Rumput Pakchong vs Rumput Gajah
Rumput pakchong vs rumput gajah apakah memiliki perbedaan ?. Banyak orang mengira bahwa pakchong itu salah satu jenis rumput gajah. Untuk mengetahui hal itu, perlu tahu dulu sejarahnya rumput pakchong. Sekitar 7 tahun yang lalu, Prof. Dr. Krailas Kiyothong telah meneliti sekaligus emlakukan pengembangan terhadap jenis rumput sebagai pakan ternak. Pneleitian dan penanamannya dilakukan didaerah Pak Chong, Thailand. Sehingga rumput yang dikenal dari mulut ke mulut oleh para peternak menyebutnya sebagai rumput Pak Chong. Sebenarnya rumput tersebut adalah hasil dari persilangan jenis rumput rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) dengan Pearl millet (Pennisetum glaucum). Maka tidak heran, sebagian kalangan masih menyebutkan atau menganggap sekilas rumput pakchong ini sebagai rumput gajah. Rumput Pakchong (Pennisetum purpureum cv Thailand) merupakan jenis rumput yang berasal dari Thailand.
Meski tampak mirip, namun ada hal-hal yang memang memiliki perbedaan yang khusus secara fisik. Ketika dipegang daunnya, rumput pakchong tidak memiliki bulu daun yang kasar. Sehingga tidak menyebabkan gatal ketika dipanen, alias daunnya cukup lembut ketika bersentuhan dengan kulit. Disamping masih banyak perbedaan lagi selain secara fisik tersebut. Hal ini berbeda dengan rumput gajah yang memiliki daun yang kasar dan berbulu, sehigga gatal ketika dipanen. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) memang menjadi primadona sebelum ditemukannnya rumput pakchong karena memang memiliki produktivitas yang tinggi dan tahan terhadap kekeringan.
Beda rumput pakchong dan gajah dari masing masing rumput tersebut bisa dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Kandungan Nutrisi
Nutrisi dari segi protein, rumput pakchong lebih unggul kandungan protein kasarnya sebesar 16,5%.
Sedangkan rumput gajah dari berbagai penelitian menyebutkan angka sebesar 7-10% saja. Peternak umumnya akan memperhatikan nilai kandungan protein tersebut untuk pertumbuhan hewan ternaknya. Semakin tinggi protein kasarnya, maka semakin baik. Meskipun harus diimbangi dengan nilai nutrisi yang lain, misalnya serat kasar, dan lainnya.
Rumput gajah memiliki produktifitas sekitar 200 - 250 ton/ hektar / tahun, namun rumput pakchong
memiliki kapasitas produksi 1.500 ton per hektar per tahun. Artinya, pakchong lebih produktif dalam
2. Produktivitasmenghasilkan hijauan pakan untuk ternak. Efektifitas lahan yang dimiliki peternak bisa dimaksimalkan dengan menanam rumput Pakchong. Namun perlu diperhatikan juga kondisi wilayah yang akan ditanam, karena perbedaan suhu dan kesuburan tanah juga mempengaruhi. Pemanenan rumput pakchong sekitar 40-50 hari, sedangkan rumput gajah sekitar 60 harian. Disamping itu, usia rumput pakchong lebih lama yaitu 9 tahunan, dibandingkan rumput gajah yang hanya sekitar 6 tahun.
3. Ciri fisik
Rumput pakchong secara fisik daun tidak selebar rumput gajah, namun daun tidak berbulu kasar. Daun rumput pakchong lebih halus dan tidak menyebabkan gatal pada kulit ketika dilakukan pemanenan. Hal ini berbeda dengan rumput gajah yang berbulu kasar, sehingga gatal ketika panen jika tidak dilengkapi dengan pakaian berlengan panjang. Rumput gajah lebih berbatang besar, dan rumput pakchong lebih kecil.
Cara menanam Rumput Pakchong
Pertama, bersihkan lahan dari gulma dan rumput liar yang mengganggu pertumbuhan bibit, lalu gemburkan tanah sekitarnya. Buat bedengan dengan lebar 50-100 cm dengan jarak antar bedengan 50 cm. Pentingnya dibuat bedengan untuk mengkondisikan tanah yang mengandung air.
Kedua, pilih bibit yang bagus untuk ditanam dengan usia yang sudah cukup tua. Setidaknya memiliki 3 ruas atau 3 mata tunas untuk dijadikan bibit yang ditanam.
Ketiga, penanaman bibit ditancapkan dengan posisi miring, atau bisa juga lurus sesuai selera metode yang akan digunakan. Jarak tanam antar bibit sekitar 40-50 cm.
Saat ini perkembangan rumput pakchong masih banyak di Pulau Jawa. Didaerah lain masih cukup sulit untuk mendapatkannya, karena jumlahnya masih terbatas. Perlu terus dibudidayakan jenis rumput pakchong agar peternakan mendapatkan hasil yang optimal dengan biaya pakan yang murah dan keberlanjutannya tinggi. Semakin efektif pengelolaan lahan untuk tanaman pakan ternak, maka akan menghasilkan ternak yang optimal.
Saat ini perkembangan rumput pakchong masih banyak di Pulau Jawa. Didaerah lain masih cukup sulit untuk mendapatkannya, karena jumlahnya masih terbatas. Perlu terus dibudidayakan jenis rumput pakchong agar peternakan mendapatkan hasil yang optimal dengan biaya pakan yang murah dan
keberlanjutannya tinggi. Semakin efektif pengelolaan lahan untuk tanaman pakan ternak, maka akan menghasilkan ternak yang optimal.