Pontianak Post

Page 23

sinarmas forestry

Pontianak Post l Selasa 20 September 2011

23

Komitmen Finnantara Membangun Masyarakat

Keterbukaan: Keterbukaan manajemen dalam mengelola HTI terkait kepentingan Sertifikasi Environment & Management System ISO 14001: 2004, Sertifikasi SMK3 (Health & Safety) Sertifikasi LEI Standard 5000-2, The Indonesian Ecolabelling Institute Standard for Sustainable Plantation Forest Management System, Sertifikat Lacak Balak Tata Usaha Kayu, Timber Legality & Traceability Verification, Verification of Legal Origin.

SALAH satu perusahaan hutan tanaman industri (HTI) yang masih eksis hingga saat ini di Kalimantan Barat adalah PT Finnantara Intiga. Berada di wilayah administratif Kabupaten Sanggau, Sekadau dan Sintang, 82 persen dari luas areal yang mengantongi SK Menhut No. 750/Kpts-II/1996, tanggal 2 Desember 1996 seluas 299.700 ha ini, berstatus lahan hutan produksi dan sisanya 18 persen area penggunaan lain. Hampir setiap jengkal lahan area HTI PT. Finnantara Intiga ”diakui” masyarakat sebagai lahan komunal adat. Vegetasi lahannya 89 persen merupakan lahan tidak produktif yang ditumbuhi padang ilalang, semak belukar, bekas peladangan gilir balik, dan lahan kebun. Sedangkan 11 persen sisanya adalah hutan sekunder dan belukar muda. Visi PT. Finnantara Intiga adalah terwujudnya hutan tanaman yang dibangun dan dikelola dengan prinsip-prinsip kelestarian produksi, sosial dan ekologi untuk memasok kebutuhan bahan baku serpih secara berkelanjutan. Sedangkan misi PT. Finnantara Intiga adalah (1) Mengelola dan menghasilkan kayu dari hutan tanaman melalui pemilihan teknik silvikultur dan teknologi pengolahan yang tepat sehingga mempunyai nilai tambah dan daya saing. (2) Mendorong penguatan kapasitas masyarakat di dalam

dan sekitar hutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan pembangunan hutan tanaman berbasis masyarakat. (3) Merehabilitasi kawasan hutan dan lahan tidak produktif, untuk meningkatkan kualitas sumber daya hutan dan lingkungan Adapun manfaat langsung pengelolaan HTI bagi masyarakat adalah: perolehan insentif lahan, insentif infrastruktur dan bantuan tanaman kehidupan berupa karel unggul. Selain penyerapan tenaga kerja lokal juga ada jasa lingkungan berupa penyerapan karbon. Sedangkan manfaat langsung bagi pemerintah daerah berupa penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan daerah melalui PSDH, PBB, PPn, PPh dan peningkatan perputaran roda perekonomian melalui multiplier effects segenap stakeholder baik yang terlibat operasional langsung maupun tidak langsung. Dengan kehadiran PT. Finnantara Intiga setidaknya telah dibangun jalan utama poros pedalaman yang menghubungkan wilayah administratif Kabupaten Sanggau, Sekadau dan Sintang sepanjang 165 kilometer dengan jumlah jembatan yang dibangun sebanyak 250 unit. Dengan terbukanya arus transportasi darat yang dibangun PT. Finnantara Intiga membuat masyarakat pedalaman

semakin menggeliat mengejar ketertinggalan sektor informasi, pendidikan, kesehatan dan hak-hak sipil lainnya. Jalan darat yang dibuat juga semakin memudahkan masyarakat luar dan masyarakat lokal untuk saling berinteraksi yang diharapkan bermuara pada percepatan pembangunan pedesaan. Secara ekologispun demikian pula, PT. Finnantara Intiga mengalokasikan Kawasan Lindung yang merupakan kawasan yang dilindungi dan tidak boleh ada kegiatan produksi di areal ini, sesuai peraturan perundangan yg berlaku sebesar 10% dari luas konsesi Finnantara yaitu 31.293 ha. Sementara itu komitmen manajemen dalam upaya perbaikan sistem pengelolaan lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pengelolaan HTI ini PT. Finnantara Intiga telah memperoleh Sertifikasi Environment & Management System ISO 14001: 2004 sejak tahun 2002 hingga sekarang, Sertifikasi SMK3 (Health & Safety) hingga tahun 2012, Sertifikasi LEI Standard 5000-2, The Indonesian Ecolabelling Institute Standard for Sustainable Plantation Forest Management System hingga tahun 2015, Sertifikat Lacak Balak Tata Usaha Kayu, Timber Legality & Traceability Verification (TLTV), Verification of Legal Origin (VLO) hingga tahun 2012. (*)

DAMPAK PEMBANGUNAN HTI PT. FINNANTARA INTIGA LOKAL: Pelibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan.

Hasil Hutan Non Kayu Finnantara HASIL hutan bukan kayu (non timber forest products), adalah semua material biologi selain kayu yang diekstrak dari hutan alami dan memiliki nilai manfaat. Hasil hutan bukan kayu di areal PT. Finnantara Intiga, pada umumnya berada di kawasan lindung dan sebagian di areal hutan rakyat dan hutan produksi. Perusahaan tidak melarang masyarakat untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu yang diambil dari kawasan lindung sepanjang tidak merusak. Hasil inventarisasi ditemukan beberapa jenis potensi hasil hutan bukan kayu antara lain madu pada pohon Keladan. Bambu dan rotan untuk bahan kerajinan tangan. Begitu juga aneka jenis ikan air tawar. Madu misalnya, ditemukan di Dusun Mengkiang dan Dusun Bahta, Kabupaten Sanggau. Dusun Tanjung Batas di Kabupaten Sintang. Di sentra penghasil madu ini potensi madunya 120 – 300 liter per 3 bulan. Adapun harga jual ditingkat pengumpul rata-rata Rp 50.000 per botol (600 ml). Potensi ikan air tawar disepanjang aliran Sungai Sekayam, Sungai Mengkiang, Sungai Jeropet, Sungai Jungkit, Sungai Belitang dan Sungai Beloh juga menggiurkan sekali. Aneka jenis ikan air tawar diantaranya mudah ditemukan ikan baung (macrones rigriceps), patin (pangasius sp), gabus (ophiocephalus sp), seluang (rasbora argyrotaenia) dan lais (siluroides sp) serta lobster sungai. Selain dikonsumsi segar, ikan juga diawetkan menjadi ikan asin yang harga jualnya jauh lebih tinggi. Sejak tahun 1996 awal beroperasinya PT. Finnatara Intiga di Kalimantan Barat, belum pernah terjadi konflik kepentingan dalam memanfaatkan HHBK pada kawasan lindung, areal produksi, apalagi areal hutan rakyat. Hutan sebagai sumberdaya alam sangat penting peran dan fungsinya dalam mendukung kehidupan, karena fungsinya berkaitan dengan hajat hidup orang banyak baik yang berinteraksi langsung maupun tidak langsung. Bagi masyarakat yang berinteraksi langsung dengan hutan atau berada di sekitar hutan, keberadaan hutan tidak saja menjadi tempat tinggal namun menjadi sumber bagi pemenuhan kebutuhan hidup. PT. Finnantara Intiga sangat memahami keberadaan dan eksistensi masyarakat tempatan sebagai yang empunya hutan untuk secara bersama-sama menata kawasan hutan agar memberi nilai lebih bagi pemenuhan kebutuhan hidup yang lestari dan sekaligus bertanggungjawab. (*)

Sebelum Ada HTI 1. Produktifitas sangat rendah s/d 0 (padang alang-alang, semak belukar) 2. Miskin unsur hara 3. Tingkat erosi tinggi (14 – 27 ton/ha/ thn) 4. Penyerapan karbon lebih kecil karena minimnya vegetasi 5. Aksessibilitas rendah

Setelah Ada HTI 1. Produktifitas meningkat dengan MAI tanaman 20 – 36 m3/ha/thn 2. Unsur hara bertambah, dengan penyerapan N dari udara oleh tanaman famili Leguminosae (Acacia sp.) 3. Erosi pada areal HTI rendah (5 - 10 ton/ha/ thn) 4. Penyerapan karbon (CO2) 38.05 ton/ ha; dan Biomassa potensial 25m3/ha/ thn (Ganjar Oki, 2008) 5. Aksessibilitas meningkat dengan pembangunan jalan dan jembatan HTI

Simbiosis: Simbiosis mutualisme tumpang sari padi ladang dan tanaman HTI, Acacia mangium dan Eucalyptus pellita dalam program community development.

Ciptakan Hutan Lestari

NON KAYU: Hasil hutan bukan kayu seperti madu dan ikan memberi nilai tambah bagi masyarakat local.

TUNTUTAN hidup sejahtera sandang, pangan dan papan terus mengemuka dan sudah menjadi bahasa keseharian masyarakat untuk memperoleh hak-haknya. Pemerintah daerah melalui segenap stakeholder yang ada termasuk di dalamnya PT. Finnantara Intiga yang menjadi ujung tombak pelaksanaan pembangunan hutan tanaman industri di Sanggau, Sekadau dan Sintang adalah wujud pembangunan nyata sektor kehutanan yang menjadi komitmen pemerintah untuk tetap lestari di tengah masyarakat. Sejak tahun 1996, sebagai pelaksana pembangunan HTI, PT. Finnantara Intiga berkomitmen untuk terus mewujudkan pembangunan sektor kehutanan yang berkesinambungan dan lestari dengan mengedepankan peran masyarakat lokal sebagai pelaku utama perlindungan dan pengamanan investasi sektor kehutanan yang sudah terbukti. Semoga hubungan yang harmonis antara masyarakat adat, perusahaan dan pemerintah daerah yang sudah terjalin selama ini semakin bertumbuhkembang dalam pengertian saling menghargai hak-hak pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan, agar percepatan pembangunan pedesaan sesuai dengan harapan pemerintah. (*)

Robert Siagian Presdir PT. Finnantara Intiga


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.