PAPER BENTANGAN HASIL PANTAUAN SIDANG ATAS NAMA TERDAKWA PT ADEI PLANTATION & INDUSTRY DIWAKILI TAN KEI YOONG
“PT Adei Plantation & Industry Membuka Lahan Untuk Perkebunan Sawit Dengan Cara Membakar” Menuntut PT Adei Plantation & Industry dihukum 10 tahun penjara, denda Rp 10 miliar, saat sidang Tuntutan pada 17 Juni 2014 mendatang di Pengadilan Negeri Pelalawan digelar. PENDAHULUAN Pada pemantauan Perkara kebakaran lahan di areal PT Adei Plantation & Industri, Riau Corruption Trial memantau sejak 5 Februari 2014.Penuntut Umum menghadirkan 34 saksi, dengan rincian 24 saksi fakta dan 4 ahli dari Jaksa Penuntut Umum. Dan 3 saksi a decharge dan 3 orang saksi ahli. Ringkasan kasusnya sebagai berikut: PT Adei Plantation & Industry memiliki pola kemitraan Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA) pada 1999.PT Adei Plantation & Industry mengelola areal Hak Guna Usaha (HGU) di Desa Batang Nilo Kecil. Tahun 1999 didirikan Koperasi Petani Sejahtera dengan jumlah anggota sebanyak 220 orang. Melalui koperasi tiga Mamak Adat yang mewakili Suku Piliang, Palabi, Melayu menyerahkan lahan luasnya 540 ha kepada Koperasi Petani Sejahtera. Tahun 2002, Koperasi Petani Sejahtera melalui Surat Pernyataannya No: 01/KoptanS/BNK/VII/2002, tanggal 08 Juli 2002 yang ditanda-tangani oleh Pengurusnya, Kepala Desa dan Mamak Adat, menyerahkan lahan 540 ha. Tahun 2006 PT. ADEI mulai mengelola KKPA. Pekerjaan dimulai dengan membuka lahan (land clearing), hingga persiapan tanam beserta pembuatan jalan dan parit kanal, telah dibangun lahan seluas 520 ha itu menjadi 24 blok lahan Pola KKPA Desa Batang Nilo Kecil. Tanggal 17 Desember 2012 ditandatangani Perjanjian Kerjasama (MOU) antara terdakwa PT. ADEI dengan KOPERASI PETANI SEJAHTERA No.: AD-KN/PK/XII/2012/004, tentang Pembangunan dan Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Pola Kemitraan dengan Model KKPA di Desa Batang Nilo Kecil, Kec. Pelalawan, Kab. Pelalawan. Awal bulan Juni 2013, lahan KKPA seluas 520 ha 24 blok yang ditanami kelapa sawit seluas 488 ha.
Blok 1, 2 dan Blok 3 belum dilakukan penanaman karena bersengketa dengan masyarakat.Blok 19, sebagian blok 20 dan Blok 21 sejajar anak Sungat Jiat ditumbuhi semak belukar dan masih terdapat beberapa tegakan kayu hutan alam. Bahwa blok 19, sebagian blok 20 dan blok 21 yang sejajar dengan anak Sungat Jiat termasuk lahan areal KKPA yang dikelola terdakwa PT. ADEI dan tidak pernah ada sengketa dengan pihak lain. Blok 19, pernah dilakukan penanaman kelapa sawit, tetapi seluruh tanaman sawitnya mati karena banjir, blok 20 dan 21 yang sejajar dengan anak Sungai Jiat, pernah pula dilakukan steking, namun belum dilakukan penanaman karena pada lokasi tersebut sering banjir.