Architecture Conservation Magazine | Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang

Page 1

MAGAZINE Neo Gothic Architecture 2023 Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan Semarang KELOMPOK 1.3 Teknik Arsitektur Universitas Negeri Semarang Talitha Zalfa Evelyna NIM 5112420011 Kamila Dibi Salsabila NIM 5112420014 Geyzia Abilia Hati NIM 5112420018 Tifanika Nadyan NIM 5112420025 Rendi Noor Ilham NIM 5112420028 Ardimas Bima Pamungkas NIM 5112420044 VOLUME 1 KONSERVASI ARSITEKTUR Hot Topic! Pointed Arch | Triforium | Altar | Clerestory Windows | Tabernakel | Facade
Daftar Isi 04 METODE PRESERVASI BANGUNAN Tampilan fisik bangunan Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang masih terlihat seperti ..... 05 TIM REDAKSI 01 LATAR BELAKANG Konservasi merupakan istilah penaungan bagi segala tindakan pelestarian objek pada berbagai level atau..... 02 KONSERVASI BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Kegiatan konservasi dipacu oleh sebuah prisip utama mempertahankan fisik eksisting dengan memberikan sebuah hal baru yang bermanfaat.... 03 LOKASI BANGUNAN DAN METODE KONSERVASI Gereja Santo Yusuf Gedangan adalah gereja Katolik pertama di kota Semarang.....

LATAR BELAKANG

Konservasi merupakan istilah penaungan bagi segala tindakan pelestarian objek pada berbagai level atau tingkatan perubahan sehingga sentimental and cultural value dan yang terkandung dapat tetap terjaga sebagaimana mestinya guna menghidupkan kembali vitalitas masa lampau yang memudar

Dalam upaya menyelamatkan objek bangunan bersejarah, diperlukan suatu tindakan khusus berupa konservasi arsitektur dengan metode yang menyesuaikan dengan keperluan pelestarian.

Metode yang hendak dipilih pun bergantung terhadap tingkat kerusakan bangunan tersebut Kota Semarang bisa disebut sebagai little netherland karena termasuk kota yang memiliki warisan bangunan kolonial yang cukup banyak, khususnya pada kawasan Kota Lama yang menyuguhkan citra visual yang megah dengan bannyaknya bangunan-bangunan kuno peninggalan colonial belanda layaknya arsitektur eropa di masa lalu

Tak jauh dari kawasan kota lama, berdiri suatu Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan yang artistic dengan warna gedung yang didominasi oleh batu bata merah yang masih sama sejak awal didirikan Oleh karena itu, konservasi bangunan tetap sangat dibutuhkan terhadap Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan agar bangunan ini tetap terjaga identitas dan keasliannya sehingga Gereja ini dapat menjadi cagar budaya yang memiliki kelestarian sejak diwariskan oleh para pendahulu

F I R S T O F A L L ,
N O M A D I C | 2 4 KONSARS 01

1)

1) Bagi Peneliti Memperluas wawasan peneliti mengenai upaya pelestarian objek bangunan bersejarah dengan metode Konservasi Arsitektur yang tepat.

2)

2)

3)

3)

1 2 3 RUMUSAN
BAGAIMANA KONDISI TERKINI BANGUNAN GEREJA KATOLIK SANTO YUSUF GEDANGAN? ADAKAH PERUBAHAN BESAR YANG TERJADI SEJAK DIDIRIKANNYA
BANGUNAN
GEREJA KATOLIK SANTO YUSUF? SEPERTI APA METODE TINDAKAN KONSERVASI ARSITEKTUR YANG SESUAI DENGAN KONDISI TERKNINI GEREJA KATOLIK SANTO YUSUF GEDANGAN?
PERMASALAHAN
MANFAAT
TUJUAN KONSARS 02
Mengetahui kondisi terkini bangunan Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan
Mengetahui apakah ada perubahan terhadap bangunan Gereja Katolik Santo Yusuf Gedanganselama pemeliharaanya.
Mengetahui metode konservasi yang tepat untuk bangunan Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan.
Bagi Objek Penelitian Menjadi pertimbangan bagi pihak yang bertanggungjawab atas pengelolaan Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan dalam upaya pemeliharaan serta pelestarian bangunan sehingga bangunan tetap terjaga value-nya.
Bagi Perkembangan Ilmu Konservasi Arsitektur. Menjadi dasar dalam melakukan tindakan dan metode konservasi arsitektur apa saja yang terhadap bangunan beresejarah.

SASARAN OBSERVASI

Sasaran utama dalam penelitian ini ialah pihak pengelola khususnya bagian perawatan bangunan Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan

u a n g

i n g k u p .

Ruang Lingkup Substansial Ruang lingkup substansial menitikberatkan pada berbagai hal yang berkaitan dengan metode konservasi yang tepat bagi bangunan Gereja Katolik Santo Yusuf ditinjau dari kondisi terkini bangunan yang dilandasi oleh prinsip konservasi. Hal-hal di luar ilmu arsitektur seperti fakta kesejarahan akan dibahas seperlunya sepanjang masih memiliki kaitan dan mendukung permasalahan utama.

Ruang Lingkup Spasial Objek penelitian merupakan bangunan peribadatan umat Katolik yang berada di Jl. Ronggowarsito No.11, Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, Jawa Tengah.

l
KONSARS 03
r

PENGERTIAN KONSERVASI

A. PENGERTIAN KBBI

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012), konservasi memiliki makna sebagai usaha pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan pelestarian, salah satunya adalah pelestarian identitas dan karakteristik suatu objek arsitektural.

B. PENGERTIAN UMUM

Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan. Konservasi merupakan suatu upaya yang dapat menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar.

Konservasi arsitektur adalah penyelamatan suatu obyek/bangunan sebagai bentuk apreasiasi pada perjalanan sejarah suatu bangsa, pendidikan dan pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi

C. PENDAPAT AHLI

Danisworo (1995) : ”Konservasi adalah upaya untuk melestarikan, melindungi serta memanfaatkan sumber daya suatu tempat, seperti gedung-gedung tua yang memiliki arti sejarah atau budaya, kawasan dengan kepadatan pendudukan yang ideal, cagar budaya, hutan lindung dan sebagainya”. Berarti, konservasi juga merupakan upaya preservasi dengan tetap memanfaatkan kegunaan dari suatu seperti kegiataan asalnya atau bagi kegiatan yang sama sekali baru sehingga dapat membiayai sendiri kelangsungan eksistensinya.

Piagam Burra menyatakan bahwa pengertian konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat Oleh karena itu, kegiatan konservasi dapat pula mencakupi ruang lingkup preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi, dan revitalisasi (Marquis-Kyle & Walker, 1996; Alvares,2006).

S u m b e r : B e r n a r d S i m a n j u n t a k
KONSARS 04

KONSERVASI BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

PRINSIP KONSERVASI BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Kegiatan konservasi dipacu oleh sebuah prisip utama mempertahankan fisik eksisting dengan memberikan sebuah hal baru yang bermanfaat. Pada awalnya, kegiatan konservasi arsitektur merupakan kegiatan yang hanya terbatas pada perlindungan dan pemeliharaan bangunan saja. Konsep konservasi pada mulanya cenderung didefinisikan hanya sebagai pelestarian (preserve) bangunan sebagai suatu museum saja (Jacques, 2004) Namun seiring berjalannya waktu, skala kegiatan konservasi kini meluas dan mengikutsertakan lingkungan sebagai objek konservasinya.

KONSERVASIARSITEKTUR

PENGERTIAN

Konservasi arsitektur adalah suatu usaha pelestarian bangunan dan lingkungan, mengatur penggunaan serta arah perkembangannya yang disesuaikan dengan kebutuhan saat ini dan masa mendatang sedemikian rupa sehingga makna kulturalnya akan tetap terjaga (Budihardjo 1989) Konservasi arsitektur juga merupakan sebuah bentuk apresiasi terhadap kisah perjalanan suatu kejadian masa lalu yang digambarkan sebagai sebuah sejarah (R S Rukayah & Malik, 2012) guna membangun sebuah wawasan intelektual ke generasi mendatang

LINGKUP KEGIATAN

Skala atau lingkup kegiatan konservasi arsitektur dapat dilakukan dengan meliputi:

Suatu kota atau desa secara keseluruhan (historic town or village), seperti desa adat Tenganan di Bali

Suatu daerah bagian kota (historic town distric), seperti Kota Lama Semarang. Bangunan atau karya arsitektur tunggal, seperti Lawang Sewu dan Masjid Kauman.

SASARAN

Mengembalikan wajah dari objek konservasi; Memanfaatkan obyek konservasi untuk menunjang kehidupan masa kini; Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek konservasi; dan Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi Lingkup Kegiatan

Rumah Museum (house museum) atau rumah yang memiliki sebuah sejarah baik historis namun fungsi tidak lagi sebagai rumah tetapi menjadi sebuah museum, seperti Rumah George Washington, Rumah Rengas Dengklok, Rumah Bung Karno di Peganggsaan Timur Jakarta. Ruang Historic (Historic Room) sebuah ruang dengan nilai sejarah misalnya Surennder Room, ruang tempat jenderal jepang menyerah pada sekutu.

HasilKonservasiBangunandanLingkunganKotaLamaSemarang (Sumber:BisnisWisata)
1. 2 3.
3 4
1 2. 3 4.
KONSARS 05

1. 2 3.

1 2. 3.

4.

Manfaat Konservasi Arsitektur

Kegiatan konservasi dapat bermanfaat untuk memperkaya pengalaman visual, memberi suasana permanen yang menyergarkan, memberi keamanan psikologis, mewariskan arsitektur, dan berpotensi untuk menjadi asset komersial dalam kegiatan wisata internasional

Peran Serta Arsitek dalam Konservasi

Peran Internal

Peningkatan kesadaran sesama arsitek dalam menghargai dan menjaga warisan budaya atau bangunan bersejarah dengan nilai arsitektural yang tinggi.

Meningkatkan dalam kemampuan dan menguasai berbagai aspek teknis terutama dalam berbagai jenis tindakan intervensi kawasan maupun bangunan, terutama dalam salah satunya ialah adaptive reuse Dapat melakukan suatu penelitian maupun dokumentasi terhadap kawasan maupun arsitektur bangunan yang diperlukan dalam pemeliharaan dan pelestarian.

Peran Eksternal

Memberikan sebuah informasi berupa masukan atau saran kepada pemerintah setempat mengenai kawasan atau bangunan yang diperlukan dalam melestarikan dalam aspek arsitektur.

Membantu pemerintah setempat dalam penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) dalam kebutuhan mengembangkan kawasan yang ingin dilindungi

Membantu pemerintah setempat dalam penentuan fungsi tau penggunaan bangunan bersejarah yang baru ataupun yang memiliki nilai arsitektur yang tinggi dengan kondisi / fungsi yang tidak sesuai dengan mengusulkan jenis konservasi arsitekturnya Memberikan contoh dalam keberhasilan sebuah proyek pemugaran yang menimbulkan pertumbuhan keyakinan antar pengembang bahwa mempertahankan sebuah kawasan/ bangunan bersejarah dapat mendapatkan ketertarikan dalam daya tarik pengunjung atau ekonomi yang baik dan menguntungkan secara finansial

Gereja Gedangan Semarang (Sumber: Travelingyuk.com)
KONSARS 06

METODE ATAU JENIS TINDAKAN KONSERVASI

Metode atau jenis tindakan yang dilakukan dalam konservasi terbagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut :

A. Preservasi

Preservasi merupakan sebuah upaya dalam mempertahankan material ataupun sutu wadah pada bangunan tersebut dalam konisis yang sama tanpa memperlambatkan pelapukan yang akan terjadi Preservasi berarti segala kegiatan atau upaya yang bertujuan mempertahankan kondisi suatu ibjek agart tidak rusak dan terjaga kelestariannya. Upaya preservasi pun juga dapat dilihat sebagai Tindakan dalam mendukung adanya bentuk asli, keutuhan suatu material serta bentuk yanaman yang ada dalam tapak.

B. Restorasi

Restorasi merupakan suatu Tindakan atau upaya untuk mengembalikan, memulihkan, memperbaiki dan membangun suatu objek atau bangunan yang berwujud maupun tidak berwujud untuk Kembali seperti awal. Dilakukan dengan cara membuang struktur atau elemen kemudiam memasang elemen awal yang telah hilang tanpa menggantinya dengan yang baru

C. Revitalisasi

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 18 tahun 2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan menyatakan bahwa revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan atau kawasan melalui pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya. Pendekatan yang dilakukan dalam upaya revitalisasi ini mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan

D.

Demolisi

Demolisi merupakan upaya menghancurkan atau melakukan perombakan dari sebuah banguna dengan kondisinya yang sudah rusak atau dapat membahayakan kondisi disekitarannya.

E. Rekonstruksi

Rekonstruksi merupakan suatu Tindakan yang dilakukan dengan membangun baru semua bentuk serta detailnya secara tepat dengan material yang lama sudah banyak yang hilang dan menggunakan bahan-bahan bangunan yang baru yang menyesuaikan dengan bangunan aslinya.

BANGUNAN-BANGUNAN KONSERVASI

Cagar Budaya dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2010, Cagar Budaya adalah warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya baik di darat atau di air yang perlu dilestarikan keberadaanya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan lain-lain Ada 4 (empat) hal penting yang melekat dan menjadi titik penekanan tentang cagar budaya sebagaimana terdapat dalam definisi cagar budaya yaitu:

1) warisan budaya yang bersifat kebendaan, 2) perlu dilestarikan, 3) memiliki nilai penting, dan 4) proses penetapan

Berdasarkan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya, terdapat empat kategori cagar budaya, sebagai berikut : Terdapat beberapa peraturan yang terkait bangunan cagar budaya, sebagai berikut :

Benda Cagar Budaya Bagunan Cagar Budaya Situs Cagar Budaya Kawasan Cagar Budaya

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Undang-Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya PP 1 tahun 2022 tentang Register Nasional dan Pelestarian Cagar Budaya adalah aturan pelaksanaan UU 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya perda Kota Surabaya No 5 Tahun 2005 tentang Bangunan Cagar Budaya

A.CAGAR BUDAYA

B. BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI KOTA SEMARANG

GEREJA BLEDUK

GEDUNG MARBA

Gedung Marba berlokasi di Jl. Letjen. Suprapto, No. 33. Lebih mudahnya, gedung tersebut berada di salah satu sudut kawasan Kota Lama Semarang. Gedung Marba dibangun dan dimiliki oleh seorang saudagar kaya dari Yaman yang bernama Marta Badjunet Nama gedung ini merupakan akronim dari nama pemiliknya Fungsi gedung ini awalnya ada dua yaitu sebagai kantor urusan pelayaran dan toko dagang Gedung tersebut memiliki desain dua lantai dengan tebal dinding kurang lebih 20 cm Jika diperhatikan dari sudut hiasan atau ornamen dekorasinya, Gedung Marba mengadopsi arsitektur neoklasik Gedung Marba ini memiliki ciri khas yaitu warna merah tuanya yang mencolok yang dihasilkan dari material baru bata

Gereja ini merupakan gereja yang dibangun pada tahun 1753 yang merupakan salah satu landmark yang ada di Kota Lama Semarang Lokasi bangunan ini berada di Jalan Letjend Suprapto No 32 Kota Lama Semarang dan bernama Gereja GPIB Immanuel Bangunan gereja yang sekarang merupakan bangunan setangkup dengan facade tunggal yang secara vertikal terbagi atas tiga bagian Jumlah lantainya adalah dua buah Bangunan ini menghadap ke Selatan Gereja ini masih dipergunakan untuk peribadatan setiap hari Minggu Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda seperti Gedung Marba

GEDUNG MARABUNTA

Gedung Marabunta terletak di Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Pada masa kolonial Belanda di Indonesia, gedung ini dijadikan sebagai gedung teater kota. Gedung Schouwbrug merupakan nama lain dari Gedung Marabunta, berdiri sekitar tahun 1890, Dulunya gedung ini digunakan sebagai tempat pertunjukan opera dan kafetaria yang menjadi tempat hiburan bagi para penghuni kawasan Kota Lama yang saat itu di dominasi warga Eropa Gaya arsitektur bangunannya merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Barat dan gaya arsitektur Jawa Bangunan ini unik karena ada 2 ekor semut merah yang menjadi mahkotanya

C. BANGUNAN KOLONIAL

Bangunan Kolonial adalah bangunan yang ada pda jaman Belanda dimana bentuk dari bangunannya menggunakan arsitektur kolonial yang hadir melalui karya arsitek Belanda dan diperuntukan bagi Bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia pada saat sebelum kemerdekaan Dalam arsitektural kolonial sendiri merupakan perpaduan antara budaya barat dan timur Dan merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah air Adanya keberadaan bangunan berarsitektur kolonial ini merupakan salah stau kolonial yang dibangun oleh Hindia Belanda yaitu perpaduan model bangunan Belanda dengan teknologi bangunan daerah tropis Menurut Muchlisiniyati Safeyah (2006), arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya Barat dan Timur Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek Belanda dan diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia

Karakteristik Arsitektur Kolonial dimana model bangunan berarsitektur kolonial memiliki ciri khas pada bentuk bangunan dimana pada bangunan berarsitektur kolonial disebut dengan Empire Style/The Dutch Colonial Salah satu ciri khasnya yaitu, Penggunaan tower pada bangunan dan dormer pada atap

Berikut kategori bangunan kolonial, sebagi berikut : 1) Gaya Arsitektur Indische Empire Style (Abad 18-19) Gaya ini merupakan gaya arsitektur yang berkembang pada pertengahan abad ke 18 sampai akhir abad ke 19 Ciri-ciri arsitektur Indische Empire yaitu, denahnya berbentuk simetrik penuh, terkadang disamping bangunan utama terdapat paviliun yang digunakan sebagai kamar tidur tamu, dll

2) Gaya Arsitektur Transisi (1890-1915)

Di Indonesia pada gaya arsitektur transisi ini berlangsung secara singkat pada akhir abad 19 sampai awal abad ke 20. Beberapa ciri-ciri arsitektur transisi, yaitu dneah simetris, bentuk atap pelana dan perisai, dan adanya gevel-gevel yang terletak di tepi sungai

3) Gaya Arsitektur Kolonial Modern (1915-1940)

Menurut Handinoto (1993), arsitektur modern merupakan sebuah protes yang dilontarkan oleh arsitek Belanda setelah tahun 1900 atas gaya Empire Style. Berikut ciri-ciri arsitektur arsitektur kolonial modern, yaitu Denah lebih bervariasi, menghindari bentuk simetris, menggunakan konstruksi beton, tampak bangunan yang mencerminkan Form Follow Function

D.BANGUNANKOLONIALDIKOTASEMARANG

STASIUN TAWANG

Stasiun Tawang adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di kawasan Kota Lama Semarang, Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah Stasiun Tawang sendiri merupakan stasiun perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij (NIS) di Semarang Stasiun Tawang yang diresmikan pada 1 Juni 1914 ini menggantikan stasiun NIS yang pertama yang terletak di desa Kemijen berdekatan dengan Pelabuhan Semarang Stasiun Semarang Tawang dirancang oleh Ir. Sloth-Blauwboer, tenaga ahli di NIS. Bangunan Stasiun Tawang membentang sepanjang 175 meter Ruang utama (main hall) beratap kubah yang lapang mempunyai 20 meter kali 18 meter

KONSARS 09

GEREJA St. YUSUF GEDANGAN

Gereja Santo Yusuf berlokasi di Jalan Ronggowarsito atau oleh masyarakat Semarang sering disebut sebagai Gereja Gedangan merupakan cikal bakal gereja Katolik di Indonesia Gereja yang lokasinya tak jauh dari kawasan Kota Lama Semarang ini berdiri pada tahun 1875 Berdirinya gereja ini berdiri sekitar tahun 1808, Gubernur Jenderal Deandels yang saat itu menjadi penguasa di Hindia Belanda (Indonesia) mendapat dua orang imam praja dari Belanda untuk melayani umat Katolik bangsa Eropa di Indonesia Gereja Katolik sempat mengalami hambatan Selama 1845 sampai 1847 semua pastor Belanda di Indonesia diusir termasuk Uskup Groff, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, Rochussen Berkat perundingan dengan takhta suci (Vatikan) pada 1848 dan campur tangan Pemerintah Belanda, kemudian Gereja Katolik di Indonesia bisa terus berkembang Pada 1875 akhirnya Pastor J Lijnen Pr mendirikan gedung Gereja Santo Yusuf Gedangan yang indah dan anggun hingga saat ini

JEMBATAN BEROK

Jembatan Berok dibangun pada tahun 1705. Di saat yang bersamaan dibangun sebuah benteng berbentuk segi lima yang bernama Benteng Vijhoek.Jembatan ini memiliki Panjang sekitar 10 meter yang merupakan penghubung utama masyarakat yang tinggal di kota lama dengan masyarakat luar. Di bawah jembatan itu mengalirlah Kali Semarang. Dulunya sungai itu digunakan sebagai lalu lintas kapal yang ingin masuk ke pedalaman. Di sisi timur jembatan itu terdapat kawasan elit Kota Lama yang menjadi pemukiman orang-orang Belanda. Sementara itu, di sisi barat jembatan terdapat kawasan penduduk pribumi seperti Kampung Melayu, Pecinan, Kampung Arab, dan Kampung Jawa. Setelah dibongkarnya dinding benteng Kota Lama pada tahun 1824, masyarakat pribumi bisa berinteraksi dengan masyarakat Eropa yang tinggal di Kota Lama.

Masjid Kauman ini memiliki sejarah yang panjang dan erat kaitannya dengan sejarah berdirinya kota Semarang Masjid ini berlokasi di kelurahan Kauman yang merupakan masjid tertua di Indonesia yang berdiri pada tahun 1575 M Masjid ini bisa terbilang awal mula terbentuknya Kota Semarang dan menjadi saksi sejarah di kawasan Jawa Tengah Masjid ini nenjadi satu-satunya masjid di Indonesia yang mengumumkan kemerdekaan bangsa Indonesia secara terbuka hanya beberapa saaat setelah diproklamirkan

KONSARS 10
MASJID KAUMAN

PABRIK ROKOK PROE LAJAR

Bangunan ini di gunakan sebagai tempat memproduksi Rokok dan bangunan nya juga berdiri dengan kokoh. Pabrik rokok ini memiliki luas lahan yang cukup besar , di dalamnya terdapat banyak karyawan yang sibuk memproduksi rokok Beragam proses dari hulu hingga menjadi produk jadi di lakuka di Praoe Lajar Semaran sejak zaman kolonial belanda. Terletak di kawasan Kota Lama Semarang. Semua Proses pembuatan rokok jadi di sini menggunakan cara Tradisional sejak tahun 1956. Pabrik pengolah tembakau ini salah satunya yang masih bertahan mengarungi zaman ketika usaha lainnya tumbang termakan peradaban

LAWANG SEWU

Lawang Sewu merupakan sebuah bangunan kuno peninggalan jaman belanda yang dibangun pada 1904. Semula gedung ini untuk kantor pusat perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS) Gedung tiga lantai bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag. Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri. Jika pengunjung memasukkan bangunan utama, mereka akan menemukan tangga besar ke lantai dua. Di antara tangga ada kaca besar menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda yang terbuat dari gelas. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda

TOKO OEN

Toko Oen berada di Jalan di Pemuda No 52 Semarang, Jawa Tengah. Bukan sembarang resto, karena resto ini sudah ada sejak tahun 1935 Toko Oen ini juga sering disebut sebagai resto kolonial karena selain dibangun pada masa penjajahan, bangunan toko pun bergaya loji dengan arsitektur Belanda.. Toko Oen yang awalnya menjual kue kering ini didirikan oleh Liem Gien Nio pada tahun 1910 di Yogyakarta Nama Oen diambil dari nama suami Liem, yaitu Oen Tjoen Hok. Pada tahun 1922 Toko Oen mulai menjual menu tambahan berupa ice cream, serta masakan Indonesia, China, dan Belanda.

KONSARS 11

GEREJA SANTO YUSUF GEDANGAN SEMARANG

Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang merupakan gereja umat Katolik pertama di Semarang dan termasuk peninggalan sejak zaman penjajahan Belanda. Gereja ini merupakan simbol sejarah perjalanan agama Katolik di Kota Semarang dan masih aktif digunakan hingga saat ini

Awalnya, umat Katolik di Semarang belum memiliki tempat ibadah sebelum adanya gereja Santo Yusuf Gedangan, sehingga seorang pastor mengawali pembangunan gereja katolik dan secara resmi dilakukan peletakan batu pertama oleh Pastor Lijnen pada 1 Oktober 1870 dengan didampingi Pastor PJ den Ouden Pembangunan gereja selesai pada tahun 1875 setelah sebelumnya sempat mengalami kendala yang mengakibatkan runtuhnya gereja dan membuat struktur bangunan mengalami kerusakan cukup parah saat proses pembangunan hingga akhirnya berhasil dilakukan peresmian pada tahun 1880

S u m b e r : D o k u m e n t a s i K e l o m p o k
A.SEJARAH KONSARS 12

1

ASPEK, KRITERIA, DAN PRINSIP KONSERVASI

Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan konservasi arsitektur:

Prinsip konservasi menurut Piagam Burra (1982) adalah:

Mempertahankan atau menangkap kembali makna kultural dari suatu tempat dan harus dapat menjamin keamanan dan pemeliharaannya di masa mendatang. Pelestarian didasarkan penghargaan terhadap kondisi eksisting objek dengan intervensi seminimal mungkin. Upaya konservasi selayaknya dilakukan dengan melibatkan berbagai disiplin keilmuan.

Dalam pelaksanaan suatu kegiatan konservasi perlu ditentukan sejumlah tolak ukur atau kriteria untuk menjadi dasar pelaksanaan konservasi. Kriteria-kriteria tersebut dapat dilihat dari unsur estetika pada suatu bangunan, kelangkaan, keistimewaan, nilai sejarah, ataupun bangunan yang menjadi landmark di lingkungannya.

Konservasi suatu tempat harus mempertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan dengan makna kulturalnya, Kebijakan konservasi yang sesuai untuk suatu tempat harus didasarkan atas pemahaman terhadap makna kultural dan kondisi fisik bangunannya; Konservasi mensyaratkan terpeliharanya latar visual yang cocok seperti bentuk, skala, warna, tekstur, dan bahan bangunan.

Suatu bangunan atau hasil karya bersejarah harus tetap berada pada lokasi historisnya

m

2

Etika dan moral pembangunan; Perkembangan ruang kota; Sejarah sosial dan kultural kota; Ekologi kota; Ekonomi kota; Aspek sosio kultural, sosio ekonomi dan sosio politis kota; dan Kepentingan perkembangan iptek dan budaya kota 1 2 3 4 5 6 7
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN DAN LANDASAN DALAM KONSERVASI (
S u m b e r : S i l v e r K r i s )
Kebijakan-kebijakan konservasi tertulis pada UndangUndang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Pada BAB VII Pasal 53, yaitu: Pelestarian Cagar Budaya dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, teknis, dan administratif. Kegiatan Pelestarian Cagar Budaya harus dilaksanakan atau dikoordinasikan oleh Tenaga Ahli Pelestarian dengan memperhatikan etika pelestarian Tata cara Pelestarian Cagar Budaya harus mempertimbangkan kemungkinan dilakukannya pengembalian kondisi awal seperti sebelum kegiatan pelestarian.
Pelestarian Cagar Budaya harus didukung oleh kegiatan pendokumentasian sebelum dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan keasliannya
3. 4
( S u
b
e l
p o k ) KONSARS 13
Kegiatan konservasi dilakukan harus sesuai dengan peraturan yang ada agar dapat mencapai tujuan dan sasaran dilaksanakannya konservasi
e r : D o k u m e n t a s i K
o m

B.

KAJIAN PERKEMBANGAN GEREJA SANTO YUSUF GEDANGAN SEMARANG

FUNGSI GEREJA GEDANGAN

Sejak awal berdirinya hingga saat ini, Gereja Santo Yusuf Gedangan tidak pernah beralih fungsi dan tetap aktif menjadi tempat ibadah umat katolik di Semarang Gereja Santo Yusuf Gedangan dalam tiga fungsi esensialnya adalah mengajar, menguduskan, dan memerintah yang mana ketiganya membentuk suatu kesatuan

PEMBANGUNAN GEREJA GEDANGAN

Setelah dilakukan peresmian pada tahun 1880, pembangunan Gereja Gedangan tetap dilakukan oleh pihak pengelola gereja. Mereka melanjutkan pembangunan berupa penambahan altar baru yang dikenal dengan Altar Sakramen Maha Kudus dan penambahan fasilitas Penambahan fasilitas pun dilakukan seiring berjalannya waktu untuk mendukung fungsi gereja, seperti penambahan jam dan lonceng pada menara gereja di tahun 1882 Pemasangan interior bangku untuk para jemaah saat beribadah pun dilakukan pada tahun 1885 dan masih terjaga hingga saat ini Pihak Gereja Gedangan melakukan pelengkapan fasilitas hingga pada tahun 1903, pengelola gereja menambahkan organ pipel pada lantai 2 yang diikuti pemasangan salib pada sisi kanan dan kiri gereja

ALASAN KEBUTUHAN KONSERVASI PADA GEREJA GEDANGAN

Apabila dilihat dari sejarahnya yang sudah diresmikan sejak tahun 1880, Gereja Santo Yusuf Gedangan termasuk bangunan tua berumur lebih dari 100 tahun yang penuh sejarah. Oleh karena itu, tentu saja gereja membutuhkan kegiatan konservasi untuk tetap menjaga kelestariannya. Pada Gereja Gedangan, tindakan-tindakan khusus yang perlu dilakukan adalah cukup dengan mempertahankan bahan dan tempat dalam kondisi eksisting dan memperlambat pelapukan dikarenakan kondisi bangunan yang masih terbilang kokoh

ARSITEKTUR DAN POTENSI GEREJA GEDANGAN

Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang merupakan gereja yang dibangun dengan gaya neogotik, hal ini dapat dilihat dari menara, bentuk atap, dinding, serta bentuk pintu dan jendela dimana setiap ujungnya membentuk busur Pada awalnya, gereja menggunakan material lokal dalam perancangannya Namun dikarenakan bahannya yang tidak kuat membuat pilar gereja pernah mengalami keruntuhan hingga akhirnya didatangkan material dari Belanda

Bagian interior gereja terbagi menjadi empat bagian, yaitu ruang peralihan (narthex), panti imam (apse), panti umat (nave), dan aisle atau tempat tambahan untuk panti umat dengan memanjang dan berada pada kanan kiri gereja. Terdapat juga kaca patri dengan total jumlah sembilan belas buah, tiga di belakang altar dan sisanya berada di setiap sisi bangunan gereja.

Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang merupakan bangunan yang terdiri dari dua lantai yang menghadap arah barat Gereja ini memiliki lima buah pintu masuk dimana dua berada di sisi utara, dua di sisi selatan, dan satu di sisi barat yang menjadi pintu utama

Bagian-Bagian Interior Gereja (Sumber: Clarissa Nathania dan Purnama E.D.Tedjokoesoemo)

(Sumber: SilverKris)
KONSARS 14

Gereja Santo Yusuf Gedangan adalah gereja Katolik pertama di kota Semarang. Gereja ini terletak di Jl. Ronggowarsito No.11, Rejomulyo, Kec Semarang Tim , Kota Semarang, Jawa Tengah 50127.

GambarLokasiGerejaSantoYusufGedangan
METODE
LOKASI BANGUNAN DAN
KONSERVASI
PETA LOKASI GEREJA SANTO YUSUF GEDANGAN SEMARANG LOKASIBANGUNANGEREJASANTO YUSUFGEDANGANSEMARANG A. DENAH SITUASI GEREJA SANTO YUSUF GEDANGAN SEMARANG KONSARS 15
Lokasi Tapak
KONSARS 16
BATAS - BATAS GEREJA SANTO YUSUF GEDANGAN SEMARANG

METODE KONSERVASI

Metode preservasi dipilih karena metode ini bertujuan untuk mempertahankan kondisi suatu objek agar tidak rusak dan terjaga kelestariannya Tujuan tersebut berbanding lurus dengan historis bangunan ini, Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan masih dalam kondisi baik dan tidak terbengkalai. Maka dari itu, demi menjaga agar komponen-komponen bangunan tetap terlihat seperti kondisi aslinya, diperlukan pelestarian terhadap material pembangunanya dengan cara pengawetan dan perawatan secara berkala Sesuai dengan pernyataan diatas, tujuan dan manfaat metode preservasi adalah untuk melestarikan secara fisik dengan cara tetap mempertahankan kondisi asli, maupun melestarikan secara non fisik dengan cara alih media bentuk mikrofilm maupun digital dalam upaya pelestarian kandungan nilai informasi agar dapat didayagunakan untuk kepentingan generasi mendatang.

Penerapan metode preservasi bangunan Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan adalah dengan diadakannya kegiatan perawatan dan pemeliharaan rutin secara berkala oleh pengelola.

KONSARS 17
"Metode konservasi yang terpilih untuk bangunan Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan adalah metode preservasi. "

Metode Preservasi

Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang

KONSARS 18
Bangunan

Tindakan Preservasi Bangunan Gereja Tindakan Preservasi Bangunan Gereja

Santo Yusuf Gedangan Semarang Santo Yusuf Gedangan Semarang

Tampilan fisik bangunan Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang masih terlihat seperti sedia kala tanpa ada tambahan dan pengurangan unsur bangunan. Hal ini karena metode yang digunakan dalam mengonservasi bangunan adalah metode preservasi.

Metode ini memungkinkan sebuah bangunan dipelihara dan dilestarikan untuk menjaga keaslian serta mempertahankan bangunan secara arsitektural agar nilai-nilai budaya dalam kehidupan masyarakat masih tetap terjaga

Kegiatan preservasi bangunan Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang dilakukan pada elemen eksterior, interior hingga furnitur yang selalu dilakukan secara rutin oleh pengurus gereja

KONSARS 19
Preservasi Fisik Bangunan Preservasi Fisik Bangunan

Elemen Eksterior

Pada bagian eksterior bangunan, terlihat Pada bagian eksterior bangunan, terlihat fasad yang masih asli dengan material batu fasad yang masih asli dengan material batu bata ekspose dan pada bagian ini (fasad) bata ekspose dan pada bagian ini (fasad) tidak terlihat satu pun unsur yang rusak. tidak terlihat satu pun unsur yang rusak. Hal tersebut dikarenakan perawatan dan Hal tersebut dikarenakan perawatan dan pemeliharaan rutin oleh pengurus gereja pemeliharaan rutin oleh pengurus gereja dengan membersihkan dan mempernaiki dengan membersihkan dan mempernaiki setiap kerusakan yang tercipta karena usia. setiap kerusakan yang tercipta karena usia.

KONSARS 20
TribunJatengWiki TribunJatengWiki

Elemen Interior

Pada elemen interior semua unsur juga masih terlihat seperti sedia kala, mulai dari ruang ibadah, altar, ruang pengakuan dosa, dan ruang transisi Bagian dinding bangunan dilakukan proses pengecatan apabila terdapat bagian yang terasa sudah pudar dan mengelupas.

Bagian plafond yang memiliki bentuk pointed arch masih tetap terlihat asli dan tidak berubah sama sekali Salah satu elemen interior yang telah berganti material bebrapa kali adalah bagian lantai bangunan.

Lantai ini sudah mengalami tiga kali pergantian mulai dari yang pertama menggunakan marmer asli dari belanda, lantai kedua menggunakan keramik dari italia, dan pada pergantian lantai ketiga hingga sekarang menggunakan keramik dari Indonesia.

.Altar Gereja

INTERIOR
KONSARS 21

Triforium

Jika melihat pada sepanjang atas bangunan, kita dapat menemukan lukisan-lukisan yang disebut Triforium. Triforium merupakan sebuah bentukan ribbed vault yang ujungnya meruncing. Fungsi utama dari Triforium ini adalah sebagai penyangga antar dua bagian kolom bangunan yang biasanya terdapat pada gerejadengan gaya Gothic, kolom tersebut disebut semicircular vault.

Triforium pada Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang berjumlah 12 dan memiliki teks dengan bahasa Belanda yang berisikan tentang doa-doa.

Elemen interior ciri khas gaya arsitektur gotik.

.Triforium

jejakkolonialblogspotcom
KONSARS 22

gotik pada umumnya, Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang ini juga memiliki plafond berbentuk meruncing atau yang bisa disebut sebagai pointed arch. Selain itu, bentukan pointed arch juga dapat dijumpai pada bingkai jendela, pintu, kaca di area panti, dll.

Pointed Arch

KONSARS 23

Pada area panti imam, terdapat barisan jendela yang memukau jendela tersebut dinamakan clerestory windows yang menggunakan kaca patri dan disusun sedemikian rupa menjadi gambar-gambar. Gambar tersebut merupakan cerita sejarah dari Yesus

Selain adanya clerestory windows, di area altar lagi-lagi terdapat bentuk pointed arch yang dapat dilihat mulai dari bentuk plafond hingga dinding berbentuk setengah lingkaran yang mengikuri bentukan layout, terdapat juga lima clerestory window berbentuk pointed arch window yang mengeliligi dinding pada area panti imam ini

Pada bagian dinding ini menggunakan dari batu bata plester yang di fishing dengan menggunakan keramik berwarna putih yang mirip dengan ciri gaya Romanesque. Serta pada bagian dinding panti umat dan panti imam ini lebih sederhana dibandingkan gereja gaya Gothic yang umumnya terdapat banyak ornamen dan hiasan patung pada bagian dindingnya

KONSARS 24

Furniture

Salah satu tindakan preservasi yang dilakukan pengurus gereja ini dala merawat furnitur nya adalah dengan membersihkan secara rutin seperti mengelap dan membersihkan debu Kemudian jika dirasa furnitur ada yang sudah kusam, maka pengurus gereja akan melakukan pengecatan agar tetap terlihat seperti asli nya.

Terdapat beberapa furnitur yang harus dirawat, yakni pada area ima terdapat mimbar, tabernakel, dan sedilia Sedangkan pada area umat terdapat bangku umat, lampu gantung, patung yesus.

Tabernakel

Tabernakel merupakan furnitur khas dari arsitektur gaya Gothic. Dimana perabot pada era Gothic, sebagian besar dari perabotannya berisi lukisan yang menggambarkan subjek agama dan biasanya ditempatkan dibagian kedua sisi altar.

KONSARS 25

Preservasi Lingkungan

Tindakan preservasi juga dilakukan pada lingkungan sekitar gereja. Pada area taman dilakukan pemeliharaan rutin setiap hari seperti menyiram tanaman dan memangkas tanaman-tanaman yang sudah lebat

Tidak ketinggalan juga melakukan perawatan pada kolam ikan yang ada di samping bangunan.

KONSARS 25

Gambaran Bangunan Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan

Denah Bangunan

Eksterior
KONSARS 26
Bangunan
Katolik
Lingkungan Bangunan Bangunan F u r n i t u r e B a n g u n a n KONSARS 27
Interior Gambaran Bangunan Gereja
Santo Yusuf Gedangan

Bangunan Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang

Respon masyarakat dalam menanggapi pelestarian bangunan Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang disambut baik. Hal ini dapat dilihat pada banyaknya wisatawan yang berkunjung ke gereja ini Baik untuk mengetahui sejarah maupun arsitekturnya.

Masyarakat Akan Preservasi Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang Dampak Preservasi
Animo
KONSARS 28

Harapan

Harapan Kedepan Setelah di Preservasi

Setelah dilakukan proses preservasi, harapannya gereja ini menjadi tempat belajar bagi semua kalangan, tidak hanya pada profesi tertentu Hal tersebut dikarenakan bangunan ini sudah menjadi salah satu cagar budaya yang ada di Kota Semarang dapat menjadi sasaran objek wisata bagi turis domestik maupun mancanegara.

KONSARS 29

KESIMPULAN REKOMENDASI

Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan merupakan bangunan bersejarah di Kota Semarang sekaligus bangunan pertama yang menjadi saksi kunci perjalanan orang katolik di masa itu Bangunan gereja ini dirancang oleh arsitek asal Belanda bernama W. I. Van Bakel dengan gaya neogotik.

Upaya Konservasi terhadap Gereja Katolik Santo Yusuf perlu dilakukan mengingat bangunan Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan merupakan bangunan bersejarah peninggalan colonial belanda yang memiliki nilai sejarah yang tinggi

Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi dan wawancara kepada pihak pengelola Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan dapat disimpulkan bahwa metode konservasi yang tepat bagi pelestarian bangunan Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan adalah metode preservasi, yaitu upaya dalam mempertahankan mempertahankan bahan dan tempat dalam kondisi eksisting dan memperlambat pelapukan Oleh karena itu penggunaan metode preservasi dalam tindakan konservasi bangunan gereja dapat membantu pengelola bangunan untuk tetap mempertahankan keaslian bangunan gereja seperti sejak awal dibangun.

KONSARS 30

TRENDI NOOR ILHAM

"Mempelajari

TIFANIKA NADYAN

"Banyak orang bilang, belajar hal hal berbau kesejarahan itu ngebosenin, to be honest iya sih Tapi dengan matkul Konservasi Arsitektur kita banyak belajar seputar sejarah yang dikemas lebih menarik! Haha hihi tau tau kelar "

TALITHA ZALFA EVELYNA

"Memahami Konservasi Arsitektur, saya mendapatkan perspektif baru tentang kehidupan Kita bisa menggunakan sejarah sebagai pelajaran dalam hidup, seperti halnya bangunan bersejarah yang bisa mencerminkan kisah sejarah, tata cara hidup dan peradaban masyarakatnya yang bisa menjadi identitas tersendiri "

ARDIMAS BIMA PAMUNGKAS

"Menyelesaikan

GEYZIA ABILIA HATI

"Belajar Konservasi Arsitektur sangat menyenangkan, jadi tau sejarah bangunan terutama "Gereja" yang sebelumnya belum pernah kesana jadi banyak ilmu baru yang didapat"

KAMILA DIBI SALSABILA

"Mempelajari Konservasi Arsitektur membuka pandangan baru saya terkait arsitektur dan sejarahnya, serta pentingnya untuk menjaga kedua hal tersebut yang dapat menjadi bukti perjalanan suatu kawasan "

topik mengenai konservasi arsitekttur membuat saya paham bagaimana cara merawat dan menciptakan suatu potensi pada bangunan lama yang dapat meberii dampak positif" tugas besar Konservasi Arsitektur memberikan saya manfaat yang begitu banyak, mulai dari memberikan wawasan umum terkait konservasi arsitektur hingga wawasan khusus terkait 'Gereja' yang sangat bersejarah "
M

MAJALAH KONSERVASI ARSITEKTUR

Gereja Katolik Santo Yusuf Gedangan Semarang

Teknik Arsitektur | Universitas Negeri Semarang

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.