dialog

Page 13

VALUE

PRESTASI panitia menerima 66 proposal karya yang masuk dari berbagai provinsi di Indonesia seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat. Peserta terdiri dari pelajar SMA/MA dan mahasiswa dengan rentang usia 16-30 tahun.

APRESIASI PROSES

KREATIF

Masyarakat Indonesia terkenal banyak akal

saat menyelesaikan masalah, dan mampu menemukan jalan pintas. Bangsa ini terlahir kreatif dan berbakat menciptakan inovasi, namun belum maksimal dimanfaatkan sebagai penyelaras kehidupan. Kreatifitas bukan sesuatu yang berkembang dengan sendirinya. Perlu kesadaran dan dasar berfikir apresiatif. Dibutuhkan kedewasaan dan kebesaran hati serta kemampuan mengambil inti sari dari sesuatu yang DIAMATI. Kejayaan Majapahit yang berhasil menguasai 90 negeri termasuk Negara tetangga, melahirkan kata NUSANTARA. Dapatkah kita bayangkan, kebesaran dan pluralism bangsa ini di masa lalu? Sudahkah kita mengapresiasi dan menghargai? Budaya dan kekayaan kreatif kita sering diaku bangsa lain. Kapan kesadaran muncul mendalam, dan menyadari bahwa kreatifitas adalah aset yang bisa dipertajam menjadi ujung tombak perekonomian? Bukankah kekuatan ini yang kita punya dengan luar biasa? Bangsa ini akan mulia! Sungguh!

Dunia Kreatif Menjanjikan! Kekhawatiran sering melanda orangtua, bila anaknya memilih seni dan kreatif sebagai pilihan profesi . Persepsinya, masa depan yang suram karena tak mampu menjadi mesin pencetak uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Begitu kah? Dunia berputar begitu cepat dan berubah. Dunia sudah tunggang langgang. Orang bijak berpesan: ‘Bersiaplah akan perubahan atau terlindas oleh perubahan itu sendiri’. Di tahun 60-an, di saat pembangunan menemui puncaknya dan terjadi di seluruh dunia, status strata sosial diapresiasi dari kemampuan taktis, seperti ilmuwan, ahli bangunan, dokter atau jabatan dan status lain. Semua berkorelasi pada kemampuan taktis dan hard skill. Kini orang makin senang minum kopi di gerai mewah macam Starbuck. Dunia konsumerisme makin heboh. Orang senang jika dilihat gaya hidup dan status sosialnya secara bersamaan dari penampilan dan kemasan. Sindrom Paris Hilton merebak dan membuat anak

21 . DIALOG

Vol. 2| Tahun 2010

muda bergairah menjadi orang terkenal dengan cara idol-idol-an., didukung kecanggihan teknologi dan informasi. Saat berinteraksi dengan manusia lain, sesungguhnyalah kemampuan mengambil keputusan tepat dengan intuisi serta menciptakan suatu yang baru menjadi sebuah syarat sukses. Soft skill dengan kemampuan otak kanan menjadi utama.

Kompetisi menuntut kreatifitas, agar manusia mampu menjaga eksistensi. Diperlukan kemampuan melihat, mengamati, berempati dan berinteraksi . Saat ini, hobbynomic atau profesi yang bekerja sambil menikmati dan mengakses suatu gaya hidup menjadi popular dan menjadi impian banyak kalangan muda di sleuruh dunia. Inilah yang ada di industri kreatif. Pekerja kreatif ini sangat mencintai pekerjaannya . itulah sebabnya, industri ini menjadi booming, karena dikerjakan dengan semangat dan penuh kesukacintaan. Jadi, benarkah kredo dunia kreatif susah untuk menopang kehidupan? Sangat keliru! Bukan hanya menjanjikan segi penghasilan, namun juga kualitas hidup dan cara berfikir yang lebih maju, unggul, dan seimbang hidupnya. Mereka melahirkan karya yang bernilai ekonomis berlipat ganda. Apalagi dikombinasikan antara kemampuan kreatif dengan mental entrepreneurship dan porofesionalisme yang tinggi. Para orang tua kini harus berfikir ulang untuk melarang anaknya berkiprah di dunia kreatif. Mereka harus menyadari, bahwa disiplin ilmu bidang ini sama seperti profesi lain yang tampak berkilau . Orang –orang yang masih menyelesaikan masalah baru dengan cara lama harus berfikir keras untuk menerima perubahan dan mau menjadi lebih menerima , serta responsif, dan ikut berubah demi perbaikan dunia ini menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Semoga itu semua akan terwujud!

Anugerah Pemuda Berprestasi

di Bidang Iptek Youth National Science and Technology Award 2010 Perkembangan iptek

menjadi ukuran peningkatan daya saing suatu bangsa. Penghargaan atau apresiasi kepada para kaum muda yang menggeluti sains dan teknologi, tentu di jangka menengah panjang akan memberi hasil berupa makin meningkatnya penguasaan kemampuan sains dan teknologi dalam masyarakat akademisi dan umum. Untuk mengapresiasi semangat keberhasilan itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga memberikan penghargaan kepada pemenang Youth National Science and Technology Award 2010, akhir November lalu. Lima pemenang adalah hasil seleksi dari 66 proposal karya yang masuk sebelum disaring menjadi 15 nominator. Apresiasi dan Festival Pemuda Berprestasi di Bidang Iptek atau Youth National Science and Technology Award 2010 merupakan program rintisan untuk mencari dan memberdayakan sosok-sosok pemuda inovatif dan kreatif di bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi. Mereka diharapkan nantinya berperan sebagai agen perubahan di kalangan muda yang cinta iptek. “Diharapkan program ini dapat menjadi stimulan bagi para pemuda untuk terus berinovasi dan berkarya di bidang iptek karena banyak pemuda Indonesia yang berpotensi di bidang tersebut,” ujar Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Alfitra Salamm, setelah memberikan penghargaan kepada para pemenang di Wisma Menpora. Ia juga berharap ke depan program tersebut dapat diperluas dengan menjaring pemuda-pemuda berprestasi di bidang iptek yang berasal dari pelosok-pelosok daerah. Untuk menunjang hal tersebut perguruan-perguruan tinggi di setiap daerah juga harus melakukan pembinaan yang baik di bidang iptek. Asisten Deputi Pengembangan Iptek dan Imtaq Kemenpora Imam Gunawan menambahkan, pada penyelenggaraannya tahun ini,

“Dari proposal-proposal yang masuk, terpilih 15 nominator yang disaring menjadi lima peraih anugerah Youth National Science and Technology Award,” katanya. Lima pemenang yang masingmasing mendapat hadiah uang senilai Rp. 20 juta itu, terdiri atas siswa, mahasiswa, dan asisten dosen. Yaitu, Zulfikar Syam Bani Ulhaq, Pratiwi Puspa Hervina dan Tenta Hertian Hendyatama (mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang), Boimin yang merupakan asisten dosen Universitas Brawijaya Malang, Nova Suparmanto (mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta), I Gede Yuhan a Dharma Sasmita (mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar Bali) dan Uswah Hanafi, M. Asfar Syarar dan Nurfadilah (siswa SMAN I Bulukumba, Sulawesi Selatan). Zulfikar gembira atas kemenangannya ini, Sebelumnya, ia pernah menjuarai penghargaan serupa. “Tahun kemarin juga dapat juara dua. Kalau yang kemarin butuh waktu lima jam untuk mendeteksi penyakit Kartilago, sekarang hanya dua jam,” ungkap mahasiswa yang berhasil menemukan Stik Pendeteksi Kerusakan Kartilago pengganti X-Ray ini. Adapun A. Uswah Hanafi, . Siswa kelas dua SMA Negeri I Bulukumba, ini tidak menyangka masuk lima terbaik, bersama para mahasiswa dari universitas besar. “Kami dari daerah yang banyak orang nggak kenal. Bangga banget deh jadi satu-satunya perempuan dan satusatunya siswa di lima besar,” tutur Uswah yang aktif di kegiatan ilmiah remaja. **

Vol. 2 | Tahun 2010

DIALOG . 22


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.