Radar Banyuwangi 20 November 2011

Page 4

31

Minggu 20 November 2011

Korban Jotos Dihardik Penyidik

CEKETER

Memukul, Kesal Anak Sakit Dihukum

ALI NURFATONI/RaBa

MASIH KECIL : Dua tersangka AG, 14, dan WA, 16, dengan barang bukti di Mapolsek Silir Agung.

Dua Remaja Embat Jago SILIR AGUNG–WA, 16, tidak ada kapok-kapoknya. Meski sudah dua kali masuk bui, warga Dusun Sumber Suko, RT 01 RW IV, Desa Kesilir, Kecamatan Silir Agung, itu tetap melakukan kejahatan. Kali ini, dia ditangkap polisi, karena diduga mencuri sekitar pukul 07.00, Kamis (17/11) lalu. Dalam aksinya, WA dibantu AG, 14. Jebolan SD itu adalah tetangga WA, yang tinggal di RT/RW 02. Kedua remaja pengangguran itu nekat menggondol ayam jago milik Sumarji, 47, Dusun Krajan, RT 01 RW IV, Desa Bulu Agung, Kecamatan Silir Agung. Aksi pencurian itu dilakukan saat Sumarji sedang tidak ada di rumah. Pagi itu, si pemilik ayam sedang bekerja di sawah. Dengan tenang, dua penjahat kecil itu mereka memarkir sepeda motor di depan rumah tersebut. Mereka masuk melalui pintu belakang rumah. Kebetulan, dua ayam jago jenis Bangkok sedang bertengger di kandang. Kesempatan itu tak disia-siakan. Namun, apes bagi dua maling amatiran itu. Sejumlah tetangga mengetahui saat keduanya menangkap dua ayam jago tersebut. Tak ayal, tetangga itu langsung melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Silir Agung. Tidak mau kecolongan, satuan polisi yang dipimpin Kapolsek AKP Subandi langsung meluncur ke tempat kejadian perkara (TKP). Kemarahan sejumlah warga yang menangkap basah dua pencuri itu pun berhasil diredam oleh polisi. Mereka langsung digelandang ke mapolsek untuk dimintai keterangan. Polisi menahan dua tersangka itu bersama barang buktinya, termasuk sepeda motor yang mereka kendarai. “Sudah kami amankan, sekarang masih dalam proses penydidikan,’’ kata kapolsek di markasnya, kemarin (19/11). Menurut kapolsek, WA adalah residivis yang pernah masuk penjara, gara-gara mencuri di warung. Dia dihukum penjara selama dua bulan. Belum lama ini, ungkap Subandi, dia kembali terlibat pencurian uang dan divonis empat bulan penjara. “Sekarang mencuri lagi,’’ sesalnya dengan nada keheranan. Karena perbuatan dua pencuri cilik itu, polisi menjerat mereka dengan pasal 363 KUHP. Ancaman hukumannya maksimal lima tahun penjara.(ton/irw)

BAGAIMANA INI

ALI NURFATONI/RaBa

BAHAYA : Seorang pekerja asyik tidur di antara barang muatan di atas bak truk.

GENTENG–Kasus penganiayaan yang diduga dilakukan Khoirur Rohman, 55, oknum guru pegawai negeri sipil (PNS) terhadap guru honorer perempuan sudah ditangani polisi. Hanya saja, korban pemukulan Atika Suryaningsih, 24, guru SDN III Genteng Wetan menyayangkan sikap penyidik yang menangani perkaranya. Pasalnya, dia mengaku sempat mendapatkan intimidasi dari penyidik Polsek Genteng. Atika mengaku, saat proses pemeriksaan, dirinya mendapatkan perlakuan yang membuatnya cemas. “Saya waktu diperiksa dibentak oleh pak polisi,’’ keluhnya kepada Radar Banyuwangi (RaBa), kemarin (19/11). Menurut Atika, kala itu dia tidak mengetahui alasan penyidik yang sudah melakukan komunikasi melalui telepon kepada Khoirur. Padahal, dirinya sedang menjalani pemeriksaan intensif. Sesaat setelah telepon itu, Khoirur yang bertugas sebagai guru di SDN IX Kembiritan datang ke ruang penyidikan. “Saya kaget, tidak lama kemudian dia datang ke ruangan waktu saya diperiksa,’’ terangnya.

ALI NURFATONI/RaBa

SULIT DITEMUI : Rumah Khoirur Rohman Di Dusun Cangaan, Desa Genteng Wetan, Genteng.

Atika menceritakan, waktu itu dia memberikan hukuman kepada sejumlah murid, dengan alasan tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Selanjutnya, sejumlah siswa tersebut dia suruh loncat-loncat sambil berolahraga. Tidak ada sedikit pun tindakan yang bisa mencederai siswa. “Saya cuma mendidik anak agar disiplin,’’ jelasnya. Namun, Atika tidak menyangka kalau sanksi disiplin itu justru berbuah bogem mentah dari wali murid. Diakui, pada Rabu (16/ 11) lalu dirianya tidak mengajar

di sekolah, karena sedang ada kegiatan di luar. Nah, waktu itu diketahui seorang wali murid, yakni Khoirur melabrak ke sekolah. “Katanya, dia cari saya waktu hari Rabu, tetapi saya ada kegiatan di kampus,’’ ungkapnya. Ternyata wali murid itu datang keesokan harinya. Saat tengah memberikan pelajaran di ruang kelas, guru pria itu langsung melabrak ke ruangan. Kata-kata bernada kasar dia lontarkan untuk memberi peringatan kepada Atika agar tidak melakukan hal serupa di kesempatan lain. “Waktu saya

PGRI-Kasek Bantu Mediasi mumpung masih belum terlanjur,’’ katanya. Didampingi Kasek SDN III Genteng Wetan Mudjio Sapto, SEMENTARA itu, dugaan Wahid mengaku mendapatkan penganiayaan oleh oknum guru instruksi langsung dari pimPNS langsung direspons oleh pinannya, untuk meredam pengurus Persatuan Guru Re- kasus tersebut. “Yang penting, publik Indonesia (PGRI) Unit saya sudah melakukan usaha. Pelaksana Teknis Kalau tetap ingin Dinas (UPTD) meneruskan ke Pendidikan Genmeja hijau, tidak teng. Diam-diam, apa-apa, karena itu salah satu pengusudah haknya dia,’’ rus PGRI dan kejelasnya. pala sekolah (KaKasek Mudjio jusek) SDN III Genga mengaku ikut teng Wetan meprihatin atas kasus nemui korban yang menimpa DOK/RaBa Atika Suryaninganak buahnya itu. Atika sih di rumahnya Pasalnya, saat Dusun Cangaan, Desa Genteng peristiwa pemukulan terjadi, Wetan, Jumat malam (18/11). dirinya sempat berbincangWahid, pengurus PGRI UP- bincang dengan Khoirur RohTD Genteng sengaja meminta man, yang belum lama pindah korban berfikir ulang untuk dari sekolahnya. “Waktu itu, dia mencabut laporan ke polisi. menemui saya di ruangan. Pertimbangannya adalah ke- Malah bercanda seperti tidak maslahatan di antara korban ada masalah,’’ tuturnya dengan dan terlapor. “Kalau masih ada nada keheranan. jalan lain, kami mencoba Usai obrolan itu, Mudjio untuk melakukan mediasi, mengaku tidak mengetahui

Korban Disarankan Cabut Laporan

Tidur Berisiko Tinggi LELAH setelah bekerja membuat orang nekat tidur di sembarang tempat. Bahkan tidak memikirkan keselamatan jiwanya bisa terancam. Apalagi, jika tidur di atas kendaraan yang sedang melaju kencang. Seperti yang tampak di bak truk bernomor polisi P 8850 ZN, yang melintas di jalan raya Jember, Desa/Kecamatan Gambiran, kemarin siang. Di bagian belakang bak terbuka warna hijau muda itu tampak seorang laki-laki tertidur pulas. Dia bisa menikmati tidurnya dengan santai di antara barang-barang yang dimuat. Celakanya, tempat beristirahatnya persis di muka pintu bak terbuka tersebut. Tak ayal, risiko bahaya mengintainya setiap saat. Saat truk melaju, sang sopir juga tancap gas dengan kecepatan tinggi. Jika tiba-tiba mengerem mendadak, maka orang tersebut bisa terlempar keluar dari bak truk. Bagaimana ini? (ton/irw)

kalau korban dianiaya oleh Khoirur. Dia hanya mengetahui saat korban menangis. “Saya tahu kalau Mbak Atika menangis,’’ jelasnya. Kasek menambahkan, dalam pesannya dia menyampaikan kalau kasus tersebut juga prihatin karena Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NU PTK) korban masih dalam proses. “Emaneman (sayang, Red) karena NU PTK kamu (Atika) sedang diurus,’’ katanya. Menanggapi saran pengurus PGRI dan kasek tersebut, Atika mengaku tetap akan melanjutkan perkaranya ke ranah hukum. Sebab, masalah NU PTK tidak seberapa dibandingkan harga dirinya. “Harga diri dan keselamatan lebih penting daripada NU PTK, apalagi waktu itu saya dimarahi di depan anak-anak,’’ sesalnya dengan mata berkacakaca.(ton/irw)

dimarahi, saya bilang minta maaf kalau saya salah. Tetapi tiba-tiba waktu saya menunduk, bibir saya dipukul,’’ sesalnya. Sesaat setelah main hakim sendiri, Khoirur langsung ngeloyor meninggalkan Atika yang bibirnya nyonyor. “Setelah itu dia langsung keluar, saya juga tidak tahu pukul pakai tangan yang mana, karena saya sedang menunduk waktu dimarahi,’’ kenangnya dengan mata berkaca-kaca. Bibir Atika sempat mengucurkan darah, karena luka robek akibat dijotos itu. Yang memprihatinkan, tak satu pun guru di sekolah itu yang membantu mengobati luka guru muda tersebut. Bahkan, sesal Atika, saat hendak pulang justru ada guru yang berpesan agar tidak melapor ke polisi. “Saya menangis, saya pulang sendiri,’’ tuturnya. Setiba di rumah, kedua orang tuanya langsung marah saat tahu putrinya diperlakukan seperti itu. Apalagi, sesaat setelah menganiaya korban, Khoirur sempat berkata dengan nada mengancam. “Bayangkan saja, dia bilang kalau tidak terima, suruh orang tua saya datang ke rumah dia,’’ paparnya.

PEROLEHAN BALLOT LOMBA FOTO BANYUWANGI ETCHNO CARNIVAL (BEC) NO FOTO

JUMLAH

19 57 98 40 48 92 1 29 108 55 111 89 29

139 129 74 74 46 38 22 19 9 4 2 1 1

01. Maretha Manik M

02.Yofi Agung P

03. Rafika Irmaya Putri

04. Akhmad Eka Tegar JP

05. Citra Bunga Edelweiss

06. Nanang Geovani Pangestu

07. Virnanda Virgoriani

08. Nizar Arief Darmawan

09. Juwita Permatasari

10. Akhmad Ghozali

11. Cendiana Aprilila H

12. Dani Ramadhan

13. Citra Intan Shalehati

14. Sindhu Surya Padma

15. Anindhita Amalia Putri

16. Fendy Yonatan Santoso

17. Farah Nastity

18. Gregorius Dimas Kristiawan

19. Ajeng Rahmawati Taufan

20. Tezar Trias Pramana

Sampai saat ini, lanjut dia, oknum guru PNS itu terkesan tidak ada niatan baik terhadap kasus pemukulan itu. “Saya juga heran, mulai awal kejadian, sampai sekarang tidak pernah datang ke sini, atau sekadar minta maaf. Kalau begitu caranya, biar proses hukum yang berjalan. Saya minta keadilan, itu saja!,’’ tegasnya berapi-api. Menanggapi tudingan intimidasi itu, Aipda Siswono, penyidik yang memeriksa Atika menyatakan tidak benar kalau dirinya mengintimidasi korban. Hanya saja, dia akui memang sempat membentak korban. “Kalau saya bentak dia pasti pingsan, cuma saya bentak sedikit,’’ dalih Siswono. Sikap spontanitas itu, kilah penyidik, lantaran korban selalu menghalanginya saat hendak mencoba berkomunikasi dengan sejumlah pihak yang terlibat. Seperti kepala sekolah dan Khoirur. “Saya telepon kepala sekolah tidak boleh, padahal saya berusaha untuk melakukan mediasi,’’ jelasnya. Waktu proses penyidikan, Siswono mengaku harus memperlakukan korban seperti anak kecil. Pasalnya, kala itu korban terlihat cemas dan bingung menghadapi masalah tersebut. Oleh karena itu, dia merusaha untuk menenangkan korban. “Saya lihat dia seperti shock, terlihat bingung,’’ ungkapnya. Siswono mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan terhadap Khoirur saat itu juga. Kini, kasusnya sudah dalam proses penyidikan. “’Baik korban maupun pelaku sudah kami sidik semua,’’ tegasnya. Kemarin (19/11), wartawan koran ini mencoba melakukan konfirmasi kepada Khoirur di sekolahnya. Namun saat wartawan RaBa hendak menemuinya di sekolahnya, ternyata dia tidak masuk. Menurut keterangan sejumlah guru di sekolah tersebut, Khoirur memang izin tidak masuk sekolah pada hari itu ■ Baca Korban...Hal 39


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.