TP Edisi 01 - The Point Indonesia

Page 14

ORANG LAMPUNG Naskah Santi Hastarini

Hal ini antara lain ditandai dengan adanya bahasa dan tulisan Lampung serta falsafah hidup bermasyarakat yang disebut Piil Pasenggiri. Sikap Piil Pasenggiri dan unsur-unsur pendukungnya (sakai sambayan, nemui nyimah, nengah nyapur, bejuluk beadek, merupakan nilai-nilai luhur yang ditunjukkan dengan adanya sikap toleransi, gotong royong, sikap persatuan dan persaudaraan, sikap musyawarah mufakat dan sikap patriotisme. Orang Lampung, konon berasal dari Skala Brak, yaitu suatu tempat di daerah Kabupaten Lampung Barat. Dari sinilah mereka menyebar ke hampir seluruh daerah di Lampung. Proses penyebaran ini antara lain ditandai oleh adanya nama-nama tempat atau kampung yang sama di berbagai kawasan Lampung, misalnya, Kuripan, Negeri Sakti, Kuta Karang dan lain-lain. Asal kata Lampung sendiri konon dari kata “terapung” yang terkait dengan turunnya seorang tokoh dari langit bernama “Si Lampung Ratu Bulan”. Pendapat lain menghubungkan kata itu dengan ucapan to-lang p’o whang yang ada dalam catatan China pada abat ke-7 untuk menyatakan Kerajaan Tulang Bawang. Akhirnya, ucapan to-lang p;o whang itu berubah menjadi Lampung. Sementara pihak membedakan suku bangsa Lampung menjadi dua sub suku bangsa yaitu Orang Lampung yang menganut adat Pepadun (Lampung Pepadun), dan orang Lampung yang menganut adat Saibatin atau Peminggir (Lampung Peminggir). Perkembangan jumlah penduduk asli Lampung dapat dikatakan lambat jika dibandingkan dengan penduduk pendatang, bukan karena kesehatan yang kurang baik, tetapi karena jumlah angka kelahiran yang relatif rendah dan perkawinan. Pada umumnya, orang-orang Lampung asli tidak suka mengawinkan anak-anak mereka pada umur yang masih muda. Wanita baru diijinkan kawin setelah berusia lebih 18 tahun, dan laki-laki

14

THE POINT INDONESIA I MEI 2013

JAUH sebelum masuknya pendatang, daerah ini telah dihuni suku bangsa yang hidup dalam suatu kebudayaan yang tinggi.

berumur di atas 21 tahun. Perkawinan pada usia muda boleh dilakukan karena kepentingan adat yang mendesak, misalnya yang berhubungan dengan system pewarisan. Misalnya, ada seseorang yang hampir meninggal baru dapat mewariskan hartanya kepada anaknya yang sudah menikah. Demikian pula kawin muda dapar dilakukan karena suatu keluarga takut kehilangan penyimbang (sebatin) atau penerus generasi. Selain masalah perkawinan yang dilakukan setelah berumur dewasa, jarang pula terjadi perceraian atau perkawinan dengan janda. Di lingkungan masyarakat beradat pepadun, perceraian merupakan perbuatan yang dilarang oleh hukum adat. Perkawinan lebih dari satu istri atau poligami juga jarang terjadi, kecuali dilingkungan oaring-orang berada atau pemuka-pemuka adat saja. Hubungan Lampung dengan dunia luar sudah terjadi sejak abad pertama Masehi ketika agama Hindu masuk ke daerah ini. Hubungan dengan luar itu semakin meningkat dengan masuknya pedagang-pedagang Islam pada sekitar abad ke-15. yang kemudian telah memberikan warna yang dominan pada setiap sisi budaya dan adat istiadat Lampung seperti yang terlihat sekarang ini. Pada awal abad ke-20 pemerintah kolonial Belanda menjadikan daerah Lampung sebagai lokasi pemindahan penduduk dari Pulau Jawa yang disebut kolonisasi.Pada tahun 1905 sejumlah penduduk Bagelen (Jawa Tengah) dipindahkan Belanda ke daerah Gedong Tataan (Pesawaran). Program kolonisasi pada berlangsung sampai kedatangan Jepang tahun 1942. Selama itu, telah dimukimkan penduduk asal Jawa sebanyak 51 ribu KK atau sekitar 211.720 jiwa di beberapa lokasi kolonisasi seperti Gedong Tataan (1905), Karang Anyar (1907), Tegalsari (1910), Wonokrio (1912), Tambakrejo (1913), Wonosobo (1922), Sekampung (1932) dan sesudah itu daerah lainnya seperti Metro dan Purbolinggo


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.