Prisma
BUKU
Negara (dan) Islam
Sekitar Polemik Soekarno dan Natsir Judul: Polemik Negara Islam: Soekarno vs Natsir Penulis: Ahmad Suhelmi Penerbit: UI Press, Jakarta, 2012 Tebal: xix + 196 halaman ISBN: 978-979-456-461-5
M
eskipun sudah ada gentlemen agreement di antara “kelompok nasionalis” dengan “kelompok agama” yang memperdebatkan relasi antara negara dan Islam dalam penyusunan dasar 1 negara, polemik tentang negara Islam tidak pernah selesai. Dalam diskursus politik Islam kontemporer, wacana ini masih diperdebatkan oleh beberapa kelompok yang bisa dimasukkan dalam dua golongan, yakni Islam “liberal” dan Islam “literal.” Kelompok Islam liberal merupakan transformasi dari gagasan-gagasan sekularisasi Nurcholish Madjid. Kelompok ini terutama diwakili oleh intelektual-intelektual muda Islam seperti Ulil Abshar Abdalla, Luthfi Assyaukanie dan Akhmad Sahal yang tergabung dalam Jaringan Islam Liberal. Hadirnya gerakan Islam liberal, menurut Luthfi, merupakan upaya untuk menyikapi persoalan Islam dan negara, Islam dan hak-hak sipil, dan Islam dengan kebebasan individu serta Islam dengan persoalan modern lainnya. Dalam 1
Lihat, Robert Elson, The Idea of Indonesia: A History (Cambridge: Cambridge University Press). Pendapat ini dikemukakan Soepomo.
membahas relasi antara negara dan Islam, Luthfi meyakini bahwa tidak ada ketentuan dan kewajiban ajaran Islam secara spesifik tentang pemerintahan manusia; urusan negara sematamata adalah urusan duniawi manusia (hal. 153). Selain itu penafsiran Ulil dalam sebuah artikelnya yang kontroversial di Kompas mempertanyakan yang namanya penerapan hukum Tuhan dalam pemerintahan. Ulil menyatakan “tidak ada yang dinamakan hukum Tuhan