Pontianak Post
SOSOK
Minggu 7 Desember 2008
25
Ken Dwijugiasteadi, Kepala Kanwil Pajak Jatim 1 Teritori Surabaya Warga negara yang baik selalu membayar pajak. Itu katanya. Namun, hingga kini masih banyak orang yang belum melaksanakan kewajiban sebagai warga negara yang baik itu. Berikut wawancara dengan Kepala Kanwil Pajak Jatim 1 Teritori Surabaya Ken Dwijugiasteadi.
salahnya jika sembari menyebutkan bahwa bantuan tersebut berasal dari pajak yang dibayarkan masyarakat. Jangan dianggap bantuan itu dari dinas tersebut. Jika hal itu bisa dijelaskan dengan baik, akan tercipta sebuah kesadaran membayar pajak dari individu. Berarti selama ini peran instansi kurang sehingga masih banyak masyarakat yang tidak tahu? Saya tidak mengatakan demikian. Hanya saja, perlu kerja sama yang lebih intens untuk menjelaskan fungsi pajak kepada masyarakat. Apalagi, 65 persen pembiayaan APBN berasal dari pajak. Berarti kan pembangunan jalan, bantuan langsung tunai, dan lain-lain berasal dari pajak.
Bagaimana tingkat kepatuhan warga Surabaya? Wajib pajak (WP) Surabaya sebenarnya sudah baik. Kalaupun ada yang belum membayar, itu disebabkan pemahaman mengenai fungsi pajak itu sendiri. Sebagian beranggapan bahwa penerima uang pajak adalah orang pajak dan masuk ke dinas pajak. Padahal, pembayaran pajak melalui bank dan masuk ke kas negara. Berapa
persentasenya?
Berdasar data di kanwil, tingkat kepatuhan WP perorangan sebanyak 51 persen per Juli 2008. Maksudnya, dari semua WP perorangan yang ada di Surabaya, baru setengah saja yang patuh membayar pajak. Sedangkan badan yang patuh membayar pajak baru 42 persennya. Tidak hanya itu, masyarakat Surabaya yang menjadi WP penghasilan atau PPH 21 baru 40 persen yang membayarkan pajaknya. Berarti banyak pekerja yang tidak membayar pajak? Bukankah ratarata mereka sudah punya NPWP? Memang mereka sudah punya NPWP. Tapi, masalahnya bukan berada di pekerjanya. Karyawan dipastikan sudah bayar pajak penghasilan yang dibayarkan melalui perusahaannya karena punya NPWP. Hanya saja, apakah perusahaannya melaporkan dan menyetorkan hasil penarikan pajak itu ke kas negara? Karena itulah, karyawan perlu mengontrol apakah pajak yang dipotong dari gaji setiap bulannya sudah dibayarkan ke negara apa belum. Apa saja yang memengaruhi seseorang mau membayar pajak? Ada banyak hal. Seperti tingkat kepercayaan masyarakat kepada peraturan perundang-undangan mengenai pajak. Termasuk kepercayaan kepada petugas pajak. Jika tidak percaya kepada undangundang dan petugas pajak, masyarakat enggan membayarnya karena masyarakat merasa rugi mengeluarkan uangnya. Faktor lainnya adalah ketidaktahuan masyarakat akan fungsi pajak. Selain itu, belum kuatnya norma sosial yang berlaku di masyarakat terkait dengan kepatuhan membayar pajak. Selama ini, belum ada anggapan bahwa tidak
Apa yang Anda lakukan untuk meningkatkan pembayaran pajak? membayar pajak termasuk cela atau aib. Jika norma sosial itu kuat, tanpa diperintah pun masyarakat akan berduyun-duyun membayar pajak. Kalau di Surabaya sendiri, apa kendalanya? Kebanyakan kendalanya terkait dengan ketidaktahuan masyarakat akan fungsi pajak. Maksudnya, masih ada anggapan di masyarakat bahwa membayar pajak memberikan manfaat secara langsung kepada si pembayar. Contohnya, saya sudah membayar pajak, tapi kenapa jalan di depan rumah saya belum diaspal. Termasuk pajak penerangan jalan. Sebagian masyarakat yang belum tersentuh proyek penerangan jalan bertanya-tanya ke mana pajak lampu jalan yang saya bayarkan. K e n y a t a a n n y a ? Padahal tidak demikian. Pajak memang digunakan untuk masyarakat. Hanya, pemerintah memiliki prioritas program yang urgen untuk dibiayai dari pembayaran pajak masyarakat. Karena tidak mungkin jika pajak yang dibayarkan langsung berimbas pada si pembayarnya. Apakah ketidaktahuan itu terkait dengan sosialisasi? Selama ini, kami sudah berusaha memberikan penyuluhan secara berkala untuk masyarakat Surabaya. Dalam pertemuan itu, kami jelaskan apa yang dimaksud dengan pajak dan ke mana muara uang pajak. Sosialisasi itu dilakukan kontinu dan bergantian dari satu kecamatan ke kecamatan. Lantas, kenapa banyak masyarakat tidak tahu? Menurut saya, perlu ada kerja sama antarinstansi untuk menjelaskan fungsi pajak. Sebab, menjelaskan fungsi pajak bukan hanya kewajiban dinas pajak
atau instansi pemungut pajak lainnya. Se perti halnya alokasi anggaran untuk pendidikan. Dinas pendidikan yang terkait dengan pembelanjaan program pendidikan seharusnya bisa menjelaskan kepada masyarakat, bantuan uang untuk masyarakat miskin itu berasal dari pajak. Dengan cara seperti itu, akan lebih mudah menjelaskan kepada masyarakat. I n s t a n s i
l a i n n y a ?
Sama seperti tadi. Dinas kesehatan misalnya. Pemerintah kan mengucurkan anggaran untuk meringankan beban masyarakat miskin dengan memberikan diskon berobat. Pada saat memberikan bantuan itu, tidak ada
Salah satunya adalah sosialisasi seperti yang saya jelaskan di atas. Selain itu, kami juga membikin konter pembuatan NPWP di mal-mal. Konter itu bersifat mobile yang selalu keliling dari satu mal ke mal lainnya. Konter tersebut juga menyediakan layanan konsultasi mengenai perpajakan. Masyarakat bisa bertanya apa pun terkait dengan pajak. Kami juga menyediakan call center untuk masyarakat Surabaya. Untuk memudahkan masyarakat, kami juga menyediakan petugas yang datang ke rumah-rumah untuk memberikan informasi tentang pajak. Kalau masyarakat perlu tahu, silakan telepon saja ke 500200 atau 0318481131. Tunggu sebentar, pasti ada petugas yang datang. (eko priyono/dos)
Tentang Ken Dwijugiasteadi Nama Kelahiran Istri Anak
: Ken Dwijugiasteadi : Malang, 08 November 1957 : Yunida : 1.Ken Ni Vitriandida 2.Ken Ni Adivikasari 3.Kenni Karina Adinda 4.Ken Bogidelanovbriliadi
Pendidikan (Lulus) - SD Persit Kartika Chandra Kirana Manado - SMPN IManado - SMAN III Malang Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang Master of Science in Tax Auditing Belanda
: 1969 : 1972 : 1976 : 1983 : 1 9 9 1
Latihan : Diklat Departement of The Tresury Federal Law Enforcement TC Glynco Georgia American Economic Association University of Colorado : 1987 P e l a t i h a n d i U n i v e r s i t y o f E d i n b u r g h Opleidings Instituut Financien, The Hague Belanda : 1991 Jabatan : Kasubbag Kepegawaian Kanwil XIII Sulut dan Sulteng : 1990 Kasi Penyidikan Wajib Pajak Perseorangan Dir. Pemeriksaan Pajak : 1992 Kasi Pemeriksaan Wajib Pajak Perseorangan Dir. Pemeriksaan Pajak : 1994 Kepala Kantor Pemeriksaan Pajak Pekanbaru : 1997 Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bandung : 2000 Kepala Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Jakarta : 2002 Direktur Direktorat Informasi Perpajakan : 2003 Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur : 2006 Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur I : 2008
Sudah Lama Gunakan Nama Ken ADA yang unik dalam keluarga Ken Dwijugiasteadi. Seluruh anak dari keturunan laki-laki diberi nama awalan Ken. Anak-anaknya pun semuanya Ken. Konon, mereka masih memiliki garis keturunan dengan keluarga Ken Arok dan Ken Dedes. Benarkah demikian? “Waah, saya ndak tahu keturunan Ken Arok apa tidak. Yang jelas, keluarga saya asalnya dari Malang,” kata Ken sedikit tersipu. Menurut dia, memang semua anggota keluarga memiliki nama Ken. Hanya, pemberian nama itu berlaku untuk keturunan dari keluarga laki-laki. Dia mengatakan, pemberian nama tersebut merupakan tradisi keluarganya yang dilakukan turun-temurun. Menurut Ken, tradisi itu masih dipegang hingga sekarang. Bahkan, meski tidak ada yang meminta atau mengingatkan, anggota keluarganya selalu memberi nama Ken. Meski terlihat unik, ayah empat anak tersebut melihatnya biasa saja dan tidak ada keistimewaan. Bahkan, meski ada pertanyaan mengganjal ihwal sejarah pemberian nama Ken di keluarga nya, dia adem ayem, tidak menelusuri asal mula tradisi tersebut. Menurut dia, orang tuanya tidak pernah memberikan jawaban konkret soal alasan menggunakan nama Ken. “Saya juga pernah tanya ke orang tua saya, hasilnya tidak ketemu. Ibu saya cuma bilang, wis menengo ae, sing penting jenenge apik (sudah diam saja, yang pen ting namanya bagus, Red),” katanya menirukan ucapan ibunya. Sejak saat itulah, dia tidak lagi menanyakan alasan pemberian nama Ken. Malahan, dia merasa bangga memiliki nama Ken. “Jarang yang menyamai. Di kantor ini (Kanwil Pajak Jatim) saja tidak ada. Waktu saya ke luar negeri, orang sana jadi mudah manggil nama saya, Ken..Ken.. Kalau datang ke Amerika, saya juga tidak dicurigai teroris apa bukan. Hahaha,” tuturnya lantas tertawa. Ken memiliki pengalaman menarik dengan nama itu sewaktu masih sekolah. Suatu ketika, ada seseorang datang ke rumahnya yang tidak lain adalah teman adik perempuannya. Parahnya, dia hanya mengetahui bahwa orang yang dicarinya cuma bernama Ken. Sesampai di rumah, orang tersebut bertemu dengan sang ayah yang juga memiliki nama Ken. “Kamu mau cari siapa,” kata Ken menirukan ucapan ayahnya. Orang tersebut pun menyebut nama Ken. Tampaknya, dia hanya mengetahui nama itu. Ayahnya pun menjadi kebingungan. Sebab, di keluarga tersebut ada lima orang yang bernama Ken. Akhirnya, sang ayah pun sok tahu dengan memanggilkan salah seorang anaknya. Tapi, orang tersebut menolaknya. “Bukan ini, Pak. Ken yang sekolah di SMA III itu lho, Pak,” ucap orang itu masih penasaran. Parahnya, seluruh saudara Ken menempuh pendidikan di sekolah tersebut. Ayah Ken dan orang itu semakin kebingungan. Karena itulah, sang ayah pun meminta semua anaknya datang ke ruang tamu dan diberdirikan dengan berjejer. Di hadapan orang tersebut, dia menjelaskan bahwa semua anaknya bernama Ken, termasuk dirinya sendiri. Tapi, setelah melihat wajah, akhirnya orang itu bisa mengenali mana yang dia cari. Ken menduga, anak-anaknya populer dengan nama panggilan Ken. Karena semua saudaranya memiliki nama sama, di rumah tidak pernah menggunakan nama Ken untuk panggilan sehari-hari. Dia sendiri dipanggil nama Dwi di rumah. “Kalau di rumah pakai Ken, wah berabe. Kalau manggil satu, bisa datang semua,” katanya. Ti d a k h a ny a i t u , ke l u a rg a Ke n r u p a ny a t e r m a s u k unik dalam memberi nama anak-anaknya. (*)