,,
'
Retret BPC, BPR & Staf Perkantas Regional Jatim
SALAM/ Beberapa saat ini, konflik SARA marak kembali di beberapa kota. Dampak dari konflik di Tolikara memberi pengaruh di berbagai daerah di Indonesia. Bagaimana seharusnya peran kita sebagai warganegara Indonesia yang tinggal di negara yang beragam budaya , suku dan agama, tetapi di satu sisi juga adalah warga negara kerajaan Sorga? Apalagi ada kecenderungan siswa dan mahasiswa Kristen menjadi ekslusif dan jarang bersentuhan dengan saudara-saudara dari agama-agama lainnya. Entah karena tidak nyaman atau merasa takut tidak bisa berapologetika ketika mereka dicecar dengan pertanyaanpertanyaan soal iman oleh teman. Maka kita perlu belajar dari Tuhan Yesus (Yoh . 4:1-42) yang berinisiatif membangun relasi melampaui rintangan agama, ras , gender, bahkan moral seperti wanita Samaria. Dia berani menyatakan kebenaran ekslusif (exclusive truth
claims) sebagai orang Yahudi, Nabi dan Mesias kepada wanita yang dianggap kafir oleh orang Yahudi. Meski demikian la juga menyatakan kasih yang inklusif (inclusive love aims) kepada wanita tersebut. Mari sebagai murid Kristus, kita memperjuangkan kasih yang inklusif di tengah kondisi bangsa kita saat ini. Kasih yang tidak membedakan agama, ras atau suku apa pun, kasih yang juga menghargai umat beragama lainnya. Namun tanpa mengorbankan kebenaran yang eksklusif yang kita percayai. lnilah salah satu wujud kita mengisi kemerdekaan bangsa kita. Dirgahayu Indonesia ke-70.
Wahyu Dwijayati, SKM., M.Div. Pemimpin Cabang Perkantas Jawa Timur
MURI D I Surat 8oa Perkantas Jaw a 1 imur I J ul-Agst 2015
1