Majalah Tempo Edisi 18 Agustus 2013

Page 62

A G U S

S A L I M

MUNCULNYA BAYANG-BAYANG TJOKROAMINOTO Bersama sahabatnya, Tjokroaminoto, Agus Salim memimpin Partai Sarekat Islam. Dari kooperatif menjadi nonkooperatif terhadap pemerintah Hindia Belanda. Agus Salim (duduk, keempat dari kanan) pada Kongres PSII di Jakarta, Januari 1929. PERPUSNAS

N

OVEMBER 1919 menjadi saat istimewa dalam perjuangan politik Haji Agus Salim. Waktu itu, dia secara resmi ditunjuk menjadi Komisaris Central Sarekat Islam (CSI). Setelah empat tahun bergabung, disebut-sebut sebagai bayang-bayang dan penasihat Ketua CSI Haji Oemar Said Tjokroaminoto, baru hari itu Salim tampil ke depan. Bukan tanpa maksud bila Tjokroaminoto akhirnya memunculkan Salim. Seperti ditulis Takashi Shiraishi dalam bukunya, Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, Salim menjadi amat penting karena Tjokroaminoto sedang berhadapan dengan Semaoen, Darsono, dan teman-temannya. Para tokoh Sarekat Islam (SI) Semarang berhaluan komunis itu terus-menerus merongrong kepemimpinan Tjokroaminoto. Rongrongan ”SI Merah” juga membuat hubungan SI dengan Belanda mulai tak mesra. Aksi-aksi yang dilakukan cabang SI di daerah-daerah—tanpa bisa dikontrol CSI—membuat Belanda marah. Belanda mengira sikap Tjokroaminoto terhadap pemerintah adalah kooperatif, tapi cabang-cabang SI (SI afdeeling) malah bersikap sebaliknya. Nah, Salim, yang diketa-

62 |

| 18 AGUSTUS 2013

hui oleh Tjokroaminoto dekat dengan beberapa pejabat Hindia Belanda diharapkan bisa ”menjinakkan” sikap tuan-tuan penjajah itu. Setidaknya ada 12 komisaris di CSI yang terpilih dalam kongres. Selain Salim, antara lain ada Abikoesno Tjokrosoejoso, adik Tjokroaminoto; Alimin Prawirodirdjo; dan Semaoen. Salim diberi tugas mengatur serikat buruh. Ketika itu, banyak serikat buruh yang berafiliasi ke SI, tapi kebanyakan berada di bawah kendali atau dekat dengan SI Semarang, yang dipimpin Semaoen dan Darsono. Sebut saja Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP), serikat buruh kereta api dan trem; Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV), serikat sosial demokrat Hindia; serikat sekerja kehutanan; serikat sekerja pelabuhan; serta serikat sekerja sopir dan kusir. Serikat-serikat buruh inilah yang membuat resah pemerintah Hindia karena sering melakukan aksi mogok. Salim punya kedekatan tersendiri dengan serikat buruh. Pada 1930, lama setelah konflik dengan Semaoen selesai, Salim diminta Nederlands Verbond van Vakverenigingen menjadi penasihat dalam sidang Biro Internasional Perburuhan untuk membicarakan soal penghapusan

sanksi kontrak buruh. Dalam pertemuan itu, Salim membuat sendiri naskah pidatonya dalam bahasa Prancis. Kepercayaan Tjokroaminoto kepada Salim untuk menghadapi Semaoen terbayar. Keandalan Salim terbukti manakala dia merumuskan gerakan disiplin partai. Anggota SI dilarang merangkap menjadi anggota organisasi lain. Kebijakan itu akhirnya menyingkirkan kelompok komunis dari SI. Semaoen selain menjadi Ketua SI Semarang juga menjadi Ketua ISDV. Sejak itu, posisi Salim di antara elite pimpinan CSI makin kuat. Pada 1921, manakala masa tugas Tjokroaminoto di Volksraad berakhir, Salimlah yang ditunjuk menggantikan Tjokroaminoto. Tapi persoalan SI belum selesai. Posisi SI afdeeling yang cenderung otonom tetap menjadi masalah. Akhirnya, dalam Kongres CSI di Madiun pada 17-23 Februari 1923, SI memutuskan berganti bentuk menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Migrasi ini bukan keputusan tiba-tiba. Beberapa tahun sebelumnya, Salim sudah melontarkan gagasan ini. Alasan dia, dengan berubah menjadi partai, mereka bisa melakukan reorganisasi dan mengetatkan pengawasan terhadap cabang-cabang. Dalam Kongres CSI di Madiun itu, dele-


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.