menanyakan kepada para pengunjung terutama wanita apakah ada yang sedang menstruasi. Karena hal tersebut dapat menarik perhatian mereka (komodo),” ujar Kanis, staf di Dinas Pariwisata Manggarai Barat. Hebatnya lagi, komodo dapat merubuhkan kerbau, kuda dan rusa hanya dengan satu kibasan menggunakan ekornya yang besar dan tajam. Mereka dapat pula mencabik-cabik mangsa dengan menggunakan gigi tajamnya yang berukuran 4 cm dan berjumlah 60 gigi, yang kerap berganti, dilengkapi dengan racun berbisa dari ribuan kelenjar di gusinya. Achmad Ariefiandy, yang selama 13 tahun telah meneliti komodo, pernah digigit hewan purbakala tersebut, yang menyebabkannya harus dievakuasi ke Labuan Bajo untuk selanjutnya dirawat di RS. Sanglah, Denpasar, Bali. “Alhamdulillah selamat, dirawatnya,” kisah Arief.

tapi

hampir

sebulan

Meskipun Arief pernah diserang komodo, tidak membuatnya jera untuk terus meneliti. Lulusan Universitas Melbourne Australia ini, harus rela

DOK. SETWAPRES > ANGGI

Atas - Rangka komodo dan hal-hal terkait dengan komodo dapat ditemui di Balai Taman Nasional Komodo, Jl. Kasimo, Labuan Bajo, Manggarai Barat Bawah - Berkat dukungan masyarakat Indonesia, Taman Nasional Komodo akhirnya berhasil dinobatkan sebagai New 7 Wonders of Nature

menghabiskan waktunya jalan 10-20 km naik turun bukit, keluar masuk hutan demi mendapatkan data tentang komodo. Menurut Arief, sebenarnya komodo tidak hanya ada di TNK atau di pulau-pulau sekitarnya, tapi ada juga di Flores. “Keberadaan mereka lebih terancam punah, karena ada perburuan liar rusa, yang merupakan makanan mereka. Dan juga ada alih fungsi lahan habitat mereka. Untuk itu perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah,” jelas Arief. Pelestarian habitat komodo harus selalu menjadi perhatian semua pihak, agar kelangsungan Pulau Komodo sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia yang dimiliki Indonesia tetap terjaga. Tentunya hal ini akan menarik wisatawan manca negara untuk datang ke negeri tercinta. Kalau selama ini mereka hanya dapat melihat reptil purbakala dalam film Jurassic Park melalui layar kaca, di Indonesia mereka dapat menyaksikan langsung wujudnya secara nyata. (NA/SN/SK)

MERSELA | Edisi 2 • 2016

53


OPINI

Menggenjot Kunjungan Wisman ke Borobudur Di tengah pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, banyak negara melirik kembali sektor pariwisatanya. Sektor ini dipercayai mampu menciptakan multiplier effect bagi pembangunan ekonomi. Namun, tentu saja persaingan untuk menarik wisatawan mancanegara (wisman) semakin sengit. Oleh karena itu dibutuhkan upaya strategis agar produk pariwisata Indonesia diminati turis-turis asing. Salah satu program prioritas pembangunan pemerintah Jokowi-JK adalah pariwisata, selain infrastruktur, pangan, energi dan maritim. Sedemikian pentingnya pariwisata, pemerintah mengembangkan 10 destinasi Bali Baru (New Bali). Tak tanggung-tanggung, kunjungan wisman ke Indonesia ditargetkan sebesar 20 juta pada tahun 2019. Harapannya, Indonesia yang kaya destinasi wisata akan memetik berkah kunjungan wisman. Pariwisata menyumbang pundi-pundi negara dari devisa, pajak dan retribusi, membuka kesempatan kerja dan lapangan usaha dalam menggerakkan roda perekonomian untuk mensejahterakan masyarakat. Borobudur, yang berlokasi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menjadi salah satu dari 10 destinasi Bali Baru. Lalu, Bagaimana prospek objek wisata budaya ini? Karena keelokan dan sejarahnya, candi ini diakui sebagai situs warisan dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 1991. Begitu tersohornya, pengunjung dari dalam dan luar negeri ramai berdatangan ke candi Budha yang didirikan pada masa Wangsa Sailendra (+/- 800 M). PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, sebuah BUMN yang mengelola kawasan ini, mencatat kunjungan wisman pada tahun 2015 sebesar 256.363, dan naik menjadi 275.821 orang pada 2016. Tampak ada peningkatan kunjungan. Namun, apabila menilik angka kunjungan ke Angkor Wat di Kamboja, candi yang berdiri empat abad setelah Borobudur, jumlah wisman ke Borobudur hanya sepersepuluhnya. Jumlah turis asing ke Angkor Wat pada tahun 2015 mencapai 2.124.863, dan periode Januari – Oktober 2016 sebesar 1.734.791. Pertanyaan yang menggelitik adalah kenapa jumlah wisman ke Borobudur tidak sebanyak Angkor Wat?

54

MERSELA | Edisi 2 • 2016

M. Zulkarnain Asisten Deputi Industri, Perdagangan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Sekretariat Wakil Presiden RI

BERLOMBA DALAM PARIWISATA Persaingan pariwisata antar negara cukup marak, mereka saling berlomba menyediakan pelayanan yang prima bagi wisatawan, mempermudah pengurusan visa dan memperluas Bebas Visa Kunjungan (BVK), memperbaiki akses jalan dan fasilitas pendukung, menciptakan atraksi-atraksi baru, serta menyiapkan sumber daya manusia pariwisata yang profesional penuh keramahtamahan (hospitality). Jika menengok salah satu daerah di Indonesia, keberhasilan Bali sebagai destinasi wisata favorit para wisman memberikan pelajaran berharga untuk pengembangan tujuan wisata lainnya.

Pertama, kemudahan aksesibilitas yang didukung oleh banyaknya penerbangan internasional ke Bandara Ngurah Rai serta pelabuhan kapal-kapal pesiar. Kedua, atraksi wisata yang beraneka rupa, antara lain pemandangan alam yang indah, budaya yang eksotis dengan penduduk yang ramah, dan kuliner yang sesuai minat konsumen. Ketiga, amenitasnya sangat variatif untuk memenuhi berbagai segmen pasar, seperti hotel, resort, guesthouse dan tersedianya fasilitas Meetings, Incentives, Conventions and Exhibitions (MICE) untuk kegiatan berskala internasional. Tak kalah penting, keberlanjutan pariwisata di Bali karena disokong oleh modal budaya lokal dibarengi peran serta masyarakat yang menyatu dalam denyut kehidupan pariwisata. Sikap masyarakat yang bersahabat dan ramah serta tumbuhnya kreativitas menciptakan event-event yang inovatif turut menyumbang keanekaragaman wisata, sehingga Bali selalu menarik untuk dikunjungi kembali.


Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam rapat Tim Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan mengarahkan perlunya kajian komparatif antara Borobudur dan Angkor Wat. Mari sekarang melongok kawasan Angkor Wat yang terletak di Siem Reap, 314 km Barat Laut ibu kota Kamboja, Phnom Penh. Angkor Wat sendiri merupakan salah satu candi yang terletak di dalam komplek Angkor Archaeological Park seluas 400km2, yang mencakup juga hutan lindung dan kawasan pedesaan. Di sekitar Siem Reap terdapat banyak objek wisata lainnya, seperti: Taman Nasional Gunung Kulen, Floating Village, Tonle Sap Lake, Museum Nasional Angkor, Museum Perang, Night Market, dan Pub Street. Daya tarik wisata di sana lumayan banyak, sehingga turis mendapatkan pengalaman wisata yang variatif. Pada umumnya, ada kecenderungan bahwa wisatawan tidak akan mengunjungi candi yang sama lebih dari satu kali, kecuali untuk tujuan wisata religi. Oleh karena itu, keragaman daya tarik wisata mutlak disiapkan untuk memberikan pilihan yang luas bagi turis dan membuka peluang adanya repetisi kunjungan. Berkaca pada Angkor Wat, keunggulan yang dimilikinya yaitu adanya akses penerbangan langsung. Bandara internasional Siem Reap mampu menampung pesawat berbadan besar, sehingga banyak flight internasional dari Hongkong, Shanghai, Fuzhou, Guangzhou, Kunming, Senzhen, Incheon, Narita, Busan, Hanoi, Ho Chi Minh, Manila, Pakse (Laos), Bangkok, Phuket, Singapura, dan Kuala Lumpur. Sementara

penerbangan dari benua lain ke Siem Reap yang transit di Bangkok, adalah Emirates, Finnair, British Airways, AirFrance, Etihad, KLM, Qatar Airways dan Aeroflot. Akses udara adalah modal penting bagi destinasi ini, maka tak heran angka pengunjungnya melebihi 2 juta orang. Sedangkan pintu masuk udara menuju ke Borobudur melalui bandara terdekat yaitu Adi Sucipto Yogyakarta hanya dilayani oleh Silk Air dari Singapura, dan Air Asia dari Kuala Lumpur. Untuk meningkatkan kunjungan, Pemerintah Kamboja membidik turis Tiongkok dengan menggandeng China’s Shanghai Spring International Travel Service Group. Kerja sama tersebut fokus pada upaya mempromosikan penerbangan dari berbagai daerah di Tiongkok ke Kamboja, pelatihan sumber daya manusia serta penyebaran produk wisata. Sementara itu, pada sisi amenitas, di Siem Reap terdapat 189 hotel bintang 3-5, dan 205 guesthouse (penginapan bertarif US$10 – US$ 26). Sederet akomodasi tersebut dapat menyesuaikan kantong para backpacker hingga turis kelas menegah dan atas. Hal lainnya, posisi geografis Kamboja yang memiliki perbatasan darat dengan Thailand dan Vietnam memungkinkan para tour operator menyusun satu paket wisata dengan negara-negara di Semenanjung Asia Tenggara tersebut. Harga paket ini jatuhnya lebih murah dibandingkan dengan kombinasi ke destinasi wisata di Indonesia.

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

MERSELA | Edisi 2 • 2016

55


OPINI

MASA DEPAN BOROBUDUR Bagaimana dengan Borobudur? Pengembangan pariwisata harus memiliki konsep yang tepat dengan mempertimbangkan hasil kajian tentang minat konsumen, mengoptimalkan sumber daya pariwisata, dan melakukan benchmarking tempat-tempat wisata lain. Untuk mendongkrak jumlah pengunjung ke Borobudur, berbagai upaya strategis perlu ditempuh. Objek wisata akan berkembang, jika terdapat aksesibilitas yang mudah, amenitasnya lengkap dan atraksi yang memenuhi selera pasar. Untuk menarik wisman ke Borobudur, peningkatan akses masuk melalui jalur udara, darat dan laut tengah dikebut penyelesaiannya. Untuk menggantikan Adi Sucipto International Airport yang sudah tidak memadai, bandar udara internasional baru sedang dibangun di Kulon Progo yang ditargetkan beroperasi secara parsial tahun 2019 dan secara penuh 2020. Bandara tersebut akan mampu melayani lebih banyak penerbangan internasional, dan ini tentu memberikan kenyamanan bagi pengunjung Borobudur dari mancanegara. Biaya transportasi dan waktu perjalanan dapat ditekan, karena para wisman tidak perlu transit di Jakarta atau Bali. Saat ini, dilakukan peningkatan akses jalan darat dan rencana pembangunan tol Bawen-Yogyakarta serta disusul pengaktifan jalur kereta api untuk mendukung aksesibilitas ke destinasi wisata. Tak ketinggalan, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang berbenah diri guna melayani kapal-kapal pesiar. Sejalan dengan pembangunan infrastruktur, kerja sama dengan maskapai penerbangan internasional perlu dimulai, misalnya low-cost carrier Tigerair, Jetstar dan lainnya. Di saat low season, penjualan promosi paket penerbangan, akomodasi dan wisata akan menambah angka kunjungan. Menyinggung tindak lanjut MOU Sister Temple Angkor WatBorobudur (Tahun 2007), kerangka kerja sama ini dapat dijadikan landasan untuk mengembangkan pariwisata kedua negara, misalnya pengejawantahan direct flight antara Indonesia-Kamboja. Merujuk ukuran yang sering dipakai untuk menilai keberhasilan pariwisata adalah meningkatnya jumlah kunjungan, target yang ingin dicapai Borobudur sebagai “Destinasi Cultural Masterpiece Kelas Dunia� adalah pengunjung internasional bertambah setiap tahunnya. Bila tahun 2016 baru mencapai angka 275.821 wisman, maka ditargetkan menjadi dua juta wisman pada tahun 2019. Selain angka kunjungan,

56

MERSELA | Edisi 2 • 2016

ada aspek kualitas kepariwisataan yang diukur berdasar lama tinggal dan besaran pengeluaran turis. Semakin lama waktu tinggal, wisman lebih banyak membelanjakan uangnya di daerah tersebut, sehingga menggerakkan laju perekonomian. Sudah barang tentu kita berharap dengan bertambahnya kunjungan wisman ke Indonesia akan berpengaruh pada potensi perolehan devisa negara. Peningkatan kuantitas dan kualitas kepariwisataan berkaitan dengan strategi dalam menciptakan atraksi atau daya tarik wisata. Nampaknya tidak cukup wisatawan disuguhi bangunan Candi Borobudur saja. Di sini ada peran produk dan jasa ekonomi kreatif untuk menciptakan daya tarik wisata. Kerajinan dan fashion misalnya dapat menjadi souvenir, sementara jasa kuliner, musik, tari dan seni pertunjukan lain ditujukan sebagai hiburan di kawasan wisata. Tentu diperlukan inovasi produk wisata dengan mengemas event-event kreatif tradisional dan kontemporer yang berskala internasional, misalnya Borobudur Jazz Festival, International Fashion Show, Film Festival, Wellness Tourism Week, Hamradio Festival dan sebagainya. Selain itu, menjadikan Borobudur sebagai lokasi pembuatan film, reality show, dan program televisi lainnya untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Singkatnya, para pelaku ekonomi kreatif digandeng untuk menciptakan kegiatan inovatif untuk mendatangkan tamu-tamu mancanegara. Kajian tentang pasar wisman menjadi penting di sini untuk memotret kebutuhan, keinginan, dan permintaan. Masing-masing segmen pasar memiliki karakteristik sendiri dan memerlukan perlakuan yang berbeda. Pemangku kepentingan mengembangkan pola perjalanan wisata (travel pattern), misalnya apa saja aktivitas, fasilitas dan pelayanan dari satu titik tujuan wisata ke titik lainnya. Semakin bervariasi pola perjalanan yang ditawarkan maka akan meningkatkan minat wisman. Beranjak dari sisi ini, maka untuk lebih banyak menarik tamu luar negeri perlu menjalin konektivitas wisata Borobudur dengan tempat wisata lainnya. Guna mendongkrak kunjungan wisatawan, pemerintah perlu memfasilitasi penyelenggaraan event-event bertaraf internasional. Indonesia bersaing dengan para kompetitor yang berjuang untuk mempromosikan dan menarik kegiatan-kegiatan dunia, seperti pertemuan, sidang-sidang, konferensi, dan pameran untuk diselenggarakan di negaranya. Kawasan


Borobudur sebagai destinasi unggulan Indonesia memiliki daya pikat bagi wisatawan mancanegara, terlebih lagi bila secara kreatif dikombinasikan dengan daya tarik wisata lainnya.

Wapres Jusuf Kalla memberikan sambutan pada acara Dharmasanti Waisak Nasional 2560 BE DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

sekitar Borobudur layak dibangun sarana MICE yang berstandar internasional disertai penyiapan sumber daya manusia yang mendukungnya. Borobudur dapat mengikuti pengalaman Bali yang sukses sebagai MICE destination, dan telah memetik keuntungan dengan terbukanya peluang bisnis dan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Borobudur sebagai destinasi yang berdaya saing, membutuhkan peningkatan kualitas tata kelola destinasi yang sinergis dengan dukungan para pemangku kepentingan, pengembangan manajemen destinasi, pengembangan bisnis, dan penguatan organisasi. Borobudur memberikan berkah bagi masyarakat sekitar, melalui pelibatan peran aktif masyarakat dalam usaha-usaha produktif yang mendukung kegiatan pariwisata. Keberlangsungan ekosistem pariwisata di sekitar Candi Borobudur harus dijaga, diantaranya terkait homestay, kerajinan, kuliner, outbound, tracking, camping, wisata agro dan wisata cagar budaya. Pendekatan Smart Tourism Destination (STD) banyak digunakan dalam mengembangkan daerah wisata dengan memadukan aspek pembangunan destinasi information communication dan pemanfaatan technology (ICT). Upaya yang ditempuh adalah mengoptimalkan sumber daya pariwisata, meningkatkan perjalanan wisata, memperbaiki daya saing tujuan wisata dan sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar. Mengikuti trend global, aplikasi digital yang mendukung kegiatan pariwisata

dimanfaatkan untuk promosi dan pelayanan bagi para wisatawan. Para pelancong yang melek digital (digital travellers) akan banyak terbantu dengan mengakses berbagai informasi tentang Borobudur, saat proses perencanaan sebelum perjalanan, ketika mereka melakukan perjalanan wisata, dan sesudahnya. Tinjauan para pelancong mancanegara melalui TripAdvisor berkontribusi positif bagi calon wisatawan untuk memilih dan memutuskan destinasi wisata. Unggahan informasi tentang Borobudur di Youtube dan media sosial lainnya terbukti efektif menarik wisatawan. Ya, pemanfaatan ICT yang dilakukan secara tepat dengan konten yang menarik akan menjadi media promosi yang efektif. Borobudur sebagai destinasi unggulan Indonesia memiliki daya pikat bagi wisatawan mancanegara, terlebih lagi bila secara kreatif dikombinasikan dengan daya tarik wisata lainnya. Minat wisatawan harus dicermati sebelum kita menentukan strategi inovatif yang akan ditempuh. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kunjungan wisman ke Borobudur mesti dilakukan secara sinergis antara pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, media, dan dunia internasional. Pariwisata dan ekonomi kreatif diyakini dapat menyumbang perolehan devisa, pendapatan daerah, serta peningkatan kesejahteraan rakyat, antara lain melalui penyerapan tenaga kerja dan penciptaan lapangan usaha. Maka, tak salah jika sektor ini dijadikan solusi dalam menghadapi perkembangan ekonomi global yang melambat.* MERSELA | Edisi 2 • 2016

57


FORUM DISKUSI

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

Refleksi Akhir Tahun 2016:

Konsolidasi Dukungan Pelayanan kepada Wakil Presiden Dalam upaya melakukan evaluasi kinerja pegawai di lingkungan Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) tahun 2016 serta konsolidasi bersama dengan seluruh mitra kerja terkait pemberian dukungan pelayanan kepada Wakil Presiden (Wapres), Jumat 16 Desember 2016, Setwapres mengadakan acara Refleksi Akhir Tahun 2016: Konsolidasi Dukungan Pelayanan Kepada Wakil Presiden di Auditorium Setwapres, Merdeka Selatan, Jakarta. Acara yang dibuka dengan sambutan Ketua Panitia M. Zulkarnain bertujuan untuk membahas dan mengevaluasi kinerja para pegawai dan seluruh mitra terkait di tahun 2016 agar pelayanan yang diberikan kepada Wapres ke depan dapat lebih optimal. “Dinamika pemerintahan era kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla beberapa tahun terakhir sangat dinamis dan seringkali terjadi perubahan-perubahan. Untuk itu agar mampu menghadapi tantangan di depan, diharapkan pegawai Setwapres dapat lebih optimal dalam berkinerja dan bersinergi dengan mitra kerja terkait untuk memberikan dukungan kepada Wakil Presiden,” ujar Zulkarnain. Acara berisi arahan dari Kepala Sekretariat Wakil Presiden dan para Deputi di Setwapres, serta dihadiri ±350 peserta, terdiri dari 270 orang pegawai Setwapres, 58 orang mitra kerja Setwapres, diantaranya

58

MERSELA | Edisi 2 • 2016

Sekretariat Militer, Pasukan Pengamanan Presiden, Staf Khusus Wakil Presiden, Staf Ahli Wakil Presiden dan Tim Dokter Kepresidenan. Kepala Setwapres Mohamad Oemar dalam arahannya menyampaikan bahwa good governance merupakan syarat minimum dalam proses memberikan dukungan substansi dan administrasi kepada Wapres, sehingga kewajiban untuk melaksanakan kinerja yang lebih baik merupakan bagian dari refleksi. Selain itu, ia juga mengimbau agar dalam melaksanakan pelayanan substansi kepada Wapres, kedeputian substansi selalu meningkatkan koordinasi serta memperbaharui data suatu kebijakan yang berkembang di tanah air. “Sehingga penyusunan pointer dan sambutan Wakil Presiden menjadi lebih komprehensif,” tegasnya. Sedangkan untuk kedeputian administrasi, Mohamad Oemar menekankan, peningkatan koordinasi dan standard operating pengawasan pelaksanaan procedure yang berlaku di lingkungan Setwapres. Sementara itu, Deputi Bidang Administrasi Guntur Imam Nefianto menjelaskan bahwa kegiatan Refleksi Akhir Tahun 2016 dilaksanakan dalam rangka menunjang pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Setwapres.


DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

Dalam arahannya ia juga menekankan agar Setwapres mampu mengoptimalkan SDM yang ada, meskipun secara kuantitas masih dirasakan kurang. Untuk tahun 2017 akan dilakukan uji kompetensi pegawai sebagai dasar promosi jabatan untuk menyaring SDM terbaik dengan kinerja, profesionalisme, dan integritas yang tinggi. “Selain itu, untuk menunjang pelaksanaan kinerja akan dilakukan pengembangan kapasitas masingmasing individu di lingkungan Setwapres,” ungkapnya. Menanggapi mengenai keterbatasan anggaran Setwapres sebagai akibat dari pemotongan anggaran pemerintah, Guntur berharap agar semua menyikapinya dengan bijak dan melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Ia juga menekankan pentingnya peningkatan sinergi dan kerja sama antar kedeputian di lingkungan Setwapres. Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi, Infrastruktur, dan Kemaritiman Tirta Hidayat dalam arahannya menyampaikan, agar pegawai yang bertugas memberikan dukungan pelayanan kepada Wapres dapat menyesuaikan dengan karakter Wapres saat ini. Ia juga menyarankan, agar pegawai yang potensial kiranya perlu terus dikembangkan dengan cara mengikuti short course, kuliah ke jenjang yang lebih tinggi, seminar internasional, dan lain lain. “Dengan melihat peta keterbukaan dan globalisasi di segala bidang kiranya pendidikan dan pelatihan di luar negeri menjadi kebutuhan yang utama dalam meningkatan kualitas sumber daya manusia di Sekretariat Wakil Presiden,” ujarnya.

DOK. SETWAPRES > YOHANES LINIANDUS

Sedangkan, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan Dewi Fortuna Anwar berharap agar Setwapres menerapkan Smart Office dan updating data yang berkelanjutan. “Hal ini dapat dilakukan dengan membuat database berbasis IT dari seluruh kedeputian substansi yang dapat diakses secara terbatas dengan sistem keamanan yang baik,” sarannya. Selain mendengarkan arahan dari Kasetwapres dan juga seluruh deputi, para pegawai yang hadir diberikan kesempatan untuk menyampaikan masukan berupa saran dan kritik. Saran yang disampaikan diantaranya perlunya penambahan SDM bagi unit yang melakukan tugas pelayanan langsung kepada Wapres, misalnya pada Asisten Deputi Komunikasi dan Informasi Publik yang sehari-harinya melakukan pekerjaan terkait kehumasan. Selain itu, untuk mendekatkan hubungan antara pimpinan dan juga pegawai, diharapkan ke depan ada kegiatan-kegiatan informal berupa sharing session dalam bentuk yang lebih santai dan tidak kaku, misalnya coffee morning. Selain dapat membuat hubungan atasan dan bawahan lebih cair, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi medium bagi masingmasing unit kerja untuk berkoordinasi, bersinergi, dan berkonsolidasi demi mewujudkan pelayanan yang prima kepada Wapres. Acara Refleksi Akhir Tahun 2016 yang dilaksanakan dengan suasana yang akrab dan hangat juga diisi dengan ramah tamah, hiburan oleh artis-artis Ibu Kota, serta pembagian doorprize. (IN/SK) MERSELA | Edisi 2 • 2016

59


Komodo

DOK. SETWAPRES > ANGGI

Satwa Warisan Purbakala di Kabupaten Manggarai Barat, NTT

16978494_MAJALAH MERSELA ED 2-TAHUN 2016_C-4_R1


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.