Cukang Edisi v (spesial ulang tahun sabalad)

Kelas multikultural adalah bukti nyata. Kristalisasi gagasan yang mengendap tentang berteman dan belajar - Muhtadin -

Pada sebuah pertemuan tentang sabalad saat ini

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

4

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Sambutan T Mendidik Manusia, Membangun Indonesia.

Usep Ependi Pembina Komunitas Belajar Sabalad

idak terasa, lima tahun telah berlalu sejak lahirnya sebuah komunitas bernama sabalad di Cikubang, Desa Cintakarya, Parigi. Berbagai aktivitas dan kegiatan mewarnai pergerakan komunitas kecil ini baik di pangandadaran atau cakupan nasional. Cukang ini adalah salah satu kreasi muda salabad yang mewarnai cara pandang dan gerak muda sabalad.

Perkembangan komunitas di pangandaran cukup membanggakan. Sejak lahirnya Sabalad, bermunculan pula komunitas-komunitas muda lain yang patut diberi apresiasi. Rumah plankton, Batukaras Clear, Baranang serta komunitas muda lain telah jadi saksi bahwa pemuda layak mendapatkan tempat yang layak di tengah masyarakat Pangandaran. Perkembangan komunitas ini perlu juga dukungan dari berbagai kalangan. Dengan bergabung, turut serta dalam kegiatan atau sekedar menyambangi komunitas, kita pun mendapatkan beribu manfaat yang dapat memacu dan mempertahankan semangat idealisme kita di tengah masyarakat.

Sejak 2013, Sabalad telah hadir dan mewarnai peradaban masyarakat Pangandaran.

Prestasi dan keikutsertaan sabalad tidak lepas dari kontribusi bersama para anggota dan masyarakat pangandaran. Pun bangkitnya sebuah sekolah yang mendatangkan siswa dari berbagai daerah, Kelas Multikultural, telah jadi bukti kontribusi pemuda dalam bidang pendidikan, dapat menumbuhkan dan mendorong pengembangan sistem pendidikan kita.

Kedepan tentunya pergerakan lain masih dibutuhkan oleh pangandaran dan indonesia.

Semoga dengan lahirnya kembali cukang dapat menumbuhkan semangat gerak berkonribusi bersama.

Salam Semangat Mendidik Manusia, Membangun Indonesia.

Februari 2018

5

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

P

aham anak muda tidak perlu dipaksakan kepada generasi tua.Tetapi anak anak muda harus memahami nilai-nilai lama yang sudah ditumbuhkan para pendahulu. Biarkan para orang tua memandang kehidupan dengan caranya.

Sambutan Dangiang sabalad

Duddy R.S Pembina Komunitas Belajar Sabalad

6

CUKANG - Ti Warga Ka Warga DARAH muda cenderung berdesir kencang.

Penuh energi dan emosional. Berbeda hal dengan sikap orang tua yang sejatinya lebih tenang. Tidak bergedebur-debur layaknya anak muda. Lebih bijak memandang segala persoalan.

Kondisi yang berbeda itu acapkali meruncing dan bertolak belakang. Pertentangan antara generasi muda dan tua jarang bertemu di satu titik. Kalangan muda memandang banyak hal dengan agresif. Mengabaikan norma yang sudah lama dibangun para leluhur. Main hajar.

Mereka berdalih menjalani hidup musti diwarnai inovasi. Pembaharuan. Nilai-nilai lama dianggap tidak relevan lagi dengan kekinian.

Ketinggalan zaman. Kuno. Udik. Konservatif.

Sikap kalangan muda yang radikal itu tidak jarang menyentuh marwah kalangan tua.

Berbuah ketersinggungan. Menjadi pertikaian antara nilai lama dan baru yang tidak berkesudahan. Sehingga antara generasi muda dan generasi tua menjadi berjarak.

Namun kecenderungan itu tidak berlaku bagi sekelompok anak muda di kampung Cikubang Desa Cintakarya, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Mereka mencoba berdamai dengan nilai-nilai lama. Agressif sekaligus assertif.

Mengedepankan gerakan pembaharuan namun memegang teguh akar budaya lokal. Tradisi okay, modern pun okay.

Komunitas Belajar Sabalad Pangandaran layak menjadi model gerakan modern anak muda yang berdamai dengan nilai-nilai tradisi. Mereka tidak memaksa kalangan tua untuk memahami keinginan kalangan muda.

7

Paham anak muda tidak perlu dipaksakan kepada generasi tua. Tetapi anak-anak muda harus memahami nilai-nilai lama yang sudah ditumbuhkan para pendahulu. Biarkan para orang tua memandang kehidupan dengan caranya.

Anak muda paham nilai-nilai lama, itu harus.

Sedangkan para orang tua paham nilai-nilai baru — sebaiknya — juga harus. Namun tak usah dengan paksa. Biarkan mengalir saja.

Kalangan tua tidak mesti diajari istilah-istilah rumit yang seringkali diungkapkan kalangan muda. Atau pemikiran-pemikiran yang deras mengalir dari Barat.

Betapa bijak bila anak-anak muda justru dengan sukarela menuai nilai-nilai lama yang sudah menjadi norma secara turuntemurun. Caranya dengan Nayuh Dangiang.

Mengendapkan daya tarik nilai-nilai tradisi dengan sepenuh hati. Nayuh artinya meneroka.

Dangiang adalah energi yang menyedot perhatian, semacam aura.

Dengan cara Nayuh Dangiang, paham baru dan lama bisa berdamai. Memperkuat kedirian budaya lokal di tengah-tengah peradaban dunia.

Sikap itu dikedepankan sekelompok pemuda yang berhimpun dalam Komunitas Sabalad Pangandaran, pada ulang tahun ketiga. Dirgahayu Sabalad! Mencari ilmu seluas-luasnya, mencari teman sebanyak-banyaknya.

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Kata Pengantar

8

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Membuka Pintu

Ai Nurhidayat - Pimpinan Redaksi

I

lustrasi yang tepat untuk merangkum perjalanan Sabalad 5 tahun ke belakang adalah sebagai pembuka pintu. Itulah kenapa syarat menjadi angota begitu mudah. Cukup dengan melewati pintu saung Sabalad, jadilah anggota. Tidak rumit, tidak susah.

Nama Sabalad sebagai bekal nama komunitas telah muncul di tengah tongkrongan gadang sambil api-unggunan tahun 2011. Testamennya telah hadir tahun itu tetapi baru mewujud menjadi komunitas yang “berbentuk” baru 31 Januari 2013. Momentum itu berikutnya ditandai sebagai hari jadi Komunitas Belajar Sabalad. Sejak saat itu juga Sabalad resmi punya pintu dalam arti sebenarnya.

Jika dihitung, saya yakin orang yang pernah melewati pintu itu sudah melampaui angka ribuan.

Seberapa penting angka itu dan adakah hitungan lengkapnya? Angka tidak begitu perioritas dalam tradisi berkomunitas. Kecuali 20 ribuan judul buku yang sebagian sudah tersebar di rak-rak pribadi maupun di lembaga-lembaga yang sengaja dititipkan. Buku itu tak pernah kembali. Dan itu sama sekali bukan masalah.

Sabalad menjadi komunitas “haha hihi” yang memiliki agenda utama gerakan literasi, ekologi, seni budaya, pemanfaatan teknologi dan gerakan menghubungkan pemuda. Upaya “membuka pintu” ini menawarkan kesempatan bagi siapapun untuk terlibat dalam banyak hal.

Tak jarang ada yang bertemu di saung dan berteman hingga membuahkan banyak kegiatan, aktivitas dan relasa yang terkadang sangat intim.

Pintu itu hanya sebentar dilewati, akan tetapi hubungan manusia yang masuk ke dalamnya berupa interaksi, dipastikan tak pernah berhenti.

9

Pun jika ada yang bertanya tentang makna harfiah Sabalad, maka jawaban singkatnya adalah seperkawanan. Atau jika mau lebih kelihatan Arab, kata “sabaldun” lebih mirip diartikan negeri.

Makna definitifnya adalah ruang membangun hubungan pertemanan dengan semangat membangun negeri. Cukup lebay, begitulah sebuah harapan telah dilekatkan pada kata itu.

Sabalad membuka pintu pikiran dan jiwa manusia yang “haus dan lapar” untuk membangun relasi kemanusiaan. Sebuah semangat sekaligus aset yang penting untuk membangun peradaban yang diidamkan. Peradaban yang penuh dan sesak dengan semangat membangun kemanusiaan sebagaimana yang Tuhan mandatkan.

Jika tak ada yang keberatan, Sabalad adalah komunitas pertama yang memiliki gerakan macam tadi di Pangandaran yang turut membidani gerakan-gerakan lain bermunculan di sana-sini.

Klaim yang juga telah diakui pemerintah melalui serangkaian “penilaian”. Mengantarkan Sabalad menjadi Komunitas yang sudah mencicipi status OKP terbaik di Jawa Barat dan OKP berbasis komunitas terbaik tingkat nasional.

Setelah itu apa? Lihat saja nanti, pintu-pintu apa lagi yang akan terbuka.Yang jelas, komunitas yang teronggok di Desa Cintakarya ini turut membidani lahirnya Kelas Multimultural di SMK Bakti Karya Parigi yang siswanya kini berasal dari 11 provinsi.

Genit bukan?

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

REDAKSI SAMBUTAN

Pembina

Mendidik Manusia, Membangun Indonesia.

Duddy RS Dayat Usep Ependi

Usep Ependi

5

Duddy R.S Pembina Komunitas Belajar Sabalad KATA PENGANTAR

6 6

Ai Nurhidayat

9

Dangiang sabalad

Pimpinan Redaksi Ai Nurhidayat

Koordinator Pelaksana Athif Roihan Natsir

Membuka Pintu

Redaktur Irpan Ilmi

Tata Letak Athif Roihan

Buletin Cukang diterbitkan oleh : Komunitas Belajar Sabalad Mau kirim Tulisan? Karya? atau masu ngasih kritik dan saran? kirim atau kunjungi saja ke : Alamat : Saung Komunitas Belajar Sabalad Jl Raya Cikubang, Desa Cintakarya, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran Website : Sabalad.info Email : redaksi.cukang@gmail.com

Sumber Gambar Dokumen Pribadi Dokumen Sabalad https://pxhere.com

10

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Daftar Isi BERKAWAN

Pemuda Desa di Desa Cendekia

Irpan Ilmi

Kangen Pangandaran Tempo Dulu Tetap Amazing di Jaman Now!!

14 BELAJAR

Jalan Panineungan

Gara Nugraha

20

Iyeng Satengah Genep

52

Ihsan Ali

22

Iyeng Satengah Genep

54

Ihsan Ali

24

Dedi Supriatna

55

Ihsan Ali

26

Ai Nurhidayat

28

Ana Herlina

56

Irpan Ilmi

31

Dedi Supritna

56

Iyeng Satengah Genep

35

Dwi Rahmah Hidayati

57

Air Mata Pembangunan Menjaga Mitos Arek Kitu Wae, Lur? Tiga Arena Masih ada Ibu Pertiwi di Pangandaran Masa Kecil Ku

Antara Mang Saswi dan Anggun C Sasmi

Andi Nurroni

Pangandaran dalam pusaran kaum milenials

37

Rizki 41 Negeri Bahagia

Dwi Rahmah Hidayati

45

Nanang Mulyadi

47

Bobroknya Suatu Negara Anda,

11

Babaturan Tongkrongan Kawan

Jika Senja Adalah Rindu, Pangandaran adalah Tempat Beradu Berhentilah Mengurusimu, Urusi Juga Aku Bermanja pada Ilahi Ukiran Kayu

Dede Riki Saepudin (Temon) 58 Bonsay (kebon Sayur)

Heri Nurdiansyah

58

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

BERKAWAN “Satu musuh terlalu banyk, Seribu Kawan masih kurang�

Perkawan adalah nilai inti Sabalad. Karena dengan berkawan, kita dapat bertukar gagasan 13

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Pemuda Desa di Desa Cendekia Irpan Ilmi

Merdeka...! Merdesa...!

Sangat tidak asing ketika mendengar kata “Merdeka� sebagai warga negara Indonesia. Setiap tanggal 17 Agustus 1945, perayaan kemerdekaan menjadi hajat besar seluruh masyarakat indonesia. Bisi dilihat berbagai pagelaran disuguhkan; permainan tradisional, tari tradional, makanan tradisional, hingga hingar bingar pop modern kemerdekaan. Betapa bangsa ini sudang sangat berkembang.

S

eperti tidak asingnya mendengar kata “Merdesa� di komunitas belajar sabalad.

Sebagian orang mungkin bertanyatanya, apakah ada perbedaan makna atara merdeka dan merdesa?, atau justru komunitas belajar sabalad yang mengada-adakan suatu istilah, untuk mendongkrak popularitas nama komunitas sabalad itu sendiri.

Merdeka adalah berdiri sendiri, merdeka adalah bebas, merdeka adalah tidak terikat, merdeka adalah lepas dari tuntutan, begitulah ungkapan kamus besar bahasa Indonesia mengartikan istilah merdeka. Dalam sastra jawa kuno, ditemukan istilah mahardika sebagai nama seorang tokoh. Namun demikian, telusur punya telusur, nama tokoh itu adalah Sutasoma, yaitu tokoh yang mempunyai kebebasan pikiran, tidak terikat oleh penjajahan –lahir maupun batinyang memenjarakan hati, pikiran dan perbuatan.

Bahkan kata merdeka digunakan untuk nama sebuha bangunan, Istana Merdeka. Bercermin 14

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

pada sejarah Istana Merdeka di rancang oleh arsitek Drossares dan dibangun pada 1873 – 1879. President Soekarno yang akrab di sapa Bung Karno, menamai dengan “Istana Merdeka” tentu berasal dari sebuah alasan, yaitu, diambilalihnya gedung tersebut dari Belanda pada 27 Desember 1949. Tegas dengan keras, ketika pengambil alihan gedung, warga Indonesia mengucapkan Merdeka, merdeka, merdeka, maka dinamailah gedung itu dengan “Istana Merdeka”.

15

Pidato Soekarno sebelum membacakan teks proklamasi, akan menambah arti dari definisi kemerdekaan, “Saudara-saudara sekalian, sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa berani yang akan dapat berdiri dengan kuatnya. ” Ungkap Soekarno dengan tegas dan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan proklamasi.

Berbicara mengenai merdesa, dalam bahasa Lampung, merdesa adalah sopan . Kemudian dapat ditemukan pula dalam KBBI bahwa merdesa adalah kepatutan, layak dan sopan.

Panji Pragiwaksono, ketika diwawancara oleh kompas, “setelah merdeka, kita harus merdesa” tandasnya. Sejalan dengan pikiran penulis, bahasa bangsa yang beadab adalah bangsa yang luhur budi dan penuh dengan tatakrama, mengunggulkan etika dan estetika. Bebas berpikir dan bebas bereskpresi mempunyai kode etik kebudayaan yang menjadi framing atau batasan hidup bersosial. Baik dan buruk ditentukan oleh kesepakatan bersama, hak dan kewajiban juga ditentukan oleh kesepakan bersama. Tatanan sosial menjadi hukum sendiri dalam hidup bermasyarakat, baik itu bersumber dari Al Kitab ataupun bersumber dari hukum budaya yang diadopsi menjadi hukum negara maupun agama. Kesamaan dan keragaman hukum, budaya, tradisi, cara pandang dan cara hidup mempunyai nilai estetika sendiri dan kemudian mempunyai nilai jual, apakah dalam bentuk nominal atau value. Begitulah budaya dinikmati.

Sebagai warga negara yang merdeka, bebas menganyam ilmu pengetahuan dan mengenyam hidup yang dinamis dalam sebuah dinamika bernegara, pendidikan, perekoniman, perpolitikan menjadi barang lumrah yang bisa dinikmati setiap saat. Situasi seperti itu tentu harus merubah status bangsa ini dari status negara berkembang menjadi negara maju. Tapi sayang, kenyataan tidak semanis pernyataan. Pendidikan menjadi ajang pengkarbitan pemikiran, ekonomi menjadi

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

ajang menipu untuk memperkaya diri, politik menjadi bahan kajian untuk menghasut demi sebuah kekuasaan, dan agama menjadi ajang propaganda adudomba.

Pandangan menjadi kabur, bayang-bayang kegelapan seakan semakin dekat, tidak ada perbedaan antara masa penjajahan dan masa kemerdekaan. Bedanya, sekarang masyarakat dijajah oleh pemegang kekuasaan atas nama rakyat. Selebihnya adalah kerecokan saham, bagi-bagi kue walimatun ni’mah (perayaan atas nikmat). Betapa kesenjangan menjadi sangat jelas, kota menawarkan kerlap-kerlip warna rupiah dan desa menawarkan keringat yang bercampur lumpur darah.

Sherlin, salah satu pengurus Tempo Institut mengungkapkan, “Harga barang-barang di Indomart jakarta lebih murah ketimbang di Pangandaran, dan UMK di Pangandaran lebih sangat murah dibandingkan Jakarta”. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi penulis, betapa banyaknya orang berbondong-bondong ke kota –yang berpendidikan maupun yang tidak berpendidikan- untuk memenuhi hasrat hidup, menguasai semesta yang fana, dan di desa

hanya orang-orang tua yang sebagian besar bangga ketika anaknya pulang membawa Avanza.

Pelan perlahan, orang-orang tua itu meninggalkan halaman rumah dan kembali keharibaan semesta, dijuallah tanah wairsan oleh anaknya yang bekerja di kota, dibeli oleh tuan asing, dan lagi-lagi warga Indonesia menjadi pembantu di tanah kelahirannya sendiri. Apakah ini bukti kemerdekaan?

Apakah ini yang dinamakan merdesa?. teringat sebuah pepatah, “Jangan pernah menjual harta warisan, bisa kualat”. Penulis penafsirkan pribahasa tersebut sebagai bentuk keterjajahan hidup, jika kita menjual harta warisan, karena pada hakikatnya, ketika warisan dijual, bukan milik kita lagi.

Pemuda Desa di Desa Cendekia Puncak dari ilmu pengetahuan adalah prilaku yang baik. Setelah merdeka, haruslah merdesa. sebagai generasi bangsa yang hidup di era milenia, akses pada ilmu pengetahuan seperti halnya mengedipkan mata. Google seperti universitas segala jurusan yang menyediakan ilmu pengetahuan hanya 16

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

dengan enter. Tidak ada lagi batas kota dan negara, semua bisa dilihat dengan mengedipkan mata. Perdagangan tidak hanya dari warung ke warung tetangga, kini lebih luas hingga mancanegara. Pertanyaannya, apakah kita hanya akan menonton kemajuan jaman? Jika tidak bisa mencipta teknologi, maka gunakanlah kuasailah teknologi.

Sumpah pemuda menjadi pembuktian bahwa pemuda adalah kata kunci untuk kemerdekaan 17

hidup. Sudah terlalu banyak orang yang berujar kritikan, cacian dan makian. Saatnya mencari solusi atas permasalahan hidup yang ada. Perlu diingat, pemuda hari ini pemimpin esok hari.

Dalam teori sosialogi, orang tua dianggap gagal ketika anaknya tidak mampu untuk lebih baik dari orangtuanya. Hal ini dikenal dengan istilah sosial vertikal top. Ciri dari kehidupan yang progresif dan dinamis. Pola hidup dinamis itu sendiri diciptakan, dan penciptanya adalah manusia yang hidup pada zamannya untuk masa depan.

Desa dan kota hanya sebuah istilah untuk membedakan agraris dan non-agraris, jumlah pendudukan dan keluasan wilayah serta intensitas hubungan. “Desa adalah kekuatan� ungkap iwan fals. Desa selalu menawarkan keseimbangan, keharmonisan hidup. Apalah jadinya jika desa dihuni oleh pemuda cendikia, maka ia akan menjadi atmosfer yang mampu menghambat sinar-sinar jahat yang mengincar kekayaan kelompok, akan menjadi ladang pengahsilan dan lumbung kesejahteraan dan ketenangan hidup. Syaratnya hanya satu, semua generasi harus terdidik dan pendidikan harus menyentuh nurani sehingga mampu menjawab setiap permasalahan semesta.

Keberlangsungan hidup disyaratkan pada ketersediaan makanan, kesehatan, pendidikan, dan kebijaksanaan. Alam adalah syarat utama, ditopang olah pendidikan, akan menghasilan kesehatan dan kebijaksanaan. Education for building sustainable akan mengarah pada learning to know, learning to be and learning to life togather, seperti halnya sustainable development goals. Atau jika diterjemahkan ke bahasa daerah, hidup sauyunan, silih asah, silih asih, silih asuh sebagai wujud dari istilah “merdesa�.

Ini bukan berbicara tinggal diperkotaan atau dipedesaan, lebih kepada bagaimana kesadaran bersama untuk membangun kualitas hidup dimanapun berada, untuk NKRI harga mati. Pemuda atau orang yang tinggal di desa

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

tidak boleh minder, tidak boleh pesemis, tidak boleh takut apalagi sampai menyerah pada keadaan. Kerang hanya perlu dibuka, air mancur pengetahuan harus dialirkan, dan kanal-kanal harus dibuat untuk menghubungkan satu dengan lainnya. Membuat manajemen pemasaran, membuat adiministrai perkantoran, membuat strategi pemasaran, perbaiki kulitas produk, tingkatkan kuantatasnya, dan biarkan desa menjadi desa, tapi kebahagiaan ataupun penghasilan tidak kalah berbeda.

Komunitas Belajar Sabalad Ciri dari sebuah jaman, ada dinamika di dalamnya. Komunitas Belajar Sabalad merupakan ruang berkeluh kesah, bertukan pikiran dan berekspresi bagi setiap orang yang haus akan ilmu pengetahuan dan rindu akan pertemanan. “Mencari ilmu selama-lamanya, mencari kawab sebanyak-banyaknya� adalah slogan untuk melontarkan spirit, bahwa manusia tidak boleh miskin pengatuan dan sendiri melewati episode kehidupan.

Komunitas yang didirikan ditengah-tengah perkebunan ini menjadi sejarah gerakan pemuda

Indonesia yang dimulai dari desa. Betapa tidak, komunitas yang terletak di Dsn. Cikubang, Ds. Cintakarya, Kec. Parigi, Kab. Pangandaran telah berkali-kali mendapatkan gelar juara dari tingkat provinsi hingga nasional. Bukan menyoroti masalah piala atau hadiah, lebih kepada penghargaan bahwa masih ada sekolompok pemuda yang bergerak dinamis menyerukan kebudayaan, ekologi, pendidikan di desa yang kabupatennya berbatasan dengan samudera Hindia.

Komunitas Belajar Sabalad mewadahi siapa saja yang ingin belajar dan terhubung dengan orang lain. Gerakan komunitas belajar sabalad menyentuh denyut nadi kehidupan masyarakat, masuk melewati aliran darah untuk menjawab, energi baru apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Gerakan membaca, mendongeng, berpuisi, berteater, bertani, berdagang, berpolitik menjadi suatu yang nyata, yang bisa dikaji dan dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan dengan bijaksana.

Komunitas sabalad melestarikan budaya lama yang baik dan berpacu dalam kehidupan baru yang baik. Komunitas belajar sabalad konsisten 18

CUKANG - Ti Warga Ka Warga menyerukan kebaikan dan perbaikan.

Ketika berbicara pertanian, ia berbicara pertanian yang bisa mengendalikan hama bukan membasmi hama. Ketika berbicara perdagangan, ia berbicara masalah perdagangan yang bisa mensejahterakan hidup bersama. Ketika ia berbicara pendidikan, ia berbicara pendidikan hal segala bangsa. ketika berbicara masalah politik, ia berbicara masalah kebijakan yang mengakomodir kebutuhuan masyarakat.

Cara pandang komunitas sabalad, mengacu pada bagaimana memanusiakan manusia.

Bagaimana menghargai perbedaan dan kehendak manusia. Setiap manusia punya cara pandang yang berbeda, tapi cara pandang itu bisa diperjelas jika suatu objek dilihat dari berbagai sudut pandang. Itu cara berpikir cendikia.

Komunitas sabalad merangkul anak-anak bangsa untuk bersama membaca cerita dinegeri dongeng, agar mereka tahu, bahwa masa kanak-kanak adalah masa emas untuk diisi dengan pendidikan yang menyenangkan.

Komunitas sabalad menggandeng pemudapemuda untuk bersama mengkaji, mengasah dan mengimplementasi potensi yang diberikan secara kodrati oleh Tuhan Y. M. E. sebagai bekal hidup, bahwa nasib kaum ditentukan oleh tangannya sendiri dan untuk mempermudahnya dengan bekerjasama. Demikian komuniatas sabalad bersama orang tua, membaca perubahan jaman dan nasihat para nabi sebagai pedoman hidup dan menciptakan garis etika dan estetika yang harus ditempuh dan dikembangkan. Akhirnya komunitas sabalad, ada karena semua orang menginginkan untuk ada.

Merdeka... ! Merdesa...! ***** Tentang Penulis Penulis adalah Irpan Ilmi, pegiatan komunitas belajar sabalad sejak pertama kali diresmikan. Ia adalah seorang sastrawan dan dosen di STIT NU Al Farabi Pangandaran. Selain itu ia juga sebagai kepala sekolah di SMK Bakti Karya Parigi yang merupakan embrio dari gerakan komunitas belajar sabalad. Ia bisa dihubungi melalui No. Tlo. 081 216 357 010 atau blog. Irpan-ilmi.blogspot.com.

19

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Kangen Pangandaran Tempo Dulu Tetap Amazing di Jaman Now!!

Gara Nugraha

Pangandaran menjadi destinasi wisata yang lumayan utama untuk tahun 2018,karena banyak perubahan yang terjadi di sekitar pantai Pangandaran,perubahan tersebut memberikan dampak positif bagi para wisatawan domestik atau asing sekalipun

20

P

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

anorama pantai dan laut lepas terlihat indah dan jelas ketika pesisir pantai terlepas dari hiruk pikuk banyak nya pedagang kaki lima yang berjejer ini di setiap pesisir pantai,kini Pangandaran menjadi destinasi wisata mancanegara yang menggebrak tempat wisata pantai di dunia,bahkan mungkin Bali pun akan tersaingi olah Pantai Pangandaran karena sudah mulai tertata struktur Kota,Pasar,Taman dan Pantai Pangandaran nya.

Life style anak muda Pangandaran Perubahan kehidupan anak muda Pangandaran sekarang semakin terlihat,anak anak Pangandaran sekarang sudah mulai memperlihatkan karya seni,olahraga,musik dan budaya nya,itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan Kabupaten Pangandaran tersendiri,yang menjunjung keanekaragaman kreatifitas anak muda jaman now,kegiatan kegiatan tersebut membuat mereka semakin kreatif dan ikut meramaikan perkembangan positif di kabupaten Pangandaran,contoh nya di sekitar Area Taman dan Patung Marlin Pangandaran,sekarang

21

banyak Anak muda melakukan olahraga seperti Skate Board,ini Line Skate,Sepeda BMX dan Photografi,contoh kecil nya perkembangan kreatifitas anak anak Pangandaran dalam memanfaatkan waktu luang dan memanfaatkan tempat untuk meramaikan suasana di Kabupaten Pangandaran, Kepuasan wisatawan Saya yakin ketika struktur Kota Pangandaran semuanya tertata Sampai Pesisir Pantai Pangandaran ,pasti Pangandaran akan segera virall di manapun sampai mancanegara pun,keindahan yang dulu terhalang oleh hiruk pikuk pedagang kaki lima di lepas pantai Pangandaran,kini akan muncul kembali,Menarik turis dari berbagai mancanegara dengan keindahan alami pantai dan ketertiban di sekitar pantai Pangandaran,saya yakin Pangandaran akan semakin ramai di datangi oleh turis domestik dan mancanegara,

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Air Mata Pembangunan Ihsan Ali

Pembangunan merajalela di abad 21 ini, hampir di setiap lini, pembangunan dilakukan seolaholah tidak akan berimbas kepada lingkungan sekitar.

Sekolah, gedung pemerintahan, gedunggedung perkantoran sampai rumah ibadah seakan menjadi hal wajib untuk menjadi ngejreng/wah di abad ini, yang belum ada, diadakan, yang sudah ada diperbesar. Setelah sekian lama dan sampai pada awal abad 21 ini, kita hanya menyuguhkan cangkang-cangkang yg tak ada isinya, menyuguhkan pembangunan fisik wah sementara sumber daya manusia lemah.

22

CUKANG - Ti Warga Ka Warga Yang kita butuhkan saat ini bukanlah pembangunan secara fisik, melainkan pembangunan yang jauh lebih dari sekedar itu, apakah itu? Yaa, betul, yakni pembangunan kualitas manusia yang harus terus tumbuh di setiap warga negara.

Pembangunan masjid yang mentereng seolah menjadi hal yang harus dilaksankan disetiap pelosok negeri, padahal alangkah sedihnya, jika kita melihat masjid-masjid yang didirikan agung itu ternyata tidak ada pengunjung. Sungguh bukankah itu sebuah kesia-siaan, wahai kisanak..

Entah atas dasar apa pembangunan mesjid harus semegah-megahnya dengan menghabiskan dana ratusan juta dolar rupiah, sementara banyak hal lain yang lebih penting timbang memperagung masjid yang aku rasa itu bukanlah hal yang utama yang harus dilakukan, misalnya pembangunan akses jalan untuk mempermudah mobilisasi atau membangun rumah tangga gitu.

Eh~ Daripada masyarakat patungan guna membangun masjid agar lebih ciamik, mending masyarakat patungan untuk membuat akses jalan, iya kan, Lur? Kalau misal aksesnya jalanya bagus kan kita bisa lebih semangat pergi ke masjid. Betuuuul?

23

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Menjaga Mitos Ihsan Ali Satu mitos menyelamatkan puluhan hektar hutan.

24

CUKANG - Ti Warga Ka Warga Mitos merupakan sebuah kejadian yang diungkapkan orang-orang terdahulu yang dikaitkan dengan legenda atau cerita. Menurut saya mitos merupakan cara membatasi manusia dari apa yang manusia lakukan, dengan adanya mitos manusia dapat menjadi bijak dalam melakukan sesuatu. Ketidakpuasan menjadi fitrah manusia maka dari orang tua dulu mejadikan mitos sebagai pembatasan dari keinginan-keinginan manusia. Saya mendapat cerita dari seorang teman bahwa di daerahnya terdapat satu pohon ditengah hutan yang dikeramatkan dan beredar mitos bahwa dipohon tersebut terdapat roh penjaga hutan tersebut dan warga kampung tersebut harus menyediakan sesajen di hari-hari tertentu guna keselamatan daerah tersebut, nah belakangan teman saya cerita bahwa ternyata mitos yang tersebar merupakan cerita karangan warga untuk menyelamatkan pohon tersebut karena pernah ada yang ingin menebang pohon tersebut dan pohon di sekitarnya maka ketika ada orang yang hendak menebang pohon tersebut para warga seketika menghembusakan mitos tersebut sampai terdengar kepada orang

25

yang ingin menebang pohon tersebut dan merekapun tak jadi menebang pohon tersebut, satu mitos menyelamatkan puluhan hektar hutan.

Di era modern ini, mitos mulai digugurkan kekuatan magisnya, dengan pola pikir yang logis-rasionalis, orang modern mulai mendobrak mitos-mitos yang bertebaran di masyarakat.

Orang modern cenderung tak peduli dengan adanya mitos, karena dalam benak mereka, mitos merupakan suatu yang menghalangi kebebasan mereka dalam melakukan apa yang ia ingin lakukan.

Adapun pemanfaatan mitos menjadikan sebuah daerah menjadi tujuan wisata, contohlah yogyakarta yang memanfaatkan mitos sebagai konten wisata. Mereka ( pemerintah Yogya) menciptakan mitos “bahwa barang siapa yang berfoto depan tugu maka pada suatu hari ia akan kembali lagi ke Yogya� apik tho Lur? Haha memanfaatkan bahkan “menciptakan� mitos untuk kepentingan pariwisata, dan masih banyak lagi mitos-mitos yang tak bisa saya ceritakan rinci.

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Arek KituWae, Lur?

( Sebuah Kegelisahan yang Timbul dari Percakapan GrupWhatsapp) Ihsan Ali

Disaat ada salah satu alumni dan berkolaborasi dengan alumni pesantren lain diatas sana, sedang berjuang merawat keberagaman dengan membuka sebuah lembaga pendidikan yg memberikan percontohan tentang keberagaman, eh kalian masih ngobrolin selangkangan; masih ngobrolin jodohku dimana ya, jodohku nyangkut dimana ya dan seabrek pernyataan yg kesemuanya itu bermuara pada selangkangan. Arek Kitu Wae, Lur?

26

CUKANG - Ti Warga Ka Warga Disaat sebagian orang sibuk merawat indonesia dan tak jarang mengorbankan diri sendiri demi perjuangan yg ia kerjakan, kalian masih ngurusi poligami itu boleh ga sih, minum air kencing onta sunah rosul bukan sih, pacaran haram ga sih, jodohku sesuai dengan yg aku inginkan ga sih, update status apa ya hari ini, besok mau beli baju itu ah, kok aku gendut ya, eh kapan ya kita terakhir kita nonton bioskop. Arek Kitu Wae, Lur? Anyeeeeng~ Disaat sebagian orang merawat indonesia dengan membuka sekolah yg pro rakyat miskin, membuat seminar-seminar tentang bagaimana menjadi beragam yg seutuhnya, membuat lingkaran-lingkaran kecil yg membahas tentang kenegaraan, mendatangi lingkaran-lingkaran besar yg membahas tentang perumusan menjadi manusia indoneaia yg sesungguhnya, mencari tahu sejarah silam bangsa kita yang berperadaban besar ini. Sementara kalian masih terus saja ngurusi : kamu kafir aku ga kafir, kamu salah aku benar, surga itu ada atau tidak, di surga itu cuma bidadari bukan bidadara, bidadari disurga itu cantik-cantik ga pernah menua lho, nanti kalau kita masuk surga kita tidak lagi beribadah lho, kok level gameku tidak naik-naik ya. Arek Kitu Wae, Lur? Hanyeeeeeng~

27

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Tiga Arena Ai Nurhidayat

Pernikahan adalah momentum penting. Sementara bertunangan adalah saat paling genting.

Beruntung, telah melewati peristiwa sejam ini dengan lancar bercucur keringat dan bau badan.

28

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Status saya “Menikah”. Jelas beda dengan status “Lajang”. Perbedaan status ini bukanlah menunjukkan gengsi atau membedakan kasta.

Saya tetap hormat dan respect pada temanteman yang menyandang status kedua. Saya juga paham, terutama pada malam minggu, status melajang adalah mendulang penderitaan. Tidak kasat mata, tetapi nyata menyiksa.

Lepas dari pergeseran status, saya sendiri menerima konsekuensi. Mengutip kata Abah Enju Rinekapalwa “Orang yang sudah menikah, bahagianya lebih dari yang lajang. Tetapi juga memiliki masalah yang lebih banyak.” Tentu saja, konsekuensi itu harus diterima dengan seringsering berefleksi dan mengukur penggunaan waktu agar tidak terlalu kewalahan.

Pasca menikah, saya memutuskan untuk membagi arena hidup saya pada tiga hal. Keluarga, Kerjaan dan Hobi. Ketiga arena itu tidak bisa saya abaikan.

Sebagai sebuah institusi terkecil di dalam struktur sosial, saya menganggap keluarga adalah hal pertama yang harus diberi perhatian.

Perioritas ini sangat masuk akal. Bagi saya keluarga adalah rumah tempat ternyaman sekaligus tempat yang selalu mendorong untuk kembali. Senyum, flat dan cemberut isteri adalah 29

kemewahan. Belum lagi, saat ini saya sedang menunggu kelahiran anak pertama. Terbayang sudah, kebahagiaan yang tercipta saat bersama istri dan anak kelak. Membayangkannya saja sudah bahagia. Apalagi bila saya diberi kesempatan untuk memiliki anak sebanyak-banyaknya.

Di belakang konsekuensi menanti.

Sebagaimana sering orang bilang, memiliki anak akan lebih sibuk dan tambah stres. Saya pun dapat menerkanya. Saya hanya berharap, apapun yang terjadi pada saat anggota keluarga menjadi banyak, saya akan berusaha tetap jadi anak pramuka ; rajin menjalankan kegiatan krumahtanggaan, terampil mendidik anak dan gembira bersama mereka.

Kerjaan Terus terang ini menjadi dilema sendiri. Setiap orang tampaknya selalu berharap pekerjaan sesuai passion. Inginnya, pekerjaan mendapatkan penghasilan sebanyak-banyaknya dengan waktu kerjaan sedikit agar lebih banyak waktu untuk keluarga. Walaupun pada kenyataannya, pekerjaan menghabiskan waktu lebih banyak, lebih menyibukkan, lebih menyedot banyak energi dan terkadang harus mengorbankan keluarga.

CUKANG - Ti Warga Ka Warga Titik dilemanya ada pada niat awal bekerja.

Untuk keluargalah tiap orang perlu bekerja agar kebutuhan tercukupi. Akan tetapi, malah kebutuhan keluarga kerap terabaikan garagara bela-belain kerja. Begitu terus. Dilema ini menimpa hampir seluruh spesies manusia di abad ini. Karena itu, kerjaan terbaik adalah yang bisa sangat fleksibel dan tidak terlalu banyak mengambil waktu untuk keluarga.

Hobi

yang berbeda tentang hobi ini. Saya lebih menganggapnya sebagai hal yang menyenangkan.

Jika tidak terlaksana, akan sangat memusingkan.

Setelah berefleksi di lereng Galunggung dan melakukan meditasi di Goa Lanang, saya meyakini hobi saya adalah berkomunitas.

Karena itu, sejak zaman jebet (2006 silam), saya berkomunitas tiada henti. Sampai pada akhirnya harus merambah ke ranah formal dengan mengembangkan sebuah SMK di Parigi Pangandaran. Mengelola sekola adalah hobi? Ya betul. Hobi yang menurut istri saya menghabiskan lebih banyak energi karena berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.

Saya tidak dalam rangka menjelaskan atau curcol soal hobi saya yang mahal itu.

Mahal, karena setiap minggu saya harus mengunjunginya walau jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal saya. Untuk menambah keterangan seberapa mahal hobi itu, nanti saya buatkan artikel berbeda.

Terima kasih sudah membaca.

Saya percaya, tanpa hobi siapapun akan stres.

Hobi terbaik adalah bekerja. Sekali gunakan waktu, dua hal ini terlaksana. Akan tetapi, berapa persen manusia di bumi yang memiliki nasib seberuntung ini? Tentu saja sangat sedikit.

Umumnya, hobi justru bertolakbelakang dengan kerjaan. Jika bekerja mencari penghasilan, hobi umumnya menghabiskan hasil dan menukarnya dengan kesenangan. Ada banyak vasiasi tentang hobi. Tiap sidik jari memiliki perspektif 30

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Masih ada Ibu Pertiwi di Pangandaran Irpan Ilmi Dalam catatan sejarah lisan, seorang ibuk mulai mengabdikan dirinya menebar ilmu pengetahuan diperkampungan kecil. Local Genius for act locally think globaly. Hal ini adalah bagian kecil dalam membangun peradaban umat manusia yang berpendidikan.

31

CUKANG - Ti Warga Ka Warga Sejatinya, mendidik dapat dan harus dilakukan semua orang. Namun, acapkali ini dijadikan alasan, saya tidak berpendidikan, saya tidak bisa memberi pengetahuan pada orang lain. Itu alasan .Dengan gelar kehidupan, dan pengetahuan dari pengalaman, samapai 2016 ini ia terus mengabdikan dirnya tanpa pamrih, tanpa lelah dan aku menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.

Seringkali ketika ia sakit atau pun setelah seharian bekerja, ia tetap memaksakan dirinya untuk mengajar. Untuk keberlangsungan umat.

Dari anak-anak yang sekarang orang tua dan memunyai anak, lapis generasi sudah ia ajar dan saya kira ia akan tetap mengajar sampai ajal datang. Kekagumanku tak pernah habis.

Saya merasa dicambuk keadaan. Diusiaku yang cukup dini dengan penanaman belajar yang lebih dari ibuk itu, kadang aku lebih memilih melarikan diri. Enggan untuk mengajar. Aku merasa lelah.

Manusia macam apa aku ini.

Semua orang ingin anaknya jadi pahlawan.

Lantas penyakit malas itu ibarat virus yang

meracuni otak dan menjalar melumpuhkan seluruh badan. Semisal aku mati, hal apa yang sudah aku lakukan untuk peradaban ini?

Jari jari ini masih menjadi saksi bisu, dari mulutku yang bisu untuk bercerita kepadamu.

Niat sekuat apa yang harus aku tanamkan dalam hati agar aku mampu konsisten melakukan pendidikan?

Kita hanya perlu keinginan untuk menjadi pendidik, tambah bumbu istiqomah dalam keadaan apapun untuk terus mengajar, soal pengetahuan akan bertambah seiring pengalaman dan membaca keadaan secara terus menerus.

2016 Beliau mengajarkanku tentang kekuatan berbagi tanpa harus meminta. Tak ada sepeserpun rupiah yang ia minta dari orang tua siswa, ia hanya ingin orang tua siswa berpartisipasi dalam pendidikan -mengantarkan anak masing masing untuk belajar kerumahnya - dan terus menggandeng anaknya dalam belajar setiap saat.

32

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Pembentukan ruang sosial ini adalah pembangun kehidupan yang hidup. Pendidikan untuk semua kalangan. Sejatinya, masyarakat Indonesia cukup tinggi dalam hal empati, mereka peduli untuk membangun, mereka sadar estapeta pendidikan unggul harus berlangsung dan setiap generasi harus mendapat pendidikan yang lebih baik.

Ibu yang mengabdikan diri untuk pendidikan ini terletak di Kab. Pangandaran, Kec. Parigi, Ds. Cintakaraya, Dsn. Cikubang, dengan nama Engkan Nur Aini. Beliau hanya lulusan SD dipelosok Pangandaran. Semangatnya untuk belajar lah yang ia tukarkan pada anak anak sekarang ini.

Beliau tidak mengajari anak anak di sekolah formal, melainkan belia mengajar di sekolah non formal madrasah diniyah. Pendidikan spiritual adalah pendidikan jiwa yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Begitulah prinsipnya.

33

CUKANG - Ti Warga Ka Warga Yang ia ajarkan tidak muluk muluk dan tidak sehebat sarjana sarjana jebolan perguruan tinggi ternama. Ia hanya mengajarkan peserta didik mengaji Alif, Ba, Ta, Tsa, dst. Sampai Al Quran tingkat lanjut. Hebatnya, peserta didik yang ada dalam asuhannya kelas 2 Sd sudah haram quran. Kenapa hebat? Jika dibandingkan dengan anak 10 tahun yang sudah hafal quran memang tidak apa apanya, tapi ditengah tengah ketidak pedulian masyarakat akan pendidikan spiritual dan keengganan generasi sekarang untuk mengaji, maka itu adalah suatu hal yang hebat.

Tekad untuk mengabdikan diri selama berpuluh puluh tahun adalah konsistensi yang jarang ditemukan, tentu tanpa pamrih. Disinilah ibuk pertiwi ada, ada untuk generasi.

34

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Tah ieu sawah lembur mangsa usum nyambut

Masa Kecil Ku Iyeng Satengah Genep Sesukses apa pun kita sekarang, setinggi apapun jabatan yang kita sandang, sejauh manapun kita melanglang, kita takan pernah lupa tempat dimana kita dilahirkan, tempat yang akan selalu dirindukan , dan akan jadi kenangan dimasa yang akan datang

B

egitupun dengan diriku yang menghabiskan masa kecil di sebuah dusun terpencil, terpenciiiiil banget, bahkan saking terpencilnya google earth pun tak dapat menemukannya.... Atau mungkin aku lahir pada jaman pra sejarah. Jaman dimana penerangan masih menggunakan damar cempor karena listrik belum masuk, belum ada yang namanya BB Gemini, hape yang kipetnya tareluas. Belum ada D’academy acara yang nyanyinya satu lagu tapi dikomentaran dua jam satengah. Bahkan belum lahir penonton alay 35

di acara dahsyat yang jogednya cuci jemur cuci jemur.Tapi dengan semua kesederhanan yang jauh dari tekhnologi morednisasi, tidak mengurangi kecerian kami untuk tetap gembira mengisi hari.

Menghabiskan masa kecil kami pada jaman harita.

Aku rindu tampian yang ada di sawah lembur, airnya sejuk dan menyegarkan, ( kela ari kalian tau tampian ga? tampian itu sumur, tapi de’et).Tempat kami mandi, tempat kami parebut batok kalapa sabeulah sebagai pengganti gayung. tempat orang tua kami nyeuseh dan ngisikan.

CUKANG - Ti Warga Ka Warga Aku rindu..... dimana kebahagiaan itu, saat maen bola dengan babaturan di sawah dan kalo datang hujan lapangan pun jadi ledok jiga beunget kabogoh kamu. Dimana gawangna menggunakan talajak bekas turus kacang. Bola nya menggunakan bal plastik yang di colok make peniti biar tidak lingas. Kickoff nya jam opat sore dan suara adzan maghrib menjadi pertanda injuri time bahwa pertandingan akan segera berakhir.

Aku rindu saat usum ngarambet. Kita bisa ngurek belut di sawah. Berikut heureuy nyieun liang belut palsu menggunakan curuk biar babaturan kita katipu.

Aku rindu... Maen loncat tinggi dengan barudak awewe. Menggunakan karet gelang yang diruntuykeun. Karena bisa noong cangcut awewe saeutik.

Aku rindu.... Saat barudak awewe nyieun bal dari pucuk daun caruy. Terus bolana ku aing disoekeun. Budak awewena ceurik dan bebeja ka bapana.

Aku rindu.... Balik sakola ngala buah joho di Astana padahal aratah keneh. Tapi tetep we digayem. Walaupun menyebabkan huntu linu.

Aku rindu. Maen gobag sama akang-akang yang sudah pada remaja. Walaupun sebagai anak

bawang, cuma lulumpatan we aku mah teu di anggap,.. Tapi da resep aslina. Aku rindu..... Balik sakola huhujanan, berpayungkan daun cau, lalu hareureuy with babaturan silih soekeun yang ahirna jibreg saawak awak.

Aaaah, aku rindu itu semua, aku rindu kampung ku yang dulu, aku rindu masa kecilku.

Jaman ayeuna mah ga rame. Barudakna teh cuma tau gadjet we jeung gadjet. Alay dan galau we tau na teh. Barolon keneh udah pada bobogohan, pake panggilan sayang ayah dan bunda (ni rujit).

Dikit dikit galau,.... kabogoh na Ulin jeung tutup termos GALAU,.... kabogohna moro lalayangan GALAU,... kabogohna make bokser anu karetna geus meral GALAU.... dan kalo udah gitu biasanya dipoto sambil cirambay.

Nangis, leweh. Lalu potona diupdate di sosmed dengan caption “tuhan aku ga sanggup, jemput aku tuhan�.... Samarukna Tuhan teh ojeg online make menta dijemput sagala.

Tapi kegembiraan masa kecil bukan hanya milik kami yang lahir di jaman dulu. Mungkin rame di jaman dulu belum tentu rame di masa kini. Kesimpulannya jaman apapun kalian lahir tetaplah bergembira. Lakukan hal-hal positif dan tetaplah berkarya. Karena masa kecil akan selalu kalian rindukan.

36

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Antara Mang Saswi dan Anggun C Sasmi Andi Nurroni Mang Saswi adalah sosok yang sedang naik daun di dunia hiburan televisi Indonesia. Membawakan peran sebagai paman Sule dalam program “Ini Talkshow� di NET TV, lelaki berdarah Sunda itu menarik perhatian pemirsa karena leluconnya yang segar.

37

CUKANG - Ti Warga Ka Warga Pria yang ‘gak ganteng-ganteng amat’ itu berhasil membuat ciri khasnya sendiri, yakni membawakan parodi-parodi iklan atau lagu dengan cara yang menggelikan. Inspirasinya adalah rupa-rupa makanan dan minuman, khususnya khas Tanah Pasundan.

Pemirsa Ini Talkshow tentu sangat menanti aksi Mang Saswi menyeruput cangkir kopi sambil berujar, “Kopiku kental...” Adegan itu dia lakukan dengan ekspresi wajah penuh kenikmatan.

Sementara itu, para bintang tamu akan menatap polah mang Saswi dengan wajah takjub sekaligus cemas.

Wajar memang bintang tamu menatapnya dengan cemas. Itu karena mereka biasanya dipaksa mengikuti parodi kocak yang disadur dari iklan produk kopi itu. Selain parodi iklan kopi, ada juga sejumlah plesetan lagu yang biasa dibawakan Mang Saswi. Di antaranya bertema ‘bandrek’ dan ‘cendol’. Itu adalah dua jenis minuman tradisional dari Tanah Priangan.

Hal menarik, lagu asli yang disadur Mang Saswi menjadi parodi bandrek tak sengaja saya temukan ketika berselancar di laman Eurovision.

Eurovision tak lain adalah ajang kontes musik paling akbar di dataran Benua Eropa.

Lagu yang disadur Mang Saswi dibawakan kontestan wakil Italia Domenico Modugno berjudul “Nel Blu Dipinto Di Blu” pada ajang Eurovision ketiga, tahun 1958. Meski hanya menjadi juara ketiga, lagu yang lebih populer dengan judul “Volare” itu dinobatkan sebagai tembang Eurovision terlaris sepanjang massa.

Para paus jazz dunia, seperti Lous Armstrong, Franks Sinatra dan Ella Fitzgerald pernah menggubah lagu tersebut. Begitu juga para maestro seriosa, seperti Luciano Pavarotti dan Andrea Bocelli sempat membawakan lagu tersebut.

Meski begitu, irama yang diparodikan Mang Saswi dengan tema “bandrek” sendiri diambil dari versi Gipsy Kings. Gipsy Kings adalah grup musik beraliran rumba yang dibentuk sejumlah keturunan imigran Katalunya di Montpellier, Perancis.

Lagu “Volare” yang tadinya bertempo lambat digubah berirama cepat sehingga cocok mengiringi tarian salsa atau rumba. Lagu tersebut dirilis pada tahun 1989 dan menembus tangga lagu favorit di sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat.

Musik Gipsy Kings yang diparodikan Mang Saswi tidak hanya “Volare”. Ada juga lagu berjudul “Bamboleo” yang diaplesetkan dengan tema cendol menjadi “cendoleo”.

Di Indonesia, grup musik Gipsy Kings rasanya tidak terlalu populer. Mungkin hanya kalangan tertentu saja, khusunya generasi 80-90-an, yang tahu grup tersebut dan familiar dengan musikmusik mereka. Nah, Mang Saswi yang berusia 40-an tahun itu agaknya satu dari sedikit orang yang akrab dengan musik Gipsy Kings. Salut Mang!

Kreativitas Mang Saswi menggubah lagu rumba dengan parodi bertema penganan daerah adalah ide lawakan yang baru di panggung hiburan tanah air. Apa yang dilakukan Mang Saswi bukanlah komedi konyol yang tidak mendidik—seperti banyak lawakan di televisi Indonesia. Lebih dari itu, Mang Saswi telah mengenalkan Budaya Sunda, yang merupakan salah satu kekayaan Indonesia, kepada khalayak lebih luas.

Salutnya, semua itu dilakukan Mang Saswi dengan penuh percaya diri dan kebanggan.

Seolah dia tidak peduli pemirsa yang bukan kalangan Sunda mengerti atau tidak dengan kata-kata yang dia ucapkan. Tapi buktinya, Mang Saswi sukses merebut simpati pemirsa di berbagai daerah di Indonesia. Dia jelas telah menembus batas-batas kedaerahan atau kesukuan.

Orang Aceh yang tadinya tidak tahu bandrek mungkin akan langsung mencarinya di internet.

Begitu juga orang Papua, mereka juga jadi tahu ada minuman biji tepung bersantan yang bernama cendol. Mengangkat lokalitas di panggung nasional jelas membutuhkan keberanian dan cara komunikasi yang baik. Di 38

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

sinilah keberhasilan Mang Saswi. Sosok Mang Saswi ini tentu bisa dijadikan inspirasi selebritas dari suku bangsa lain di Indonesia.

Sampai di sini, kok terasa ada yang terlewat.

Lalu di mana itu cerita tentang Anggun C Sasmi seperti dijanjikan di judul? Apa juga kaitannya diva Indonesia-Perancis itu dengan Mang Saswi?

Seperti saya sampaikan sebelumnya, saya menemukan lagu “Volare” di laman Eurovision.

Ceritanya, ketika itu saya sedang membacabaca tentang kisah Anggun. Salah satu prestasi terbesar Anggun di jagat musik adalah menjadi utusan Perancis dalam ajang Eurovision tahun 2012 di Baku, Ajerbaidzan. Bagi sebagian orang, ini mungkin berita lama. Tapi untuk saya sendiri, jujur saya baru mengetahuinya. Hehe…

Bagi Anda yang baru tahu, jangan membayangkan Eurovision sejenis program “American Idol” atau “American Got Talent”.

Kontes itu tak ubahnya kejuaraan olahraga, di mana negara dan bangsa-bangsa di Eropa mengadu martabatnya.

39

Setiap tahun, negara-negara Eropa memilih duta mereka dengan cara pemungutan suara.

Hal menarik, tahun 2012 itu, warga Perancis memilih Anggun sebagai utusan bangsa mereka di ajang Eurovision. Terpilihnya Anggun melalui voting disebut sebagai bentuk frustrasi masyarakat Perancis yang sudah lama tidak memenangi Eurovision.

Anggun bahkan dianggap kesempatan terakhir Perancis untuk memenagi ajang yang terakhir mereka juarai tahun 1977 itu. Meski begitu, terpilihnya Anggun bukannya tanpa kontroversi. Sebagaian menganggap perempuan kelahiran Jakarta, Indonesia itu “kurang Perancis” untuk mewakili negara tersebut.

Anggun sendiri sangat senang dan percaya diri membela negara barunya itu. Kepada surat kabar Le Parisien, seperti dikutip Wikipedia, Anggun pun mengomentari kesempatan itu dengan kata-kata yang indah:

CUKANG - Ti Warga Ka Warga “Ini merupakan sebuah kehormatan bagi saya yang berasal dari Indonesia, yang baru menjadi warga negara Perancis sejak tahun 2000. Saya mungkin melambangkan Perancis hari ini, negara yang terbentuk dari beragam budaya.

Negara Anda telah memberikan saya sebuah bahasa dan identitas yang indah. Diam-diam, kita semua sebenarnya ingin kemenangan. Saya akan bersinar untuk Perancis!”

Tampil dalam ajang dengan tata panggung yang sangat megah itu, Agun membawakan lagu “Echo (You and I)”. Tembang itu diambil dari album internasional ke-5 miliknya, “Echoes”.

Menurut saya, musikalitas serta aksi panggung Anggun sangat memesona. Berperan sebagai penari latar, sejumlah pesenam berjumpalitan dengan atraktif di sekitar dia.

Lagu bergenre pop-elektronik itu dibawakan Anggun dengan memukau dan sangat berkelas dunia. Tak lupa, pada akhir penampilannya, anggun menyampaikan syukur dalam tiga bahasa.

“Mercy, thank you, terimakasih…!” teriak dia.

Ah, Anggun, sungguh berani kau mengucapkan kata “terimakasih” itu. Saya sendiri tak yakin ada orang Indonesia yang menyaksikan Anggun di sana. Bagi saya, keberanian Anggun mengatakan “terimakasih” itu bukan hal sederhana. Lebih dari kata-kata, ucapan Anggun menurut saya adalah ekspresi kemerdekaan seorang warga bekas negera jajahan. Dalam istilah psikologi, rasa minder bangsa-bangsa yang pernah mengalami kolonialisme itu disebut “inferiority complex”.

Sayang, penampilan Anggun tampaknya kurang memikat warga Eropa yang menjadi juri melalui SMS. Ya, itu toh hanya urusan selera. Loreen, penyanyi Swedia keturunan Maroko, akhirnya memenangi ajang tersebut dengan lagunya “Euphoria”. Jujur, aksi Loreen ini memang keren.

Bagi saya, Mang Saswi dan Anggun adalah dua sosok selebritas yang menarik. Keduanya tidak kehilangan jati diri menghadapi dominasi budaya asing di sekitar mereka. Mang Saswi dan Anggun jelas adalah inspirasi bagi generasi muda Indonesia yang kerap tak percaya diri terhadap asal-usul mereka.

40

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Pangandaran dalam pusaran kaum milenials

Rizki Siapa sih yang gak tau milenials?

Rasaya di tahun 2018 ini orang orang sudah tidak asing lagi dengn kata kata yang satu ini, yappp milenial adalah julukan bagi anak muda generasi Y (generasi setelah Generasi X) yang dimitoskan sebagai generasi yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, para peneliti menggolongkan generasi ini dari rentan kelahiran Pertengahan 1980, 1990, sampai 2000-an, terkadang generasi ini juga disebut sebagai “Echo Boomers� karena adanya ‘booming’ (peningkatan besar) tingkat kelahiran di tahun 1980-an dan 1990-an.

41

CUKANG - Ti Warga Ka Warga Karakter milenials sendiri memiliki eberapa ciri ciri khusus yang tidak dimiliki generasi sebelumnya antara lain : • Connencted : yang mana mereka mampu bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan dam komunitas yang merak ikuti, mereka juga aktif berselancar di media sosial internet karna bagi mereka hal semacan itu adalah bukan lagi sebagai hal yang tersier lagi tetapi sudah menjadi hal yang sekunder. Selanjutnya adalah • Creativ : mereka adalah tipe orang yang berfikir out of the box dan cenderung nyeleneh tetapi bisa mengkomunikasikan ide dan gagasan dengan cemerlang, yang terakhir dan ciri paling dominan dari milenials adalah • Conffidence generasi Y ini adalah jenis manusia denga percaya diri tinggi, tidak sungkan sungkan mengemukakan pendapat, berdebat, karakter ini terkonfirmasi dengan tak sungkannya mereka meng upload foto foto Selfie dan dengan percaya dirinya

melakuakn debat di media sosial.

Yang paling unik dari generasi ini adalah kontradiktif nya karakter yang mereka miliki, beberapa sifat unik yang sangat terlihat dan menonjol adalah : Toleran terhadap perbedaan tetapi tidak tahan terhadap hal yang berbeda dan menyulitkan, selanjutnya adalah memiliki ambisi untuk merubh dunia tetapi tidak mau bersusah payah dan memulai dari hal yang kecil, dan yang paling parah adalah Selalu berambisi pada tujuan tetapi merela tidak fokus mengerjakan, dalam sisi lain Kaum milenials ini lahir sesudah gnerasi X yang sudah matang dan Mapan Nah ini adalah satu anugrah dan sekaligus musibah bagi kaum yang satu ini, Selain itu adalah angkatan ini akan mengalami bonus demografi, perlu kita ketahui nih, bonus demografi adalah lonjakan angkatan kerja yang didominasi oleh pemuda dengan usia produktif bekerja antara (15 sampai 65 th) pada tahun 2020-2030 diperkiran bakal ada 180 juta orang dengan usia produktif dan hanya ada 60 juta orang yang tidak produktif, tetapi lagi lagi hal ini

42

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

memiliki dua sisi yang berlawanan dalam satu sisi Bonus Demografi ini bisa sangat menguntngkan dan bisa menguntungkan perekonimian Indonesia dalam sisi lain ada hal serius jika “Bonus� ini tidak di manfaatkan. Salahsatu contoh negara yang tdiak bisa mengambil keuntungan dari Bonus ini adalah Afrika Selatan dan Brazil tetapi negara tersebut tidak bisa memanfaatkan dengan baik dan sampai saat ini Brazil masih terjebak dalam MiddleIncome trap karena ketimpangan ekonomi yang sangat hebat.

Apakah Pangandaran juga punya kaum milenials dan terkena dampak Bonus Demografi? Jawabanya Iya, Pangandaran yang notabene adalah kabupaten yang baru lahir yang bermimpi ingin langsung bisa berjalan juga akan terjangkit “Virus� Milenials dan juga akan terkena dampak Bonus Demografi, sehingga perkembangan yang terjadi akan 43

CUKANG - Ti Warga Ka Warga beriringan antara pembangunan Fisik (gedung, rumah sakit, sekolah, fasilistas Umum “termasuk taman� Dll) yang berbentuk Infrasruktur dengan pembangunan Kualitas manusianya, Beberapa bukti bahwa masyarakat pangandaran juga adalah milenials antara lain dengan semakin banyak akun akun baik di facebook, twitter dan Instagram yang mengatasnamakan pangandaran dalam beberapa perspektif berbeda, beberapa mengangkat tentang bagaimana wisata pangandaran, yang lain megangkat budaya dan gaya hidup masarakat, dan tak jarang menunjukan bagaimana sisi lain pangandaran yang jarang diketahui khalayak ramai, Diluar dari itu banyak komunitas komunitas yang bermunculan bak jamur di musim hujan, hal ini bukan tanpa alasan karna memang kaum milenials ini adalah tipe “mahluk� yang selalu ingin Show Up dan muncul kepermukaan. Lebih jauh dari itu, komunitas komunitas yang muncul ini memiliki andil besar dalam pembangunan Pangandaran, beberapa bahkan menjadi pelopor yang bisa dibilang sangat sukses dalam membangun komunitas secara masif dan progresif, salah satu contohnya adalah komunitas Plangkton yang bergerak di bidang literasi dengan memiliki rumah baca nya sendiri dan yang selanjutnya adalah komunitas Sabalad yang menjelma menjadi Ikon baru komunitas di Pangandaran dengan SMK Bakti Karya nya, Dengan melihat potensi yang sangat besar yang dimiliki Milenials Pangandaran ini, seharusnya bisa

menjadi sebuah celah yang bisa di manfaatkan baik dalam pembangunan ekonomi, pendidikan, bahkan politik, seperti yang tadi saya paparkan bahwa Milenials ini ibarat Pedang bermata dua yang bisa saja jika tidak diwadahi, dan di bimbing dengan baik maka akan menjadi bumerang yang jusrtu akan merugikan Pangandaran itu sendiri, seyogyanya pemerintah dalam hal ini memiliki kekuatan untuk mengatur dan mengarahkan, tetapi diluar itu pemerintah juga harus memberikan peluang dan kepercayaan terhadap anak muda di pangandaran sehingga ruang ruang yang tadinya hanya bisa di akses oleh Generasi X, bisa pula di akses Milenials.

Contoh kongkritnya saat ini Pangandaran belum memiliki media Khusus (Seperti PangandaranTV jika dalam hal Media elektronik, Lapangan Sepakbola yang memadai, Sarana Olahraga, Perpustakaan yang Nyaman dll ) yang dapat mewadahi kreatifitas anak muda di pangandaran, sehingga kaum muda yang memiliki potensi yang luar biasa itu melakukan hal hal yang positif, contoh kongkrit bagaimana bonus demografi ini akan berhasil jika dikelola dengan baik adalah Jepang, Pangandaran bisa berkaca pada negara satu ini bagaimana Jepang menyipakan Lonjakan Penduduk dengan sangat baik, mereka mulai memperbaiki sistem pendidikan, kesehatan dan yang paling penting adalah Sektor ketenagakerjaan yang memberikan peluang besar untuk para kaum muda, hal ini akan berdampak sangat signifikan mengingat Pangandaran sebagai daerah baru yang ingin berkembang,

44

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Negeri Bahagia “Dongeng mampu mewarnai peradaban suatu negeri” Dwi Rahmah Hidayati

Sejak dulu, mendongeng dipercaya mampu mewariskan ide, gagasan, nilai-nilai, dan pesan dari generasi ke generasi. Apalagi jika ditanamkan sejak dini, akan mengakar kuat dan menyebar luas mewarnai peradaban. Kondisi sosial yang tengah terjadi di suatu negeri, dapat ditelusuri asal mulanya dari dongeng yang berkembang dan diwariskan kepada generasinya.

Indonesia saat ini, merupakan “produk” dongeng yang berkembang dan diwariskan sebelumnya.

Mari bernostalgia! Masa kanak-kanak mulai generasi 80-90an tentu sangat akrab dengan dongeng legendaris “Si Kancil Mencuri Timun”.

Popularitas fabel ini mengalahkan daya tarik 45

fabel nusantara lainnya. Kita begitu hafal tokoh, alur cerita, dan nilai-nilainya. Bagaimana tidak?

Cerita itu didongengkan secara intensif dan masif di Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), maupun di keluarga setiap menjelang tidur. Sayangnya, kelicikan, menipu, dan strategi mencuri Si Kancil yang lebih nempel di alam bawah sadar pembaca dan pendengarnya.

Ide Si Kancil begitu mudah dan cepat menyebar, mempengaruhi pola pikir dan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, terbawa menjadi sikap hidup hingga dewasa. Memasuki pergaulan, dunia sekolah dan kerja. Dampaknya, kasus penipuan dan korupsi memenuhi topik

CUKANG - Ti Warga Ka Warga berita baik cetak maupun elektronik. Indonesia, menduduki posisi 13 dari 30 negara sebagai negara terkorup se-Asia Pasifik, dan ke-90 dari 176 negara di dunia (Liputan 6.com, 2016).

Di sisi lain, Inggris dikenal sebagai negeri penakluk di dunia. Jika ditelusur, sejak usia 0-5 tahun anak-anak Inggris selalu mendengar dongeng bertema penaklukan, sabar dan kerja keras. Misalnya dari dongeng “The Knight and The Dragon”, yang menceritakan seorang ksatria, dengan gagah berani melawan naga besar yang berkekuatan besar. Lalu, dongeng “Dick Whittington and his Cat” tentang seorang anak laki-laki miskin yang sabar dan bekerja keras. Dongeng tersebut berhasil membentuk mental penakluk, sabar dan kerja keras penduduk Inggris.

Contoh fenomena yang terjadi di dua negeri tersebut, membuka pandangan bahwa dongeng terbukti mampu memasifkan ide, nilai-nilai dan sikap hidup. Pun, membentuk sikap mental seseorang-masyarakat suatu negeri. Pada akhirnya, mampu mewarnai peradaban suatu negeri. Ampuh. Dipertegas oleh Professor Robert McKee, seorang pengajar menulis kreatif bahwa “mendongeng merupakan cara terampuh untuk mengutarakan ide kita kepada dunia”. Jika ide yang disampaikan positif maka

yang tersebar ke dunia, positif. Jika ide yang disampaikan negatif, yang tersebar juga negatif.

Semua tergantung pada pilihan.

Demi “mendidik manusia dan membangun Indonesia”, pilihan tentu tertuju pada mengutarakan ide positif kepada dunia.

Mendongengkan nilai-nilai positif kepada generasi, menumbuhkan nilai-nilai kebaikan, dan menyebarluaskan misi perdamaian. Darurat poin nilai yang perlu didongengkan kini, antara lain memahami diri sendiri, memahami orang lain, kasih sayang, saling menghargai, memahami keberagaman, menolak kekerasan, mengakui kesalahan, memberi maaf, saling menolong, saling berdiskusi, tidak berprasangka, cerdas bertehnologi, menjaga bumi, dan bekerjasama.

Mari tulis dongengnya, dan mendongenglah!

Kepada anak, saudara, keponakan, tetangga, teman, murid, dan siapa saja.

Setiap manusia menghidupkan nilai positif, nilai baik, misi perdamaian. Setiap manusia bertemu damai, bahagia, dan sejahtera.

Puncaknya, setiap manusia berhasil membangun negeri bahagia(nya).

Tentang penulis Penulis adalah pegiat pendidikan dasar dan tim Gerakan Mendongeng (Gendong) Indonesia.

Berupaya menyebarluaskan nilai-nilai kebaikan dan konservasi lingkungan sejak dini lewat dongeng keliling sekolah dan #dongengdigunung.

Bertualang bersama ke negeri bahagia yuk!

Kontak saya di dwirahmah.h@gmail.com atau whatsapp di 085735900822.

Bacaan: Muliana,Vina A. 2016. “10 Negera Paling Korup di Dunia, Mana Saja?”, (Online), (http:// bisnis.liputan6.com/read/2422978/10-negarapaling-korup-di-dunia-mana-saja), diakses 01 Februari 2018.

46

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Bobroknya Suatu Negara Anda, Akibat Anda Membiarkan dan Menghancurkan Generasi Mudanya Nanang Mulyadi 47

CUKANG - Ti Warga Ka Warga Jika membaca ungkapan di judul mau tidak mau , setuju atau tidak ,, jelas sekali bahwa tegak berdirinya sebuah bangsa berada ditangan generasi mudanya. Dalam sejarah pergerakan dan berdirinya Bangsa Indonesia kaum muda selalu tampil terdepan dengan segala potensi, semangat, dan cita-citanya, bahwa negeri ini haruslah menjadi sebuah negeri yang merdeka dari segala jenis bentuk penjajahan. Bahwa negeri ini haruslah menjadi negeri yang mensejahterakan rakyatnya dan bahwa negeri ini haruslah menjadi negeri yang mencerdaskan masyarakatnya, dan bahwa negeri ini haruslah tampil dimata dunia sebagai sebuah bangsa yang jaya sesuai dengan cita-cita yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945.

Salam sejahtera bagi kita semua... Nama saya Nanang Mulyadi , Alamat Dusun Ciwangkal , Rt/Rw, 03/01 Desa Cimindi Kec. Cigugur. kab.

Pangandaran. Jabar. Saya berasal dari latar belakang keluarga yang tidak baik,kurang mampu,broken dst... Cie curhattt..!

5 tahun yang silam.. Saya bertemu dengan sosok manusia yang amat unik , menyeramkan , selengeean , tapi itu hanya penampilan nya saja , jika sudah berbicara dengan nya , ternyata suka mencerahkan pikiran dan hati saya , sampai saya pernah berkata dalam hati dan tidak percaya bahwa “ dia adalah sosok Dewa... Dewa Pendidikan maksudnya “ Waktu itu sosok nya berkata lewat puisinya “Seperti Macan yang Mengaung Dipinggir Kali , Menatap Kesawah , Menyaksikan Kehidupan yang Sesungguhnya “ Saya menerjemahkah puisi itu sendiri : jika ingin mendapatkan hasil yang baik, maka segeralah anda harus melakukannya sesuatu dari sekarang.

Sosok itu memberikan beberpa banyak hal kepda saya , diantara nya Sadar bahwa dengan mencari teman dan menjaganya itu merujuk ke sebuah perdamaian.

2. Tunjukkan kepada teman pentingnya belajar dimanapun dan kapanpun juga. (Belajar tidak hanya di Sekolah saja). Dengan berbagi kita bisa banyak mendapatkan ilmu. Sebab ilmu bukan hapalan tapi ilmu untuk menyelesaikan permasalahan....

Wooow.. Amazing...

48

CUKANG - Ti Warga Ka Warga Salahsatu nya dengan kami membuat wadah atau perkumpulan dari mulai anak-anak , remaja , pemuda , juga orang tua... Bahkan waria. Hee.. siapa saja yang ingin terlibat.

Akhinya 1 bulan setelah bertemu beberapa kali , kami langsung membuat wadah atau sebuah komunitas . Namanya Komunitas Belajar Sabald.. Nah kata Sabalad itu sendiri berasal dari bahasa Sunda yang mempunyai arti “siapapun teman” . Kalau di ceritakan tidak muat dalam satu Rim kertas HVS pun.. Hemmmmm...

Kami pun langsung bergerak mencari pertemanan dengan para pemuda yang ada di Kab. Pangandaran , tidak berlangsung lama komunitas Sabalad pun diresmikan dengan Visi dan Misi : “Mencari teman sebanyak-banyaknya dan mencari Ilmu selama- lamanya.”

Ternyata berteman , berdiskusi , juga berjejaring itu menyenangkan . sampai komuniatas Sabalad berjalan hingga 5 tahun , tidak hanya itu , komunitas Sabalad banyak menginspirasi orang Sayapun terispirasi ingin membuat perkumpulan para pemuda di kampung halamanku yang bertempat di kecamatan Cigugur. Apadaya Tuhan mendengarkan do’a itu semua. Suatu rencana Tuhan , masyarakat memberikan sebuah kepercayaan. Saya dijadikan seorang ketua RT. Nah disitulah kesempatan saya untuk membuat Inovasi-inovasi tentang Pemuda Jaman NOW. Akhirnya saya mempunyai komunitas Baru ditempat saya tinggal , namanya Komunitas

49

CUKANG - Ti Warga Ka Warga Pemuda Baranang . ( BARANANG : Barudak Rt Nanang ) hihihihi.

Sekilas barudak RT Nanang , sebenarnya bukan lebih memaknai ke Rt Nanang nya.

Baranang itu berasal dari bahasa sunda , yang artinya : sesuatu yang sangat terang , dan kami mempercayai ini semua berkat penerangan Tuhan. Karena ini bukan tentang saya ,mereka atau siapapun... Tapi ini tentang generasi muda negeri tercinta ini yang bercahaya , menjadikan suatu titik penerang bagi semua kalangan , baik Suku , budaya , Agama , Ras, Adat istiadat.

Memaknai kata Baranang itu .. Ada filosofinya : baranang itu Identik dengan Bintang , jika suasana langit dalam keadaan apapun dan munculah bintang yang baranang ( berhamburan dengan menyala memancarkan cahaya nya sendiri ) tanpa kita sadari hati pun merasakan keindahan dan keagungan Tuhan. , BARANANG bisa menjadi cahaya negeri ini.

Karena itu , sudah waktunya bagi kaum muda untuk mengasah kemampuan memimpin (leadership) sehingga tidak kaget tatkala didapuk menjadi pemimpinpemimpin bangsa, menggantikan peran pemimpin-pemimpin bangsa saat ini.

“Pemuda itu subjek pembangunan dan harapan bangsa. Pemuda harus menjadi problem solving dalam mengatasi persoalan bangsa saat ini , “ Mudah-mudahan dengan lahir nya

Komunitas Pemuda Baranang yang lahir dari Komunutas Sabalad kedepan bisa melahirkan komunita-komunitas Baranang berikut nya diseluruh negeri ini , untuk Negeri ini pula. Sebab tantangan bangsa ini kedepan sangat multidimensi sifatnya. Karena itu, sudah seharusnya pemuda menghilangkan eksklusifisme pada diri masing-masing. Sebab sikap individualistis dapat mengurangi rasa kepekaan pemuda terhadapa nasib kaum dan bangsa ini.

Oke Sukses Kawan - kawan ku semua..

Sukses Sabalad , Sukses Baranang.

Sabalad “Ngabalad salilana”, Baranang “Nyaangan sakabehna”. Disingkat jadi SABAR ( Sabalad Baranang ) Buat kawan kisah saya di Sabalad : Kangguru Andang Nusaputra, Gara kerud, A Aboer, Bang Jek, Gian Septian, Temon, Bang Sams, Athif, Irfan Ilmi, Heru Irawan, Angin bebas, Dedi, Asep Barok, Junot, Kang Maman, Pagadungan, Heri Nurdiansyah, Akso Adul, Haidir Ihsan, Jujun junaedi, Bobob Presss Di Ultah sabalad tahun depan kalian harus sudah bisa memperkenalkan komunitaskomunitas baru kalian...

Saya tantang itu..!!!!

Buricak .. Baranang.... Jelegerrrrrrr.!!!

WASALAM Nanang Mulyadi 1 Februari 2018

50

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Belajar “Pengalaman adalah guru, Alam raya itu sekolah mu�

Penggalan lirik dari B.I.P ini mengingatkan kita bahwa guru terbaik adalah pengalaman. Maka berkarya lah, Maka kau akan mengetahui 51

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Jalan Panineungan Iyeng Satengah Genep

Ngan kadangu pak ‘aduh’ , basa ban motor meleset kulantaran neumrag batu nu rada gede. leungeuna muntang pageuh kana jeket nu kukuring di pake, kareret tina kaca spion paromana rada muringis semu nu sieun. tapi kuring teu wani nanyakeun, panon tetep anteng merhatikeun jajalaneun nu rek kaliwatan,....

52

E

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

nya apan manehna nu ngajakan ngaliwat ka lebah dinya teh, itung itung panineungan ceuk manehnamah, jalan anu kungsi kaliwatan ku manehna basa masih keneh babarengan jeung cintana anu kiwari geus ninggakeun.Jalan aspal anu geus lila teu karawat, barolong diditu didieu, mun seug usum hujan mah moal teu loba cai ting keyembeng di jalan teh, jalana tarahal pisan teu bisa di pake rusuh, boro boro wani ngebut, matak wegah neruskeun lalampahan, cacak lamun kuring sorangan mah boa daek oge ngaliwat ka jalan eta.

Tapi haritamah jalan teh asa ngabulungbung we, sanajan manggih tanjakan anu sakitu netekna, teu ieuh ngarasa gimbir boro boro aya rasa sieun, teuing lamun kabangbalerkeun kunu keur di bonceng, nu teu weleh nunjukeun imutna. imut anu matak niruk kana jajantung matak newek hulu angen. sakapeungmah sok ret ngareret kana rarayna, dititenan ti mimiti tarangna, irungna, biwirna, pipi jeung gadona, meni asa muji kanu ngadamel-Na, aya ku merenah nyurupkeuna, mun dina lukisan mah puguh komposisina, Mun dina elmu geometri, simetris pibasaeunana teh.....

Anggang tina buuk nu dipasieup ku amis cau, nepi kana halis, estuning merenah katembongna

53

teh. Tarang henteu lega, henteu heureut. Boa nu kitu nu disebut teja mentrangan teh....

Ari nu ngaranna irung, teuing naon atuh pibasaeuanana. Disebut mancung teuing henteu, demes mah sumawonna. Meujeuhna we, boh kamiringanana, boh ukuranana.

Panonna nu kitu tea mah. Matak ngaranjug mun pareng ngelet, Panon nu semu ceuleuyeu, dipapaesan buluna nu carentik. Panon anu saban ngagiler, kawas nu nyorotkeun cahaya.

Ari warna kulitna teh. Koneng lain, bodas lain, jajauheun kana hideung mah. Katembongna semu leueur, matak tisoledat laleur, Mun dicabak, ku kira-kira, hipuna moal henteu kawas apem, lemesna moal henteu kawas tipung, Cacakan lamun kasorot hibarna layung moal boa baris hurung mancur lir emas sinangling.

Kitu apan anu sok dipapantes dina dongeng wa kepoh oge.

Lumaku bari rada malaweung, diselingan ku nyawang kana rupa2 kaendahan nu aya di manehna, teu karasa geus anjog deui ka jalan gede, motor ngadius ka kulonkeun ninggalkeun jalan tarahal anu jadi panineung. cag,...urang teundeun di handeuleum sieum geusan sampeureun, tunda dihanjuang siang geusan alaeun, mangsa datang urang teang,...

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Babaturan Tongkrongan Iyeng Satengah Genep Lalaki, ti jaman leutik keneh kira kira sagede korek Tokai, nepika lalaki geus jiga genjer opat poe meunang ngala teu kaburu di tumis, alias pareot, pasti boga babaturan karumpul, nu disebut temen nongkrong.

Berikut tipeu-tipeu babaturan nu Aya di masing” tongkrongan 1. Nu Kahiji nyaeta tipeu babaturan SIAGA, siap antar jaga.

Biasana jalmana paling ngora. Tapi jalma ieu selalu siap di titah naon wae oge. Ngumbah Beas Jang liliwetan oke. Ngajemput babaturan siap. Maok jambu daek. Asalkan dibere roko manehnamah siap wae. Soalna lamun titah udunan paling tarik mereka Rp 2000. Tapi lamun titah meuli cai jeung oplosna langsung berangkat, padahal can di bere duitna.

2. Nu kadua nyaeta tipeu dunungan.

Jalmanamah biasa wae, tapi loba duitna, udunan panglobana, hapena pang alusna, gawena ukur tutah titah, mumul ngalaku, nyahona ngome hape, dahar pang heulana, tapi Kabeh babaturan sadar, maklum loba duitna. Duit bicara bro.

3. Nu katilu tipeu pesakitan.

Teuing pedah kumaha dina tongkrongan pasti we aya saurang babaturan fungsinya buat di buli.

Pokona selalu jadi bahan ledekan. Ngomong saeutik diledek, keur dahar di ledek, cicing di ledek. Tapi jalmana tara pundungan. Malah lamun di tempat nongkrong euweuh jalma ieu, sok asa sepi, euweuh piseurieun.

4. Aya oge babaturan anu boga tipeu jagoan Pokona lamun aya nanaon, manehna selalu tampil bari ngomong “KALEM AYA NANAON MAH BEBEJA KA AING”. Pokona seputar kerusuhan dia jagonya 5. Nu terahkir tipeu mesum Dimana wae kumpul, dimana wae tempat nu di bahas ku jalma ieu seputar lawan jenis, Aya awewe liwat “EDAS ALUS BODINA EUY”. Malah aya domba liwat oge ditewak ku manehnamah, (diampihkeun lain dikukumaha).

Biasana dina hapena pinuh ku video nukitu.

Kalian boga teu babaturan seperti di atas, atawa kalianmah ga punya tongkrongan,... kasiaaaan

54

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Kawan

Dedi Supriatna

Aku kawanmu Kau kawanku Kita seperkawanan Kawanku kawanmu Kawanmu kawanku Kita seperkawanan Kawan kawan Kita berkawan Kita seperkawanan Kawan, Kita bukan kawanan Kita berkawan Kita seperkawanan Kata kawan dimaknai kawan Makna kawan di atas kata Jadi kawan tak cukup kata Kita seperkawanan Untung kita berkawan Hanya jangan saja mencari untung dari kawan Kita seperkawanan Kau membelaku aku membelamu Kau membantuku aku membantumu

Kau menolongku aku menolongmu Kau menjangkauku aku menjangkaumu Kau membenciku aku mengerti Kau memusuhiku aku tetap kawanmu Kita seperkawanan Kawan, Aku kawanmu Kita seperkawanan Kita seperkawanan Kita kawan Kita kawan Dari kawanmu Minggu, 19 November 2017

55

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Jika Senja Adalah Rindu, Pangandaran adalah Tempat Beradu Ana Herlina

Lembayung adalah ketegasan

Maka gelap adalah sekat.

Senja adalah penegasan, atau bisa juga pelepasan.

Jika angin tak tega menggoyangkan nyiur.

Seseorang yang tersekat genangan, atau terpenjara kenangan.

Maka ombak meniupnya.

Mengintip bertanya kabar lewat kunang-kunang

Padahal akan kembali.

Seperti dua mata bola berkelap kelip, beriringan dengan kepergian jingga

Senja berucap

Jika senja adalah rindu Selanjutnya adalah keheningan yang membuat ketenangan atau ketegangan Jika senja adalah rindu Tentu ini adalah sebuah kepergian Jika senja adalah rindu Maka yang terjadi adalah pergantian.

Jika senja adalah rindu

Berlayar menyusul senja

Jika aku rindu, aku hanya menutup birunya laut.

Ombak akan tetap ada.

Seperti halnya tempat ini Senja adalah peraduan siang pada malam Pangandaran pun....

Menjadi peraduan antara rindu senja Dan rindu manusia.

Yang pergi, meninggalkan, dan ditinggalkan.

Yang kembali, dengan rindu, cinta dan harapan.

Berhentilah Mengurusimu, Urusi Juga Aku Dedi Supritna

Bertahun-tahun aku dipoligami janji politik

wanita dan petani kau bela hak-haknya?

Janji yang manisnya aduhai Kau buat jalan di Desa-Desa tanpa petunjuk arah

Ajak lah aku bicara, hai...

Pantas pemudanya bertaruh hidup di kota-kota

Aku punya banyak persoalan, barangkali kau ada waktu mendengarkan

Aku kau ajari baca tulis dan berhitung

Jangan ingin kaya sendiri, aku juga ingin Jangan ingin kenyang sendiri, aku juga ingin

Tapi kau lupa contohkan aku yang baik-baik Aku kau ajari cara bertani

Jangan ingin menang sendiri, aku juga ingin

Sementara lahan pertanian kau buat pemukiman

Jangan ingin benar sendiri, aku juga ingin

Ruang berpikirku kau batasi dengan silabus keakuanmu

Kau dan aku diciptakan dari bahan yang sama

Ruang ekspresiku kau batasi dengan status keakuanmu Dari Desa aku bertanya...

Apa selain “konflik� yang membuat keakuanmu melunak, sehingga kau izinkan si miskin mendapatkan pendidikan dan pengajaran layaknya si kaya, setiap pekerja mendaptkan upah layak dan bisa makan makanan bergizi setiap hari, kemudian

56

Bedanya aku minum air tawar, kau minum keringatku Berhentilah mengurusimu, urusi juga aku.

Cintakarya, 29 Desember 2017\

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Bermanja pada Ilahi

Dwi Rahmah Hidayati

Raga dan jiwa diguyur suci Sajadah tergelar teman bermunajah Suara-suara malam mengiringi sunyi Dua telapak tangan setia pada Bestari Santun kening mencium bumi Komat kamit mulut mengeja murni Lutut patuh menopang raga Dua kubu kaki memancat berani Bersama semesta Sujud tunduk pada Illahi Robbi

Setiap detail aku pahami Sekian banyak berlatih Inilah proses tiada henti Aku tertinggal jauh dari para akademisi Tergopoh-gopoh merangkai temuan sendiri Yang setia mendengar telah pergi Tak peduli bagaimana hari-hari sulit aku jalani

Dunia berputar dahsyat Saraf saraf otak menyengat seperti listrik Pikiran kotor telah mengundang virus Menyerang isi kepala Malaikat baik mengungguli bicara Menguatkan hati yang penuh luka Penyakit datang menyiksa jiwa dan raga Semakin panas Merambat ke ruas tulang berirama Evolusi dan involusi menjadi sejoli di pusat diri Warna merah mencemar putih di mata Pandangan semakin letih Aku tak mampu berdiri Tubuh lemas merebah Membawa sukma mengembara mimpi Waktuku menjauh pergi 57

Kebenaran mungkin disampaikan Kemenangan adalah milik yang tampak Perasaan didiamkan dalam penghakiman Air mata semakin deras menyambut fajar Namun cahaya tak nampak juga Sekian waktu menunggu Restu Tuhan yang akan menjawabnya Kertorahayu Gang 1 - Malang, 06 Juli 2015

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

Ukiran Kayu

Dede Riki Saepudin (Temon)

Bonsay (kebon Sayur) Heri Nurdiansyah

58

CUKANG - Ti Warga Ka Warga

59

https://web.facebook.com/ goalanangbodyrafting