MUNTILAN, MAGELANG MUNTILAN, MAGELANG DESA NGARGOMULYO, BRAMAN DESA NGARGOMULYO, BRAMAN LIVE IN SMP SANTA URSULA 2023 LIVE IN SMP SANTA URSULA 2023









MUNTILAN, MAGELANG MUNTILAN, MAGELANG DESA NGARGOMULYO, BRAMAN DESA NGARGOMULYO, BRAMAN LIVE IN SMP SANTA URSULA 2023 LIVE IN SMP SANTA URSULA 2023
Muntilan Selasa (28/3) SMP
Santa Ursula melakukan kegiatan
Live in di Desa Ngargomulyo, Dusun Braman, Muntilan, Jawa
Tengah. Kami melakukan
perjalanan dari Jakarta pada
tanggal 27 Maret 2023. Setelah
sampai di dusun, kami semua
harus mencari rumah kami
masing-masing dengan tujuan
agar bisa mengenal satu sama
lain. Setelah kami menemukan
rumah kami masing-masing, kami
bergegas untuk meletakkan
barang-barang kami dan
melakukanistirahatsebentarserta
makan siang. Saat sedang
beristirahat, kami didatangi oleh
tim tuk mancur untuk dijelaskan
sedikit mengenai kegiatan yang
akan kami lakukan di dusun
nantinya. Setelah istirahat, kami
pergi ke sawah untuk membantu
orang tua asuh memetik cabai.
Cabai disana sangat segar, dan kami melakukannya dengan
senang.
Setelah pulang dari sawah, kami melakukan eksplorasi
dusun bersama teman-teman
satu dusun. Saat eksplorasi
dusunberlangsung,kamipergi
ke kandang kerbau milik
warga dan dijelaskan sedikit
oleh mereka bagaimana cara
merawat kerbau, cara membersihkannya, cara agar
kotoran kerbau bisa dijadikan
pupuk organik. Kami
menelusuri tempat
pemotongankayudisana,dan
diberitahu bagaimana cara
mereka bekerja serta harga
jual barang yang sudah jadi.
Setelah eksplorasi dusun, kami makanmalam.Setelahmakan
malam, kami semua
berkumpul di lapangan untuk
melakukan refleksi bersama
serta sharing bersama
keluarga. Kami semua saling
bertanya-tanya mengenai hal
yang ada didesa dan juga
yang ada di kota. Kami
menjadi tahu cerita tentang
keluarga asuh kami dan gaji
seorang petani sangatlah
kecil. Setelah sharing, kami
semua tidur dan
mempersiapkan diri untuk
kegiatanbesokhari.
Muntilan Rabu (29/3) pada pagi
harikamisemuamembantuorang
tua asuh kita untuk memasak dan mencuci piring. Setelah itu, kami
sarapan bersama dan bergegas
untuk mandi. Setelah selesai, kami
semua berkumpul di lapangan
untuk mengajar anak-anak desa
disana untuk melakukan program
kerja kami. Kami mengajar di SD
Kanisius Sumber. Kami mengajar
mulai dari kelas 3 sampai 5. Mulai
dari mengajar bahasa inggris, matematika, hingga bermain
bowlingdanbasket.
Setelah mengajar kami semua
berkumpul dilapangan untuk
melakukan jejak pangan. Jejak
pangan sendiri bertujuan untuk
merasakan pekerjaan yang
dilakukan oleh petani.
Mengajarkan kita untuk menanam
hingga memanen hasil pangan kitasendiri.
Kami pergi ke sawah dan dijelaskanolehibupetanicara mengatasi hama, cara menjual hasil panen ke pasar, hingga cara-cara untuk
menanam bibit tumbuhan yang ada di sawah tersebut. Sawah yang kita kunjungi ini merupakansawahmilikIbuSri.
Ibu Sri memperbolehkan kita untukmemetikhasilpanennya untuk dibuat masak. Jejak
pangan yang kami lakukan adalah harus memasak hasil panenkita.
Kami memasak di rumah
Bapak Jumari dan Ibu Ponira
yang merupakan salah satu warga yang ada di dusun. tersebut. Kami memasak
tempe orak-arik kecap, tumis
buncis, dan ikan asin. Kami
melakukan semua hal sendiri, mulai dari mencuci, memotong, mengulek, hingga
menggoreng hasil pangan kami.
Setelah kami selesai memasak, kamimenikmatimakanantersebut
secara bersama-sama. Setelah
makan kami semua mengobrol
dengan Ibu Ponira dan juga tim
dari tuk mancur. Setelah sharing, kamisemuakembalikerumahdan
melakukan kegiatan bersama
orang tua asuh kami. Kami
memiliki waktu kosong selama 1
jam, dan kami semua berkumpul
di satu rumah. Mengobrol
bersama, bercerita tentang
kegiatan live in kami yang sangat
memorableini.
Setelah mengobrol kami
melakukan jimpitan. Jimpitan
adalah tradisi iuran sukarela
dalam masyarakat jawa berupa
uang atau beras yang
dikumpulkanolehsatuorangyang
berguna sebagai uang kas dusun
tersebut. Kami melakukan jimpitan
menggunakan bahasa jawa dan
mengitari satu dusun untuk
memintajimpitan.Halinibertujuan
untuk melatih kerjasama dan
melatih sosialisasi. Setelah
jimpitan selesai kami balik ke
rumah kami masing-masing dan melakukanmakanmalam.
Setelah makan malam kami
melakukan sharing bersama
tim Edukasi Tuk Mancur di rumah Bapak Rohmat
bersama Pak Bambang, Pak
Dimas, Bu Erna, dan Bu Dewi.
Kami menceritakan apa saja
kegiatan yang sudah kami
lakukan dirumah dari hari
selasa sampai hari rabu.
Setelah sharing selesai, kami
pulang ke rumah masingmasing, mandi, dan mempersiapkan diri untuk aktivitasesokhari.
Muntilan -– Kamis (30/3)
Anak-anak yang melakukan live in di Desa Ngargomulyo
melakukan jelajah alam. Pagi
hari setelah kami sarapan, kami bergegas untuk pergi
jelajahdanmisaalam.Jelajah
alam dimulai dengan
melewati sawah. Di sana kami
memindahkan pupuk kompos
ke tanah sawah agar
tanaman tersebut menjadi
subur. Pupuk kompos terdiri
dari kotoran kerbau, tanah, dan juga jerami dicampur
menjadi satu. Setelah
memupuk tanah, kami
menanjak tanah dan berjalan
menujuDusunGemer.
Sampai di dusun tangkil, kami melewati semak semak dan pepohonan untuk menuju ke air terjun. Air terjun yang kami tuju adalah air terjun sumber. Disana kami diberi sedikit riddle untuk menuju ke tempat berikutnya.
Kaminaikketanggauntukmenuju ke air terjun berikutnya. Kami melakukan foto bersama lalu menuju ke sungai. Menelusuri sungai, kami melakukannya secara sendiri-sendiri, memasuki area sungai dan melakukan healingagardirikitamenjadilebih tenang.Disanakamidiperintahkan untuk doa bapa kami dalam hati dan menikmati alam saat menelusurisungaitersebut.
Melihat sekeliling bahwa ada banyak makhluk hidup yang sedang hidup disitu. Setelah healing kita berkumpul bersama anak-anak satu angkatan di tempatdoaImaTukaGemer.Kami melakukanmisaalamdisana.Misa alam kali ini dipimpin oleh Romo Agustinus Sudarisman. Selesai misa kami makan siang bersama.
Makanan yang kami makan adalah nasi doa yang dibuat oleh salahsatuwargadisana.
Selesai misa, cuaca di desa tidak mendukung dan mulai gerimis.
Sehingga kami diharuskan untuk balik ke dusun masing-masing dan langsung membersihkan diri.
Setelah hujan reda, kami satu dusun berkumpul dan mengobrol
santai sambil melakukan sharing.
Setelah waktu untuk berkumpul
sudah selesai, kami membantu
keluarga asuh kami dan mempersiapkan makan malam.
Setelah itu kami berkumpul
kembali untuk pergi ke kapel yang
berada di Dusun Tangkil untuk
melakukan refleksi. Disana kami
refleksi mengenai nilai-nilai yang
kita dapat saat live in. Setelah selesai kami balik ke rumah kami
masing-masing dan membereskan koper untuk pulang ke Jakarta besok pagi. (AEH, EC, MCDL,QNA,ZMK)
28 Maret 2023 pukul 08.00 WIB menandakan
waktu para siswi dan guru SMP Santa Ursula Jakarta tiba di Desa Ngargomulyo untuk
memulai kegiatan live in mereka. Kesampaian rombongan SMP Santa Ursula disambut dengan baik oleh para warga lokal disana
Sambutan dijalankan dengan pertama-tama mengajak para siswi dan guru untuk mencuci tangan dengan air dari desanya tersendiri lalu
mengeringkannya dengan api Setelah melakukan ini, tangan mereka akan diolesi oleh abu. Acara adat dan tradisional ini dilakukan sebagai tanda bahwa kedatangan para siswi dan guru kini bukan lagi dianggap sebagai tamu, namun sebagai keluarga dan bagian dari warga desa.
Setelah penyambutan dan pembukaan, para siswi dari 81, 82, dan 83 dibagikan ke beberapa dusun. Salah satunya adalah Dusun Braman Hal yang pertama dilakukan seusai pembagian dusun adalah mencari rumah masing-masing dengan bertanya kepada warga desa sekitar. Setelah berhasil menemukan rumah dari orang tua asuh masingmasing dan berkenalan, para siswi di Dusun Braman melanjutkan aktivitas mereka bersama keluarga. Pada sekitar pukul 09 00-10 00 WIB para siswi Dusun Braman pergi ke perkebunan salah satu warga desa untuk memetik dan memanen cabai bersama. Lalu diadakan makan siang pada sekitar pukul 12 00 WIB Setelah itu, dilanjut dengan kegiatan eksplorasi dusun yang dilaksanakan pada jam 14.00-16.00 WIB. Saat eksplorasi dusun, kami mengelilingi dusun dan melihat beberapa hal baru, diantaranya melihat salah satu tempat terbentuknya pupuk melalui kotoran sapi dan jerami.
Kami juga mengunjungi salah satu kandang sapi. Setelah itu, kami juga berkunjung ke salah satu tempat pekerja pengrajin kayu, disitu kami melihat banyak olahan dari kayu seperti furniture. Selain hasil olahnya, kami juga melihat mesin-mesin dan alat yang dipakai untuk membuat produk olahan. Pada kegiatan ini kami diajak untuk mencari tahu letak geografis, asal usul, sosial budaya serta perekonomian desa dengan bertanya kepada warga sekitar. Selain itu, kami juga mengelilingi dusun kami dan diajarkan serta melihat banyak hal baru. Terakhir, pada sekitar jam 18.00 WIB kami makan malam dengan keluarga masing-masing dan juga mengobrol/sharing bersama mereka, lalu tidur.
SHari kedua di Dusun Braman dimulai pada jam 05.00 WIB. Para siswi bangun untuk membantu para orangtua asuh untuk membuat sarapan. Pada pukul 07.30 WIB dilanjutkan dengan kegiatan program kerja atau bakti sosial yang dilaksanakan pada sekolah Kanisius Sumber.
Disini kami mengajar Bahasa Inggris kepada anak-anak kelas 3, 4, dan 5 SD. Selain mengajar, ada juga permainan bowling, charades, dan sharing kesan dari buku cerita bekas yang kami bawa Saat sudah selesai, kami lanjut dengan kegiatan jejak pangan yang mulai sekitar jam
09.00 WIB. Pada jejak pangan, kami memetik bahanbahan seperti buncis, timun, dan lainnya yang diperlukan
untuk membuat makan siang yang nantinya akan kami masak bersama. Setelah sudah memetik dan mengalami
pemanenan secara langsung, kami ke rumah Pak Jumardi pada sekitar jam 11.00 WIB untuk memasak bahan yang
kami petik bersama dengan Ibu Ponira. Hasil dari masakan kami adalah tempe kecap dan juga sayuran berupa buncis. Makan siang serta sharing singkat berlangsung sekitar 2 jam. Setelah itu, kami berpisah dengan teman sedusun dan melakukan aktivitas bersama keluarga. Salah
satu aktivitasnya adalah mengayak pupuk untuk
menumbuhkan cabe dengan Bu Hartini Setibanya pukul
17.00 WIB kami berkumpul kembali untuk melakukan
Jimpitan. Jimpitan dilakukan dengan berkeliling rumahrumah di dusun tersebut dan mengumpulkan uang atau beras secara sukarela untuk keperluan keuangan desa.
Pada jimpitan ini, kami juga
bisa berinteraksi dengan
anak-anak lingkungan
dusun tersebut, karena
merekalah yang
mendampingi kita dan memberi arahan dimana
letak rumah warga desa
Hari ketiga bisa dibilang sebagai puncak kegiatan live in kami. Setelah menyudahi sarapan bersama keluarga pada pukul 08.00 WIB, kami berkumpul untuk memulai jelajah alam. Jelajah alam dimulai dengan kegiatan menaruh kotoran sapi yang sudah tercampur dengan jerami dan tanaman lainnya ke sawah supaya bisa menjadi pupuk. Kedua, dilanjut dengan mengamati tumpang sari yang ada di persawahan desa. Disini kami mempelajari manfaat dan kegunaan tumpang sari untuk petani. Seiring menelusuri dusun-dusun lain, kami juga mengamati salah satu tempat pembuatan biogas, yang sebenarnya juga berawal dari kotoran sapi dan dibantu dengan hal alami lainnya. Setelah berjalan lama, kami akhirnya sampai pada sebuah sungai. Kami berjalan melalui sungai ini dan juga menaiki air terjun kecil dengan tangga untuk bisa ke tempat selanjutnya.
Tempat selanjutnya
adalah Topo Bisu. Topo Bisu dibuat oleh nenek moyang kita dengan membelah tebing secara manual menggunakan cangkul dan alat lainnya.
Setelah berjalan lagi, kami sampai pada tempat ziarah Bunda Maria. Setelah menunggu siswi dari dusun lain, kami mengikuti prosesi misa di sebuah kapel. Setelah misa selesai, diadakan nasi doa sebagai makan siang kami. Perjalanan kembali ke Dusun Braman kali ini tidak terlalu mudah, pada jalan balik tiba-tiba hujan sehingga kami ber ujan-ujanan saat kembali. Setelah mandi dan beberes, kami pun mengikuti refleksi di Kapel Tangkil. Di refleksi ini kami menuliskan nilainilai yang bisa diambil dari pengalaman kami di desa ini. Refleksi pada hari itu diakhiri dengan pelepasan serta para siswi menyanyikan “Mars Serviam.”
Esoknya merupakan hari terakhir dan perpisahan dengan orangtua asuh. Setelah sarapan, pada jam 08.00 WIB, kami berpamitan dengan orangtua asuh kami dan menaiki bus untuk menuju tujuan kami selanjutnya, lalu balik ke Jakarta (MCDL)
Kebersihandankesehatanpada
saatkeberangkatan,lokasilivein, dansaatkembalikeJakarta
SaatPemberangkatan(DiBusdanRestArea)
Selama pemberangkatan di Bus, semua menjaga protokol kesehatan dengan baik dan benar. Semua anggota bus memakai masker kecuali supir. Saat awal-awal perjalanan kami, bus kita masih rapi dan juga bersih. Namun, lama kelamaan bus kita mulai penuh dengan sampah yangberserakandilantaibus.Saatkitasampaidirestareapertama,rest area tersebut tidak terlalu bersih dari segi toilet, tempat makan maupun tempat parkirnya. Toiletnya tidak terlalu bersih dan tidak terlalu terjaga. Terlihat juga dari fasilitas kurang memadai, seperti tidak adanya air sebagai pembersih maupun tisu. Upaya untuk menjaga kebersihan di toilet dari siswi adalah dengan membawa peralatan kebersihannya sendiri, seperti tisu ataupun lap sendiri. Sedangkan di rest area kedua, semua fasilitas lengkap dan juga bisa dibilang bersih. Toilet dan tempat makanannyacukupbersihuntukkamimenggunakanfasilitasnya
Saat sampai pada lokasi live-in, semuanya menjaga protokol kesehatan dengan tetap memakai masker, namun seiringnya berjalan waktu dengan para warga yang juga tidak memakai masker, beberapa dari kami ikut lepas masker. Karena aktivitas seperti jelajah alam dan bercocoktanamyangmembuatkamilebihcapeksaatmemakaimasker. Melepas masker di kota dan desa pun berbeda, di desa kita menghirup udara yang lebih asri dan bersih, jumlah populasinya juga lebih sedikit sehinggalebihaman.Kamijugamelakukanritualpembersihandaridesa, kami diajak mencuci tangan dengan air dari desa tersebut dan mengeringkannyadenganapiuntukmembersihkandiridarikotoranluar.
Pada 2021 awal pandemi, aktivitas dan ekonomi di Desa Ngargomulyo terkendala. Pemasukan, jual keluar, transport juga susah. Selain itu, interaksi dari luar dan antarwarga dibatasi. Pak Heru, salah satu narasumber yang juga menjabat sebagai Kepala
Dusun mendeskripsikan Dusun Braman seperti Kampung Mati. Dengan penyebaran tinggi dan sangat cepat, wilayah ini menjadi zona merah. Adapun banyak korban, bisa 10 atau lebih yang
terpapardalamsehari.Namun,untungnya,padaawal2022kondisi sudah membaik sehingga aktivitas sudah mulai berjalan normal.
Setelahpandemi,wargalebihmenjagakesehatandankebersihan mereka. Beberapa perbedaannya adalah hidup lebih bersih, instalasikranairuntukcucitangan,penggunaanmaskerdanhand sanitizer lebih sering, adanya Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah yang dicairkan setiap bulan, dan penyemprotan disinfektansatudesasetiap2-3bulan.
Setelahpandemi,wargalebihmenjagakesehatandankebersihan mereka. Beberapa perbedaannya adalah hidup lebih bersih, instalasi kran air untuk cuci tangan, penggunaan masker dan hand sanitizer lebih sering, adanya Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah yang dicairkan setiap bulan, dan penyemprotan disinfektan satu desa setiap 2-3 bulan. Kebersihan juga penting untuk dijaga agar kesehatan di Desa lebih baik. Oleh karena itu, saatadaharirayayangdekat,masyarakatberinisiatifmembantu membersihkan desa. Biasanya diskusi melalui arisan. Saat ada warga desa yang sakit, maka mereka bisa dilarikan ke Pos Kesehatan Desa yang terletak sekitar 800 m dari desa. Disitu terdapat bidan yang standby. Jika bidan tidak mampu melayani, maka akan diarahkan ke Puskesmas Dusun Braman yang terletak 4-5 km dari desa. Jika diperlukan perawatan lebih lanjut, maka akan diarahkan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang berjarak12kmdaridesa.
Saat Kembali Ke Jakarta (Di Bus, Tempat Wisata, dan Rest Area)
Ketika sampai di lapangan parkir bus, para siswi berpamitan dengan orang tua asuhnya. Mereka juga sudah menggunakan masker dari rumah orang tua asuh. Saat akan memasuki bus, semuanya terlihat menggunakan masker dengan baik. Di bus, mayoritas juga masih menggunakan maskernya. Namun, setelah belanja oleh-oleh sudah terlihat ada yang melepas maskernya. Ini dikarenakan mereka semua mulai memakan oleh-oleh yang dibeli yang tujuannya untuk dikonsumsi pribadi. Saat kita sampai di Tebing Breksi, mulai ada yang melepas masker. Di area Tebing Breksi, tidak banyak yang dikunjungi seperti tempat makan atau toilet.Menurutkami,secarakeseluruhanTebingBreksimemilikiarea yang bersih. Jadi, kita merasa nyaman untuk melihat-lihat atau mengambilfoto.
Sebelum lanjut ke tempat wisata selanjutnya, kita semua makan siang terlebih dahulu di sebuah restoran. Restoran tersebut termasuk bersih, tapi di sana tidak disediakan tisu di atas meja. Sebelum makan, para siswi menyemprotkan hand sanitizer untuk membersihkan tangan. Tempat wisata kedua yang dikunjungi adalahCandiPrambanan.Lokasinyatidakterlalujauhdarirestoran. Di Prambanan, cukup banyak siswi yang mulai melepas masker. Namun masih ada yang menggunakan masker. Tempat-tempat di areaPrambananjugabersih,termasuktoiletnya.Ditoilet,disediakan air sebagai pembersih, tempat untuk mencuci tangan, dan tisu .
Hanya saja, bilik di dalam toilet sedikit jadi banyak yang mengantri jikainginketoilet.Saatakanmenujukeparkiranbus,toko-tokoyang menjual aksesoris atau pernak-pernik khas Prambanan juga ratarata menjaga protokol. Beberapa pedagang terlihat menggunakan maskerdansisanyatidak.
Selama perjalanan ke Jakarta, di bus mulai banyak yang tidak menggunakan masker. Tapi rata-rata masih memakai masker untuk menjaga protokol kesehatan. Di bus, ada beberapa anak yang merasakan pusing dan mual. Sebelum meninggalkan daerah Jawa Tengah,kitamampirterlebihdahulukesebuahrestoranuntukmakan malam. Restoran tersebut juga bersih, karena cukup banyak wastafel yang disediakan. Toilet yang disediakan juga termasuk bersih. Di dalam bus, ada yang sudah melepas maskernya. Biasanya, mereka melepas masker karena ingin mengemil atau merasa sesak.
Untungnya,setelahkegiatanlive-ininidikelas83tidakadayangsakit. (AEH,EC,MCDL,QNA,ZMF)
The28thofMarch2023markedthe startofourseconddaylivingin Ngargomulyovillage.Wehadbegun teachinginaprimaryschool,called CanisiusSumber.Wetaught childrenfrom3rdto5thgradershow tointroducethemselvesinEnglish Someofthemweresayingtheir names,ages,hobbiesandfavorite subjects. Theydidagreatjobfor someonewhodoesn’thavemuch experiencebefore.Ontopofthat, wetaughtthe3rdgradersabout simplemathtopicstostrengthen theirbasicsinmultiplications, divisionandfractions.Lastly,wealso hadafewfuntalkswiththekidsas welltoincreasetheirknowledge abouttheworldoutsidethevillage.
Ouractivityattheschoolfirstly beganwithamorningprayerand reflectionledbyafrater.This morningactivitywasalsodone alongwiththeteachersandother students.Afewstudentshelped thefratertoleadtheprayer, beforetheyenteredtheir classrooms.Theytoldusafew informationafterwardsandasked ustointroduceourselvestothe studentsthere.Asweenteredthe classroom,webeganourprogram
Wehadsplitintothreeteamsto teacheachoftheclassesfrom3rd to5thgraders.Inthe3rdand4th gradeclasseswetaughtEnglish andplayedbowling.
Aswebidourgoodbyestothe childrenandteachers,wetook pictureswiththemfirst Soonafter, weaskedfortheiropinionabout theprogramwehadcarriedout.
Somechildrenclaimedthatthey werehappytobeabletolearn withus,andthatitwasfunplaying gamesanddoingsomething differentinschoolwithguests.The principalsaidthatthisprogram wasagreatopportunityforthe childrentoexpandtheirhorizons andlearnnewthingsthatwere differentfromtheonesintheir dailylives.Though,shealsosaid weshouldhavehadbetter coordinationandpreparationwith theschool,becauseitwasa suddenactivity Butoverall,itwas asuccessfulrunningofthe program.Mostimportantly,italso addedanunforgettable experienceforallofus.(AEH,EC, MCDL,QNA,ZMF)
.
Wehadalsopreparedsomecandy asasmallrewardtogivetothekids whowerebraveenoughtocomeup tothefrontoftheclassand introducethemselvesinEnglish.We hadloadsoffunwitnessingtheir competitivenessandfriendship duringdiscussionsandthegames. Ourprogramthatwehadbeen preparingforalongtimewasfinally done.
Afterweweredonecarryingoutour programwejoinedandplayedwith thekidsforawhilebeforespeaking withsomeoftheteachers.Wewere introducedtotheprincipalor headmasteroftheschool Wewere givenafewminutestodrink,eat andrechargeourenergywhilewe talkedforawhilewiththeprincipal, andsoonwentbacktoourplanned activitiesinthevillage.
In the 4 days and 3 nights me and my friends stayed in Dusun Braman, Desa Ngargomulyo, a lot of new things were learnt. Helping the local villagers with their daily work, exploring our village, seeing how paddy became rice, how to grow food, cooking together added new experiences into our lives. We had been waiting to do one thing though. It was to carry out and implement our program of teaching English to primary school kids there. Other than teaching English, we also had other fun activities with the children there, among them were bowling and also bringing old story books we had for the children to read.
Our program was carried out on the morning of our second day stay, the 29th of March 2023 to be exact. By 7.30 AM we were in the local school of the village, which was named “Sekolah Kanisius Sumber.” This school teaches students from 3rd to 5th graders. We were divided into 3 groups, teaching each class. In 3rd and 4th grade we taught English and played bowling, while in 5th grade we shared old storybooks and played charades with them. Before the class began, we had also followed and joined a prayer and a brief reflection with a frater to begin the morning. After that, we went into our own separate classes and began the program.
In the 3rd and 4th grade classrooms, we firstly taught English. Before teaching them, we had asked what they were learning at the moment in their English class. Turns out, they did not have an English class. Therefore, we decided to teach them the basics first, which is introducing yourself to other people. We taught them how to tell their names, ages, hobbies and favorite subjects in English. Before that, we had taught them how to say greetings, such as “good morning” as well.
To create a more interactive environment, we asked each of them what their hobby and favorite subject was, talked about it a little with them and taught them how to pronounce it in English. After we had finished teaching them, we asked for volunteers to come up to the front of the class and introduce themselves in English to their friends. After they did that, we gave them candy in return. Other than that, we had prepared a simple bowling game for them as well, using pins and a few tennis balls as the props. So after we gave them the candy, we let them play 3 rounds of bowling. This spiked up their interests and spirits, so they were able to learn in a more fun and enjoyable way.
In the 3rd grade classroom, we had been preparing to go outside the class when 2 of the students, Ghea and Stefanie approached us. They had been asking for us to teach them more things. They asked us to teach them math and play some games as well. So we ended up teaching them some materials in math, like multiplication, division and fractions.
To expand their knowledge, we also told them stories of what we ourselves experienced in our learning process in middle school. Other than that, we also chatted with them, listened to their stories and played a few more games with them. Unfortunately, about a few minutes later, it was time for us to part. We took pictures and said our goodbyes to the children, cherishing this memorable experience.
We learnt a lot from our experience in teaching and sharing our knowledge to younger kids. I personally felt very honored that we had been given the opportunity to be able to interact with the local people in the village. The kids there entertained me very much with their innocence, simple lifestyle and how they coped with situations in the classroom. They added new colors to my point of view of how I view the village. Lastly, the warm welcome they gave us made me very grateful that I was able to meet and get to know them.
(MDCL)
We started our journey from 26th March till the 1st of April. I stayed in Dusun Braman, Desa Ngargomulyo with some of my friends We learnt new things like adapting to live there. More specifically we learnt how to cook, how the paddy becomes rice, and they just basically taught us how to live in a village. While gaining knowledge, we still had lots of fun there.
Being in that village, we were assigned to contribute as well We contributed by implementing a program for the villagers. It could be for adults or kids. This program could be in any shape or form My village was divided into 3 groups, and my group decided to implement a program of teaching English to primary kids in our village. While the rest 2 groups had other fun activities like playing bowling and also bringing old story books for the children to read, then retell. Let’s just say that the students had lots of fun there
We started delivering our program on the morning of our second day. We woke up earlier than usual, got ready and headed to the local school in the village, which was named Sekolah Kanisius. We entered the school with a warm greeting from the principal, teachers and the students there. They started their day with a prayer which was led by a frater and a brief reflection. They added some information afterwards and asked us to introduce ourselves one by one.
Before we knew it, class had begun and we were asked to go to our classrooms. There were only 3rd to 5th graders there. So my group decided to take the 3rd and 4th graders to implement our program.
We started our program teaching them English. We decided to teach them the basics of English, like introducing ourselves. We taught them how to say their names, ages, hobbies, and favorite subjects in English. To my surprise, they weren’t so bad for their first time speaking English We tried to have a little talk with them in English and they actually knew a few words in English and could pronounce it properly Aside from teaching them English, we collaborated with other groups so that they wont get bored learning English. We did a little bowling in the classroom for the first 5 people who could introduce themselves properly in front of the classroom. The bowling was sort of a reward for them, as well as the candy we bought for them So I'd say that we made our learning process more enjoyable for us and the students.
Lastly we taught the 3rd graders the same thing. They learned English happily and played bowling afterwards. But there was 2 students who we could say teachers pet, asked us to teach them some math. So we asked them what they were learning in school and decided to advance it a little We thought them simple fractions and strengthen their counting in multiplications. Meanwhile the 5th graders were playing charades and retelling their stories that they read. Eventually, our teaching came to an end We thanked the principal for her time and left the building. We had fun that day and we gained experience from teaching them (AEH)
Thefirstday,wearrivedataquiet hamlet.Thevillageispreciselyin BramanVillage.Assoonasweget there,wewerewarmlywelcomedby thelocalresidentswithacustomthat isusuallyusedwhenthereareguests visiting.Afterthewelcoming ceremonywasover,wewentstraight toourfosterfamily.Afewmoments afterintroducingourselves,wewere immediatelyinvitedtogotothe fields.Ourfostermothertoldusthat theyhadbeenharvestingchili peppersforafewmonths.
FromMarch27toApril1,all8th-grade studentsofSantaUrsulacarriedout live-inactivities.Thisactivitywas carriedoutinNgagormulyoand JuwonoVillages,with15
accompanyingteachers.Before carryingoutthisactivity,wehad preparedcommunityserviceactivities thatwouldbecarriedout.Thankfully, thecommunityservicethathadbeen plannedinadvancecanbecarried outsmoothly.There,welivedinthe homesofresidentswhowerereadyto opentheirdoorstobecomeourfoster parentsforseveraldays.Thedaily activitieswerecertainlydifferent.Ifwe canusuallyrelax,inthelive-inplace wehelpourfosterparentsdoactivities athomeorinthefields.
Whenweinterviewedourfosterfather, hesaidthathewasveryhappyto welcomeusintohishome.Hedidn’t objecttoourarrival.Healsosaidthat thislive-inactivityhadbeengoingon foralongtime,sotheyareusedto childrenlivingintheirhouse Especially whenIndonesiawashitbyCOVID-19, theycouldn’tacceptstudentswho wantedtodolive-inactivities Sowith thelive-inheldagain,theyfeltvery happyandmissed.
Onthissecondday,wewerefinally abletocarryouttheworkprogram thathadbeenplanned.Ourvillage chosetoconductitsworkprogramat aschool,namelySDKanisiusSumber. There,wetaughtchildreningrades35.Itwasaveryfunthingtodo becausewecouldinteractandplay withchildrenwhoaresmallerthanus. Intheafternoon,wedidthe “Jimpitan”activity.Later,themoney fromthisjimpitanwillbeputintothe villagetreasury.Wewalkedaround thevillageandbroughtthemoney givenbythevillagers.Thefacilitator inBramanalsosaidthattheyhad beendoingthisjimpitanactivityfora longtime.
Onthelastday,wedidn’tdomuch Asusual,we didchoreslikewashingdishes,helpingourfoster momcook,orhelpingsift.Beforeaskingforour help,shehadalreadypreparedtheingredientsto beused.Soweonlyhavetopeelorcutthe ingredients.Fromthisactivity,wecanlearntobe independentandresponsibleandlivesimply.
(ZMF)
From March 27 to April 1 2023, grade 8 students at Santa Ursula Middle School carried out Live In activities in Ngargomulyo village This activity was carried out for 4 days and 3 nights. During those 4 days, we did lots of activities, such as getting to know new families, socializing with villagers, and doing many other things
On the second day of live in, to be exact, on March 28, 2023, we who live in Dusun Braman carry out our work program. We have a work program that is teaching school children. Therefore, at 07.30 in the morning we all gathered and went to a school called SD Kanisius Sumber.
This elementary school teaches grades 3 to 5 There, we teach English. Not only that, we also do fun activities like reading story books and playing bowling. They were very happy with our arrival, they welcomed us very well and us too. We had fun together until almost noon. After we finished, we wanted to say goodbye to them, but before we left the SD, we took a photo with them as a memory. After that we said goodbye to them
This is a very memorable experience for us We are very happy because we can experience how to teach school children. With that, we can also socialize more We are also happy because we can provide new knowledge for children so that later they can become better people (EC)
OnMarch27,2023,we,8thgradersofjuniorhighschoolSantaUrsulaJakarta didliveactivitiesinNgarogmulyovillage,Muntilan,Jogja.Thiswasoneofthe mostmemorableexperiencesforme,becauseitwasthefirsttimeformeto goonalongtripwithfriends.Thefirstdaywereachedthehamletwherewe lived, we went to the rice fields to pick chili peppers. After the rice fields, we came home to rest and chat with friends. Then we had dinner and helped ourfosterfamilytocookdinnerandreflectwiththefamily
Then, tomorrow my friends and I were teaching at one of the schools there Wehadpreparedafewmaterialsforourprogram WetaughtEnglish,math, and also played together We asked them to translate English and play bowlingandbasketball Afterteaching,wealltowenttoricefieldstoharvest food. Finished harvesting, we all gathered in one house to cook the produce and eat together. After lunch, we got together to chat with friends. And we immediately rushed home when we were done talking to do activities. Then wedidreflectioninonehousewithourliveinteammembers.
OnThursday,wedidnaturecruising Beforenaturecruises,wehelpourfoster parents to cook breakfast As we travel through nature we go to the rustling hamlet to go to the river and play there After the river we went to a prayer place for nature's Mass with other friends After mass nature, the weather is raining heavily I had not prepared a raincoat or umbrella So I had to run in therain.ButthiswasveryimpressivetomebecauseIfirstfelttherainplayin mylife.
ThenextdaywewentbacktoJakarta,beforewecamehomewestoppedby first to buy gifts and went to Prambanan temple and also Jogja Breksi cliff. The live in events are so exciting, I will always remember this precious experienceinmylife (QNA)
Nama : Markus Situ
Umur : 67 tahun
Berapa bersaudara : 3 dari 5
Anak : Veronica Lisa (anak 1, 28 tahun), Risa (anak 2, 25 tahun)
Orang Tua : Mbah Rebyuk, berumur 101 tahun (Ibu)
Pasangan : Kristina Suyatmi
Pekerjaan : Petani
Bekerja sejak : Kecil, melanjutkan pekerjaan ayah nya
Penghasilan : 57.000 - 60.000 (tergantung musim)
Pengeluaran : 25.000 - 35.000 (tergantung kebutuhan)
Biografi : Markus Situ atau yang biasa dikenal dengan Pak Situ, adalah seorang Petani. Pak Situ tinggal di Desa Ngargomulyo tepatnya di Dusun Braman. Pak Situ memiliki sawah dan mengurus sawahnya sendiri. Pak Situ memiliki 2 orang anak. Yang pertama bernama Veronica Lisa berumur 28 tahun, anak kedua memiliki nama Risa berumur 25 tahun. Pak Situ tinggal berempat bersama istri, ibu, dan anak keduanya yaitu kak Risa. Anak pertamanya sudah menikah dan tinggal di Wonogiri. Pak Situ terpaksa menjadi seorang petani karena melanjutkan pekerjaan ayahnya yang sudah meninggal. Penghasilan Pak Situ tidak menentu, bisa menurun bisa meningkat. Tergantung musimnya, Pak Situ berpenghasilan 57.000 - 60.000. Pengeluaran per harinya tidak banyak. Pengeluaran Pak Situ perharinya adalah
25.000 - 35.000 terkadang dalam beberapa hari, pak situ tidak mengeluarkan uang, Pak Situ lebih mementingkan keperluan yang dibutuhkan dibandingkan membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan. Rumah Pak Situ sudah sering dipakai untuk live in. Dari
tahun 2008 sampai sekarang, beliau membuka rumahnya untuk
dipakai live in. Rumah Pak Situ terakhir kali digunakan live in pada bulan februari oleh sekolah SMP Pangudi Luhur Jakarta. Pak Situ
membuka rumahnya untuk dipakai live in dengan alasan agar bisa
berbagi pengalaman antara orang desa dan orang kota. Setiap orang
memiliki pengalaman yang berbeda, maka dari itu beliau
memperbolehkan rumahnya untuk dipakai live in agar bisa
mendengarkan pengalaman yang berbeda dari setiap orang. (QNA)
Pada tanggal 26 Maret 2023, kami seluruh
kelas 8 SMP Santa Ursula Jakarta melaksanakan kegiatan live in di desa Ngargomulyo dan Juwono. Kelas 8 dibagi menjadi 2 desa, dan saya ditempatkan di desa Ngargomulyo dengan kelas 81,82, dan 83 lainnya. Desa Ngargomulyo dibagi menjadi 7 dusun. Saya dengan teman se rumah saya tinggal di dusun Braman. Selama di dusun tersebut, kami belajar banyak hal dari orang tua kita maupun pendamping Edukasi Tuk
Mancur (ETM) yang mengajarkan kami tentang berbagai hal di sawah Contohnya, kami belajar menanam padi dari pupuk sapi, sampai dengan cara menanam nya. Kami juga belajar cara memasak dengan alat tradisional seperti tungku yang merupakan alat memasak tanpa kompor.
Selama pengalaman saya di dusun tersebut, kami semakin mengenal bagaimana kehidupan di desa, dan sudah mulai beradaptasi dengan kehidupan sederhana. Mulai dari perumahan dan gang-gang kecil yang mengarah ke pekarangan, kandang hewan, persawahan, dan juga perkebunan. Pekarangan warga bisa dipakai untuk kandang hewan hewan peliharaan seperti ayam dan juga anjing. Mayoritas warga di dusun
Braman memiliki hewan-hewan peliharaan
seperti ayam, kambing, sapi, maupun anjing
Mayoritas di dusun kami merupakan dewasa dan
lansia dibanding anak-anak kecil. Di sekitar
dusun kami pun ada sekolah dasar yang terdiri
dari kelas 3 sampai 5.
Dusun Braman memiliki udara yang segar, sejuk dan juga memiliki langit yang sangat jernih seperti tidak ada polusi udara. Saat pagi hari, udara terasa dingin dan juga sejuk. Tetapi saat menjelang siang dan sore hari, udara kembali panas karena cahaya matahari. Akan tetapi saat malam hari, udara kembali sejuk dan dingin. Udara malam hari sangat sejuk sehingga kami tidak membutuhkan kipas angin. Karena tidak adanya polusi di wilayah dusun ini, langit menjadi sangat cerah dan indah saat malam hari, sehingga kami dapat melihat bintang-bintang di langit dan juga lava dari Gunung Merapi. Dusun Braman berjarak 7-8 km dari Gunung Merapi.
Melainkan udara segar karena banyaknya pepohonan dan juga wilayah persawahan dan perkebunan dekat dengan perumahan, mayoritas warga bekerja sebagai petani.
Petani merupakan sumber utama mata pencaharian di dusun tersebut, dan juga di dusun lainnya. Contoh tanaman yang ditanam
adalah timun, padi, buncis, cabai, sawi, dan lain-lainnya. Hasil sawah ini dijual belikan ke seluruh desa sesuai kebutuhan pribadi mereka Inilah semua keunikan dari Dusun Braman. (AEH)
Di bawah derasnya hujan ini, ada seorang
anak perempuan yang sedang bersiap diri untuk berangkat ke sekolahnya Amerta
namanya Di ruang tamu, Amerta sedang mengecek semua barang yang akan
dibawanya ke tempat live-in nanti
Memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal.
Dari semalam, dia sudah merasa gugup dan senang Dia gugup karena akan berangkat
live-in bersama teman-teman seangkatannya
dan berpisah dengan keluarganya selama
beberapa hari Namun di lain sisi, dia juga
merasa senang karena merasa bahwa
kegiatan ini akan seru untuk dijalani sekaligus menjadi sesuatu yang menantang
Apalagi di desanya nanti, dia harus bisa berbaur dengan warga sekitar
Setelah merasa yakin tidak ada yang
tertinggal, akhirnya dia mulai berjalan
menuju mobilnya Mesin mobilnya sudah
dinyalakan dan supirnya sudah berada di kursi kemudinya, menandakan mereka siap
untuk berangkat. Seperti biasa, bukan
Jakarta namanya jika tidak macet. Sore itu, Amerta hampir saja terlambat datang
Syukurlah, ternyata bukan dia satu-satunya yang terlambat
Akhirnya, setelah beberapa pengarahan dari guru dan kepala sekolah, mereka mulai memasuki bis masing-masing kelas Sebelum meninggalkan area sekolah, mereka berpamitan terlebih dahulu kepada keluarga masing-masing dan berdoa kepada Tuhan supaya dilancarkan selama perjalanan Pagi harinya, mereka sampai di sebuah restoran untuk mengisi tenaga sebelum lanjut ke desa masing-masing Di Desa Ngagormulyo, mereka disambut dengan baik oleh warga dengan sebuah tradisi yang biasa dilakukan
Selesai diberi pengarahan terakhir dari guru dan tim ETM, masing-masing murid mulai meninggalkan lapangan tersebut Amerta beserta kedua temannya, mulai mencari rumah orang tua asuhnya. Dusun Braman, tempat tinggal sementara untuk Amerta dan 12 temannya. Di sana, mereka berbaur dan mengikuti cara hidup sederhana orang tua asuhnya. Mereka pergi ke sawah, menjelajahi alam, memetik cabai dan beberapa sayuran, mengajar anak-anak SD, dan tentunya mempelajari sesuatu yang tidak mereka temukan di perkotaan
Dari kegiatan ini, Amerta bisa belajar banyak hal Dia bisa menjadi lebih bertanggung jawab dengan
pekerjaan yang diberikan, lebih rajin untuk membantu orang tua membersihkan rumah, hidup mandiri dan sederhana Dari sini, dia merasa bahwa
ternyata kegiatan live-in bisa membawa pengaruh baik di hidupnya (ZMF)
Tanggal 28 Maret 2023 menjadi awal dari pengalaman live-in kami seangkatan di Dusun Braman, Desa Ngargomulyo, Magelang. Dari live-in, kami mempelajari banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa kami terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi pribadi lebih baik. Kami bisa menjadi lebih mandiri dan hidup sederhana, mensyukuri apa yang kami saat ini punya. Semangat dan komitmen dari para warga desa pun sangat terlihat. Tak perlu melihat jauh-jauh, dari orang tua asuh sendiri pun kami dapat meneladani semangat dan komitmen mereka.
Kenalkan, Bapak Yohanes Heru Pamudya, atau yang kerap disapa
Pak Heru. Dalam usianya yang ke-31 tahun, beliau merupakan seorang Kepala Dusun sekaligus petani. Kepala Dusun berperan untuk menjaga ketentraman, kebersihan di masyarakat, memberi informasi dari pemerintah pusat, membantu pemilu, pencairan dana untuk pekerja, pendata, honor pelantikan, mengurus administrasi kependudukan, dan membantu penyampaian pajak bumi dan bangunan. Untuk menjalankan semua tanggung jawab ini diperlukan rasa komitmen yang tinggi. Perjuangan Pak Heru dalam menjadi Kepala Dusun tentunya tidak mudah. Perjalanannya dimulai dengan menjadi Ketua RT selama 5 tahun dan Badan Permusyawaratan Desa selama 8 tahun. Barulah, beliau mengikuti Lowongan Kompetisi Kadus dengan adanya tes tertulis. Untuk menjadi seorang Kadus, beliau harus meraih nilai tertinggi dalam tes tertulis, dan tentunya membutuhkan dukungan besar dari keluarga serta minimal 30% persetujuan masyarakat. Katanya, motivasi beliau untuk menjadi seorang Kadus adalah untuk menafkahi keluarga dan niat untuk membantu orang lain. Menurut kami ini sangat terlihat. Kami jarang melihat beliau di rumah karena seringnya beliau pergi keluar untuk bekerja. Saat dia di rumah pun, dia masih harus bekerja dan mengadakan pertemuan dengan pegawai desa lain untuk menyelesaikan tugasnya, misalnya pajak atau yang lainnya. Pak Heru merupakan sosok yang pekerja keras, tangguh dan memiliki pendirian yang kuat. Banyak hal yang dapat kami pelajari darinya walaupun dalam waktu singkat.
Pak Heru memiliki seorang istri yang bernama lengkap Mayana Maria Hartini, atau yang biasa disapa Bu Hartini. Selama live-in, kami paling banyak menghabiskan waktu bersama Bu Hartini. Kebetulan, Bu Hartini adalah seorang ibu rumah tangga dan petani. Bu Hartini mengatakan bahwa beliau memiliki seorang putra yang memiliki nama lengkap Helidorus Helga Putra. Helga berusia 6 tahun. Kala itu, Bu Hartini juga sedang mengandung anak keduanya, dengan usia kandungannya 7 bulan. Dalam usia kandungannya yang sudah cukup tua, beliau tetap semangat dan berkomitmen dalam melakukan tugas kesehariannya di rumah. Ia tidak bermalasmalasan dan tetap rajin melakukan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga dan petani. Salah satu kegiatan sebagai petani yang kami lakukan bersamanya adalah mengayak pupuk. Pertama, kita mengambil pupuk kompos terlebih dulu. Setelah selesai mengayak pupuknya, kami menaburi biji-biji cabai yang sudah terlebih dahulu direndam 2 malam. Setelah itu kami menutupi biji-biji cabai tersebut dengan pupuk yang sebelumnya sudah kami ayak. Semua itu ia lakukan demi memenuhi kebutuhan hidup, merawat keluarga dan lingkungan rumah. Ia mengatakan, “Anak petani kalau ga kerja mau jadi apa.” Tidak lupa juga, ia harus merawat putranya, Helga. Setiap pagi, ia bangun pukul 05.30 untuk membuat sarapan. Setelah itu, ia memandikan anaknya dan membantunya bersiap untuk sekolah. Ini merupakan satu dari banyak contoh tanggung jawab beliau sebagai ibu rumah tangga. Selain itu, ia juga menjaga kebersihan rumah dengan menyapu, masak, mencuci dan lainnya. Walau pastinya lelah secara fisik, ia tetap bersikap tangguh, tidak mengeluh, dan selalu mau membantu saat kami sedang kesusahan atau memerlukan sesuatu.
Terakhir, dengan keterbatasan yang mereka miliki, mereka selalu berusaha agar kami bisa nyaman dan senang selama tinggal di rumah mereka. Mereka bangga dan menganggap bahwa kedatangan kami dari kota merupakan suatu kesempatan untuk bisa menambah pertemanan dan persaudaraan sehingga komunikasi yang terjalin bisa lebih mudah. (EC, MCDL, ZMF)
Kami belajar cara lebih bersyukur dengan kehidupan sederhana dan juga belajar cara hidup mandiri. Kami juga bisa merasakan semangat dan Komitmen dari sang Ibu dan Bapak asuh kami
Orang tua asuh kami yang bernama Bapak Situ dan Ibu Kristina merupakan petani. Salah satu tanaman yang mereka tanam adalah padi, buncis dan juga cabe. Mereka menghidupkan keluarganya dengan bekerja sebagai petani. Mereka telah bekerja keras
sebagai petani sejak umurnya masih kecil dikarenakan perekonomian keluarga nya Tidak hanya itu, mereka sering bercerita
Pada tanggal 26 Maret 2023, kami
menjalani kegiatan Live In dengan satu
angkatan kelas 8. Kami dibagi menjadi 2
desa yaitu Desa Ngargomulyo dan juga
Desa Juwono Untuk kelas 81 sampai
83 ditempatkan di Desa Ngargomulyo, sementara kelas 84 dan 85
ditempatkan di Desa Juwono Saya dan teman sekamar saya ditempatkan di dusun Braman, Desa Ngargomulyo, Magelang Dari kegiatan tersebut, kami
mendapatkan banyak nilai-nilai
kehidupan yang bisa kami terapkan
kehidupan sehari-hari kami di Jakarta
bahwa panen nya kadang dapat gagal dikarenakan musim Akan tetapi mereka tetap berjuang bertani untuk menyediakan makanan pokok bagi desa Ngargomulyo. Pak Situ dalam usianya yang ke-67 tetap mencari nafkah untuk keluarganya yang hidup sederhana. Ia berangkat bertani pada subuh hari dan kembali pada malam hari. Pak Situ juga sangat komitmen dalam mengurus sawahnya. Ia sangat merawat tanamannya agar tidak ditumbuhi oleh hama. Nilai-nilai kehidupan yang kami bisa ambil dari Pak Situ adalah untuk pantang menyerah dan tetap berjuang. Ia juga
mengajarkan kami untuk selalu bersyukur karena tidak semua orang beruntung seperti
kami yang sudah dibesarkan di kota dan dapat sekolah tanpa bekerja sendiri mencari uang
Sementara Ibu Kristina bisa dibilang seorang ibu rumah tangga tetapi terkadang membantu Pak Situ ke sawah sehingga hanya ada Kak Risca di rumah. Oleh karena itu, kami lebih sering berbincang dengan Ibu kami. Ibu Kristina lah yang memasak di rumah, merawat Ibu dari Pak Situ yang bernama Mbah Rebyuk. Dengan usianya yang ke-101, ia tidak bisa beraktivitas banyak seperti Ibu Kristina. Kak Risca pun
seringkali membantu masak, membersihkan halaman rumah dan juga membersihkan rumah nya. Pada malam hari pun Ibu
Kristina seringkali mengundang satu Dusun untuk berlatih koor di rumah kami. Ibu
Kristina menyambut tamu dengan teh dan juga cemilan yang ia buat sendiri sejak siang hari. Ia pun sangat berbaik hati untuk menemani kami di rumah agar tidak merasa bosan dan berbicara dengan kami saat pagi hari setelah kami makan pagi dan sebelum kami beraktivitas.
Mereka menerima kami sebagai keluarga dengan harapan dapat menambah pengetahuan tentang hidup di kota. Selama live in kami, komunikasi kami pun berjalan dengan lancar.
Terakhir, mereka merupakan keluarga yang bisa dibilang hidup sederhana dan pas-pas an. Akan tetapi, mereka selalu berusaha agar kami merasa senang hidup dengan mereka dan berusaha semaksimal mungkin untuk memperlakukan kami seperti keluarga. Mereka sangat senang saat kami tiba dan menyambut kami dengan tangan terbuka.
Mereka pun tidak pernah mau membebani kami dengan pekerjaan rumah.
(AEH, QNA)
Hamparan teduh menghanyutkan jiwa
Tenggelam dalam indahnya dunia
Terpaan sejuk membawa pikiran dalam tenang
Hal yang jauh berbeda dari kota
Dalam seribu tetes peluh
Hasilkan sebutir nasi
Bermodalkan semangat
Demi menghidupi keluarga
Kebersamaan dalam satu desa
Membelenggu hangat diantara manusia
Mengikat kuat tali persaudaraan
Dengan keramahan dan kerendahan hati
-SEBUAH PUISI (EC) -SEBUAH PUISI (EC) -SEBUAH PUISI (EC)