Liburan Magazine 09

Page 49

PASPOR

umat Nasrani disebut sebagai John The Baptist. Tak heran, masjid ini tidak hanya ramai di­ kunjungi umat Islam tapi juga oleh umat Nasrani yang hendak berziarah. Jenazah Nabi Yahya kabarnya ditemukan di bawah reruntuhan gereja ketika proses pembangunan masjid ber­ langsung. Masjid ini juga menjadi saksi sejarah menyakitkan bagi umat Islam, ketika Khalifah Bani Umayyah di bawah pimpin­ an Yazid bin Muawiyyah me­ merintah­­kan untuk membunuh Imam Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW di Karbala, Irak. Kepala Husein di­bawa ke Damaskus, kemudian di­pamer­ kan dalam peti kaca di masjid ini oleh Yazid. Tidak jauh dari Masjid Agung Umayya terdapat pasar yang

daerah tandus dan gersang namun suhu udara sangat dingin. Rumah-rumah terlihat semua­ nya berbentuk kubus, di­selingi menara-menara masjid yang men­julang. Kondisi itu dikarena­ kan Suriah merupakan negara sosialis yang menertibkan setiap bangun­an dengan bentuk dan cat bangunan yang sama. Akhirnya kami sampai juga di Gereja dan Biara Santo Sergius. Gereja ini dibangun tahun 325 M dan merupakan salah satu gereja tertua di dunia. Legenda setempat menceritakan bahwa Sergius atau Sarkis adalah se­ orang tentara Romawi yang di­ hukum mati karena memeluk agama Kristen dan menolak untuk membuat korban per­ sembah­an bagi Dewa Jupiter. Kerangka pintu kayu yang rendah, yang membawa pe­ ngun­­­jung masuk ke bagian dalam biara, telah berusia lebih dari 2000 tahun. Namun bagian paling menarik dari gereja ini ada­lah ruang ibadah kecil yang ada di dalamnya, yang masih me­ miliki ciri-ciri kuil penyembah­an dewa yang dulu pernah ada di sini. Beberapa ikon-ikon indah di dalam ruang ibadah merupakan benda bersejarah yang berasal dari abad ke-17. Pengunjung

memanjang sekitar 600 meter, diberi nama Pasar Hamidiyyeh. Pasar yang memanjang seperti Pasar Baru di Jakarta ini di­ bangun oleh Sultan Abdul Hamid pada tahun 1863 M. Pasar ini tempat belanja masya­ rakat dari berbagai kalang­an, dan juga tempat turis men­ cari oleh-oleh. Berbagai macam barang kerajinan dan barang tra­disional dijual di pasar ini. Mulai dari sajadah tenun ala Suriah dijual 300 Lira (Rp 60 ribu), taplak meja 100 Lira (Rp 20 ribu), sarung bantal 50 Lira (Rp 10 ribu). Bahkan suvenir-suvenir kecil bisa didapat dengan harga Rp 20-100 ribu. Di Hamidiyyeh, jangan lupa mampir ke Bakdash Ice Cream, toko es krim yang ramai di­ kunjungi orang, karena me­nyaji­­ kan es krim dengan citarasa yang berbeda dari umumnya. Porsi­nya besar, bertabur kacang, di­padu dengan susu kambing. Unik­nya, es krim ini terlihat lengket dan padat.

yang datang tidak diperbolehkan me­ng­ambil gambar di tempat ini. Di gereja dan biara ini­ lah, bahasa Aramaic masih di­­­­­guna­­­­­­kan dengan aktif dan baik. Semua jemaat gereja dapat ber­bahasa Aramaic, dan hampir seluruh ibadah ge­reja dilaksanakan dalam bahasa itu. Konon jemaat gereja ini merupakan setengah dari seluruh populasi dunia yang dapat berbahasa Aramaic! Hmm, enam hari rasanya tidak cukup untuk menjelajah begitu banyaknya peninggalan ber­­sejarah di Damaskus. Saya sempat sedih karena tidak jadi ber­kunjung ke situs peninggal­ an Romawi di Bosra, 100 km selatan Damaskus. Saya cuma bisa berharap, mudah-mudahan suatu saat ada yang meng­ undang saya kembali ke sana….

Gereja & Biara Santo Sergius, Maalula Hari terakhir menjelang ke­ pulang­an ke Indonesia, saya me­­­­nyempat­­kan berkunjung ke Desa Maalula. Desa ini pen­­­duduk­nya mayoritas ber­ agama Katolik Yunani. Desa ini merupakan salah satu dari tiga desa di dunia yang masih meng­­­guna­kan bahasa Aramaic, bahasa yang dulu digunakan oleh Yesus Kristus dan memiliki kesama­an dengan bahasa Arab dan Ibrani. Bahasa Aramaic dulu pernah tersebar luas dan umum di­gunakan di Timur Tengah, dengan puncak penyebarannya sekitar tahun 500 SM. Sekarang Aramaic merupakan salah satu bahasa tertua yang masih di­ guna­­kan di dunia, meski jumlah peng­­gunanya makin menurun dan upaya-upaya pelestariannya tengah dilakukan. Perjalanan dari Damaskus ke Maalula sekitar 1 jam meng­ guna­kan mobiil. Sepanjang per­ jalanan, kami hanya melihat

Damaskus, Syam, Lira Damaskus merupakan ibukota Suriah atau Syria, yang di zaman dulu dikenal juga sebagai Negeri Syam. Penduduk Suriah sekitar 22 juta jiwa dengan berbagai etnis suku bangsa: Arab, Kurdi, Armenia dan Sarkas. Damaskus, yang punya julukan City of Jasmine, mempunyai populasi sekitar 1,7 juta jiwa. Masyarakat Suriah terkenal dengan keramahannya, dan menganggap diri mereka berbeda dengan bangsa Arab lainnya. Sayang, mereka sangat minim berbahasa Inggris, sehingga saya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Dalam berpakaian, seperti pada umumnya negara Timur Tengah, banyak perempuan Suriah menggunakan jubah hitam ketika berada di luar rumah. Tapi sebagai negara sekuler, Suriah membebaskan para perempuan menggunakan pakaian yang sewajarnya tanpa meninggalkan kesopanan. Mata uang Syria adalah Syrian Pound atau Lira. Tidak mudah menemukan money changer di sini. Lebih baik bawalah dolar Amerika atau Euro dan tukarkan saat transit di Dubai atau Doha (Qatar).

edisi awal tahun 2011, Liburan 51


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.