Pontianak Post

Page 20

Pontianak Post

EdukasI

Minggu 16 Mei 2010

19

Resensi Judul Buku: Teks & Kritik Wacana Gender Penulis: Luqman Abdul Jabbar Penerbit: STAIN Pontianak Press Cetakan: I, Desember 2009 Tebal: 113 halaman Peresensi: Aspari Ismail

Menggugat Misogyny

M

ISOGINIS, secara leksikal berasal dari bahasa Inggris “misogyny” yang bermakna hatred of women (kebencian terhadap perempuan). Anehnya pelaku kekerasan terhadap perempuan adalah orang-orang dekat korban, seperti suami, saudara atau bahkan orangtuanya yang se­m estinya harus mem­berikan perlindungan keamanan dan memberikan kasih sayang. Ainul Abied Syah (2001) menjelaskan bahwa kita sebetulnya sudah terjerumus dalam praktik misogyny, sebuah istilah modern yang berarti tindakan penindasan terhadap kaum perempuan, baik secara langsung maupun tidak, baik secara kasar maupun halus. Hal itu terjadi, menurut Mansour Fakih, disebabkan belum dimilikinya kesadaran dan sensitivitas gender. Hingga saat ini di seluruh pelosok negeri dan diberbagai sudut negara, kekerasan terhadap perempuan masih terjadi. Kondisi tersebut terjadi karena adanya interpretasi yang beragam atas ayat-ayat dan hadits-hadits yang terkait pada isu gender. Di samping itu, studi Al-Qur’an dan Hadits yang berkembang hingga kini masih berorientasi pada studi teks, belum menyentuh aspek kontekstual. Problem gender misalnya selama ini tidak lebih hanya berorientasi pada persoalan studi kritik teks al-Quran dan Hadits yang hanya mengungkap makna di balik teks. Tak berlebihan bila Nasr Hamid Abu Zayd mengistilahkan peradaban Islam sebagai hadarah al-Nass (peradaban teks). Buku ini hadir untuk menjawab persoalan terse­but. Luqman Abdul Jabbar (Dosen STAIN Pontianak) menawarkan solusi dalam mengkaji kitab agama (Islam) melalui metode Living Qur’an dan Living Hadits. Metode ini mengkaji keberagaman permasalahan hidup umat yang tampak dalam keseharian, apa yang dikatakan dan dicurigai sebagai dampak dari kekeliruan pemaknaan teks dapat terjawabkan secara seimbang. Metode tersebut telah diterapkan penulis dalam penelitiannya yang berjudul ”Ekspektasi Suami Pelaku Tindak Kekerasan Terhadap Istri Atas TeksTeks Misoginis Islam”. Buku ini merupakan penyempurnaan dari penelitian tersebut. Melalui buku ini beberapa perspekstif spekulatif, seputar pemaknaan teks yang bias gender dan kemudian berdampak pada perilaku kekerasan terhadap perempuan, khususnya kekerasan suami terhadap istri, dapat diungkap lebih seimbang, spesifik, sistematis dan mendalam. Melalui buku ini penulis menginformasikan kepada pembaca banyak hal yang berkenaan dengan kekerasan dalam rumah tangga; alasan suami melakukan kekerasan, bentuk-bentuk kekerasan, dampak kekerasan dan hal lainnya yang sangat berharga. Buku ini menjadi bacaan yang sangat bermanfaat bagi siapa saja yang menggugat misogyny. Bagi yang berminat, buku ini bisa dibeli di ruang P3M STAIN Pontianak.(Aspari Ismail, penulis buku: Agama & Masa Depan Manusia)

Buku Laris

Sahabatku Henry HENRY membawakanku melewati sepanjang masa kecilku dan karena itulah pada akhirnya aku mampu menolongnya, ketika dia memerlukan bantuanku. Itulah hal terberat yang pernah aku lakukan, tetapi berkat dia, aku tidak lagi merasa takut terhadap bayangan dan tanggung jawab sebagai orang dewasa. Aku telah bertekad bahwa sepanjang sisa hidupku aku tidak akan pernah mengecewakan anjingku yang luar biasa ini, sehingga dia akan bangga terhadapku seperti halnya aku selalu bangga terhadapnya. Itulah ungkapan hati Dale Gardner, seorang anak autis yang bersahabat dengan seekor anjing. Kisah nyata yang luar biasa tentang seorang anak autis dan seekor anjing yang membukakan pintu dunianya. Nuala Gardner menuliskan kisah anaknya itu dengan cantik. Buku A Friend Like Henry (Elex Media Komputindo Jakarta, 2010) benar-benar inspiratif.(*)

Tempurung PENYAIR Oka Rusmini makin produktif menciptakan cerpen dan novel. Salah satunya buku ini, Tempurung (Grasindo Jakarta, 2010). Novel ini berkisah tentang hidup para perempuan berhadapan dengan tubuhnya, agama, budaya, dan masyarakat. Cerita ini mengisahkan perempuan-perempuan yang hidup di dunia perkawinan yang ‘’absurd’’. Jauh di lubuk hati mereka tidak menginginkan perkawinan, di sisi lain mereka butuh anak, kasih sayang, cinta, perhatian, dan sentuhan untuk tubuh mereka. Perempuan-perempuan yang mencari cinta, kasih sayang, impian, bahkan mereka sendiri tidak tahu keinginan mereka. Apa yang mereka mau, kadang mereka juga takut bermimpi. Inilah novel tentang tubuh perempuan yang sesungguhnya tidak jadi milik nereka sendiri. Bahkan seringkali mereka juga gagap berhadapan dengan tubuh sendiri. Inilah kisah perempuan-perempuan yang tidak tahu apakah menjadi perempuan itu anugerah atau kutukan.(*)

Jombang : Arimbi

Malang

Mojokerto : Mrico Bolong

Mojokerto : Bunga Matahari

pucuk menghadap ke bawah, membuat motif arimbi tampak geometris. Bentuk siluetnya berisi ukir-ukiran yang rumit, mirip dengan batik Jawa Tengahan, berupa: wajik (segitiga), bulat (lingkaran), kotak (persegi) dan garis-garis. Satu ciri umum lainnya adalah bentuknya yang simetris, kiri dan kanan sama. Selain Candi Arimbi, masih ada dua motif batik lain yang menjadi batik khas Jombang, yakni, Ringin Contong dan Lumpang Bolong. Ada juga batik Pecinan dengan motif kawung yang warna merah bata dan hijau daun. Malang mempunyai dua sentra batik, Kabupaten Malang dan Kota Malang. Di Kabupaten Malang ada batik Druju yang diproduksi di Desa Druju. Batik ini mempunyai corak alam, seperti: kupu-kupu gajah, rerumputan pantai dan lautan. Ciri khas batik Druju terlihat dari coraknya yang menyambung dari bagian depan ke bagian belakang. Motif batik Druju menyambung karena dilukis setelah kain dijahit menjadi pakaian. Memang amat lain dari batik mana pun di dunia. Ciri khas lainnya adalah warna yang hitam pekat. Andalan batik Druju adalah batik seribu mimpi. Di kota Malang juga dikembang-

kan batik, batik Malangan. Desain gambar tugu dan singa Malang yang digoreskan dalam nuansa batik Malangan dan menjadi lambang daerah. Batik Malangan memiliki tiga ciri pokok dan menjadi bagian dari tiga komponen pokok batiknya. Pertama pada tanahan (dasar) yang diambil dari motif batik di Candi Badut yang merupakan peninggalan Kerajaan Kanjuruhan tahun 760 Masehi. Komponen kedua berupa motif pokok (hias isian) diisi dengan gambar tugu Malang yang diapit oleh rambut singa pada sisi kiri dan kanannya sebagai lambang Kota Malang. Komponen ketiga adalah motif hias un­tuk tumpal (pinggiran plus isen-isen) yang diisi tiga sulur yang membentuk sebuah rantai. Sebelumnya ada sejumlah motif yang juga telah berkembang. Misalnya, motif modhang koro, kembang pring, dele kecer, kembang kopi dengan warna hitam, kembang juwet dengan biru hijau, kembang manggar dengan warna putih kuning, serta kembang teratai. Selain ada juga motif patung dari candi di sekitar Malang. Misalnya, motif hias ceplok pada patung Durga dan Pradnyaparamita di Singasari, motif hias sido mukti pada patung Ganesha di

Singasari. Sejarah batik di Jawa Timur merupakan bagian dari asal muasal kegiatan pembatikan yang diyakini bermula di abad XVII pada zaman Kerajaan Majapahit ibukotanya di Trowulan, Mojokerto. Mojokerto, sebagai daerah peninggalan Majapahit, juga telah mengembangkan batik khas daerah. Beberapa motif di antaranya adalah: mrico bolong, rawan inggek, pring sedapur, koro renteng, sisik gringsing, dan matahari. Desain batik ini mengambil corak alam sekitar kehidupan manusia. Misalnya motif pring sedapur merupakan gambar rumpun bambu dengan daun-daun menjuntai. Ada burung merak bertengger. Warna dasarnya putih dengan batang bambu warna biru. Sedangkan daunnya warna biru dan hitam. Demikian pula motif gedeg rubuh, coraknya mirip seperti anyaman bambu yang miring. Kalau mrico bolong, motifnya berupa bulatan merica yang berlubang. Sebagai penutup, Tidak banyak motif geometri yang dikebangkan dalam perbatikan di daerah ini. Satu-satunya yang khas geometris adalah motif Candi Arimbi (Jombangan) yang berupa segitiga terbalik.(Om Tris)

Pola Geometri Batik Jombang, Malang dan Mojokerto D

AERAH Jombang, Malang, dan Mojokerto merupakan daerah peninggalan kerajaan Majapahit. Sekalipun batik sudah dikembangkan pada jaman Majapahit, di tiga daerah ini batik baru ’menggeliat’ dalam dasa warsa terakhir ini. Informasinya juga masih sangat terbatas. Sentra batik Jombang terdapat di dua lokasi yaitu di Desa Jati Pelem, dan Desa Sukorejo. Dikabarkan bahwa kerajinan batik di Kabupaten Jombang dimulai dari desa ini dengan motif-motif batik solo. Motif batik yang dihasilkan berupa ragam alam, seperti motif bunga melati, tebu, cengkih, dan pohon jati. Kini dikembangkan batik khas Jom­ bang, yaitu tumpalan berbentuk segitiga dengan berbagai variasinya. Motif ini diberi nama batik Jombangan. Batik Jombangan berupa ukir-ukiran segitiga dengan lancip di bawah. Disebutkan bahwa motip ini terinspirasi dari sebuah relief yang terdapat di candi Arimbi. Candi Arimbi merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mojopahit. Candi ini berstruktur dari bahan batu kali, bukan dari batu bata seperti candi peninggalan Mojopahit pada umumnya. Bentuk siluetnya yang segitiga dengan

n Makin Profesional Lewat Penelitian (10)

Nominal, Ordinal, Interval dan Rasio Rubrikasi Penelitian ini diasuh Redaktur Tamu Pontianak Post Dr Leo Sutrisno. Pembahasan lebih difokuskan pada seluk-beluk penelitian. Pembaca dapat mengusulkan hal-hal penelitian yang perlu dibahas dan di-sharing-kan dengan pembaca lain melalui email: leosutrisno@hotmail.com

Nominal

A

DA sebuah pertanyaan dari pembaca berikut ini: “Apakah data dalam suatu penelitian itu harus berupa bilangan?” Sebagian orang memang mengatakan ‘Ya’, ”data” harus berbentuk bilangan. Sedangkan yang tidak berbentuk bilangan disebut ”informasi”. Sesungguhnya, data dapat berbentuk ’bilangan’ dan ’bukan bilangan’ karena data merupakan karakteristik dari sesuatu. Ambil contoh data pribadi perserta Rubrik Kontak Jodoh dari sebuah Surat Kabar. Data pribadi seorang peserta menyangkut: berat badan, tinggi badan, umur, jenis kelamin, agama, kesenangan, lokasi tempat tinggal, dll. Tentu, hanya tinggi badan, berat badan, dan umur yang disajikan dalam bentuk bilangan. Bagi pembaca yang telah didatangi petugas sensus penduduk, tentu ditanyai berbagai hal yang disebut data kepedudukan. Ada, nama, ada jenis kelamin, ada agama, ada usia, ada pekerjaan, ada penghasilan, dll. Ada yang harus dijawab dengan bilangan ada yang tidak.

Jl. Ketapang P13

Untuk keperluan analisis (statistik) data yang berbentuk bilangan dibedakan menjadi: data nominal, data ordinal, data interval dan data rasio. Data nominal dan data ordinal dianalisis dengan statistik non-parametrik. Sedangkan data interval dan rasio diolah dengan statistik parametrik. Data nominal Misalnya, rumah saya berada di jalan Ketapang No. P. 13. Tiga belas (13) merupakan tanda bagi rumah saya. Rumah tetangga kanan dan kiri adalah P 12 dan P 14. Angka-angka pada plat kedaraan bermotor juga berfungsi sebagai tanda. Angka-angka pada punggung pemain sepak bola juga sebagai tanda. Nomor-nomor ruang di sebuah hotel juga berfungsi sebagai tanda. Karena alasan tertentu, informasi verbal diubah menjadi bilangan. Misalnya untuk keperluan analisis statistik, informasi tentang jenis kelamin responden diubah, ’yang laki-laki’ menjadi 1 dan ’yang perempuan’ menjadi 2. Demikian juga informasi tentang agama, ’Islam’ = 1, ’Kristen’ = 2, ’Hindu’ = 3, ’Budha’ = 4, ’Katolik’ = 5, ’Konghucu’ = 6.

Data yang berupa bilangan seperti ini disebut data (berskala) nominal. Data berskala nominal berfungsi sebagai tanda tentang sesuatu. Data ordinal Misalnya, anak-anak kita termasuk kelompok ’sepuluh besar’. Ada yang rangking satu. Ada yang rangking dua. Ada yang rangkin tiga dan seterusnya. Rangking satu, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya selain berfungsi sebagai tanda juga berfungsi untuk menunjukkan urutannya, dari yang paling baik hingga yang kurang baik. Hasil perlombaan juga sama fungsinya. Juara satu, juara dua, juara tiga, selain sebagai tanda juga sebagai penunjuk urutan. Tentu si juara satu berarti tertinggi. Si juara dua berada satu tingkat di bawah juara satu. Juara tiga berada di dua tingkat di bawah juara satu. Data yang berfungsi sebagai tanda dan penunjuk urutan disebut data berskala ordinal. Karena alasan teknis analisis, informasi verbal diubat menjadi data berskala ordinal. Misalnya informasi tentang kejujuran seseorang yang dikelompokkan sebagai sangat jujur, jujur, kurang jujur, sangat tidak jujur diubah dengan bilangan-bilangan 1,2,3,dan 4. Data interval

Data interval dapat ditemukan pada pengukuran panas badan yang menggunakan termometer. Dalam termometer terdapat bilangan-bilangan yang berurutan dari yang rendah ke yang tinggi. Jarak antara bilangan-bilangan yang berurutan itu juga sama. Misalnya, jarak antara 1 dan 2 sama dengan jarak antara 2 dan 3. Sifat ini tentu berbeda dengan yang berskala ordinal. Jarak antara rangking 1 dan rangking 2, tidak harus sama dengan jarak rangkin 2 dan rangkin 3. Misalnya, rangkin 1 mempunyai nilai 10. Rangking 2 mempunyai nilai 8. Nah, rangking 3 tidak harus memiliki nilai 6. Yang penting nilainya lebih rendah dari nilai rangking 2. Data seperti yang ditunjukkan pada termometer itu disebut berskala interval. Data berskala interval selain berfungsi sebagai tanda, dan penunjuk urutan juga berfungsi sebagai penunjuk jarak (interval). Data berskala interval juga tidak memiliki bilangan ’nol’ mutlak. Panas sebuah benda adalah nol derajad celcius tidak berarti tidak memiliki suhu sama sekali. Panas sebuah benda nol derajad celcius berarti suhu benda itu sama dengan suhu es yang sedang mencair. Data rasio Data rasio dengan mudah dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, data

tentang tinggi badan, data tentang berat badan, data tentang umur. Data seperti ini mempunyai sifat yang sama dengan data berskala interval. Kecuali, nol-nya bukan nol relatif tetapi nol mutlak. Pada umumnya, nilai nol mutlak ini tidak ada di alam bebas. Tidak ada sesuatu yang tingginya nol meter. Tidak ada sesuatu yang beratnya nol kilogram. Tidak ada sesuatu di dunia ini yang umurnya nol tahun. Inilah uraian singkat tentang nominal, ordinal, interval, dan rasio. Pembaca seharusnya tahu persis perbedaannya jika akan menganalisis data itu dengan sttistik. Sebelum ditutup ada pertanyaan nakal, ”Mengapa setiap kali membicarakan data berbentuk bilangan selalu diarahkan ke urutan nominal, ordinal, interval dan rasio?”. Silahkan pembaca yang lain mencoba menjawabnya.**


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.