
3 minute read
ARSITEKTUR YUNANI KLASIK
01
Diatas tiang terdapat balok yang diletakkan secara horizontal yang disebut entablature yang berfungsi sebagai penopang atap berbentuk segitiga yang disebut ment. Keliling pediment yang berbentuk segitiga ditambahkan bingkai yang berbentuk seperti molding.
Advertisement

Arsitektur Yunani Klasik
Peninggalan arsitektur Yunani kuno atau yang bisa disebut Yunani klasik, secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua menurut fungsinya. Pertama Kuil, istana dan bangunan religious maupun profan yang tidak ada hubungannya dengan agama. Konsep bangunannya adalah mengekpose kolom dan balok. Kolom (tiang) dibagi lagi menjadi bagian baku, seperti : bagian dasar/ kaki tiang (base), badan tiang (shaft), dan kepala tiang (capital). Base, merupakan bagian bawah dari tiang yang terdiri dari tiga bagian, yaitu : paling atas disebut aphopyghe, tengah torus, dan bagian bawah plinth. Shaft merupakan bagian yang menjadi penghubung antara base dan capital. Capital dikelompokkan lagi menjadi tiga bagian, yaitu : bagian atas abacus, tengah echinus, dan bawah disebut neck atau leher. Bagian bawah neck terdapat astragal yang berguna sebagai penghubung antara baigan capital dengan shaft.
Kemudian terdapat Tiang tiang yang berguna sebagai penyangga entablatur dan atap. Entablature terbagi menjadi 3 bagian atau lapisan, yaitu :bagian atas disebut cornice, bagian tengah frieze, bagian bawah disebut architrave. Bagian frieze dan architrave dihiasi dengan relief relief.
Kuil Parthenon
Order Yunani

Ionic

Gaya ionic yang dibawa oleh suku bangsa ionia dan berasal dari kepulauan ionian di timur lau agean. Order tipe ini memiliki karakteristik hampir sama dengan order doric, namun masih terdapat perbedaan yang medasar, yaitu proporsi dan dekorasi. Karakteristiknya adalah : (1) Capital yang rumit menciptakan visual yang indah dan mempesona, (2) Architrave lebih kecil dibandingkan dengan gaya doric, (3) Tiang gaya ionic lebih raping daripada gaya doric. Karya arsitektur Yunani yang menggunakan gaya ionic adalah kuil arthemis (356 SM) yang terletak di ephesus.
Doric
Gaya arsitektur Yunani dapat dengan mudah dikenali dari bentuk tiang tiangnya yang dibuat dari tumpukan batu berbentuk silindris dan berpenapang bulat. Tumpukan batu yang tersusun atas beberapa batu disebut sebagai trammels.
Gaya doric merupakan salah satu gaya dari aristketu ryunani tertua yang dibawa oleh orang orang agean atau bisa disebut suku doria ke Yunani. Gaya ini banyak digunakan pada bangunan penting seperti kuil. Ciri utama yang menonjol dari gaya doric adalah : (1) Kolom yang gemuk, berdiri tanpa base, dan langsung diatas crepidoma yang pada umumnya memiliki tiga tingkat tanga, (2) Bagian shaft yang berparit parit. Peninggalan arsitektur Yunani yang menggunakan gaya doric adalah kuil parthenon (447-432 SM) yang terletak di acropolis. Gaya Corinthian yang dibawa oleh suku bangsa Yunani sebelah barat, termausk Athena. Gaya corinthian memadkan antara gaya doric dan ionic. Karakteristik dari gaya Corinthian diantaranya : (1) Tiang memiliki base dan alas bagian bawah yang memiliki pelipit licit, (2) Shaft berparit seperti pada tiang gaya doric, (3) Bagian bawah, gaya Corinthian hampir menyerupai gaya ionic yang cenderung langsing, (4) Capital memiliki dekorasi yang lebih rumit dan bervariasi. Motif yang digunakan adalah kelopak bunga dan kelopak daun acanthus
Corinthian

Kedua adalah panggung terbuka atau dapat disebut amphytheathre. Amphytheatre bersungsi untuk mengadakan kegiatan diluar ruangan dengan tujuan untuk bersenang senang, seperti permainan drama dan sandirwara.
Gaya Arsitektur Yunani Kuno dan Pengaruhnya Terhadap Seni Bangunan di Indonesia
Pengaruh budaya Eropa di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan. Elemen-elemen budaya Eropa dibawa ke Indonesia melalui para pedagang. Contoh pengaruh terhadap bangunan di Indonesia : (1) Pada Pendapa Sasana Sewaka tampak di sekeliling bangunan dihias dengan patung putih khas eropa, (2) Bagian emper, terdapat kolom yang bergaya Eropa, bentuknya mengecil keatas dengan tekstur garis vertikal yang juga mengadaptasi gaya Corinthian.

Amphytheatre
Pendapa Sasana Sewaka
