Pontianak Post
z
Jumat 31 Agustus 2012
11
HALO PUBLIK
Pietra dan Kesenian di Pontianak Majukan Perbatasan Saya prihatin karena di perbatasan Indonesia Malaysia, contoh di Entikong masih banyak masyarakat yang warga dua Negara. Dibilang WNI, tapi perekonomian/pembangunan hampir 99 persen dari Negara tetangga. Kalau jadi WNA atau Warga Negara Malaysia, wilayah Entikong masih milik bangsa Indonesia. Lihat saja contoh sengketa pulau Sipadan Ligitan antara Indonesia dengan Malaysia. Marilah kita bersamasama masyarakat dan tentunya pemerintah Indonesia bekerjasama membangun semua wilayah perbatasan. Walaupun dana apa adanya dan bukan utang luar negeri. (085346094687)
Membela Koruptor Para oknum pengacara ngapain sudah jelas para koruptor itu merusak pembangunan dan uang pajak dari rakyat, eh malah dibela juga. Malah diberi remisi. Sampai kiamat pun masalah korupsi tidak akan di muka bumi RI ini. Ini suara rakyat kecil dan rendah pendidikan, tapi suaranya sangat diperlukan waktu pemilu dan pilkada. Tolong disimak arti dari kata yang Kami berikan ini. (082148272255)
Angkat Guru Honor Saran untuk Pak Wali. Guru berprestasi boleh dijadikan kepala sekolah. Tapi alangkah baiknya jika guru honor yang diangkat. Ada yang belasan tahun lho belum diangkat. Orang bijak itu bagus, tapi bertahan jadi lebih bijak itu luar biasa. (082157055466)
SALAM seorang teman baik saya di Pontianak tidak lagi dapat merayakan Idul Fitri 1433 Hijriah. Pietra tidak saya duga sudah hampir seratus hari meninggal dunia. Kabar ketiadaanya saya peroleh melalui jejaring sosial. Effendy Asmara Zola yang menuliskannya. Kakak kandung Pietra itu menulis “Pietra... innalillahi wainnailaihirajiun...... 10 hari lagi tahlilan 100 hari.” Ingatan saya pada Pietra, berkorelasi dengan nostalgia mengenai kegiatan berkesenian di kampung halaman kedua saya ini. Lomba baca puisi dan pementasan teater menjadi salah satu denyut kehidupan kota ini. Pietra adalah seorang yang piawai dalam hal pembacaan puisi. Sebuah puisi Khairil Anwar – sesuai jiwanya - bisa menjadi meledak-ledak dan garang manakala dibawakan Pietra yang pendiam dan tak pernah marah. Dia pun beberapa kali menjadi juara pertama dalam lomba baca puisi – termasuk di Untan – kampus kami. Ketika itu – era akhir 1970an dan awal 80an, kehidupan seni baca puisi dan teater tumbuh subur di kota katulistiwa ini. Arena Remaja, gedung Bidang Kesenian dan Kebudayaan serta Taman Budaya hampir tidak pernah sepi. Selain Teater Birunya Iwan Gondrong Wientania, teater-teater lain termasuk Angkasa Remaja RRI aktif berekspresi. Almarhum Miko Sitompul pun berhasil merangkul tujuh teater di kota ini untuk mementaskan secara bersama drama Romeo dan Yuliet atas dukungan Syarif Yan Alkadri. Seiring dengan aktivitas teater modern Satarudin Ramli berhasil menghidupkan kembali teater tradisional Mendu atas dukungan Dinas Kebudayaan Kanwil Departemen P dan K ketika itu. Di dunia puisi, nama nama Yudi dan Mizar cukup dikenal luas. Penyiar muda ini bertunas menggantikan para senior seperti Henri Anwari dan Halim Mahyudin. Di dunia cerita pendek, nama Odhies menasional. Karya-karyanya berteng-
ger di sejumlah majalah donesiaan yang Oleh terbitan ibukota. Orang mesti dipupuk M. Kabul Budiono pun tidak segan medan dihidupsubnyambangi Taman Buurkan. Karenandaya yang lokasinya dulu di tempat ‘jin ya unsur tradisi etnis di bumi buang anak’ lantaran berada di ujung katulistiwa perlu tetap dan terus jalan Ahmad Yani. Seniman Yoseph ditumbuhkembangkan, antara Undun hadir sebagai aktivis seni yang lain melalui proses berkesenian. menghidupkan Taman Budaya dengan Ini sungguh merupakan hal aktivitas keseniannya. sangat penting di era ketika di Kota Pontianak ketika itu merupa- Indonesia proses perpolitikan kan salah satu kota yang sangat aktif sering menggerus kebersamaan berkesenian. Setidaknya demikianlah atau etnisitas dijadikan salah pendapat saya. Lantas bagaimana seka- satu komoditas politik. rang ini ? Tak dapat diingkari, di kota Rasanya, Pontianak memerini masih ada denyut kehidupan seni lukan seorang maesenas yang baca puisi dan teater. Bulan Mei lalu mampu meramu akar etnis misalnya, Teater Topeng menampil- dan seni tradisional dan punya kan pergelaran parodi komedi Gemes semangat melawan syahwat moBond dan Cat Women dan Demo Para dernitas dan budaya mau cepat Hantu. Lomba baca puisi pun masih jadi. Tetapi kehadirannya tidak diadakan. Almarhum Pietra pun tetap bisa sendirian sehingga menjadi aktif dalam dunia puisi serta menjuri loneranger yang menimbulkan lomba yang diadakan. Namun boleh imej sok jago. Pemerintah perlu jadi kesemarakan dunia kesenian, baik melakukan fasilitasi dan menymodern dan tradisional perlu lebih di- iapkan wadah bagi kiprah para picu dan dipacu agar lebih menggebu. pekerja seni. Berbagai kegiatan Mengapa ? lomba dan festival perlu secara Pontianak sekarang – berkat pem- istiqomah diselenggarakan. bangunan dan pertumbuhan ekonom- Media pun tak bisa lepas tangan. inya – sudah tumbuh menjadi kota Rubrik seni budaya mesti terseyang mengarah pada pola metro- dia, seperti halnya Koran Akcaya politan. Salah satu cirinya adalah ketika itu (Pontianak Post, red) bertumbuhnya industri seni budaya yang selalu menyiapkan rubrik pop termasuk film. Seni budaya seba- puisi dan sastra setiap minggai hasil proses kreatif harus bersaing gunya. dengan denyut kehidupan yang dapat Pengusaha juga tidak boleh mengarah hedonisme. Ini gejala umum lepas tangan. Peran serta dadi perkotaan, apalagi yang sedang terus lam bentuk sponsorship sangat tumbuh. Diperlukan komitmen dan diperlukan. Dengan membuat energi lebih besar untuk menumbuh- jadwal festival khas kota Pontisuburkan produk seni budaya yang anak, turis pun bisa menambah didasari proses kreatif apalagi yang agenda kunjungan di kota ini. akarnya adalah seni tradisional. Men- Pontianak bisa mengkreasian gapa ini penting? sebuah wisata seni selain wisata Bagaimanapun kota Pontianak belanja. Pontianak menunggu adalah bumi multi etnis yang sesung- kehadiran dan kelahiran Pietraguhnya sangat kaya dengan akar seni Pietra baru agar kehidupan tidak terasa budaya tradisional warisan leluhur. gersang yang hanya semata mengejar Multi etnisitas ini adalah benih kein- kepuasan fisik dan materi. **
Bersepeda dan Berjalan di Kampus KAMPUS yang luas merupakan tempat belajar yang seharusnya tenang dan berhawa segar. Bebas dari polusi dan kebisingan yang bisa mengganggu konsentrasi belajar. Karena itu, perlu disediakan free sepeda kampus bagi para mahasiswa dan dosen. Ketika masuk kampus, motor atau mobil dititipkan. Untuk alat transportasi antargedung kuliah, perpustakaan, rek-
torat, laboratorium, atau ke gedung lain yang jauh, para mahasiswa dan dosen tinggal nyengklak dan mengayuh sepeda. Mahasiswa yang menggunakan sepeda sendiri perlu menandai sepedanya atau mengunci saat meninggalkannya. Para sesepuh bisa memakai sepeda listrik yang tak polutif. Mereka yang gedungnya cukup dekat dengan area parkir kampus
C
M
Y
K
bisa berjalan kaki. Dengan begitu, diharapkan area belajar (kampus) bisa kondusif, bebas dari polusi dan kebisingan yang bisa mengganggu. Lagi pula, bersepeda atau berjalan kaki akan lebih menyehatkan karena lebih menggerakkan otot. Bukankah orang sekarang jarang olah fisik? Umi Khoiriyah.
* Penulis, Mantan penyiar RRI Pontianak dan pendiri Sanggar Angkasa Remaja RRI. Kini Kepala RRI Siaran Luar Negeri di Jakarta.