Pengaruh School Wellbeing terhadap Student Engagement

Page 1

Quanta:

Pengaruh School Wellbeing terhadap Student Engagement

LindaErnawati1* ,NurIntanKurniasari2,DeviSekarAyuNingrum3

1,2UniversitasJenderalAchmadYani,Cimahi,Indonesia

3 STKIPSiliwangi,Cimahi,Indonesia

ARICLE INFO Received: October162022; Revised: November25,2022; Accepted: December20,2022

KEYWORDS

Learning environment; School wellbeing; Student engagement

KATA KUNCI

Lingkungan belajar; Schoolwellbeing; Student engagement

ABSTRACT

Research in educational field has recently identified the factors that affect students' social abilities and academic progress. A good school environment with supporting facilities can create comfortable conditions and satisfy basic needs, so that students can be optimally involved in the learning process. The purpose of this research is to explain any influence of the learning environment as seen from school wellbeing on student engagement. The sample consisted of 191 grade 2 students in vocational high schools which were taken by accidental sampling method. The simple regression test results show that the dimensions of school wellbeing together have an effect of 52.3% on student engagement. There is a positive relationship between school wellbeing and student engagement. School wellbeing has the greatest influence on the emotional dimension, while the lowest on the cognitive aspect. Counseling guidance is needed for students so that interactions in the cognitive aspects can be increased, because this cognitive interaction is internal aspect.

ABSTRAK

Penelitiandibidangpendidikan,akhir-akhirinimengidentifikasifaktor-faktoryangberpengaruhterhadap kemampuan sosial dan kemajuan akademik siswa. Lingkungan sekolah yang baik dan memiliki fasilitas menunjang diharapkan dapat menciptakan kondisi yang nyaman dan memuaskan kebutuhan dasar, sehinggasiswadapatterlibatsecaraoptimaldalamprosespembelajaran.Tujuandalampenelitianiniyaitu menjelaskan seberapa besar pengaruh lingkungan belajar yang dilihat dari school wellbeing terhadap student engagement. Sampel terdiri dari 191 siswa kelas 2 di sekolah menengah kejuruan yang diambil denganmetodeaccidentalsampling.Hasilujiregresisederhanamenunjukkanbahwadimensipadaschool wellbeing secara bersama memberikan pengaruh sebesar 52,3% terhadap student engagement siswa. Terdapathubunganpositifantaraschoolwellbeingdenganstudentengagement.Schoolwellbeingmemiliki pengaruhyangpalingbesarpadadimensiemosi,sedangkanpalingrendahpadaaspekkognitif.Diperlukan adanya bimbingan konseling pada siswa agar keterlibatan pada aspek kognitif dapat meingkat, karena keterlibatankognitifinilebihbersifatinternal

1. PENDAHULUAN

Selain rumah dan keluarga, sekolah merupakan area penting bagi siswa, karena siswa cukup banyak menghabiskan waktu sehari-harinya disekolah. Banyak sekolah di Indonesia menerapkan sistem fullday school, mulaidarijenjangpra-sekolahhinggasekolahmenengah.Beragamaktifitasharusdiikuiolehsiswamulaidaripagi hinggasorehari.Meskipunsekolahmerancangaktifitasyangberagam,namundenganwaktuyangrelatiflamadan berulangdalamsetiapharinyasangatmemungkinkansiswamengalamikelelahanataukebosanansehinggatidak optimal dalam menjalankan aktifitasnya. Dampaknya tujuan utama dari pembelajaran mungkin tidak dapat sepenuhnyatercapaijikasiswatidaksepenuhnyaterlibatpadaprosesbelajar.Berdasarkanteorikesesuaianantara individu dan lingkungan, perilaku individu secara bersama-sama ditentukan oleh karakteristik individu dan properti dari lingkungan terdekat (Gutman & Eccles, 2007). Akibatnya, ketidaksesuaian antara kebutuhan perkembangansiswadanlingkungansekolahdapatmenyebabkanpenurunanmotivasi,danburuknyapenyesuaian diri(Symondsetal.,2016)

* Korespondesi Penulis:LindaErnawati, linda.ernawati@lecture.unjani.ac.id DOI:https://doi.org/10.22460/q.v6i1p8-16.2929

A Jurnal Hawa: Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak, Volume 4, Nomor 1, 53-62 Copyright@2022,Ernawati,L.,Kurniasari,N.I.,&Ningrum,D.S.A PublishedbyIKIPSiliwangi Thisisanopen-accessarticleundertheCC–BY-SAlicense(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/) Contentslistsavailableathttps://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id
Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
ISSN2614-2198 | PrintISSN2614-6223 OpenAccessJournals Journalhomepage:https://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/quanta
Quanta:
Online
JurnalKajianBimbingandanKonselingdalamPendidikan,6(1)2022,24-29

Lingkungan sekolah hendaknya tidak hanya menyediakan sumber daya yang menunjang terhadap proses belajar,tetapijugamenyediakanhal-halyang dapatmembuatsiswaterlibatbaiksecarafisikmaupunpsikologis untuk memiliki penyesuaian yang positif dan memenuhi tuntutan pembelajaran (Cadime et al., 2016). Situasi belajaryangotonom(memberitingkatpilihandanpengarahandiriyangtinggidisekolah)dapatmemicumotivasi, keterlibatansiswa,danprestasiakademik(VanRyzinetal.,2009) Schoolwell-being merupakansalahsatukonsep yang membahas mengenai kenyamanan siswa ketika berada di sekolah. Situasi sekolah yang sehat membantu terbentuknya perilaku positif pada siswa (Konu et al., 2002). Sekolah yang sehat dapat menimbulkan perasaan senangdanmembentuksikapserta belief yangpositif,sehingasecaratidaklangsungmempengaruhisiswasecara maksimalketikadirinyaberinteraksidengansekolah.

School well-being dianggap penting untuk diketahui karena dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengetahui tingkat kepuasaan siswa terhadap kehidupan di sekolah (Konu et al., 2002) School well-being bermanfaat untuk membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan tercapainya tujuan pembelajaranitusendiri.Terdapatempatdimensidalamhalpemenuhankebutuhandasarsiswaselamadisekolah yaitu, having, loving, being dan health. Having merujukkepadakondisimaterialdankebutuhanimpersonaldalam konteks yang luas. Loving menggambarkan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain dan untuk membentuk identitas sosial. Kemudian, being merujuk pada kebutuhan untuk pengembangan pribadi, seperti integrasidalammasyarakatdanhidupsecaraharmonisdenganalam.Yangterakhir, health merupakansimtomfisik danmentalyangmencakuppenularanpenyakitringanhinggapenyakitkronis (Konuetal.,2002).Apabilasiswa merasa sejahtera karena kebutuhan dasar (school well-being) di lingkungan sekolah terpenuhi maka akan menciptakan keterlibatan siswa (student engagement) terhadap sekolahnya dan akan merasa nyaman dengan lingkungan itu sendiri, sehingga memudahkan siswa untuk berprestasi tanpa adanya suatu keharusan yang memaksa mereka. Dalam konteks pembelajaran, tingginya keterlibatan siswa dapat dilihat dari keaktifannya di dalamkelasdanmenjawabpertanyaanyangdiberikanolehguruyangdalamhalinisiswamemerlukanstimulus yangberasaldarigurudanlingkungansekolahnya.

Beberapa penelitian menggunakan istilah school engagement untuk melihat sejauh mana siswa mengidentifikasi dan menilai sekolah, dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah baik akademis maupun nonakademis (Willms, 2003). School engagement terdiri dari komponen psikologis yang berkaitan dengan rasa memiliki siswa di sekolah dan penerimaan nilai-nilai sekolah, dan komponen perilaku yang berkaitan dengan partisipasidalamkegiatansekolah(Goldspinketal.,2008) Komponenpsikologismenekankanrasamemilikiatau keterikatansiswapadasekolah,yangberkaitandenganperasaanditerimadandihargaiolehtemansebayanya,dan oleh orang lain di sekolahnya. Aspek lain dari komponen psikologis menyangkut apakah siswa menghargai keberhasilansekolahatautidak-apakahmerekapercayabahwapendidikanakanmenguntungkanmerekasecara pribadidanekonomi. Schoolengagement ditunjukkandengankehadirandisekolahdankelas,melakukanpersiapan untukbelajar,menyelesaikanpekerjaanrumah,aktifsaatpembelajaran,danterlibatdalamklubekstra-kurikuler. Faktorlainyangmempengaruhistudent student engagement,salahsatunyaadalah classroom context.Dalamhal ini, classroomcontext meliputidukunganguru,temansebaya,strukturkelas,dukunganotonomi,dankarakteristik tugas.Darifaktor classroom context inilahsalah satu halyangdapatmempengaruhi darisegipenilaiansubjektif siswa mengenai sekolahnya (Fredricks et al., 2004). Dengan demikian, dalam penelitian ini bermaksud melihat bagaimanapengaruh schoolwellbeing terhadap studentengagement

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Dengan jenis penelitian kontribusi sesuai dengan tujuan penelitianmelihatpengaruh schoolwellbeing terhadap studentengagement.Partisipandalampenelitiansebanyak 191siswakelas2SekolahMenengahKejuruanfavoritdiKotaCimahi.Sampeldiperolehdenganteknik accidental sampling.Pemilihanpadasiswakelas2didasarkanpadapengalamandanketerlibatansiswadisekolahyangjauh lebihtinggijikadibandingkankelas1yangmasihdalammasaadaptasidankelas3yangsudahmulaipraktekatau magangdiluarsekolah.Pengukurandilakukandengankuesioner SchoolWellbeing mengacupadakonsepKonudan Rimpela(2002),terdiridari22itemyangmengukurempataspek,yaitu: having, loving, being, dan health.Dengan

Ernawati, L., et al., Pengaruh School Wellbeing terhadap Student Engagement [24-29] Quanta:JurnalKajianBimbingandanKonselingdalamPendidikan,6(1)2022,24-29 | 25

tingkatkoefisienreliabilitas0,718.Pengukuran StudentEngagement diukurdengankuesioneryangmengacupada konsep Fredricks, Blumenfeld, & Paris (2004) terdiri dari 3 aspek, yaitu behavioral engagement, emotional engagement dan cognitive engagement. Jumlah item kuesioner student engagement sebanyak 13 item dengan tingkat koefisien reliabilitas 0,834. Jawaban dari responden pada kuesioner school wellbeing dan student engagement diranking dengan skala ordinal, dengan empat pilihan jawaban. Semakin tinggi total skor yang diperoleh,makasemakintinggi school wellbeing siswaataupunsebaliknya.Metodeanalisisdatayangdigunakan dalampenilitianiniadalahregresisederhana.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Dengan jenis penelitian kontribusi sesuai dengan tujuan penelitianmelihatpengaruh schoolwellbeing terhadap studentengagement.Partisipandalampenelitiansebanyak 191siswakelas2SekolahMenengahKejuruanfavoritdiKotaCimahi.Sampeldiperolehdenganteknik accidental sampling.Pemilihanpadasiswakelas2didasarkanpadapengalamandanketerlibatansiswadisekolahyang jauh lebihtinggijikadibandingkankelas1yangmasihdalammasaadaptasidankelas3yangsudahmulaipraktekatau magangdiluarsekolah.Pengukurandilakukandengankuesioner SchoolWellbeing mengacupadakonsepKonudan Rimpela(2002),terdiridari22itemyangmengukurempataspek,yaitu: having, loving, being, dan health.Dengan tingkatkoefisienreliabilitas0,718.Pengukuran StudentEngagement diukurdengankuesioneryangmengacupada konsep Fredricks, Blumenfeld, & Paris (2004) terdiri dari 3 aspek, yaitu behavioral engagement, emotional engagement dan cognitive engagement. Jumlah item kuesioner student engagement sebanyak 13 item dengan tingkat koefisien reliabilitas 0,834. Jawaban dari responden pada kuesioner school wellbeing dan student engagement diranking dengan skala ordinal, dengan empat pilihan jawaban. Semakin tinggi total skor yang diperoleh,makasemakintinggi school wellbeing siswaataupunsebaliknya. Metodeanalisisdatayangdigunakan dalampenilitianiniadalahregresisederhana.

3.2. Pembahasan

Hasilpenelitianinimenunjukkanbahwa schoolwellbeing memilikipengaruhterhadap studentengagement sebesar 52,3%. Artinya school wellbeing memiliki peran sebesar 52,3% dalam membentuk student engagement siswa. Hal tersebutmenunjukanbahwaselain schoolwell-being,terdapatfaktorlainyangmempengaruhi studentengagement Faktor lain yang mempengaruhi student engagement diantaranya dukungan otonomi, karakteristik tugas, dan kebutuhan dasar psikologis yang terdiri dari need for relatedness, need for autonomy, dan need for competency (Fredricksetal.,2004) Faktor-faktorplainembentuk studentengagement diantaranyameliputikeluarga,temansebaya, sekolah, dan komunitas (pelayanan). Secara umum, peranan sekolah yang dimaksud adalah bagaimana suasana lingkungansekolahataulingkungansekolahyangtertib,komitmengurudansikappeduliterhadapsiswa,kedisiplinan yang diterapkan serta kebijakan yang adil terhadap siswa (Christenson et al., 2008). Pernyataan tersebut cukup mendukungterhadaphasilpenelitianinibahwasekolahmemilikiperananterhadap studentengagement.

School wellbeing merupakan penilaian siswa dalam menilai kelayakan sekolah sebagai lingkungan belajar yang mampumemberikandukungan,rasaaman, dannyaman.Ketikasiswamenilaisekolahnyanyaman,dapatmemenuhi kebutuhandasar,makaiaresponsifterhadapberagamtuntutanyangadadilingkungansekolah,terutamadalamkonteks pembelajaran. Studentengagement siswabaiksecarasosialmaupunakademisberasaldarikesempatanyangdiberikan oleh sekolah atau kelas untuk berpartisipasi, menjalin hubungan interpersonal, dan terlibat secara kognitif dalam pembelajaran(Connell&Wellborn,1991).

Adanyakeadilandanfleksibiltasdalamaturansekolahdapatmengurangiketidakterlibatansiswaterhadaptuntutan sekolah(Finn&Voekl,1993).Disebutkanjugadalamhasilpenelitianlain,siswayangpercayabahwalingkungannyalebih mendukungterhadapmereka,membuatsiswalebihterlibatdalampembelajarandanselanjutnyaprosesketerlibatan aktif ini dapat meningkatkan harapan siswa (Van Ryzin et al., 2009). Selain itu dijelaskan pula bahwa sekolah yang menerapkankemandirianakademikpadasiswadanmenciptakanrasamemilikiterhadapsekolahdapatmemberikan

Ernawati, L., et al., Pengaruh School Wellbeing terhadap Student Engagement..... [24-29] 26 | Quanta:JurnalKajianBimbingandanKonselingdalamPendidikan,6(1)2022,24-25

dampaklangsungpadasiswauntuklebihterlibat,sementaraperubahanterhadapharapansiswamemerlukanjangka waktuyanglebihlama.

Schoolweelbeing meliputiempataspekdiantaranya having,loving,being,dan healthstatus (Konuetal.,2002)

Having meliputi kondisi fisik lingkungan sekolah dan kondisi di dalam sekolah. Loving terkait dengan bagaimana hubungansiswadenganguru,siswadengantemansebaya,kerjasamayangterjalinantarapihaksekolahdanorangtua. Being meliputibagaimanasekolahmemberikanpemenuhanterhadaphak-haksiswa,danterakhiraspek health status merujuk pada kondisi sekolah yang memperhatikan terkait kondisi fisik maupun psikis siswa. Dalam penelitian ini ditemukanpulabahwaaspek-aspek school wellbeing memilikipengaruhsebesar 0.534 terhadap dimensi emotional padavariabel studentengagement.Sedangkanpadadimensikognitifpengaruhnyasebesar0.173danpadadimensi behavioral sebesar0.272.Halinimenunjukkanbahwa school wellbeing palingbesarmemilikipengaruhterhadap dimensi emotional diantaradimensiyanglainnya.

Maknanya bahwabagaimanasiswa menunjukkan minat,nilai,serta perasaanyang positif dipengaruhi oleh bagaimanakondisidanrelasiyangterjalindilingkungansekitar.Kondisisekolahyangaman,nyaman,relasisosial yangbaikantarsemuakomponen,perhatianyangdiberikanpadasiswa,sertametodepembelajaranyangmenarik minat siswa membuat siswa antusias dan merasa termotivasi untuk terlibat pada kegiatan di sekolah, seperti misalnya guru menjadi model bagi siswa dengan menunjukkan antusias dan menampilkan ekspresi emosi yang positif saat mengajar di kelas menjadi salah satu fasilitas bagi siswa untuk terlibat secara emosi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Patrick et al., 2007) menyatakan bahwa dukungan guru dan teman di sekolahmempengaruhiketerlibatandankinerjasiswa.Dukunganguruberpengaruhpada emotional engagement siswa, ketika siswa merasa mendapat dukungan secara emosional dari guru, mereka akan lebih terlibat dalam pekerjaanakademiknya.

Berdasarkan hasil penelitian school well-being memiliki pengaruh terhadap dimensi cognition sebanyak 17.3%. Hasil tersebut dipengaruhi oleh school well-being yang dapat mempengaruhi dalam diri seseorang yaitu padakondisikelasyangnyamanmembuatsiswaberkonsentrasidanmemberiperhatianpadaguru,ketikaiklim yangterjalinolehsiswabaikmakasiswatermotivasiuntukmengerjakntugas-tugassekolahkarenadipengaruhi oleh dukungan dan dorongan teman-teman maupun guru. Dapat disimpulkan bahwa school well-being memiliki pengaruhyangpositifterhadapdimensi cognition, akantetapidimensi cognition adalahdimensiyangpalingrendah dipengaruhi oleh school well-being. Rendahnya pengaruh school well-being terhadap dimensi cognition dapat terjadikarenaadafaktorlainyangjugamempengaruhisiswa.Halinisejalandengan(Christensonetal.,2008)yang menyatakandimensi cognition merujukpadakeadaanyanglebihinternal,sepertiregulasidirisiswa,usahayang dilakukan dalam mengerjakan pekerjaan sekolah, hasil yang diperoleh dalam belajar, serta tujuan pribadi dan otonomi siswa. Penelitian ini sama halnya dengan hasil penelitian (Hidayatishafia & Rositawati, 2017) bahwa schoolwell-being memilikihubunganyangrendahterhadapdimensi cognition.

Penelitian ini sejalan dengan Sabo (Konu et al., 2002) bahwa siswa yang menyukai lingkungan kelasnya, menerima nilai-nilai dan standar yang ditetapkan oleh sekolah serta memiliki hubungan baik dengan guru dan teman-temannyaakanmenunjukanketerlibatandalamkegiatanbelajar.Hasilpenelitianinijugamendukunghasil penelitian sebelumnya oleh (Hidayatishafia & Rositawati, 2017) yang menyatakan bahwa school well-being memiliki hubungan yang signifikan dengan student engagement, dimanasiswayang memiliki persepsi terhadap keadaan lingkungansekolah positifyangmemenuhikebutuhandasarsiswa disekolahakan lebih terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi school well-being yang dimiliki siswa, maka semakintinggipulaketerlibatansiswadalamaktivitaspembelajarandisekolahyangdalamhalinidisebut student engagement.

Hasilgambaran schoolwellbeing dan studentengagement padalaki-lakidanperempuanmenunjukkanbahwabaik laki-laki maupun perempuan menunjukkan pada kategoriyang tinggi. Halini sejalan dengan penelitian (Løhre et al., 2014),bahwatidakadaperbedaangenderdalamhal schoolwellbeing. Baiklaki-lakimaupunperempuanmenunjukkan schoolwellbeingyangsama,hanyasajaprediktornyayangberbeda.Padalaki-lakidukunganakademismenjadiprediktor penting dalam meningkatkan school wellbeing, sedangkan pada perempuan kenyamanan dan relasi yang baik social supportmenjadiprediktoryangpenting.

Ernawati, L., et al., Pengaruh School Wellbeing terhadap Student Engagement [24-29] Quanta:JurnalKajianBimbingandanKonselingdalamPendidikan,6(1)2022,24-29 | 27

4. IMPLIKASI PENELITIAN

Implikasi teoritis bagi peneliti selanjutnya adalah menggunakan variabel lain yang menjadi faktor pembentuk student engagement, seperti misalnya dukungan dari keluarga maupun teman sebaya. Hal lain yang juga dapat dipertimbangkanpadapenelitianberikutnyaadalahmendalamiterkaitgambaranketerlibatansecarakognitifpadaaspek enggagementmaupunfaktor-faktor pembentukketerlibatankognitif.Dalamhalsampelpenelitian, penelitianini bisa dilakukanpadasekolahyangsiswanyamengalamistresakademikmaupunburnout.

Secarapraktis,parasiswaperlumeningkatkanketerlibatannyasecarakognitif.Karenahalinisifatnyalebihpersonal jika dibandingkan dengan dimensi lainnya. Maka siswa dapat mengutarakan hal-hal yang menjadi kesulitan atau hambatanbaikdalamhalakademikmaupunsosial.HalinibisadilakukandenganberkonsultasipadaguruBKmaupun dengantemansebaya.

5. KESIMPULAN

Hasilpenelitianinidapatdisimpulkanbahwaschoolengagementmemilikipengaruhsebesar52,3%terhadap studentengagement.Diantaradimensistudentengagement, schoolwellbeing memilikipengaruhyangpalingbesar terhadapdimensi emotional danpalingrendahyaituterhadapdimensi cognition.Laki-lakidanperempuandalam penelitianinimenunjukkanschoolwellbeingyangsama.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada teman sejawat yang telah bekerja dengan baik dan peran aktif selamaprosespelaksanaanpenelitian.Sertakepada191siswakelas2SekolahMenengahKejuruanfavoritdiKota Cimahiyangtelahbersediamendaisampelpenelitian.

REFERENSI

Cadime,I.,Pinto,A.M.,Lima,S.,Rego,S.,Pereira,J.,&Ribeiro,I.(2016).Well-beingandacademicachievementin secondaryschoolpupils:Theuniqueeffectsofburnoutandengagement. JournalofAdolescence, 53,169–179. https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2016.10.003

Christenson, S., Furlong, M. J., & Barbara, S. (2008). Student engagement with school : Critical conceptual and methodologicalissuesoftheconstruct. May.

https://doi.org/10.1002/pits.20303

Connell,J.P.,&Wellborn,J.G.(1991).Needs:Competence,AutonomyandRelatedness.In The Minnesotasymposia onchildpsychology (pp.43–77).

Finn,J.,&Voelkl,K.(1993).SchoolCharacteristicsRelatedtoStudentEngagement. TheJournalofNegroEducation,62(3), 249-268.doi:10.2307/2295464

Foster,M."Learningourwayforward." Adelaide,DepartmentofEducationTrainingandEmployment (2001). Fredricks,J.A.,Blumenfeld,P.C.,&Paris,A.H.(2004). School Engagement : Potential of the Concept , State of the Evidence 74(1),59–109.

Goldspink,C.,Winter,P.,&Foster,M.(2008).StudentEngagementandQualityPedagogy. European Conferenceon Educational Research in Goteborg, 1–19. http://www.earlyyears.sa.edu.au/files/links/student_engagement_and_qua.pdf

Gutman,L.M.,&Eccles,J.S.(2007).Stage-environmentfitduringadolescence:Trajectoriesoffamilyrelationsand adolescent outcomes. Developmental Psychology, 43(2), 522–537. https://doi.org/10.1037/00121649.43.2.522

Hidayatishafia, D., & Rositawati, S. (2017). Hubungan School Well Being dengan Student Engagement. Prosiding Psikologi, 3(1),41–47.

Konu,A.,Alanen,E.,Lintonen,T.,&Rimpela,M.(2002). FactorstructureoftheSchoolWell-beingModel 17(6),732–742.

Løhre, A., Moksnes, U. K., & Lillefjell, M. (2014). Gender differences in predictors of school wellbeing? Health EducationJournal, 73(1),90–100.

https://doi.org/10.1177/0017896912470822

Ernawati, L., et al., Pengaruh School Wellbeing terhadap Student Engagement..... [24-29] 28 | Quanta:JurnalKajianBimbingandanKonselingdalamPendidikan,6(1)2022,24-25

Patrick,H.,Ryan,A.M.,&Kaplan,A.(2007).Earlyadolescents’perceptionsoftheclassroomsocialenvironment, motivational beliefs, and engagement. Journal of Educational Psychology, 99(1), 83–98. https://doi.org/10.1037/0022-0663.99.1.83

Symonds, J., Dietrich, J., Chow, A., & Salmela-Aro, K. (2016). Mental health improves after transition from comprehensive school to vocational education or employment in England: A national cohort study. DevelopmentalPsychology, 52(4),652–665.https://doi.org/10.1037/a0040118

Van Ryzin, M. J., Gravely, A. A., & Roseth, C. J. (2009). Autonomy, belongingness, and engagement in school as contributors to adolescent psychological well-being. Journal of Youth and Adolescence, 38(1), 1–12. https://doi.org/10.1007/s10964-007-9257-4

Willms,J.D.(2003).Studentengagementatschool:Asenseofbelongingandparticipation. OECDRetrievedfrom WwwPisaOecdOrgonMarch,1–84.https://doi.org/10.1787/19963777

Pemegang Hak Cipta:

©Ernawati,L.,Kurniasari,N.I.,&Ningrum,D.S.A.(2022)

Hak Publikasi Pertama:

©Quanta:JurnalKajianBimbingandanKonselingdalamPendidikan

Artikel ini dilisensikan di bawah: CC-BY-SA(CreativeCommonsAttribution-ShareAlike4.0InternationalLicense)

| 29
Ernawati, L., et al., Pengaruh School Wellbeing terhadap Student Engagement [24-29] Quanta:JurnalKajianBimbingandanKonselingdalamPendidikan,6(1)2022,24-29
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.