pelesir
19
Pontianak Post
Minggu 29 Mei 2011
Menjelajah ”Hutan Durian” di Bukit Pelawi, Ogan Komering Ulu
Aroma Petualangan di Bukit dengan 20 Punggungan
HUTAN BUKIT : Tak banyak yang tahu bahwa hutan di Bukit Pelawi ini menyimpan sensasi petualangan yang mendebarkan bagi wisatawan.
Oleh : SETIAWAN, Baturaja
Bukit Pelawi bisa dicapai hanya dalam sepuluh menit dari pusat Kota Baturaja, ibu kota Ogan Komering Ulu. Pemandangan dari sana juga dikenal cantik. Meski begitu, tak banyak yang tahu hutan di bukit tersebut menyimpan keunikan sarat sensasi petualangan. BUKIT pelawi terletak di Desa Laya dan Pusar, Kecamatan Baturaja Barat, serta Kelurahan Batu Kuning, Kecamatan Baturaja Timur. Dari pusat Kota Baturaja, ibu kota Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, Bukit Pelawi mudah dikenali karena ada pemancar Telkom dan TVRI. Puncak bukit itu merupakan titik tertinggi di Kota Baturaja, 225 meter di atas permukaan laut. Titik tertinggi tersebut bisa dicapai dengan mobil atau motor. Sebab, ada jalan beraspal yang dibangun pemerintah untuk ke pemancar Telkom dan TVRI. Namun, hanya itu akses yang bisa dilalui kendaraan. Selebihnya, hanya ada jalan setapak. Dari titik tertinggi terse-
but, pengunjung bisa menikmati pemandangan Kota Baturaja yang dikelilingi bentangan luas hutan serta perkebunan sawit dan karet nan hijau. Seluruh kawasan tambang PT Semen Baturaja pun terlihat jelas dari puncak tersebut. Bukit Pelawi juga menawarkan kecantikan alam menjelang
matahari terbit (sunrise) dan tenggelam (sunset). Pusat Kota Baturaja dengan kerlap-kerlip lampu saat subuh tampak cantik, berlatar warna merah matahari yang baru muncul dari peraduan. Menjelang matahari tenggelam, pengunjung disuguhi eksotisme kawasan
RILEKS: Selain makan durian, wisatawan bisa bermain air di air terjun Bukit Pelawi, Baturaja, Sumsel.
Rantau Kumpai di sisi barat kota. Kecantikan pemandangan dari puncak Bukit Pelawi itu cukup dikenal warga. Namun, bahkan warga Baturaja, tak banyak yang tahu pesona hutan Bukit Pelawi. Padahal, di balik rimbun hutan di kaki bukit, ada delapan lokasi yang layak dijadikan objek wisata. Empat di antaranya berupa air terjun. Yakni, air terjun Batu Pahat, Putri Mandi, Katung, dan curug (air terjun kecil) Sabatra. Meski tak besar, empat air terjun di Bukit Pelawai tak pernah kering sekalipun kemarau panjang. Empat lainnya meliputi makam Puyang Idris yang misterius, Gua, Kubangan Naga, dan bendungan air yang konon dibangun pada masa kolonial Belanda. Area seluas 55 hektare di bukit itu juga masih menyimpan banyak pohon besar. Seperti namanya, pohon pelawi paling banyak ditemukan di sana. Namun, area itu juga ditumbuhi pohon seru, rotan, bambu, dan tembesu. Daya tar ik lainnya, di hutan Bukit Pelawi ada beberapa perkebunan milik penduduk. Lahan kebun itu diwarisi warga secara turun-temurun, sebagian lagi tanah ulayat atau tanah adat. Kebun milik penduduk tersebut umumnya ditanami durian, karet, dan cempedak. Yang unik, kebun-kebun itu berada di tengah hutan. Lebih unik lagi, tak ada pembatas apa pun yang memisahkan hutan dan kebun milik warga tersebut. Yang membedakan hanya tanaman yang tumbuh. Tentu mengesankan bila saat jalan menyusuri hutan, tiba-tiba kita sampai di area yang dominant ditumbuhi durian. Kondisi itu menawarkan sensasi tersendiri bagi pengunjung yang menjelajahi Bukit Pelawi. ”Mereka yang baru pertama ke Bukit Pelawi umumnya kaget saat menemukan di tengah hitan ada area cukup luas yang hanya ditumbuhi pohon durian, karet, atau cempedak,” kata teman yang asli Baturaja. Bahkan, setelah diberi tahu bahwa area itu adalah kebun milik warga pun, tak sedikit yang tetap merasa aneh karena ada kebun warga di tengah hutan. ”Asyik juga sih. Tentu nikmat menyan-
JEMBATAN : Warga setempat menyeberangi jembatan penghubung yang berada di perkampungan mereka.
tap durian masak pohon langsung di kebunnya,” tutur teman dari Jakarta yang baru pertama menjelajah Bukit Pelawi. Saat ini buah durian di Bukit Pelawi baru seukuran genggaman tangan. ”Musim durian di sini sekitar September,” kata teman yang asli Baturaja tadi. Saat musim durian tiba, lanjut dia, kebun durian itu siang-malam dijaga. Jadi,
tidak perlu khawatir tidak ber temu orang jika kita ingin menikmati si manis beraroma kuat itu di kebun. ” Tetapi, jarang ada yang merasa perlu masuk ke kebun untuk menikmati durian. Medannya berat. Mereka pilih menikmati di pinggir jalan saja. Kalau sudah musim, jalanan di sini banyak penjual durian,” terangnya. (jpnn/c10/soe)
RINDANG : Jalan setapak mempermudah wisatawan untuk menikmati kerindangan hutan.
Tergeser Promosi Gua Putri
WISATA ALAM: Pengunjung berkesempatan menjelajah hutan di Bukit Pelawi, Baturaja, Sumatera Selatan
SAAT Eddy Yusuf (kini wakil gubernur Sumatera Selatan) menjadi bupati Ogan Komering Ulu (OKU), Bukit Pelawi pernah dijajaki untuk dijadikan sebagai kawasan agrowisata, wisata keluarga, dan pusat kegiatan outbound. Pertimbangannya,dekat dengan pusat kota. Beberapa instansi dilibatkan dalam rencana tersebut. Di antaranya, Kecamatan Baturaja Barat; Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun); Badan Lingkungan Hidup (BLH); Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga; serta Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA) Kabupaten OKU. ”Upaya itu berjalan tiga tahun dan telah menghasilkan site plan,” kata Ahmad Zelly Fahlevi, ketua Gerakan Pemuda Sadar Alam Baturaja (Gempa Sabatra), organisasi yang getol mempromosikan kawasan Bukit Pelawi sebagai kawasan wisata alam. DPRD Kabupaten OKU saat itu juga siap membahas rencana tersebut. Namun, semua terhenti saat Eddy Yusuf terpilih sebagai wakil gubernur Sumatera Selatan. Saat ini Pemkab OKU lebih fokus pada pengembangan objek wisata berskala besar, antara lain, Gua Putri. ”Gua
Putri terkenal di seantero Sumatera Selatan. Karena itu, kami perlu meningkatkan pamornya,” kata Kabid Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan,dan Pariwisata Kabupaten OKU Yulia Mutiara. Bentuk batuan, stalagtit, dan stalagmite di Gua Putri memang terkenal cantik. Apalagi, gemericik air yang diyakini dari sungai bawah tanah terdengar jelas di sana. Sungai bawah tanah itu diyakini sebagai anak Sungai Semuhun yang alirannya bertemu dengan Sungai Ogan. Luas gua yang tergolong lapang juga membuat orang betah di sana. (wan/jpnn/c10/soe)