Pontianak Post

Page 10

MENUJU KEKUASAAN GEBYAR MERDEKA

10 hut ri

Sambut Suka Cita Semangat nasionalisme, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan diperlihatkan oleh masyarakat Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang, dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-64 tahun ini. Dengan dana yang ada dan kekompakan, mereka berupaya mengenang dan menyemarakkan hari bersejarah bagi bangsa ini. Untuk tahun ini, panitia HUT RI ke-64 Tingkat Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang, menggelar berbagai Uray Tommy macam perlombaan yang menyentuh rakyat. Bahkan, umbul-umbul dan bendera merah putih, sudah diminta untuk dipasang pada setiap rumah, mulai hari ini (14/8). Hal ini ditegaskan oleh Ketua Panitia HUT RI ke-64 Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang Jawani dan Bagian Humas, Uray Tommy serta Sekretaris Panitia Darmawan kepada Pontianak Post kemarin. “Hari ini (kemarin) kami melakukan rapat pematangan dalam rangka persiapan menyambut HUT RI ke-64 di Kecamatan Sungai Raya. Kesiapan sudah 99 persen,” tegasnya. Berbagai macam perlombaan dan pertandingan itu antara lain : sepeda hias, panjat pinang, gaplek, cerdas cermat tingkat dan volley ball tingkat Sekolah Dasar. Kemudian, badminton yang disponsori oleh toko Anita Sungai Raya, serta volley ball dewasa yang langsung dihandle oleh para Pedagang Kaki Lima di sana. “Kami juga melakukan persiapan yang matang untuk pasukan pengibar bendera (paskibra) karena momen tersebut merupakan sejarah besar bangsa ini,” katanya. Diantara pertandingan dan perlombaan itu, sudah ada yang berlangsung sebelum tanggal 17 Agustus 2009. Diantaranya, gaplek 14-16 Agutus, Cerdas Cermar 14 hingga 17 Agustus, Volly Ball tingkat SD 8-15 Agustus, Badminton 9-12 Agustus, serta Volly Ball yang dikoordinir PKL dengan membentuk panitia kecil 7-16 Agustus. (ody)

Pontianak 3 Juni 2009 2008 Pontianak Post Post Jumat Rabu 14 Agustus

Riwayat Singkat Sejarah Perjuangan B.P.I.K.B Kalbar 1945-1949

Mundur ke Sanggau Ledo, BPI-KB Tewas 27 Orang Para tokoh politik di Kalbar segera membentuk PPRI (Panitia Penjongsong Republik Indonesia). Juga dibentuk Barisan Pemberontak Indonesia Kalimantan Barat atau disingkat BPIKB yang dikomandani Ali Anyang. Bahkan, dengan ajudannya Tillah Wijaya Ali Anyang menyusun sebuah tulisan 29 Januri 1961. Berikut bagian kedua tulisannya:

KOMANDO pemberontakan seluruh Kalbar tidak dapat dilaksanakan oleh kesatuan-kesatuan kerjasama berada daerah masing-masing terkecuali daerah kewedanan Landak/Ngabang. Maka komandan BPIKB memerintahkan mundur ke daerah Sanggau Ledo. Dalam pemunduran ini terjadilah pertempuran hebat, hingga menderita korban 27 orang dari pihak BPIKB. Ambil bagian dalam pertempuran itu Wakil Komandan, Burhan Isnoja dan Uray Dahlan M. Suka juga ada beberapa anggota staf BPIKB di antaranya Tillah Widjaja, Budjang almarhum (meninggal akibat sakit karena pukulan) di penjara Cipinang Jakarta. Sedang pertempuran di daerah kewedanaan Landak dipimpin oleh Bardan Nadi, Gusti Lagun, Sardinan, Ja’ Ahmad Dundik dan Gusti M.Saleh Aliudin mulai 10 Oktober 1946. Komandan BPIKB memerintahkan mundur ke Sanggau Ledo sebagai markas serta membawa perbekalan. Pengakutannya dengan bus yang ada di Bengkayang. Dibantuk oleh seorang supir bus cap Macan bernama Sjak Fo yang memundurkan pasukan hingga ke ke kampung Kendaik. Dari sinilah mengadakan

pertempuran/pertahanan diri di kampung dan di hutan,dan tuan yang berada di daerah Landak di bawah pimpinan komandan pasukan Bardan Nadi dan Gusti Saleh Aliudin. Pasukan ke dua bawah pimpinan Gusti Lagun dan Sardinan Hadi. Pasukan ketiga di bawah pimpinan dan pasukan Ja’ Achmad Dundik dan Panglima Bugu. Pertempuran ini terus berlangsung di hutan di daerah kewedanaan Landak, Sangau Ledo hingga akhir tahun 1946. Keadaan pasukan BPKIB terus menerus terdesak ke hutan. Hal ini disebabkan kurang pengetahuan bertempur, kurang persenjataan, kurang bekal makanan, sukar hubungan antara satu dan lain penukaran. Selama pertempuran ini yang berjalan selama kurang lebih tiga bulan banyak korban yang berjatuhan di pihak BPKIB. Tidak kurang 200 orang yang gugur dan 150 orang luka-luka. Selain dari itu banyak pula komandan masukan dan komandan bawahan yang tertawan antarannya Bardan Nadi, Gusti Laguni, Ja’ Achmad Dundik. Bardan Nadi dalam tawanan dijatuhi hukuman mati oleh NICA dengan 12 peluru di penjara Sui Jawi Pontianak. Permulaan tahun 1947 dengan keadaan yang tidak dapat dipertahankan yang lebih lama, maka komandan BKIKB memindahkan markasanya ke daerah pantai utara (Pertahanan Berawak) sedangkan senjata-senjata yang didapat hasil dari pertempuran-pertempuran Bengkayang dan Landak sekitarnnya. Banyak terampas kembali dan sebagian besar anggota staf dan pimpinan BPKIB tertangkap oleh tentara Belanda. Maka terpaksa pimpinan BPKIB dirergonisir dikembali dan staf pimpinan yang baru dengan penasehat Dr Swedarko

dan Sukojo Kaltim, Komandan; Alianyang, Wakil komandan; Samiri HN, Ajudan; Tillah Wudjaja, Kepala staf; Ali Barudin, Perlengkapan; Karlan, Perbekalan; Dahlan Saleh, dan Penyelidikan; Jacob Ahmad. Pasukan 2 Pasukan Singkawang Sarinin

Pasukan Mempawah : Abdullah Muhammad Sidas atau Daret : Gusti Shalih Aliuddin Pasukan Sambas : Fachri Satpok (meninggal tahun 1958) Pemangkat/ Sekadin : Bujang Mansyur Dungun/Djawai : Wahid Mat Hai Semperiuk : Yusuf Harun Sempadian : Romli Arif Sejangkung : Ali Akbar Sebatuk : Ahmad

Pada pertengahan bulan Juli 1947 Kepala staf BPIKB yang baru Uray Zakaria Uray Ismail berangkat ke Jogjakarta untuk menghubungi pemerintah RI guna memberi laporan tentang keadaan BPIKB dan keadaan daerah Kalbar. Oleh pemerintah RI diakui adanya BPIKB di Kalbar. Surat pengakuan ditandatangani perdana menteri waktu itu Sultan Sjahrir (surat tersebut hilang dalam pertempuran). Disamping itu BPIKB diakui oleh Brigade TNI sebagai pasukan yang berada dibawah Brigade TNI di Kalbar. Surat ini juga hilang dalam pertempuran, ditandatangani oleh Letkol Zakaria. Akhir 1947 sampai 1948 tidak ada pertempuran yang berarti terhadap musuh. Yang dapat dilakukan hanyalah pencegatan serta pertempuran kecil-kecilan. Jika

permulaan 1948 dipergunakan mengumpulkan senjata dengan jalan menyelundupkan karet kopra dan menukarkan kannya dengan senjata di daerah Serawak. Kemudian mengumpulkan dan melatih pemuda meneruskan pertempuran. Banyak kesukaran yang dihadapi selama 1948 hingga pengangkutan senjata dari Serawak ke Kalbar dapat diangkut hanya untuk 100 orang. Setelah keadaan mengizinkan, 10 Januari 1949 dilakukanlah penyerangan ke Tangsi Belanda di Sambas. Pertempuran berlangsung kurang lebih 3 jam. Pihak BPIKB menderita korban 3 orang gugur. Setelah pertempuran itu diputuskan pasukan BPIKB mengundurkan diri ke markas perbatasan 18 Januari 1949 di Pangkalan Atjan. 1 Maret 1949 satu kompi dari BPIKB menuju ke Teluk Serabang, tiba-tiba bertemu dengan patroli Inggris, maka terjadilah pertempuran lagi. Kemudian pasukan tersebut mengundurkan diri ke Tanjung Datok/Sungai Bulan, dan disini bertemu pula setengah kompi tentara NICA maka pertempuran ini terus menerus sampai ke markas pertahanan BPIKB dipergunakan perbatasan Serawak. Selama kurang lebih 4 bulan pasukan BPIKB terkepung di pegunungan perbatasan tersebut. Akhirnya berakhirlah pertempuran karena pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda, 27 Desember 1949 oleh Komandan atau pimpinan BPIKB memerintahkan kepada anggota-anggotanya kembali ke kampung halaman masing-masing. Hingga tiga kompi dimasukkan ke TNI dan senjata BPIKB diserahkan pada STM 1 KB (Sub Teritorium Militer 1 Kalimantan Barat). (habis)

ingin pasang iklan di... Pontianak Post Call aja...disini...

735071


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Pontianak Post by Pontianak Post - Issuu