Pontianak Post

Page 17

Pontianak Post

17

Minggu 2 Oktober 2011

Memikat Dunia dengan BATIK Ny. Frederika Cornelis Ketua Dekranasda Kalbar

Cintai ‘Made in Indonesia’ Suatu kebanggaan bahwa popularitas batik yang kini makin mendunia. Inilah yang menjadi tugas untuk kita semua, masyarakat Indonesia untuk menjaga penghargaan ini, dengan cara lebih mencintai produksi dalam negeri, salah satunya bangga mengenakan batik. Bila dulu kain bermotif yang dilukis dengan lilin ini identik dengan masyarakat tempo dulu, tapi kini batik telah menjadi bagian tren fashion. Kita lihat saja banyak anak muda sekarang yang bangga mengenakan batik sebagai pakaian sehari-hari. Kreatifitas sangat dibutuhkan disini agar batik tetap eksis. Khusus di Kalbar sendiri, saya juga berharap agar generasi mudanya tak hanya suka memakai batik, tetapi juga mencintai kainkain khas daerah Kalbar yang tak kalah cantiknya, ada tenun maupun songket. Saya sendiri mengapresiasi positif de­ngan digelarnya pagelaran busana yang bekerjasama dengan para desainer untuk mempromosikan beragam desain khas daerah. Disinilah diharapkan para desainer mampu terus mengeksplore kain daerah kita, baik dari segi desain maupun motifnya. Kain-kain bermotif ini mengangkat segala macam kebudayaan di Kalbar. Semuanya itu ada Kami pamerkan di Gedung Dekranasda Kalbar, sehingga inilah yang akan menjadi daya tarik juga bagi para wisatawan

asing maupun domestik yang berkunjung ke Kalbar. Saya sendiri selalu mempromosikan kain motif khas daerah ini, salah satunya dengan selalu memakainya di setiap kesempatan acara, baik di tingkat daerah, nasional bahkan internasional. Sehingga orang akan lebih mengenal, apa yang saya pakai ke­mana-mana itu adalah kain motif khas Kalimantan Barat. Dan syukurnya, banyak orang yang menyukai kain tenun maupun songket milik daerah kita. (olid)

Oleh : Ya’ Muhammad Maulidin

B

atik yang umumnya dikenal sebagai kain bercorak khas kedaerahan, kini sudah mendarah daging di setiap kalangan masyarakat, baik muda maupun tua sebagai wujud kesadaran menjaga budaya dan warisan bangsa dari diri mereka sendiri. Dalam arti sebenarnya, batik itu sendiri adalah proses penulisan motifmotif atau corak tertentu dalam

Ny. Karyanti Sanjaya Wakil Ketua Dekranasda Kalbar

Tak Lekang oleh Mode Dulunya, batik sering di­ identikkan de­ ngan orang tua. Namun sebenarnya batik itu adalah pencerminan budaya khas orang Indonesia. Dengan me-

TEPAT dua tahun yang lalu, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia. Oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY), dicanangkanlah tanggal 2 Oktober hari ini sebagai Hari Batik. Dimana dunia mengakui batik sebagai hak milik Indonesia. Sebagai bentuk apresiasi atas warisan budaya bangsa yang turun temurun, maka For Her mi­nggu ini khusus menampilkan “Batik Edition” yang mengupas tentang batik dan kaitannya dengan kain-kain motif khas di propinsi bumi khatulistiwa kita. Di rubrik Style (baca hlm. 24), Kami pun menampilkan para generasi muda yang bangga berbatik ria. Tak ada lagi batik yang identik tempo doloe, karena tempo kini pun, batik sudah diakui oleh dunia keberadaannya. Hal itulah yang ditegaskan oleh first lady Kalbar, Ny Frederika Cornelis yang diwawancarai secara ekslusif oleh For Her di momen Hari Batik ini.

makai batik, secara tak langsung kita ikut melestarikan warisan budaya Indonesia di tengah-tengah perkembangan era globalisasi. Sekarang, batik sudah mendapat tempat dihati masyarakat Indonesia. Batik tak hanya digunakan pada kesempatan resmi saja. Telah banyak pegawai perkantoran menggunakan batik sebagai busana kerja yang trendi. Para remaja pun kini sudah tak malu berbatik, karena memang batik itu tak akan lekang oleh masa dan mode, apalagi jika bisa mengkreasikannya. Hal yang sama tentunya kita harapkan juga agar mayarakat, khususnya generasi muda Kalimantan Barat mau mengenakan beragam kreasi dari kain motif khas daerah Kalbar. Coraknya yang beragam dan mencolok tentu akan menambah cantik dan indah bagi pemakainya. (gita)

r a b l a K lkan Anda

s a h K f Moti

Unik

selembar kain yang kita kenal dengan kegiatan ‘membatik.’ Batik kian hari kian dikenal di kalangan masyarakat sehingga umumnya mereka berpendapat bahwa kain dengan motif atau corak khas juga disebut batik. Perhatian pemerintah semakin digalakkan, hal ini sematamata untuk melestarikan warisan budaya bangsa, terutama kain-kain yang bermotif khas kedaerahan masing-masing daerah agar tidak diakui oleh negara lain sebagai warisan budaya bangsa mereka. Seiring waktu, tak hanya di Pulau Jawa saja yang memiliki kain motif khas daerah yang kita kenal dengan batik. Karena di daerah-daerah lain juga kini sudah mulai merancang dan mendokumentasikan motif dan corak unik daerah me­reka masing-masing, mulai dari Sabang hingga Merauke, tak terkecuali di Kalimantan Barat. For Her secara khusus mengunjungi Gedung Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) daerah Kalbar, yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani Pontianak, sam­ ping Museum Negeri. Disana, dipamerkan dan dijual segala kerajinan serta kain-kain motif daerah di Kalbar. Di Dekranasda ini, tak hanya mempromosikan dan menjual saja, tapi lebih dari itu, mereka memfasilitasi sekaligus membina para pengrajin di daerah agar senantiasa bisa menginovasi produk-produk mereka yang sangat unik dan berkualitas. “Sebenarnya di tiap-tiap kabupaten/kota itu sudah ada Dekranasda-nya, yang langsung diketuai oleh para istri bupati atau walikota. Jadi merekalah yang secara langsung membina para pengrajin di daerahnya,” jelas

Sekretaris Dekranasda Kalbar, Dra. Martha Sinyor, kemarin. Nah, hasil-hasil kerajinan dari seluruh kabupaten/kota inilah yang kemudian ditampung di Dekranasda Kalbar untuk dipromosikan – guna menarik minat masyarakat maupun para wisatawan. Untuk lebih membuat hasil kerajinan lebih bernilai dan berdaya jual, Dekranasda yang diketuai oleh istri Gubernur Kalbar, Ny Frederika Cornelis juga menjalin kerjasama dengan banyak pihak, salah satunya dengan para desainer di Kalbar. “Mereka inilah yang menjadikan kain-kain bermotif khas daerah menjadi suatu busana yang siap pakai. Dan kemudian memadukannya dengan berbagai hasil kerajinan daerah seperti aksesoris perhiasan, dan sebagainya,” j e l a s perempuan berkacamata yang kini tercatat

sebagai Sekretaris di Dinas Perindag Propinsi Kalbar ini. Di kesempatan yang sama, Dodi Surya Wardaya (57) yang juga sebagai pengurus Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kalbar mengatakan, begitu banyak khasanah budaya yang unik dan menarik untuk diangkat dalam bentuk selembar kain yang bisa mewakili segala macam filosofi kehidupan dan budaya di Kalbar yang begitu beragam. “Selain kita sudah punya tenun yang memang diakui, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kita punya tenun ikat dari Kapuas Hulu, juga Sintang dan kita punya songket khas Sambas,“ jelasnya. Kalimantan Barat sen­ diri memiliki 12 Kabupa­ ten dan 2 Kota. Menurut Dodi, semua Kabupaten/Kotatersebut sudah memiliki kain motif da­ erahnya ma­ s i n g - ma s i n g . Biasanya yang diangkat menjadi motif adalah kekhasan di daerah tersebut, ataupun flora dan faunanya. Contohnya saja,seperti motif pucuk rebung, burung enggang, tengkawang dan lain-lain, yang memang menjadi hal-hal yang sering diangkat dan diidentikkan sebagai salah satu budaya khas Kalimantan Barat. ** MODEL : DIAN FOTO : HARYADI LOKASI : DEKRANASDA KALBAR

Aneka

Motif Khas

Kalbar Kain Motif Awan Berarak (Kab. Pontianak)

Uke Tugimin

Desainer & Ketua APPMI Kalbar

MENGENAKAN busana batik di Indonesia bukanlah hal aneh, malah batik memiliki ciri khas tersendiri dengan keunikannya. Namun banyak hal yang harus dilakukan demi mengupayakan batik agar terus bisa bertahan di era globalisasi ini, mempertahankan ciri khas suatu negara adalah suatu tugas generasi yang tidak akan pernah lekang dimakan oleh waktu. Saya sangat bangga karena batik sudah menjadi warisan budayayangdiakuidunia.Olehpara desainer, baik di tingkat nasional maupun daerah, juga sudah merancang busana-busananya dengan bermotifkan batik. Batik ini khan memiliki banyak corak

Kain Motif Tidayu (Kota Singkawang)

Kain Motif Corak Insang (Kota Pontianak)

Kain Motif Lekuk Ulat (Propinsi Kalbar)

Fokus Lestarikan Tenun – dari berbagai daerah, hal inilah yang membuat para desainer terus melakukan inovasi demi memikat pasar dunia. Tanpa menerjang pakem batik tradisional, para desainer dan industri mode di tanah air berkreasi mengawinkan batik dengan detail modern. Secara tidak langsung, hasilkaryadaridesainer-desainer inilah yang mengangkat batik menjadi lebih dikenal, bahkan hingga go internasional. Sayajugamengapresiasipositif mengenai setiap hari Jumat, para pegawai diharuskan untuk mengenakan busana ini. Tanpa disadari, kita telah memasyarakatkan batik di tengah-tengah masyarakat, sehingga ini bisa

menjadi contoh bagi generasi muda untuk bisa mengikuti hal yang sama dan tak malu lagi untuk berbatik ria. Dan untuk memancing minat anak muda untuk berbatik, desainer juga terus mencoba agar bisa menghasilkan koleksi terbaru dengan motif batik yang lebih berwarnawarni. Karena tak bisa dipungkiri, selama ini anak-anak muda beranggapan batik itu warisan yang jadul atau kuno, padahal bila didesain sedemikian rupa, batik justru tampil beda dengan kesan nasionalisnya. Di Kalbar sendiri, masih dalam tahap mencari batik sebagai identitas daerah. Dari segi ekonomi, batik belum

memasyarakat di Kalbar, ka­ rena kita masih memakai para pembatik dari luar Kalbar untuk proses membatiknya. Di Kalbar, justru orang lebih mengenal kain Kalbar itu songket atau tenun. Dan jenis kain-kain itulah yang menjadi fokus garapan dari para desainer yang tergabung dalam APPMI Kalbar. Kami tidak terlalu memfokuskan pada upaya mengangkat batik seperti yang sering dilakukan desainer ibukota. Kami justru berusaha menggali dan menciptakan rancangan busana dengan bahan tenun dan songket yang memang merupakan hasil dari para perajin di Kalbar. (anggita anggriana)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.