Boulevard 69

Page 1

69 MEI 2011

Rp 3000


COVER STORY Cover Boulevard 69 menggambarkan seekor gajah yang sedang berjalan menuju Ja nangor. Ini melambangkan ITB yang kini tengah mempersiapkan pembangunan kampus dan jurusan baru di Ja nangor.

Gedung Eks UPT Olahraga Lt. 2 Jalan Ganeca 10 Bandung 40132 Website h p://www.boulevard.com Email boulevarditb@yahoo.com ISSN 08546703

Pemimpin Umum Muhammad Romadhona Pemimpin Redaksi Rafika Hasna Staf Redaksi Aditya Agung Putra - Annisa Anindhita - Affina Musliha Diana Puteri Alina - Firdaus Ibnu Romadhon - Gavrila Ramona Menayang - Khalista Diniastri Irmaputri - Niken Fitri Pra wi - Ririn Restu Adia - Pipit Uky Vivitasari - Warda Marisha Fithri - Windi Anarta Draniswari - Wivia Octarena - Yessica Franscisca Stephanie - Yulia Rahmawa Redaktur ArƟsƟk Ruman Wasturini Staf ArƟsƟk Adinda Restu Larasa - Catherine Bana Aurora - Linda Agus na - Rasmita Yulia - Sausan A ka Maesara - Wira Maulidika Pemimpin Perusahaan Sandro Hanaehan Sirait Staf Perusahaan Maryam Nadia Rafa - Muhammad Affif Izzatullah - Noerlina Poerwan


VISI

Salam Kenal dari Jauh ITB punya gedung baru. Beberapa saat yang lalu berita ini sudah pernah ramai dibicarakan. Namun karena realisasinya tak kunjung dilakukan, mahasiswa pun dak pernah lagi mengungkit wacana tersebut. Konon, di penghujung tahun 2010 lalu, ITB telah mengambil alih sebuah bangunan kampus di daerah Ja nangor. Massa kampus kembali dikejutkan. Mul kampus, dari sekedar wacana kini telah berubah menjadi rencana. 2012 nan ITB memantapkan langkahnya untuk berubah ke arah ‘mul kampus’. Berbagai tanggapan muncul dari pihak mahasiswa. Suara pro dan kontra terdengar silih bergan . Bagaimana nan nya kemahasiswaan? Unit? Himpunan? Siapkah mereka berbagi? Massa kampus terpaksa bersiap. Kampus, bukan megah yang diharapkan darinya. Bukan semakin menjulangnya gedung kuliah, tapi kesempatan berkembang bagi se ap individu lah yang harus digaris bawahi. Ke dakjelasan berita kepindahan ITB menimbulkan sebuah kekhawa ran bagi seluruh elemen mahasiswa. Sistem mul kampus ini memang bukan hal yang sulit, namun tetap harus ada persiapan serta penyesuaian secara bertahap. Komunikasi yang kurang seringkali menyebabkan salah paham. Begitupun yang sering terjadi antara pihak ITB dan mahasiswa. Kalau sudah begitu dak ada yang mau disalahkan. Inilah yang terbaik, se daknya begitulah versi ITB. Sudah saatnya kita menyamakan pandangan dan tujuan. Saat inilah kita harus duduk bersama, mencari sebuah solusi yang paling efek f. Bolehlah kita berbeda himpunan, boleh saja kita berbeda kedudukan, tapi kita tetap satu ITB bukan?[]

BOULEVARD # 69

MEI 2011

05


DAFTAR ISI

DAFTA KILAS 5 KAMPANĞE 7 MILYAR MANUSIA 5 LRPTN XII: KOLABORASI SATU VISI 6 RASA CINTA TERHADAP INDONESIA

laporan utama 8 GELIAT EKSPANSI ITB JATINANGOR Dalam rangka mencapai World Class University, ITB melakukan upaya pengembangan di berbagai aspek. Tak terkecuali dalam peningkatan infrastruktur. Mul kampus, adalah satu jalan yang tengah dijajaki oleh ITB.

12 KEMAHASISWAAN IKUT BERKEMAS, SIAPKAH? Berita mengenai perluasan ITB ke Ja nangor semakin santer terdengar. ITB tengah bersiap memboyong sebagian mahasiswanya. Kemahasiswaan didera kegamangan. Antara Ganesha dan Ja nangor, siapkah mereka berbagi? 14 ITB BUKA CABANG Jurusan -jurusan baru yang dibuka di ITB Ja nangor

KENCAN 27 DODDY HARTONO: “SAYA LEBIH SUKA BERBAGI”

GALERI 20 MENJELAJAH RUMAH BARU Seper apa rumah baru ITB? Berikut fotofoto hangat dari Boulevard.

04

BOULEVARD # 69

MEI 2011


DAFTAR ISI

R

ISI GELITIK 15 KOMITMEN ITU KEMBALI DIPERTANYAKAN Satu tahun yang lalu, ITB kembali memlilih rektor barunya untuk periode 2010-2014. Berdasarkan aspirasi mahasiswa, terbentuklah ‘8 Komitmen Calon Rektor ITB’ yang telah disetujui oleh ke ga calon rektor kala itu. Setelah satu tahun berlalu, bagaimana perjalanan komitmen itu? 16 KUPON MAKAN DARI ITB: ADA YANG TAHU? Kupon makan gra s, sebuah program kerja ITB yang diharapkan dapat menyejahterakan mahasiswa. Namun, ternyata masih banyak mahasiswa ITB yang dak tahu mengenai kupon tersebut. Apa sebabnya? Sudahkah kupon-kupon tersebut jatuh kepada orang yang tepat? 18 JEJAK HIJAU DI KAMPUS GANESHA Belakangan ITB terlihat sibuk menghijaukan lahan-lahan gundul di dalam kampus. Lihat saja, lahan kecil di sekitar kan n Bengkok kini telah berubah menjadi taman-taman kecil yang indah. Sebenarnya apa yang tengah diupayakan ITB sekarang? Apakah ITB hanya sekedar mengiku trend ‘go green’ agar dak dibilang ke nggalan zaman?

KAMPUS 22 REKTORAT: ITB MEMANG MURAH Jika kita berjalan dari ITB menuju per gaan Cisitu, mungkin kita pernah melihat sebuah spanduk hitam bertuliskan “Jangan Mau Mauk ITB, Mahal!” Itulah pandangan sebagian orang terhadap ITB. Mungkin masih banyak lagi orang lain yang berpikiran sama dengan mereka. Lantas, benarkah ITB terlalu mahal?

24 SETAHUN BERSAMA ‘SAHABAT’

Setahun sudah kepemimpinan Herry berjalan, presentasi LPJ kabinet Sahabat pun telah diselenggarakan. Meski kepengurusannya sebagai Penanggung Jawab Sementara sempat diperpanjang karena keterlambatan Pemira, pemerintahan Herry tetap telah usai. Lalu, apa pencapaian kabinet Herry selama ini?

26 KETIKA UNIT IKUT TERUSIK Sunken Court, area yang menjadi pusat berbagai unit budaya, olahraga, dan diskusi ini menjadi wilayah yang unik di ITB. Alunan musik, diskusi kri s, percakapan seru dalam beragam bahasa daerah, la han olahraga maupun beladiri membuat suasana Sunken Court begitu hidup. Saat anggota DPR dan massa nasional meributkan renovasi gedung DPR, Sunken Court punya cerita sendiri.

RESENSI 32 MUSIK: P 33 BUKU: S 34 FILM: T

S K

B

G K

M

BOULEVARD # 69

MEI 2011

S B

05


KILAS

Kampanye 7 Milyar Manusia Bertempat di Aula Barat ITB, Kamis (14/4) lalu, Na onal Geographic Indonesia (NGI) bersama Foto Kita dan juga Liga Film Mahasiswa ITB mengadakan acara sosialisasi ‘Foto Kita Award 2011’. Acara yang bertajuk ‘Foto Cerita di Na onal Geographic’ ini nan nya dak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa ITB saja. Acara dibuka dengan sambutan dari managing editor NGI, Didi Kasim. Ia menjelaskan kampanye ‘7 Miliar Manusia’ yang akan diusung oleh Na onal Geographic sebagai tema setahun mendatang. Tema tersebut diambil berdasarkan hasil survey yang dilakukan Naonal Geograohic Society (NGS) tentang keberadaan manusia di muka bumi. Tahun 2011 ini, pikal wajah yang paling sering ditemui di China adalah muka pria suku Han berumur 28 tahun. Dan pada tahun 2035, nan , diprediksikan wajah yang mendominasi adalah wajah orang India. Berdasarkan hasil ini, NGI tertarik mengadakan kontes Foto Kita Award 2011 yang didukung penuh oleh Canon. Tema utama dari kontes foto online ini adalah Populasi 7 Miliar, Jejak Manusia di Bumi. Melalui acara ini Didi ingin menekan bahwa kampanye 7 Miliar Manusia ini diadakan untuk menginspirasi orang agar peduli pada Bumi. “Bukan tentang populasinya, tapi imbasnya,” tambah Didi. Selain Didi, acara ini juga diisi oleh Reynold Sumayku, salah satu fotografer NGI. Acara ditutup dengan pengumuman pemenang photo essay dan photo single. Pihak pani a berharap, acara ini dapat diiku oleh para fotografer muda dan memberikan inspirasi pada masyarakat untuk lebih peduli kepada bumi.(niken)[]

LRPTN XII: Kolaborasi Satu Visi Bekerja sama dengan Program Studi Teknik Kimia ITB, Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) menyelenggarakan Lomba Rancang Pabrik Tingkat Nasional (LRPTN ) XII. Untuk mempublikasikan LRPTN XII, HIMATEK telah menggelar roadshow di 7 kota dari September hingga Oktober 2010 lalu. Lomba yang diprakarsai HIMATEK ini sudah dibuka dengan pra-event sejak Januari 2011. Pela han rancang pabrik serta Lomba Essai adalah salah satunya. Puncak acara LRPTN XII sendiri adalah acara EXPO yang digelar pada 25 April 2011. Sedangkan malam Grand Final sendiri digelar selama ga hari sesudahnya, yakni pada 26-28 April 2011.(rafika)[]

06

BOULEVARD # 69

MEI 2011


KILAS

Rasa Cinta Terhadap Indonesia “Membumikan gerakan, berkarya untuk Indonesia.” Itulah semboyan Panggung Rakyat ITB 2011 yang diadakan di lapangan basket CC Barat, sabtu siang (19/3). Acara yang dilaksanakan atas kerjasama Kementerian Sosial Poli k dengan Kementerian Seni Budaya KM ITB ini ditujukan untuk menumbuhkan rasa cinta mahasiswa ITB terhadap Indonesia. Panggung Rakyat ITB 2011 menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk berpar sipasi dalam kegiatan sosial polik. Dalam acara ini, mahasiswa diberi kesempatan untuk mengekspresikan kecintaannya terhadap Indonesia dengan cara yang berbeda. “Biasanya kan mahasiswa males kalo untuk aksi. Ngapain sih aksi-aksi gitu? Jadi kami ingin memberikan suatu wahana dan wawasan kalo itu (kegiatan sosial poli k, red) ga harus lewat aksi tetapi bisa juga dengan kegiatan lain,” ujar Mohammad Wildan Alfian, Wakil Ketua Pani a Panggung Rakyat ITB 2011. Serangkaian acara pra-event seper lomba Surat Cinta untuk Indonesia, lomba esai, lomba fotografi, dan sayembara telah digelar. Rupanya, masih cukup banyak mahasiswa yang antusias untuk mengiku acara ini. Panggung Rakyat ITB 2011 turut dimeriahkan oleh unit-unit seni dan budaya seper Loedroek dan UKSS. Acara ini juga memfasilitasi layanan SIM keliling, donor darah, pemeriksaan kesehatan gra s FK Unpad, dan pemeriksaan gigi gra s FKG Unpad. Pani a berharap fasilitas ini dapat mengundang masyarakat umum untuk ikut berpar sipasi. “Jangan berpikir apa yang akan kamu dapatkan dari Indonesia, tapi apa yang bisa kamu berikan untuk Indonesia,” pesan Wildan. (pipit, yulia)[]

BOULEVARD # 69

MEI 2011

07


LAPORAN UTAMA

08

BOULEVARD # 69

MEI 2011


LAPORAN UTAMA

Geliat Ekspansi ITB Jatinangor Oleh: AďŹƒna Musliha

Dalam rangka mencapai World Class University, ITB melakukan upaya pengembangan di berbagai aspek. Tak terkecuali dalam peningkatan infrastruktur. Mul kampus, adalah satu jalan yang tengah dijajaki oleh ITB.

BOULEVARD # 69

MEI 2011

09


LAPORAN UTAMA Kabar mengenai rencana dibangunnya beberapa kampus ITB baru di beberapa daerah bukanlah hal baru. Ja nangor, Bekasi, hingga Malaysia sempat disebut menjadi lokasi tempat pembangunan ITB selanjutnya. Program ITB Mul kampus, yakni ekspansi pembangunan ITB secara eksternal, merupakan bagian dari Rencana Induk Pengembangan (RENIP) ITB 2006-2025. Kampus ITB di Jalan Ganesha dirasa sudah dak kondusif. Padahal,ITB sebagai kampus berbasis peneli an dan keilmuan masih harus terus berkembang. Hal ini ditegaskan oleh Ketua Program ITB Mul kampus di Ja nangor, Prof. Dr. Ir. Indratmo Sukarno. “ITB Ganesha sebenarnya hanya memiliki daya tampung 15.000 orang, tapi sekarang sudah menampung lebih dari 20.000 orang. ITB sudah overloaded,” ujar Indratmo. Di lain pihak, Pemerintah Propinsi Jawa Barat menawarkan ITB untuk mengambil alih lahan eks-Universitas Winaya Muk (UNWIM) yang berlokasi di Ja nangor dan Tanjung Sari. Perlu diketahui, UNWIM adalah universitas swasta yang awalnya dibina oleh Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. Menanggapi hal tersebut, akhirnya pada tanggal 21 Januari 2010 dibentuklah kesepakatan Program Kerja Sama (PKS) Nomor 073/02/otdaksm/2010 antara Pemerintah Jawa Barat dengan ITB. Isi dari PKS ini adalah ITB diberikan hak pengelolaan tanah eks-UNWIM di Ja nangor seluas 47 hektar serta di Tanjung Sari seluas 7 hektar selama 30 tahun. Di dalam PKS tersebut juga disebutkan bahwa ITB berhak mengelola bangunan seluas 28.000 meter persegi di atasnya. Hal tersebut dibenarkan oleh Kasubdit Program Direktorat Pengembangan ITB, Dr, Allis Nurdini. “ ITB hanya dapat hak pengelolaan saja, sedangkan tanah masih dimiliki oleh Pemerintah Jawa Barat, dalam hal ini Dinas Kependidikan,” tuturnya. Menyambut tawaran ini, ITB pun mulai berbenah. ITB merenovasi bangunan Eks-kampus UNWIM tersebut untuk untuk melengkapi berbagai kebutuhan sarana prasarana. Sejauh ini sudah ada beberapa gedung yang direnovasi seper gedung rektorat, gedung perpustakaan, gedung teknik, gedung serbaguna dan ga gedung lain. Beberapa gedung seper laboratorium sedang dalam tahap pemuga-

10

BOULEVARD # 69

MEI 2011

ran, sedangkan gedung kehutananan belum disentuh sama sekali. Keberadaan infrastruktur yang kurang memadai menjadi alasan utama ditundanya penerimaan mahasiswa baru di tahun 2011. Namun Prof. Dr. Ir. Indratmo Sukarno menyatakan bahwa pada tahun 2011 ini, sebenarnya ITB Ja nangor telah mulai beroperasi. Ak vitas akademik selain proses belajar mengajar seper peneli an telah berlangsung di kampus Ja nangor yang kini sering disebut sebagai ITB kampus mur ini. Selain mendapat hak pengelolaan lahan, rupanya ITB juga harus mengurus 232 dosen dan pegawai eks-UNWIM yang memilih terintegrasi dengan ITB. Sementara dosen yang tetap memilih bersama UNWIM dan mahasiswa-mahasiswa UNWIM sendiri kini dipusatkan di Tanjung Sari. Dua tahun kedepan UNWIM di Tanjung Sari pun akan diambil alih ITB dan direnovasi untuk keperluan kampus baru. Bergabung dengan ITB, dosen-dosen UNWIM ini pun harus menyesuaikan diri. Sofiatun, salah satu dosen eks-UNWIM membenarkan hal tersebut. “Setelah sosialisasi dan perundingan, kita diberikan op on apakah kita mau bergabung atau dak dengan ITB. Setelah itu dikembalikan pada ITB, ada program-program perekrutan dosen, mulai dari tes kualifikasi, talent mapping, pela han-pela han, hingga riset dan peneli an. Kita juga harus memenuhi kualifikasi dosen ITB yaitu lulus jenjang S3, dosen yang belum S3 tahun ini harus sekolah lagi,” papar Sofiatun Hal tersebut berar dosen-dosen UNWIM yang akan bergabung dengan hanya memiliki waktu satu tahun untuk bersiap. “Kita sekarang masih harus beradaptasi dengan induk baru, selain itu kita juga masih harus mengantarkan sisa-sisa mahasiswa yang akan lulus tahun ini di Tanjung Sari,” tambah Sofiatun.

“ITB Ganesha sebenarnya hanya memiliki daya tampung 15.000 orang, tapi sekarang sudah menampung lebih dari 20.000 orang. ITB sudah overloaded,” ujar Indratmo.


LAPORAN UTAMA masyarakat. Kita dari awal dapat bantuan dana dari Pemerintah Jawa Barat masing-masing 10 miliar pada 3 tahun pertama,” ujar Indratmo. Tapi masalah dana dak pernah sederhana. Meskipun mendapat bantuan, ITB tetap harus menggelontorkan lebih dari 1 triliun rupiah untuk pembangunan kampus mur ini. Allis Nurdini pun membenarkan hal tersebut, “Memang ada bantuan dari dinas tapi mencairkan dana nya juga dak mudah.” Green Campus Pembangunan ITB di Ja nangor merupakan salah satu upaya pemenuhan target yang sulit di capai di kampus ITB Bandung. “Kita menyiapkan Ja nangor sebagai kampus yang kualitasnya, baik fisik, itu jauh lebih baik daripada ITB. Segala cita-cita ideal yang diharapkan tentang kampus mulai diwujudkan di sana, misalnya green campus, green building,juga water reuse system,” ucap Dr. Allis Nurdini. Dengan mengusung konsep Green Campus, masterplan ITB Ja nangor dilengkapi fasilitas Technopark, Animal Breeding House, Pusat Budi Daya Jamur serta fasilitas ‘hijau’ lainnya. ITB Ja nangor memang dirancang sebagai ‘agriculture park’, yang juga mengakomodasi pelayanan teknologi ilmu terapan serta pelayanan seni-desain yang berbasis kepada kepen ngan masyarakat. Segera menyusul, kampus ITB Bekasi sebagai pusat riset industri, yang kini pengembangannya juga tengah digarap ITB. Rencana pembangunan kampus berbasis lingkungan ini dilakukan dengan cermat oleh pihak ITB., Sirkulasi pedestrian, sirkulasi kendaraan dan ruang penyerapan air limpahan hujan benar-benar deirencanakan dengan matang. Proyek besar ini tentunya menelan biaya yang dak sedikit. Pemerintah pun turut membiayai proyek pengembangan ITB Ja nangor sebagai Green Campus ini. Ditanya soal sumber dana, Indratmo menjelaskan, “Kita dapat dana dari pemerintah, sponsor, termasuk dana yang digeliat sendiri oleh ITB dari

Usut punya usut, pengembangan ITB Ja nangor ini merupakan hasil kerjasama berbagai pihak. ITB menjalin kerjasama dengan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) untuk membentuk Laboratorium Uji Dopping di Ja nangor. Kerjasama serupa juga dilakukan dengan Kementerian Kehutanan dalam mengembangkan Arboretun Tanaman Hutan seluas 9 hektar. Upaya kemitraan juga dilakukan dengan Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) untuk membuat fasilitas hunian dan asrama mahasiswa. Pembangunan asrama mahasiswa ini menjadi salah satu faktor ditundanya penerimaan mahasiswa baru pada tahun 2011 ini. “Kita sedang mengajukan dana ke Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi untuk membangun asrama, karena nan kan semua mahasiswa TPB akan diasramakan di sana,” Ujar Indratmo. Selain infrastruktur, ITB juga tengah mengembangkan banyak program studi baru. Dekan-dekan rupanya sedang menggodok jurusan lintas fakultas. Program studi baru tersebut contohnya Teknik Pangan yang merupakan sinergi dari Sekolah Farmasi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Haya , serta Teknik Kimia, juga Teknik Sumber Daya Air yang berada di bawah Teknik Sipil, Geodesi dan Geologi. Kini ITB masih bergulat dengan upaya pematangan konsep, renovasi bangunan,serta seluruh persiapan akademik. Pasalnya, dalam waktu yang dak lama lagi ITB harus mampu mengelola dua kampus sekaligus. Sistem baru ini menuntut kesiapan seluruh elemen, baik rektorat, dosen, maupun mahasiswanya. “Dulu ITB mengelola satu rumah, sekarang mengelola dua rumah, tentu akan ada perbedaan,” tutur Dr. Allis Nurdini.[] BOULEVARD # 69

MEI 2011

11


LAPORAN UTAMA

Kemahasiswaan Ikut Berkemas, Siapkah ? Oleh Pipit Uky Vivitasari

Berita mengenai perluasan ITB ke Ja nangor semakin santer terdengar. ITB tengah bersiap memboyong sebagian mahasiswanya. Kemahasiswaan didera kegamangan. Antara Ganesha dan Janangor, siapkah mereka berbagi? Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah melalui program mul kampus. Mengingat besarnya potensi Jawa Barat dengan lahan yang luas serta jumlah penduduk yang banyak, pengembangan ITB Ja nangor ini dibutuhkan sebagai upaya untuk memperkuat pembangunan bagi masyarakat. Kampus baru yang terletak di Ja nangor pun kini sudah menan . Satu hal yang masih belum diperhitungkan, pembangunan karakter melalui kegiatan unit dan kemahasiswaan. Program ITB mul kampus ini sebenarnya sudah lama terdengar oleh mahasiswa. Bahkan dak hanya di Ja nangor, dulu sempat tersiar kabar ITB akan membangun kampus baru di Bekasi. Namun tetap saja, berita pengak fan kampus ITB di Ja nangor tahun depan cukup mengagetkan. Pasalnya, pihak ITB selama ini terlihat adem ayem saja. Tidak ada yang menduga jika pelaksanaannya akan dimulai ta-

hun 2012 mendatang. Yang menjadi permasalahan adalah kegiatan kemahasiswaan yang kurang dipe mbangkan. Himpunan dan unit kemahasiswaan selama ini terpusat di ITB Bandung, otoma s akan terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan kegiatan operasional maupun strukturalnya jika harus dipecah menjadi dua. Menurut Dini, kegiatan kemahasiswaan harus dikembangkan sendiri oleh mahasiswa, karena justru hal tersebut lah tantangannya. “Mungkin bisa lihat UNPAD, bagaimana sistemnya,” ujarnya. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Taufik Nur Cahyo (GL ’08) “Mungkin sistemnya bisa kaya UI yang kampusnya di Salemba dan di Depok atau UNPAD yang kampusnya di Ja nangor dan di Dipa Ukur. Dari segi kemahasiswaannya bisa menyesuaikan,” ujarnya.

Berbeda lagi, menurut Dodi Ade Wahyu (BM ’08) selaku Kahim Nymphaea menyampaikan pendapat mengenai himpunannya yang nan sebagian ada disana. Dodi menyampaikan bahwa mahasiswa Prodi Rekayasa Haya dak bisa langsung dilepas dan diberi beban untuk membentuk himpunan baru. “Kan kaget juga kalau ba- ba disuruh bikin himpunan baru,” ujar Dodi. Mungkin keberadaan Prodi Bio Engineering atau rekayasa haya selama satu tahun di ITB Bandung sedikit memudahkan senior untuk mengajarkan nilai-nilai dan budaya mahasiswa atau kampus. Selebihnya hal ini juga belum direncanakan mau seper apa.

12

BOULEVARD # 69

MEI 2011


LAPORAN UTAMA Di kongres pun hal ini masih dalam tahap pengkajian. “Kalau dari elemen kampus, memang banyak unit yang kesulitan untuk membuka cabang di kampus Ja nangor. Apakah nan ada kabinet baru atau himpunan baru, itu semua butuh pemikiran dari nol,” tambah Taufik Nur Cahyo, PJ sementara kongres tersebut. Melihat beberapa uraian pendapat mengenai program pengembangan kampus ini, terlihat belum adanya persiapan terkait dengan kegiatan kemahasiswaan di kampus baik dari pihak ITB maupun mahasiwa. Namun, Niken , mahasiswi SITH ’10 yang berminat masuk prodi Bio Engineering tersebut mempunyai pendapat lain. Saat ditanya komentar tentang program ITB ini dia menyampaikan, “Dari aspek akademik bagus sih. Soalnya ITB kan sedang menambah prodi baru tentunya ini juga akan menambah jumlah mahasiswa . Kalau cuma di sini, terlalu sempit. Lagipula kampus ja nangor, setelah saya lihat master plan-nya juga bagus. Tapi dari sisi kemahasiswaan sendiri saya belum terlalu kebayang mau gimana. Karena kapan pindahnya juga belum tentu,” ujarnya.

mempunyai pendapat yang berbeda dengan Dodi dan Taufik. Menurutnya akan lebih baik jika unitunit bukan sekedar membuka cabang, tetapi juga ada beberapa yang dipindahkan ke sana. Menurutnya, jika hanya membuka cabang, unit disana akan kurang diperha kan. Hal tersebut dikarenakan pemegang jabatan di unit adalah mahasiswa ngkat atas, yang berada di ITB Bandung. Sedangkan di Ja nangor hanya berisikan mahasiswa-mahasiswa baru. Mengenai himpunan, Niken hanya berkomentar “ Denger-denger nan saat ngkat ga anak Bio Engineering harus bikin himpunan sendiri. Ya terimaterima aja lah, tapi sedih juga nan anak Bio engineering nan jadi angkatan tua disana ,” ujarnya sembari tertawa. Meskipun demikian, pada akhirnya semua keputusan dikembalikan lagi pada pihak ITB. Paling dak, persiapan kampus ITB di Ja nangor secara fisik akan lebih baik dari pada disini. Segala yang dicitacitakan tentang kampus yang ideal mamang harus dibarengi dengan persiapan yang matang baik dari fasilitas maupun kemahasiswaan.[]

Kabinet sudah harus mulai menganalisis bagaimana dan akan seper apa kondisi kemahasiswaan di Ja nangor tersebut nan nya. Untuk unit, Niken

BOULEVARD # 69

MEI 2011

13


LAPORAN UTAMA

ITB Buka Cabang Oleh Pipit Uky Vivitasari dan Rafika Hasna Pembangunan Kampus baru ITB di Ja nangor akan membuka jalan bagi banyak pihak. Berbagai jurusan baru pun turut di buka. Dr. Allis Nurdini, Kasubdit Program Direktorat Pengembangan menuturkan bahwa di tahun 2012 nan beberapa jurusan sudah mulai diak an. Selain mengakomodasi beberapa jurusan teknik baru, ITB Ja nangor juga mencoba mengakomodasi Program Pasca Sarjana, Con nuing Educa on, serta program alih jenjang. Berikut program-program yang nan nya akan difasilitasi di ITB Ja nangor : No 1.

Nama Program Program Sarjana (S1)

Aktivitas yang Diakomodasi Bidang Kehutanan dan Bidang Pertanian Bidang Lingkungan, Farmasi, Teknik Kimia dan Biologi Bidang Teknik Sipil, Geodesi dan Geologi Bidang Ekonomi dan Bidang Manajemen

Pasca Sarjana (S2)

Bidang Kehutanan dan Bidang Pertanian Bidang Lingkungan, Farmasi, Teknik Kimia dan Biologi

2.

Bidang Teknik Sipil, Geodesi dan Geologi Bidang Ekonomi dan Manajemen Continuing Education

Keterampilan tenaga pengrajin UKM Pengetahuan dan keterampilan di bidang teknik elektro dan Informatika

3.

Keahlian dalam bidang desain dan kriya dari artefak tradisional Keahlian dalam bidang teknologi dan bengkel Keahlian dalam bidang manajemen 4.

Program Alih Jenjang

Teknologi Media Digital Teknik Komputer Jaringan Kultur Jaringan Aquaculture Kewirausahaan Desa Animasi Desain Game Periklanan Berbasis Implementasi Produksi Geomatika Pemetaan

Seluruh kegiatan perkuliahan tersebut nan nya akan dipusatkan di Ja nangor. Kuliah umum maupun kuliah khusus akan diselenggarakan di sana. Pengaturan waktu mengajar bagi para dosen akan segera dilakukan. Untuk akomodasi, ITB sudah memikirkan solusi. ITB akan menyediakan bus Ja nangor-Bandung sebagai alterna f transportasi khusus dosen.[]

14

BOULEVARD # 69

MEI 2011


GELITIK

Komitmen itu Kembali Dipertanyakan

Oleh Yulia Rahmawa

Satu tahun yang lalu, ITB kembali memlilih rektor barunya untuk periode 2010-2014. Berdasarkan aspirasi mahasiswa, terbentuklah ‘8 Komitmen Calon Rektor ITB’ yang telah disetujui oleh ke ga calon rektor kala itu. Setelah satu tahun berlalu, bagaimana perjalanan komitmen itu? Satu tahun sudah Akhmaloka, Rektor ITB periode 2010-2014, memimpin ins tusi ini. Berbagai proses, langkah, ataupun kebijakan telah dijalankan. Termasuk dalam rangka pemenuhan komitmen yang telah disetujui ‘hitam diatas pu h’ dengan kemahasiswaan ITB. Layaknya presiden yang ditagih janjinya oleh rakyat, mahasiswa pun melakukan hal yang sama.

kepada rektorat. Sayangnya evaluasi ini dak dikaji secara mendalam dan menyeluruh.

Bersama dengan Majelis Wali Amanat Wakil Mahasiswa 2010, Ikhsan Abdusyakur, civitas akademika mengadakan evaluasi ‘8 Komitmen Calon Rektor ITB’. Evaluasi tersebut dilaksanakan dalam rangka pengkajian pemenuhan komitmen oleh rektorat ITB selama satu tahun ini.

Ke ka ditanya mengenai hal tersebut, Akhmaloka hanya menjawab singkat. “Saya dak melihat evaluasinya punya validasi,” tutur Akhmaloka.

Dalam evaluasi tersebut terdapat beberapa poin pen ng seper komunikasi yang buruk antara mahasiswa dan rektorat ITB, keadaan fasilitas mahasiswa, sosialisasi dan pengabdian terhadap masyarakat. Namun, evaluasi tersebut lebih menekankan komunikasi antara rektorat ITB dan mahasiswa yang kurang sinergis.

Belum ada kepas an yang jelas akan dibawa ke mana evaluasi ini nan nya. Pihak mahasiswa pun telah menyampaikan hal ini secara langsung kepada pihak rektorat. Namun nyatanya sampai sekarang rektorat belum memberikan respon balik.

Menurut Herry, evaluasi tersebut akan dibawa ke rapat pimpinan di Annex nan nya. Herry hanya berharap mahasiswa bisa berpikir posi f dan mau mendengarkan. “Jangan hanya melihat dari satu sisi. Mahasiswa udah dewasa. Rektorat juga udah dewasa,” ujar Herry.[]

Mahasiswa merasa dak mempunyai wadah yang jelas dalam menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada pihak rektorat. Kebijakan-kebijakan yang dilakukan rektorat seringkali dak diiringi sosialisasi yang baik. Bahkan dak jarang bertentangan dengan kehendak mahasiswa. Sebagai contoh, kebijakan tentang K3L dan parkir di ITB. Campus Mee ng (29/3) di Galeri CC Timur diadakan sebagai wujud pertemuan mahasiswa dengan rektorat yang turut dihadiri Akhmaloka. Evaluasi ‘8 Komitmen Calon Rektor ITB’ disampaikan secara langsung oleh Herry Dharmawan, Presiden KM ITB, BOULEVARD # 69

MEI 2011

15


GELITIK

KUPON MAKAN DARI ITB:

Ada yang Tahu? Oleh: Aditya Agung Putra

Kupon makan gra s, sebuah program kerja ITB yang diharapkan dapat menyejahterakan mahasiswa. Namun, ternyata masih banyak mahasiswa ITB yang dak tahu mengenai kupon tersebut. Apa sebabnya? Sudahkah kupon-kupon tersebut jatuh kepada orang yang tepat?

16

BOULEVARD # 69

MEI 2011


GELITIK “Pembagian kupon makan ini memang program kerja baru ITB, baru sejak awal 2011,” tutur Slamet, Kasubdiv Pemberdayaan dan Perawatan Aset, ke ka ditanya perihal adanya pembagian kupon makan. Itulah mengapa adanya kupon makan tersebut baru terdengar akhir-akhir ini. Kupon makan yang berupa voucher senilai Rp 6000,00 ini dapat digunakan di kan n-kan n tertentu. Kan n yang menerima voucher tersebut antara lain kan n GKU Barat, kann Barak, kan n Borju, dan kan n Bengkok. Se ap harinya, 200 kupon makan dikeluarkan oleh Lembaga Kemahasiswaan (LK). Semula, kupon makan tersebut hanya diperuntukkan bagi para mahasiswa peminat beasiswa ekonomi lemah. “Mahasiswa yang kami rasa butuh, kami beritahu lewat SMS,” ungkap Ukadi, staff Pengembangan Kesejahteraan, saat ditemui di LK. Namun, ternyata hanya beberapa saja yang datang mengambil kupon makan tersebut. Kupon makan yang tersisa akhirnya diberikan kepada mahasiswa manapun yang berminat. “Siapapun boleh ambil selama masih ada, biar gak dianggap penyelewengan,” ujar Ukadi. ‘Asal habis’, itulah gambaran distribusi kupon makan tersebut oleh LK. Sedikitnya jumlah mahasiswa yang merespon pemberitahuan ini sampai sekarang masih dipertanyakan. Ukadi telah memberitahukan hal ini melalui ap- ap Prodi. Pengumuman mengenai siapa saja yang berhak menerima kupon tersebut juga sudah pernah diberikan melalui papan pengumuman LK. Namun rupanya pengumuman itu dak bertahan lama. “Mungkin banyak yang ga tau karena ter mpa informasi lainnya,” tambah Ukadi. Tindakan LK yang hanya ‘asal habis’ dalam mendistribusikan kupon makan tersebut ternyata dinilai kurang baik oleh pihak Sarana dan Prasarana (SP). Saat mengetahui ternyata distribusinya demikian, SP ikut bicara. Slamet, mewakili SP, menilai sistem distribusi seper ini kurang tepat karena dak memenuhi kriteria awal, yaitu diberikan kepada mahasiswa yang benar-benar membutuhkan. Pihak SP sendiri merasa belum puas terhadap keberjalanan program ini. “Target kita bukan semuanya habis, tapi berapa yang benar-benar dibutuhkan,” ujar Slamet.

Selama ini SP memang hanya mencetak kupon saja, sedangkan distribusi dan pengelolaannya dilimpahkan kepada LK. Walaupun begitu, keduanya tetap melakukan pengawasan dan mapping terhadap seap kan n. Masih banyaknya mahasiswa yang dak tahu mengenai program kerja ini pun menjadi catatan SP. Hal ini akan dievaluasi pihak SP, walaupun masalah publikasi kupon tersebut merupakan tanggung jawab LK. ”Ini juga bentuk evaluasi dari pengawasan mahasiswa,” tutur Slamet. Menurut Slamet, pihaknya akan melakukan sosialisasi kupon makan ke apap fakultas. Se ap fakultas akan diminta mengajukan da ar mahasiswanya yang kurang mampu untuk diberikan kupon. “Hingga sekarang, sudah ada lima fakultas yang mau mengajukan,” tambahnya. Cara ini dinilai lebih efek f oleh SP. Dengan sosialisasi seper ini, SP berharap informasi dapat lebih tersampaikan kepada mahasiswa. Sosialisasi Perlu Diadakan Kembali Kupon makan yang telah beredar semenjak awal 2011 ini rupanya memang belum banyak diketahui oleh mahasiswa. “ Saya tahunya beasiswa makan yang dikasih Kan n Barat Laut (KBL). Kalau yang dari LK saya baru tahu sekarang,” ujar Arianto Aditya Nugraha, Ketua Angkatan FTSL 2010. Jawaban serupa juga dilontarkan oleh Darmadi, Ketua Sementara Bidik Misi 2010, ke ka ditanya soal kupon makan tersebut. “ Saya baru tahu ada kupon ini dari teman,” ujarnya. Menurut Darmadi, pembagian kupon harus tepat sasaran. “ Masih banyak yang menggantungkan biaya hidupnya dari beasiswa yang kadang terlambat turun,” tambahnya. Muhammad Akbar Jamaluddin, Divisi Layanan Akademik HME, membenarkan kurangnya sosialisasi kupon makan tersebut. “ Harusnya ada sosialisasi ke himpunan, jangan cuma lewat papan pengumuman.” []

Apa Tindakan SP Berikutnya? Ke dakpuasan SP terhadap distribusi kupon membuat sistem distribusinya harus dievaluasi kembali. BOULEVARD # 69

MEI 2011

17


GELITIK

Jejak Hijau

di Kampus Ganesha Oleh Warda Marisa Fithri

Belakangan ITB terlihat sibuk menghijaukan lahan-lahan gundul di dalam kampus. Lihat saja, lahan kecil di sekitar kan n Bengkok kini telah berubah menjadi taman-taman kecil yang indah. Sebenarnya apa yang tengah diupayakan ITB sekarang? Apakah ITB hanya sekedar mengiku trend ‘go green’ agar dak dibilang ke nggalan zaman? Perjalanan ITB menuju ‘Eco-Campus’ sebenarnya sudah dimulai sejak Bandung dikenal dengan sebutan ‘Bandung Lautan Sampah’ tahun 1995 lalu. Mulai saat itu, ITB membangun sistem pengolahan sampah dan perawatan taman meskipun belum sebaik sekarang.

mah lingkungan juga menjadi syarat berikutnya. Hal inilah rupanya yang membuat ITB kembali membenahi lahan-lahan yang berpotensi hijau. Dari tahun ke tahun, ITB pun telah menyediakan berbagai fasilitas untuk menunjang upaya menuju kampus hijau tersebut. ITB membuat green house, ruang terbuka hijau dengan pepohonan rindang serta taman-taman kecil. Fasilitas peminjaman sepeda, lampu sel surya, serta drinking-water tap juga telah tersedia.

Ditemui di kantornya, Kasubdit Operasional Kebersihan, Lina Rooslina menguraikan seper apa konsep Eco-Campus yang sedang digarap ITB. Lina mengutarakan bahwa untuk menjadi ‘kampus hijau’, se daknya lahan hijau harus mencapai 1/3 dari lahan yang ada. Tidak sampai disitu, taman yang asri Beberapa himpunan bahkan turut serta berpar sidan pepohonan yang rindang, pengelolaan yang ra- pasi dengan menghasilkan teknologi-teknologi yang ramah lingkungan. Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) misalnya, mereka membuat sistem penampungan air hujan yang dapat menyaring air hujan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan kembali untuk berbagai keperluan. Tidak cukup itu saja, ITB juga menyediakan tempat sampah yang memisahkan antara sampah organik dan non-organik, truk pengangkut sampah, hingga tempat pengolahan sampah menjadi kompos dan batako yang terletak di Sabuga (PPS Sabuga) merupakan contohnya. Upaya ‘hijau’ yang tengah dilakukan ITB sayangnya masih belum maksimal. Hal tersebut terlihat dari beberapa fasilitas yang dak berfungsi dengan baik. Drinking-water Tap contohnya, meskipun kini sedang diperbaiki , namun sudah cukup lama fasilitas ini dak berfungsi lagi. Parahnya lagi dalam masalah sampah, se ap hari ITB masih saja menghasilkan sampah dalam jumlah besar.

Itulah mengapa ITB menaruh perha an yang besar pada permasalahan sampah. Pasalnya, ITB sendiri ternyata menyumbangkan 1-2 ton sampah se ap

18

BOULEVARD # 69

MEI 2011


GELITIK but selanjutnya dipilah dan diolah menjadi kompos untuk sampah organik, dan dijadikan batako untuk sampah non-organik. Namun, bukan berar masalah terselesaikan. Proses pengolahan sampah dan perawatan lingkungan di ITB menghabiskan biaya yang dak sedikit. Se daknya 50 juta rupiah dikeluarkan dari kas ITB se ap bulan. Jumlah tersebut digunakan untuk membayar gaji 11 pengelola sampah dan 15 pekerja yang merawat taman, serta biaya operasional dan perawatan peralatan.

hari. Sampah tersebut berasal dari kan n-kan n, konsumsi rapat dan acara mahasiswa, kertas-kertas, serta daun-daun dan ran ng yang gugur. Untuk mengangkut sampah sebanyak itu, ITB sampai harus melakukan penjadwalan. Pengangkutan dilakukan ga kali sehari dengan mengerahkan ga armada truk sampah. Untuk mengan sipasi adanya penumpukkan, ditambah satu truk lagi yang dilemburkan hingga jam 6 untuk mengangkut sisa sampah. Menindak lanju permasalahan sampah, selama ini ITB mencoba melakukan upaya pengolahan kembali. Sampah-sampah harian yang telah diangkut terse-

Upaya pelestarian lingkungan kampus oleh ITB sebenarnya merupakan sebuah langkah yang baik. Sayangnya meskipun sosialisasi sudah banyak dilakukan, sebagian besar warga kampus belum memiliki kesadaran untuk ikut berpar sipasi. “Belum ada kesadaran dari diri sendiri,” ujar Lina. Padahal diperlukan dukungan dan kesadaran dari seluruh elemen kampus untuk dapat mewujudkan Eco-campus yang dicita-citakan. Dengan koordinasi yang baik, ITB Eco-Campus dak mustahil untuk dicapai. Salah satu langkah yang dilakukan ITB adalah bersikap tegas. ITB berencana memberlakukan sanksi bagi siapa saja yang membuang sampah sembarangan atau memakai stryofoam. Namun, harus ada koordinasi dengan KM-ITB, SP, dan LK terlebih dahulu dalam pelaksanaannya.[]

Apa kata mereka tentang Eco Campus? Faris Nurfauzi (TL’07), Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan “Eco Campus adalah bagaimana caranya kita membuat kampus menjadi tempat yang nyaman untuk melakukan kegiatan akademik maupun non akademik. Salah satunya, dengan cara memanfaatkan dan mendukung segala aspek lingkungan yang ada di sekitar kampus hingga terbentuk hubungan mbal balik antara lingkungan dan civitas akademik di kampus. Misalnya, pepohonan yang rindang tentu membuat nyaman dan udara menjadi sejuk, sedangkan dengan dak merokok sembarangan, kita membuat lingkungan sekitar menjadi nyaman.” Amalia Handini, Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan 2010 “Eco Campus itu kita bisa menerapkan green building dan green life style di seluruh kalangan masyarakat kampus. Kehidupan sehari-hari kita itu berbau green, misalnya mulai dari belanja tanpa kantong plas k, bawa botol minum sendiri, ma kan lampu yang dak digunakan, laptop dengan power saving, sampai bikin event lingkungan besar yang bisa menjadi sarana edukasi tentang lingkungan untuk orang lain.”

BOULEVARD # 69

MEI 2011

19


GALERI

Menjela

RU

Gedung Teknik dan Tempat Parkir

Gedung Utama, pusat segala ak vitas se Gedung Teknik bagian dalam, terlihat maketmaket buatan mahasiswa lama

Gedung C, bakal tempat perkuliahan

20

BOULEVARD # 69

MEI 2011

G d

U

Tanah tempat pembangunan asrama


GALERI

ajah

UMAH BARU

Gedung C

mentara saat ini

a Gedung B

Gedung Serba Guna

Sekretariat Himpunan Kemahasiswaan

Sekretariat Unit

BOULEVARD # 69

MEI 2011

21


KAMPUS REKTORAT:

ITB Memang Murah

Oleh Firdaus Ibnu Romadhon

Jika kita berjalan dari ITB menuju per gaan Cisitu, mungkin kita pernah melihat sebuah spanduk hitam bertuliskan “Jangan Mau Mauk ITB, Mahal!� Itulah pandangan sebagian orang terhadap ITB. Mungkin masih banyak lagi orang lain yang berpikiran sama dengan mereka. Lantas, benarkah ITB terlalu mahal? Banyak masyarakat mengira bahwa Biaya Pendidikan yang dibayar di Muka (BPM) ITB 55 juta, tersebut merupakan harga ma . Pada kenyataannya nilai sebesar itu hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. Namun, benarkah ITB semahal itu? Selama ini, pengadaan jalur masuk berupa Ujian Saringan Mandiri (USM) baik pusat maupun daerah diandalkan untuk menyokong biaya pendidikan. Namun, turunnya Permendiknas no.34 tahun 2010, membuat ITB harus mengubah sistem penerimaan mahasiswa baru. Menurut Permendiknas no. 34 tahun 2010 Perguruan Tinggi wajib menerima paling sedikit 60% mahasiswa baru melalui jalur penerimaan mahasiswa baru secara nasional (SNMPTN). Oleh karena itu, tahun ini ITB menerima mahasiswa dari jalur SNMPTN penuh, dengan kuota 60% jalur undangan dan 40% dari jalur tertulis. Ada sedikit pengecualian bagi FSRD yang hanya menerima mahasiswa baru melalui jalur undangan sebesar 20% dan jalur tertulis sebesar 80%. Hal ini disebabkan untuk bisa masuk FSRD diprioritaskan adanya ujian menggambar. Berdasarkan kebijakan tersebut, mahasiswa baru diberi kesempatan untuk memilih BPM sesuai dengan kemampuan. Membayar penuh, dengan subsidi 25%, 50%, 70%, atau bahkan subsidi 100%. ITB sendiri menargetkan jumlah minimal sebesar 20% mahasiswa baru menerima subsidi penuh sebesar 100%, 40% menerima subsidi parsial (25%, 50%, atau 75%), dan sisanya membayar BPM tanpa subsidi. Tentunya ITB akan menyeleksi lagi siapa sajakah yang layak mendapatkan subsidi atau dak dengan memperha kan kondisi ekonomi keluarganya. Subsidi ini belum termasuk beasiswa biaya hidup. Ar nya, bisa jadi mahasiswa tersebut mendapatkan beasiswa BPM berupa subsidi, namun dak mendapatkan beasiswa biaya hidup seper Bidik Misi,

22

BOULEVARD # 69

MEI 2011

BIUS, Pelopor, dan lain-lain. Untuk mendapatkan beasiswa biaya hidup, mahasiswa baru tersebut diharuskan untuk menda ar lagi. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Charmadi, mengatakan bahwa pemberian beasiswa subsidi ini dak didasarkan pada kuota maksimal. Se ap mahasiswa baru baik yang mendapat subsidi atau dak, akan diperlakukan sama. Ar nya, bisa jadi seluruh mahasiswa baru mendapatkan subsidi penuh. Tidak akan ada hak is mewa bagi mahasiswa yang membayar penuh dibandingkan dengan mahasiswa yang mendapatkan subsidi. Yang menentukan lulus daknya menjadi mahasiswa ITB hanyalah hasil tes ujian masuk (SNMPTN) saja. ITB dak akan membatasi jumlah mahasiswa penerima subsidi. Menurut Charmadi, jika ITB menerapkan sistem kuota bagi mahasiswa yang mendapatkan subsidi, ITB akan mengorbankan kualitas mahasiswanya dan ITB dak mau seper itu. Permasalahan yang mbul adalah jika nan nya banyak mahasiswa yang mengajukan subsidi, berar dana yang diterima ITB semakin sedikit dan itu akan mengganggu program-program ITB selanjutnya. Se ap tahun, ITB selalu menentukan besaran unit cost bagi kegiatan belajar se ap mahasiswa . Tahun ini ITB menetapkan unit cost sebesar 27 juta untuk seorang mahasiswa pertahunnya, dengan menetapkan pengecualian bagi mahasiswa SBM. Untuk mahasiswa SBM, ITB mematok BPM sebesar 80 juta dengan biaya se ap SKS-nya sebesar 750 ribu. Dengan perkiraan waktu belajar selama 4 tahun, berar akan diperlukan biaya sebesar 108 juta bagi se ap mahasiswa. Jumlah yang cukup besar memang, tetapi dak seluruhnya biaya tersebut dibayarkan oleh mahasiswa. Jika dihitung kembali,


KAMPUS Banyak masyarakat mengira bahwa Biaya Pendidikan yang dibayar di Muka (BPM) ITB 55 juta, tersebut merupakan harga ma . Pada kenyataannya nilai sebesar itu hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. Namun, benarkah ITB semahal itu? Selama ini, pengadaan jalur masuk berupa Ujian Saringan Mandiri (USM) baik pusat maupun daerah diandalkan untuk menyokong biaya pendidikan. Namun, turunnya Permendiknas no.34 tahun 2010, membuat ITB harus mengubah sistem penerimaan mahasiswa baru. Menurut Permendiknas no. 34 tahun 2010 Perguruan Tinggi wajib menerima paling sedikit 60% mahasiswa baru melalui jalur penerimaan mahasiswa baru secara nasional (SNMPTN). Oleh karena itu, tahun ini ITB menerima mahasiswa dari jalur SNMPTN penuh, dengan kuota 60% jalur undangan dan 40% dari jalur tertulis. Ada sedikit pengecualian bagi FSRD yang hanya menerima mahasiswa baru melalui jalur undangan sebesar 20% dan jalur tertulis sebesar 80%. Hal ini disebabkan untuk bisa masuk FSRD diprioritaskan adanya ujian menggambar.

Berdasarkan kebijakan tersebut, mahasiswa baru diberi kesempatan untuk memilih BPM sesuai dengan kemampuan. Membayar penuh, dengan subsidi 25%, 50%, 70%, atau bahkan subsidi 100%. ITB sendiri menargetkan jumlah minimal sebesar 20% mahasiswa baru menerima subsidi penuh sebesar 100%, 40% menerima subsidi parsial (25%, 50%, atau 75%), dan sisanya membayar BPM tanpa subsidi. Tentunya ITB akan menyeleksi lagi siapa sajakah yang layak mendapatkan subsidi atau dak dengan memperha kan kondisi ekonomi keluarganya. Subsidi ini belum termasuk beasiswa biaya hidup. Ar nya, bisa jadi mahasiswa tersebut mendapatkan beasiswa BPM berupa subsidi, namun dak mendapatkan beasiswa biaya hidup seper Bidik Misi, BIUS, Pelopor, dan lain-lain. Untuk mendapatkan beasiswa biaya hidup, mahasiswa baru tersebut diharuskan untuk menda ar lagi. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Charmadi, mengatakan bahwa pemberian beasiswa subsidi ini dak didasarkan pada kuota maksimal. Se ap mahasiswa baru baik yang mendapat subsidi atau dak, akan diperlakukan sama. Ar nya, bisa jadi seluruh mahasiswa baru mendapatkan subsidi

foto: http://postmophobia.tumblr.com/

BOULEVARD # 69

MEI 2011

23


KAMPUS

Setahun Keberjalanan Sahaba Oleh : Niken Fitri Pra wi

Sumber: Dokumentasi KM-ITB 2010-2011

Setahun sudah kepemimpinan Herry berjalan, presentasi LPJ kabinet Sahabat pun telah diselenggarakan. Meski kepengurusannya sebagai Penanggung Jawab Sementara sempat diperpanjang karena keterlambatan Pemira, pemerintahan Herry tetap telah usai. Lalu, apa pencapaian kabinet Herry selama ini?

L

PJ setahun kepengurusan Herry sempat dikembalikan karena ada beberapa aspek administratif yang belum dilengkapi. Berbeda dengan kongres sebelumnya, ketercapaian visi dan misi kabinet kali ini lebih dinilai dalam takaran GBHP, bukan penolakan LPJ atau pun IP presiden. Selama setahun, tercatat kabinet Herry pernah mendapat tiga kali SP dan sebuah surat ketidakpercayaan dari HMIF atas kredibilitas kabinet sebagai lembaga sentral yang mengorganisasikan KM ITB. SP pertama dikeluarkan kongres karena keterlambatan presiden mengajukan daftar calon menteri. Sementara dua SP lainnya berkaitan dengan gerakan eksternal kabinet yang diselenggarakan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu kepada kongres.

24

BOULEVARD # 69

MEI 2011

Mengenai masalah surat ketidakpercayaan dari HMIF, Herry menanggapinya secara positif. Menurut Herry, hal tersebut menjadikan massa kampus lebih peduli tehadap kabinet walaupun dalam bentuk yang berbeda. Alma Tegar, Ketua Kongres KM ITB Periode 20102011, menilai bahwa kinerja kabinet Herry cukup bagus. Tapi di segi politik, Herry kurang mengakar. Herry memang lebih banyak membuat terobosanterobosan kegiatan selama kepengurusannya.“Yang menonjol dari kabinet Herry adalah gerakan eksternal dan Proficio Awards serta KM ITB Summit,” ujar Alma. Akan tetapi, nada sumbang terdengar dari kalangan massa kampus. Massa kampus menilai acara-acara yang diselenggarakan oleh kabinet terkesan ‘dipaksakan’. Acara-acara diselenggarakan hanya untuk


KAMPUS

at

“Yang menonjol dari kabinet Herry adalah gerakan eksternal dan Proficio Awards serta KM ITB Summit,” Alma Tegar, Ketua Kongres KM ITB Periode 2010-2011

Namun, Andri Permana, Ketua Proficio Awards memiliki pendapat lain tentang kabinet. Andri menilai bahwa pada pemerintan Herry, kabinet lebih mau turun ke massa himpunan. “Kekurangannya mungkin internalnya kurang terjaga,” ujar Andri. Herry pun mengakui bahwa manajemen sumber daya kabinet memang harus dibenahi. Ia berpendapat bahwa hal tersebut sebenarnya bergantung pada karakter masing-masing menteri, ada yang bisa merangkul anak buahnya, namun juga ada yang hanya sekedar konseptor. Untuk gerakan eksternal sendiri, Herry cukup banyak menekankan isu. Isu lingkungan, energi, industri, pendidikan, dan entrepreneurship mendapat banyak perhatian selama pemerintahan Herry. Jika tahun lalu, kabinet ‘Ucup’ menenkankan comdev, tahun ini Herry lebih menekankan pada kewirausahaan. sekadar menuntaskan program kerja yang telah dibuat saja, tanpa ada konsep dan tujuan yang jelas untuk apa acara tersebut diadakan. “Terkesan dipaksakan karena memang banyak acara yang memerlukan kordinasi dengan himpunan. Dan Herry kurang mempersiapkan dari awal sehingga ketika (himpunan-Red.) diajak berkolaborasi gak siap,” jelas Alma. Herry sendiri menyatakan bahwa acaranya sudah direncanakan jauh-jauh hari. Namun sayangnya tidak diiringi komitmen dari himpunan. “Kalau dibilang kurang menyiapkan himpunan, saya rasa bukan saya yang harus menyiapkan himpunan. Himpunan yang menyiapkan diri mereka sendiri,” papar Herry.

Selama satu tahun kepengurusan, rupanya Herry masih menyimpan mimpi untuk mahasiswa ITB. “Masih ada visi-visi yang ingin saya tanamkan di kemahasiswaan ini, tapi belum seperti yang saya impikan. Gampangnya sih bergerak bersama rakyat itu sendiri.” Herry berharap mahasiswa ITB tidak hanya sekadar numpang tinggal, lantas menghilang setelah lulus tiga atau empat tahun nanti. Mahasiswa diharapkan dapat memberdayakan atau diberdayakan masyarakat sekitar kampus. Dengan demikian masyarakat dapat merasakan mahasiwa telah menjadi bagian dari mereka. “Sebenarnya saya ingin nanemin itunya. Tapi butuh proses yang nggak sebentar, yang nggak cukup satu tahun ini aja.” []

Akan tetapi, sebenarnya Herry juga menyadari bahwa himpunan kurang tergerak kalau bukan presidennya sendiri yang turun. “Saya sendiri secara pribadi enggak bisa hanya fokus ke dalam kampus. Kinerja kabinet tuh ke dalam dan ke luar,” tambahnya. BOULEVARD # 69

MEI 2011

25


KAMPUS

Ketika Unit Ikut Terusik

Oleh Annisa Anindita

S

unken Court, area yang menjadi pusat berbagai unit budaya, olahraga, dan diskusi ini menjadi wilayah yang unik di ITB. Alunan musik, diskusi kri s, percakapan seru dalam beragam bahasa daerah, la han olahraga maupun beladiri membuat suasana Sunken Court begitu hidup. Saat anggota DPR dan massa nasional meributkan renovasi gedung DPR, Sunken Court punya cerita sendiri. Pertengahan Maret lalu, Rektorat Bidang Pengembangan mengundang perwakilan-perwakilan unit yang berada di Sunken Court dalam sebuah forum untuk berdiskusi. Di dalam forum tersebut, pihak Rektorat mensosialisasikan adanya rencana pengembangan Tunnel kepada para perwakilan unit yang berada di Sunken Court. Menurut penuturan Rudi Hermawan Karsaman, Direktur Pengembangan ITB, pengembangan tunnel merupakan satu dari ga wilayah proyek pengembangan pada tahun 2011. Proyek yang berjudul Penataan Sub-Center Kampus ITB-Ganesha 2011 ini menargetkan pengembangan tunnel, SubCenter Timur yang melipu wilayah GKU Timur (kan n Bengkok dan parkir GKU Timur), dan SubCenter Barat yang melipu wilayah GKU Barat (amphiteater). Dari ke ga wilayah tersebut, tunnel yang menghubungkan ITB dengan Saraga menjadi prioritas. Dalam proposal Penataan Sub-Center Kampus ITBGanesha 2011, ruang dalam tunnel dibagi menjadi ga daerah yaitu Diamond I, Diamond II, dan galeri. Diamond I menjadi tempat penyediaan jasa layanan fotokopi, ATK, dan kebutuhan lain. Diamond II merupakan ruang untuk pengelola dan persiapan event, dengan panggung kecil yang dapat digunakan apabila ada acara. Dan galeri, disediakan untuk

26

BOULEVARD # 69

MEI 2011

memamerkan karya-karya mahasiswa dan pengumuman-pengumuman event di ITB. Bahkan, Rudi merencanakan adanya kurator galeri sebagaimana sebuah museum. “Bisa dari anak FSRD,” tambah Rudi. Selain untuk menggunakan ruang sisa, pengembangan tunnel yang rencananya selesai pada saat penerimaan mahasiswa baru, Juni 2011, dilakukan untuk memudahkan akses mahasiswa ke tempat parkir baru. Melihat kondisi lahan parkir yang sudah sangat penuh, rektorat berinisia f membuat tempat parkir baru di area Saraga. Tepatnya di area antara lapangan futsal dengan track lari. Keberadaan Lahan parkir ini nan nya diharapkan dapat menampung 500 unit motor. Selanjutnya, ada per mbangan untuk membuka café di dalam tunnel. Namun, ide ini ditolak oleh para penghuni Sunken Court dengan alasan akan mengganggu sikulasi udara. Selain itu, di ujung tunnel menuju Saraga sudah ada beberapa warung yang menjual makanan. Café Teteh misalnya, unitunit di Sunken Court sangat merasakan manfaat keberadaan warung tersebut .Rudi pun setuju untuk mengop malkan warung-warung yang sudah ada daripada membuka café baru di dalam tunnel. Namun, usaha-usaha di Sunken Court seper Café Teteh harus diter bkan. “Saya tanya kemana-mana,


KAMPUS nggak ada yang mau mengaku. Karena dak jelas pengelolanya, dengan terpaksa, nan harus ditertibkan,” ujar Rudi. Rencana pembangunan tunnel ini sebenarnya cukup menggangu ak vitas beberapa unit seper Kendo, Taekwondo, dan Aikido. “Sebenarnya tunnel sudah digunakan untuk berbagai kegiatan unit maupun himpunan, hanya saja rektorat dak sadar,” kata Faishal Damayana (KL 08), ketua ARC. Berawal dari rencana pengembangan tunnel, pembicaraan pun melebar hingga membahas keadaan Sunken Court yang kumuh dan dak terurus. Menyikapi keadaan tersebut, Rektorat rupanya memiliki rencana untuk mengembalikan fungsi selasar sekretariat unit sebagai jalan an hujan. Rencana yang terakhir disebutkan ini menuai banyak protes dari pihak mahasiswa, sebagaimana diungkapkan Adre, FMIPA 2010 “Tahu sendiri besarnya sekre unit di Sunken Court. Kalau selasar jadi jalan an hujan, kapasitas ruang unit akan berkurang, begitu juga ak fitas unit.” Berita mengenai pener ban selasar serta pengembalian fungsinya sebagai jalan an hujan ini juga menimbulkan isu baru, yaitu digusurnya unit-unit di Sunken Court. Tujuannya adalah untuk mengembalikan fungsi Sunken Court sebagai ruang-ruang pertemuan dan diskusi mahasiswa seper fungsi CC Barat saat ini. Namun, isu ini dibantah oleh Argo Cahyadi, Mentri Senbud KM ITB 2010/2011. “Rencana pengembangan ini difokuskan pada tunnel. Sekre unit-unit dak akan digusur,” kata Argo. Saat disinggung tentang kemungkinan ada sekre unit yang digusur dari Sunken Court, Rudi dengan tegas menyatakan dak. Bahkan rencana pengembalian selasar Sunken sebagai jalan an hujan pun dibatalkan. “Kita semua mengharapkan win-win solu on. Sekarang yang pen ng sekre unit-unit itu bersih dan enak dilihat. In dari rencana pengembangan tunnel adalah membuat kampus ter b dan nyaman. Sama sekali dak untuk membatasi kegiatan mahasiswa maupun niat borjuis atau kapitalis,” ujar Rudi. Meskipun begitu, ternyata pertemuan kedua antara pihak rektorat dan mahasiswa Sunken Court menghasilkan keputusan lain. Selasar memang akan tetap menjadi hak sekre unitunit, dan rektorat akan memasang kanopisebagai jalan an hujan. Namun, Rektorat tetap akan meng-

hancurkan bangunan sekre unit Tiang Bendera (Tiben) dan café Teteh. Alasannya, bangunan tersebut mengganggu aliran energidari Sunken Court ke arah Tunnel. Tiben dan Café Teteh yang menempabangunan ini pun terancam harus angkat kaki. Lucunya lagi, rektorat malah mempertanyakan kepada mahasiswa bagaimana bangunan antara gedung PAU dan perpustakaan bisa ada. Padahal semua proyek pembangunan di ITB dilaksanakan atas persetujuan dari rektorat. Berdasarkan penuturan Adre, hingga saat ini unit Tiang Bendera masih akan mempertahankan sekrenya. Tapi sayangnya, posisi Tiben semakin sulit karena tahun ini Tiben belum menda arkan kembali unitnya. Hal itu semakin mengukuhkan keputusan rektorat untuk membongkar bangunan tersebut. Di sisi lain, Café Teteh yang merupakan proyek Dana Usaha (Danus) unit KMPA secara baik-baik mulai ditutup. Hingga akhir pertemuan, kesepakatan antara rektorat dan mahasiswa Sunken Court belum juga tercapai. Rektorat kembali menjanjikan pertemuan ke ga untuk mencari solusi terbaik. Adre berharap, pada pertemuan selanjutnya pihak rektorat dapat lebih peka. Sejauh ini, sebenarnya tujuan rektorat melaksanakan pengembangan tunnel dak untuk membatasi kegiatan mahasiswa. Sebaliknya, pihak rektorat berusaha memfasilitasi ak fitas mahasiswa ITB. Hanya saja, pihak rektorat kurang memperha kan efek global dari proyek yang direncanakan. Sehingga dalam beberapa hal, niat baik dari rektorat dak memenuhi apa yang benar-benar dibutuhkan mahasiswa. “Sebenarnya daripada mengembangkan tunnel, akan lebih terasa manfaatnya apabila rektorat menangani masalah kebocoran yang dialami se ap ruang sekre di Sunken Court. Juga memperbaiki WC Sunken Court,” ungkap Argo. Di lain sisi, terkadang mahasiswa terlalu cepat mengambil sikap dengan informasi ala kadarnya dan mudah berburuk sangka kepada proyek-proyek rektorat. Mengenai hal ini Argo berpesan,”Temanteman mahasiswa sebaiknya jangan berprasangka buruk dulu. Saling berpikir kri s saja dan tetap menjaga komunikasi agar kejadian CC dak terulang.”[]

BOULEVARD BOULEV BOU L ARD LE RD # 69 9

MEI EI 2011 2011 1

27


KENCAN

Doddy Handono:

“Saya Lebih Suka Berbagi” Oleh Rafika Hasna

Siang itu cukup cerah. Saya sudah siap memesan makanan ke ka sebuah pesan singkat mengisyaratkan saya untuk segera berpindah tempat. Saya sudah di depan , pakai sweater ijo ya. Doddy Prapanca Handono, Mahasiswa Teknik Industri angkatan 2006 yang menggagas Taxi Bike ini memang kini sedang banyak diburu pemburu berita. Namun, Doddy sama sekali dak kehilangan senyumnya ke ka Ia harus menceritakan kembali kisahnya bersama mantan-mantan juru parkir ITB yang kini menjadi mitranya tersebut. Dengan terlebih dahulu menyalakan sebatang rokok, Doddy mulai bercerita. Peris wa pergan an manajemen pengelola parkiran ITB dari Koperasi Keluarga Pegawai (KKP) ITB ke ISS yang terjadi Desember lalu memang sungguh mengagetkan. Meskipun sudah sempat terdengar beritanya, namun banyak pihak dak menyangka eksekusinya begitu cepat dilaksanakan. Bahkan yang lebih miris, para pegawai parkir ITB tersebut baru diberitahukan 3 jam sebelum pemecatan. Berita tersebut menimbulkan kepriha nan yang besar bagi Doddy. Mereka adalah orang yang pertama kali ditemuinya saat datang ke kampus, mereka sudah banyak membantu Doddy. Doddy hanya berpikir satu hal kala itu. Bagaimana nasib mereka nan nya? Sedang Doddy pun masih merasa berhutang budi. Doddy segera bergegas. Ia menemui Babe, salah seorang petugas parkir yang selama ini dikenalnya. Setelah mengetahui duduk permasalahan, Doddy mengirim sebuah email pemberitahuan ke milis, agenda ganesha, bahkan alumni. Satu hal, Doddy ingin megupayakan sebuah solusi bagi para mantan juru parkir ITB ini. “Kampus tega banget cuman pake otak, ga pake a ,” ucap Doddy kecewa. Rupanya bukan cuma Doddy yang merasakan kekecewaan tersebut. Email Doddy segera mendapatkan respon dari banyak pihak. Bahkan alumni seper Surono dan Be y Alis-

28

BOULEVARD # 69

MEI 2011

jahbana juga sudah menyatakan kesiapan mereka untuk membantu. Tapi Doddy masih berpikir satu hal, ini dak real. “ Mereka butuh lebih dari sekedar bantuan yang hanya cukup untuk sementara,” tambah Doddy. Yang pas , mereka membutuhkan pekerjaan baru Para mantan petugas parkir itu kini sudah mulai kebingungan. Bahkan salah seorang dari mereka kini tergolek tak berdaya karena stroke, tertekan memikirkan nasib keluarga. Tidak mau membuang waktu, Doddy segera memutar otak. Ia dak mempunyai cukup dana jika harus mendirikan usaha yang bermodal besar, tabungannya pun juga sudah menipis dipakai mencukupi kebutuhan sementara mereka. Ia berpikir keras memikirkan sebuah jalan keluar bagi masalah tersebut. Sebuah ide cemerlang melintas ke ka Ia membaca sebuah pos ngan di KasKus. “Dibutuhkan ojek yang bersedia antar jemput, gitulah isinya kurang lebih,” ujar Doddy. Sebuah ide terlintas di benak Doddy. “Gue mikir, bisa juga kalo mereka ngojek. Mereka butuh pekerjaan, motor mereka juga sudah ada, gak perlu modal gede,” tambah Doddy. Doddy kembali mengumpulkan mantan-mantan juru parkir ITB tersebut. Ia mengutarakan idenya tersebut. Setelah semua setuju, Doddy langsung menyiapkan segalanya. “ Yang paling susah itu


KENCAN ngumpulin duitnya,” kat Doddy sambil tertawa. Doddy bercerita bahwa Ia sempat ribut dengan ayahnya karena masalah tersebut. “Gue cabut dari rumah gara-gara masalah ini,” tambahnya sambil tersenyum ge r. Doddy lantas pergi ke Jakarta. Ia menemui beberapa teman serta saudaranya. Beruntung, Ia berhasil mengumpulkan sejumlah uang. “Kekumpul sekitar 6 juta-an lah,” kata Doddy. Dengan modal yang sudah ada, dia segera membangun jaingan. Ia menggunakan media internet, Doddy memilih Twi er sebagai media perantaranya. “Jaman sekarang orang harus cepat meng up-date informasi, Twi er itu yang paling tepat,” ujar Doddy. Untuk menunjang system yang digarapnya, Doddy dak mau sembarangan. “Gue dan temen-temen milih BlackBerry buat perangkatnya, karena itu yang kita rasa paling menunjang,”. Segalanya sudah siap. Namun Doddy masih belum menemukan nama yang tepat bagi usahanya ini. Setelah beberapa saat menimbang, Ia memutuskan untuk memilih nama “Taxi Bike”. Taxi Bike sukses diluncurkan. Hingga kini Doddy sudah mulai merasa kewalahan menanganinya. Ia tengah mempersiapkan m untuk menangani Taxi Bike kedepannya. Diabalik kesuksesan Taxi Bike, rupanya Doddy menyimpan banyak cerita. Pembicaraan pun berlanjut pada lingkungan kampus. Ditanya mengenai respon kampus mengenai Taxi Bike nya, Doddy sempat berhen cukup lama sebelum menjawab. “Awalnya ITB sama sekali gak menanggapi,” ungkapnya sambil tersenyum ge r. Menurut Doddy, ITB selama ini belum ‘out of the box’. Menurutnya ITB memang belum peka terhadap lingkungan sekitar, “ITB ini seper mengurung diri dengan pagar ngginya,,juga trotoar yang dibatasi lagi besi. Kontribusinya kurang,” ujar Doddy . “Yah, orang pinter memang selalu merasa benar. Dan saat itu pas gak mau dengerin orang. Begitu gue buk in, baru deh,” ungkapnya lagi. Pembicaraan pun kali ini berlanjut membahas kiprahnya di prestasi dan kemahasiswaan. “Pas TPB gue pernah 2 bulan gak ke kampus dan gak ikut ujian juga,” ceritanya. Waktu itu Doddy menjadi keynote speaker sebuah acara Road Show yang dihelat Unilever. “Kalo gak lulus sih gue bisa ngulang tahun depan waktu itu mikirnya,” tambahnya sam-

“ITB ini seperti mengurung diri dengan pagar tingginya, juga trotoar yang dibatasi lagi besi.” bil tertawa. Tidak lama kemudian Doddy kembali mengeluarkan statement yang dak terduga. “Gue Non-Him lho,” ucapnya santai. Sebuah jawaban yang cukup mengejutkan. “Gue emang milih buat gak ak f di kampus,” ujarnya seolah menambahkan. Doddy merasa atmosfer di lingkungan kampus masih belum sehat. “ITB masih rainbow jacket, masih sendiri-sendiri. Kan ibaratnya ITB ini mini Indonesia, mau dibawa kemana bangsa ini kalau orangnya masih sibuk masing-masing?,” tanyanya. Ke ka ditanya mengenai respon keluarga, Doddy lagi-lagi tersenyum ge r. “Bokap gue sama sekali gak respect,” ujarnya terus terang. Bagiamanapun, orang tua Doddy menginginkan agar Ia dak banyak ber ngkah. “Mereka pengen gue kerja yang bener,” tambahnya. Hal itu pula lah yang membuat Doddy sempat bekerja di Telkomsel pada tahun 2009 lalu. “Memang sempat khawa r kalo gue gak segera bekerja. Makanya sempat nyoba di Circle-K, Dan di Telkomsel juga. Tapi yah, memang gue belum sreg,” ujarnya. Meskipun begitu, Doddy mengaku banyak mendapatkan pengalaman. Dan kini orang tua Doddy pun sudah mulai menerima. Hal itu terlihat ke ka banyak pihak keluarga Doddy yang menanyakan perihal kelulusannya yang tertunda. Namun ayah Doddy hanya berkata bahwa Doddy kini sudah membuka lapangan kerja bagi orang lain. “Gue beneran pengen nangis waktu itu, seneng banget,” ucapnya. Ditanya mengenai sepak terjangnya, rupanya Mantan Ketua Forum Komunikasi Siswa se-Bandung ini memang telah banyak memiliki pengalaman. Rupanya, Ia pernah tergabung dalam sebuah klub motor yang namanya sangat dikenal di Bandung, “Brotherhood Bikers”. Tak tanggung-tanggung kala itu Ia didaulat untuk menjadi koordinator unit Bandung. “Gue sempet deg-degan juga. Bayangin, gue mes ngatur banyak orang yang jenisnya juga macemmacem. Dari kiai sampai pembunuh bayaran mes gue urusin,” ceritanya. Karena hal itu pula Doddy sempat sering berurusan dengan polisi dan bahkan keluar-masuk kamar mayat Rumah Sakit Hasan Sadikin. “Tapi itu adalah pelajaran yang sangat berharga buat gue,” tandasnya. BOULEVARD # 69

MEI 2011

29


KENCAN Dalam dunia bisnis, Doddy bisa dibilang cukup sukses. Ke ka ditanya apakah itu merupakan bakat warisan orang tua,Ia malah tertawa. “Bokap gue gak pernah berhasil bikin usaha, PNS seja ,” guraunya. Menurutnya hal itu bukan karena bakat, tapi karena dila h. Ibu Doddy memang mengajarkannya untuk mandiri dan terus berusaha. Saat kelas 4 SD, Ia mulai tertarik berjualan. “Waktu itu gue buka lapak di kelas, jualan pensil sama buku gambar. Kata Ibu, kalo pengen jajan gue mes bisa ngejual dagangan gue,” ujarnya sembari tertawa. Doddy juga sempat membuka usaha jual beli handphone , juga jual beli sepeda motor. “Udah sampai ngirim ke Afrika, tapi rugi jutaan rupiah!” tambahnya sambil kembali tertawa. Hampir dua jam kami berbincang. Doddy menceritakan usaha yang tengah dirin snya. “Namanya

30

BOULEVARD # 69

MEI 2011

Rudo. Ini wadah buat para lulusan TI (Teknik Industri. red) yang pengen mengaplikasikan ilmunya,” ujar Doddy. Rudo menggarap bidang adver sing, designer, juga organizer. “Tapi konsen utamanya ke usaha mikro, biar mereka ada yang membantu,” jelasnya. Sikap rendah ha memang terlihat begitu jelas pada diri Doddy. Ia selalu ingin berbaagi kebahagiaan dengan orang disekitarnya. Baginya, kebahagiaan itu adalah yang paling utama. Harta hanyalah ‘alat saja untuk mencapainya. “Buat gue,daripada duit 100 juta dimakan sendiri, mending gue bagiin buat 100 orang. Masing-masing bakal dapet 1 juta, dan semua bisa ikut senang kan?” []


GEMA ITB 2011: ITB untuk Senyum Anak Negeri Adalah sebuah program yang dinaungi GAMAIS ITB sebagai salah satu bentuk kepedulian yang bukan hanya melibatkan anggotanya, tapi juga seluruh elemen ITB. Kegiatan utama “ITB untuk Senyum Anak Negeri” antara lain pemberian bantuan untuk pembangunan rumah belajar anak jalanan di Cimahi Tengah serta pelaksanaan “ Gerakan 1000 Buku “ untuk 10 sekolah dasar di Kota Bandung dan sekitarnya. “ITB untuk Senyum Anak Negeri” juga mengakomodasi pembinaan-pembinaan dalam ilmu pengetahuan dan rohaniah, serta pelatihan karya bagi anak-anak jalanan. Kegiatan tersebut diberikan untuk membina akhlak dan semangat berkompetisi mereka, agar bisa menjadi pribadi yang baik, tangguh, kompetitif dan akhlakul kharimah . Selama ini GEMA ITB 2011 membantu Rumah Belajar (Rubel) ‘Sahabat Anak Jalanan’ di Cimahi Tengah, yang didiami puluhan anak jalanan dari berbagai usia. Anak-anak dengan semangat belajar luar biasa yang memiliki latar belakang yang berbeda berkumpul disana. Keinginan mereka untuk maju dan bercita-cita lah yang akan Rubel GEMA ITB 2011 usahakan agar terwujud. Ingin lebih dekat dengan Anak Binaan ITB untuk Senyum Anak Negeri? Jangan lewatkan penampilan karya dari mereka pada acara puncak GEMA ITB tanggal 22 Mei 2011, di Aula Barat ITB.

No Rek Donasi Muamalat 101 27378 22 a.n. Zanzabila Avia Mexida QQ Gamais Peduli Sumbangan Buku Stand sebelah kantin SALMAN ITB


RESENSI

Pesan Singkat bagi Generasi Muda Oleh Yessica Francisca Stephanie Judul Album Generasi Synergy – Barry Likumahuwa Project Ar s Barry Likumahuwa Project Label Seven Music Tahun 2011

“Yakinkan dirimu engkau bisa taklukkan dunia. Bersama kita coba move our feet, never resist or quit, take some speed. Kolaborasikan karya, sinergi hasrat jiwa we are the change that Indonesia needs, yes indeed, generasi synergy.” Pecinta funk-fusion jazz lokal dapat menikma album terbaru dari Barry Likumahuwa Project (BLP). Menyusul kesuksesan BLP pada album pertamanya yang berjudul Goodspell, Generasi Synergy menawarkan alunan bass yang terdengar lebih komersil namun tetap jazzy. BLP yang sering tampil di acara off-air dan fes val-fes val musik selevel Interna onal Java Jazz Fes val dengan pintar meluncurkan album keduanya ini pada hari pertama Java Jazz Fes val yang telah dilaksanakan 4 Maret 2011 lalu. BLP yang dipromotori oleh Barry Likumahuwa, anak dari musisi jazz terkemuka Benny Likumahuwa, telah selangkah lebih maju dengan membuat kolaborasi dengan musisi jazz maupun rap yang sedang naik daun. Pandji Pragiwaksono, rapper Indonesia dan host acara Provoca ve Proac ve telah ikut membuat komposisi bersama BLP bertemakan pergerakan pemuda, sesuai dengan judul yang digunakan untuk album kedua ini, Generasi Synergy. Karakter musik BLP dapat mulai dicerna pada Twi er Jam, yang judulnya dibuat saat para personil BLP baru membuat akun Twi er mereka. Sentuhan techno juga mulai terasa, dimana hampir semua lagu menggunakan synth. Ada juga lagu Cinta Abadi dan We Miss You teruntuk pendengar musik pop-jazz yang soulful. Benny Likumahuwa juga turut mengisi lagu Kappanya dengan trombone yang memang merupakan instrumen keahliannya. Dibandingkan dengan album Goodspell, Generasi Synergy rela f lebih mudah didengar bagi pendengar musik jazz pemula. Bagi sebagian pecinta jazz ‘murni’ mungkin akan kurang menyukai sisi techno dan sedikit nge-pop yang diusung BLP pada album ini. Rasanya hal ini disebabkan segmentasi penikmat BLP yang memang kebanyakan mahasiswa dan pelajar yang memilih pop-jazz dibanding jazz sebenarnya.

32 32

BOULEVARD # 69

MEI 2011


RESENSI

Sebelas Kali Sebelas Kaki Oleh: Khalista Diniastri Putri Pernah membayangkan bagaimana rasanya hidup di dunia berukuran 11 x 11 kaki? Hal itulah yang dialami Jack, bocah berusia lima tahun yang hidup selama tujuh tahun bersama Ma-nya. Kamar tersebut adalah dunianya, tempat dimana ia lahir, belajar dan dur. Tempat dimana teman-temannya, Karpet, Tanaman, TV dan lain-lain, berada. Tiap malam, ibunya memasukkannya ke dalam lemari baju, dimana Jack harus dur karena saat itulah saatnya si Tua Nick berkunjung. Kamar adalah rumah untuk Jack, tapi penjara untuk Ma. Selama tujuh tahun, Ma selalu berusaha untuk menciptakan dunia 11 x 11 kaki yang layak untuk Jack, hingga akhirnya pada suatu saat Ma sadar bahwa Kamar sudah dak dapat menampung rasa keingintahuan Jack terhadap dunia luar, sekaligus rasa keputusasaannya sendiri. “Room� adalah cerita dari sudut pandang seorang anak berusia lima tahun mengenai hidupnya di sebuah kamar yang sudah ia anggap dunia, yang tentunya memiliki daya tarik tersendiri bagi para pembaca. Selain itu, Ma juga memiliki karismanya tersendiri untuk membuat Jack bahagia dalam dunianya yang sederhana. Pada waktu yang sama pula, Ma bertahan di dunia tersebut dan mencoba membebaskan dirinya dan Jack dari seorang penculik yang memperkosa dirinya dan menahan mereka berdua.

Judul Buku : Room Penulis : Emma Donohogue Jumlah Halaman : 321 Penerbit : Little,Brown

Satu hal yang disayangkan dari buku ini adalah berkurangnya narasi Jack ke ka Ma telah berhasil membawanya keluar dari Kamar tersebut. Padahal sebelumnya, Jack banyak bercerita mengenai kehidupannya bersama Ma. Bagi para penikmat buku yang menggemari buku fiksi dengan cerita yang dak biasa, Room adalah jawaban yang tepat. Sebagai Finalis dari Man Brooker Prize 2010, tentunya kualitas buku ini dak perlu diragukan lagi.[]

BOULEVARD # 69

MEI 2011

33


RESENSI

Tarian yang Bernyawa Oleh Linda Agus na S. Bagi seorang penari, menjadi tokoh utama dalam suatu pertunjukkan akbar merupakan sebuah impian yang besar. Begitu pula yang dirasakan oleh Nina Sayers (Natalie Portman), seorang balerina di kota New York, Amerika Serikat. Tanpa disangka, kesempatan itu ba- ba datang pada Nina melalui Thomas Leroy (Vincent Cassel), sutradara pertunjukkan dimana Nina tergabung. Leroy mengumumkan bahwa balerina utama mereka, Beth (Winona Ryder), akan segera pensiun. Ini berar Leroy membutuhkan seseorang yang dapat menggan kan posisi Beth sebagai pemeran utama dalam pementasan Swan Lake. Cerita Swan Lake memang telah sering dipentaskan. Namun, Leroy ingin membuat sebuah pementasan yang berbeda dari biasanya. Kali ini, Ia menginginkan seorang pemeran utama yang mampu memerankan dua karakter tersebut sekaligus, White Swan yang lugu, pemalu dan Black Swan yang bebas, lugas, juga ekso s. Film ini menceritakan kisah Nina yang berusaha keras untuk memerankan karakter White Swan dan Black Swan sekaligus. Nina berusaha menghilangkan seluruh batasan fisik dan mentalnya untuk dapat tampil sempurna. Alur yang ditampilkan Black Swan bergerak maju dengan ketegangan yang muncul seiring jalannya cerita. Saat Nina semakin mendalami sisi “hitam�-nya, keteganganpun semakin bertambah. Film ini dak hanya mampu membawa emosi kita ke dalam tekanan dan kesedihan yang Nina rasakan, namun juga ketegangan dan suasana misterinya.

Judul : Black Swan Sutradara : Darren Aronofsky Durasi : 108 menit Pemain : Natalie Portman, Vincent Cassel, Mila Kunis, Barbara Hershey, Winona Ryder, Benjamin Millepied

34

BOULEVARD # 69

MEI 2011

Black Swan mampu menghadirkan sisi lain dari kisah penari balet yang klasik dan penuh keindahan. Ambisi, tekanan dan tuntutan untuk menjadi seorang penari balet yang sempurna secara jelas ditampilkan dalam film ini. Iringan musik yang diaransemen oleh Clint Mansell mampu membawa emosi dan imajinasi kita ke dalam misteri dan ketegangan film. Sebuah karya yang indah, sarat makna, dan misterius! []


Temukan berita kampus terkini di www.boulevarditb.com twitter @boulevarditb

Advertise with Us ! Hubungi 0857360615497



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.