Laporan Akhir SMK 28122016

[TIME]

LAPORAN AKHIR ANALISIS LULUSAN SMK DI PASAR KERJA INDONESIA

Kerjasama Antara:

DIREKTORAT PEMBINAAN SMK, DITJEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH, KEMENDIKBUD

LEMBAGA DEMOGRAFI FEB UI

DEPOK, 1 2016

TIM PENYUSUN: Padang Wicaksono S.E., PhD Ir. Nur Hadi Wiyono, M.Si Ratna Indrayanti, SE, MSE Drs. Asmanedi, M.Si Dra. Rani Toersilaningsih, M.Si

2

KATA PENGANTAR Indonesia memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang cenderung menurunan, meskipun angkanya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Dalam konteks Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada rentang waktu 5 tahun terakhir ini, yang cenderung memiliki TPT tertinggi adalah lulusan bidang studi STM (listrik, mesin, grafika, tekstil, dan penerbangan) dan SMK (pariwisata, perhotelan, dan perawat). Jika dilihat dari TPT per usia, TPT lulusan SMK yang berumur 17 maupun 18 tahun sangat tinggi, mencapai di atas 50 persen. Hal ini nampak memprihatinkan karena justru para lulusan SMK diharapkan siap memasuki pasar kerja, dengan dibekali keterampilan khusus.

TPT usia muda lulusan SMK yang paling rendah adalah lulusan bidang keahlian Pariwisata. Pada tahun 2010, TPT lulusan usia muda bidang keahlian Pariwisata adalah sebesar 16,9 persen, kemudian turun menjadi 11,9 persen di tahun 2011, dan naik kembali di angka 16,5 persen pada tahun 2014.

Gambaran awal di atas menarik perhatian kita untuk terus mendalami dan memahami fenomena yang menyangkut keterserapan dan kesesuaian bidang keahlian para lulusan SMK. Informasi yang dapat memberikan gambaran bagaimana lulusan SMK di pasar kerja, adalah penting untuk lebih memahami keterserapan dan kesesuain antara bidang keahlian dengan pekerjaan yang mereka dapatkan dari para lulusan SMK tersebut. Informasi yang dimaksud mencakup status kerja, lama mencari kerja, jenis pekerjaan dan lapangan pekerjaan, upah/penghasilan, kepuasan dalam pekerjaan, mobilitas pekerjaan, serta harapan dan motivasi lulusan SMK tentang dunia kerja. Untuk itu diperlukan kajian mendalam guna mengetahui gambaran lulusan SMK di pasar kerja tersebut melalui tracer study.

Kajian ini, yang berjudul “Analisis Lulusan SMK di Pasar Kerja Indonesia”, mencoba menjawab sebagian masalah di atas. Kajian ini berupa “tracer study” sejumlah lulusan SMK yang lulus pada tahun 2013 – 2016 dari sejumlah SMK di provinsi terpilih. Hasil kajian ini

diharapkan dapat

memberikan gambaran bagaimana lulusan SMK di pasar kerja. Laporan yang disajikan ini merupakan laporan dari kajian tracer study yang dimaksud.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Direktorat Pembinaan SMK, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan kepercayaan kepada Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD-FEB UI) untuk melakukan kajian di atas. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada tim peneliti LD-FEB UI yang telah menyelesaikan naskah kajian ini yaitu: Padang Wicaksono, PhD; Ir. Nur Hadi Wiyono, M.Si; Ratna Indrayanti, SE, MSE; Drs. Asmanedi, M.Si; dan Dra. Ratna Toersilaningsih, M.Si.

3

Semoga laporan ini bermanfaat dalam pengambilan kebijakan peningkatan kualitas SMK yang lebih baik di masa depan. Saran demi penyempurnaan kajian ini sangat diharapkan.

Depok, 28 November 2016 Kepala Lembaga Demografi FEB - UI

Turro Selrits Wongkaren, Ph.D

4

ABSTRAK Jika diperhatikan karakteristik pengangguran menurut kelompok umur, sebesar 69 persen penganguran adalah berusia muda (15-29 tahun) di tahun 2010, angka tersebut meningkat menjadi 75 persen di tahun 2014. Lebih lanjut, apabila ditinjau dari segi tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa lebih dari separuh jumlah pengangguran adalah terdidik (berpendidikan SMA ke atas).

Tingkat pengangguran terbuka angkatan kerja terdidik yang konsisten tinggi adalah yang berpendidikan Sekolah Kejuruan (SMK). Lulusan SMK yang diharapkan siap memasuki pasar kerja, dengan dibekali keterampilan khusus, namun justru TPT nya memperlihatkan paling tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi lainnya.

Tujuan umum kajian ini adalah untuk memperoleh gambaran lulusan SMK di pasar kerja melalui tracer study di provinsi/wilayah terpilih. Selain itu, secara khusus studi ini ingin mengetahui: 1.

Alasan menunda untuk memperoleh pekerjaan setelah lulus (menganggur)

2.

Keinginan untuk melanjutkan studi

3.

Karakteristik sosial ekonomi keluarga siswa SMK

4.

Lama mencari pekerjaan (job search)

5.

Persyaratan-persyaratan untuk mendapatkan pekerjaan

6.

Jenis pekerjaan dan lapangan pekerjaan setelah lulus SMK

7.

Upah/penghasilan setelah lulus SMK

8.

Kepuasan dalam pekerjaan

9.

Mobilitas pekerjaan dalam 1 tahun terakhir

10.

Harapan dan motivasi lulusan SMK tentang dunia kerja

Kajian ini menggunakan dua tahapan, yaitu Pertama, mengolah data sekunder yang bersumber dari data BPS yaitu Sakernas tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 yang dapat menggambarkan kondisi, pola dan kecenderungan lulusan SMK tersebut dalam pasar kerja. Selain melakukan analisis data sekunder, dilakukan pula kajian tentang kondisi SMK, ketenagakerjaan dan peluang kerja dari berbagai kajian lain yang pernah dilakukan.

Kedua, penelitian juga dilakukan dengan survei lapangan terhadap lulusan SMK dengan menggunakan cara penelusuran lulusan SMK tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016. Survei dilakukan dengan penyebaran angket melalui PT. Pos Indonesia yang dikirimkan ke BKK yang dipilih. Cara 5

ini dilakukan mengingat bahwa jumlah lulusan SMK cukup besar dan tersebar di berbagai daerah serta keterbatasan waktu penelitian. Adapun angket tersebut berisi tentang pertanyaan yang menyangkut identitas lulusan, asal SMK, program studi, kegiatan yang dilakukan serta jenis, status pekerjaan, lapangan kerja, jam kerja dan upah serta lamanya tenggang waktu dari lulus sekolah sampai memperoleh pekerjaan.

Hasil kajian menemukan beberapa fakta sebagai berikut: Sebagian besar lulusan SMK yang menjadi responden lulus tahun 2015. Menurut jenis kelamin, sebagian besar alumni SMK yang berpartisipasi dalam survei ini adalah perempuan (63%).

Sebagian besar lulusan SMK yang menjadi responden berusia antara 19-21 tahun, namun ada juga yang berusia 23-25 tahun.

Bidang keahlian lulusan SMK sebagian besar adalah bisnis manajemen (51,9%) disusul dari dari bidang keahlian teknologi informasi dan komunikasi (16,1%) dan pariwisata (13,2%), sisanya dari bidang keahlian lainnya. Lulusan SMK dari bidang keahlian bisnis dan manajemen, kesehatan, pariwisata, seni pertunjukan sebagian besar adalah perempuan (di atas 50%), namun untuk bidang keahlian teknologi dan rekayasa dan teknologi dan informasi didominasi laki-laki.

Program keahlian lulusan SMK yang berpartisipasi dalam survei ini berasal dari 32 program keahlian dengan rincian sebagai berikut: 24,8% berasal dari program keahlian Keuangan, 16,2% berasal dari Teknik Komputer Dan Informatika, dan 15,2% dari Administrasi, sisanya tersebar pada program keahlian lainya. Lulusan SMK yang berstatus sebagai angkatan kerja sebanyak 1.198 orang (88,02%) berstatus bekerja dan 63 (11,98%) berstatus sebagai penganggur terbuka.

Lebih banyak penganggur laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Semakin muda tahun kelulusannya semakin tinggi persentase mereka yang berstatus sebagai penganggur. Dari 63 lulusan tahun 2016, mereka yang bekerja sebesar 50 (79,37%) dan yang menganggur sebanyak 13 orang (20,63%). Makin lama tahun kelulusan makin mengecil persentase mereka yangberstatus sebagai penganggur. Rata-rata lama mencari kerja adalah 5,6 bulan dengan maksimum lama mencari kerja 36 bulan. Para lulusan SMK ini sebagian besar baru mencari kerja selama 1-3 bulan, sedangkan lainya lebih lama dari 3 bulan. Jika diperhatikan dari tahun lulusan, maka sebagian besar pencari kerja merupakan lulusan pada tahun-tahun yang terakhir.

6

Tenaga usaha penjualan dan tenaga usaha jasa mendominasi jenis pekerjaan para lulusan SMK. Diperkirakan karena jenis pekerjaan inilah yang tersedia dengan relatif banyak dan lebih mudah dimasuki mereka. Lapangan usahanya adalah sebagian besar terutama di bidang perdagangan besar dan eceran;reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor.

Sementara, status pekerjaan para lulusan SMK ini sebagian besar adalah buruh/karyawan/ pegawai yang bekerja secara penuh waktu. Mereka umumnya mendapatkan upah/penghasilan dibawah 4 juta rupiah. Sangat sedikit yang berpenghasilan di atas 4 juta rupiah per bulan.

7

IKHTISAR

Pendahuluan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)1 di Indonesia memiliki kecenderungan mengalami penurunan, namun angkanya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN. Dalam rentang waktu 5 tahun terakhir, menurut data BPS2, TPT Indonesia 3 kali TPT Singapura, dan 2 kali TPT Malaysia. Tingginya TPT di Indonesia mensinyalir bahwa pasar tenaga kerja kurang informatif tentang kesempatan kerja yang ada. Alchian dalam McCall (1970) menjelaskan bahwa adanya pengangguran disebabkan karena ketidakpastian dan informasi yang sangat mahal dalam pasar kerja.

Gambar 1.1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Angkatan Kerja Terdidik Usia Muda 15-29 Tahun 70 60

TPT (%)

50

40 30 20 10 0 17

18

19

20 SMA

21

22

23

SMK

24

25

26

27

28

29

D1-Universitas

Sumber: Sakernas 2014 (BPS), diolah Lembaga Demografi FEB UI

Jika diperhatikan karakteristik pengangguran menurut kelompok umur, sebesar 69 persen penganguran adalah berusia muda (15-29 tahun) di tahun 2010, angka tersebut meningkat menjadi

1 2

Konsep Tingkat Pengangguran Terbuka mengacu oleh BPS http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/983

8

75 persen di tahun 2014. Lebih lanjut, apabila ditinjau dari segi tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa lebih dari separuh jumlah pengangguran adalah terdidik (berpendidikan SMA ke atas).

Tingkat pengangguran terbuka angkatan kerja terdidik yang konsisten tinggi adalah yang berpendidikan Sekolah Kejuruan (SMK). Jika dilihat dari TPT per usia, Gambar 1 memperlihatkan bahwa TPT lulusan SMK yang berumur 17 maupun 18 tahun sangat tinggi yang mencapai di atas 50 persen. Lulusan SMK yang diharapkan siap memasuki pasar kerja, dengan dibekali keterampilan khusus, namun justru TPT nya memperlihatkan paling tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi lainnya.

Jika dibandingkan antar bidang studi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan, yang cenderung memiliki TPT tertinggi adalah lulusan bidang studi STM (listrik, mesin, grafika, tekstil, dan penerbangan) dan SMK (pariwisata, perhotelan, dan perawat). Pada Tahun 2010, TPT lulusan usia muda bidang studi SMK dan STM memiliki angka yang sama, yakni 20,2 persen. Artinya, 1 diantara 5 angkatan kerja lulusan usia 15-29 tahun kedua bidang studi tersebut adalah pengangguran yang dapat disimpulkan bahwa terdapat seperlima sumber daya manusia yang hilang.

Gambar 1.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Angkatan Kerja Usia Muda 15-29 Tahun Lulusan Sekolah Kejuruan Menurut Bidang Studi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0

2010

2011

2012

2013

2014

SMEA

19.4

17.3

16.9

17.2

19.7

STM

20.2

17.2

19.2

20.4

21.5

SMK

20.2

17.7

18.2

22.6

22.5

SMKK

16.9

11.9

15.3

15.0

16.5

Sumber: Sakernas, BPS (berbagai tahun), diolah Lembaga Demografi FEB UI.

9

Lebih lanjut, TPT usia muda lulusan Sekolah Menengah Kejuruan yang paling rendah adalah lulusan bidang studi SMKK (tata boga, tata busana, dan tata graha). Pada tahun 2010, TPT lulusan usia muda bidang studi SMKK adalah sebesar 16,9 persen, lalu turun menjadi 11,9 persen di tahun 2011, dan naik kembali di angka 16,5 persen pada tahun 2014. Meskipun paling rendah diantara lulusan Sekolah Menengah Kejuruan, angka ini termasuk tinggi jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, menarik untuk diteliti terkait dengan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan ini. Kajian mendalam diperlukan guna mengetahui gambaran lulusan SMK melalui tracer study.

Tujuan

Tujuan Umum Studi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lulusan SMK di pasar kerja melalui tracer study di provinsi/wilayah terpilih.

Tujuan khusus Secara khusus studi ini ingin mengetahui: 1.

Alasan menunda untuk memperoleh pekerjaan setelah lulus (menganggur)

2.

Keinginan untuk melanjutkan studi

3.

Karakteristik sosial ekonomi keluarga siswa SMK

4.

Lama mencari pekerjaan (job search)

5.

Persyaratan-persyaratan untuk mendapatkan pekerjaan

6.

Jenis pekerjaan dan lapangan pekerjaan setelah lulus SMK

7.

Upah/penghasilan setelah lulus SMK

8.

Kepuasan dalam pekerjaan

9.

Mobilitas pekerjaan dalam 1 tahun terakhir

10.

Harapan dan motivasi lulusan SMK tentang dunia kerja

10

Metode Kajian Penelitian ini akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana kondisi lulusan SMK di pasar kerja. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan dengan 2 tahapan yaitu : Pertama, mengolah data sekunder yang bersumber dari data BPS yaitu Sakernas tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 yang dapat menggambarkan kondisi, pola dan kecenderungan lulusan SMK tersebut dalam pasar kerja. Selain melakukan analisis data sekunder, dilakukan pula kajian tentang kondisi SMK, ketenagakerjaan dan peluang kerja dari berbagai kajian lain yang pernah dilakukan.

Sumber Data Sakernas 2013-2015 Survei: Sebar Angket Lulusan SMK 2013-2015

Wilayah Penelitian

Analisis

500 SMK

Profil Lulusan SMK

10 Provinsi 40 Kab/Kota

Profil Pengangguran SMK Profil Lulusan SMK yang Bekerja Kesesuaian Bidang Studi dan Jenis Pekerjaan

Kedua, penelitian juga dilakukan dengan survei lapangan terhadap lulusan SMK dengan menggunakan cara penelusuran lulusan SMK tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016. Survei dilakukan dengan penyebaran angket melalui PT. Pos Indonesia yang dikirimkan ke BKK yang dipilih. Cara ini dilakukan mengingat bahwa jumlah lulusan SMK cukup besar dan tersebar di berbagai daerah serta keterbatasan waktu penelitian. Adapun angket tersebut berisi tentang pertanyaan yang menyangkut identitas lulusan, asal SMK, program studi, kegiatan yang dilakukan serta jenis, status pekerjaan, lapangan kerja, jam kerja dan upah serta lamanya tenggang waktu dari lulus sekolah sampai memperoleh pekerjaan.

11

12

Beberapa Temuan Penting

13

14

15

16

17

18

19

20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 3 ABSTRAK ...................................................................................................................................... 5 IKHTISAR ...................................................................................................................................... 8 DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 21 DAFTAR TABEL......................................................................................................................... 23 DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... 26 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 27 1.1.Latar Belakang .................................................................................................................... 27 1.2.Tujuan dan Manfaat ............................................................................................................ 29 1.3 Dasar Hukum Dan Kebijakan ............................................................................................. 29 1.4 Ruang Lingkup Kajian ........................................................................................................ 30 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 31 2.1 Keadaan Pasar Kerja Indonesia .......................................................................................... 31 2.2 Literatur Tentang Pencarian Kerja (job search theory) ...................................................... 38 2.3 Kajian Tentang Kebekerjaan (employability) Lulusan SMK.............................................. 41 BAB III METODE KAJIAN ........................................................................................................ 47 3.1 Pendekatan .......................................................................................................................... 47 3.2 Lokasi Penelitian................................................................................................................. 47 3.3. Responden .......................................................................................................................... 49 3.4 Informasi Yang Dikumpulkan ............................................................................................ 49 3.5 Analisis ............................................................................................................................... 50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................................... 51 4.1 Kecenderungan Pengangguran Lulusan SMK: Analisis Data Sakernas ............................. 51 4.2 Penelusuran Lulusan SMK Periode 2013-2016: Analisis Tracer Study ............................. 54 4.3. Analisis Komparatif Profil Angkatan Kerja Lulusan SMK: Data Sakernas dan Data Tracer Study.......................................................................................................................................... 80 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ........................................................................ 85 5.1. Kesimpulan ........................................................................................................................ 85 5.2. Rekomendasi ...................................................................................................................... 86 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 92 LAMPIRAN 1 ............................................................................................................................... 94 LAMPIRAN 2 ............................................................................................................................... 98

22

DAFTAR TABEL Tabel 2.1

Tren Angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) Indonesia, 2010-

31

2016 Tabel 2.2

Distribusi Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut

32

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu, 2016 Tabel 2.3

Proporsi Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut

33

Lapangan Pekerjaan Utama 2010 – 2016 Tabel 2.4

Proporsi Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status

33

Pekerjaan Utama 2010 - 2016 Tabel 2.5

Proporsi Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Jenis

34

Pekerjaan/Jabatan 2011 - 2016 Tabel 2.6

Distribusi Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang

35

Bekerja Selama Seminggu yang lalu Menurut Jenis Pekerjaan Utama dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016 Tabel 2.7

Distribusi Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang

36

Bekerja Selama Seminggu yang lalu Menurut Status Pekerjaan Utama dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016 Tabel 2.8

Distribusi Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang

37

Bekerja Selama Seminggu yang lalu Menurut Jenis Pekerjaan Utama dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016 Tabel 2.9

Penduduk Umur 15 tahun ke atas yang termasuk Setengah

38

Penganggur, 2014-2016 (juta) Tabel 2.10

Indikator Setengah Penganggur (persentase setengah penganggur

38

terhadap total angkatan kerja, 2014-2016 (%) Tabel 3.1

Lokasi Penelitian dan Jumlah SMK Sampel

48

Tabel 4.1

Tingkat Respon (Response Rate) Survei Alumni SMK

55

Tabel 4.2

Wilayah Pencacahan Penelitian dan Tingkat Respon di Setiap Provinsi

56

Tabel 4.3

Distribusi Tahun Lulusan SMK

56

Tabel 4.4

Distribusi Lulusan SMK Menurut Tahun Lulus dan Jenis Kelamin

57

23

Tabel 4.5

Distribusi Bidang Keahlian Lulusan SMK

59

Tabel 4.6

Distribusi Bidang Keahlian Menurut Jenis Kelamin

60

Tabel 4.7

Distribusi Program Keahlian Lulusan SMK

61

Tabel 4.8

Kegiatan Utama Menurut Tahun Lulus SMK

63

Tabel 4.9

Kegiatan Utama Menurut Bidang Keahlian SMK

64

Tabel 4.10

Kegiatan Utama Menurut Jenis Kelamin

65

Tabel 4.11

Distribusi Penduduk Usia Kerja Lulusan SMK

65

Tabel 4.12

Distribusi Angkatan Kerja

66

Tabel 4.13

Angkatan Kerja Menurut Tahun Lulus SMK

67

Tabel 4.14

Angkatan Kerja Lulusan Menurut Jenis Kelamin

67

Tabel 4.15

Strategi Mencari Kerja Bagi Lulusan SMK yang Saat ini Menganggur

68

Tabel 4.16

Profil Bukan Angkatan Kerja Lulusan SMK Menurut Jenis Kelamin

69

Tabel 4.17

Alasan Tidak Mencari Pekerjaan/Tidak Mempersiapkan Usaha Bagi

69

Lulusan SMK yang berstatus Bukan Angkatan Kerja Tabel 4.18

Jenis Pekerjaan Lulusan SMK yang Bekerja

71

Tabel 4.19

Lapangan Usaha Lulusan SMK yang Bekerja

72

Tabel 4.20

Status Pekerjaan Lulusan SMK yang Bekerja

74

Tabel 4.21

Distribusi Upah/Penghasilan Lulusan SMK yang Bekerja

75

Tabel 4.22

Distribusi Upah/Penghasilan Menurut Tahun Lulusan SMK

75

Tabel 4.23

Distribusi Upah/Penghasilan Lulusan SMK Menurut Jenis Kelamin

75

Tabel 4.24

Frekuensi Pindah Pekerjaan dalam 1 Tahun Terakhir

76

Tabel 4.25

Kesesuaian Bidang Keahlian Teknologi Rekayasa dengan Jenis

78

Pekerjaan Berdasarkan Data Tracer Study Tabel 4.26

Kesesuaian Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi

78

dengan Jenis Pekerjaan Berdasarkan Data Tracer Study Tabel 4.27

Kesesuaian Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen dengan Jenis

79

Pekerjaan Berdasarkan Data Tracer Study Tabel 4.28

Kesesuaian Bidang Keahlian Kesehatan dengan Jenis Pekerjaan Berdasarkan Data Tracer Study

24

80

Tabel 4.29

Kesesuaian Bidang Keahlian Pariwisata dengan Jenis Pekerjaan

80

Berdasarkan Data Tracer Study Tabel 4.30

Statistik Lama Mencari Kerja Lulusan SMK yang Bekerja Berdasarkan Data Sakernas dan Tracer Study

25

83

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Angkatan Kerja Terdidik

27

Usia Muda 15-29 Tahun Gambar 1.2

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Angkatan Kerja Usia Muda

28

15-29 Tahun Lulusan Sekolah Kejuruan Menurut Bidang Studi Gambar 4.1

Jumlah dan Persentase Penganggur di Indonesia, 2000-2016

52

Gambar 4.2

Pola Penganggur Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan, 2000-

53

2015 Gambar 4.3

Contoh Amplop Kiriman Balasan

54

Gambar 4.4

Distribusi Tahun Lulusan SMK

56

Gambar 4.5

Distribusi Jenis Kelamin Lulusan SMK

57

Gambar 4.6

Distribusi Umur Lulusan SMK

58

Gambar 4.7

Rata-rata umur Menurut Tahun Lulus SMK

58

Gambar 4.8

Kegiatan Utama Lulusan SMK

62

Gambar 4.9

Distribusi Lama Mencari Kerja Bagi Lulusan SMK Yang

68

Menganggur Gambar 4.10

Distribusi Jam Kerja Lulusan SMK yang Bekerja

74

Gambar 4.11

Distribusi Kepuasan terhadap Pekerjaan

76

Gambar 4.12

Lama Mencari Kerja Bagi Lulusan SMK yang Bekerja

77

Gambar 4.13

Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

81

Menurut Umur Berdasarkan Data Sakernas dan Tracer Study Gambar 4.14

Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut

82

Umur Berdasarkan Data Sakernas dan Tracer Study Gambar 4.15

Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut

82

Jenis Kelamin Berdasarkan Data Sakernas dan Tracer Study Gambar 4.16

Perbandingan Tingkat

Partisipasi Bekerja Menurut Umur

Berdasarkan Data Sakernas dan Tracer Study

26

83

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)3 di Indonesia memiliki kecenderungan mengalami penurunan, namun angkanya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN. Dalam rentang waktu 5 tahun terakhir, menurut data BPS4, TPT Indonesia 3 kali TPT Singapura, dan 2 kali TPT Malaysia. Tingginya TPT di Indonesia mensinyalir bahwa pasar tenaga kerja kurang informatif tentang kesempatan kerja yang ada. Alchian dalam McCall (1970) menjelaskan bahwa adanya pengangguran disebabkan karena ketidakpastian dan informasi yang sangat mahal dalam pasar kerja.

Gambar 1.1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Angkatan Kerja Terdidik Usia Muda 15-29 Tahun 70 60

TPT (%)

50 40 30

20 10 0 17

18

19

20 SMA

21

22 SMK

23

24

25

26

27

28

29

D1-Universitas

Sumber: Sakernas 2014 (BPS), diolah Lembaga Demografi FEB UI

Jika diperhatikan karakteristik pengangguran menurut kelompok umur, sebesar 69 persen penganguran adalah berusia muda (15-29 tahun) di tahun 2010, angka tersebut meningkat menjadi 75 persen di tahun 2014. Lebih lanjut, apabila ditinjau dari segi tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa lebih dari separuh jumlah pengangguran adalah terdidik (berpendidikan SMA ke atas).

Tingkat pengangguran terbuka angkatan kerja terdidik yang konsisten tinggi adalah yang berpendidikan Sekolah Kejuruan (SMK). Jika dilihat dari TPT per usia, Gambar 1 memperlihatkan

3 4

Konsep Tingkat Pengangguran Terbuka mengacu oleh BPS http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/983

27

bahwa TPT lulusan SMK yang berumur 17 maupun 18 tahun sangat tinggi yang mencapai di atas 50 persen. Lulusan SMK yang diharapkan siap memasuki pasar kerja, dengan dibekali keterampilan khusus, namun justru TPT nya memperlihatkan paling tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi lainnya.

Jika dibandingkan antar bidang studi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan, yang cenderung memiliki TPT tertinggi adalah lulusan bidang studi STM (listrik, mesin, grafika, tekstil, dan penerbangan) dan SMK (pariwisata, perhotelan, dan perawat). Pada Tahun 2010, TPT lulusan usia muda bidang studi SMK dan STM memiliki angka yang sama, yakni 20,2 persen. Artinya, 1 diantara 5 angkatan kerja lulusan usia 15-29 tahun kedua bidang studi tersebut adalah pengangguran yang dapat disimpulkan bahwa terdapat seperlima sumber daya manusia yang hilang.

Lebih lanjut, TPT usia muda lulusan Sekolah Menengah Kejuruan yang paling rendah adalah lulusan bidang studi SMKK (tata boga, tata busana, dan tata graha). Pada tahun 2010, TPT lulusan usia muda bidang studi SMKK adalah sebesar 16,9 persen, lalu turun menjadi 11,9 persen di tahun 2011, dan naik kembali di angka 16,5 persen pada tahun 2014. Meskipun paling rendah diantara lulusan Sekolah Menengah Kejuruan, angka ini termasuk tinggi jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya.

Gambar 1.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Angkatan Kerja Usia Muda 15-29 Tahun Lulusan Sekolah Kejuruan Menurut Bidang Studi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0

2010

2011

2012

2013

2014

SMEA

19.4

17.3

16.9

17.2

19.7

STM

20.2

17.2

19.2

20.4

21.5

SMK

20.2

17.7

18.2

22.6

22.5

SMKK

16.9

11.9

15.3

15.0

16.5

Sumber: Sakernas, BPS (berbagai tahun), diolah Lembaga Demografi FEB UI.

Berdasarkan uraian di atas, menarik untuk diteliti terkait dengan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan ini. Kajian mendalam diperlukan guna mengetahui gambaran lulusan SMK melalui tracer study.

28

1.2. Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan Tujuan Umum Studi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lulusan SMK di pasar kerja melalui tracer study di provinsi/wilayah terpilih.

Tujuan khusus Secara khusus studi ini ingin mengetahui: 1.

Alasan menunda untuk memperoleh pekerjaan setelah lulus (menganggur)

2.

Keinginan untuk melanjutkan studi

3.

Karakteristik sosial ekonomi keluarga siswa SMK

4.

Lama mencari pekerjaan (job search)

5.

Persyaratan-persyaratan untuk mendapatkan pekerjaan

6.

Jenis pekerjaan dan lapangan pekerjaan setelah lulus SMK

7.

Upah/penghasilan setelah lulus SMK

8.

Kepuasan dalam pekerjaan

9.

Mobilitas pekerjaan dalam 1 tahun terakhir

10.

Harapan dan motivasi lulusan SMK tentang dunia kerja

1.2.2. Manfaat Mengingat penelitian tentang lulusan SMK dengan menggunakan pendekatan tracer study masih terbatas, maka kajian ini akan memberikan manfaat berupa masukan bagi pengambil kebijakan, penyelenggara pendidikan, dan DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri) agar dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu lulusan SMK secara berkelanjutan.

1.3 Dasar Hukum Dan Kebijakan Dalam kajian ini, dasar hukum dan kebijakan yang digunakan adalah sebagai berikut: a. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; b. Sembilan prioritas program pembangunan Pemerintah Jokowi-JK (Nawa Cita);

29

c. Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 Buku III; d. Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; e. Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019; dan f. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing.

1.4 Ruang Lingkup Kajian Ruang Lingkup Ruang lingkup studi ini adalah lulusan SMK semua jurusan yang lulusan dalam empat tahun terakhir (2013, 2014, 2015, dan 2016).

30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keadaan Pasar Kerja Indonesia Jumlah penduduk Indonesia selalu meningkat tiap tahun dengan laju pertumbuhan sekitar 1,38% pada periode 2010-20155. Peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada meningkatnya jumlah angkatan kerja usia 15 tahun ke atas. Menurut BPS, angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. Tahun 2010 jumlah angkatan kerja mencapai 115,6 juta orang yang terdiri dari penduduk yang yang bekerja sebesar 107,4 juta dan yang menganggur sebesar 8,6 juta orang. Tahun 2016 jumlah angkatan kerja meningkat menjadi 127,7 juta atau terdapat tambahan sebanyak 20,3 juta orang selama 2010-2016.

Tabel 2.1 Tren Angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) Indonesia, 2010-2016

Angkatan kerja (juta) - Bekerja (juta) - Pengangguran (juta) - Pengangguran (%)

2010 115,9 107.4 8.6

2011 120,4 112,0 8,3

2012 121,8 114,0 7,7

2013 123,2 115,9 7,2

2014 125,3 118,2 7,1

2015 128,3 120,8 7,4

2016 127,7 120,6 7,0

7.4

6,7

6,4

5,6

5,7

5,8

5,5

Sumber: BPS, Diolah dari Keadaan Angkatan Kerja, berbagai tahun (Februari) https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/6#subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1

Berbagai program penciptaan lapangan kerja baik yang dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo berhasil menurunkan jumlah pengangguran dari 8,6 juta orang pada tahun 2010 menjadi 7,0 juta tahun 2016 orang atau terjadi penurunan sebesar 1,6 juta orang. Jika dilihat dari persentasenya, angka pengangguran juga turun dari 7,4% tahun 2010 menjadi 5,5% tahun 2016 (Tabel 2.1).

Jika dilihat menurut pendidikan, angka pengguran terbanyak terdapat pada penduduk dengan pendidikan menengah (SMA dan SMK) dan pendidikan tinggi (diploma dan universitas). Jika dilihat tahun 2010 dan 2015, persentase pengangguran menurut tingkat pendidikan cenderung 5

Lihat Bappenas, BPS, UNPFA. 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta.

31

menurun. Misalnya, untuk tenaga kerja dengan pendidikan SMK angka pengangguran turun dari 13,8% tahun 2010 menjadi 9,8% tahun 2016. Begitu pula, tenaga kerja dengan pendidikan SMA mengalami penurunan dari 11,9% menjadi 7,0% pada tahun yang sama. Kondisi sebaliknya, jumlah orang yang bekerja mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga tahun 2016 (Tabel 2.2).

Tabel 2.2 Distribusi Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu, 2016

Pendidikan ≤ SD SLTP SMA SMK Akademi/Diploma Universitas Total (juta)

Bekerja (%) 96,3 92,5 88,1 86,2 84,3 85,8 107,41

2010 Pengangguran Angkatan (%) Kerja (juta) 3,7 5,78 (100%) 7,5 21,96 (100%) 11,9 17,74 (100%) 13,8 9,68(100%) 15,7 3,43(100%) 14,2 5,76(100%) 8,59 116,00(100%)

Bekerja (%) 96,6 96,4 93,0 90,2 92,8 93,8 120,65

2016 Pengangguran Angkatan (%) Kerja (juta) 3,4 54,30 (100%) 3,6 22,80(100%) 7,0 22,22(100%) 9,8 13,72(100%) 7,2 3,45(100%) 6,2 11,18(100%) 7,02 127,67(100%)

Sumber: BPS, Diolah dari Keadaan Angkatan Kerja, berbagai tahun (Februari) https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/6#subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1

Laporan ILO (2015) menunjukkan bahwa pengangguran terbuka di Indonesia sebagian dikarenakan ketidakcocokan keterampilan antara pencari kerja terdaftar dengan lowongan kerja terdaftar. Untuk pendidikan SMP dan SLTA, terjadi penawaran tenaga kerja berlebihan dibandingkan dengan jumlah lowongan kerja yang membutuhkan latar belakang pendidikan tersebut. Namun, permintaan tenaga kerja yang memiliki pendidikan tinggi (perguruan tinggi) lebih besar daripada penawaran tenaga kerja.

Sebagai negara agraris, sektor pertanian di Indonesia masih menjadi tumpuan sebagian penduduk Indonesia. Sektor pertanian lebih mudah dimasuki oleh tenaga kerja karena tidak diperlukan pendidikan keahlian khusus. Tahun 2010 sebanyak 39,9% tenaga kerja bekerja di sektor pertanian, namun data Sakernas menunjukkan persentase tenaga kerja di sektor ini cenderung menurun yaitu menjadi 31,7% tahun 2016.

32

Tabel 2.3 Proporsi Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2010 - 2016 (dalam %)

No Lapangan Usaha 1 Pertanian 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas dan Air 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan 7 Transportasi 8 Lembaga Keuangan 9 Jasa Kemasyarakatan Total (%) Total (juta)

2010 39,9 1,1

2011 37,9 1,2

2012 36,5 1,4

2013 35,2 1,3

2014 34,6 1,4

2015 33,2 1,2

2016 31,7 1,1

12,2 0,2 4,5 20,7 5,4 1,5 14,5 100,0

12,4 0,2 5,0 21,0 5,0 1,9 15,4 100,0

12,6 0,3 5,4 21,3 4,6 2,5 15,4 100,0

12,9 0,2 6,0 21,8 4,6 2,6 15,3 100,0

13,0 0,3 6,1 21,8 4,5 2,7 15,6 100,0

13,6 0,3 6,4 22,1 4,3 3,0 16,1 100,0

13,2 0,3 6,4 23,6 4,3 2,9 16,4 100,0

107,4

112,0

114,1

115,9

118,2

120,8

120,6

Sumber: BPS, Diolah dari Keadaan Angkatan Kerja, berbagai tahun (Februari) https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/6#subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1

Ada dugaan dengan makin meningkatnya pendidikan tenaga kerja, minat untuk bekerja di sektor pertanian makin berkurang dan beralih dengan sektor lain. Sementara persentase tenaga kerja di sektor lain seperti perdagangan dan rumah makan, jasa kemasyarakatan, dan industri cenderung meningkat (Tabel 2.3).

Tabel 2.4 Proporsi Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama 2010 - 2016 (%) No. Status Pekerjaan Utama 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6 7

Berusaha Sendiri Berusaha Dibantu Buruh tdk Tetap Berusaha Dibantu Buruh Tetap Buruh/Karyawan/Pegawai Pekerja Bebas di Pertanian Pekerja Bebas di Non Pertanian Pekerja Keluarga/Tak Dibayar Total (%) Total (dalam juta)

19.0 20.4

19.0 18.9

17.3 18.1

2.8 28.6 5.9 4.9 18.3 100.0 107.4

3.2 31.2 5.0 4.7 18.0 100.0 112.0

3.5 33.8 4.7 5.3 17.3 100.0 114.1

16.8 17.2

17.9 15.6

16.9 17.4

3.6 3.5 3.5 3.3 36.3 36.7 38.6 38.4 4.4 4.0 4.2 4.3 5.6 5.7 5.6 5.8 16.2 16.2 14.6 13.8 100.0 100.0 100.0 100.0 115.9 118.2 120.8 120.6

Sumber: BPS, Diolah dari Keadaan Angkatan Kerja, berbagai tahun (Februari) https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/6#subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1

33

17.2 16.7

Menarik membandingkan tenaga kerja lulusan SMA dan SMK. Pada sektor industri, tenaga kerja lulusan SMK lebih banyak yang bekerja sebagai dibandingkan dengan lulusan SMA, begitu pula dengan sektor perdagangan/rumah makan tenaga kerja lulusan SMK lebih banyak.

Sebaliknya, tenaga kerja lulusan SMA lebih banyak bekerja di sektor pertanian dibandingkan dengan tenaga kerja lulusan SMK. Kondisi ini menggambarkan bahwa lulusan SMK lebih siap bekerja di sektor industri berbekal pendidikan dan keterampilan yang diperoleh waktu sekolah.

Tenaga kerja yang bekerja sebagai buruh pada usaha-usaha informal kurang terjamin kesejahterannya karena sering dibayar di bawah UMP dan tanpa perlindungan sosial.

Sementara itu, penduduk yang bekerja sendiri atau berusaha dibantu buruh tetap persentasenya cenderung menurun.

Kalau dua kategori ini disebut sebagai kelompok wirausaha

(entrepreneur), maka sangat disayangkan jika persentasenya turun dari tahun ke tahun. Yang menarik, pekerja keluarga/tidak dibayar cenderung menurun selama 2010-2016.

Jika diperhatikan menurut jenis pekerjaan, terlihat bahwa tenaga usaha pertanian, perburuan, perikanan menempati posisi teratas, di atas 30% dari tahun 2011 hingga 2016, namun ada kecenderungan tenaga kerja di sektor pertanian persentasenya menurun (Tabel 2.5).

Tabel 2.5 Proporsi Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Jenis Pekerjaan/Jabatan 2011 - 2016 (%) Jenis pekerjaan/jabatan 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6 7 8

Profesional, teknisi Kepemimpinan, ketatalaksanaan Tata usaha dan sejenis Usaha penjualan Usaha jasa Usaha pertanian, perburuan, perikanan, Produksi, operator, pekerja kasar Lainnya Total Total (dalam juta)

6.5 1.0 5.3 18.6 5.5 35.3 27.3 0.6 100.0 109.7

6.3 0.9 5.2 18.1 5.8 34.5 28.7 0.6 100.0 110.8

6.4 1.0 5.5 17.9 5.6 33.1 29.8 0.5 100.0 110.8

6.6 1.0 5.4 18.4 6.7 33.5 27.9 0.5 100.0 114.6

7.1 1.1 5.8 18.6 6.1 32.3 28.5 0.6 100.0 114.8

6.7 1.0 6.4 18.8 5.5 31.1 28.7 1.7 100.0 120.6

Sumber: BPS, Keadaan Angkatan Kerja, berbagai tahun, bulan Agustus, kecuali tahun 2016 bulan Februari.

Berikutnya, sekitar 27-30% tenaga kerja Indonesia bekerja sebagai tenaga produksi, operator, pekerja kasar. Kondisi ini merupakan cermin dari masih rendahnya tingkat pendidikan dan 34

keterampilan tenaga kerja. Menurut ILO (2015) mayoritas penduduk usia 45 tahun ke atas memiliki latar belakang pendidikan SD ke bawah. Karena itu, tidak heran jika tenaga kerja Indonesia masih mengerjakan pekerja tidak terampil. Sebaliknya, tenaga professional/teknisi hanya sekitar 6-7%, sedangkan tenaga kepemimpinan lebih sedikit lagi yaitu 1%.

Jika dilihat menurut tingkat pendidikan, tenaga kerja yang berpendidikan SD atau tidak tamat SD sebagian besar (51,6%) bekerja di sektor pertanian yang memang tidak membutuhkan pendidikan dan keterampilan khusus (Tabel 2.6). Tenaga kerja yang berpendidikan SMP sebagian besar bekerja di sektor pertanian dan perdagangan/rumah makan.

Tabel 2.6 Distribusi Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang lalu Menurut Jenis Pekerjaan Utama dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016

Lapangan Pekerjaan Utama ≤ SD

SMA Diploma/ SMP SMK akademi 29.2 15.9 10.1 3.8 1.1 1.1 1.0 0.8 16.5 16.6 23.5 8.3 0.3 0.5 1.0 0.3 8.8 5.3 5.9 2.4 27.5 30.8 31.3 23.6 5.1 5.7 5.4 3.8 1.1 4.2 4.5 8.9 10.5 20.0 17.4 48.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Pertanian, Perkebunan, Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Rumah Makan Transportasi Lembaga Keuangan Jasa Kemasyarakatan Total (%)

51.6 1.1 10.0 0.1 6.9 19.6 3.4 0.6 6.8 100.0

Total (juta)

52.43 21.48 20.67 12.37

3.20

Universitas

Total (juta)

3.0 1.0 5.9 0.6 2.9 12.8 3.3 11.8 58.7 100.0

38.29 1.31 15.98 0.40 7.71 28.50 5.19 3.48 19.79

10.48 120.65

Sumber: BPS, Keadaan Angkatan Kerja 2016 (Februari)

Menarik membandingkan tenaga kerja lulusan SMA dan SMK. Pada sektor industri, tenaga kerja lulusan SMK lebih banyak yang bekerja sebagai dibandingkan dengan lulusan SMA, begitu pula dengan sektor perdagangan/rumah makan tenaga kerja lulusan SMK lebih banyak.

Sebaliknya, tenaga kerja lulusan SMA lebih banyak bekerja di sektor pertanian dibandingkan dengan tenaga kerja lulusan SMK. Kondisi ini menggambarkan bahwa lulusan SMK lebih siap bekerja di sektor industri berbekal pendidikan dan keterampilan yang diperoleh waktu sekolah.

35

Jika dilihat menurut status pekerjaan utama terlihat bahwa lulusan SD atau tidak tamat SD sebagian besar bekerja (46,3%) “berusaha sendiri” dan “berusaha dibantu buruh tetap” (Tabel 2.7). Umumnya tenaga kerja dengan status seperti itu mereka bekerja di sektor pertanian atau sektor informal. Tenaga kerja lulusan SMP bekerja sebagai buruh/karyawan sebanyak 33%.

Sementara lulusan SMA dan SMK yang bekerja sebagai buruh/ karyawan lebih besar yaitu 52,4% dan 62,0%. Begitu pula tenaga kerja lulusan Diploma dan universitas lebih banyak yang bekerja sebagai buruh dan karyawan. Tenaga kerja ini bekerja pada berbagai sektor baik pada skala kecil, menengah dan besar. Tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan menengah atau besar umumnya lebih terjamin kesejahteraannya karena adanya jaminan upah dan asuransi, namun bagi tenaga kerja yang bekerja pada usaha kecil dan mikro seringkali mereka menerima upah yang tidak sesuai dengan ketentuan.

Tabel 2.7 Distribusi Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang lalu Menurut Status Pekerjaan Utama dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016

Status Pekerjaan Utama

≤ SD 21.0 25.3

SMP

SMA

SMK

Diploma/ Univerakademi sitas

Total

Berusaha Sendiri Berusaha Dibantu Buruh tdk Tetap Berusaha Dibantu Buruh Tetap Buruh/Karyawan/Pegawai Pekerja Bebas di Pertanian Pekerja Bebas di Non Pertanian Pekerja Keluarga/Tak Dibayar Total (%)

18.4 15.9

14.9 12.3

12.8 9.5

8.2 6.4

5.0 3.8

20.39 21.00

2.5 3.1 18.1 33.4 8.0 3.4 7.5 8.2 17.6 17.6 100.0 100.0

4.7 52.4 1.0 4.0 10.8 100.0

3.5 62.0 0.8 3.7 7.9 100.0

4.7 75.9 0.1 0.1 4.6 100.0

4.9 82.9 0.1 0.3 3.0 100.0

4.02 46.30 5.24 7.00 16.69

Total (juta)

52.43 21.48

20.67

12.38

3.20

10.48 120.65

Sumber: BPS, Diolah dari Keadaan Angkatan Kerja 2016 (Februari).

Menurut jenis pekerjaan utama, tenaga kerja lulusan SD atau tidak tamat SD bekerja sebagai tenaga usaha pertanian, perburuan, perikanan. Tenaga kerja lulusan SMP, SMA dan SMK banyak yang bekerja sebagai tenaga produksi, operator, dan pekerja kasar. Sedangkan tenaga kerja lulusan Diploma dan universitas bekerja sebagai tenaga professional dan teknisi dan tata usaha (Tabel 2.8).

36

Dalam pasar kerja Indonesia, ada penduduk yang telah bekerja namun masih bersedia menerima pekerjaan lain karena jam kerjanya kurang dari 35 jam per minggu.

BPS

mendefinisikan kondisi ini sebagai setengah pengangguran. Penduduk yang dikategorikan sebagai setengah penganggur adalah mereka yang jam kerjanya di bawah ambang batas jam kerja normal (kurang dari 35 jam dalam seminggu) dan mereka masih mencari atau menerima pekerjaan tambahan.

Tabel 2.8 Distribusi Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang lalu Menurut Jenis Pekerjaan Utama dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016 Diploma/ Universitas Total Jenis Pekerjaan Utama ≤ SD SMP SMA SMK akademi Profesional, teknisi 0.3 1.0 5.4 5.6 35.9 45.9 8.13

Kepemimpinan, ketatalaksanaan Tata usaha dan sejenis Usaha penjualan Usaha jasa Usaha pertanian, perburuan, perikanan, Produksi, operator, pekerja kasar Lainnya Total Total (dalam juta)

0.1

0.3

1.2

1.4

2.9

5.6

1.22

0.6 16.0 5.1 50.8

2.0 22.0 6.9 28.5

11.7 24.5 5.5 15.3

10.5 22.4 5.9 9.4

23.5 16.6 6.3 3.5

24.4 11.9 3.3 2.7

7.77 22.73 6.60 37.51

26.6

38.2

31.5

41.5

9.9

4.9

34.63

0.4 1.1 100.0 100.0

4.9 100.0

3.4 100.0

1.4 100.0

1.4 100.0

2.07

52.43 21.48

20.71

12.34

3.20

10.48

120.65

Sumber: BPS, Diolah dari keadaan Angkatan Kerja 2016 (Februari).

Berdasarkan data Sakernas 2016, jumlah setengah penganggur di Indonesia mencapai 10,45 juta orang, yang terdiri dari 6,42 juta orang laki-laki dan sisanya sebanyak 4,03 juta orang perempuan (Tabel 2.9). Menurut klasifikasi desa-kota, jumlah setengah penganggur di daerah perdesaan lebih banyak dibandingkan dengan daerah perkotaan. Data menunjukkan, jumlah setengah penganggur di perdesaan mencapai 6,65 juta orang, sementara di perkotaan hanya sebanyak 3,81 juta orang.

Dibandingkan dengan jumlah setengah penganggur pada tahun 2014, jumlah penganggur tahun 2016 sedikit turun dari 10,57 juta menjadi 10,45 juta. Dilihat dari klasifikasi desa-kota, setengah penganggur di perkotaan meningkat sedikit dari 3,51 juta tahun 2014 menjadi 3,81 37

juta tahun 2016, tapi sebaliknya setengah penganggur perdesaan turun dari 7,06 juta menjadi 6,65 juta.

Tabel 2.9 Penduduk Umur 15 tahun ke atas yang termasuk Setengah Penganggur, 2014-2016 (juta)

Karakteristik  Laki-laki  Perempuan  Perkotaan  Perdesaan Total

2014 6,35 4,22 3,51 7,06 10,57

2015 6,07 3,97 3,78 6,26 10,04

2016 6,42 4,03 3,81 6,65 10,45

Sumber: BPS, Indikator Pasar Tenaga Kerja (2015-2016).

Tren persentase setengah penganggur terhadap total angkatan kerja dari tahun 2014 hingga 2016 cenderung meningkat. Dari sebesar 8,43 persen pada tahun 2014 naik menjadi sebesar 8,67 persen pada Februari 2016, meskipun sempat turun pada tahun 2015 (Tabel 2.10).

Tabel 2.10. Indikator Setengah Penganggur (persentase setengah penganggur terhadap total angkatan kerja, 2014-2016 (%)

Karakteristik Laki-laki Perempuan Perkotaan Perdesaan Total

2014 8,27 8,70 5,68 11,11 8,43

2015 7,79 7,89 5,53 10,90 7,83

2016 8,22 8,14 6,64 11,06 8,67

Sumber: BPS, Indikator Pasar Tenaga Kerja (2015-2016)

2.2 Literatur Tentang Pencarian Kerja (job search theory) Kajian Teoritis Kecederungan pengangguran disebabkan adanya ketidakpastian dan informasi yang sangat mahal pada pasar kerja (Alchian & Allen, 1964; Stigler, 1962 dalam McCall, 1970). Di sisi lain, periode lamanya mencari kerja tergantung pada upah yang diinginkan dan opportunity cost dari kegiatan mencari kerja. Apabila individu merasa memiliki skill yang tinggi dia akan menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan ekspektasinya dan akan tetap menjadi pengangguran. Di sisi lain, apabila biaya mencari kerja terlalu besar, maka akan membatasi

38

dalam pencarian kerja. Pada sub bab ini akan membahas teori pencarian kerja (Job Search Theory) dan kajian empiris terkait dengan lama mencari kerja.

Konsep dasar teori pencarian kerja (job search theory) telah dikembangkan oleh Stigler, 1962 dan McCall, 1965. Adapun kedua teori tersebut memiliki perbedaan, yakni pada teori yang dikembangkan Stigler (1962) merupakan teori pencarian kerja Non Sequential yakni suatu model untuk proses pencarian kerja oleh individu yang mencari kerja dengan tidak mengikuti suatu urutan tertentu. Individu yang mencari kerja terlebih dahulu menentukan sample lowongan yang ingin dicari. Jumlah sample ini menjadi patokan bagi lamanya proses mencari kerja. Dengan demikian lamanya individu menjadi pengangguran adalah selama masa pencarian kerja tersebut. Setelah jumlah sample terpenuhi kemudian individu yang mencari kerja tersebut membandingkan dan memilih tawaran yang terbaik baginya.

Lain hal nya McCall (1965) yang mengembangkan sequential job search model yang merupakan sebuah model untuk individu yang mencari kerja yang mengikuti suatu rangkaian proses pencarian kerja yang teratur. Individu yang mencari kerja terlebih dahulu akan menentukan patokan bagi berakhirnya proses mencari kerja atau stopping rule. Secara teratur pencari kerja mengevaluasi satu per satu tawaran pekerjaan yang datang. Beberapa asumsi yang terdapat pada model ini akan digunakan sebagai dasar teoritis untuk mengembangkan model mencari kerja.

Asumsi teori pencarian kerja yang pertama adalah individu akan mencari kerja di pasar kerja yang tidak sempurna informasinya baik mengenai kualifikasi yang dibutuhkan maupun tingkat upah yang ditawarkan oleh pemberi kerja. Informasi yang diterima oleh pencari kerja hanyalah tentang distribusi frekuensi dari seluruh tawaran pekerjaan yang didistribusikan secara acak dan tingkat upah menurut skill yang dimiliki.

Asumsi yang kedua bahwa setiap individu harus membayar sejumlah biaya tertentu dalam suatu periode mecari kerja baik berupa seluruh pengeluaran dalam mencari kerja misalnya ongkos transportasi untuk melamar kerja, amplop, materai, dan sebaianya maupun kesempatan yang hilang (forgone opportunity), misalnya kesempatan memperoleh pendapatan atau pendapatan yang hilang (forgone earning) karena waktu digunakan untuk mencari kerja.

Sebagai imbalannya pekerja memperoleh tawaran pekerjaan, yang diasumsikan jumlahnya 39

satu per periode. Kesempatan yang hilang ini diumpamakan individu A mendapatkan kesempatan kerja di industri X dengan gaji 4 juta per bulan, namun karena individu A tersebut menginginkan bekerja di industri Y maka ia kehilangan mendapatkan kesempatan pendapatan sebesar 4 juta yang sesungguhnya dapat diterima ketika ia menerima pekerjaan dari industri A. Asumsi yang ketiga menyatakan bahwa individu memiliki batasan kriteria untuk menerima atau menolak pekerjaan berdasarkan tingkat upah minimum yang diinginkan (reservation wage). Dengan demikian ada dua kriteria pekerjaan berdasarkan reservation wage yaitu pekerjaan yang layak diterima karena tingkat upahnya sama dengan atau lebih besar dari reservation wage, dan pekerjaan yang tidak layak karena tingkat upahnya di bawah reservation wage. Dalam hal ini, untuk menentukan tinggi rendahnya reservation wage akan dipengaruhi oleh karakteristik pencari kerja tersebut seperti umur, pendidikan, pengalaman, pendapatan keluarga dan lain-lain. Semakin tinggi seseorang pencari kerja dalam menentukan reservation wage, maka akan semakin kecil kemungkinannya dalam menerima tawaran pekerjaan, bila hal ini dianggap tetap (ceteris paribus), dan ini berarti masa mencari kerja menjadi semakin lama.

Asumsi yang keempat dari search theory menyatakan bahwa pencari kerja akan memaksimisasi expected net income dan reservation wage sebagai kriteria menerima atau menolak pekerjaan. Selanjutnya pencari kerja akan megakhiri proses mencari kerja apabila tambahan biaya (marginal cost) dari tambahan satu tawaran pekerjaan tetap sama dengan imbalan (marginal return) dari tawaran pekerjaan tersebut.

Kajian Empiris Beberapa kajian empriris lama mencari kerja telah banyak dilakukan. Dalam hal jurusan pendidikan, Mathew (1995), menganalisis pengaruh jurusan pendidikan yang dibedakan antara pendidikan umum, pendidikan kejuruan, dan profesional terhadap lama mencari kerja. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa lama mencari kerja individu yang berpendidikan umum lebih panjang dibandingkan dengan yang berpendidikan kejuruan dan profesional. Adioetomo dan Indrayanti (2013), Indrayanti (2014), Indrayanti (2015) meneliti lama mencari kerja tenaga kerja yang mendapatkan pekerjaan 1 tahun yang lalu, menyimpulkan bahwa lama mencari kerja lulusan SMK lebih pendek dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi lainnya baik 40

SMA, Diploma maupun Universitas. Hasil kajian tersebut diduga bahwa tenaga kerja yang berpendidikan SMK memiliki keterampilan spesifik (khusus) yang dibutuhkan oleh pasar kerja.

Lebih lanjut, Decreuse (2001) menitikberatkan pentingnya menanamkan keahlian (skill) pada pendidikan. Dalam modelnya menunjukkan bahwa tingkat pengangguran didominasi oleh individu yang memiliki produktivitas dan keahlian (skill) yang rendah. Dalam hal ini keahlian dapat diperoleh melalui pelatihan kerja. Hasil penelitian Indrayanti (2015) menunjukkan bahwa individu lulusan SMK yang mengikuti pelatihan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya lebih cepat mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan karakateristik lainnya.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan penting, namun juga perlu disesuaikan dengan kompetensi yang dimiliki.

Blau dan Robins (1990) melakukan analisis empiris yang memfokuskan pada perbedaan dalam perilaku mencari kerja antara yang bekerja dan penganggur. Kunci dari analisis ini adalah bahwa tingkat tawaran per contact adalah lebih besar dari pencari kerja yang telah bekerja daripada pencari kerja yang telah menganggur. Hal ini disinyalir bahwa adanya stigma negatif terhadap tenaga kerja yang menganggur. Namun dalam kesimpulannya disampaikan bahwa penelitian lanjutan diperlukan, karena berdasarkan teori lama mencari kerja, individu yang menganggur lebih efektif mencari kerja dibandingkan dengan yang bekerja. Hal yang senada dipaparkan oleh Indrayanti (2014) bahwa lama mencari kerja bagi individu yang memiliki pengalaman kerja lebih cepat dibandingkan dengan yang belum pernah bekerja.

2.3 Kajian Tentang Kebekerjaan (employability) Lulusan SMK

Kebekerjaan dalam konteks SMK adalah penting karena tujuan pendirian SMK terutama untuk menyiapkan tenaga kerja siap pakai khususnya pada level operator. Berikut ini adalah sebuah tinjauan tentang tingkat kebekerjaan lulusan SMK dalam berbagai bidang keahlian. Namun demikian, sebelum masuk ke uraian tentang kebekerjaan tersebut, akan digambarkan terlebih dahulu karakteristik SMK saat ini.

Pada tahun 2014 jumlah sekolah SMK tercatat sebanyak 12.421 buah, dan pada tahun 2016 bertambah menjadi sebanyak 13.167 buah. Jumlah SMK swasta tercatat jauh lebih banyak 41

dari SMK Negeri. Peningkatan jumlah SMK tersebut terjadi di SMK baik negeri maupun swasta. Jumlah siswa SMK juga meningkat dari 4.211.245 siswa pada tahun 2014, menjadi 4.465.488 siswa di tahun 2016. Demikian juga jumlah guru, dari 216.655 orang pada tahun 2014, menjadi 287.718 orang pada tahun 2016.6 Jadi, perkembangan SMK Tahun dari 20142016, baik dalam hal jumlah siswa, jumlah sekolah, dan jumlah guru, menunjukkan peningkatan. Dari SMK yang ada di tahun 2016, berdasarkan program keahliannya (PK) maka SMK yang terakreditasi A ada 9.489 PK, terakreditasi B sebanyak 8.851 PK, terakreditasi C sebanyak 2.427 PK, terakreditasi BT (belum terakreditasi) sebanyak 15.550, dan TT (tidak terakreditsi) sebanyak 270 PK. Total SMK berdasarkan

program

keahliannya, adalah

sebanyak 37.587 PK. 7 Pada tahun 2009 institusi pendidikan bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) telah berhasil meluluskan sebanyak 12.376.390 orang. Tahun 2013 terhitung sudah meningkat menjadi 14.597.166 orang. Bila kita kategorikan SMK menjadi SMK Pariwisata dan SMK Non Pariwisata, maka terlihat bahwa jumlah lulusan SMK bidang Pariwisata meningkat lebih tinggi jika dibandingkan dengan SMK bidang Non Pariwisata8.

Polanya, bahwa lulusan SMK Pariwisata memerlihatkan tren meningkat yaitu dari 21,61 persen pada tahun 2009 menjadi 26,99 persen pada tahun 2013. Sementara untuk SMK Non Pariwisata justru mengalami penurunan dari 78,39 persen pada tahun 2009 menjadi 73,01 persen pada tahun 2013. Sebenarnya lulusan SMK Non Pariwisata meningkat jumlahnya tetapi menurun proporsinya dibanding lulusan SMK Pariwisata 9.

Hal ini menunjukkan bahwa animo masyarakat untuk memilih SMK Pariwisata terus meningkat, sejalan dengan semakin meluasnya lapangan kerja di sektor ini. Peningkatan jumlah lulusan SMK terjadi diberbagai wilayah, seperti Sumsel, Bengkulu, Lampung, Babel,

6

http://www.slideshare.net/meruvian/peta-jalan-kebekerjaan-smk-9-agustus-2016

7

idem Rani Toersilaningsih, Asmanedi, Ratna Indrayanti. “Peran SMK Bidang Pariwisata dalam Menunjang Pengembangan Kepariwisataan di Indonesia�. Laporan Penelitian. Hasil Kerjasama Lembaga Demografi FEB UI dengan Direktorat Pembinaan SMK, Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun 2015. Hal 6.

9 idem 8

42

Kepri, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, Kalbar, Kalteng, dan Kaltim, Kalsel.

Wilayah yang paling besar peningkatannya adalah Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan bidang keahliannya, data terakhir menunjukkan bahwa lulusan SMK tahun 2016 di bidang keahlian perikanan dan kelautan berjumlah 17.249, bidang keahlian agrobisnis dan agroteknologi jumlah lulusan tahun 2016 sebanyak 52.319 orang sedangkan bidang keahlian bisnis dan manajemen, jumlah lulusan tahun 2016 sebanyak 348.954 orang 10.

Bagaimana keterserapannya? Lulusan SMK sepanjang tahun 2009-2013, menurut data Sakernas, sebagian besar terserap di pasar kerja, namun ada kecendrungan menunjukkan penurunan. Misalnya lulusan SMK Non Pariwisata yang bekerja pada tahun 2009 mencapai hampir 90 persen, namun menurun drastis menjadi 70 persen pada tahun 2010 lalu meningkat sedikit pada tahun 2012 tapi kemudian menurun kembali di tahun 2013.

Sementara lulusan SMK Parwisata, dari tahun 2009 sampai 2011 menunjukkan kecenderungan meningkat tetapi kemudian menurun sepanjang 2012 sampai 2013. Jika kecenderungan ini semakin menurun maka dapat dipastikan semakin banyak lulusan SMK yang tidak dapat diterima bekerja.

Jika diperhatikan bagaimana keterserapan secara khusus untuk lulusan SMK Pariwisata dalam lapangan pekerjaan, terlihat bahwa dari 2.674.561 lulusan SMK Pariwisata pada tahun 2009, sebanyak 1.671.965 orang yang terserap dalam pasar kerja. Dari sejumlah tersebut, sebagian besar terserap di bidang Jasa (28,73%), dan 27,56 terserap di bidang perdagangan, perhotelan.

Sedangkan sisanya terserap di berbagai sektor. Ini menunjukkan bahwa lulusan SMK tidak selalu masuk ke sektor pariwisata juga tetapi bisa bekerja di sektor-sektor lainnya.

Jika diperhatikan kecenderungannya terlihat bahwa lulusan SMK Pariwisata yang bekerja di sektor perdagangan, perhotelan dan pariwisata menunjukkan peningkatan cukup signifikan.

Artinya lulusan ini memang terserap dalam pekerjaan sesuai bidang keahliannya.

Sementara yang bekerja di sektor jasa mengalami penurunan sepanjang 2009-2013. Sektor jasa masih memiliki keeratan dengan bidang keahlian pariwisata. Namun terdapat pula lulusan

10

http://www.slideshare.net/meruvian/peta-jalan-kebekerjaan-smk-9-agustus-2016

43

SMK pariwisata yang bekerja di sektor pertanian, pertambangan, industri, listrik gas dan air serta sektor lain yang dapat dikatakan kurang memiliki keterkaitan antara bidang keahlian dengan bidang pekerjaan yang ditekuni.

Bagaimana dengan jenis pekerjaan yang dilakukan? Sebagian besar lulusan SMK Pariwisata mempunyai jenis pekerjaan sebagai tenaga produksi dan pekerja kasar yaitu 32,03 persen disusul kemudian jenis pekerjaan tenaga tata usaha 13,20 persen, tenaga penjualan 10,58 persen serta tenaga usaha jasa 10,13 persen. Melihat hal ini terlihat bahwa sebagian besar lulusan SMK pariwisata bekerja sebagai tenaga produksi maupun tenaga kasar. Ini menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja lulusan SMK baru mengisi lowongan atau peluang kerja tersebut. Hal yang sama juga terlihat bagi lulusan SMK Non Pariwisata.

Data terakhir (2016) menunjukkan bahwa ada ketimpangan antara jumlah lulusan SMK dengan peluang kebutuhan tenaga kerja. Sebagai contoh, lulusan SMK

2016 bidang keahlian

perikanan dan kelautan berjumlah 17.249 orang sementara peluang kebutuhan tenaga kerja sebesar 3.364.297 orang. Bidang keahlian agrobisnis dan agroteknologi jumlah lulusan tahun 2016 sebanyak 52.319 orang sementara peluang kebutuhan tenaga kerja sebanyak 445.792 orang.

Sedangkan bidang keahlian bisnis dan manajemen, jumlah lulusan tahun 2016 sebanyak 348.

954 orang sementara peluang kebutuhan tenaga kerja hanya tersedia untuk 119.255 orang, sehingga berlebih11 .

Secara umum dapat disimpulkan bahwa (1) kekurangan lulusan terbesar adalah bidang perikanan dan kelautan, karena terhambat dengan aproval dari peraturan di Kementerian Perhubungan (2) Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tumbuh sangat besar karena banyak calon guru yang dapat mengajar substansi TIK. Karena itu yang diperlukan adalah tata ulang bidang keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pasar, (3) bidang bisnis dan manajemen adalah yang berlebih lulusan, karena penyelenggaraannya murah dan mudah.

Umumnya SMK yang dikelola masyarakat membuka bidang keahlian ini. Karena itu perlu penataan ulang dan revitalisasi.

11

idem

44

Kelesuan yang terjadi di sektor industri, dimana pertumbuhan ekonomi yang disumbangkan oleh sektor ini cenderung menurun dari tahun ke tahun, demikian pula penyerapan tenaga kerjanya, inilah yang menyebabkan, antara lain, kurang terserapnya lulusan SMK di lapangan kerja yang tersedia (Kementerian Perindustrian, 2014). Selain itu, juga karena ketidaksesuaian antara kurikulum sekolah SMK dengan kebutuhan industri, seperti yang ditunjukkan oleh dua hasil penelitian Lembaga Demografi tahun 201512.

Koran Kompas menunjukkan bahwa setiap tahunnya hampir lebih dari satu juta lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menganggur. Pada tahun 2014, menurut data BPS, tingkat pengangguran di kalangan lulusan SMK sebesar 7,21 persen, sementara pada lulusan SMA sebesar 9,10 persen. Namun pada tahun 2015 dan selanjutnya tahun 2016, tingkat pengangguran di kalangan lulusan SMK justru lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan SMA, yaitu 9,05 persen (2015) dan 9,84 persen (2016). Itu sama saja dengan 1,35 juta orang lulusan SMK tahun 2016 dalam status menganggur13.

Jika kita menengok ke belakang, berdasarkan data Sakernas, maka terlihat bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK periode 1986-2014 sebagai berikut: pada tahun 1986 sebesar 9,52 persen; 11,81 persen (1996); 16,64 persen (2003); 11,87 persen (2010); dan 11,24 persen (2014). Persentase tersebut selalu lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan SMK 14

.

Data BPS menunjukkan angka pengangguran pada 2008 berdasarkan pendidikan didominasi oleh lulusan SMK sebesar 17,26 persen. Sementara lulusan SMA sebesar 14,31 persen. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara kebutuhan (demand) di dunia kerja dengan penyediaan (supply) tenaga kerja dari institusi pendidikan kejuruan15.

Bagi Indonesia, persoalannya tidak hanya pada soal rendahnya tingkat keterserapan tenaga kerja dari berbagai tingkat pendidikan, namun juga rendahnya kualitas sumberdaya manusia “Pemetaan Jenis Program Keahlian SMK yang Relevan dengan Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”, (Padang Wicaksono, Nurhadi) dan “Peran SMK Bidang Pariwisata dalam Menunjang Pengembangan Kepariwisataan di Indonesia.” (Rani Toersilaningsih, Asmanedi, Ratna Indrayanti) 13 Kompas, “Jutaan Lulusan SMK Menganggur.” 17 Oktober 2016. Hal.1.

14 Data Sakernas 1986-2014, diolah oleh Ratna Indrayanti, Lembaga Demografi FEB UI, Oktober tahun 2016.

15 Siti Mariah dan machmud Sugandi. “Kesenjangan Soft Skill lulusan SMK dengan Kebutuhan Tenaga Kerja di Industri.” Dalam: Jurnal Pendidikan. No. 3 tahun Ke-1, Desember 20110. Hal. 380. Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementeria n Pendidikan Nasional.

12

45

secara umum. Seperti seringkali diungkapkan oleh para ahli maupun para pengambil keputusan di negeri ini, bahwa penduduk Indonesia sungguh cukup besar namun memiliki kualitas yang rendah. Adioetomo (2008) misalnya, mengatakan bahwa ketenagakerjaan Indonesia masih diwarnai dengan SDM yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keterampilan yang memadai. Kualitas angkatan kerja di masa depan akan dapat terkoreksi apabila ada upaya peningkatan mutu dan tingkat pendidikan yang cukup.

Dalam kenyataannya, pada tahun 2007 terdapat 43 juta penduduk usia 15-24 tahun dan sekitar 22,5 juta adalah

angkatan kerja, namun sekitar 25,1 persen (5,6 juta)

menganggur 16.

Sementara ke depan, persaingan, baik lokal (dalam negara) maupun global (antar negara) akan semakin ketat. Masing-masing negara mempersiapkan SDM mereka untuk memasuki persaingan global tersebut. Indonesia harus mengantisipasi hal ini.

Dalam konteks mempersiapkan tenaga kerja lulusan SMK, disamping keterampilan, maka yang harus juga menjadi perhatian adalah mempersiapkan sof skill mereka. Soft Skill didefinisikan sebagai perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja humanis, termasuk diantaranya kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi, bekerja dalam tim, ketahanan mental, disiplin, tanggungjawab, dan atribut soft skill lainnya.17

Rani Toersilaningsih, Asmanedi, Ratna Indrayanti. “Peran SMK Bidang Pariwisata dalam Menunjang Pengembangan Kepariwisataan di Indonesia�. Laporan Penelitian. Hasil Kerjasama Lembaga Demografi FEB UI dengan Direktorat Pembinaan SMK, Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun 2015. Hal 6.

16

46

BAB III METODE KAJIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ini akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana kondisi lulusan SMK di pasar kerja. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan dengan 2 tahapan yaitu : Pertama, mengolah data sekunder yang bersumber dari data BPS yaitu Sakernas tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 yang dapat menggambarkan kondisi, pola dan kecenderungan lulusan SMK tersebut dalam pasar kerja. Selain melakukan analisis data sekunder, dilakukan pula kajian tentang kondisi SMK, ketenagakerjaan dan peluang kerja dari berbagai kajian lain yang pernah dilakukan.

Kedua, penelitian juga dilakukan dengan survei lapangan terhadap lulusan SMK dengan menggunakan cara penelusuran lulusan SMK tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016. Survei dilakukan dengan penyebaran angket melalui PT. Pos Indonesia yang dikirimkan ke BKK yang dipilih. Cara ini dilakukan mengingat bahwa jumlah lulusan SMK cukup besar dan tersebar di berbagai daerah serta keterbatasan waktu penelitian. Adapun angket tersebut berisi tentang pertanyaan yang menyangkut identitas lulusan, asal SMK, program studi, kegiatan yang dilakukan serta jenis, status pekerjaan, lapangan kerja, jam kerja dan upah serta lamanya tenggang waktu dari lulus sekolah sampai memperoleh pekerjaan.

Penyebaran angket dilakukan dengan bekerjasama dengan BKK (Bursa Kerja Khusus) yang ada di SMK untuk membantu lulusan mereka memperoleh pekerjaan. Di BKK ini diharapkan memiliki jaringan kontak dengan lulusan mereka. Sedangkan angket yang diperlukan telah disusun dengan pertanyaan sederhana dan mudah dimengerti, agar responden mudah dalam mengisi angket tersebut (Lampiran 1)

3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk di 22 kabupaten/kota di Indonesia yaitu DKI Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Tangerang, Depok, Kabupaten Karawang, Kota Serang, Kota Cirebon, Kota Bandung, Kota Semarang, DI Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Malang, Jember, Bojonegoro, Tegal/Pekalongan, lampung, Palembang dan Makassar. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan jumlah SMK serta kemudahan untuk mengirimkan angket ke SMK bersangkutan.

Setiap lokasi diambil beberapa SMK sebagaimana terlihat dalam tabel berikut: 47

Tabel 3.1 Lokasi Penelitian dan Jumlah SMK Sampel

No

Wilayah

1 2 4 5 6

Jakarta Kota Bogor Depok Tangerang Kabupaten Bekasi Bandung Semarang Yogyakarta Surakarta Surabaya Cirebon Malang Jember Bojonegoro Karawang Tegal/Pekalongan Serang Lampung Palembang Medan Makasar Jumlah

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Sampel 100 30 20 30 20

Jumlah Responden 1.000 300 200 300 200

50 30 50 30 50 10 10 10 5 5 10 10 5 10 10 5 500

500 300 500 300 500 100 100 100 50 50 10 10 50 100 100 50 5.000

Dalam hal ini dipilih 500 SMK yang memiliki BKK (Bursa Kerja Khusus), yang diharapkan memiliki data lulusan dari SMk tersebut, baik SMK negeri maupun swasta.

48

3.3. Responden Responden merupakan lulusan SMK, baik yang sudah bekerja maupun belum bekerja, yang lulus antara tahun 2013 sampai dengan 2016. Responden yang akan diberikan angket sebanyak 5000 orang dengan perincian setiap BKK akan dipilih 10 lulusan, sehingga diperlukan 500 BKK. Data BKK diperoleh dari Direktorat Pembinaan SMK. Angket dikirim melalui pos dengan alamat BKK yang jelas, dan dilengkapi dengan amplop yang telah dibubuhi perangko lengkap untuk memudahkan pengiriman kembali angket tersebut. Sangat disadari bahwa metode angket memiliki resiko dalam hal pengembalian karena beberapa factor yaitu: BKK tidak mempunyai daftar nama lulusan SMK dimana BKK berada, sulit menghubungi lulusan atau alamat BKK tidak lengkap atau SMK yang bersangkutan pindah alamat sehingga surat tidak sampai. Oleh sebab itu maka akan dilakukan pengecekan terhadap angket yang dikirim melalui telpon secara acak.

Dengan metode ini diharapkan dapat diperoleh respon rate sebesar 30% atau sekitar 1.500 angket yang dapat diterima kembali.

3.4 Informasi Yang Dikumpulkan Dalam penelitian ini dikumpulkan informasi tentang: -

karakteristik lulusan SMK;

-

asal SMK;

-

jurusan/keahlian yang diambil;

-

riwayat pekerjaan;

-

upah yang diterima

-

waktu tenggang untuk memperoleh pekerjaan sesudah lulus;

-

alasan mengapa lulusan belum bekerja atau waktu tenggang lama;

-

upaya yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan;

-

kesesuaian keahlian yang diperoleh dengan tuntutan pekerjaan;

-

upah rata-rata yang diperoleh, upaya untuk meningkatkan kapasitas dan lain sebagainya.

49

Instrumen penelitian disusun untuk dapat menjaring informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan ini akan disempurnakan untuk menjadi alat menjaring informasi lulusan melalui laman yang dibangun oleh Direktorat Pembinaan SMK.

3.5 Analisis Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dengan menggunakan tabulasi silang berdimensi dua (2) atau tiga (3), untuk hasil survei yang dilakukan. Selain itu juga dilakukan studi pustaka baik yang berupa kebijakan dan program peningkatan kualitas SMK, kebijakan untuk penyerapan tenaga kerja lulusan SMK maupun studi yang pernah dilakukan sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini.

50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kecenderungan Pengangguran Lulusan SMK: Analisis Data Sakernas Pola Pengangguran Lulusan SMK di Indonesia Pengangguran terbuka merupakan salah satu indikator kondisi perekonomian suatu negara. Pada masa orde baru, banyak pekerjaan baru yang terbuka di Indonesia karena pada waktu itu investasi luar negeri banyak yang masuk ke Indonesia. Pembukaan pintu investasi ini terjadi karena Rencana Pembangunan Lima Tahunan telah menetapkan pembangunan diarahkan pada industrialisasi tetapi tetap bertumpu pada pembangunan pertanian yang moder. Pada masa itu sektor industri dan jasa berkembang semenara sektor industri mengalami pengurangan. Tahun 1980-an transformasi ekonomi tersebut mulai berjalan dimana tenaga kerja sektor pertanian mulai turun dari 55 persen menjadi sekitar hanya 40 persen.

Pada masa itu jumlah pengangguran terus dapat diturunkan sampai sekitar tahun 1997 ketika krisis ekonomi dan krisis multi dimensi melanda Indonesia jumlah pengangguran kembali bertambah.

Proses penambahan jumlah pengangguran terbuka ini berjalan sampai dengan tahun 2004, dan kemudian menurun kembali dari sekitar 11,9 juta tahun 2004 menjadi 7,02 juta tahun 2016 (Gambar 4.1). Namun, krisis ekonomi (krismon) yang terjadi pada akhir tahun 1990-an merusak pembangunan ekonomi Indonesia (untuk sementara) dan menyebabkan angka pengangguran di Indonesia meningkat menjadi lebih dari 20 persen dan angka tenaga kerja yang harus bekerja di bawah level kemampuannya (underemployment) juga meningkat, sementara banyak yang ingin mempunyai pekerjaan full-time, hanya bisa mendapatkan pekerjaan paruh-waktu (Indonesia Investment).

Walaupun Indonesia telah mengalami pertumbuhan makro ekonomi yang kuat sejak tahun 2000an dan boleh dikatakan Indonesia sekarang telah pulih dari krisis pada akhir tahun 1990-an itu, sektor informal ini - baik di kota maupun di desa - sampai sekarang masih tetap berperan besar dalam perekonomian Indonesia. Walau agak sulit untuk menentukan jumlahnya secara pasti, diperkirakan bahwa sekitar 55 sampai 65 persen pekerjaan di Indonesia adalah pekerjaan informal.

Saat ini sekitar 80 persen dari pekerjaan informal itu terkonsentrasi di wilayah perdesaan, terutama di sektor konstruksi dan pertanian.

51

Gambar 4.1. Jumlah dan Persentase Penganggur di Indonesia, 2000-2016 14000000

12.00

11.24

12000000

9.679.86 9.06

10000000

11.00

10.28

8.10 8000000

8.00

7024172

7560822

7244905

7410931

7344866

8681392

8319779

8962617

9394515

10011142

10932000

11899266

10251351

9939301

9132104

8005031

4000000

5813231

9.00

7.00 6.136.175.946.18 5.50 6.00

6000000 6.08

2000000

10.00

9.11 8.39 7.87 7.48 7.14

4.00

Jumlah

2016*)

2015

2014

2013

2012

2011

2010

2009

2008

2007

2006

2005

2004

2003

2002

2001

3.00

2000

0

5.00

%

Sumber: BPS berbagai tahun.

Ketika transformasi struktural dari pertanian ke industri dan jasa dilakukan, pemerintah menyadari bahwa pendidikan penduduk peru ditingkatkan dan disiapkan agar mampu segera masuk ke pasar kerja. Pada saat itu pendidikan vokasi semakin ditingkatkan dan mulai dibuka dimana-mana terutama daerah-daerah industri yang membutuhkan tenaga kerja siap pakai. Lulusan SMK mulai menjadi primadona untuk pasokan tenaga kerja siap pakai. Meski demikian kenyataan di lapangan, tenaga kerja lulusan SMK tidak sepenuhnya bisa terserap di pasar kerja. Sebagian dari mereka justru menjadi kelompok penganggur terbuka.

52

Gambar 4.2 Pola Penganggur Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan, 2000-2015

SMP Kebawah

SMA

SMK

2015

2014

2013

2012

2011

2010

2009

2008

2007

2006

2005

2004

2003

2002

2001

2000

100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

Akademi keatas

Sumber: BPS berbagai tahun.

Tren pengangguran terbuka menurut pendidikan yang ditamatkan memperlihatkan adanya pola yang mirip satu sama lain. Persentase pengangguran terbuka berpendidikan SMK lebih rendah dibanding lulusan SMA umum, dan polanya semakin meningkat (Gambar 4.2). Diharapkan pada tahun-tahun mendatang persentase pengangguran terbuka berpendidikan SMK semakin mengecil.

Meskipun secara persentase pengangguran terbuka cenderung membesar, namun jumlahnya semakin mengecil dari tahun ke tahun. Peningkatan kurikulum dan sistem pendidikan SMK diharapkan mampu memberikan peluang kerja bagi lulusannya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2016 sebesar 5,5 persen. Angka ini turun dibandingkan Februari 2015 yang mencapai 5,81 persen.

Artinya, dari 100 angkatan kerja, ada 5-6 orang yang menganggur. TPT tertinggi berasal dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang mencapai 9,84 persen. Disusul lulusan Diploma I-III sebesar 7,22 persen. Lulusan SMA pun menjadi penyumbang pengangguran terbesar ketiga. TPT-nya sebesar 6,95 persen. Sementara untuk pengangguran yang bertitel sarjana tercatat mencapai 6,22 persen dan lulusan SMP sebesar 5,76 persen. Kondisi ini menjadi tantangan bagi penyelenggaraan pendidikan SMK untuk memetakan kembali bidang atau program studi apa saja yang seharusnya ada dan standar mutu serta kualitas kurikulum yang mampu menjawab kebutuhan pelaku usaha. Perbaikan SMK baik dari sisi sarana prasarana, jumlah guru dan guru yang

53

kompeten perlu terus ditingkatkan agar lulusan dapat diterima dalam pasar kerja yang sekarang padat persaingan.

4.2 Penelusuran Lulusan SMK Periode 2013-2016: Analisis Tracer Study Sebagaimana disebutkan dalam Bab III Metode Riset, untuk mengetahui kondisi lulusan SMK di pasar kerja dilakukan dengan menggunakan tracing method (menelusuri) keadaan lulusan SMK di pasar kerja. Penelusuran dilakukan melalui sekolah tempat lulusan SMK pernah bersekolah dengan bantuan kepala sekolah atau guru yang ditunjuk untuk menyebarkan kuesioner kepada lulusan SMK, baik negeri atau swasta. Pengiriman kuesioner dilakukan melalui pos ke SMK-SMK terpilih tanggal 14 Oktober 2016 dan diharapkan kuesioner dikirim kembali ke Tim Peneliti tanggal 21 Oktober 2016 (Gambar 4.3).

Dalam kenyataannya, banyak SMK yang mengirimkan kembali

kuesioner setelah tanggal 21 Oktober 2016, sehingga rencana entry data mundur menjadi tanggal 7 November 2016.

Gambar 4.3. Contoh Amplop Kiriman Balasan

Tim peneliti mengirimkan 10 kuesioner kepada 500 SMK di 10 provinsi di Indonesia. Jadi, masing-masing SMK diharapkan dapat mengirimkan kembali 10 kuesioner yang sudah diisi ke Tim Peneliti untuk diolah dan dianalisis. Namun, dalam kenyataannya tidak semua kuesioner yang dikirim ke SMK kembali Tim Peneliti. Dari 5.000 kuesioner yang dikirim ke lulusan SMK, sebanyak 1.532 kuesioner yang dikirim kembali dan dapat diolah dan dianalisis (Tabel 4.1).

Berdasarkan kuesioner yang dikirim kembali, dapat diketahui response rate yaitu 30.6% 54

(1.532/5.000). Survei yang dilakukan dengan mengirim kuesioner memiliki kelemahan yaitu tingkat respon yang rendah karena Tim Peneliti hanya mengandalkan kesukarelaan responden untuk mengisi dan kesediaan sekolah untuk meneruskan kuesioner ke lulusan SMK. Untuk survei tatap muka (face to face interview), response rate biasanya mencapai 90%, karena peneliti bisa melacak dan mencari responden sesuai dengan target yang diharapkan.

Tabel 4.1. Tingkat Respon (Response Rate) Survei Alumni SMK

Jumlah SMK yang dikirim kuesioner

500 SMK

Jumlah kuesioner yang dikirim alumni SMK

5.000 kuesioner

Jumlah kuesioner yang kembali tim peneliti

1.532 kuesioner

Response rate

30,6% (1.532/5.000)

Seperti disebutkan di atas, kuesioner dikirimkan di 500 SMK yang tersebar di 10 provinsi, Jawa dan Luar Jawa.

Setiap sekolah diharapkan dapat meneruskan kuesioner kepada 10 orang

alumninya sehingga total responden yang diminta mengisi kuesioner sebanyak 500 orang. Dari Tabel 4.2. terlihat bahwa kuesioner yang terbanyak dikirim ke Provinsi Jawa Barat (1.350), disusul DKI Jakarta (1.000), Jawa Timur (750), dan Jawa Tengah 700. Jumlah kuesioner SMK yang dikirim di Luar Jawa sebanyak 50 di Lampung, 100 di Sumatera Selatan, 100 di Sumatera Utara, dan 50 di Sulawesi Selatan. Dari 10 provinsi, tingkat respon yang paling tinggi di Lampung (78%), disusul Jawa Tengah (48%) dan DI Yogyakarta (43%).

Tabel 4.2. Wilayah Pencacahan Penelitian dan Tingkat Respon di Setiap Provinsi

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Provinsi Banten DI Yogyakarta DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Lampung Sulawesi Selatan Sumatera Selatan Sumatera Utara Total

Kuesioner Kuesioner Terkirim kembali 400 66 500 216 1.000 248 1.350 330 700 338 750 240 50 39 50 9 100 36 100 10 5.000 1.532 55

Tingkat respon (%) 16,50 43,20 24,80 24,44 48,29 32,00 78,00 18,00 36,00 10,00 30,64

4.2.1 Profil Lulusan SMK Sebagian besar lulusan SMK yang berpartisipasi dalam survei ini lulusan tahun 2015 (51,1%) dan yang palng sedikit lulusan tahun 2016 (4,6%). Dalam panduan survei, target lulusan SMK yang menjadi responden adalah lulusan 2013-2015, namun ada sekitar 70 responden yang menyatakan lulus tahun 2016. Lulusan SMK tahun 2016 tidak dikeluarkan dari sample dengan alasan informasi yang disampaikan cukup penting dan sangat sayang kalau dikeluarkan karena akan mengurangi jumlah sample. Banyaknya sample tahun 2015 diduga karena komunikasi antara alumni dan sekolah masih terjalin sehingga mereka mudah dihubungi (Tabel 4.3 dan Gambar 4.4).

Tabel 4.3. Distribusi Tahun Lulusan SMK

Tahun Lulusan Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Total

N

%

295 384 783 70 1,532

19.3 25.1 51.1 4.6 100

Gambar 4.4. Distribusi Tahun Lulusan SMK Tahun 2016 5% Tahun 2013 19%

Tahun 2014 25%

Tahun 2015 51%

Dilihat menurut jenis kelamin, sebagian besar alumni SMK yang berpartisipasi dalam survei ini adalah perempuan (63%). Banyaknya perempuan yang berpartisipasi dalam survei diduga karena alumni perempuan lebih sering menjalin kontak dengan sekolah sehingga mudah dihubungi ketika

56

ada survei. Hasil penelusuran lulusan SMK yang dilakukan GIZ tahun 2014 18, menunjukkan sebaliknya, laki-laki (62%) lebih banyak berpartisipasi dalam survei dibandingkan dengan perempuan. Jika jenis ditabulasi silang dengan tahun kelulusan, terlihat perempuan juga lebih banyak yang berpartisipasi dalam survei (60% atau lebih) (Tabel 4.4 dan Gambar 4.5).

Gambar 4.5. Distribusi Jenis Kelamin Lulusan SMK

Laki-laki 37% Perempuan 63%

Tabel 4.4. Distribusi Lulusan SMK Menurut Tahun Lulus dan Jenis Kelamin

Tahun Lulus

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Laki-laki

Perempua Total n 91 204 295 30,85 69,15 100 140 244 384 36,46 63,54 100 310 473 783 39,59 60,41 100 28 42 70 40 60 100 569 963 1.53 2 37,14 62,86 100

n % n % n % n % n

Total %

18

Penelusuran Tamatan SMK, GIZ dan SET-TVET, 2014.

57

Sebagian besar lulusan SMK yang berpartisipasi dalam survei berusia antara 19-21 tahun, namun ada juga yang berusia 23-25 tahun (Gambar 4.6). Ada kemungkinan mereka ini terlambat masuk ke SMK atau tinggal kelas beberapa tahun sehingga ketika lulus usianya di atas rata-rata lulusan yang lain. Jika dilihat rata-rata umur lulusan SMK, terlihat mereka yang lulus tahun 2013 usianya lebih tua (21 tahun) dibandingkan dengan yang lulus tahun 2014 (20 tahun), 2015 (19 tahun) dan 2016 (18 tahun) (Gambar 4.7).

Gambar 4.6. Distribusi Umur Lulusan SMK 25 Tahun

0.1

16 Tahun

0.3

23 Tahun

0.4

24 Tahun

0.5

17 Tahun

1.5

22 Tahun

5.2

21 Tahun

16.1

18 Tahun

16.5

20 Tahun

27.6

19 Tahun

31.8 0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

Gambar 4.7. Rata-rata umur Menurut Tahun Lulus SMK

Tahun Lulus 2016

18

Tahun Lulus 2015

19

Tahun Lulus 2014

20

Tahun Lulus 2013

21 17

18

19

58

20

21

22

Sebagian besar lulusan SMK yang berpartisipasi dalam survei besar berasal dari bidang keahlian bisnis manajemen (51,9%) disusul dari dari bidang keahlian teknologi informasi dan komunikasi (16,1%) dan pariwisata (13,2%). Lulusan yang paling sedikit berasal dari bidang keahlian seni rupa dan kerajinan (0.13%). Dibandingkan dengan Spektrum Keahlian SMK tahun 2013, ada satu bidang keahlian yang tidak berparisipasi dalam survei yaitu perikanan dan kelautan. Selain itu, masih ada lulusan SMK yang tidak menyebutkan bidang keahliannya (1,3%). Ada kemungkinan mereka lupa bidang keahlian, terutama mereka yang lulus tahun 2013 (Tabel 4.5).

Tabel 4.5. Distribusi Bidang Keahlian Lulusan SMK

Bidang Keahlian 1. Agrobisnis dan Agroteknologi 2. Bisnis dan Manajemen 3. Kesehatan 4. Pariwisata 5. Seni Pertunjukan 6. Seni Rupa dan Kerajinan 7. Teknologi dan Rekayasa 8. Teknologi Informasi dan Komunikasi 9. Tidak dapat Menyebutkan (Missing) Total

n 12 796 50 202 15 2 188 247 20 1.532

% 0,78 51,96 3,26 13,19 0,98 0,13 12,27 16,12 1,31 100

Jika bidang keahlian ditabulasi silang dengan jenis kelamin, terlihat lulusan dari bidang keahlian bisnis dan manajemen, kesehatan, pariwisata, seni pertunjukan sebagian besar adalah perempuan (di atas 50%). Namun untuk bidang keahlian teknologi dan rekayasa dan teknologi dan informasi didominasi laki-laki. Bisnis dan manajemen mendominasi sample survei ini. Dari sample 1.532 responden, sebanyak 796 responden memiliki bidang keahlian bisnis dan manjemen (Tabel 4.6).

59

Tabel 4.6. Distribusi Bidang Keahlian Menurut Jenis Kelamin

Bidang Keahlian 1. Agrobisnis dan Agroteknologi 2. Bisnis dan Manajemen 3. Kesehatan 4. Pariwisata 5. Seni Pertunjukan 6. Seni Rupa dan Kerajinan 7. Teknologi dan Rekayasa 8. Teknologi Informasi dan Komunikasi 9. Tidak Dapat Menyebutkan (Missing) Total

n % n % n % n % % n % n % n %

Laki-laki Perempuan 6 6 50 50 148 648 18,59 81,41 14 36 28,00 72,00 64 138 31,68 68,32 7 8 46,67 53,33 1 1 50,00 50,00 169 19 89,89 10,11 155 92 62,75 37,25

Total 12 100 796 100 50 100 202 100 15 100 2 100 188 100 247 100

n %

5 25

15 75

20 100

n %

569 37.14

963 62.86

1.532 100

Menurut Spektrum Keahlian SMK, terdapat 9 bidang keahlian dan setiap bidang keahlian dibagi menjadi program keahlian, sehingga totalnya ada 46 program keahlian. Misalnya bidang keahlian Teknik Informasi dan Komunikasi dibagi menjadi 3 yaitu a) Teknik Komputer dan Informatika, b) Teknik Telekomunikasi, c) Teknik Broadcasting. Lulusan SMK yang berpartisipasi dalam survei ini berasal dari 32 program keahlian dengan rincian sebanyak 24,8% berasal dari program keahlian Keuangan, 16,2% berasal dari Teknik Komputer Dan Informatika, dan 15,2% dari Administrasi, sisanya tersebar pada program keahlian lainya (Tabel 4.7).

60

Tabel 4.7. Distribusi Program Keahlian Lulusan SMK

Program Keahlian 1. Administrasi 2. Agribisnis Hasil Pertanian 3. Agribisnis Produksi Tanaman 4. Agribisnis Produksi Ternak 5. Geologi Pertambangan 6. Kefarmasian 7. Kepariwisataan 8. Keperawatan 9. Kesehatan 10. Keuangan 11. Mekanisasi Pertanian 12. Pekerjaan Sosial 13. Seni Karawitan 14. Seni Musik 15. Seni Rupa 16. Seni Tari 17. Surveying 18. Tata Boga 19. Tata Busana 20. Tata Kecantikan 21. Tata Niaga 22. Teknik Bangunan 23. Teknik Broadcasting 24. Teknik Elektronika 25. Teknik Grafika 26. Teknik Ketenagalistrikan 27. Teknik Komputer Dan Informatika 28. Teknik Mesin 29. Teknik Otomotif 30. Teknik Telekomunikasi 31. Teknologi Komputer Dan Jaringan 32. Teknologi Tekstil Tidak Dapat Menyebutkan (Missing) Total

N 233 2 1 8 3 22 92 25 3 380 1 1 2 10 2 2 10 67 32 4 139 3 2 12 1 9 249

% 15,21 0,13 0,07 0,52 0,2 1,44 6,01 1,63 0,2 24,8 0,07 0,07 0,13 0,65 0,13 0,13 0,65 4,37 2,09 0,26 9,07 0,2 0,13 0,78 0,07 0,59 16,25

62 75 4 1

4,05 4,9 0,26 0,07

2 73 1.532

0,13 4,77 100

Mengacu pada konsep Sakernas (BPS), penduduk usia kerja dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukan yaitu kelompok angkatan kerja dan kelompok 61

bukan angkatan kerja. Angkatan kerja dibagi menjadi kelompok yang bekerja dan kelompok pencari kerja/mempersiapkan usaha yang biasa disebut pengangguran. Kelompok tidak mencari kerja dan tidak mempersiapkan usaha ini termasuk dalam bukan angkatan kerja, termasuk di dalamnya mereka bersekolah dan mengurus rumah tangga. Hasil survei menunjukkan 78% lulusan SMK telah bekerja, 10% mencari pekerjaan/mempersiapkan usaha dan 12% melanjutkan kuliah/sekolah atau mengurus rumah tangga (Gambar 4.8).

Gambar 4.8. Kegiatan Utama Lulusan SMK Tidak mencari kerja/Tidak mempersiapkan Usaha 12% Mencari Pekerjaan/Mem persiapkan Usaha 10%

Bekerja 78%

Jika dilihat kegiatan utama menurut tahun lulus, terlihat lulusan SMK tahun 2013 angka penganggurannya lebih lebih kecil yaitu 5,1% dibandingkan dengan lulusan tahun 2016 yang mencapai 18,6%. Sebaliknya, persentase yang bekerja tentu lebih banyak lulusan tahun 2013 dibandingkan dengan lulusan 2016. Sementara, lulusan SMK yang melanjutkan sekolah atau mengurus rumah tangga paling tinggi pada lulusan tahun 2015 (Tabel 4.8).

62

Tabel 4.8. Kegiatan Utama Menurut Tahun Lulus SMK

Tahun Lulus

1. 2013 2. 2014 3. 2015 4. 2016 Total

Bekerja

n % n % n % n % n %

Mencari Tidak Mencari Total Pekerjaan/Mempersiapkan Pekerjaan/Tidak Usaha Mempersiapkan Usaha

249 84,41 318 82,81 581 74,2 50 71,43 1.198 78,2

15 5,08 30 7,81 101 12,9 13 18,57 159 10,38

31 295 10,51 100 36 384 9,38 100 101 783 12,9 100 7 70 10,00 100 175 1.532 11,42 100

Jika kegiatan utama ditabulasi silang dengan bidang keahlian, terlihat bahwa lulusan SMK dengan bidang keahlian agrobisnis dan agroteknologi 100% telah bekerja, sedangkan bidang keahlian lain persentase yang bekerja kurang dari 100% seperti bidang bisnis dan manajemen sebesar 81,2%, bidang keahlian kesehatan sebesar 78%, dan bidang keahlian pariwisata 76%. Persentase lulusan SMK yang paling rendah persentase yang bekerja adalah dari bidang keahlian seni pertunjukan sebesar 6,7%. Yang menarik sebanyak 93% dari bidang keahlian seni pertunjukan tidak mencari kerja/tidak mempersiapkan usaha (bisa sekolah atau mengurus rumah tangga). Namun, dari tabel 4.8 belum bisa diketahui apakah pekerjaan yang dijalani sekarang sesuai dengan bidang keahlian di SMK (Tabel 4.9).

63

Tabel 4.9. Kegiatan Utama Menurut Bidang Keahlian SMK

Bidang Keahlian

1. Agrobisnis Dan Agroteknologi 2. Bisnis dan Manajemen 3. Kesehatan 4. Pariwisata 5. Seni Pertunjukan 6. Seni Rupa Dan Kerajinan 7. Teknologi Dan Rekayasa 8. Teknologi Informasi dan Komunikasi 9. Tidak Dapat Menyebutkan (Missing) Total

Bekerja

n

Mencari Tidak Mencari Total Pekerjaan/Mempersiapkan Pekerjaan/Tidak Usaha Mempersiapkan Usaha 12 0 0 12

% n % n % n % n % n % n %

100 650 81,66 39 78,00 156 77,23 1 6,67 2 100 143 76,06

0 78 9,8 3 6,00 17 8,42 0 0 0 0 27 14,36

0 68 8,54 8 16,00 29 14,36 14 93,33 0 0 18 9,57

100 796 100 50 100 202 100 15 100 2 100 188 100

n %

177 71,66

32 12,96

38 15,38

247 100

n

18

2

0

20

% n %

90 1.198 78,2

10 159 10,38

0 100 175 1.532 11,42 100

Jika dianalisis menurut jenis kelamin, 79,7% perempuan dan 75,6% laki-laki lulusan SMK telah bekerja. Adapun yang mencari pekerjaan sebanyak 13,4% laki-laki dan 8,6% perempuan (Tabel 4.10). Namun perlu dicatat, mereka yang mencari pekerjaan ini tidak bisa disebut pengangguran karena pembaginya bukan angkatan kerja tapi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

64

Tabel 4.10. Kegiatan Utama Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

Bekerja

n % n % n %

Mencari Pekerjaan/Mempersia pkan Usaha

430 75,57 768 79,75 1.198 78,2

76 13,36 83 8,62 159 10,38

Tidak Mencari Pekerjaan/Tidak Mempersiapkan Usaha 63 11,07 112 11,63 175 11,42

Total

569 100 963 100 1.532 100

4.2.2 Profil Pengangguran Lulusan SMK Pendidikan vokasi dibuat untuk menghasilkan lulusan siap pakai yang mempunyai keahlian dan ketrampilan sesuai dengan bidang study yang diminati siswa. Dengan demikian diharapkan seluruh lulusan SMK dapat tertampung ke dalam pasar kerja. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua lulusan SMK terserap dalam pasar kerja, sebagian dari mereka masih menjadi penganggur terbuka. Hasil survei menunjukkan bahwa dari 1.532 responden yang mengisi angket terdapat 88,84% (1.361 orang) masuk sebagai angkatan kerja dan 11,16% (171 orang) bukan angkatan kerja (Tabel 4.11). Mereka yang termasuk bukan angkatan kerja pada umumnya berstatus melanjutkan pendidikan mereka atau sedang mengikuti kursus tertentu.

Tabel 4.11. Distribusi Penduduk Usia Kerja Lulusan SMK

Karakteristik Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja Total

N 171

% 11,16

1.361 1.532

88,84 100

Sementara itu lulusan SMK yang berstatus sebagai angkatan kerja sebanyak 1.198 (88,02%) orang berstatus bekerja dan 63 (11,98%) berstatus sebagai penganggur terbuka (Tabel 4.12). Persentase penganggur terbuka lulusan SMK ini lebih tinggi dibandingkan persentase penganggur secara 65

keseluruhan yang mencapai 5,61% berdasarkan data sakernas 2016. Secara nasional penganggur terbuka berpendidikan tamat SMK sebanyak 19,20% sedangkan SMA 22,02 % dari seluruh total penganggur terbuka di Indonesia.

BPS (2016) menemukan bahwa tingkat penganggur terbuka berpendidikan SMK terbesar dibandingkan tingkat pengangguran terbuka jenjang pendidikan lainnya. Pada bulan Februari 2016, tingkat penganggur terbuka berpendidikan SMK sebesar 9,89%, sementara tingkat pengangguran terbuka berpendidikan SMA sebanyak 6.95%.

Pertanyaannya kemudian adalah mengapa justru lebih banyak penganggur terbuka SMK dibandingkan lainnya. Beberapa kajian mengatakan bahwa tidak semua SMK mempunyai kualitas yang sama dan mampu menghasilkan lulusan yang mempunyai ketrampilan, keahlian dan wawasan yang memadai, keahlian lulusan SMK belum sesuai dengan kebutuhan, terbatasnya informasi kerja dan lain sebagainya. Untuk mengatasi hal tersebut maka telah dilakukan beberapa langkah diantaranya adalah membentuk Bursa Kerja Khusus di SMK yang membantu menyalurkan lulusan SMK ke pasar kerja, pelibatan industri dalam menyusun kurikulum, pemagangan dan pelatihan.

Tabel 4.12 Distribusi Angkatan Kerja

Angkatan Jumlah % Kerja 1.198 88,02 Bekerja 163 11,98 Pengangguran Total 1.361 100

Jika dilihat dari tahun kelulusan terlihat bahwa semakin muda tahun kelulusannya semakin tinggi persentase mereka yang berstatus sebagai penganggur. Dari 63 lulusan tahun 2016, mereka yang bekerja sebesar 50 (79,37%) dan yang menganggur sebanyak 13 orang (20,63%). Makin lama tahun kelulusan makin mengecil persentase mereka yangberstatus sebagai penganggur.

66

Tabel 4.13. Angkatan Kerja Menurut Tahun Lulus SMK

Tahun 2013 Jumlah % 2014 Jumlah % 2015 Jumlah % 2016 Jumlah % Total Jumlah %

Bekerja 249 93,96 318 91,38 581 84,82 50 79,37 1.198 88,02

Pengangguran 16 6,04 30 8,62 104 15,18 13 20,63 163 11,98

Total 265 100 348 100 685 100 63 100 1.361 100

Menurut jenis kelamin, nampak bahwa Lulusan SMK laki-laki yang menganggur mencapai 15,19% dan perempuan sebesar 10,07%. Lulusan SMK perempuan nampaknya lebih cepat memperoleh pekerjaan dibandingkan dengan lulusan SMK laki-laki, karena perempuan biasanya bersedia bekerja dimana saja baik formal maupun informal. Sementara lulusan SMK laki-laki lebih menginginkan pekerjaan formal seperti di industri atau kantor-kantor lainnya yang sesuai bidang keahlian yang mereka miliki.

Tabel 4.14. Angkatan Kerja Lulusan Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki % Perempuan Jumlah % Total Jumlah %

Bekerja 430 84,81 768 89,93 1.198 88,02

Pengangguran 77 15,19 86 10,07 163 11,98

Total 507 100 854 100 1.361 100

Bagaimana upaya penganggur lulusan SMK ini untuk memperoleh pekerjaan. Sebagian besar mereka mengandalkan bursa tenaga kerja sebagai tempat untuk memperoleh pekerjaan dimana 33,3% penganggur lulusan SMK tersebut mendaftar di bursa kerja, pilihan kedua adalah melamar melalui iklan pekerjaan 32,08%dan lainnya melakukan upaya melalui famili/saudara, teman/kerabat. Untuk yang ingin berusaha sendiri, mereka sedang mengumpulkan peralatan usaha 67

dan modal kerja (6,29%), mencari lokasi untuk tempat berusaha (2,52%) dan mengurus ijin usaha (1,26%). Dalam hal ini lulusan SMK tidak hanya mencari pekerjaan dengan melamar kerja, tetapi juga melakukan upaya untuk membuka usaha sendiri baik dagang maupun usaha-usaha lainnya.

Tabel 4.15. Strategi Mencari Kerja Bagi Lulusan SMK yang Saat ini Menganggur Strategi mencari kerja Jumlah %

Mendaftar pada bursa kesempatan kerja Menghubungi perusahaan/kantor Melamar dengan memanfaatkan iklan Menghubungi keluarga/kenalan Mengumpulkan modal/perlengkapan Mencari lokasi/tempat usaha Mengurus surat perizinan usaha Tidak Menjawab Total

53 12 51 12 10 4 2 15 159

33,33 7,55 32,08 7,55 6,29 2,52 1,26 9,43 100

Gambar 4.9 menunjukkan lama kerja yang telah dijalani dalam mencari kerja maupun membangun usaha sendiri. Sebagian besar menjawab 1 sampai 3 bulan waktu yang dibutuhkan untuk mencari pekerjaan. Peringkat kedua adalah lebih dari 6 bulan untuk mencari pekerjaan yaitu 21%.

Sedangkan 20% (20 orang) lainnya tidak menjawab.

Gambar 4.9. Distribusi Lama Mencari Kerja Bagi Lulusan SMK Yang Menganggur 0 Bulan 4% Missing 20% 1-3 Bulan 39%

>6 Bulan 21% 4-6 Bulan 16%

Catatan: rata-rata lama cari kerja 5,6 bulan dan maksimum 36 bulan. Terdapat 20 responden yang tidak menjawab.

68

Profil Bukan Angkatan Kerja Lulusan SMK Bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja yang tidak masuk ke pasar kerja, yaitu mereka yang masih mengikuti pendidikan, mengurus rumah tangga, pensiuan dan mereka lainnya yang tidak masuk pasar kerja. Jumlah bukan angkatan kerja lulusan SMK sebesar 175 yang terdiri dari 36% laki-laki dan 64% perempuan (Tabel 4.16).

Tabel 4.16. Profil Bukan Angkatan Kerja Lulusan SMK Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total

Jumlah 63 112 175

% 36 64 100

Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh lulusan SMK yangmasuk ke bukan angkatan kerja?

Sebagian besar sedang melanjutkan pendidikan yaitu sebesar 90,86% baik ke program diploma maupun program S1. Sebagian yang lain tidak bekerja karena mengurus rumah tangga yaitu 4,57%, sudah diterima bekerja tetapi masih belum mulai bekerja (1,71%), dan sudah menyiapkan pekerjaan (1,14%) (Tabel 4.17).

Tabel 4.17. Alasan Tidak Mencari Pekerjaan/Tidak Mempersiapkan Usaha Bagi Lulusan SMK yang berstatus Bukan Angkatan Kerja Alasan Tidak Mencari Pekerjaan/Tidak Mempersiapkan Usaha N % Putus asa: merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan Sudah diterima bekerja, tapi belum mulai bekerja Melanjutkan sekolah/pendidikan/kuliah Mengikuti pelatihan Mengurus rumah tangga Sudah mempunyai pekerjaan/usaha Total

1 3 159 2 8 2 175

0,57 1,71 90,86 1,14 4,57 1,14 100

Menarik untuk disimak adalah satu orang lulusan SMK yang sudah putus asa untuk mencari pekerjaan atau membangun usaha. Meskipun hanya satu lulusan SMK yang demikian namun hal ini perlu ditangani, karena apabila seseorang telah putus asa untuk memperoleh pekerjaan atau melakukan kegiatan ekonomi, maka orang tersebut akan apatis dan tidak peduli bahkan pada dirinya sendiri. Sementara itu terdapat dua orang yang sedang mengikuti pelatihan yaitu masingmasing mengiktu pelatihan di BLK dan pelatihan di tempat kursus.

69

4.2.3 Profil Lulusan SMK yang Bekerja

Pada bagian ini kita akan melihat seperti apa profil lulusan SMK yang bekerja, terutama terkait dengan jenis pekerjaan dan status pekerjaan serta lapangan usaha dimana mereka bekerja. Selain itu kita juga akan melihat rata-rata jam kerja, upah/penghasilan, persepsi tentang kepuasan kerja serta berapa lama mereka menunggu untuk mendapatkan pekerjaan.

Dari 1.198 responden yang menjawab pertanyaan ini (lihat Tabel 4.18), lima persentase terbesar ada pada jenis pekerjaan (diurut dari yang terbesar) tenaga usaha penjualan (28,96%), tenaga usaha jasa (21,2%), tenaga tata usaha dan yang sejenis (17,53%), dan tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar (15,69%) serta tenaga professional, teknisi dan yang sejenis (14,52%)19. Tenaga usaha penjualan dan tenaga usaha jasa mendominasi jenis pekerjaan para responden, diperkirakan karena jenis pekerjaan inilah yang tersedia dengan relatif banyak dan lebih mudah dimasuki.

Perkembangan wilayah dengan munculnya kota-kota baru dengan penduduk kota yang makin bertambah, ditunjang oleh fasilitas transportasi yang makin baik sehingga memudahkan akses ke wilayah kota dari perdesaan yang ada disekitarnya maupun dari kota-kota lainnya dan sebaliknya, adalah beberapa faktor yang memungkinkan geliat ekonomi diperkotaan makin meningkat, dan inilah yang membuka peluang usaha perdagangan barang maupun jasa, semua itu menyerap tenaga kerja lulusan SMK. Kontras dengan hal di atas, sebagian kecil lulusan SMK yang bekerja memilih jenis pekerjaan sebagai tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan (0,17%). Hal ini diperkirakan karena jumlah SMK yang memiliki bidang keahlian yang terkait dengan itu, sangat sedikit dibandingkan dengan SMK-SMK bidang keahlian lainnya, terutama bidang manajemen, pariwisata. Selain jumlahnya sedikit, lapangan pekerjaan di bidang ini kemungkinan terbatas jumlahnya dan yang lebih penting adalah kemungkinan terkait dengan kurangnya minat anak-anak muda lulusan SMK untuk bekerja di bidang pertanian, kehuitanan, dan perikanan, meskipun hal ini perlu didalami lagi dengan data-data dan informasi yang lebih luas.

19

Pengelompokan jenis pekerjaan mengikuti pengelompokan yang ada pada Sakernas, BPS.

70

Tabel 4.18 Jenis Pekerjaan Lulusan SMK yang Bekerja

Jenis Pekerjaan Tenaga Profesional, Teknisi dan yang Sejenis Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan Tenaga Tata Usaha dan yang Sejenis Tenaga Usaha Penjualan Tenaga Usaha Jasa Tenaga Usaha Pertanian, Kehutanan Perburuan dan Perikanan Tenaga Produksi, Operator Alat-alat angkutan dan Pekerja Kasar Total

Jumlah 174 23 210 347 254 2

% 14,52 1,92 17,53 28,96 21,2 0,17

188

15,69

1.198

100

Jenis pekerjaan terkait erat dengan lapangan usahanya. Kalau di atas ditunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka bekerja sebagai tenaga usaha penjualan dan tenaga usaha jasa serta tenaga tata usaha, maka pada Tabel 4.19 di bawah ditunjukkan bahwa lapangan usaha yang terkait dengan itu adalah sebagian besar di bidang perdagangan besar dan eceran;reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor (30,22%), industri pengolahan (18,86%), serta jasa lainnya (12,69%).

Hal ini memperkuat apa yang telah disebutkan di atas, bahwa perdagangan besar maupun kecil, reparasi dan perawatan kendaraan, serta usaha jasa, adalah sebuah fenomena di wilayah-wilayah perkotaan yang sedang tumbuh. Indonesia memiliki banyak wilayah kota kecil maupun besar yang sedang tumbuh. Permintaan tenaga kerja di lapangan ini jelas meningkat, disinilah letak keterkaitan banyaknya lulusan SMK bekerja di lapangan usaha tersebut. Pertanyaannya adalah apakah bidang keahlian mereka sesuai dengan jenis pekerjaan dan lapangan pekerjaan mereka?

Sementara itu, status pekerjaan para lulusan SMK ini sebagian besar yaitu 88,06 persen adalah buruh/karyawan/pegawai (lihat Tabel 4.20). Status pekerjaan mereka ini menunjukkan kepada kita bahwa menjadi buruh/karyawan/pegawai bagi lulusan SMK adalah hal yang diminati dan yang tersedia di dunia usaha dan dunia industri. Sebaliknya, hal ini juga menunjukkan bahwa minat mereka untuk berwiraswasta, berwirausaha, sangat kecil sekali.

71

Tabel 4.19 Lapangan Usaha Lulusan SMK yang Bekerja

Lapangan Usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan

Jumlah 20

Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Pengadaan listrik dan gas Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang Bangunan/konstruksi Perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor Transportasi dan pergudangan Penyediaan akomodasi makan dan minum Jasa Lainnya Missing Total

% 1,67

13 226 12 3

1,09 18,86 1 0,25

37 362

3,09 30,22

83 135 152 155 1.198

6,93 11,27 12,69 12,94 100

Sebenarnya, pendirian SMK disamping menyediakan tenaga kerja siap pakai untuk dunia usaha dan dunia kerja, juga adalah menciptakan wirausaha-wirausaha baru yang akan membuka lapangan kerja minimal untuk dirinya sendiri. Dengan demikian, sebagian tujuan pendirian SMK belum tercapai. Adalah suatu pekerjaan rumah bagi pengelola SMK (pemerintah maupun swasta) untuk meningkatkan peran SMK dalam menciptakan siswa-siswanya menjadi tenaga-tenaga wirausaha baru, tidak sekedar hanya menjadi buruh atau karyawan.

Tabel 4.20. Status Pekerjaan Lulusan SMK yang Bekerja

Status Pekerjaan Berusaha sendiri Berusaha dengan dibantu buruh tidak Berusaha dibantu dengan buruh tetap Buruh/karyawan/pegawai Pekerja tidak tetap di pertanian Pekerja tetap di non pertanian Pekerja keluarga atau pekerja tidak Total

72

Jumlah 68 12 33 1.055 1 27 2 1.198

% 5,68 1 2,75 88,06 0,08 2,25 0,17 100

Para lulusan SMK yang bekerja ini sebagian besar bekerja secara penuh waktu, terlihat dari persentase mereka yang bekerja sekitar 45-70 jam per minggu yaitu sebesar 72 persen. Sedikit sekali yang melebihi 70 jam per minggu (hanya 2%), dan yang mendekati 45 jam per minggu, sebagai jam kerja normal (rata-rata), yaitu mereka yang bekerja antara 35-44 jam per minggu ada sebesar 16 persen (Gambar 4.10).

Jika kita kaitkan dengan status pekerjaan mereka (pada tabel sebelumnya), bahwa mereka umumnya berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai, maka bisa dipahami bahwa jam mereka seperti demikian itu. Seperti kita ketahui, ketentuan di dunia usaha dan dunia industri, jam kerja per hari adalah sekitar 8 jam dan jumlah hari kerjanya adalah 5 - 6 hari dalam seminggu.

Meskipun hanya sedikit yang bekerja sampai melebihi 70 jam per minggu (2%), tentu hal ini perlu dicermati karena dapat berimplikasi kepada kesehatan dan hak azasi manusia. Ketentuanketentuan ketenagakerjaan yang ada hendaknya dipatuhi oleh dunia usaha dan dunia industri dalam memperlakukan pekerja dalam hal lama kerja.

Sebaliknya, mereka yang bekerja kurang dari 35 jam perminggu, meskipun kecil persentasenya, juga memerlukan perhatian karena ini mengindikasikan bahwa mereka tidak menggunakan sumberdaya manusia yang dimilikinya, khususnya ketrampilan dan keahliannya yang didapat dari SMK, dalam pekerjaan. Barangkali akses ke lapangan pekerjaan yang tersedia dan atau kondisi yang kondusif untuk membuka usaha (wirausaha) perlu diciptakan dan dimudahkan.

Jam kerja tentu terkait dengan jumlah upah atau penghasilan yang mereka dapatkan. Meskipun tidak selalu mereka yang bekerja lebih lama akan menghasilkan atau mendapatkan upah lebih besar dibandingkan dengan mereka yang bekerja lebih sedikit jam kerjanya.

Pada Tabel 4.21 terlihat profil lulusan SMK yang bekerja dilihat dari upah/penghasilan rataratanya. Hanya sekitar enam persen saja mereka yang berpenghasilan/upah di atas empat juta rupiah, hampir keseluruhan responden mengakui bahwa upah/penghasilan mereka dibawah empat juta rupiah (90,5%) .

Diantara mereka yang berpenghasilan/upah sekitar dua juta sampai hampir empat juta rupiah hanya sekitar 44,32 persen. Artinya masih ada sekitar 40 persenan bahkan lebih yang pendapatannya kurang dari dua juta rupiah perbulan. Ini tentu sangat mengkhatirkan karena pasti 73

sudah dibawah ketentuan upah minimum di propinsi mana pun. Apalagi jika mereka berada di pulau Jawa, khususnya Jakarta dan sekitarnya.

Gambar 4.10. Distribusi Jam Kerja Lulusan SMK yang Bekerja >70 Jam 2%

Missing 4%

<35 Jam 6%

35-44 Jam 16%

45-70 Jam 72%

Tabel 4.21. Distribusi Upah/Penghasilan Lulusan SMK yang Bekerja

Upah Jumlah % Kurang dari Rp 2.000.000 553 46,16 Antara Rp.2.000.000 - <4.000.000 531 44,32 Antara Rp 4.000.000 - < 6.000.000 69 5,76 Lebih dari Rp.6.000.000 10 0,83 Missing 35 2,92 Total 1.198 100

Jika dilihat dari distribusi upah/penghasilan menurut tahun kelulusan mereka dari SMK, maka terlihat lulusan yang lebih awal (2013) dibandingkan dengan sesudahnya, persentase upah/penghasilannya lebih tinggi. Misalnya pada tingkat penghasilan di atas 6 juta rupiah per bulan. Pada mereka lulusan 2013 persentasenya sebesar 1,6 persen, pada mereka yang lulus tahun 2014 sebesar 0,94 persen, pada mereka yang lulus tahun 2015 sebesar 0,52 persen, sedangkan pada lulusan 2016 tidak ada yang berpenghasilan/upah di atas enam juta rupiah per bulan (Tabel 4.22).

Ada keterkaitan positif antara tahun kelulusan dengan besarnya upah/penghasilan.

74

Jenis kelamin para lulusan yang bekerja, ternyata memiliki keterkaitan dengan jumlah upah/penghasilan yang diterima. Tabel 4.23 menunjukkan bahwa untuk penghasilan pekerja yang melebihi dari empat juta rupiah per bulan, persentase pekerja laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan pekerja perempuan, sebaliknya pada penghasilan kurang dari empat juta rupiah per bulan, persentase pekerja perempuan sedikit lebih tinggi dari pekerja laki-laki. Pertanyaannya adalah mengapa berbeda? Adakah indikasi pembedaan secara gender dalam hal kebijakan pengupahan? Sebetulnya tidak ada kebijakan yang dimaksud, namun barangkali karena kesempatan pekerja laki-laki untuk mendapatkan waktu kerja tambahan (lembur) lebih besar dari yang disediakan untuk pekerja perempuan, sehingga pekerja laki-laki mendapatkan upah/penghasilan yang lebih tinggi.

Tabel 4.22. Distribusi Upah/Penghasilan Menurut Tahun Lulusan SMK

Tahun Lulusan

2013 2014 2015 2016 Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Kurang dari Rp 2.000.000

Antara Rp.2.000.000 - <4.000.000

90 36,14 116 36,48 322 55,42 25 50 553 46,16

132 53,01 168 52,83 210 36,14 21 42 531 44,32

Antara Rp Lebih dari Missing Total 4.000.000- Rp.6.000.000 < 6.000.000 15 4 8 249 6,02 1,61 3,21 100 20 3 11 318 6,29 0,94 3,46 100 31 3 15 581 5,34 0,52 2,58 100 3 0 1 50 6 0 2 100 69 10 35 1.198 5,76 0,83 2,92 100

Tabel 4.23. Distribusi Upah/Penghasilan Lulusan SMK Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Laki-laki

N % Perempuan N % Total N %

Kurang dari Rp 2.000.000

Antara Rp.2.000.000 - <4.000.000

185 43,02 368 47,92 553 46,16

182 42,33 349 45,44 531 44,32

Antara Rp 4.000.000< 6.000.000 44 10,23 25 3,26 69 5,76 75

Lebih dari Rp.6.000.000

Missing Total

7 1,63 3 0,39 10 0,83

12 430 2,79 100 23 768 2,99 100 35 1.198 2,92 100

Para lulusan SMK yang kini berstatus bekerja, sebagian besar merasa puas dengan pekerjaan yang dimiliki saat ini. Persentasenya adalah 67 persen untuk yang menyatakan puas dan 31 persen yang menyatakan tidak puas (lihat Gambar 4.11). Mereka yang tidak puas antara lain menyebut soal jam kerja, besarnya upah, dan ketidaksesuaian jenis pekerjaan, sebagai alasan ketidakpuasan.

Karena merasa puas tersebut maka dapat dipahami bahwa sebagian besar mereka (69,53%) menyatakan tidak pernah pindah kerja (Tabel 4.24). Kalaupun yang pernah mengalami pindah kerja, maka yang terbanyak adalah hanya satu kali pindah kerja selama mereka bekerja (16%).

Hanya sedikit sekali yang mengalami pindah kerja sampai lebih dari tiga kali (1,67%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden pekerja lulusan SMK tersebut adalah pekerja-pekerja yang cenderung konservatif.

Gambar 4.11. Distribusi Kepuasan terhadap Pekerjaan Tidak Menjawab 2% Tidak 31%

Ya 67%

Tabel 4.24. Frekuensi Pindah Pekerjaan dalam 1 Tahun Terakhir Frekuensi Pindah Kerja dalam 1 Jumlah % Tahun Terakhir

Tidak pernah Satu kali Dua kali Lebih dari tiga kali Tidak Menjawab Total

76

833 193 111 20

69,53 16,11 9,27 1,67

41 1.198

3,42 100

Yang terakhir dari bagian ini adalah tentang lama mencari atau mendapatkan pekerjaan dari para lulusan SMK yang kini bekerja (Gambar 4.12). Umumnya mereka paling lama 1-3 bulan untuk menemukan pekerjaan. Secara rinci, yang mencari kerja hanya 1 bulan persentasenya sebesar 34 persen, persentasenya tidk terpaut jauh dengan yang lama mencari kerjanya selama 2-3 bulan yaitu 33 persen. Meskipun demikian, mereka yang mencari kerja sampai lamanya lebih dari 3 bulan cukup besar juga yaitu sekitar 22 persen. Hal ini memerlukan pengkajian lebih jauh, karena apakah yang menyebabkan mereka cukup lama tidak mendapatkan pekerjaan Gambar 4.12. Lama Mencari Kerja Bagi Lulusan SMK yang Bekerja

Missing 4%

0 Bulan 7%

> 3 Bulan 22% 1 Bulan 34%

2-3 Bulan 33%

4.2.4 Kesesuaian antara Bidang Keahlian dengan Jenis Pekerjaan

Pada bagian ini akan mengulas kesesuaian bidang keahlian dan jenis pekerjaan lulusan SMK berdasarkan Data Tracer Study. Bidang keahlian yang dimaksud yang angkanya lebih dari 30 observasi sehingga interpretasi yang dihasilkan nantinya tidak bias, yakni hanya bidang keahlian Teknologi dan Rekayasa, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bisnis dan Manajemen, Kesehatan, dan Pariwisata. Selain dilihat jenis pekerjaan menurut Klasifikasi baku jenis pekerjaan, juga melihat jenis pekerjaan berdasarkan jawaban terbuka menurut responden. Hasil analisis ini

77

bertujuan ingin mengetahui seberapa besar lulusan SMK yang bekerja tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya.

Tabel 4.25 Kesesuaian Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa dengan Jenis Pekerjaan Berdasarkan Data Tracer Study

Jenis Pekerjaan Lulusan Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa Tenaga profesional, teknisi dan yang lain Ybdi Tenaga tata usaha dan yang sejenis Tenaga usaha penjualan Tenaga usaha jasa Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar Total

% 28.0 3.5 12.6 14.7 41.3 100

Berdasarkan data Tracer Study lulusan SMK bidang keahlian Teknologi dan Rekayasa paling banyak bekerja sebagai tenaga produksi operator alat angkutan dan pekerja kasar dengan persentase 41,3 persen. Persentase jenis pekerjaan terbesar kedua adalah tenaga professional, teknisi dan yang lain Ybdi. Jika dilihat lebih jauh, jenis pekerjaan yang dimaksud adalah operator mesin, mekanik, dan teknisi. Hal ini menunjukkan bahwa untuk sebagain besar lulusan SMK untuk bidang keahlian ini cukup sesuai dengan jenis pekerjaannya, meskipun terdapat pula sebagai tenaga usaha penjualan dengan persentase yang relatif besar (12,6 persen).

Tabel 4.26 Kesesuaian Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan Jenis Pekerjaan Berdasarkan Data Tracer Study

Jenis Pekerjaan Lulusan Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi Tenaga profesional, teknisi dan yang lain Ybdi Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan Tenaga tata usaha dan yang sejenis Tenaga usaha penjualan Tenaga usaha jasa Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar Total

% 30.5 2.3 17.0 22.0 17.5 10.7 100

Lain halnya dengan lulusan SMK bidang Teknologi informasi dan komunikasi yang sebagian besar (30,5 persen) pekerjaannya adalah sebagai tenaga professional, teknisi dan yang lain Ybdi.

Jenis pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai teknisi computer, jaringan, laboratorium, maintenance, IT, mekanik, dsb. Persentase jenis pekerjaan terbesar kedua adalah tenaga usaha penjualan, dan jika dilihat lebih rinci sebagian besar sebagai kasir. Hal ini menunjukkan bahwa 78

lulusan bidang keahlian Teknologi dan Komunikasi memiliki jenis pekerjaan yang kurang sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

Tabel 4.27 Kesesuaian Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen dengan Jenis Pekerjaan Berdasarkan Data Tracer Study Jenis Pekerjaan Lulusan Bidang Keahlian Bisnis dan % Manajemen Tenaga profesional, teknisi dan yang lain Ybdi 6.9 Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan 2.8 Tenaga tata usaha dan yang sejenis 23.4 Tenaga usaha penjualan 36.3 Tenaga usaha jasa 18.9 Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar 11.7 Total 100

Lebih lanjut, untuk lulusan SMK bidang keahlian Bisnis Manajemen, menunjukkan bahwa sebagian besar sebagai tenaga usaha penjualan dengan angka 36,3 persen. Persentase terbesar kedua (23,4 persen) adalah sebagai tenaga tata usaha yang sejenis. Hal ini menunjukkan bahwa lulusan pada bidang keahlian ini juga cukup sesuai dengan jenis pekerjaannya meskipun terdapat pula lulusan yang memiliki jenis pekerjaan sebagai tenaga produksi operator alat angkutan dan pekerja kasar dengan persentase 11,7 persen.

Jenis pekerjaan lulusan SMK bidang keahlian kesehatan dan pariwisata dapat dilihat pada Tabel 4.28 dan 4.29. Menurut Data Tracer Study, lulusan SMK yang memiliki bidang keahlian kesehatan, sebagian besar (61,5 persen) sebagai tenaga professional, teknisi dan yang lain Ybdi yang mayoritas sebagai asisten apoteker, sedangkan untuk lulusan SMK dengan bidang keahlian pariwisata, sebagain besar (43,6 persen) sebagai tenaga usaha jasa. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat cukup kesesuaian bidang keahlian pariwisata dan kesehatan dan jenis pekerjaan, meskipun terdapat pula lulusan SMK pada bidang ini sebagai tenaga produksi operator angkutan dan pekerja kasar yang notebene tidak sesuai dengan bidang keahliannya.

79

Tabel 4.28 Kesesuaian Bidang Keahlian Kesehatan dengan Jenis Pekerjaan Berdasarkan Data Tracer Study

Jenis Pekerjaan Lulusan Bidang Keahlian Kesehatan Tenaga profesional, teknisi dan yang lain Ybdi Tenaga tata usaha dan yang sejenis Tenaga usaha penjualan Tenaga usaha jasa Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar Total

% 61.5 18.0 10.3 7.7 2.6 100

Tabel 4.29 Kesesuaian Bidang Keahlian Pariwisata dengan Jenis Pekerjaan Berdasarkan Data Tracer Study Jenis Pekerjaan Lulusan Bidang Keahlian Pariwisata % Tenaga profesional, teknisi dan yang lain Ybdi Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan Tenaga tata usaha dan yang sejenis Tenaga usaha penjualan Tenaga usaha jasa Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar Total

4.5 0.6 8.3 27.6 43.6 15.4 100

4.3. Analisis Komparatif Profil Angkatan Kerja Lulusan SMK: Data Sakernas dan Data Tracer Study Pada bagian ini, akan mengulas profil Angkatan Kerja lulusan SMK usia 16-25 tahun berdasarkan Data Sakernas dan Data Tracer Study. Profil angkatan kerja yang dimaksud diantaranya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Tingkat Partisipasi Bekerja, dan Statistik Lama Mencari Kerja bagi Lulusan SMK yang bekerja

80

Gambar 4.13 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Umur Berdasarkan Data Sakernas dan Tracer Study 100.0 90.0 80.0

TPAK

70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0

<=18 Tahun

19 Tahun

20 Tahun

21 Tahun

22-25 Tahun

Total

Survei

84.6

87.7

92.0

88.7

93.7

88.8

Sakernas

61.2

73.5

76.6

78.6

80.5

75.5

Berdasarkan Gambar 4.13, menunjukkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) lulusan SMK menurut Data Sakernas dan Data Tracer Study. Perhitungan TPAK adalah rasio lulusan SMK usia 16-25 tahun yang bekerja dan pengangguran dibagi dengan lulusan SMK 16-25 tahun secara keseluruhan. Terlihatlah pada gambar tersebut TPAK berdasarkan Data Sakernas di setiap umur lebih rendah dibandingkan berdasarkan Data Tracer Study. TPAK lulusan SMK yang berumur kurang atau sama dengan 18 tahun beradasarkan Data Sakernas 61,2 persen, sedangkan berdasarkan Data Tracer Study jauh lebih tinggi yakni 84,6 persen. Meskipun demikian terdapat persamaan pola antara Data Sakernas dan Tracer Study, pada umumnya dengan bertambahnya umur TPAK semakin tinggi, dan ketika umur 22-25 tahun mencapai puncaknya yakni 93,7 persen berdasarkan Data Tracer Study dan 80,5 persen jika menurut Data Sakernas.

Lebih lanjut, Gambar 4.14 memperlihatkan perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Data Sakernas dan Tracer Study. Dalam hal ini, perhitungan TPT adalah angkatan kerja yang tidak bekerja dan mencari kerja, tidak bekerja dan mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja namun belum mulai, dan terakhir tidak mencari pekerjaan karena merasa putus asa tidak mendapatkan pekerjaan. Terdapat pola yang sama antara TPT berdasarkan Data Sakernas dan Tracer Study, yakni dengan bertambahnya umur, maka TPT akan semakin rendah. Meskipun menggunakan konsep yang sama, hasil perhitungan TPT berdasarkan Data Sakernas jauh lebih tinggi dibandingkan menurut Data Tracer Study, dengan perbandingan 81

52,1 persen dan 20,7 persen untuk TPT lulusan SMK kurang atau sama dengan 18 tahun, dan 15,1 dan 6,7 persen untuk TPT lulusan SMK usia 22-25 tahun.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Gambar 4.14 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Umur Berdasarkan Data Sakernas dan Tracer Study 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0

<=18 Tahun

19 Tahun

20 Tahun

Survei

20.7

11.9

10.3

Sakernas

52.1

39.8

26.9

22-25 Tahun

Total

7.8

6.7

12.0

23.4

15.1

26.4

21 Tahun

Apabila dilihat TPT lulusan SMK usia 16-25 tahun menurut jenis kelamin, berdasarkan Data Sakernas maupun Tracer Study, memperlihatkan bahwa TPT laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan TPT perempuan. Hal ini mensinyalir bahwa laki-laki usia muda cenderung memilih pekerjaan yang berakibat tingkat penganggurannya lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Gambar 4.15 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Data Sakernas dan Tracer Study 30 25 20 15 10 5 0

Laki-laki

Perempuan

Survei

15.19

10.07

Sakernas

27.03

25.25

82

Gambar 4.16 Perbandingan Tingkat Partisipasi Bekerja Lulusan SMK Menurut Umur Berdasarkan Data Sakernas dan Tracer Study 100 90

Persentase Bekerja

80 70 60 50 40 30 20 10 0

<=18 Tahun

19 Tahun

20 Tahun

21 Tahun

22-25 Tahun

Total

Survei

67.14

77.21

82.51

81.78

87.37

78.2

Sakernas

29.32

44.26

56.04

60.18

68.33

55.63

Lebih lanjut, apabila ditelaah tingkat partisipasi bekerja lulusan SMK, menunjukkan bahwa pola yang sama dengan TPAK, yakni dengan bertambahnya umur, maka tingkat partisipasi bekerja semakin tinggi, dengan puncaknya di usia 22-25 tahun yang angkanya mencapai 87,37 persen menurut Data Tracer Study dan 68,33 persen berdasarkan Data Sakernas.

Tabel 4.28 Statistik Lama Mencari Kerja Lulusan SMK yang Bekerja Berdasarkan Data Sakernas dan Tracer Study

Statistik Lama Mencari Kerja (Bulan)

Sakernas

Survei

Rata-rata

2,9

2,9

Minimum

0

0

Maksimum

25

40

Bagi lulusan SMK yang bekerja, juga ditanyakan tentang lama mencari pekerjaan saat ini. Tabel 4.28 menunjukkan statistik lama mencari kerja berdasarkan Data Sakernas dan Tracer Study. Ratarata lama mencari kerja bagi lulusan yang bekerja adalah 2,9 bulan atau 3 bulan, baik menurut Data Sakernas maupun Data Tracer Study. Meskipun rata-rata lama mencari kerja cukup pendek, namun ada pula lulusan SMK yang mendapatkan pekerjaan hingga 40 bulan atau lebih dari 3 tahun.

Sesuai dengan teori lama mencari individu yang cenderung lama mencari kerja salah satu penyebabnya adalah reservation wage atau upah yang diinginkan jauh lebih tinggi dibandingkan 83

dengan endowment yang dimiliki, akibatnya individu tersebut akan terus mencari kerja hingga menemukan pekerjaan sesuai dengan reservation wage yang diinginkan.

84

BAB V KESIMPULAN & REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan Dari analisis tracer study dapat disimpulkan sebagai berikut: 1

Sebagian besar lulusan SMK yang menjadi responden lulus tahun 2015. Menurut jenis kelamin, sebagian besar alumni SMK yang berpartisipasi dalam survei ini adalah perempuan (63%).

2

Sebagian besar lulusan SMK yang menjadi responden berusia antara 19-21 tahun, namun ada juga yang berusia 23-25 tahun.

3

Bidang keahlian lulusan SMK sebagian besar adalah bisnis manajemen (51,9%) disusul dari dari bidang keahlian teknologi informasi dan komunikasi (16,1%) dan pariwisata (13,2%), sisanya dari bidang keahlian lainnya.

4

Lulusan SMK dari bidang keahlian bisnis dan manajemen, kesehatan, pariwisata, seni pertunjukan sebagian besar adalah perempuan (di atas 50%), namun untuk bidang keahlian teknologi dan rekayasa dan teknologi dan informasi didominasi laki-laki.

5

Program keahlian lulusan SMK yang berpartisipasi dalam survei ini berasal dari 32 program keahlian dengan rincian sebagai berikut: 24,8% berasal dari program keahlian Keuangan, 16,2%

berasal dari Teknik Komputer Dan Informatika, dan 15,2% dari

Administrasi, sisanya tersebar pada program keahlian lainya 6

Kegiatan utama lulusan SMK adalah sebagai berikut: beerja sebanyak 1.198 orang (78,2%) mencari kerja atau mempersiapkan usaha 159 orang (10.4%), dan tidak mencari kerja/tidak mempersiapkan usaha (melanjutkan kuliah atau menjadi ibu rumah tangga) sebhanyak 175 orang (11,4%).

7

Pengangguran terbuka lulusan SMK mencapai 11,72%. Semakin muda tahun kelulusannya semakin tinggi persentase mereka yang berstatus sebagai penganggur. Lulusan tahun 2013 pengangguran terbuka sebesar 5,7%, sementara lulusan tahun 2016 penganggura terbuka jauh lebih besar yaitu 20,6%. Dilihat dari jenis kelamin, lebih banyak penganggur laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Adapun strategi yang banyak dilakukan lulusan SMK untuk mencari kerja adalah mendaftar pada bursa kesempatan kerja dan melamar dengan memanfaatkan iklan.

85

8

Rata-rata lama mencari kerja lulusan SMK adalah 5,6 bulan dengan maksimum lama mencari kerja 36 bulan. Para lulusan SMK ini sebagian besar baru mencari kerja selama 13 bulan, sedangkan lainya lebih lama dari 3 bulan. Jika diperhatikan dari tahun lulusan, maka sebagian besar pencari kerja merupakan lulusan pada tahun-tahun yang terakhir.

9

Tenaga usaha penjualan dan tenaga usaha jasa mendominasi jenis pekerjaan para lulusan SMK. Diperkirakan karena jenis pekerjaan inilah yang tersedia dengan relatif banyak dan lebih mudah dimasuki mereka. Lapangan usahanya adalah sebagian besar terutama di bidang perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor.

10

Sedangkan, status pekerjaan para lulusan SMK ini sebagian besar adalah buruh/karyawan/ pegawai yang bekerja secara penuh waktu.

11

Mereka umumnya mendapatkan upah/penghasilan dibawah 4 juta rupiah. Sangat sedikit yang berpenghasilan di atas 4 juta rupiah per bulan.

5.2. Rekomendasi Pengangguran lulusan SMK adalah masalah yang komplek, sehingga mengatasinya juga harus melibatkan berbagai pihak dan dari berbagai segi atau sisi yang terkait dengan lulusan SMK. Salah satu sisi adalah institusi sekolah, dalam hal ini SMK baik pemerintah maupun swasta. Institusi ini yang menghasilkan lulusan SMK. Lulusan yang dikeluarkan, dalam kenyataanya, berbeda-beda dalam hal kualitas. Ini antara lain disebabkan oleh institusi SMK juga berbeda-beda dalam hal kualitasnya. Perbedaan kualitas ini dapat dilihat dari sisi pengajarnya, fasilitas belajar, kurikulum yang tersedia, dan lingkungan sekolah serta lingkungan DUDI yang kurang mendukung, dll.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu dilakukan oleh SMK dalam rangka mengurangi pengangguran lulusannya.

1. Bermitra dengan pihak Dunia Usaha/Dunia Industri (DUDI). Dalam rangka mengharmonisasi kompetensi dan kurikulum sekolah dengan kompetensi tuntutan DUDI. Bentuknya bermacam-macam, antara lain berupa pembahasan kurikulum secara bersama, pemberian fasilitas prakerin/PKL, memberikan kesempatan pada guru untuk belajar di DUDI dan sebaliknya meminta pihak DUDI untuk menjadi tenaga pengajar di sekolah SMK. Bahkan, pihak DUDI juga dapat membantu pihak sekolah dalam rangka program CSR DUDI. Masalahnya adalah kemampuan masing-masing sekolah, untuk bermitra dengan DUDI, berbeda-beda dan ekosistem sekolah pun beragam. Karena itu perlu ada wadah 86

yang difasilitasi oleh pihak Dinas Pendidikan masing-masing daerah kota/kabupaten maupun propinsi, juga pemerintah pusat (dalam hal ini Direktorat PSMK, Dirjen Dikdasmen) sesuai dengan tupoksi masing-masing, yang dapat mempertemukan sekolah dengan pihak DUDI. Untuk itu, diperlukan payung hukum yang dapat mendasari terbentuknya wadah tersebut.

Peran pemerintah daerah menjadi penting. Contoh pemerintah kota yang mengambil peran sebagai fasilitator pertemuan antara sekolah dengan pihak DUDI, diantaranya adalah di kota Depok, Jawa Barat, di salah satu SMK di wilayah tersebut. Pemda kota Depok (dalam hal ini Dinas Pendidikan) memfasiltasi sekolah dengan DUDI sehingga muncul sebuah program kemitraan antara DUDI dan sekolah. Dalam hal ini pihak industri melakukan kegiatan CSRnya dalam bentuk pelatihan/magang bagi setiap lulusan sebuah SMK di industri yang bersangkutan. Lulusan pendidikan/pelatihan/magang tersebut kemudian sebagian diterima bekerja di industri tersebut dan sebagian lagi ditawarkan kepada industri-industri lainnya.

2. Optimalisasi fungsi forum-forum yang ada di sekolah (MKKS untuk para kepala sekolah dan MGMP untuk para guru) untuk membuka peluang kerjasama antara sekolah dan dunia usaha/industri.

3. Materi Soft Skill. Ternyata materi-materi seperti attitude, kemampuan berkomunikasi (soft skill) sangat penting dalam keberhasilan kerja. Karena itu perlu ada upaya yang lebih maksimal untuk memasukkan materi-materi tersebut dalam pembelajaran. Perlu perubahan paradigma dalam proses belajar. Guru perlu mempersiapkan diri untuk menjalankan perannya dalam model pembelajaran yang baru (menggunakan metode PBL dan CL serta experiential learning). Karena materi-materi tersebut di atas sebenarnya sudah terintegrasi pada setiap materi pembelajaran /mata pelajaran.

4. Materi Kewirausahaan. Untuk mengurangi pengangguran, maka perlu memasukkan atau menambah porsi materi yang terkait dengan kompetensi kewirausahaan. Hal ini terutama dikaitkan dengan tujuan pendidikan di SMK yang antara lain adalah menjadikan lulusannya sebagai wirausaha. Untuk mendorong

lulusan SMK

melakukan hal-hal berikut ini: 87

menjadi wirausaha, guru perlu

a. Memberikan motivasi bahwa wirausahawan sukses tak selalu memiliki latar belakang orang tua wirausaha sukses. b. Memotivasi bahwa tak berpengalaman tidak menutup kemungkinan untuk menjadi wirausaha sukses. c. Memberikan motivasi bahwa muda tak memiliki modal bukan menjadi kendala dalam memulai usaha. d. Pada dasarnya, siswa SMK memiliki semangat dan kreativitas yang tinggi, sehingga guru diharapkan mampu mengarahkan dengan baik kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh siswa SMK.

5. Serifikasi lulusan SMK. Terkait dengan sertifikasi, perlu membekali lulusan SMK dengan sertifikasi sehingga mereka diakui dan memudahkan mereka untuk masuk ke dunia kerja.

Sertifikasi selama ini disediakan untuk pekerja, bukan untuk siswa SMK. Disarankan supaya sertifikasi dilakukan oleh pihak sekolah yang berfungsi sebagai LSP. Sertifikasi di sekolah ini sebagai pengganti uji kompetensi yang dilalukan oleh pihak asosiasi bersama pihak sekolah. Uji kompetensi dibiayai oleh sekolah (dana BOS). Harapannya adalah, dana BOS untuk uji kompetensi tersebut dialihkan untuk pembiayaan sertifikasi siswa. Tentu ada payung hukum yang mkenata ini, terutama antara pihak Kementerian Pendidikan (dalam hal ini Direktorak PSM) dengan pihak BNSP dan atau kementerian terkait.

6. Pentingnya SMK memiliki unit industri di masing-masing sekolah. Unit industri ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menyerap pelajaran praktik. Seperti di SMK Pariwisata, misalnya, (1) Usaha Jasa Pariwisata: pelayanan jasa tour dan trevel; (2) Akomodasi Perhotelan (3) Tata Boga: produksi dan menjual aneka macam roti (tawar dan manis), menjual aneka macam masakan (Indonesia dan Asing); Mini Market, menjual aneka makanan dan minuman; (4) Umum: menyewakan Aula sebagai tempat resepsi pernikahan/perkawinan dan rapat maupun seminar; (5) Koperasi: usaha simpan pinjam; dan (6) Kantin: usaha menyewakan kantin sekolah.

88

7. Revitalisasi BKK SMK Untuk membantu lulusan SMK dalam mencari kerja, Kementerian Tenaga Kerja bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Bursa Kerja Khusus (BKK). Menurut Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja dalam Negeri, Kemenaker yang dimaksud dengan BKK adalah: â&#x20AC;&#x153;Bursa Kerja di Satuan Pendidikan Menengah, di Satuan Pendidikan Tinggi dan di Lembaga Pelatihan yang melakukan kegiatan memberikan informasi pasar kerja, pendaftaran pencari kerja memberi penyuluhan dan bimbingan jabatan serta penyaluran dan penempatan pencari kerjaâ&#x20AC;?.

Dengan demikian, BKK tidak hanya dibentuk di tingkat SMK tapi juga di perguruan tinggi dan lembaga pelatihan. Namun tampaknya yang baru ada dasarnya hukum adalah pembentukan BKK di tingkat SMK yaitu melalui Keputusan Bersama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud RI dan Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Depnakertrans. Untuk tingkat, perguruan tinggi pembentukan bursa kerja khusus dilakukan dengan nama yang berbeda-beda, misalnya di Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran dan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) menggunakan nama Career Development Center (CDC), di Universitas Gadjah Mada menggunakan nama ECC dan di Universitas Airlangga menggunakan nama Pusat Pembinaan Karir dan Kewirausahaan (PPKK). Namun demikian, fungsi BKK di SMK dan perguruan tinggi hampir sama yaitu menyalurkan lulusan untuk bekerja di pasar kerja sesuai dengan minat dan kompetensinya.

Walaupun memiliki fungsi yang sama, CDC di tingkat perguruan tinggi memiliki kegiatan yang lebih beragama dibandingkan dengan BKK. Misalnya CDC di Universitas Indonesai memiliki empat kegiatan utama yaitu a) program persiapan karir (seminar dan training), b) rekrument/bursa kerja, c) UI Career & Scholarship Expo, dan d) tracer study. Pada kegiatan program persiapan karir, CDC UI menyelenggarakan training â&#x20AC;&#x2122;Soft-skills Awareness for Jobseekerâ&#x20AC;? yang sangat penting bagi pencari kerja untuk mempersiapkan diri dalam dunia kerja. Pada kegiatan rekrument/bursa kerja CDC memanfaatkan teknologi informasi dalam

mempertemukan/ memfasilitasi pertemuan antara pencari kerja dan pemberi

89

kerja/pengguna tenaga kerja (pengusaha) melalui situs web dan bekerja sama dengan JobStreet.Com Indonesia.

Saat ini kualitas BKK di SMK bervariasi baik karena faktor sumber daya manusia atau fasilitas yang tidak mendukung. SMK favorite biasanya sudah memiliki BKK yang lebih baik dibandingkan dengan SMK yang lain. Dari temuan tracer study hampir 12% lulusan SMK masih menganggur. Karena itu, BKK SMK perlu direvitalisasi untuk mempercepat penyerapan lulusan di pasar kerja. Beberapa alternatif kegiatan antara lain: a.

Capacity building bagi pengurus BKK. mengundang pengelola

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan

CDC universitas untuk memberikan pelatihan dan

pendampingan kepada pengurus BKK SMK. Dukungan dari Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Pendidikan diperlukan untuk memfasilitasi kegiatan capacity building ini dalam bentuk dana dan sarana dan prasarana. Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kunjungan pengurus BKK SMK ke CDC universitas untuk mempelajari proses dan mekanisme CDC dan implementasinya di BKK SMK. Dengan cara ini diharapkan, BKK dapat menerapkan kegiatan CDC disesuaikan dengan kondisi BKK. b.

Pelatihan soft skill. Salah satu kelemahan lulusan SMK dalam bekerja adalah soft skill seperti kedisiplinan, tanggung jawab, motivasi, semangat, kerja sama dalam tim, semangat untuk belajar, kreatif dan kemampuan komunikasi dalam kerja. Untuk itu, BKK perlu menambahkan kegiatan ini dalam program kerja BKK untuk melatih soft skill bagi lulusan SMK dengan mengundang ahli yang kompeten dan berpengalaman.

Termasuk dalam hal ini adalah melatih membuat surat lamaran kerja dan

CV

(curriculum vitae) bagi lulusan SMK. c.

Pemetaan kebutuhan tenaga kerja di industri. Pengurus BKK harus melakukan pemetaan tenaga kerja di industri dan perusahaan jasa secara rutin misalnya satu tahun sekali.

Dengan melakukan pemetaan, BKK mengetahui jumlah dan kebutuhan

keterampilan yang dibutuhkan oleh industri di tahun depan, sehingga dapat mempersiapkan lulusan SMK dengan lebih baik. d.

Kerjasama antara BKK SMK di kabupaten/kota. Koordinasi antara BKK SMK di tingkat kabupaten/kota perlu dilakukan untuk saling belajar dalam mempersiapkan 90

lulusan. Dengan fasilitasi Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Pendidikan, BKK SMK di tingkat kabupaten/kota dapat dapat bekerj sama melaksanakan pameran bursa kerja untuk lulusan SMK. Dalam bursa kerja tersebut proses seleksi calon tenaga kerja dapat dilakukan seperti tes tertulis, tes psikologi dan wawancara. e.

Pelatihan kewirausahaan.

Bagi lulusan SMK yang tidak berminat bekerja di

perusahaan, BKK dapat memfasilitas dengan memberikan training kewirausahaan.

Training dapat dilakukan dengan mengundang universitas yang memiliki unit kajian UKM, misalnya di Universitas Indonesia ada UKM Center yang memberikan pelatihan bagi calon pelaku UKM. Training UKM dapat juga mengundang praktisi bisnis untuk memberikan wawasan dan motivasi bisnis serta tahap-tahap memulai bisnis. f.

Melakukan tracer study (penelusuran lulusan). Tracer study diperlukan untuk mengetahui peluang dan tantangan yang dihadapi oleh lulusan SMK. Tracer study dapat dilakukan secara pasif melalui website sekolah atau melalui smartphone atau secara aktif yakni pengurus BKK menelpon atau mendatangi langsung ke lulusan SMK. Pendekatan kedua ini lebih efektif dalam menjaring lulusan untuk berpartisipasi dalam tracer study namun membutuhkan dana yang cukup besar. Dari tracer study ini dapat ketahui: kegiatan lulusan SMK (bekerja, masih menganggur, melanjutkan studi atau mengurus rumah tangga), bagi yang bekerja dapat diketahui upah, jam kerja, kepuasan kerja, kesesuaian pekerjaan dan pendidikan, bagi yang menganggur dapat diketahui apa yang dilakukan selama menganggur. Hasil studi ini dapat dipakai sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki sistem belajar dan kurikulum di SMK.

8. Data base SMK. Membuat database SMK dengan klasifikasi tertentu yang didasarkan pada kepemilikan kelengkapan sarana dan prasarana, kualitas lulusan, kualitas guru, keberadaan BKK yang berfungsi, kepemilikan database lulusan dan lain sebagainya. Database SMK ini dapat diupdate dalam kurun waktu tertentu sebagai dasar untuk evaluasi SMK yang bersangkutan.

91

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. Berbagai Tahun. Keadaan Angkatan Kerja Indonesia. (tesedia di website bps https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/6#subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1 diakses tanggal 28 November).

Blau, David M dan Philip K. Robins.“Job Search Outcomes for the Employed and Unemployed”.The Journal of Political Economy, Vol. 98, No. 3 (Jun., 1990), pp. 637-655. The University of Chicago Press

GIZ dan SED-TVET. 2014. Penelusuran Tamatan SMK. Bahan Presentasi. http://www.slideshare.net/meruvian/peta-jalan-kebekerjaan-smk-9-agustus-2016 tanggal 20 Oktober 2016)

(diunduh

Indrayanti, Ratna. 2014. Jurusan Pendidikan, Status Kerja Terhadap Lama Mencari Kerja, dan Reservation Wage Tenaga Kerja Terdidik di Indonesia. Disampaikan dalam Seminar Akademik Pembangunan Ekonomi Indonesia 2014. Program Pasca Sarjana Ilmu Ekonomi FEB UI. Indrayanti, Ratna. 2015. Pengaruh Kesesuaian Bidang Studi dan Pelatihan Kerja terhadap Lama Mencari Kerja Pekerja. Disampaikan dalam Seminar Akademik Pembangunan Ekonomi Indonesia 2015. Program Pasca Sarjana Ilmu Ekonomi FEB UI. Kompas, “Jutaan Lulusan SMK Menganggur.” 17 Oktober 2016. Hal.1.

McCall, J.J.1965. The Economics of Information and Optimal Stopping Rule. Journal of Business, July, 1965 McCall, J.J. 1970. Economics of Information and Job Search. The Quarterly Journal of Econimics, Vol. 84, No. 1 (Feb., 1970), pp.113-126

Padang Wicaksono, Nurhadi, Ratna Indrayanti . 2015 “Pemetaan Jenis Program Keahlian SMK yang Relevan dengan Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”, (Laporan Kajian). Hasil Kerjasama Lembaga Demografi FEB UI dengan Direktorat Pembinaan SMK, Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan.

Rani Toersilaningsih, Asmanedi, Ratna Indrayanti. 2015 “Peran SMK Bidang Pariwisata dalam Menunjang Pengembangan Kepariwisataan di Indonesia.” (Laporan Kajian). Hasil Kerjasama Lembaga Demografi FEB UI dengan Direktorat Pembinaan SMK, Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan.

Siti Mariah dan machmud Sugandi. 2010 “Kesenjangan Soft Skill lulusan SMK dengan Kebutuhan Tenaga Kerja di Industri.” Dalam: Jurnal Pendidikan. No. 3 tahun Ke-1, Desember 2010.

Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional.

92

SK Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor SK Dirjen Pendidikan Menengah Kemendikbud No. 7013/D/KP/2013 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan.

Stigler, George J. 1962. Information in the Labor Market. Journal of Political Economy, vol.70, Supplement October, pp. 94-105

93

LAMPIRAN 1 Angket Penelusuran Lulusan SMK Direktorat Pembinaan SMK, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bekerjasama dengan Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lulusan SMK di pasar kerja, baik yang sudah bekerja atau yang belum bekerja melalui tracer study.

Tata cara mengisi angket:  Yang dapat mengisi angket ini adalah lulusan SMK tahun 2013, 2014 dan 2015, untuk semua program keahlian  Jawaban pertanyaan berada di kolom sebelah kanan, berikan tanda lingkaran pada jawaban yang Anda pilih  Perhatikan, pada beberapa pertanyaan ada tanda anak panah ( ) artinya jika Anda memilih jawaban itu, pertanyaan berikutnya lompat ke pertanyaan sesuai dengan tanda anak panah. Misalnya, pada no.

11, Anda menjawab pilihan jawaban no. 2, maka pertanyaan berikutnya yang harus Anda jawab adalah pertanyaan no. 22. Anda tidak perlu menjawab pertanyaan no. 12 sampai no. 21.  Jawaban ada yang hanya boleh dilingkari satu pilihan jawaban dan ada yang boleh memilih lebih dari satu jawaban, perhatikan perintah di kolom sebelah kiri, ada tulisan (PILIH SALAH SATU) atau (BOLEH MEMILIH LEBIH DARI SATU).  Pertanyaan yang tidak ada pilihan jawaban, mohon diisi dengan huruf besar (KAPITAL)  Jika ada kata SELESAI, maka Anda tidak perlu mengisi pertanyaan berikutnya. Pengisian angket SELESAI  Jawaban dan informasi yang Anda berikan akan dirahasiakan dan hanya dipergunakan dalam analisis kajian.  Jika ada pertanyaan yang tentang kajian ini dapat menghubungi: Dr. Padang Wicaksono (021-787 2911) Terima kasih banyak atas partisipasi Anda dalam mengisi angket ini

94

1

Nama

2

Lulusan Tahun

1. 2013

2. 2014

3

Jenis Kelamin

1. Laki-laki

3. Perempuan

4

Nama SMK

5

Bidang keahlian (sebutkan)

6

Program keahlian (sebutkan)

7

Alamat SMK

8

Kabupaten/kota

9

Provinsi

10

No Telp/HP Anda

11

Apa kegiatan utama Anda

1. Bekerja20

seminggu yang lalu?

2. Mencari Pekerjaan/mempersiapkan usaha baru ď&#x192;¨ lompat ke

(PILIH SALAH SATU)

3. 2015

pertanyaan no. 22 3. Tidak mencari kerja/tidak mempersiapkan usaha ď&#x192;¨ lompat ke pertanyaan no. 24

12

Apa pekerjaan Anda seminggu terakhir. Contoh: administrasi keuangan, kasir, pemandu wisata, operator mesin produksi,dll

13

Jika bekerja, sebutkan jenis

1 Tenaga Profesional, Teknisi dan yang Sejenis

pekerjaan utama yang Anda

2 Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan

lakukan dalam seminggu

3 Tenaga Tata Usaha dan yang Sejenis

terakhir

4 Tenaga Usaha Penjualan

(PILIH SALAH SATU)

5 Tenaga Usaha Jasa 6 Tenaga Usaha Pertanian, Kehutanan Perburuan dan Perikanan 7 Tenaga Produksi, Operator Alat-alat Angkutan dan Pekerja Kasar

14

Jika bekerja, apa status

1. Berusaha sendiri

pekerjaan yang Anda lakukan

2. Berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap

dalam seminggu terakhir?

3. Berusaha dibantu dengan buruh tetap

(PILIH SALAH SATU)

4. Buruh/Karyawan/pegawai 5. Pekerja tidak tetap di pertanian

20

Definisi Bekerja: kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu

95

6. Pekerja tetap di non pertanian 7. Pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar 15

Jika bekerja, apa lapangan

1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan

pekerjaan yang Anda lakukan

2. Pertambangan dan Penggalian

dalam seminggu terakhir?

3. Industri Pengolahan

(PILIH SALAH SATU)

4. Pengadaan Listrik dan Gas 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 6. Bangunan/konstruksi 7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum

16

Berapakah jumlah jam kerja Anda pada pekerjaan utama

…………jam

selama seminggu yang lalu?

17

Berapa upah/gaji/penghasilan

1. Kurang dari Rp 2.000.000

yang diterima tiap bulan?

2. Antara Rp.2.000.000 - <4.000.000

(PILIH SALAH SATU)

3. Antara Rp 4.000.000 – < 6.000.000 4. Lebih dari Rp.6.000.000

18

Apakah Anda puas dengan

1. Ya  lompat ke pertanyaan no. 20

pekerjaan saat ini?

2. Tidak

(PILIH SALAH SATU) 19

Apa alasan tidak puas dengan

a. Gaji tidak sesuai dengan harapan

pekerjaan saat ini?

b. Kondisi kerja tidak nyaman

(BOLEH MEMILIH LEBIH

c. Tidak ada jaminan sosial/asuransi

DARI SATU)

d. Jam kerja yang panjang (lebih dari 8 jam per hari) e. Waktu istirahat tidak cukup f. Tidak ada jenjang karir g. Pekerjaan tidak sesuai dengan pendidikan/keterampilan

20

Dalam satu tahun terakhir,

1. Tidak pernah

berapa kali pindah pekerjaan?

2. Satu kali

(PILIH SALAH SATU)

3. Dua kali 4. Lebih dari tiga kali

21

Berapa lama waktu tunggu untuk memperoleh pekerjaan

………….Bulan

96

sejak

Anda

lulus?

(SEBUTKAN) Misalnya 1 tahun=12 bulan 22

Jika sedang mencari

1. Mendaftar pada bursa kesempatan kerja

pekerjaan/mempersiapkan

2. Menghubungi perusahaan/kantor

usaha baru, kegiatan apa yang

3. Melamar dengan memanfaatkan iklan

Anda lakukan?

4. Menghubungi keluarga/kenalan

(PILIH SALAH SATU)

5. Mengumpulkan modal/perlengkapan 6. Mencari lokasi/tempat usaha 7. Mengurus surat perizinan usaha

23

Sudah berapa lama Anda mencari kerja atau

………….. bulan

mempersiapkan usaha baru sejak lulus SMK hingga

 SELESAI

sekarang? (SEBUTKAN) 24

Apakah alasan utama Anda

1. Putus asa: Merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan

tidak mencari pekerjaan/

2. Sudah diterima bekerja, tapi belum mulai bekerja

mempersiapkan usaha baru?

3 Melanjutkan sekolah/pendidikan/kuliah

(PILIH SALAH SATU)

5 Mengurus rumah tangga 6 Sudah mempunyai pekerjaan/usaha

SELESAI

7 Merasa sudah cukup 8 Tidak mampu melakukan pekerjaan 4. Mengikuti pelatihan  lompat ke pertanyaan no. 25 25

Dimanakah Anda mengikuti

1. Pelatihan di tempat kerja

pelatihan?

2. Pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK)

(PILIH SALAH SATU)

3. Pelatihan di tempat kursus

SELESAI

97

LAMPIRAN 2 DATA ANGKET . ta

smk_2

lulusan | tahun | Freq.

Percent Cum. ------------+----------------------------------1. 2013 | 295 19.26 19.26 2. 2014 | 384 25.07 44.32 3. 2015 | 783 51.11 95.43 4. 2016 | 70 4.57 100.00 ------------+----------------------------------Total | 1,532 100.00 . ta

smk_3

jenis | kelamin | Freq.

Percent Cum. -------------+----------------------------------1. laki-laki | 569 37.14 37.14 3. perempuan | 963 62.86 100.00 -------------+----------------------------------Total | 1,532 100.00 . ta

smk_4

umur | Freq.

Percent Cum. ------------+----------------------------------16 | 5 0.33 0.33 17 | 23 1.50 1.83 18 | 252 16.45 18.28 19 | 487 31.79 50.07 20 | 423 27.61 77.68 21 | 247 16.12 93.80 22 | 79 5.16 98.96 23 | 6 0.39 99.35 24 | 8 0.52 99.87 25 | 2 0.13 100.00 ------------+----------------------------------Total | 1,532 100.00 . ta

smk_5

nama smk | Freq.

Percent Cum. ------------------------------------+----------------------------------SMK 1 SRAGI | 7 0.46 0.46 SMK 17 SEYEGAN | 9 0.59 1.04 SMK ADHIKAWACANA SURABAYA | 9 0.59 1.63 SMK AL-IHSAN | 10 0.65 2.28 SMK AL-ISLAM SURAKARTA | 10 0.65 2.94 SMK AL-KHAIRIYAH BAHARI | 9 0.59 3.52 SMK ANANDA BEKASI | 7 0.46 3.98 SMK ANTARTIKA SURABAYA | 8 0.52 4.50 SMK ARRAHMAN | 10 0.65 5.16 SMK BARUNAWATI SURABAYA | 9 0.59 5.74 SMK BATIK 1 SURAKARTA | 9 0.59 6.33 SMK BATIK 2 SURAKARTA | 8 0.52 6.85 SMK BHAKTI KENCANA CIMAHI | 10 0.65 7.51 SMK BHAKTI PRAJA SLAWI | 9 0.59 8.09 SMK BHINNEKA KARAWANG | 10 0.65 8.75 SMK BINAWIYATA SRANDAKAN | 6 0.39 9.14

98

SMK BOPKRI 1 YOGYAKARTA SMK BOPKRI 2 YOGYAKARTA SMK BOPKRI WATES SMK BPP SMK BUDHI WARMAN 2 JAKARTA SMK CENGKARENG 1 JAKARTA SMK COKROAMINOTO 1 SURAKARTA SMK DARMA SISWA 2 SIDOARJO SMK DHARMA KARYA SMK DIPONEGORO SIDOARJO SMK DR SOETOMO SURABAYA SMK FARMASI NASIONAL SURAKARTA SMK GEOMATIKA BANDAR LAMPUNG SMK GONDANG SMK IBU KARTINI SMK ICB CINTA NIAGA SMK INFOKOM BOGOR SMK IT AL-FURQON SMK KAMANDAKA BOGOR SMK KARAWANG SMK KARYA GUNA 2 BEKASI SMK KASATRIYAN SURAKARTA SMK KATHOLIK ST MIKAEL SMK KESEHATAN HUSADA PRATAMA SMK KRISTEN 1 SURAKARTA SMK KRISTEN 2 SURAKARTA SMK MERDEKA BANDUNG SMK MITRA KARYA SMK MOHAMAD TOHA SMK MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA SMK MUHAMMADIYAH 1 TAMAN SMK MUHAMMADIYAH 1 WATES SMK MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA SMK MUHAMMADIYAH 2 MOYUDAN SMK MUHAMMADIYAH 2 SEMARANG SMK MUHAMMADIYAH 2 SUMBERREJO SMK MUHAMMADIYAH KRETEK SMK MUHAMMADIYAH SEMIN SMK MUHAMMADIYAH WONOSARI SMK MURNI 1 SURAKARTA SMK MURNI 2 SURAKARTA SMK MUTIARA BANGSA SMK MVP ARS INTERNASIONAL SMK NEGERI 3 JEMBER SMK NEGERI 7 MEDAN SMK NU 1 SLAWI SMK NUSA BHAKTI SMK PALEBON SEMARANG SMK PASUNDAN 1 CIMAHI SMK PASUNDAN 1 KOTA BANDUNG SMK PASUNDAN 1 KOTA SERANG SMK PASUNDAN PUTRA SMK PEMUDA SMK PERDANA 1 SURABAYA SMK PERSATUAN 1 TULANGAN SMK PGRI 1 BALARAJA SMK PGRI 1 SENTOLO SMK PGRI 2 BOJONEGORO SMK PGRI 2 CIBINONG SMK PGRI 2 SALATIGA SMK PGRI 2 SERANG SMK PGRI 2 SIDOARJO SMK PGRI 3 YOGYAKARTA

| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |

10 10 10 10 10 8 7 9 8 9 7 10 10 9 8 8 10 9 9 9 9 10 6 9 9 6 8 9 9 10 9 10 10 10 9 9 8 8 8 10 10 11 8 9 10 10 5 10 10 9 10 5 10 10 9 10 10 10 10 10 4 10 8

99

0.65 0.65 0.65 0.65 0.65 0.52 0.46 0.59 0.52 0.59 0.46 0.65 0.65 0.59 0.52 0.52 0.65 0.59 0.59 0.59 0.59 0.65 0.39 0.59 0.59 0.39 0.52 0.59 0.59 0.65 0.59 0.65 0.65 0.65 0.59 0.59 0.52 0.52 0.52 0.65 0.65 0.72 0.52 0.59 0.65 0.65 0.33 0.65 0.65 0.59 0.65 0.33 0.65 0.65 0.59 0.65 0.65 0.65 0.65 0.65 0.26 0.65 0.52

9.79 10.44 11.10 11.75 12.40 12.92 13.38 13.97 14.49 15.08 15.54 16.19 16.84 17.43 17.95 18.47 19.13 19.71 20.30 20.89 21.48 22.13 22.52 23.11 23.69 24.09 24.61 25.20 25.78 26.44 27.02 27.68 28.33 28.98 29.57 30.16 30.68 31.20 31.72 32.38 33.03 33.75 34.27 34.86 35.51 36.16 36.49 37.14 37.79 38.38 39.03 39.36 40.01 40.67 41.25 41.91 42.56 43.21 43.86 44.52 44.78 45.43 45.95

SMK PLUIT RAYA JAKARTA SMK PUTRA TAMA SMK SALAHUDDIN 1 MALANG SMK SANGKURIANG 1 CIMAHI SMK SANJAYA GUNUNGKIDUL SMK SEJAHTERA JAKARTA SMK SETIA BHAKTI SMK STRADA 3 SMK TARUNA ANDIGHA SMK TARUNA TERPADU 2 SMK TELKOM MAKASAR SMK TERATAI PUTIH GLOBAL 2 BEKASI SMK TERUNA JAYA 1 GUNUNGKIDUL SMK TEUKU UMAR SEMARANG SMK TEXMACO SEMARANG SMK THERESIANA BANDUNGAN SMK THERESIANA SEMARANG SMK TRIPLE J SMK TUNAS PEMBANGUNAN 2 SURAKARTA SMK TUNAS PEMBANGUNAN 3 SURAKARTA SMK VETERAN CIREBON SMK WACHID HASYIM SURABAYA SMK WARGA SURAKARTA SMK WIRAKARYA 2 CIPARAY SMK XAVERIUS PALEMBANG SMK YADIKA 1 SMK YAPARI AKTRIPA BANDUNG SMK YAPPENDA SMK YKK 2 SLEMAN SMK YP IPPI PETOJO SMK YPM 5 SUKODONO SMK YUPPENTEK 5 SMKN 1 BANDAR LAMPUNG SMKN 1 BANDUNG SMKN 1 BOGOR SMKN 1 BOJONEGORO SMKN 1 BUDURAN SMKN 1 DEPOK SMKN 1 GODEAN SMKN 1 JATISARI SMKN 1 KOTA BEKASI SMKN 1 NGIIPAR SMKN 1 NGLIPAR SMKN 1 PALEMBANG SMKN 1 PENGASIH SMKN 1 SALATIGA SMKN 1 SURABAYA SMKN 1 SURAKARTA SMKN 1 YOGYAKARTA SMKN 10 JAKARTA SMKN 11 BANDUNG SMKN 11 JAKARTA SMKN 13 JAKARTA SMKN 14 JAKARTA SMKN 15 BANDUNG SMKN 2 BUDURAN SMKN 2 CIREBON SMKN 2 DEPOK SMKN 2 SEMARANG SMKN 2 SLAWI SMKN 22 JAKARTA SMKN 23 JAKARTA SMKN 3 BANDAR LAMPUNG

| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |

10 6 9 10 10 10 9 10 5 10 9 9 9 8 10 7 9 6 10 10 10 10 10 10 10 9 10 9 10 10 9 9 10 10 8 13 9 9 9 1 29 2 7 9 10 8 9 10 11 9 2 6 10 10 13 9 5 9 10 6 10 9 8

100

0.65 0.39 0.59 0.65 0.65 0.65 0.59 0.65 0.33 0.65 0.59 0.59 0.59 0.52 0.65 0.46 0.59 0.39 0.65 0.65 0.65 0.65 0.65 0.65 0.65 0.59 0.65 0.59 0.65 0.65 0.59 0.59 0.65 0.65 0.52 0.85 0.59 0.59 0.59 0.07 1.89 0.13 0.46 0.59 0.65 0.52 0.59 0.65 0.72 0.59 0.13 0.39 0.65 0.65 0.85 0.59 0.33 0.59 0.65 0.39 0.65 0.59 0.52

46.61 47.00 47.58 48.24 48.89 49.54 50.13 50.78 51.11 51.76 52.35 52.94 53.52 54.05 54.70 55.16 55.74 56.14 56.79 57.44 58.09 58.75 59.40 60.05 60.70 61.29 61.95 62.53 63.19 63.84 64.43 65.01 65.67 66.32 66.84 67.69 68.28 68.86 69.45 69.52 71.41 71.54 72.00 72.58 73.24 73.76 74.35 75.00 75.72 76.31 76.44 76.83 77.48 78.13 78.98 79.57 79.90 80.48 81.14 81.53 82.18 82.77 83.29

SMKN 3 BANDUNG | 10 0.65 83.94 SMKN 3 KARAWANG | 4 0.26 84.20 SMKN 3 PALEMBANG | 9 0.59 84.79 SMKN 3 SEMARANG | 9 0.59 85.38 SMKN 3 SURABAYA | 7 0.46 85.84 SMKN 38 JAKARTA | 9 0.59 86.42 SMKN 4 BANDAR LAMPUNG | 11 0.72 87.14 SMKN 4 BOJONEGORO | 8 0.52 87.66 SMKN 4 JEMBER | 10 0.65 88.32 SMKN 4 KOTA SERANG | 8 0.52 88.84 SMKN 4 SURABAYA | 10 0.65 89.49 SMKN 40 JAKARTA | 8 0.52 90.01 SMKN 41 JAKARTA | 7 0.46 90.47 SMKN 43 JAKARTA | 9 0.59 91.06 SMKN 48 JAKARTA | 10 0.65 91.71 SMKN 49 JAKARTA | 2 0.13 91.84 SMKN 5 SURAKARTA | 10 0.65 92.49 SMKN 50 JAKARTA | 9 0.59 93.08 SMKN 57 JAKARTA | 10 0.65 93.73 SMKN 6 BANDUNG | 10 0.65 94.39 SMKN 6 JAKARTA | 9 0.59 94.97 SMKN 6 PALEMBANG | 8 0.52 95.50 SMKN 6 SEMARANG | 10 0.65 96.15 SMKN 6 YOGYAKARTA | 7 0.46 96.61 SMKN 60 JAKARTA | 7 0.46 97.06 SMKN 7 SERANG | 7 0.46 97.52 SMKN 8 SEMARANG | 9 0.59 98.11 SMKN 8 SURABAYA | 9 0.59 98.69 SMKN 8 SURAKARTA | 10 0.65 99.35 SMKN 9 SURAKARTA | 10 0.65 100.00 ------------------------------------+----------------------------------Total | 1,532 100.00 . ta

smk_6

bidang keahlian (sebutkan) | Freq.

Percent Cum. ----------------------------------------+----------------------------------99 | 20 1.31 1.31 AGROBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI | 12 0.78 2.09 BISNIS MANAJEMEN | 796 51.96 54.05 KESEHATAN | 50 3.26 57.31 PARIWISATA | 202 13.19 70.50 SENI PERTUNJUKAN | 15 0.98 71.48 SENI RUPA DAN KERAJINAN | 2 0.13 71.61 TEKNOLOGI DAN REKAYASA | 188 12.27 83.88 TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI | 247 16.12 100.00 ----------------------------------------+----------------------------------Total | 1,532 100.00 . ta

smk_7

program keahlian (sebutkan) | Freq.

Percent Cum. ----------------------------------------+----------------------------------99 | 73 4.77 4.77 ADMINISTRASI | 233 15.21 19.97 AGRIBISNIS HASIL PERTANIAN | 2 0.13 20.10 AGRIBISNIS PRODUKSI TANAMAN | 1 0.07 20.17 AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK | 8 0.52 20.69 GEOLOGI PERTAMBANGAN | 3 0.20 20.89 KEFARMASIAN | 22 1.44 22.32 KEPARIWISATAAN | 92 6.01 28.33 KEPERAWATAN | 25 1.63 29.96 KESEHATAN | 3 0.20 30.16

101

KEUANGAN | 380 24.80 54.96 MEKANISASI PERTANIAN | 1 0.07 55.03 PEKERJAAN SOSIAL | 1 0.07 55.09 SENI KARAWITAN | 2 0.13 55.22 SENI MUSIK | 10 0.65 55.87 SENI RUPA | 2 0.13 56.01 SENI TARI | 2 0.13 56.14 SURVEYING | 10 0.65 56.79 TATA BOGA | 67 4.37 61.16 TATA BUSANA | 32 2.09 63.25 TATA KECANTIKAN | 4 0.26 63.51 TATA NIAGA | 139 9.07 72.58 TEKNIK BANGUNAN | 3 0.20 72.78 TEKNIK BROADCASTING | 2 0.13 72.91 TEKNIK ELEKTRONIKA | 12 0.78 73.69 TEKNIK GRAFIKA | 1 0.07 73.76 TEKNIK KETENAGALISTRIKAN | 9 0.59 74.35 TEKNIK KOMPUTER DAN INFORMATIKA | 249 16.25 90.60 TEKNIK MESIN | 62 4.05 94.65 TEKNIK OTOMOTIF | 75 4.90 99.54 TEKNIK TELEKOMUNIKASI | 4 0.26 99.80 TEKNOLOGI KOMPUTER DAN JARINGAN | 1 0.07 99.87 TEKNOLOGI TEKSTIL | 2 0.13 100.00 ----------------------------------------+----------------------------------Total | 1,532 100.00 . ta

smk_9

kabupaten/kota | Freq.

Percent Cum. ----------------------+----------------------------------BANDAR LAMPUNG | 39 2.55 2.55 BANDUNG | 98 6.40 8.94 BANTUL | 29 1.89 10.84 BEKASI | 54 3.52 14.36 BOGOR | 36 2.35 16.71 BOJONEGORO | 40 2.61 19.32 CIMAHI | 44 2.87 22.19 CIREBON | 5 0.33 22.52 DEPOK | 19 1.24 23.76 GUNUNGKIDUL | 44 2.87 26.63 JAKARTA BARAT | 60 3.92 30.55 JAKARTA PUSAT | 30 1.96 32.51 JAKARTA SELATAN | 43 2.81 35.31 JAKARTA TIMUR | 56 3.66 38.97 JAKARTA UTARA | 59 3.85 42.82 JEMBER | 19 1.24 44.06 KAB. TANGGERANG | 19 1.24 45.30 KAB.BANDUNG | 10 0.65 45.95 KARAWANG | 33 2.15 48.11 KOTA BOGOR | 22 1.44 49.54 KOTA CIREBON | 10 0.65 50.20 KOTA SERANG | 38 2.48 52.68 KULON PROGO | 40 2.61 55.29 MAKASAR | 9 0.59 55.87 MALANG | 9 0.59 56.46 MEDAN | 10 0.65 57.11 PALEMBANG | 36 2.35 59.46 PEKALONGAN | 16 1.04 60.51 SALATIGA | 18 1.17 61.68 SEMARANG | 104 6.79 68.47 SIDOARJO | 83 5.42 73.89 SLEMAN | 47 3.07 76.96 SURABAYA | 88 5.74 82.70

102

SURAKARTA | 175 11.42 94.13 TANGGERANG | 9 0.59 94.71 TEGAL | 25 1.63 96.34 YOGYAKARTA | 56 3.66 100.00 ----------------------+----------------------------------Total | 1,532 100.00 . ta

smk_10

provinsi | Freq.

Percent Cum. ---------------------------+----------------------------------BANTEN | 66 4.31 4.31 DIY | 216 14.10 18.41 DKI JAKARTA | 248 16.19 34.60 JAWA BARAT | 330 21.54 56.14 JAWA TENGAH | 338 22.06 78.20 JAWA TIMUR | 240 15.67 93.86 LAMPUNG | 39 2.55 96.41 SULAWESI SELATAN | 9 0.59 97.00 SUMATERA SELATAN | 36 2.35 99.35 SUMATERA UTARA | 10 0.65 100.00 ---------------------------+----------------------------------Total | 1,532 100.00 . ta

smk_12

apa kegiatan utama anda seminggu yang | lalu? | Freq.

Percent Cum. ----------------------------------------+----------------------------------1. bekerja | 1,198 78.20 78.20 2. mencari pekerjaan/mempersiapkan usah | 159 10.38 88.58 3. tidak mencari kerja/tidak mempersiap | 175 11.42 100.00 ----------------------------------------+----------------------------------Total | 1,532 100.00 . ta smk_14 jika bekerja, sebutkan jenis pekerjaan | utama yang anda lakukan dalam seminggu | te | Freq.

Percent Cum. ----------------------------------------+----------------------------------1 tenaga profesional, teknisi dan yang | 174 14.52 14.52 2 tenaga kepemimpinan dan ketatalaksana | 23 1.92 16.44 3 tenaga tata usaha dan yang sejenis | 210 17.53 33.97 4 tenaga usaha penjualan | 347 28.96 62.94 5 tenaga usaha jasa | 254 21.20 84.14 6 tenaga usaha pertanian, kehutanan per | 2 0.17 84.31 7 tenaga produksi, operator alat-alat a | 188 15.69 100.00 ----------------------------------------+----------------------------------Total | 1,198 100.00 . ta

smk_15

jika bekerja, apa status pekerjaan yang | anda lakukan dalam seminggu terakhir? | Freq.

Percent Cum. ----------------------------------------+----------------------------------1. berusaha sendiri | 68 5.68 5.68 2. berusaha dengan dibantu buruh tidak | 12 1.00 6.68 3. berusaha dibantu dengan buruh tetap | 33 2.75 9.43 4. buruh/karyawan/pegawai | 1,055 88.06 97.50 5. pekerja tidak tetap di pertanian | 1 0.08 97.58 6. pekerja tetap di non pertanian | 27 2.25 99.83 7. pekerja keluarga atau pekerja tidak | 2 0.17 100.00 ----------------------------------------+-----------------------------------

103

Total | . ta

1,198

100.00

smk_16

jika bekerja, apa lapangan pekerjaan | yang anda lakukan dalam seminggu | terakhir? | Freq.

Percent Cum. ----------------------------------------+----------------------------------1. pertanian, perkebunan, kehutanan, da | 20 1.67 1.67 2. pertambangan dan penggalian | 13 1.09 2.75 3. industri pengolahan | 226 18.86 21.62 4. pengadaan listrik dan gas | 12 1.00 22.62 5. pengadaan air, pengelolaan sampah, l | 3 0.25 22.87 6. bangunan/konstruksi | 37 3.09 25.96 7. perdagangan besar dan eceran; repara | 362 30.22 56.18 8. transportasi dan pergudangan | 83 6.93 63.11 9. penyediaan akomodasi makan dan minum | 135 11.27 74.37 95. lainnya | 152 12.69 87.06 99. missing | 155 12.94 100.00 ----------------------------------------+----------------------------------Total | 1,198 100.00 . ta

smk_17

berapakah | jumlah jam | kerja anda | pada | pekerjaan | utama | selama | seminggu | yang lalu? | Freq.

Percent Cum. ------------+----------------------------------1 | 3 0.25 0.25 3 | 1 0.08 0.33 4 | 3 0.25 0.58 5 | 1 0.08 0.67 6 | 3 0.25 0.92 7 | 2 0.17 1.09 8 | 29 2.42 3.51 9 | 4 0.33 3.84 10 | 2 0.17 4.01 12 | 3 0.25 4.26 13 | 1 0.08 4.34 14 | 1 0.08 4.42 16 | 1 0.08 4.51 18 | 1 0.08 4.59 20 | 1 0.08 4.67 23 | 1 0.08 4.76 24 | 3 0.25 5.01 28 | 2 0.17 5.18 30 | 6 0.50 5.68 32 | 3 0.25 5.93 35 | 5 0.42 6.34 36 | 11 0.92 7.26 37 | 1 0.08 7.35 38 | 3 0.25 7.60 40 | 125 10.43 18.03 42 | 42 3.51 21.54 43 | 2 0.17 21.70 44 | 6 0.50 22.20 45 | 49 4.09 26.29

104

46 | 29 2.42 28.71 47 | 2 0.17 28.88 48 | 683 57.01 85.89 49 | 3 0.25 86.14 50 | 10 0.83 86.98 51 | 4 0.33 87.31 52 | 4 0.33 87.65 53 | 2 0.17 87.81 54 | 31 2.59 90.40 55 | 1 0.08 90.48 56 | 8 0.67 91.15 58 | 2 0.17 91.32 60 | 21 1.75 93.07 63 | 4 0.33 93.41 64 | 1 0.08 93.49 65 | 1 0.08 93.57 66 | 6 0.50 94.07 68 | 1 0.08 94.16 69 | 1 0.08 94.24 70 | 1 0.08 94.32 72 | 14 1.17 95.49 77 | 1 0.08 95.58 78 | 1 0.08 95.66 84 | 2 0.17 95.83 94 | 1 0.08 95.91 99 | 49 4.09 100.00 ------------+----------------------------------Total | 1,198 100.00 . ta

smk_18

berapa upah/gaji/penghasilan yang | diterima tiap bulan? | Freq.

Percent Cum. -------------------------------------+----------------------------------1. kurang dari rp 2.000.000 | 553 46.16 46.16 2. antara rp.2.000.000 - <4.000.000 | 531 44.32 90.48 3. antara rp 4.000.000 ? < 6.000.000 | 69 5.76 96.24 4. lebih dari rp.6.000.000 | 10 0.83 97.08 99. missing | 35 2.92 100.00 -------------------------------------+----------------------------------Total | 1,198 100.00 . ta

smk_19

apakah anda | puas dengan | pekerjaan | saat ini? | Freq.

Percent Cum. ------------+----------------------------------1. ya | 809 67.53 67.53 2. tidak | 366 30.55 98.08 99 | 23 1.92 100.00 ------------+----------------------------------Total | 1,198 100.00 . ta smk_21 dalam satu tahun terakhir, berapa | kali pindah pekerjaan? | Freq.

Percent Cum. ----------------------------------+----------------------------------1. tidak pernah | 833 69.53 69.53 2. satu kali | 193 16.11 85.64 3. dua kali | 111 9.27 94.91 4. lebih dari tiga kali | 20 1.67 96.58

105

99. missing | 41 3.42 100.00 ----------------------------------+----------------------------------Total | 1,198 100.00 . ta

smk_22

berapa lama | waktu | tunggu | untuk | memperoleh | pekerjaan | sejak anda | lulus? | (sebutkan) | Freq.

Percent Cum. ------------+----------------------------------0 | 81 6.76 6.76 1 | 407 33.97 40.73 2 | 212 17.70 58.43 3 | 183 15.28 73.71 4 | 61 5.09 78.80 5 | 52 4.34 83.14 6 | 70 5.84 88.98 7 | 10 0.83 89.82 8 | 12 1.00 90.82 9 | 5 0.42 91.24 10 | 8 0.67 91.90 11 | 3 0.25 92.15 12 | 29 2.42 94.57 13 | 1 0.08 94.66 14 | 3 0.25 94.91 15 | 2 0.17 95.08 18 | 3 0.25 95.33 24 | 5 0.42 95.74 27 | 1 0.08 95.83 30 | 1 0.08 95.91 36 | 1 0.08 95.99 40 | 1 0.08 96.08 99 | 47 3.92 100.00 ------------+----------------------------------Total | 1,198 100.00 . ta

smk_23

jika sedang mencari | pekerjaan/mempersiapkan usaha baru, | kegiatan apa yang anda l | Freq.

Percent Cum. ----------------------------------------+----------------------------------1. mendaftar pada bursa kesempatan kerj | 53 33.33 33.33 2. menghubungi perusahaan/kantor | 12 7.55 40.88 3. melamar dengan memanfaatkan iklan | 51 32.08 72.96 4. menghubungi keluarga/kenalan | 12 7.55 80.50 5. mengumpulkan modal/perlengkapan | 10 6.29 86.79 6. mencari lokasi/tempat usaha | 4 2.52 89.31 7. mengurus surat perizinan usaha | 2 1.26 90.57 99. missing | 15 9.43 100.00 ----------------------------------------+----------------------------------Total | 159 100.00 . ta

smk_24

sudah | berapa lama |

106

anda | mencari | kerja atau | mempersiapk | an usaha | baru sejak | lulus | Freq.

Percent Cum. ------------+----------------------------------0 | 6 3.77 3.77 1 | 16 10.06 13.84 2 | 22 13.84 27.67 3 | 25 15.72 43.40 4 | 12 7.55 50.94 5 | 12 7.55 58.49 6 | 13 8.18 66.67 7 | 1 0.63 67.30 8 | 1 0.63 67.92 10 | 5 3.14 71.07 11 | 1 0.63 71.70 12 | 15 9.43 81.13 13 | 1 0.63 81.76 14 | 3 1.89 83.65 15 | 2 1.26 84.91 17 | 1 0.63 85.53 24 | 1 0.63 86.16 36 | 2 1.26 87.42 99 | 20 12.58 100.00 ------------+----------------------------------Total | 159 100.00 . ta

smk_25

apakah alasan utama anda tidak mencari | pekerjaan/ tidak mempersiapkan usaha | baru | Freq.

Percent Cum. ----------------------------------------+----------------------------------1. putus asa: merasa tidak mungkin mend | 1 0.57 0.57 2. sudah diterima bekerja, tapi belum m | 3 1.71 2.29 3 melanjutkan sekolah/pendidikan/kuliah | 159 90.86 93.14 4. mengikuti pelatihan | 2 1.14 94.29 5 mengurus rumah tangga | 8 4.57 98.86 6 sudah mempunyai pekerjaan/usaha | 2 1.14 100.00 ----------------------------------------+----------------------------------Total | 175 100.00 . ta

smk_26

dimanakah anda mengikuti pelatihan? | Freq.

Percent Cum. ----------------------------------------+----------------------------------2. pelatihan di balai latihan kerja (bl | 1 50.00 50.00 3. pelatihan di tempat kursus | 1 50.00 100.00 ----------------------------------------+----------------------------------Total | 2 100.00

107