Journey to Wakatobi : Surga di Laut Jazirah Tenggara Sulawesi

Page 1

Journey to Wakatobi Surga di Laut Jazirah Tenggara Sulawesi

Destination Wakatobi

Nature Underwater Wonder

Sebesar 97% wilayah Wakatobi adalah perairan. Letaknya yang berada di segitiga koral dunia menjadikan Wakatobi sebagai rumah para terumbu karang. Walaupun sebagian besar berupa perairan, daratan Wakatobi dulunya adalah gugusan karang yang terbentuk jutaan tahun lalu. Pulau-pulau tersebut merupakan sisa-sisa atol dan fosil karang yang berada dalam batuan. Keberadaan garis imajiner Wallacea memisahkan paparan Sunda (wilayah Asia) dengan Paparan Sahul (wilayah Australia dan Papua). Sulawesi dan beberapa wilayah lainnya masuk dalam wilayah Wallacea. Wilayah yang memiliki kekayaan fauna dan flora Asia sekaligus Australia. Wilayah ini menyimpan 104 spesies reptil dengan 29 diantaranya endemik. 127 spesies mamalia, dengan 79 diantaranya endemik. 356 spesies burung dimana 79 diantaranya endemik. 590 spesies ikan dari 52 famili. Dan menyimpan 750 jenis terumbu karang dari 850 jenis terumbu karang di dunia.

Proses geologi yang berjalan selama jutaan tahun, telah melahirkan sebuah kepulauan yang indah di bagian tengah Indonesia. Kepulauan Tukang Besi atau Wakatobi telah menjadi surga wisata bahari dan jantung dari segitiga terumbu karang dunia. Sejak 1996, Wakatobi ditetapkan sebagai Taman Nasional. Sebesar 97% wilayahnya didominasi oleh lautan. Sehingga, Wakatobi menjadi gudang bagi keanekaragaman hayati laut. Barisan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang terhampar di wilayah pesisir dan perairan Wakatobi. Sebanyak 90% jenis karang dunia dapat ditemukan di Wakatobi dan sebanyak 942 jenis ikan menjadikan Wakatobi sebagai rumahnya. Melalui kekayaannya, Wakatobi menjadi aset yang harus dijaga dan dilestarikan oleh kita.

How you can be involved

The Nature Conservancy in Wakatobi

Keindahan alam berupa pantai, mata air, bukit-bukit, dan formasi vegetasi seperti Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang dapat dijumpai di Wakatobi. Hamparan 1200 ha mangrove, 15.000 ha padang lamun, dan 54.500 ha terumbu karang tersebar di penjuru Wakatobi. Ketiga formasi tersebut menjadi pelindung daerah pesisir Wakatobi dan menjadi rumah bagi jutaan biota laut yang mendiami laut Wakatobi.

Sejak 2002, The Nature Conservancy berkolaborasi bersama beberapa NGO, Taman Nasional, dan Pemerintah untuk mendukung aksi konservasi di Wakatobi. Aksi konservasi yang TNC lakukan adalah dengan menggandeng masyarakat lokal dan menjadikan mereka sebagai tokoh utama dalam gerakan konservasi. Melalui program yang ada, TNC berupaya untuk menanamkan kepekaan dan kepedulian lingkungan bagi masyarakat Wakatobi. Salah satunya melalui pelatihan dan pengembangan kapasitas masyarakat dan membantu pembentukan komunitas - komunitas lokal yang menjadi garda terdepan dalam melindungi sumber daya alam Wakatobi.

TNC membantu pembentukan komunitas-komunitas lokal di setiap pulaunya yang mendukung pengelolaan sumber daya laut secara lestari. TNC mengembangkan gerakan bersih-bersih sampah dan pemilahan sampah berbasis aplikasi. TNC berpatisipasi dalam monitoring kesehatan terumbu karang, padang lamun, mangrove, dan biota laut, untuk menjamin kelestarian laut Wakatobi.

TNC membantu Taman Nasional untuk bersama-sama merevisi rencana pengelolaan, zonasi, dan penerapan pengelolaan wisata. Revisi ini juga melibatkan peran masyarakat setempat. TNC membantu dalam pelatihan dan pengembangan kapasitas masyarakat, khususnya untuk meningkatkan kepedulian masyarakat masyarakat dalam melestarikan lingkungan. Termasuk pendidikan konservasi sejak usia dini.

Dukung dan berdonasi melalui sayasigap.org

Culture History, Tradition, & Tribe

Sejarah Wakatobi tidak lepas dari sejarah Kesultanan Buton. Dahulu, Kesultanan Buton membangun sebuah benteng pertahanan berupa Barata Kaledupa yang terletak di Pulau Kaledupa. Barata ini menjadi benteng pertahanan dari gempuran kerajaan lain, sekaligus menjadi pusat pemerintahan di Wakatobi. Hingga akhirnya Indonesia merdeka dan Buton memutuskan untuk bergabung dengan Indonesia.

Bicara soal keanekaragaman sukunya, Suku Bajo menjadi salah satu penghuni Wakatobi. Mereka adalah suku yang sangat mengenal laut. Sebagian besar hidup mereka dihabiskan di laut, mengais rezeki dari laut, dan menjadikan laut sebagai sumber penghidupan mereka. Bagi mereka, Tubba Dikatutuang, atau karang yang disayang. Mereka percaya bahwa laut adalah sesuatu yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan bijaksana.

Kebudayaan Wakatobi tentunya tidak lepas dari budaya Buton. Rumah adat mereka disebut Banua Tada yang kontruksinya ditentukan oleh strata sosial. Baju adatnya terdiri dari sarung dan ikat kepala bernuansa biru. Kain tenunnya bermotif garis untuk wanita dan kotak untuk laki-laki. Serta, makanan lokal yang diproduksi oleh masyarakat setempat bernama Kasuami, Kasonga, Parende, dan Luluta.

Terdapat 5 kampung Bajo di Wakatobi, Kampung Mola di Pulau Wangi-Wangi, Kampung Samabahari (Sampela), Mantigola, dan Lohoa di Pulau Kaledupa, dan Kampung Lamanggu di Pulau Tomia. Beberapa Suku Bajo mendirikan pemukiman di tengah laut dengan mendirikan rumah panggung yang berfondasi karang. Sedangkan sebagian lagi, mendirikan pemukiman di daerah pesisir.

Sustainability Local Community

Conservation Journey Wakatobi Itinerary

Bagi masyarakat Wakatobi, laut adalah sumber kehidupan. Mereka sadar bahwa laut harus dijaga agar tetap lestari. Melalui hal tersebut, mereka-pun membentuk suatu komunitas di setiap pulaunya yang bertujuan untuk menjaga laut Wakatobi.

How to Get There

Dive Into The Heart of Coral Reef in 5 days

Graha Iskandarsyah 3rd Floor Jl. Iskandarsyah Raya No. 66C Kebayoran Baru, Jakarta 12160 Phone : +62-21-7279 2043 Fax : +62-21-7279 2044 Nature.org/Indonesia Id_Nature @ID_Nature The Nature Conservancy in Indonesia Indonesia@tnc.org

Keberadaan 4 pulau utama, Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko, menjadi cikal bakal nama Wakatobi. Secara keseluruhan, kepulauan ini terdiri dari 39 pulau, 3 gosong, dan 5 atol. Atol Kaledupa yang membentang sepanjang 48 kilometer, menjadi atol terpanjang di dunia. Sekumpulan terumbu karang, bentang pantai, bukit batu, hingga peninggalan sejarah dapat ditemukan di Wakatobi.

Poassa Nuhada kelompok konservasi dan pengelola pariwisata di Desa Kulati. Kelompok ini didirikan oleh La Asiru dan beranggotakan pemuda Desa Kulati. Poassa Nuhada memiliki makna ‘kesatuan niat’ untuk memajukan Desa Kulati. Khususnya dari segi konservasi dan pariwisata. Mereka sudah mengelola beberapa homestay, pantai, dan ikut serta dalam kegiatan pemilahan sampah bersama TNC. Selain itu, kini mereka sedang mengembangkan perpustakaan desa. Komunto Komunto (Komunitas Nelayan Tomia) dibentuk karena kekhawatiran mereka akan penangkapan

yang indah disini. Disini kita juga bertemu Waha Tourism Community yang mengelola ekowisata di

Kendari - Wakatobi Flight : 1 jam

Waha. Selepas dari Waha, kita akan bersantai di mata air Goa Kontamale dan bermalam di

Foneb Foneb (Forum Nelayan Binongko) adalah komunitas nelayan di Pulau Binongko yang diketuai oleh Amursan. Para nelayan di Binongko menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan dalam melaut. Mereka percaya bahwa jika terumbu karang terjaga, maka populasi ikan akan tetap stabil.

kita akan mengunjungi Desa Kulati dan bertemu kelompok lokal Poassa Nuhada. Kita akan melihat Desa Kulati. Kemudian kita akan berkunjung ke Pantai Hu’untete dan melihat salah satu upaya

Wangi - Wangi (Pelabuhan Mola) to Kaledupa (Pelabuhan Ambeua) by boat : 2 - 3 jam

pelestarian laut yaitu Bank Ikan. Hari ketiga, kita akan bertolak ke Binongko. Kita akan mengunjungi keindahan darat Wakatobi, yakni

Wangi - Wangi (Pelabuhan Jabal) to Tomia (Pelabuhan Onemai) by boat : 4 - 6 jam by speed boat : 3 jam

Bukit Koncu Pacua. Kemudian, menjelajah Bante yang terkenal akan keindahan bawah lautnya dan berendam di mata air Topa Labago. Kemudian kembali lagi ke Tomia untuk bermalam.

Wangi - Wangi (Pelabuhan Mola) to Binongko (Pelabuhan Bante) by boat : 6 jam

Hari keempat, dilanjutkan di Kaledupa. Kita akan

Didirikan pada tahun 1951, The Nature Conservancy adalah organisasi konservasi terdepan di dunia, dengan misi melestarikan daratan dan perairan tempat bergantungnya semua kehidupan. Kelebihan kami termasuk : Rekam jejak keberhasilan proyek konservasi laut berskala besar di seluruh Indonesia 25 tahun pengalaman bekerja di tanah masyarakat pesisir Indonesia

Hubungan yang kuat dengan pemerintah dari tingkat nasional sampai ke desa

Tentang Yayasan Konservasi Alam Nusantara

melihat peninggalan budaya berupa Benteng Ollo, kemudian mengenal kebudayaan Wakatobi di Limbo FORKANI dan melihat upaya konservasi yang

Salah satu langkah masyarakat untuk melestarikan sumber daya laut adalah dengan Bank Ikan. Bank ikan merupakan wilayah yang tidak boleh diganggu gugat, tidak boleh ada aktivitas penangkapan di daerah tersebut. Wilayah tersebut memang dikhususkan untuk menabung ikan. Karena tidak ada aktivitas di Bank Ikan, maka ikan dan terumbu karang memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga populasinya tetap lestari.

Bau - Bau to Wangi - Wangi by jetliner : 6 jam

sepak terjang mereka dalam mengelola ekowisata di

Langge. Selepas makan siang kita akan bertemu

Bank Ikan

Kendari to Wangi - Wangi by boat : 10 jam

Hari kedua, kita akan berlayar ke Pulau Tomia. Disini

mereka lakukan. Kemudian, sore hari akan

Paduan kekayaan alam dan budaya khas setempat, menjadikan Wakatobi sebagai surga di jazirah Sulawesi Tenggara. Keinginan kuat masyarakat setempat dalam menjaga kekayaan lautnya menjadi nilai arif tersendiri. Wakatobi bukan hanya menyajikan keindahan lautnya, tetapi juga menyajikan semangat untuk melindungi kekayaan alam.

Matahora Airport Wakatobi

dimana terdapat pantai dan keindahan bawah laut

Wangi-Wangi.

Komangi Komangi (Komunitas Nelayan Wangi-Wangi) dibentuk oleh para nelayan Wangi-Wangi atas kekhawatiran mereka terhadap sumber daya laut yang makin terancam. Mereka tidak hanya menggantungkan penghasilan dari hasil tangkapan semata. Mereka mulai untuk melakukan budidaya rumput laut dan mengolah hasil panen rumput laut.

Tentang The Nature Conservancy

Jakarta - Kendari Flight : 3 jam

Perjalanan 5 hari di Wakatobi diawali di Pulau

ikan yang berlebih. Untuk mengatasi hal tersebut, mereka menawarkan sebuah konsep, yakni Bank Ikan. Melalui konsep tersebut, mereka berhasil meraih penghargaan Equator Prize dari United Nations Development Programme.

Wakatobi adalah salah satu wilayah percontohan SIGAP yang menerapkan prinsip pengelolaan kelautan dan pesisir berkelanjutan yang melibatkan pendekatan multistakeholder yang secara simultan telah berhasil menciptakan perlindungan keberlanjutan keanekaragaman hayati yang selaras dengan peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat lokal.

Haluoleo Airport Kendari

Wangi-Wangi. Kita akan berkunjung ke Waha,

FORKANI Forkani (Forum Kaledupa Toudani) merupakan kelompok nelayan Kaledupa yang diinisiasi oleh La Bloro dan teman-temannya. Tujuannya adalah untuk mengelola sumber daya laut secara berkelanjutan. Mereka kerap melakukan monitoring, rehabilitasi mangrove, pendidikan konservasi, hingga pelatihan kepada masyarakat.

Untuk informasi lebih lanjut tentang The Nature Conservancy, silakan kunjungi kami Website kami di nature.or.id (Indonesia) atau nature.org (Global).

When to go

dihabiskan menjelajah hutan Mangrove yang menjulang tinggi. Hari terakhir, kita akan mengunjungi Kampung Bajo Sampela (Sama Bahari) dan melihat kehidupan suku Bajo dari dekat. Sebelum pulang, kita akan menyebrang ke Pulau Hoga, dan menikmati suasana pantai yang tenang dan damai. Hingga akhirnya, kita menempuh perjalanan pulang menuju kota asal.

Di Wakatobi, kita dapat berkunjung kapan-pun. Akan tetapi, waktu yang terbaik untuk melakukan diving adalah pada bulan Maret hingga Mei, dan Oktober hingga Desember. Pada bulan tersebut, kondisi laut dan cuaca cenderung tenang sehingga bepergian bisa terasa lebih nyaman dan aman.

Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), adalah afiliasi lokal The Nature Conservancy yang berlisensi untuk menggunakan tanda dan logo The Nature Conservancy di Indonesia, dengan misi untuk melestarikan tanah dan perairan tempat bergantungnya semua kehidupan


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.