Meninjau Ulang Keindonesiaan Kita

Page 1

07:46 am - Tuesday 12 March 2013

Home

Artikel

The New sPulse

Berita Sign In

Keluarga Stay Connected

Kisah

Konsultasi Entries RSS

Multimedia

Muslimah

Opini

Resensi

Sastra

Com m ents RSS

Teknologi

Search...

Hom e » Artikel » Sejarah » Meninjau Ulang Keindonesiaan Kita

Meninjau Ulang Keindonesiaan Kita

Search for:

Search

By FARIDM - Mon Mar 11, 2:36 pm 0 Comments

0 view s

Suka

Oleh : Titok Priastomo SyariahPublications.Com — Faham nasionalisme sering menjadi alasan di balik renggangnya hubungan antar kelompok manusia. Sebut saja hubungan antara orang Indonesia dengan orang Malaysia. Berbagai kasus, mulai dari berebut ladang minyak sampai berebut lagu, sering menimbulkan gejolak emosi di antara kedua belah pihak. Kenapa demikian? Ya, karena pada sekitar dua abad terakhir,fak tor k ebangsaan mulai digunakan oleh umat manusia untuk melakukan kategorisasi, mana “kita” dan mana “mereka”. Daniele Conversi mengatakan: “Faham nasionalisme didasari oleh asumsi bahwa dunia secara alami terbagi-bagi menjadi berbagai entitas berbeda yang disebut bangsa. Maka dari itu, nasionalisme merupak an suatu proses kategorisasi sosial dalam menentukan mana pihak yang tergolong “diri-sendiri” (the self) dan mana yang tergolong “pihak lain” (the other)”.[1]

Nasionalisme dan Negara Bangsa Jika asumsi adanya entitas alami yang disinggung Conversi tersebut di atas ditambah dengan prinsip “hak menentukan nasib sendiri” (self determination) yang -katanyadimiliki oleh setiap bangsa, maka muncullah suatu faham yang menyatakan bahwa entitas-entitas alami yang disebut bangsa itu harus berdiri sendiri sebagai suatu unit politik yang independen (negara). Inilah yang disinggung oleh Elie Kedourie ketika menjelaskan bahwa faham nasionalisme merupakan doktrin yang didasarkan pada kepercayaan bahwa:

3

Tw eet

0

Edited by

Shopping Cart Your shopping cart is empty Visit the shop

faridm ALSO WROTE Menganggap Khilafah Tidak Penting, Kesalahan Logika Idrus Ramli, ke 8B dari 17 Dukungan Istri Bagi Dakw ah Suami Kebijakan Perhotelan di Masa Khilafah Kesalahan Logika Idrus Ramli, ke 2 dari 17 Inggris Anggap Keamanan Teluk Bagian Dari Keamanannya, Garis Merah, dan Wilayah Kelautannya

“umat manusia secara alami terbagi-bagi dalam berbagai bangsa, bahwa bangsa-bangsa tersebut dapat dikenali melalui beberapa sifat khas yang dapat diketahui dengan jelas, dan bahwa satu-satunya pemerintahan yang sah adalah pemerintahan yang diselenggarakan secara mandiri oleh suatu bangsa”.[2] Inilah nasionalisme, faham yang percaya bahwa secara alami setiap manusia hidup dalam sebuah bangsa, dan oleh karenanya, suatu bangsa harus menjelma menjadi sebuah unit politik (negara) independen yang bebas untuk mengatur diri mereka sendiri. Maka tak salah jika kita sepakat dengan Ernest Gellner ketika mengartikan nasionalisme sebagai: “prinsip politik yang pada intinya berpendirian bahwa unit politik dan unit kebangsaan haruslah kongruen”.[3]

Benarkah Kita Ini Anak-anak Bangsa Indonesia?

Recent Posts Meninjau Ulang Keindonesiaan Kita Ribuan Wanita Suriah Dibunuh dan Diperkosa

Mengingat salah satu kalimat yang diikrarkan oleh beberapa orang pada Konges Pemuda ke-2 tahun 1928 yang berbunyi “berbangsa satu Bangsa Indonesia”, maka kita seolah tersihir, alam bawah sadar kita percaya bahwa identitas kebangsaan tersebut merupakan suatu hal yang benar, bahkan benar dengan sendirinya tanpa perlu dibuktikan lagi (self-evidence). Kita hampir yakin bahwa status keindonesiaan kita itu datang dari sono-nya (given), kebangsaan itu merupakan takdir politik yang tak perlu dipertanyakan lagi, apalagi sampai digugat. Indentitas kebangsaan tersebut kemudian memberi kepercayaan penuh kepada kita bahwa, sebagai sebuah bangsa, kita harus menyelenggarakan pemerintahan yang merdeka dan berdaulat. Status keIndonesiaan itu juga menuntut kita untuk memberikan kesetiaan penuh kepada negara bangsa tersebut. Kesetiaan itu merupakan panggilan dari takdir politik kita sebagai seorang anak bangsa. Jika kita renungkan, apa yang kita rasakan ini cocok sekali dengan faham nasionalisme yang telah dijelaskan oleh Kedouri dan Gellner. Namun, pernahkah kita coba mengkritisi alam fikiran kita, dan bertanya: Atas dasar apa kita diklasifikasikan menjadi satu jenis manusia yang disebut bangsa Indonesia? Benarkah kita dianggap sebangsa karena disatukan oleh karakter-karakter alami tertentu sesuai dengan apa yang mendasari doktrin nasionalisme? Apakah kita juga pernah bertanya: Atas dasar apa pula mereka –orang selain kita– diklasifikasikan menjadi bangsa

syariahpublications.com/2013/03/11/meninjau-ulang-keindonesiaan-kita/

Terungkap: Mata Rantai Pusat-pusat Penyiksaan Irak dengan Pentagon Posisi Geografis Global Kaum Muslim Yang Strategis Harus Menjadi Kekuatan Pendorong Untuk Mendirikan Kembali Khilafah Rasyidah Jubir HTI: “Bantahan Mabes Polri terhadap Video Itu tidak Mengurangi Arti Kekerasan Aparat” Ormas Islam serukan Bubarkan Densus 88 Astagfirullah, Muslim Rohingya Makan Tikus untuk Bertahan Hidup Rakyat Suriah Runtuhkan Patung Ayah Bashar al-Assad Setelah Para Pejuang Memasuki Kota

1/6


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.