Pontianak Post

Page 28

cakrawala

28

SHANDO SAFELA/PONTIANAK POST

TATO: Tato yang tergambar di badan menjadi ciri khas masyarakat Dayak.

Jadi Sarana hiburan

Suasana di Rumah Betang tampak begitu ramai. Pengunjung berdatangan untuk melihat acara Pekan Gawai Dayak (PGD) yang biasanya diadakan di daerah pedalaman. Gawai Dayak merupakan acara tradisional masyarakat Dayak. Adapun arti dari gawai ialah syukuran setelah panen padi, yang bermakna sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

PGD kali ini, bukan hanya diikuti oleh suku Dayak, namun juga boleh dinikmati berbagai suku dan etnis yang ada di Kota Pontianak. Bahkan mulai dari turis asing hingga turis lokal. Bermacam hiburan juga digelar dalam PGD kali ini. Seperti tari-tarian, lomba nyanyi lagu Dayak, dewasa dan anak-anak, lomba gasing tradisional, lomba sumpit, lomba pemilihan bujang dan dara, serta beberapa perlombaan lainnya. Ajang lomba yang disuguhkan ternyata sangat dinikmati para pengunjung. Mulai dari melihat, mengabadikannya dengan memotonya, serta ada pula yang sengaja membuat film dokumenter dari berbagai perlombaan tersebut. Seperti lomba memahat, melukis kanvas, dan membuat prisai. Perlombaan tersebut tidak semua yang bisa melakukannya. Karena di balik perlombaan tersebut harus mempunyai imajinasi yang tinggi. Bagi para pengunjung, perlombaan tersebut sangat dinikmati mereka. Seperti Fadli, remaja ini mengaku ingin tahu tentang kebudayaan Dayak, karena itu ia berkunjung ke Betang. Dengan melihat perlombaan serta melihat langsung budaya Dayak. Ia bisa menikmati dan tahu budaya Dayak yang begitu banyak ukiran dan nilai seni di dalamnya. “Saya terhibur dengan datang ke sini (Rumah Betang, Red), dan mendapat ilmu yang belum saya temui. Biasannya hanya baca-baca saja, tapi sekarang bisa melihat langsung budaya Dayak yang ada di Kalimantan Barat. Apalagi kegiatan ini diadakan di tengah-tengah kota, saya suka melihatnya,” akunya. Ia berharap ke depannya, karena ini menyangkut nilai budaya, para pengunjung bukan hanya dari dalam kota, namun juga dari luar negeri. Bahkan dia menyarankan sebaiknya disediakan tour gaet untuk memandu para wisatawan. Karena dengan begitu, dia yakin, acara yang ada bisa lebih dikenal dan diberikan pengarahan tentang berbagai macam hal yang ingin diketahui. Ana, mahasiswa FKIP Untan yang baru sekali ini melihat langsung acara gawai Dayak, mengatakan perhelatan tersebut begitu indah. Selama ini ia jarang melihat kegiatan yang bersifat kebudayaan. Apalagi kebudayaan Dayak. “Ini bentuk hiburan bagi saya, karena saya bisa melihat langsung apa yang selama ini saya tidak tahu,” ujar cewek berkerudung ini. (tin)

SHANDO SAFELA/PONTIANAK POST

MINAT TURIS: Perhelatan Pekan Gawai Dayak yang diselenggarakan setiap tahun mampu menarik minat para turis dari mancanegara. Mereka tertarik dengan suguhan tradisi dalam perhelatan sepekan tersebut.

Tingkatkan Perekonomian Pengrajin Pekan Gawai Dayak (PGD) bukan hanya untuk melestarikan budaya, namun juga mendukung perekonomian rakyat. Seperti pengrajin budaya yang saat ini sudah mulai berkurang. Banyak pengarajin yang awalnya hanya sekadar kerja sampingan akhirnya benar-benar terjun ke dunia usaha yang bernuansa tradisional. Seperti pengrajin manikmanik, pengrajin patung, pelukis prisai, serta pengrajin pakaian Dayak.

PGD dimanfaatkan para pengrajin tersebut untuk mengais rejeki dengan membuka stand. Berbagai penak-pernik Dayak bisa didapatkan di Rumah Betang, Jalan Sutoyo Pontianak. Puluhan stand berdiri di sana. Ada aksesoris manik, ada patung, perisai, serta tas dan baju. Semua bernuansa khas Dayak. Bukan hanya dari pakaian, namun juga terdapat makanan khas Dayak. Clarry Sada, akademisi Dayak yang juga merupakan panitia dari PGD XXV, mengaku dengan adanya kegiatan gawai Dayak, para pengrajin bisa mengeruk untung, serta memamerkan hasil karyanya. Gawai Dayak yang

SHANDO SAFELA/PONTIANAK POST

RESMI DIBUKA: Gubernur Cornelis secara resmi membuka Pekan Gawai Dayak XXV.

diadakan di Kota Pontianak, lebih mengarah pada peningkatan perekonomian pengrajin. “Para Pengrajin lebih dihargai, karena mereka jadi bisa membuka stand dengan berkumpul di satu lokasi seperti ini. PGD ini sangat berdampak positif bagi masyarakat ke depannya.Apalagi untuk pedagang kecil, mereka jadi bisa memanfaatkan gawai ini dengan berjualan,” ujarnya saat mengunjungi rumah Betang bersama turis Malaysia temannya. Veronika, pengrajin pakaian khas Dayak mengatakan dengan adanya acara Gawai Dayak, ia bisa memperoleh keuntungan yang lebih dibanding hari biasanya. Bahkan untuk pakaian,

SHANDO SAFELA/PONTIANAK POST

ia bisa menyewakannya Rp350 ribu perbajunya. Untuk hari pembukaan saja, hampir semua bajunya disewa. Karena hari pembukaan semua yang datang hampir rata menggunakan pakaian adat Dayak. Begitu pula yang dikatakan oleh Imelia, pemilik stand manik, ia mengatakan dengan adanya PGD, dalam satu hari ia bisa memperoleh hingga Rp1 juta. Terutama saat pengunjung sedang ramai. Selain itu, ia bisa memamerkan hasil karyannya dengan pengunjung yang senang dengan manikmanik. “Saya bisa mendapatkan keuntungan yang lebih dibanding hari-hari biasanya,” aku ibu satu anak ini. (tin)

SHANDO SAFELA/PONTIANAK POST

KERAJINAN DAYAK: Kerajinan Dayak menjadi ses­ GADIS DAYAK: Seorang model uatu yang paling diburu para pengunjung Pekan Gawai gadis Dayak dengan pakaian tradisi­ onal yang dikenakannya. Dayak.

Pontianak Post

Minggu 23 Mei 2010

Unik di Mata Turis Budaya Dayak memiliki keunikan. Itulah yang terlontar dari beberapa turis yang datang dari luar negeri untuk menyaksikannya. Bahkan untuk gawai XXV kali ini, dikunjungi oleh turis dari Amerika, Rusia, Kanada, serta Malaysia yang memang sudah menjadi langganan Pekan Gawai Dayak (PGD) di Kalimantan Barat.

SEBUT saja Salam Chimie. Turis asal Malaysia ini sudah sepuluh tahun menghadiri PGD yang ada di Pontianak. Kecintaannya terhadap budaya Dayak ditunjukkannya dengan selalu tidak mau ketinggalan menghadiri PGD. Bahkan bukan hanya gawai Dayak di Pontianak, di beberapa kabupaten pun dijambanginya. Pulau Kalimantan yang lebih dikenal dengan budaya Dayak sudah hampir ia taklukan. Namun yang paling sering ia kunjungi ialah budaya Dayak yang ada di Kalbar. “Saya sudah 10 tahun, setiap ada gawai Dayak di Kalimantan Barat, saya pasti datang. Saya suka dengan keunikan budaya Dayak di sini. Dari segala sisi memiliki keasrian yang berbeda dengan lainnya. apalagi sekarang PGD dibuat sedemikian rupa di kota, jadi penduduk bisa menikmatinya, bukan hanya di daerah,” kata bapak berkaca mata ini, Sabtu (22/5). Situasi PGD membuat dia seakan berada di kampung

halaman. Bagi dia, perhelatan ini merupakan sebuah tradisi yang harus dilestarikan, karena mengandung nilai budaya yang tinggi. Moment seperti gawai Dayak, menurut dia, harus tetap dilestarikan agar budaya tidak punah. Bahkan, katanya, dengan adanya gawai Dayak ia juga membawa rombongan yang berasal dari negara tetangga hingga Eropa. “Saya sering membawa rombongan untuk melihat gawai Dayak, karena gawai dayak merupakan nilai budaya yang begitu indah dan unik. Rombongan yang saya bawa seperti rombongan kementerian dari Malaysia, atau beberapa rombongan yang memiliki kebudayaan yang sama atau masih serumpun,” ujarnya. Laura Steckman, salah satu turis yang sengaja datang dari Amerika, mengatakan hal serupa. Baginya, budaya Dayak itu memiliki ciri khas yang berbeda dengan budaya lain. Terutama seni tari, seni pahatan, dan seni lukis perisai, serta beberapa seni yang berbeda dibandingkan dengan budaya lainnya. “Saya saat ini sebagai turis, namun saya ingin mempelajari budaya Dayak. Sekarang sudah banyak perubahan dibandingkan jaman dahulu. Budaya Dayak sangat unik. Yang saya ketahui, 200 tahun lalu masyarakat masih terisolir dan tidak bergabung dengan suku lain. Namun sekarang mereka bisa menjadi satu kesatuan, ini suatu kebanggan,” katanya. (tin)

SHANDO SAFELA/PONTIANAK POST

DELEGASI SARAWAK: Salah satu undangan yang merupa­ kan delegasi Sarawak, disambut dengan suguhan minuman saat tiba di lokasi Pekan Gawai Dayak.

Kreasi Seni Perisai, Sarana Nilai Budaya Salah satu perlombaan yang ada dalam Pekan Gawai Dayak (PGD) ialah lomba membuat perisai. Perlombaan ini lebih menekankan pada seni. Perlombaan tersebut diikuti berbagai macam usia. Mulai dari yang muda hingga tua. Berbagai ukiran prisai tersebut pun berbeda-beda dan memiliki makna. Namun lebih ditekankan pada ukiran binatang dan tumbuhan.

L Dungo, salah satu koordinator perlombaan perisai yang juga salah seorang pengrajin perisai, menjelaskan bahwa setiap ukirannya memiliki makna dari alam. Ukiran perisai sudah bisa mencerminkan apa yang ada di fikiran pembuatnya. Secara umum, katanya, pembuat perisai bisa menunjukkan watak manusia, yang dikreasikan dengan binatang dan tumbuhan sekitar. “Awalnya, perisai dibuat ialah untuk perang. Namun saat ini perisai lebih dinilai dengan seni dan hiburan bagi yang memandang. Semakin sulit kreasi ukiran-

SHANDO SAFELA/PONTIANAK POST

PERISAI DAYAK: Jejeran perisai Dayak dalam balutan lukisan yang begitu indah.

SHANDO SAFELA/PONTIANAK POST

PELUKIS PERISAI: Seorang pelukis perisai Dayak sedang melukis salah satu perisai.

nya, semakin bernilai perisai tersebut. Untuk perisai sendiri setiap jenis suku Dayak memiliki motif yang berbeda-

beda,” ujarnya sambil memantau para peserta lomba. Vincent, salah satu peserta lomba yang sudah menyenangi dunia ukir perisai sejak umur belasan tahun, mengatakan bahwa membuat perisai tidak sembarangan. Pembuatannya harus memiliki tema apa yang ingin dibuat. Baginya membuat perisai ialah menyalurkan hobinya. Saat ini perisai lebih banyak dikenal dengan seni. “Perisai ialah salah satu alat budaya Dayak. Setiap ukirannya mengandung

makna, tidak sembarangan membuatnya. Bahan-bahannya yaitu kayu, cat, dan kuas. Untuk harganya sendiri mencapai Rp700 ribu – Rp1 juta perperisai,” katanya. Untuk saat ini, masih banyak yang bisa membuat perisai. Namun, kata Vincent, para pembuat perisai saat ini umumnya tidak tahu apa makna dari perisai yang dibuatnya. Perisai kini ialah bentuk seni yang masih terjaga. Selain itu, dengan adanya perlombaan ini ialah bentuk melestarikan budaya Dayak. (tin)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.