

Pendahuluan
Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

Pendahuluan
Museum sebagai sebuah tempat untuk menjaga kekayaan budaya dan memperkenalkannya ke publik (ICOM, 2004)
Dalam realitanya bangunan fisik museum di seluruh Indonesia, belum semuanya dalam kondisi yang baik dan sajian museum masih terkesan kaku, karena itu pula kunjungan dan minat masyarakat jadi tidak merata (KOMPAS, 2014)
Museum Brawijaya Malang adalah museum perjuangan yang dinaungi langsung oleh TNI
AD KODAM V.Brawijaya
1. Penyampaian informasi benda koleksi yang monoton dan cenderung kuno serta masih bergantung pada sta pemandu.
2. Impresi desain bangunan yang tidak memberikan citra museum sebagai Museum Perjuangan.
3. Kondisi eksisting bangunan seperti tingkat leveling berbeda setiap ruangnya dan penyampaian informasi yang tidak ramah bagi disabilitas.
Latar Belakang Rumusan Masalah dan Tujuan
Sasaran Pen una
Masyarakat
Instansi
Pelajar Umum TNI/POLRI PT
Tujuan
Sarana Edukasi dan pengenalan perjuangan kemerdekaan sehin a menumbuhkan nilai-nilai semangat 45’ serta menghargai perjuangan para pendahulu.
Membina moral dan mental prajurit TNI serta menumbuhkan nilai-nilai semangat 45’.
Museum Brawijaya Malang melalui Konsep Tmatik Kontemporer dengan Implementasi Inclusive Museum sebagai Sarana Wisata Edukatif Rekreatif
Tematik Kontemporer
Membagi benda koleksi berdasarkan periode waktu serta latar belakang, mengurutkan serta membagi layout berdasarkan tema dan sub tema sesuai dengan objek koleksi dengan memadukan kontemporer desain sehin a ehingga di dapat gambaran besar storyline kisah objek koleksi yang menarik serta mudah dipahami.
Inclusive Museum
Menghadirkan penyampaian informasi yang edukatif rekreatif melalui pemanfaatan teknologi dan konsep tempatik kontemporer. Serta memberikan kemudahan bagi golongan berkebutuhan khusus dalam men unakan fasilitas pada museum.
Edukatif Rekreatif
Menghadirkan museum dengan konsep penyajian objek koleksi yang menarik dan mudah dipahami melalui penyajian tematik kontemporer serta rekreatif melalui pemanfaatan teknologi pada inclusive museum.
Tugas Akhir
Pendahuluan
Rumusan Masalah
Latar Belakang Rumusan Masalah dan Tujuan
1 Bagaimana merancang layout ruang pamer sehin a dapat memberikan narasi serta mendukung storyline dari objek koleksi yang dipamerkan oleh museum?
2 Bagaimana menciptakan karakteristik desain museum yang dapat memberikan kemudahan aksesibilatas serta pengalaman edukatif dan rekreatif kepada pen unanya?
3 Bagaimana mewujudkan citra Museum Brawijaya sebagai museum perjuangan?
Tujuan
1 Merancang layout ruang pamer museum yang dapat memberikan narasi serta kesesuaian storyline objek koleksi melalui pendekatan tematik yang dipadu dengan kontemporer desain.
2 Merancang interior museum yang dapat memberikan pengalaman edukatif dan rekreatif melalui teknologi tanpa lupa memberikan kemudahan akses pada pen una berkebutuhan khusus sehin a terciptanya inclusive museum.
3 Merancang interior museum dengan konsep penyajian objek koleksi yang menarik dan mudah dipahami melalui penyajian tematik kontemporer serta rekreatif melalui pemanfaatan teknologi pada inclusive museum.
Tinjauan Pustaka
Studi Pustaka Studi Eksisting Studi Pembanding

Tinjauan Pustaka
Konsep Tematik Kontemporer
Studi Pustaka Studi Eksisting Studi Pembanding
Kontemporer
Pada waktu yang sama, semasa, sewaktu, pada masa kini, dewasa ini (KBBI).
Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya arsitektur yang bertujuan untuk mendemonstrasikan suatu kualitas tertentu terutama dari segi kemajuan teknologi dan juga kebebasan dalam mengekspresikan suatu gaya arsitektur, (Konnemann, World of Contemporary Architecture XX).
Karakteristik desain kontemporer: - Dinamis dan tidak terikat suatu era - Memanfaatkan elemen structural seperti bata ekspos untuk karakter sederhana dalam ruang - Kontras yang mencolok - Warna-warna netral seperti; Abu, putih, hitam - Memanfaatkan elemen estetis - Memanfaatkan teknologi
Tematik


Pendekatan tematik pada layout museum adalah pendekatan yang lebih menekankan pada cerita dengan tema atau subtema tertentu, (Arbi et al., 2011).






Tinjauan Pustaka
Konsep
Inclusive Museum
e new museum atau inclusive museum, merupakan pendekatan yang mengakui bahwa museum adalah tempat populer sebagai pusat hiburan, pendidikan dan budaya. Sehin a museum memiliki peran penting dalam industri hiburan Arabacioglu & Ergin (2016).


Studi Pustaka Studi Eksisting Studi Pembanding

Inclusive museum adalah museum yang lebih dinamis dan terbuka kepada perkembangan waktu dan kebutuhan akan masyarakatnya sendiri, salah satunya yang menonjol adalah dengan menerapkan teknologi digital dalam menyampaikan konten edukasi dan adanya ruang kreatif yang dapat menunjang wisatawan (Arabacioglu dan Ergin, 2016).

Fletcher, (2006) mengatakan bahwa inclusive design adalah desain yang baik dan benar dimana dapat men ambarkan orang-orang yang men unakannya dan desain yang inklusif dapat membantu untuk mengatasi berbagai kesulitan yang dialami beberapa golongan, contohnya:

Golongan disabilitas, lanjut usia, dan keluarga yang berpergian dengan anak kecil.
Inclusive Design

Tinjauan Pustaka
Studi Pustaka Studi Eksisting Studi Pembanding
Wisata Eduaktif Rekreatif
Edukatif berdasarkan KBBI dapat diartikan bersifat mendidik atau hal yang berkaitan dengan pendidikan.
Sedangkan untuk rekreatif sendiri sebagaimana dikatakan dalam KBBI, dapat diartikan menjadi penyegaran kembali badan dan pikiran, sesuatu yang men embirakan hati dam menyegarkan seprti hiburan.
Maka dari itu bila diartikan ke dalam interio, makna dari wisata edukatif dan rekreatif adalah sebuah tempat yang bersifat mendidik seperti museum yang dapat memberikan rasa rekreatif bagi pengunjunngnya seperti penyegaran kembali badan dan pikiran atau sesuatu yang men embirakan hati.




Tinjauan Pustaka
Over View Museum Brawijaya







Museum Brawijaya merupakan museum perjuangan yang dinaungi langsung oleh KODAM V/Brawijaya. Memiliki nama Sansakerta yaitu “Citra Uthapana Cakra”, dimana kata “citra” memiliki arti “sinar” lalu kata “Uthapana” yang berarti “membangun” serta “cakra” yang berarti “semangat” dan lebih murujuk pada semangat perjuagan atau semangat revolusi. Maka dari itu, nama museum Brawijaya dapat diartikan sebagai “sinar yang membangun semangat revolusi”.
Visi; mewariskan nilai-nilai ’45 dan TNI ’45 sebagai monumen Nasional.
Misi; membina mental prajurit agar berwawasan nilai-nilai ’45 dan TNI ’45 sebagai sesepuhnya/pendahulunya serta masyarakat pada umumnya.
Presentasi
Tugas Akhir
Tinjauan Pustaka
Studi Pustaka Studi Eksisting Studi Pembanding
Layout Eksisting Kekurangan Eksisting
Bangunan eksisting yang memiliki banyak tingkat leveling lantai yang berbeda, tidak ramah untuk pengujung dengan kebutuhan khusus.
Pencahayaan buatan tidak optimal pada eksisting, sebab terlalu bergantung pada pencahayaan alami meski cuaca tidak menentu.
Tata letak benda koleksi yang tidak dikelompokkan sesuai jenis dan kronologis.
Minim penjelasana deskripsi pada benda koleksi.
Kelebihan Eksisting
Pada bangunan Eksisting memiliki banyak sekali bukaan, yang menyebabkan penghawaan yang baik serta pencahayaan alami didapatkan dapat dengan mudah .








Tinjauan Pustaka
Aktivitas Pengujung Museum Brawijaya
Studi Pustaka Studi Eksisting Studi Pembanding
No. Pengguna Waktu Jumlah Aktivitas Nama Ruang
1. Pengunjung Hari: SeninJumat Pukul: 08:0015:00
±50 orang Membeli tiket masuk dan menitipkan barang serta menanyakan informasi seputar museum
Loket dan informasi Berkumpul dan menunggu Lobby Melihat dan mengamati objek koleksi
Ruang Pamer 1 dan 2 Pertemuan seminar Hall serbaguna Membaca dan memeinjam buku koleksi museum
Perpustakaan Relaksasi Taman tengah Membersihkan badan dan merapikan diri Toilet
2. Staff Pengelola Museum
5 Orang Mengatur dan mengkoordinir pengelolaan museum Ruang staff dan pengelola museum
Melayani penjaulan tiket masuk dan penitipan barang Lobby Relaksasi Taman tengah Membersihkan badan dan merapikan diri Toiler Memberikan tur kepada pengunjung Ruang pamer 1 dan 2
Data Aktivitas pengunjung Museum Brawijaya tahun 2020 (sumber: dokumen pribadi)
3. Staff Pengelola Perpustakaan 2 Orang
Melayani peminjaman dan pengembalian buku kolekasi museum Perpustakaan Relaksasi Taman tengah Membersihkan badan dan merapikan diri Toilet
Tugas Akhir
Tinjauan Pustaka
Studi Pustaka Studi Eksisting Studi Pembanding

Memadukan teknologi seperti penambahan media audio visual dalam penyampaian informasinya.
Memberikan kesan kontemporer yang elegan melalui pen unaan material dalam membawakan kesan bangunan sebagai bangunan kepresidenan.
Museum Balai Kirti
Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti adalah sebuah museum yang berada di dalam Kompleks Istana Kepresidenan Bogor, Jalan Ir. Juanda Nomor 1, Kota Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Museum ini dibangun khusus untuk menampilkan kisah sejarah pemerintahan para presiden Indonesia.


Akhir

Tinjauan Pustaka
Studi Pustaka Studi Eksisting Studi Pembanding
Mengaplikasikan konsep tematik di setiap ruang yang dibagi berdasarkan periode kejadian, membuat pengunjung dengan mudah memahami kisah yang dibawakan.
Membawakan ambience berbeda di setiap periode, menyesuaikan latar belakang kisah kejadia dari objek yang dibawakan.
Mengintegrasikan teknologi interaktif seperti panel touch screen, media audio visual, sehin a pengunjung menjadi aktif dalam mencari informasi.
National Museum of the US Army


Museum Nasional Angkatan Darat Amerika Serikat adalah museum resmi untuk sejarah Angkatan Darat Amerika Serikat dan berada tepat di luar Washington, D.C.

Tujuan dari museum ini adalah untuk menghormati tentara Amerika, melestarikan sejarah Angkatan Darat, dan mendidik masyarakat tentang peran Angkatan Darat dalam sejarah Amerika.

Tinjauan Pustaka
Studi Pustaka Studi Eksisting Studi Pembanding
Memadukan teknologi audio visual dalam penyampian informasinya seperti projection maping.
Memiliki QR akses translator di setiap vitrine objek koleksi agar pengunjung dari berbagai belahan dunia dapat mengakses informasi tanpa perlu terhalang bahasa.
War Museum Narvik

Museum Perang Narvik menceritakan kisah-kisah perang. Pertama dan terpenting, serangan Nazi-Jerman di Narvik dan Norwegia pada April 1940 dan lima tahun pendudukan berikutnya, tetapi juga pertanyaan universal tentang perang dan konsekuensinya diangkat. Men unakan desain, fotografi, film, suara, dan teknologi yang inovatif.





Hasil Pembahasan
Layout Desain Ambience Uraian Konsep Perspektif Desain


Re - Desain Museum Brawijaya








Berkonsep Tematik Kontemporer dengan Mengaplikasikan Inclusive Museum sebagai Sarana Wisata Edukatif Rekreatif
Tematik Kontemporer
Inclusive Museum Edukatif Rekreatif






Kontemporer
KODAM V/BRAWIJAYA
Dinamis dan terbuka kepada perkembangan waktu dan kebutuhan akan masyarakatnya
Tematik Edukatif

Ruang pamer
Ruang pamer informatif dengan objek koeksi
Rekreatif
Dibagi bedasarkan tema dan sub tema tertentu
Dikelompokkan berdasarkan jenis dan periode waktu
Kekinian
Pen unaan Teknologi Interaktif
Ambience ruang yang memberikan suasana berbeda di setiap temanya
Men abungkan elemen dari periode waktu tertentu dengan unsur kekinian seperti teknologi
Elemen Estetis
Aksesibilitas
Memanfaatkan barang koleksi yang telah ada menjadi furnitur baru dan menabungkan nuansa periode waktu tertentu dengan masa kini.
Tugas Akhir
Pembahasan
Konsep Makro Tematik Kontemporer
Museum Brawijaya yang memiliki dua ruang pamer dengan hanya dibagi berdsarkan periode waktu. Melalui pendekatan tematik, ruang pamer 1 dan 2 dibagi kembali ke dalam beberapa bagian berdasarkan latar belakang kejadian dan periode waktu.

Setiap sub bagian pada ruang pamer memiliki tema tersendiri dalam membawakan objek koleksinya, yakni berdasarkan latar belakang dari kejadian yang dibawakan, dan ambience akan menyesuaikan.`

Hasil Pembahasan
Konsep Makro Tematik Kontemporer

Sub tema dalam setiap ruang dibagi berdasarkan latar belakang dari objek tersebut dan periode waktu, dalam pendekatan kontemporernya adalah dengan men abungkan tema tematik disetiap sub tema dengan sesuatu yang kekinian yakni mengintegrasikan teknologi sebagai media audio visual dalam penyampaian informasi objek koleksi dan sehin a memberikan ambience ruang yang diinginkan.


/ Presentasi
Tugas Akhir



Hasil Pembahasan
Konsep Makro Inclusive Museum

Inclusive museum adalah museum yang lebih dinamis dan terbuka kepada perkembangan waktu dan kebutuhan akan masyarakatnya sendiri, salah satunya yang menonjol adalah dengan menerapkan teknologi digital dalam menyampaikan konten edukasi dan adanya ruang kreatif yang dapat menunjang wisatawan (Arabacioglu dan Ergin, 2016).
Fletcher, (2006) mengatakan bahwa inclusive design adalah desain yang baik dan benar dimana dapat men ambarkan orang-orang yang men unakannya dan desain yang inklusif dapat membantu untuk mengatasi berbagai kesulitan yang dialami beberapa golongan
IN
Pengunjung Museum Brawijaya akan mendapatkan poin pertama inclusive museum adalah dari perubahan layout yang men unakan sirkulasi linier dan satu arah, hal ini diperuntukkan agar tidak mempersulit para pen una kursi roda dalam mengakses museum. Poin kedua adalah terdapat beberapa ramp sebagai alternatif dari tan a bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Poin ketiga adalah pemanfaatan media teknologi dalam penyampaian informasi objek hal ini sebagai inclusive museum yang dinamis dan terbuka pada perkembangan.


Hasil Pembahasan
Konsep Makro Edukatif Rekreatif
Konsep edukatif lebih menekankan pada aspek bagaimana pengunjung dapat menerima, ilmu dan wawasan dari sebuah objek koleksi. Konsep rekreatif lebih menekankan pada adalah untuk membuka wawasan kepada pengunjung terhadap benda koleksi. Contoh eksplorasi kegiatan yang dilakukan selain melihat benda koleksi adalah dengan memberikan perwujudan fisik adegan-adegan dalam benda koleksi dalam bentuk diorama hin a ambience ruang.
Pengunjung Museum Brawijaya akan mendapatkan poin dari edukatif melalui sajian-sajian koleksi pada Museum dengan berbagai informasi sejarah mengenai perjuangan kemerdekaan Indonesia.


Pengunjung Museum Brawijaya akan mendapatkan poin dari rekreatif melalui bagaimana cara koleksi pada museum disajikan, yakni melalui pendekatan tematik kontemporer dengan memiliki tema dan sub tema tertentu disetiap ruangnya, berdasarkan periode waktu serta latar kejadian yang telah disesuaikan.`


Hasil Pembahasan
Layout Desain Keseluruhan
Layout Desain Ambience Uraian Konsep Perspektif Desain

Hasil Pembahasan
Layout Desain

Layout Desain Ambience Uraian Konsep Perspektif Desain
Journey rough the History of Independence Perjalanan Melalui Sejarah Kemerdekaan
Ruang Pamer 2 – Preseving the Nation Mempertahankan Bangsa (1950-masa kini)
Ruang Pamer 1 – Fighting the Nation Memperjuangkan Bangsa (1942-1949)
Hasil Pembahasan
Layout Desain Skematik

Journey rough the History of Independence
Perjalanan Melalui Sejarah Kemerdekaan
Ruang Pamer 2 – Preseving the Nation Mempertahankan Bangsa (1950-masa kini)
Galeri ini mengeksplorasi usaha angkatan darat dalam mempertahankan bangsa agar tetap utuh. Pameran menampilkan 5 bagian yakni; Operasi Mandala, Operasi Trisula, Operasi Seroja dan TNI AD Masa Kini.
Operasi Mandala (1961-1962) Operasi Trisula (1968) Operasi Seroja (1975) TNI AD Masa Kini
Ruang Pamer 1 – Fighting the Nation Memperjuangkan Bangsa (1942-1949)
Galeri ini memberi pengunjung pemahaman tentang peran para pejuang NKRI dalam memperjuangkan dan proklamasi kemerdekaan serta peristiwa yang mengikutinya, dirangkum dalam 3 bagian yakni; perjuangan PETA, Peristiwa BKR/TKR/TRI dan Peristiwa Gerilya.
Perjuangan PETA (1942-1945)
Peristiwa BKR/TKR/TRI (1945-1946)
Peristiwa Gerilya (1948)
Pembahasan
Konsep Ruang Terpilih 1 Ruang Pamer 1 - Fighting the Nation


Latar Belakang Ambience
Perjuangan Peta (1942-1945)
Pemberontakan PETA (Pembela Tanah Air) di Blitar adalah sebuah peristiwa pemberontakan yang dilakuan sebuah batalion PETA (Pembela tanah Air) di Blitar. Shodancho Soeprijadi merasa prihatin pada nasib rakyat Indonesia, khususnya di Blitar, Jawa Timur yang hidup sengsara dibawah kekuasaan Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II.
Bangunan pemerintah di kota Blitar pada tahun 1942-1945 di dominasi dengan bangunan kolonial. Perancangan gedung pemerintahan pada tahun 1900-an sampai 1200-an men unakan fasad yang berbentuk simetri untuk menambah kesan monumental pada bangunan.





Peristiwa BKR/TKR/TRI (1945-1946)


Peristiwa ini adalah cikal bakal dari terbentuknya TNI, berlokasi di seputar Jawa Timur. Dimana pada mulanya TNI merupakan penyatuan TRI dengan laskar-laskar perjuangan. Bermula dari BKR yang bukan badan militer resmi Indonesia, BKR dibentuk untuk menjaga keamanan daerah dan membantu korban-korban seusai perang kemerdekaan. BKR berubah menjadi TKR disaat In ris kembali datang bersamaan dengan Belanda yang ingin merebut kembali kemerdekaan Indonesia. TKR berubah menjadi TRI ketika pertempuran 10 Nopember.
ambience lighting bewarna keunguan yang melambangkan kegigihan


Warna netral pada kontemporer dipadukan dengan warna natural pada fasad bangunan kolonial

Pen unaan material khas bangunan kolonial dan kontemporer
Aksen bata ekspose pada dinding, memberikan kesan destruktif dampak kejadian.
Pengaplikasian bentuk jendela pada bangunan kolonial menjadi frame vitrine permanen.
Material



Hasil Pembahasan Layout
Desain Ambience




Konsep Ruang Terpilih 1 Ruang Pamer 1 - Fighting the Nation
Latar Belakang Ambience
Peristiwa Gerilya (1948)
Latar belakang dari peristiwa ini yaitu kedatangan Belanda kembali ke Indonesia. Benda mendatangi beberapa wilayah, termasuk Jawa. Tujuan kedatangan Belanda yaitu untuk melemahkan militer Indonesia. Hal tersebut membuat Jendral berserta pasukannya memutuskan untuk Gerilya. Selama Gerilya, Jenderal Soedirman dan pasukannya berjalan untuk berpindah-pindah tempat. Mereka berjalan melewati sungai, gunung, lembah, dan hutan. Dalam perjalanan tersebut, para pejuang juga melakukan penyerangan ke pos Belanda.

Warna netral pada kontemporer dipadukan dengan warna natural hijau untuk memberikan sentuhan alam terbuka.
Pen unaan material-material natural seperti gravel, tegel dan kayu memberikan ambience natural pada ruang, serta dinding kamprot natural.

Pen unaan background pepohonan serta elemen estetis dahan pohon untuk menggambarkan hutan sebagai medan dari peristiwa gerilya.

Hasil Pembahasan

Konsep Ruang Terpilih 2 Ruang Pamer 2 - Presiving the Nation


Latar Belakang Ambience
Operasi Mandala (1961-1963)
Komando Mandala atau disingkat KOLA, adalah sebuah komando yang dibentuk oleh Soekarno setelah Operasi Trikora dikomandokan di Yogyakarta, melalui keputusan Presiden No. I/1962. Komando Mandala dibentuk untuk membebaskan Irian Barat.

Operasi ini ini dilakukan dalam 3 tahap, yakni; Inflitrasi melalui laut dan udara, eksploitasi dan konsolidasi.
Operasi Trisula (1968)
Operasi Trisula merupakan operasi yang dilaksanakan oleh Tentara Nasional Indonesia dalam rangka menumpas sisa-sisa Gerakan 30 September yang melarikan diri di daerah Blitar Selatan.
Pelaksanaan Operasi Trisula didahului oleh pergeseran pasukan ke sektor-sektor yang telah ditentukan, seluruh daerah operasi ditutup mulai tan al 5 Juni 1968. Tenaga bantuan dalam penutupan daerah operasi melibatkan Hansip, Wanra beserta rakyat yang melakukan ronda kampung dan ke rumah warga.


Operasi Trisula salah satunya dengan ronda kampung dan berkeliling rumah warga. Ambience akan memberikan nuansa dalam rumah warga.

Komando Mandala salah satunya dilakukan melalui jalur laut yakni men unakan kapal selam.
Men unakan

warna-warna natural dengan material metal yang dapat memberikan efek interior kapal selam.
Ambience lighting bewarna biru mendukung suasana di bawah laut
Memberikan ambience panel-panel dinding dalam kapal selam.
Pengaplikasian bentuk jendela rumah tempo dulu pada vitrine permanen.
Material khas kolonial dan kontemporer.
Listplank dengan motif menjadi ornamen pada interior.





Warna-warna netral digunakan dengan dipadu warna natural hangat khas rumah keluarga tempo dulu. Ambience lighting bewarna hangat khas rumah.

Tugas Akhir
Hasil Pembahasan
Desain


Konsep Ruang Terpilih 2 Ruang Pamer 2 - Presiving the Nation


Latar Belakang
Operasi Seroja (1975)
Operasi Seroja dimulai pada tan al 7 Desember 1975 ketika militer Indonesia masuk ke Timor Timur untuk memberantas gerakan separatisme dengan latar belakang untuk menghapuskan kolonialisme.


TNI AD Masa Kini
Menceritakan TNI AD masa kini dan satuannya. Memberikan citra yang baik bagi masyarakat dalam mempertahankan serta mengayomi bangsa.
Tugas Akhir
Ambience
Warna natural dan pen abungan antara material alam pada dinding untuk memberikan kesan alam terbuka, sebagaimana medan dalam operasi Seroja. Ambience lighting bewarna kuning kehijauan memberikan kesan alam terbuka
Warna-warna instansi kodam V Brawijaya sebagai warna aksen yang merepresentasikan instansi. Dipadukan dengan material-material natural untuk memberikan ambience ruang yang berwibawa.




Hasil Pembahasan


Konsep Ruang Terpilih 3 Lobby

Layout Desain Ambience Uraian Konsep Perspektif Desain


Latar Belakang Ambience
Lobby
Pada area lobi menampilkan kesan lebih modern dimana hal ini juga memberikan impresi yang baik kepada pengunjung. Penambahan beberapa wahana seperti informasi display putar ditujukan untuk memberikan kesan yang tidak kaku dan lebih interaktif bagi segala kalangan.

Hasil Pembahasan
Ruang Terpilih 1 PETA (1942-1945) VIEW 1
A B
A
C
A
Vitrine build in men unakan frame lengkung khas jendela pada bangunan kolonial. Sebagaimana garis-garis lurus pada dinding, yang men ambarkan rumah-rumah khas kolonial juga. Menggambarkan bagaimana nuansa kota Blitar tempo dulu.
B
Penempatan senjata besar pada lantai yang berbeda memberikan zoning sebagaimana bila ditaruh pada pedestal rendah.
C
Perbedaan lantai dalam museum, yakni lantai tegel dan keramik, memberikan efek pedistrian kota tempo dulu pada lantai tegelnya.

Hasil Pembahasan A
Ruang Terpilih 1 PETA (1942-1945) VIEW 2

A
Pen unaan dinding kamprot hitam pada vitrine build in senjata on wall. Memberikan kesan dinding rumah tempo dulu. Begitu pula dengan garis-garis lurus pada dinding bagian atas.
B
Perbedaan lantai yang memberikan kesan trotoar tempo dulu.
C
Menambahkan elemen estetis penunjuk jalan tempo dulu, memberikan ambience di tengah kota.
Penambahan wahana sederhana yakni information display berupa fun fact di setiap akhir kisah, agar menarik perhatian pengunjung generasi muda, dibawakan dengan penambahan karakter yang disukai generasi muda seperti pikachu yang berasal dari jepang.
D
Hasil Pembahasan
Ruang Terpilih 1 PETA (1942-1945) VIEW 3
AB C
A
Penambahan media interaktif yakni AR Clothing, yang memberikan pengalaman pengunjung men unakan pakaian pejuang PETA.
B
Penambahan gapura selamat jalan, memberikan ambience kuat dimana area tersebut berada.
C
Mengintegrasikan teknologi pada information display interaktif yang membuat pengunjung lebih aktif dalam mencari informasi .
Lighting ambience pada ruang bewarna warm light keungu-unguan, dimana warna ungu ini merepresentasikan bendera PETA, serta menunjukkan kegigihan para Pejuang Peta, dimana arti warna ungu itu sendiri.

Hasil Pembahasan
Ruang Terpilih 1 BKR/TKR/TRI (1945-1946) VIEW 1
A
Pemanfaatan kembali peti kayu dengan huruf jepang yang men ambarkan pada tahun ini militer Indonesia adalah hasil dari didikan tentara Jepang - dengan menjadi vitrine, sehin a tetap memberikan ambience dekat dengan kejadian militer.

A BB
Terdapat information display dengan bentuk khusus untuk menceritakan kisah para pejuang. Display khusus ini memberikan efek stand out karena berbeda dengan information display yang lain, sehin a pengunjung akan lebih tertarik untuk mencari informasi para pejuang.
Area ini memberikan ambience peralihan dari kota Blitar menuju kota lain dimana peristiwa TKR/BKR/TRI ini terjadi.
Hasil Pembahasan
Ruang Terpilih 1 BKR/TKR/TRI (1945-1946)

A
Terdapat area foto dengan replika meriam dimana pengunjung dapat berfoto dengan meriam tersebut.
B
Instalasi pesawat di atas meriam, menceritakan bahwa peristiwa agresi militer belanda ini terjadi baik melalui darat dan melalui udara.
C
Terdapat fasad artifisial yang merupakan gambaran rumah dari kapten sumitro yang merupakan salah satu tokoh dalam peristiwa ini.
DFasad-fasad buatan men ambarkan kota-kota di Surabaya dan lighting warm light dipadukan dengan warna merah, dimana warna merah ini men ambarkan intensnya suasana pada saat itu.


Hasil Pembahasan
Layout Desain Ambience Uraian Konsep Perspektif Desain
Ruang Terpilih 1 GERILYA (1948) VIEW 1
AC
B
Ambience ruang pada area ini adalah hutan dimana men ambarkan kejadian perang gerilya itu sendiri.
A
Pen unaan box militer pada vitrine serta information display. B
C
Pen unaan pohon-pohon, dalam memberikan ambience perang gerilya yang selalu berpindah pindah tempat menyusuri hutan. Ambience lighting bewarna hijau untuk memperkuat nuansa hutan.

Hasil Pembahasan
Ruang
Terpilih 1 Fighting the
Layout Desain Ambience Uraian Konsep






Nation
Hasil Pembahasan
Ruang Terpilih 2 OPERASI MANDALA (1961-1962)
VIEW 1
Dinding serta bentuk vitrine build in tampak seperti interior dalam kapal selam. Dimana hal ini, berdasarkan operasi Mandala yang dilakukan melalui laut dan udara.


A
B
Pen unaan material besi pada dinding memberikan pengunjung pengalaman seperti berada di dalam kapal selam.
C
Pemilihan lampu submarine yang biasa digunakan dalam kapal selam sebagai side pencahayaan.
Terdapat wahana sederhana periskop dimana pen una dapat merasakan gambaran pen unaan kapal selam
Ambience lighting bewarna kebiruan memperkuat suasana di bawah laut.
Hasil Pembahasan
Layout Desain Ambience Uraian Konsep
Ruang Terpilih 2 OPERASI MANDALA (1961-1962) VIEW 2

B
A
Pen unaan peti kayu barang sebagai elemen estetis dalam penyampaian audio visual, dengan penambahan tv.
Peletakan informasi pada dinding dengan fram melengkung khas frame pada kapal selam.
B
Hasil Pembahasan
Ruang Terpilih 2 OPERASI TRISULA (1968) VIEW 1
A
Menghadirkan suasana interior rumah tempo dulu, seperti pada lantai, dinding, furnitur, pintu serta lampu gantung. Dimana operasi ini dilakukan pada rumah-rumah warga pada saat itu.
Pemanfaatan furnitur tempo dulu dengan menjadikannya vitrine benda koleksi seperti dokumen serta buku, sehin a tidak menghilangkan nuansa ruang rumah tempo dulu.

Hasil Pembahasan
Ruang Terpilih 2 OPERASI TRISULA (1968) VIEW 2
APemanfaatan furnitur tempo dulu dengan menjadikannya vitrine benda koleksi seperti dokumen serta buku, sehin a tidak menghilangkan nuansa ruang rumah tempo dulu.

Pembahasan
Ruang Terpilih 2 OPERASI SEROJA (1975)
AAdinding vitrine build in men unakan bambu dimana hal ini merepresentasikan sebuah kamp sementara dan memberikan suasana alam terbuka, dimana Operasi Seroja dilakukan di alam terbuka di Timor-Timur.

Hasil Pembahasan
Ruang Terpilih 2 TNI AD MASA KINI

Pada ruangan ini ambience lighting men unakan warna warm light dan berfokus pada kisah TNI AD dari masa dulu hin a masa kini.


Menceritakan TNI AD masa kini dan satuannya. Memberikan citra yang baik bagi masyarakat dalam mempertahankan serta mengayomi bangsa.

Hasil Pembahasan
Ruang







Terpilih 2 Presiving
the Nation

Hasil Pembahasan
Ruang Terpilih 3 Lobby


Penambahan wahana putar sederhana yang berkesan pada information display untuk menarik pengunjung sehin a mendapat pengalaman interaktif .
Penambahan hand sanitizer pada pintu masuk sebagai sarana preventif dalam penan ulangan pandemi. Relief batu wilayah kekuasaan Majapahit dan wilayah operasi Brawijaya.

Hasil
Pembahasan
Walkthrough Video Animation
Layout Desain Ambience Uraian Konsep

