Newsletter PPSDMS Feb-Mar 2012

Page 5

Inilah beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari pribadi beliau, agar kita mampu mengarungi gelombang kehidupan dengan selamat, agar kita senantiasa terjaga dalam meniti jalan kemuliaan, agar kita lolos dan lulus menghadapi krisis multi dimensional ini. Pertama: Keberanian dan Ketegasan dalam Perjuangan Ibrahim AS berhasil mengenal Tuhannya setelah melalui proses pencarian dengan mengoptimalkan aspek intelektual dan spiritual yang tak mengenal lelah dengan mengamati ayatayat kauniyah (alam semesta). Hingga akhirnya ia berhasil mendapatkan jawaban yang mampu meyakinkannya dan membuatnya istiqomah. Kemudian ia mengukuhkan tekadnya untuk memberikan komitmen dan loyalitasnya hanya kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi. Meski ditentang oleh segenap keluarga dan masyarakat, perjuangan untuk menyampaikan risalah Tauhid ini tetapi ia lakukan dengan bijak dan cerdas, Bahkan, ketika ia menghancurkan berhala-berhala, semuanya dalam rangka ' s h o ck th e ra py ' g u n a m e m b a n gk i t ka n ke s a d a ra n intelektualitas umatnya. Kedua: Membangun Baity Jannaty wa Baity Haroky Ibrahim sadar bahwa ia tengah membawa misi yang berat karena itu, keluarganya sebagai basis perjuangannya harus ia kondisikan dan ia bina agar menjadi pendukung dan penerus misi da'wahnya. Ia men-tarbiyah, mendidik dan membina isteri dan anak-anaknya dengan nilai-nilai Islam. Ia berharap anak keturunannya menjadi orang-orang shalih yang selalu mendirikan shalat. Ia mendambakan rumah tangganya menjadi pusat pergerakan. Itulah obsesinya, obsesi seorang pemimpin teladan, yang tercermin dalam lantunan do'anya:

Ketiga: Semangat Berkorban untuk Perubahan: Membangun Peradaban Baru Berpuluh-puluh tahun nabi Ibrahim AS tidak memiliki keturunan. Dan ketika Allah SWT menganugerahi beliau seorang anak, Dan kini, tiba-tiba ia diperintahkan Tuhan untuk menyembelihnya!. Namun kesadaran imaninya segera bangkit. Ini adalah ujian mahabbah (kecintaan). Mana yang lebih dicintai: Allah-kah, atau anaknya? Dan sejarah membuktikan, Ibrahim as lebih mencintai Allah daripada anaknya. Berkorban adalah tradisi universal yang dikenal oleh seluruh umat manusia dari bangsa mana pun. Telah menjadi rumusan tidak tertulis yang disepakati manusia, bahwa semakin besar pengorbanan seseorang atau suatu kaum, semakin besar pula peluang untuk meraih keberhasilan dan kesuksesan. Bentuk pengorbanan itu beragam, dari mulai tenaga, fikiran, waktu, materi, perasaan, hingga jiwa. Begitulah sebagian dari ujian-ujian berat yang diberikan Allah SWT kepada Ibrahim AS. Ia menyelesaikan seluruh tugas dan ujian tersebut dengan sangat baik, dengan didasari sikap ketunduk-patuhan, ketaatan, dan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah. Keberhasilannya menjalani ujian-ujian berat tadi ternyata sebagai sebuah proses penyaringan yang dilakukan Allah, sebelum mengangkatnya menjadi pemimpin para nabi, dan pemimpin umat manusia. Mudah-mudahan kita semua bisa mengambil pelajaran sebanyak-banyaknya dari kehidupan nabi Ibrahim AS dan keluarganya, seperti syair sebuah nasyid: “Belajar dari Ibrahim…!” (BF)

“Wahai Tuhan kami, jadikanlah aku dan keturunanku orangorang yang selalu mendirikan shalat.” (QS. Ibrahim:40). edisi 64, Februari - Maret 2012 | Future Leaders 5


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.