GEMAHIMAGI Ed.02 - Seluk-Beluk Kisah Sebuah Negeri

ED.02 | OKTOBER 2020

GEMAHIMAGI GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI

SELUK - BELUK KISAH SEBUAH NEGERI

" Education is the

most powerful weapon which you can use to change the world

"

- Nelson Mandela -

DAFTAR ISI : REGIONAL

29 HIGHLIGHT

7 55

Manifestasi Tektonik Sumatera Potensi Tsunami di Lebak Lempeng Hiperaktif dari Timur Ketangguhan Kota Semarang dalam Menghadapi Bencana Sulawesi, si TectoComplex Island

INSPIRASI

SNEAK PEEK SEKILAS PERHIMAGI

OPINI

27

65

35

Dibalik Perkembangan Trans Papua Kajian Cekugan Bandung Pulau yang Hilang di Sumsel Ibukota Baru Indonesia Resilient City Semarang 2

Koordinator

Staf Ahli Jurnalistik

"

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas berkah dan kasih sayang Tuhan semesta alam karena pada kesempatan kali ini GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI masuk pada episode yang ke- 2. GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI ini merupakan karya dan inovasi dari perwakilan mahasiswa geologi seluruh Indonesia yang tergabung dalam redaktur majalah. Berbeda dengan episode pertama yang lalu, Kali ini redaktur majalah tergabung dalam BPH Jurnalistik redaktur majalah. Melalui proses recruitment diharapakan BPH Jurnalistik redaktur majalah ini dapat menjadi wadah mahasiswa geologi untuk menulis dan mengembangkan karyanya. Selama satu periode teman-teman redaktur membuat karya-karya hebat diantaranya PERHIMAGZ yang hadir secara berkala dan yang pastinya diakhiri oleh karya hebat diakhir periode yaitu majalah GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI. Tema GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI pada kesempatan kali ini adalah Susitanability atau keberlanjutan. Keberlanjutan yaitu memiliki makna yang mendalam karena dari keberlanjutan hingga saat ini negara tercinta kita Indonesia dapat berdiri kokoh disamping anugrah setting geologi yang menyimpan banyak potensi geologi baik potensi sumberdaya alam yang melimpah dan potensi kebencanaan. Penting halnya sebagai mahasiswa geologi kita mengetahui dan memahami bagaimana setting geologi pulaupulau di Indonesia atau minimal mengetahui setting geologi di daerah asal masing-masing dengan itu kita bisa mengetahui atau bahkan mengeksplor lebih potensi sumberdaya alam dan potensi kebencanaan yang ada di daerah kita masing-masing dengan dasar setiap mata kuliah yang kita dipelajari disetiap semesternya. Indonesia yang dianugrahi potensi sumber daya alam yang sangat melimpah dan kebencanaan sewaktu-waktu mengancam merupakan suatu keseimbangan dan harmoni. Benar, Kita sebagai mahasiswa geologi merupakan insan yang mempunyai pengetahuan lebih mengenai setting geologi. Dengan ini minimal bisa memberikan manfaat yang berupa pencerahan di unit lingkungan terkecil seperti keluarga dan masyarakat sekitar.

GEMAHIMAGI

GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI

EDITORIAL : Redaktur Majalah Staf Ahli Jurnalistik LAYOUT & DESAIN : Redaktur Majalah COVER DEPAN : Aldha Aulia P. COVER BELAKANG : Aldha Aulia P. Find us on Issuu : issuu.com/perhimagiofficial

Seirama dengan visi dan misi PERHIMAGI yaitu untuk menyebarkan luaskan keilmuan kebumian baik untuk sesama mahasiswa kebumian dan masyarakat secara luas. Harapan saya selaku ketua BPH Jurnalistik di akhir periode ini semoga majalah ini akan selalu ada. Majalah ini bukan milik Saya, ketua redaksi, ataupun redaktur majalah tetapi majalah ini buah dari dedikasi buah pemikiran kami untuk PERHIMAGI dan seterusnya akan menjadi bagian dari PERHIMAGI. Terimakasih yang tulus dan mendalam saya ucapkan kepada redaktur majalah atas kerja kerasnya dapat memberikan sebuah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

"

Salam Geologi, Jayalah PERHIMAGI

Gerhana Prasetya

KEPALA REDAKSI Sofia Salsabila Universitas Jenderal Soedirman RISET Najmuddin Haikal Fikri Universitas Padjajaran Agim Yustian Bakhtiar Institut Teknologi Sumatera Nanda Aurelia UPN "Veteran" Yogyakarta Nazwa Khoiratun Hisan UPN "Veteran" Yogyakarta HUMAS Andi Zarkia Nur Universitas Hasanuddin Allika Fadia Haya Sukur Universitas Hasanuddin Nurul Izzah Asral Universitas Jambi Johannes Edy Saputra Simanjuntak Institut Teknologi Sumatera KONTRIBUTOR DAN EDITOR Disa Kurnia Dewi Universitas Indonesia Anisa Fissilmi Institut Teknologi Sumatera Ghina Husni Fahira Universitas Padjajaran Ramaniya Ramadhani Universitas Sriwijaya LAYOUT Odetha Augustio Universitas Sriwijaya M. Sulistiawan Universitas Jambi Gamaliel Duta Buana UPN "Veteran" Yogyakarta Fathoni Tri Kurniawan Universitas Diponegoro

Editorial

SEKRETARIS JENDERAL PERHIMAGI 2019/2020

"

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera untuk kita semua, Salam Geologi!

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang begitu banyak melimpah rahmat-Nya sehingga dapat terselesaikannya GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada BPH Jurnalistik Redaktur Majalah yang telah bekerja keras dalam pembuatan GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI dan seluruh pihak yang telah membantu.

GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI yang mengambil tema Sustainability atau keberlanjutan. Indonesia banyak memiliki potensi sumber daya alam yang sebagian besar dimanfaatkan untuk pembangunan pada saat ini. Potensi tersembunyi dari pembangunan infrastruktur juga tentunya menjadi ancaman yang mengintai, di sini kita sebagai mahasiwa geologi dapat mengambil peran untuk menanggulangi atau mengurangi risiko yang akan terjadi dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya sumber daya yang ada.

Dengan terbitnya GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI semoga memantik pemikiran kita untuk mengedukasi dan menyebarluaskan ilmu geologi kepada masyarakat Indonesia.

"

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam Geologi, Jayalah PERHIMAGI

Ade Arriza Akbar

DEWAN PENGAWAS ORGANISASI

"

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Pertama dan selalu yang utama saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya majalah GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI ini dapat di terbitkan.

Pada kesempatan ini saya sangat berbahagia dengan terbitnya GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI dengan tema yang sangat relevan dengan kondisi hari ini. Tema pembangunan yang berkelanjutan (sustainability) telah banyak dibicarakan di ruangruang diskusi terkhusus dikalangan mahasiswa bahkan secara global diberbagai bidang karena ini merupakan agenda 2030 hasil rapat PBB pada tahun 2015 . Maka sudah saatnya PERHIMAGI tampil ke publik untuk memformulasikan ide dan gagasannya agar masalah-masalah yang berkaitan dengan geologi seperti bencana alam, pengelolaan sumber daya alam, objek wisata dan segala yang menjadi kekayaan Indonesia dapat ditangani dan dikelola secara efektif dan efisien.

Saya berharap terbitnya GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kawan-kawan geologi se-Indonesia khususnya dan umumnya dapat mengedukasi

"

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam Geologi, Jayalah PERHIMAGI

M. Teguh Pramono

HIGHLIGHT

Manifestasi Tektonik Pulau Sumatera

P

Oleh : Nanda Aurelia & Gerhana Prasetya

Pulau Sumatera tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh keberadaan lempeng samudera, sedangkan di sebelah timur didominasi oleh lempeng benua. Berdasarkan gaya gravitasi, magnetisme, dan seismik, ketebalan mencapai 40 kilometer (Hamilton, 1979).

7

Pulau Sumatera (Barber et al., 2005)

Gunung Kerinci, Jambi sebagai edu-wisata manifestasi panas bumi (Hari dkk, 2018)

Sejarah tektonik Pulau Sumatra berhubungan erat dengan dimulainya peristiwa pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 juta tahun yang lalu, sehingga mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis dari pergerakan relatif lempeng yang disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar lempeng, sehingga menghasilkan kegiatan ekstrusi. Gerak lempeng India-Australia yang semula mempunyai kecepatan hingga 86 milimeter/tahun menurun menjadi 40 milimeter/ tahun. Hal ini terjadi karena proses tumbukan lempeng tersebut. (Char-shin Liu et al, 1983 dalam Natawidjaja,1994). Setelah itu mengalami peningkatan kecepatan hingga sekitar 76 milimeter/ tahun (Sieh, 1993 dalam Natawidjaja, 1994).

Proses tumbukan ini pada akhirnya mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar sebelah timur India.

Tektonik setting Pulau Sumatera (Barber et al., 2005)

HIGHLIGHT | GEMAHIMAGI

8

HIGHLIGHT Keadaan Pulau Sumatera menunjukkan kemiringan penunjaman, punggungan busur muka dan cekungan busur muka mengalami fragmentasi akibat proses tektonik yang terjadi. Proses ini menunjukkan bahwa adanya transtensi (trans-tension) pada Paleozoikum sehingga menghasilkan tatanan Tektonik Sumatra. Tektonik Sumatera terdiri dari tiga bagian pola menurut (Sieh, 2000). Bagian selatan terdiri dari lempeng mikro Sumatra, yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu dengan bentuk geometri dan struktur sederhana, bagian tengah cenderung tidak beraturan dan bagian utara yang tidak selaras dengan pola penunjaman.

Cross section Pulau Sumatera (Barber et al., 2005)

•

Bagian Selatan Pulau Sumatra memberikan kenampakan pola tektonik: 1. Sesar Sumatra menunjukkan sebuah pola geser kanan en echelon dan terletak pada 100-135 kilometer di atas penunjaman.

2. Lokasi gunung api umumnya sebelah timur-laut atau di dekat sesar.

3. Cekungan busur muka terbentuk sederhana, dengan ke dalaman 1-2 kilometer dan dihancurkan oleh sesar utama.

4. Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri dari antiform tunggal dan berbentuk sederhana.

5. Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan oleh punggungan busur muka dan cekungan busur muka relatif utuh.

6. Sudut kemiringan tunjaman relatif seragam.

9

•

Bagian Utara Pulau Sumatra memberikan kenampakan pola tektonik: 1. Sesar Sumatra berbentuk tidak beraturan, berada pada posisi 125-140 kilometer dari garis Penunjaman.

2. Busur vulkanik berada di sebelah utara sesar Sumatra.

3. Kedalaman cekungan busur muka 1-2 kilometer.

4. Punggungan busur muka secara struktural dan kedalamannya sangat beragam.

5. Homoklin di belahan selatan sepanjang beberapa kilometer sama dengan struktur Mentawai yang berada di sebelah selatannya.

6. Sudut kemiringan penunjaman sangat tajam.

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif dunia, yaitu: lempeng IndoAustralia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Kepulauan di nusantara akan terus bergerak mencapai kecepatan rata-rata 3-6 cm atau bahkan 12 cm per tahunnya, Lempeng tersebut saling bertumbukan/ berinteraksi.

Pulau Sumatera sendiri berada pada zona wilayah tumbukan antara lempeng IndoAustralia dan lempeng Eurasia. Hasil interaksi lempeng yang berupa tumbukan lempeng di Sumatera dibuktikan oleh Bukit Barisan. Bukit Barisan merupakan jajaran pengunungan yang membentang dari ujung utara yaitu di Nangroe Aceh Darussalam sampai ujung selatan Pulau

Sumatera atau tepatnya di Lampung. Proses pembentukan pegunungan ini berlangsung menurut skala tahun geologi yaitu berkisar antara 45–450 juta tahun yang lalu.

Teori pergerakan lempeng tektonikmenjelaskan bagaimana pegunungan ini terbentuk. Lempeng tektonik merupakan bagian dari litosfer padat yang terapung diatas mantel atas atau astenosfer yang bergerak satu sama lainnya.

Menurut konsep dasar interaksi tektonik terdiri menjadi tiga, yaitu: 1. Kedua lempeng saling menjauhi (spreading) 2. Saling mendekati (collision) 3. Saling geser (transform).

Sejarah tektonik proses terbentuknya Pulau Sumatera (Barber et al., 2005)

Tumbukan lempeng tektonik antara IndianAustralian plate dengan Eurasian plate terus bergerak secara lambat. Saat kedua lempeng bertumbukan, bagian dari Indian-Australian plate yang berupa kerak samudera yang memiliki berat jenis atau densitas yang lebih besar tersubduksi atau menunjam tenggelam jauh ke dalam mantel dibandingkan dengan kerak benua pada Eurasian plate. Zona gesekan akibat gaya tekan dari tumbukan tersebut menjadi begitu panas sehingga dapat mencairkan batuan disekitarnya (peleburan parsial). Kemudian magma menerobos kerak pada permukaan lempeng di atasnya. Sehingga terbentuklah busur pegunungan bukit barisan di bagian tepi Eurasian plate, di pulau Sumatera, Indonesia .

Cross section Pulau Sumatera intepretasi melalui penampang seismik (Barber et al., 2005)

HIGHLIGHT | GEMAHIMAGI

10

Salah satu hasil atau manifestasinya berupa puncak tertinggi pada gunungapi Kerinci 3.805 mdpl, di Jambi. Kerinci merupakan salah satu lokasi potensi panas bumi di Sumatera, Indonesia. Keberadaannya pada Zona Fisiografi Perbukitan Barisan berasosiasi dengan aktivitas vulkanisme dan Sistem Sesar Sumatera (SSS), terkhususnya segmen sesar Siulak.

Secara geologi Kerinci juga merupakan wilayah yang memiliki fenomena dinamika geologi, hasil bentukan kegiatan tektonik dan vulkanisme.

Heterogenitas geologi yang terdapat di daerah ini antara lain, Gunung Kerinci yang merupakan gunung api aktif tertinggi di Indonesia, Danau Gunung Tujuh yang merupakan danau vulkanik tertinggi di Indonesia, keberadaan air terjun, potensi panas bumi serta fenomena geologi

unik lainnya (Oktariadi dan Suhendar, 2014).

Edu-wisata Gunung Kerinci berbasis Edu-wisata manifestasi panas bumi sebagai laboratorium alam yang sangat berhubungan dengankhasanah geosains geologi-panas bumi.

Keberagaman geologi yang menarik ini membuat Kerinci dijuluki sebagai negeri “sekepal tanah dari surga” dan menjadi branding Pariwisata Provinsi Jambi yang kemudian ditetapkan sebagai branding Pariwisata Provinsi Jambi.

Referensi : •

•

•

11

Barber, A.J., Crow, M.J., and Milsom, J.S. 2005.

Sumatera :Geology, Resources and Tectonic Evolution.Geological Soeciety, London, Memoirs.

Hari dkk. 2018. Potensi Geowisata berbasis Edu-Wisata sebagai Laboratorium Alam di Daerah Panas Bumi Kerinci, Jambi “Geotourism potential based on Edu-Tourism as nature laboratory on the Kerinci Geothermal Area, Jambi”. Universitas Jambi: Jambi.

Samuel, M. A., N. A. Harbury, A. Bakri, F. T. Banner dan L. Hartono. 1997. A new stratigraphy for the island of the Sumateran Forearc, Indonesia.

Journal of Asian Earth Sciences. 15: 339-380.

Peta lokasi potensi edu-wisata Gunung Kerinci, Jambi (Hari dkk, 2018)

HIGHLIGHT

Potensi Tsunami yang Mengintai

K

Oleh : Disa Kurnia Dewi

Kabupaten Lebak merupakan yang terletak di Provinsi Banten yang menjadi salah satu yang paling rentan terhadap dampak tsunami, karena berdekatan dengan lempeng IndoAustralia. Secara geologis, wilayah ini sebagai daerah tepian benua yang aktif di mana garis pantai berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dan juga merupakan pertemuan antara lempeng samudera Indo-Australia dengan lempeng benua Eurasia yang memiliki aktivitas kegempaan yang sangat tinggi.

Menurut BMKG tahun 1991-2016, dilihat dari data seismisitas yang sudah di relokasi di Kabupaten Lebak dan sekitarnya menunjukkan frekuensi gempa bumi dapat mencapai lebih dari 4 Skala Richter sangat tinggi dan memiki penyebaran yang merata dan dapat berpotensi tsunami. Lalu, kemiringan lereng di wilayah pesisir Lebak Banten dominan menunjukkan kemiringan hampir datar (slope 0 – 2%) dan sangat landai (slope 2 – 8%). Meskipun di beberapa tempat masih terdapat wilayah dengan kemiringan landai (slope 8 – 14%), dan

Lokasi Selat Sunda dan Tatanan Geologi di Kepulauan Indonesia (B.Mulyana, 2006)

agak curam (slope 14 – 20%). Kondisi tersebut menjadikan pesisir Lebak, Banten memiliki potensi tsunami.

Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya mitigasi dengan membuat bangunan setidaknya 100 meter dari garis pantai, menambah vegetasi pantai, dan struktur bangunan yang kokoh untuk mengurangi kerusakan. Selain itu, diperlukan pemetaan kawasan rawan tsunami, pembuatan jalur dan tempat evakuasi serta sistem peringatan dini tsunami yang memadai.

Sumber : •

•

Sugianto, Nurjaya, Natih, dan Wahyu. 2017.

Potensi Rendaman Tsunami di Wilayah Lebak Banten. Jurnal Kelautan Nasional.

Mulyana, B. (2006). Extension Tektonik Selat Sunda. Bulletin of Scientific Contribution, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006 : 137-145

HIGHLIGHT | GEMAHIMAGI

12

HIGHLIGHT

(Sumber : Sapiie, 2006)

Oleh : Nazwa Khoiratun Hisan & Gerhana Prasetya

Lempeng Hiperaktif dari Timur Saat ini, konfigurasi dari Tektonik Pulau Papua berada pada bagian tepi utara dari Lempeng Australia, berkembang akibat dari pertemuan antara Lempeng Australia yang bergerak ke utara dan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat. Menurut Smith (1990), perkembangan Tektonik Pulau Papua dapat dipaparkan sebagai berikut: Periode Oligosen sampai Pertengahan Miosen (35 – 15 Juta tahun yang lalu)

13

Perkembangan Tektonik Indonesia Periode Oligosen - Miosen Tengah (Hall, 2008)

Pada bagian belakang busur Lempeng kontienental Australia terjadi pemekaran yang mengontrol proses sedimentasi dari Kelompok Batugamping New Guinea selama Oligosen – Awal Miosen dan pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus. Pada bagian tepi utara Lempeng Samudera Solomon terjadi aktivitas penunjaman, membentuk perkembangan Busur Melanesia pada bagian dasar kerak samudera selama periode 44 – 24 Juta Tahun yang lalu. Kejadian ini seiring kedudukannya dengan komplek intrusi yang terjadi pada Oligosen – Awal Miosen seperti yang terjadi di Kepatusan Bacan, Komplek Porphir West

Delta – Kali Sute di Kepala Burung Papua.

Selanjutnya pada Pertengahan Miosen terjadi pembentukan ofiolit pada bagian tepi selatan Lempeng Samudera Solomon dan pada bagian utara dan timur laut Lempeng Australia.

Kejadian ini membentuk Sabuk Ofiolit Papua dan pada bagian kepala Burung Papau yang diekspresikan oleh adanya Formasi Tamrau.

Pada Akhir Miosen terjadi aktivitas penunjaman pada Lempeng Samudera Solomon ke arah utara, membentuk Busur Melanesia dan ke arah selatan masuk ke lempeng Australia membentuk busur Kontinen Calc Alkali Moon – Utawa dan busur Maramuni di New Guinea.

Periode Miosen Akhir – Plistosen (15 – 2 Juta tahun yang lalu)

Perkembangan Tektonik Indonesia Periode Miosen Akhir - Plistosen (Hall, 2008)

Mulai dari Miosen Tengah bagian tepi utara Lempeng Australia di New Guinea sangat dipengerahui oleh karakteristik penunjaman dari Lempeng Solomon. Pelelehan sebagian ini mengakibatkan pembentukan Busur Maramuni dan Moon-Utawa yang diperkirakan berusia 18 – 7 juta tahun yang lalu. Busur Vulkanik Moon

ini merupakan sumber terjadinya prospek emas sulfida ephitermal dan logam dasar seperti di daerah Apha dan Unigolf, sedangkan Maramuni di utara, Lempeng Samudera Solomon menunjam terus di bawah Busur Melanesia mengakibatkan adanya penciutan ukuran selama Miosen Akhir.

HIGHLIGHT | GEMAHIMAGI

14

Pada 10 juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng Australia terus berlanjut dan pengrusakan pada Lempeng Samudra Solomon terus berlangsung mengakibatkan tumbukan di perbatasan bagian utara dengan Busur Melanesia. Busur tersebut terdiri dari gundukan tebal busur kepulauan Gunung Api dan sedimen depan busur membentuk bagian “Landasan Sayap Miosen” seperti yang diekspresikan oleh Gunung Api Mandi di Blok Tosem dan Gunung Api Batanta dan Blok Arfak.

Kemiringan tumbukan ini mengakibatkan kenampakan berbentuk suture antara Busur Melanesia dan bagian tepi utara Lempeng Australia yang diduduki oleh Busur Gunung Api Mandi dan Arfak terus berlangsung terus hingga 10 juta tahun yang lalu dan merupakan akhir dari penunjaman dan perkembangan busur Moon – Utawa. Kenampakan seperti suture dimanifestasikan dari bentukan tertutup dari barat ke timur mulai dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen, dan Ramu – Zona Patahan Markam.

Pasca tumbukan, terjadi gerakan mengiri searah kemiringan yang dimanifestasikan terjadi di sepanjang Sorong, Yapen, Bintuni dan Zona Patahan Aiduna, membentuk kerangka tektonik di daerah Kepala Burung.

Hal ini diakibatkan oleh pergerakan dari kepala tepi utara Lempeng Australia. Kejadian yang berasosiasi dengan tumbukan busur Melanesia ini menggambarkan bahwa pada Akhir Miosen usia bagian barat lebih muda dibanding dengan bagian timur. Intensitas perubahan ke arah kemiringan tumbukan

15

semakin bertambah ke arah timur.

Akibat tumbukan tersebut memberikan perubahan yang sangat signifikan di bagian cekungan paparan di bagian selatan dan mengarahkan mekanisme perkembangan Jalur Sesar Naik Papua. Zona Selatan tumbukan yang berasosiasi dengan sesar serarah kemiringan konvergensi antara pergerakan ke utara lempeng Australia dan pergerakan ke barat lempeng Pasifik mengakibatkan terjadinya resultan gaya dengan orientasi arah NE-SW tekanan deformasi. Hal itu mengakibatkan pergerakan evolusi tektonik Papua cenderung ke arah Utara – Barat sampai sekarang. Kejadian tektonik singkat yang penting adalah peristiwa pengangkatan yang diakibatkan oleh tumbukan dari busur kepulauan Melanesia. Hal ini digambarkan oleh irisan stratigrafi mulai dari batuan dasar yang ditutupi oleh sekuen dari bagian sisi utara Lempeng Australia yang membentuk Jalur Sesar Naik Papua. Bagian tepi utara dari jalur sesar naik ini dibatasi oleh batuan metamorf dan teras ofiolit yang menandai kejadian pada Miosen Awal. Perbatasan bagian selatan dari sesar naik ini ditandai oleh adanya batuan dasar Pre-cambrian yang terpotong di sepanjang Jalur Sesar Naik. Jejak mineral apatit memberikan gambaran bahwa terjadi peristiwa pengangkatan dan peruntuhan secara cepat pada 4 – 3,5 juta tahun yang lalu (Weiland, 1993).

Cross section Papua (after Press and Siever, 1998 dalam Satyana, 2011)

Selama Pliosen (7 – 1 juta tahun yang lalu) Jalur lipatan Papua dipengaruhi oleh tipe magma I atau suatu tipe magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi. Selama pliosen (3,5 – 2,5 juta tahun yang lalu) intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon dari peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan sedimen yang menutupi landasan dari Blok Kemum. Menurut Smith (1990), sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan.

Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat – tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat pada lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa – Dawagu, Mogo Mogo – Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga.

Sementara di daerah Kepala Burung terdapat di Aisijur dan Kali Sute. Sementara itu dengan adanya busur kepulauan gunungapi (Awewa Volkanik Group) yang terdiri dari : Waigeo Island (F.Rumai), Batanta Islamd (F.Batanta), Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak Volc), Yapen Island (Yapen Volc), Wayland Overhrust (Topo Volc), memungkinkan terkonsentrasinya logam, emas dalam bentuk nugget.

Stratigrafi Indonesia Timur (Kendrick dan Hill, 2002)

Tektonik Papua (Barber., et.al, 2003)

Sumber : https://distamben.papua.go.id/pr011111.htm

(Sumber : Sapiie, 2006)

HIGHLIGHT | GEMAHIMAGI

16

HIGHLIGHT

(Sumber : panorama-jtb.com)

KETANGGUHAN KOTA SEMARANG DALAM MENGHADAPI BENCANA

K

Kota semarang berdiri menurut sejarah pada tanggal 2 mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid nabi Muhammad SAW, tanggal 12 Rabiul Awal tahun 954 H yang disahakan oleh Sultan Hadiwijaya. Istilah kata Semarang merupakan gabungan dari kata “Asam” dan “Arang”. Pada akhir abad ke-15 M dari Kerajaan Demak menempatkan seseorang bernama Pangeran Made Pandan (Sultan Pandanaran I) untuk menjalankan misi menyebarkan Agama Islam. Pada waktu itu di wilayah itu tumbuh pohon asam yang memiliki jarak satu sama lain (jarang-jarang) atau dalam bahasa Jawa Arang. Maka dari itu kata Asam dan Arang digabung menjadi Semarang.

17

Oleh : Najmuddin Haikal Fikri

Sebagai pendiri desa Semarang, Sultan Pandanaran I diangkat sebagai pemimpin wilayah menjadi pemimpin daerah dengan gelar Kyai Ageng Pandanaran I. kemudian kemimpinan berganti kepada anaknya yaitu Pandan Arang II atau Sunan Pandanaran setelah Sultan Pandanaran I wafat. Di dalam kepemimpinan anaknya, daerah Semarang berkembang sehingga naik menjadi Kabupaten atas usulan Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Perkembangan Semarang berlanjut hingga zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Saat ini Kota Semarang menjadi ibukota provinsi Jawa Tengah dan menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia dengan jumlah penduduk 1,7 juta jiwa.

Kota semarang merupakan salah satu kota tertua yang ada di Indonesia. Berbagai macam peristiwa besar bangsa Indonesia ini tidak lepas dari kota semarang. Dalam perkembangan Semarang, berbagai perubahan fisik seperti topografi dan morfologi Kota Semarang ikut berubah.

Karena keadaan kota semarang berupa daratan dan perbukitan, maka kota semarang dibagi menjadi dua wilayah yaitu Semarang nduwur (Semarang atas) dan Semarang ngisor (Semarang bawah). Kondisi topografi yang terdiri dari perbukitan dan dataran rendah mengakibatkan Kota Semarang dilewati banyak sungai. Sungai-sungai ini

kemudian yang berfungsi sebagai sistem drainase banjir kota semarang.

Meskipun kota semarang telah berkembang menjadi metropolitan Indonesia, semarang masih memiliki berbagai permasalahan.

Kota Semarang identik dengan bencana yang berkaitan dengan banjir. Banjir di kota semarang disebabkan oleh beberapa penyebab. Salah satu penyebab banjir di Kota Semarang yaitu naiknya air laut ke permukaan tanah atau nama lainnya banjir rob. Penyebab banjir rob ini murni dari alam yang terus terjadi di kota semarang. Banjir inipun telah terjadi sejak dahulu.

Stasiun Tawang Terkena Banjir Rob. (Sumber: https://foto.tempo.co)

Mengapa banjir rob terus terjadi di Semarang?

Dahulu pada tahun 1400 M Kota Semarang merupakan laut dengan gugusan pulaupulau kecil. Garis pantainya diperkirakan berada di daerah Peterongan yang saat ini berjarak 6,8 km dari bibir pantai. Kelenteng Sam Po Kong dahulunya merupakan tempat pendaratan armada kapal Laksamana Cheng Ho. Artinya bahwa hampir separuh dari Kota Semarang dahulu merupakan daerah laut yang kini berubah menjadi daratan. Menurut Ir Fauzi M.T. (Kepada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) dan ESDM Kota Semarang) pada abad ke-14 garis pantai berada di sepanjang Peterongan hingga Gedungbatu. Seiring perjalanan waktu, garis

pantai semakin maju ke arah lepas pantai.

Hal ini juga didukung oleh kutipan Amen Budiman (Sejarawan Semarang) dalam bukunya ‘Semarang Riwayatmu Dulu’ yang mengutip Prof. Dr. Ir RW van Bemmelen (pakar geologi Belanda) mengungkapkan bahwa lima abad lalu diperkirakan “kota bawah” Semarang, kawasan Simpang Lima masih berupa lautan. Jalur pantai yang berupa tanah muda di Semarang berkembang cepat, yakni dua kilometer selama 2,5 abad. Hingga kini, bila diukur lurus ke utara jarak dari kawasan Petarongan hingga pesisir pantai paling ujung Kota Semarang berkisar 6.8 km dalam kurun waktu 6 abad.

HIGHLIGHT | GEMAHIMAGI

18

Penyebab utama dari akresi (perubahan garis pantai) Kota Semarang dari tahun 1400M hingga sekarang adalah pengendapan sedimen yang berasal dari sungai-sungai yang ada Kota Semarang yang terjadi secara terus menerus yang akhirnya membentuk sebuah daratan. Kemajuan garis pantai Kota Semarang yang terjadi selama kurun waktu 3 abad memunculkan lahan baru namun pada saat itu belum ada perubahan hingga pada akhir abad 17 mulai adanya pembangunan di daerah “kota bawah” yang terjadi pada lahan yang dulunya merupakan bekas laut tersebut. Tumbuh berbagai macam kegiatan pada awal abad ke-18 ditandai dengan adanya kawasan Kota Lama yang merupakan pusat Kota Semarang pada

masa Belanda. Pendudukan belanda selama hampir 1,5 abad di Semarang memicu berbagai pembangunan dan pertambahan jenis kegiatan. Dari mulai pusat kota hingga pelabuhan memiliki kegiatannya masing – masing hingga sekarang. Kondisi ini menyebabkan bagian bawah semarang tersebut mulai padat. Mengingat dahulu merupakan daerah laut dan bertanah gembur yang mengalami perkerasan menjadi salah satu alasan mengapa Kota Semarang bagian bawah sering terdampak bajir rob. Sejarah rob di Semarang sendiri sudah lama menjadi isu sejak pendudukan Belanda pada abad 17 hingga kini menjadi masalah perkotaan yang paling sering dan berdampak besar terhadap kehidupan di Kota Semarang.

Air laut yang merendam pemakaman di pesisir pantai Kota Semarang. (Sumber: https://sinergi.radarmalang.id)

Kondisi Kota Semarang yang menjadi langganan banjir rob membuat pemerintah melakukan berbagai strategi untuk menahan laju banjir rob. Beberapa strategi yang dilakukan yaitu Rencana pembangunan tanggul laut sekaligus tol semarang-demak, pembangunan sistem polder banger hasil kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan belanda, dan kolam retensi di sekitar Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi banjir rob tidak akan terlaksana dengan baik apabila tidak mendapat dukungan dari masyarakat kota semarang. Masyarakat kota semarang

19

diharapkan untuk mendukung pemerintah dengan tidak melanggar peraturanperaturan yang telah dibuat oleh pemerintah.

Referensi : • https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_ Semarang • https://www.pu.go.id/berita/view/5280/ pembangunan-sistem-polder-atasi-rob-semarang-di-mulai • h t t p s : / / w w w. s k y s c r a p e r c i t y. c o m / threads/semarang-projects-development.150050/

HIGHLIGHT

Sulawesi, si Tecto-complex Island

S

Oleh : Agim Yustian Bakhtiar

Sulawesi adalah sebuah pulau yang terletak di bagian tengah dari kepulauan nusantara.

Sulawesi mudah untuk dikenali karena bentuknya yang unik karena Sulawesi terletak pada pertemuan 3 lempeng besar, yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks, Sulawesi atau nama lainnya Celebes terletak di bagian tengah wilayah kepulauan Indonesia dengan luas wilayah 174.600 km². Bentuknya yang unik menyerupai huruf "K" dengan empat semenanjung, yang mengarah ke timur, timur laut, tenggara dan selatan. Sulawesi

berbatasan dengan Borneo di sebelah barat, Filipina di sebelah utara, Flores di sebelah selatan, Timor di sebelah tenggara dan Maluku di sebelah timur. Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah yang kompleks karena merupakan tempat pertemuan tiga lempeng besar yaitu; lempeng Indo- Australia yang bergerak ke arah utara, lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat dan lempeng Eurasia yang bergerak ke arah selatan-tenggara serta lempeng yang lebih kecil yaitu lempeng Filipina

Batas lempeng kepulauan Indonesia (Sompotan, 2012)

Hasil dari proses pertemuan lempeng tersebut menyebabkan Pulau Sulawesi memiliki empat buah lengan dengan proses tektonik yang berbeda-beda akhirnya membentuk satu kesatuan bentuk mozaik geologi. Pulau ini seakan dirobek oleh berbagai sesar seperti; sesar Palu-Koro,

sesar Poso, sesar Matano, sesar Lawanopo, sesar Walanae, sesar Gorontalo, sesar Batui, sesar Tolo, sesar Makassar dan lain-lain, dimana berbagai jenis batuan bercampur sehingga posisi stratigrafinya menjadi sangat rumit.

HIGHLIGHT | GEMAHIMAGI

20

Daftar Sesar di Pulau Sulawesi dan sekitarnya (Tim Revisi Peta Gempa Indonesia, 2010)

Berdasarkan struktur litotektonik, Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya dibagi menjadi empat, yaitu; Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda, Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia, Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen dan yang keempat adalah Fragmen Benua BanggaiSula-Tukang Besi, kepulauan paling timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea.

Peta Geologi Sulawesi (Hall and Wilson, 2000)

Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) Mandala barat memanjang dari lengan utara sampai dengan lengan selatan pulau Sulawesi. Secara umum busur ini terdiri dari batuan volkanik-plutonik berusia Paleogen- Kuarter dengan batuan sedimen berusia mesozoikum-tersier dan batuan malihan (Sompotan, 2012). Mandala barat sebagai busur magmatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian utara dan barat.

Bagian utara memanjang dari Buol sampai sekitar Manado, dan bagian barat dari Buol sampai sekitar Makassar (Leeuwen, 1994).

21

Batuan bagian utara bersifat riodasitik sampai andesitik, terbentuk pada MiosenResen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk pada Eosen-Oligosen. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan penyusun lebih bersifat kontinen yang terdiri atas batuan gunung api - sedimen berumur Mesozoikum - Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan tersebut diterobos granitoid bersusunan terutama granodioritik sampai granitik yang berupa batolit, stok, dan retas.

Mandala Tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt)

Peta Geologi Wilayah Sulawesi Tengah (Sompotan, 2012)

Batuan magmatik potassic calc-alkaline berusia akhir Miosen di Sulawesi Tengah terdapat di bagian kiri bentangan zona sesar Palu-Koro, dimana batuan granit di wilayah tersebut berkorelasi dengan subduksi microcontinent Banggai-Sula dengan Pulau Sulawesi pada pertengahan Miosen. Berdasarkan aspek petrografi, batuan granit berumur Neogen tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok dari yang paling tua sampai dengan yang termuda untuk melihat karakteristik perubahannya di masa mendatang. Pertama adalah KF-megacrystal bantalan granit yang kasar (Granitoid-C) yang terdistribusi di bagian utara dan selatan wilayah Palu - Koro yang berumur 8,39-3,71 Ma, dimana dua karakteristik petrografi tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu biotit yang mengandung granit dan hornblende sebagai mineral mafik (4,15-3,71 Ma dan 7,05-6,43 Ma) dan biotit yang mengandung

granit sebagai mineral mafik utama (8,397,11Ma). Kelompok kedua adalah batuan granit medium mylonitic-gneissic (Granitoid-B) yang relatif terdapat di daerah pusat (sekitar PaluKulawi) berupa medium grained granitoids yang kadang-kadang mengandung xenoliths.

Batuan granit ini juga dapat dibagi lagi menjadi hornblende-biotit yang terdistribusi di bagian selatan (Saluwa-Karangana) sekitar 5,46-4,05 Ma dan granit bantalan biotit yang berumur 3,78-3,21 Ma di sekitar Kulawi. Kelompok ketiga adalah Fine and biotit-poor granitoid (Granitoid-A) kelompok batuan termuda yang tersebar di daerah Palu-Koro sekitar 3,07-1,76 Ma, yang nampak sebagai dyke kecil hasil potongan dari granit lain. Batuan tersebut berwarna putih bersih mengandung sejumlah biotit sebagai mineral mafik tunggal, kebanyakan batuan tersebut terlihat di antara daerah Sadaonta dan Kulawi.

HIGHLIGHT | GEMAHIMAGI

22

Mandala Timur (East Sulawesi Ophiolite Belt)

Peta Geologi Mandala Timur Sulawesi (Sompotan,2012)

Batuan kompleks ofiolit dan sedimen pelagis di Lengan Timur dan Tenggara Sulawesi dinamakan Sabuk Ofiolit Sulawesi Timur.

Sabuk ini terdiri atas batuan-batuan mafik dan ultramafik disertai batuan sedimen pelagis dan melange di beberapa tempat. Batuan ultramafik dominan di Lengan Tenggara, tetapi batuan mafiknya dominan lebih jauh ke utara, terutama di sepanjang pantai utara Lengan Tenggara Sulawesi. Sekuen ofiolit yang lengkap terdapat di Lengan Timur, meliputi batuan mafik dan ultramafik, pillow lava dan batuan sedimen pelagis yang didominasi batugamping laut dalam serta interkalasi rijang berlapis.

Berdasarkan data geokimia sabuk Ofiolit Sulawesi Timur ini diperkirakan berasal dari mid- oceanic ridge Continental terrain Sulawesi Tenggara (The Southeast Sulawesi continental terrain = SSCT) menempati area yang luas di Lengan Tenggara Sulawesi, sedangkan sabuk ofiolit terbatas hanya pada bagian utara lengan tenggara Sulawesi. SSCT berbatasan dengan

23

Sesar Lawanopo di sebelah timur laut dan Sesar Kolaka di sebelah barat daya. Dataran ini dipisahkan dari Dataran Buton oleh sesar mendatar, dimana pada ujung timur terdapat deretan ofiolit yang lebih tua. SSCT memiliki batuan dasar metamorf tingkat rendah dengan sedikit campuran aplitic, karbonat klastik berumur Mesozoikum dan limestone berumur Paleogen. Deretan sedimen klastik tersebut mencakup formasi Meluhu di akhir Triassic dan unit limestone yang berumur Paleogen mencakup Formasi Tamborasi dan Formasi Tampakura. Batuan dasar metamorf tingkat rendah membentuk komponen utama lengan Tenggara Sulawesi. Batuan metamorf tua terkait dengan proses penguburan, sedangkan batuan metamorf muda disebabkan oleh patahan dalam skala besar ketika continental terrain Sulawesi Tenggara bertabrakan dengan sabuk ofiolit, Batuan metamorf ini diterobos oleh aplite dan ditindih oleh lava kuarsa-latite terutama di sepanjang pantai barat Teluk Bone.

D

Di daerah Kendari, batuan dasar secara tidak selaras ditindih oleh formasi Meluhu berumur Triassic, yang terdiri dari sandstone, shale dan mudstone. Formasi Meluhu disusun oleh 3 kelompok wilayah, yaitu; wilayah Toronipa merupakan kelompok yang paling tua, kemudian Watutaluboto dan Tuetue yang merupakan kelompok termuda. Wilayah Toronipa terdiri dari endapan sungai meandering dan didominasi oleh batupasir diselingi batuan batupasir konglomerat, mudstone dan shale. Wilayah Watutaluboto adalah pengendapan tidal-delta yang didominasi oleh mudstone dengan sisipan lapisan tipis batupasir dan batuan konglomerat.

Wilayah Tuetue terdiri dari mudstone dan batupasir yang naik ke atas laut dangkal marjinal, napal dan batugamping.

Batupasir di wilayah Toronipa terdiri dari litharenite, sublitharenite dan quartzarenite berasal dari daur ulang sumber orogen.

Fragmen batuan metamorf di dalam batupasir mengindikasikan bahwa area sumber Formasi Meluhu didominasi oleh batuan dasar metamorfik. Batuan metamorf itu mungkin tertutup oleh sedimen tipis. Adanya sedikit fragmen vulkanik dalam formasi Meluhu menunjukkan bahwa batuan vulkanik juga membentuk lapisan tipis dengan cakupan lateral terbatas di daerah sumber. Sedikit fragmen batuan beku mungkin berasal dari dyke yang menerobos basement metamorf. Umur formasi Meluhu setara dengan umur formasi Tinala di dataran Matarombeo dan umur formasi Tokala di dataran Siombok, hal ini disebabkan litologi ketiga formasi tersebut serupa,

dimana terdapat deretan klastik yang dominan di bagian yang lebih rendah dan karbonat yang dominan di bagian yang lebih tinggi dari ketiga formasi tersebut.

Adanya Halobia dan Daonella di ketiga formasi tersebut menunjukkan umur akhir Triassic, dimana kehadiran ammonoids dan polen dalam wilayah Tuetue dari formasi Meluhu sangat mendukung penafsiran ini.

Deretan sedimen klastik formasi Tinala di dataran Matarombeo ditindih oleh butiran halus sedimen klastik formasi Masiku dan sedimen yang kaya karbonat formasi Tetambahu. Moluska, ammonita dan belemnites yang melimpah di bagian bawah formasi Tetambahu menunjukkan usia Jurassic. Bagian atas formasi Tetambahu mengandung cherty limestone dan chert nodul yang kaya radiolarians. Radiolames mengindikasikan usia Jurassic sampai dengan awal Cretaceous. Formasi Tokala di daratan Siombok dan Banggai- Sula yang berada di lengan timur Sulawesi, terdiri dari limestone dan napal dengan sisipan shale dan chert (rijang). Adapun Steptorhynchus, Productus dan Oxytoma yang sekarang berada di formasi Tokala menunjukan usia Permo-Carbonaferous. Namun, Misolia dan Rhynchonella ditemukan dalam lapisan limestone mengindikasikan umur akhir Triassic. Karena kesamaan litologi antara formasi ini dan bagian atas formasi Meluhu, usia akhir Triassic mungkin yang paling tepat untuk usia formasi Tokala, sedangkan usia Permo-Carbonaferous mungkin merupakan usia basementnya, dimana formasi Tokala ditindih oleh batuan konglomerat pink granite dari formasi Nanaka yang mungkin berasal dari basement granit Kepulauan Banggai-Sula.

HIGHLIGHT | GEMAHIMAGI

24

Deretan batugamping berumur Paleogen dari Formasi Tampakura (400m tebal) menimpa Formasi Meluhu di SSCT (Sulawesi Tenggara Continental Terrane). Formasi ini terdiri atas ophiolite, lime mudstone, wackestone dan locally packstone, grainstone dan framestone.

Pada bagian terendah dari formasi, ada strata klastik terdiri dari mudstone, batupasir dan batuan konglomerat. Adanya kandungan foraminifera pada formasi mengindikasikan umur akhir Eosen Akhir sampai dengan awal Oligosen. Nanoflora dalam formasi menunjukkan umur pertengahan Eosen sampai dengan pertengahan Miosen, sehingga pengendapan pada formasi tersebut harus terjadi selama akhir Eosen sampai dengan awal Oligosen. Deposisi awal berada di lingkungan delta dimana material silisiklastik masih dominan. Penurunan suplai sedimen klastik membiarkan fasies karbonat intertidal-subtidal berkembang secara luas pada platform relief rendah.

Karbonat bertambah, didominasi oleh batu karang dan pasir karbonat. Adapun deretan karbonat berumur Paleogen yang sama pada Formasi Tamborasi diendapkan di laut dangkal, dimana berdasarkan usia dan litologi batuan, Formasi Tampakura dan Tamborasi ataupun juga Formasi Lerea di Matarombeo diendapkan pada satu laut dangkal yang mengelilingi sebuah pulau dengan komposisi basement metamorf dan granit dan sisipan sedimen klastik berumur Mesozoikum mencakup Formasi Meluhu, Formasi Tinala, dan Formasi Tetambahu. Unit ekuivalen di daratan Banggai-Sula termasuk dalam batugamping berumur EosenOligosen Formasi Salodik yang berhubungan dengan napal dalam Formasi Poh. Formasi batuan tertua pada masa Triassic disebut Formasi Tokala. Formasi ini terdiri dari batuan batugamping dan napal dengan sisipan shale dan rijang, yang diendapkan di daerah laut dalam

Fragmen Benua Banggai-Sula dan Tukang Besi

Fragmen Benua Banggai-Sula dan Tukang Besi (Sompotan, 2012)

25

Fragmen benua Banggai-Sula dan Tukang Besi di wilayah Sulawesi bersama-sama dengan area Sulawesi tengah dan tenggara diyakini berasal dari bagian benua Australia utara. Daratan ini di masa Jura bergerak ke timur laut memisahkan diri dari Australia ke posisi sekarang. Batuan metamorfik didistribusikan secara luas di bagian timur Sulawesi Tengah, lengan tenggara Sulawesi dan Pulau Kabaena. Batuan metamorf tersebut dapat dibagi menjadi fasies amfibolit dan epidot-amfibolit dan kelompok dynamo metamorphic tingkat rendah glaukofan atau fasies sekis biru. Fasies amfibolit dan epidotamfibolit lebih tua dari batuan radiolarit, ofiolit dan spilitic igneous rocks yang ditemukan di sabuk metamorf Provinsi Sulawesi Tengah, sedangkan sekis glaukofan lebih muda. Sekis glaukofan ini konsisten dengan petrogenesis tekanan tinggi dan suhu rendah, tetapi batuan ini hanya menjalani pemeriksaan petrologi eksaminasi, dimana glaukofan semakin banyak di wilayah barat. Kecuali di Buton, batuan metamorf diterobos batuan granit di masa Permo-Triassic.

Di Sulawesi Tenggara, Banggai-Sula dan Buton, Microcontinents batuan metamorf membentuk basement cekungan Mesozoikum. Batuan ini ditindih secara

tidak selaras oleh satuan batuan sedimen berumur Mesozoikum yang didominasi oleh batuan limestone di pulau Buton dan batuan silisiklastik di wilayah Sulawesi Tenggara dan Microcontinents Banggai-Sula. Batugamping berumur Paleogen ditemukan pada semua microcontinents. Pada akhir Oligosen sampai dengan pertengahan Miosen, satu atau lebih microcontinent Indo-Australia bergerak ke arah barat bertabrakan dengan kompleks ofiolit Sulawesi timur dan tenggara. Tabrakan ini menghasilkan melange dan imbrikasi zona busur kepulauan Mesozoikum dan strata sedimen Paleogen dari microcontinents, dengan irisan patahan ofiolit. Selama tumbukan, cekungan sedimen lokal terbentuk di Sulawesi, dimana setelah tumbukan, cekungan menjadi lebih lebar di sepanjang Sulawesi. Sedimentasi di lengan Tenggara Sulawesi dimulai lebih awal pada awal Miosen dibandingkan dengan lengan Timur yang nanti di akhir Miosen. Kedua deretan ini biasanya disebut sebagai Sulawesi Molasse yang terdiri deretan major sediment klastik dan deretan minor batu karang limestone.

Sebagian besar area Sulawesi Molasse diendapkan di laut dangkal tetapi di beberapa tempat diendapkan di dalam sungai ke lingkungan transisi.

Referensi : • Leeuwen, V., 1994. 25 Years of Mineral Exploration and Discovery in Indonesia.

Journal of Geochemical Exploration, Volume 50, pp. 13-90. • Sompotan, A. F., 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Bandung: Perpustakaan Sains Kebumian, Institut Teknologi Bandung.

HIGHLIGHT | GEMAHIMAGI

26

Inspirasi

(Sumber : setkab.co.id) Oleh: Gerhana Prasetya Putra

Basuki Hadimuljono “Daendels yang Lahir Kembali” Untuk Membangun Indonesia Biografi Singkat : Riwayat Pendidikan : • • •

S-1; Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Magister, Colorado State University, Amerika Serikat Doktor Teknik Sipil, Colorado State University, Amerika Serikat

Pengalaman Kerja : • • • •

27

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum periode (2005 - 2007) Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum periode (2007 2013) Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum (2013 2014) Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2014 – 2024)

Ir. Mochamad Basoeki Hadimoeljono, M.Sc., Ph.D lahir di Surakarta, 5 November 1954, Pria lulusan teknik geologi UGM ini merupakan menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) sosok dibalik pembangunan yang masif terjadi di Indonesia sejak peride tahun 2014 dibawah pemerintahan era Ir. Joko Widodo sebagai Presiden.

Lulus dari teknik geologi UGM pada 1979. Basuki langsung memili karir sebagai PNS. Selanjutnya Basuki Hadimuljono diberikan kesempatan untuk meneruskan jenjang pendidikan yang lebih tinggi di luar negeri, Basuki Hadimuljono memperoleh beasiswa untuk meneruskan pendidikan magister dan doctoral

di Colorado University, Amerika Serikat pada tahun 1987-1992.

Sepulang dari pendidikannya Basuki kembali menjadi pegawai kementerian PU, Dan hal yang menarik adalah Basuki Hadimuljono merupakan pria satu-satunya di kementerian PU lulusan S3. Selepas kepulangan Basuki Hadimuljono mengabdi untuk negara melalui kemnterian PU selama lebih dari 30 tahun, Karirnyapun perlahan terus menanjak sehingga pada oktober 2014 di era pemerintahan Joko Widodo, Basuki dilantik sebagai menteri. Ia menjadi menteri pertama yang menggabungkan dua kementerian menjadi satu yaitu Kemeneterian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Sebelum menjadi menteri Basuki juga mendapatkan amanah khusus pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mana diamanahi menjadi anggota tim penanggulangan lumpur Lapindo, tim rehabilitasi pasca tsunami Aceh, dan tim perbaikan jalan tol Purbaleunyi, Jawa Barat. Pencapaian Basuki dibuktikan dengan rampungnya banyak proyek infrastruktur vital seperti pembangunan jalan tol Trans Jawa dan Trans Sumatera, serta jalan Trans Papua yang sempat terbengkalai di era pemerintahan sebelumnya.

Julukan “Deandels Baru” merupakan julukan yang diberikan Presiden Jokowi ketika peresmian Jalan Tol Gempol-Pasuruan. Daendels adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memimpin pembangunan jalan dari Anyer, Banten sampai Panarukan, Jawa Timur. Julukan Daendles diberikan Jokowi kepada Basuki lantaran berhasil mengebut pembangunan jalan tol dari Merak-Banyuwangi atau Tol Trans Jawa dengan tepat waktu.

Setelah lulus dari Teknik Geologi UGM, Basuki Hadimuljono ditawari oleh teman masuk di perusahaan migas StanFlex secara prioritas. Tetapi Basuki Hadimuljono beranggapan dunia migas yang terlalu eksklusif tidak cocok dengan dirinya sehingga Basuki masuk menjadi PNS kementerian Pekerjaan Umum walaupun gaji bekerja di perusahaan migas lebih besar pada waktu itu.

Ketika bekerja Basuki Hadimuljono berpegang teguh pada nilai trust

Bapak Basuki Hadijmulyono bersama Bapak Presiden Joko Widodo ketika mengunjungi pembangunan bendungan Passelor, Sulawesi Selatan. (Sumber Foto: Top Career.id)

(kepercayaan) dan loyalitas.

Ketika Dirinya telah mendapatkan kepercayaan trust oleh atasan maka dirinya harus loyal kepada setiap pekerjaan yang diembankan.

Banyak nilai yang bisa dipetik dari pengalaman hidup seorang geologist yang sekaligus menjadi menteri PUPR yaitu kegigihannya di setiap kontribusi dalam pembangunan negara semoga kedepannya geologist-geologist muda pembangunan lahir kembali untuk membangun bangsa Indonesia.

“Kebetulan saya mendapatkan pekerjaan yang saya cintai dan itu tidak banyak dijumpai oleh orang lain. Jadi saya suka sampaikan ke temanteman, kerjakan yang kamu cintai. Kalau tidak ada yang kamu cintai untuk dikerjakan, maka cintailah apa yang sedang kamu kerjakan. Baru mendapatkan kepuasan”.

Pembangunan Trans Papua di era kepemimpinan Bapak Basuki Hadijmulyono sebagai Menteri PUPR (Sumber Gambar: HalPapua.com)

INSPIRASI | GEMAHIMAGI

28

REGIONAL

29

(Sumber : Panitia Perhimagi Mengabdi)

PERHIMAGI Mengabdi ;

Pemetaan dan Sosialisasi Daerah Rawan Bencana

Bencana alam merupakan peristiwa yang luar biasa dan terjadi di berbagai belahan dunia. Dampak yang di akibatkan oleh bencana alam sungguh luar biasa pula bagi yang megalaminya.

Bahkan bencana alam tertentu dapat menimbulkan korban jiwa dalam jumlah yang tidak sedikit baik korban cedera maupun meninggal dunia. Indonesia merupakan salah satu Negara yang rawan akan bencana alam. Berbagai bencana alam telah terjadi di berbagai wilayah di Indonesia meliputi tsunami, gunung meletus, gempa bumi, banjur, tanah longsor, kebakaran hutan, abrasi pantai dan erosi.

Kegiatan Perhimagi mengabdi regional Sumatera kali ini diadakan di Desa Ligan, Mukim Pante Purba, Kecamatan

Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, berada pada kawasan rawan longsor sehingga curah hujan tinggi dapat meningkatkan angka saturasi lereng yang dapat memperlemah bebatuan pada lereng tebing. Masyarakat di Desa Ligan belum mengetahui seutuhnya tentang bencana longsor, padahal wilayah tersebut merupakan daerah rawan longsor. Dengan keadaan seperti ini tentunya perlu dilakukan tindakan pencegahan pemahaman yang sangat mendesak untuk dilakukan mengingat bencana bisa datang kapan saja. Hal ini dilakukan untuk menjadikan desa Ligan sebagai desa yang tanggap pada bencana. Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 hari, dimulai dari tanggal 10 sampai dengan 13 Februari 2020.

REGIONAL | GEMAHIMAGI

30

REGIONAL

Geologi Widagdha Parahita B

ertajuk Geologi Widagdha Parahita yang dalam Bahasa Sansekerta berarti berilmu juga mengabdi.

Kegiatan yang diselenggarakan regional Jabagbar dan Jabagtim kali ini memiliki tujuan untuk mewujudkan keinginan mahasiswa jurusan geologi yang ingin mengabdi untuk nusantara dengan ilmu yang dimiliki berupa pemetaan dan sosialisasi bencana tanah longsor. Longsor merupakan bencana akibat gerakan massa yang dapat disebabkan oleh faktor hidrologi, topografi, kondisi geologi, iklim, maupun perubahan cuaca yang dapat memengaruhi kestabilan lereng.

Hingga Maret lalu, BPBD mencatat pada Kabupaten Kulonprogo terdapat 50 titik longsor. Salah satu area yang rawan longsor di daerah ini adalah Kecamatan Samigaluh. Daerah ini memiliki curah hujan dengan volume besar berkisar antara 2.500-3000 mm/tahun.

31

(Sumber : Panitia Geologi Widagdha Parahita)

REGIONAL | GEMAHIMAGI

32

REGIONAL

Ekskursi Geologi Regional Sulawesi "Geowalk of Northarm Sulawesi"

E

kskursi Geologi Regional Sulawesi (ERGS) merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan oleh Badan Pengurus Harian (BPH) PERHIMAGI Regional Sulawesi. Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk kader-kader geologi agar memiliki rasa tanggung jawab terhaap kewajiban, serta memperkenalkan Persatuan Himpunan Mahasiswa Geologi Indonesia (PERHIMAGI) juga memperkenalkan instansi-instansi terkait yang tergabung dalam PERHIMAGI. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan ilmu geologi bagi mahasiswa geologi seluruh Indonesia serta mengkaji lebih dalam mengenai potensi Sumber Daya Alam dan Geologi di Gorontalo.

33

Tahun ini, ERGS dilaksanakan di Kota Gorontalo pada tanggal 15 - 21 Januari 2020 oleh tuan rumah Universitas Negeri Gorontalo.

Pelaksanaannya diikuti oleh mahasiswa Teknik Geologi se-Sulawesi dan Kalimantan meliputi HMTG J.A.K. UNG, HMG FT UH, HMTG "Tadulako" UNTAD, HMTG "Ofiolit" UHO, HMTG "Delta"UNMUL, dan Institusi peninjau HMTG U-Prisma Manado. ERGS memiliki delapan kegiatan inti antara lain Gala Dinner/Opening Ceremony, Seminar Nasional, Rapat Koordinasi Wilayah (RAKORWIL) PERHIMAGI Regional Sulawesi dan Kalimantan, Fieldtrip, Geotourism, Monthalengo Night, Company Visit, dan Closing Dinner/Malam Keakraban.

(Sumber : Panitia Ekskursi)

REGIONAL | GEMAHIMAGI

34

Opini

DIBALIK PEMBANGUNAN JALAN TRANS PAPUA Oleh : Nazwa Khoiratun Hisan & Gerhana Prasetya

P

engerjaan jalan Trans Papua saat ini masih terus dikerjakan. Wakil Menteri PUPR John Wempi Wetipo mengatakan salah satu ruas yang tengah dikerjakan adalah Jayapura-Wamena. Dia mengatakan bahwa ruas tersebut saat ini sebenarnya sudah terbuka. Namun pembangunan jembatan dan pengaspalan ruas jalan yang belum selesai ditargetkan rampung pada bulan Maret 2020. Kabarnya, ruas yang seharusnya bisa digunakan secara penuh pada akhir 2019 tersebut harus tertunda lantaran pengerjaan jembatan putus masih dilakukan.

Dibukanya ruas Jalan Trans Papua Jayapura - Wamena diharapkan membuka keterisolasian daerah pegunungan Tengah Papua. Akhirnya, denyut ekonomi daerah setempat bisa semakin dipacu dengan turunnya harga-harga lewat terciptanya konektivitas. Total panjang Jalan Trans

35

(Sumber : Indonesia.go.id)

Papua mencapai 4.330,07 km. Total panjang Jalan Trans Papua terbagi atas 3.259,45 km di Provinsi Papua dan 1.070,62 km di bagian Provinsi Papua Barat.

Lembaga World Wide Fund for Nature (WWF) menyambut positif proyek infrastruktur Jalan Trans Papua yang dinilai memberikan dampak positif bagi masyarakat di bumi cenderawasih. Hanya saja, pada setiap pembukaan jalan yang melewati hutan lindung, ditengarai ada dampak negatif yang berpotensi muncul hingga dapat merusak ekosistem maupun habitat suatu komunitas organik, baik tumbuhan maupun hewan. Contohnya ketika jalan dibuka, pasti yang pertama secara geografis (ekosistemnya) akan berubah. Terlebih jika di sebelah kiri maupun di kanan jalan pasti pohon-pohonnya di tebang. Sehingga akan berdampak negatif, meski tujuannya sangat positif untuk membuka isolasi wilayah.

Meski dinilai berdampak negatif, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mencatat efek dari pembangunan Jalan Trans Papua, akan mampu merangsang perekonomian Indonesia. Kepala BPS Provinsi Papua Simon Sapari mengatakan pembukaan jalan itu mampu membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.

Disamping itu, jalan Trans Papua ini juga menyuguhkan pemandangan indah dimana ruas jalannya melewati Pegunungan Bintang.

(Sumber : republika.co.id)

(Sumber : Indonesia.go.id) Pegunungan Bintang merupakan pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya, lokasinya ada di kawasan Pegunungan Tengah. Seorang ahli geologi bernama Marcel telah menjelaskan bahwa Pegunungan Bintang punya kontur yang berkelok-kelok dan medan yang menantang.

Ketinggiannya bervariasi, dari 400 sampai 4.000 meter di atas permukaan laut atau mdpl.

Lebih lanjut, Marcel menerangkan bahwa kawasan Pegunungan Tengah itu merupakan jalur patahan (pergeseran lempeng kontinen Australia dan lempeng Oceanic Pacific di

zaman dulu) dan Pegunungan Bintang adalah salah satu bagiannya. Sehingga, mau tidak mau jalurnya harus berkelok-kelok. Karena jalur patahan, maka potensi tanah logsor sangat tinggi. Sangat tinggi risikonya jika sampai harus meledakan bukitnya untuk membuat jalanan. Ada satu hal menarik soal Pegunungan Bintang. Karena merupakan jalur patahan, maka Pegunungan Bintang kaya mineralisasi alias kaya akan potensi mineral logam baik emas ataupun tembaga.

REFERENSI : • • • •

https://finance.detik.com/ infrastruktur/d-4773101/trans-papua-ruasjayapura-wamena-tersambung-maret-2020 https://papua.tribunnews.com/2019/12/02/ sudah-capai-97-persen-jalan-trans-papuabakal-terkoneksi-tahun-2020 https://papua.go.id/view-detail-berita-5081/ undefined https://travel.detik.com/domesticdestination/d-4644993/mengenalpegunungan-bintang-di-papua-yang-indahkata-jokowi

OPINI | GEMAHIMAGI

36

Opini

(Sumber : dbmtr.jabarprov.go.id)

Oleh : Anisa Fissilmi

Kondisi Geologi Cekungan Bandung

Sebagai Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Indonesia merupakan negara yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah Utara dan menyusup ke bawah Lempeng Eurasia, serta Lempeng Pasifik yang bergerak relatif ke arah Barat. Letak geografis ini menjadikan Indonesia sebagai kawasan yang rentan terhadap bencana, terutama bencana akibat aktivitas geologi. Selain itu, pergerakan tektonik tersebut yang menjadi salah satu faktor penyebab Indonesia memiliki banyak pulau dan keunikan tersendiri pada karakteristik geomorfologinya.

Keunikan geomorfologi sebagai percontohan adalah Kota Bandung yang wilayahnya dikelilingi pengunungan, sehingga Kota Bandung terlihat seperti cekungan. Cekungan ini disebut Cekungan Bandung atau Bandung Basin. Wilayah Cekungan Bandung merupakan wilayah pertumbuhan penduduk dengan kontribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sebesar 20% terhadap provinsi Jawa Barat, dan wilayah ini akan ditetapkan menjadi kawasan nasional strategis. Pusat perkembangan industri dan permukiman akan berada di Kabupaten Bandung dan Cimahi, sementara Kota Bandung akan terfokus menjadi kawasan perkantoran dan perdagangan. Perencanaan tata ruang pada wilayah Cekungan Bandung saat ini hanya memperhatikan aspek ekonomi dan sosial,

37

sedangkan aspek geodinamika dan lingkungan geologi masih belum dipertimbangkan.

Cekungan Bandung dimulai dari Nagreg sebelah timur sampai Padalarang sebelah barat, 60 km secara horizontal dan 40km secara vertikal.

(Van Bemmelen, 1949) Bandung Basin ini merupakan bagian dari hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum melewati dasar cekungan dan mengalir ke Waduk Sanguling dan bermuara di pantai Utara Jawa, membagi geologi cekungan menjadi empat bedasarkan litologi batuan penyusunnya, yaitu endapan tersier, hasil gunung api tua dan muda, serta endapan danau. (Aust et al., 1994) Batuan dasar pada bagian barat Cekungan Bandung berupa batuan gunungapi berumur tersier dan gamping yang masuk ke dalam zona Formasi Rajamandala (Sudjamiko, 1949) Pada bagian tengah cekungan terdapat Formasi Cikapundung yang terdiri atas konglomerat, breksi kompak, tuf dan lava andesit berumur plistosen awal.

Di atas formasi ini terdapat lapisan Formasi Cibeureum dan Kosambi. Koesoemadinata dan Hartono (1981) pengusulan Formasi Kosambi untuk mengganti nama Endapan Danau yang digunakan Silitonga (1973). Persebaran Formasi Kosambi di permukaan bagian tengah memiliki litologi berupa batulempung, batulanau, dan batupasir yang belum kompak dengan umur Holosen.

Rencana pengembangan kawasan metropolitan Cekungan Bandung perlu dilakukan proses peninjauan lebih lanjut yang bertujuan untuk mempertimbangkan pengurangan resiko bencana geologi seperti amblesan, seismik, dan penentuan prioritas daerah rehabilitasi. Mengacu pada investigasi kelompok penelitian gerakan tanah, pusat penelitian geoteknologi, bandung. Pengidentifikasi kondisi geologi teknik lapisan tanah dan penentuan sifat statistik dan dinamika lapisan tanah di wilayah Cekungan Bandung dengan kordinat 107째39`00`-107째45`00`` BT dan 07째02'24.72''-06째58`15.6`` LS berikut tiga kecamatan yaitu Solokanjeruk, Bojongsoang dan Majalaya.

Studi difokuskan pada sifat keteknikan dan dinamika lapisan tanah dengan digunakannya motode pengeboran. Pada tiga titik lokasi dilakukan pengeboran 40m DH-01 (Bojosoang), dan 80m pada titik DH-02 (Solokanjeruk), DH-03 (Majalaya).

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Geologi Teknik Cekungan Bandung (Tohari dkk., 2015).

Dari hasil data pengeboran, diketahui bahwa rata-rata pada kedalaman 0-20 m di daerah Cekungan Bandung berupa lempung lunak dengan sisipan pasir.

Ditemukan juga litologi pasir kerikil, lempung kaku, pasir padat dan breksi vulkanik. Tingkat kepadatan berangsur semakin dalam semakin padat akibat tekanan lapisan di atasnya (overburden).

Selain itu, lintasan utara-selatan terjadi penebalan lapisan kearah tengah cekungan jika dilihat dari nilai N-SPT.

Gambar 2. Penampang Geologi dan Geologi Teknik Bawah Tanah (Tohari dkk., 2015).

Mengacu pada klasifikasi Bell (2007) titik DH-01 dengan nilai batas cair 63% hingga 220% dan nilai batas antara 30% - 120% mengidentifikasikan lempung dengan plastisitas tinggi hingga sangat tinggi.

DH-02 memiliki batas cair 40% - 150% dan nilai batas antara 10% - 90% termasuk dalam plastisitas sedang hingga tinggi.

Dan pada titik DH-03 dengan batas cair 50% - 190% nilai batas antara 30% - 90% sehingga lapisan lempung termasuk dalam kategori plastisitas tinggi hingga sangat tinggi.

OPINI | GEMAHIMAGI

38

Tingginya nilai dari plastisitas lapisan lempung berpengaruh pada mudahnya lapisan itu terkonsolidasi. Hasil ini menunjukan bahwa wilayah cekungan bandung khususnya bagian timur yang dalam rencananya menjadi salah satu pembangunan kawasan nasional stategis memiliki potensi terjadinya penurunan muka tanah serta seismik lebih besar. Peristiwa amblesan juga terjadi akibat aktifitas pembangunan di wilayah Cekungan Bandung, dari hasil pemantauan laju spasial antara 8-23 cm/tahun. (Sumatyo et al., 2012) Karakteristik dari lempung sendiri memiliki tingkat permeabilitas yang rendah, hal ini juga menjadi salah satu penyebab daerah Cekungan Bandung mudah terjadi banjir selain akibat kontur ketinggian sehingga air yang dari daeah tinggi mengalir ke daerah rendah. Dengan tingkat permeabilitasnya yang rendah, lapisan lempung yang disisipi pasir di cekungan tidak memungkinkan untuk menyerap air ketika hujan secara maksimal. Karena tidak adanya air yang tersimpan pada lapisan tanah akibat dari pemampatan lempung, saat musim kemarau kualitas dan kuantitas air sangat rendah. Peristiwa ini kemudian berangsur-

Gambar 3. Peta Kekritisan Resapan Air di Cekungan Bandung (Narulita dkk., 2008)

angsur secara hidrologis hingga mengalami degradasi. Degradasi dalam hidrologi umunya berkaitan dengan kurangnya resapan air dalam tanah, sehingga ketika hujan menghasilkan akumulasi lain seperti banjir dan genangan.

Sebagai Perencanaan pembangunan kawasan nasional strategis, diperlukannya upaya rehabilitasi DAS terutama daerah-daerah prioritas untuk memberbaiki fungsi hidrologi di Cekungan Bandung. Nurlita et al. (2008) dalam penelitiannya, menggunakan sistem informasi geografi untuk penentuan prioritas rehabilitasi di Cekungan Bandung. Menunjukan bahwa kondisi resapan air mulai kritis hingga kristis, diduga sebagai hasil konversi dari tutupan lahan dari yang mampu meresap air menjadi penggunaan lahan yang tidak mampu meresap air. Daerah permasalahan merupakan daerah dengan tingkat kekritisan resapan airnya yang tinggi, sehingga dapat diketahui bagian hulu dari lokasi-lokasi permasalahan menjadi prioritas rehabilitasi agar fungsi hidrologi dapat diperbaiki seperti hulu Majalaya, Soreang, Lembang, Tanjungsari, Cimahi dan daerah sekitar.

Cekungan Bandung yang akan ditetapkan menjadi kawasan nasional strategis mengalami peningkatan pembangunan terutama perindustrian dan permukiman.

Maka diperlukan pula penangananpenanganan yang mengurangi dampak dari potensi bencana. Majalaya merupakan bentuk dari banyaknya potensi, mulai dari daya dukung rendah sehingga rentan terhadap bahaya seismik, penurunan muka tanah serta menjadi daerah prioritas rehabilitasi. Dari pendekatan litologi lapisan bawah tanah, untuk dilakukannya pembangunan di kawasa Cekungan Bandung, pemerintah setempat sangat perlu mempertimbangkan aspek kebencanaan terlepas seberapa besar nilai ekonomi dan sosial di tempat tersebut.

Referensi: Narulita et al. 2008. Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Menentukan Daerah Prioritas Rehabilitasi di Cekungan bandung. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan, 18, 23-35.

39

Tohari. A., Soebowo, E., Wibawa, S., & Jaya, A. S. 2015. Kondisi Geologi Teknik Bawah Permukaan Wilayah Cekungan Bandung. Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi

LENSA Lokasi : Pantai Panjang, Bengkulu Oleh : Odetha Augustio

Opini

HILANGNYA PULAU-PULAU DI SUMATERA SELATAN IMBAS DARI PERUBAHAN LINGKUNGAN

K

Oleh : Nanda Aurelia dan Gerhana Prasetya

Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya sumber daya air, udara, dan tanah; kerusakan ekosistem dan punahnya fauna liar. Kerusakan lingkungan adalah salah satu dari sepuluh ancaman yang secara resmi diperingatkan oleh High Level Threat Panel dari PBB. The World Resources Institute (WRI), UNEP (United Nations Environment Programme), UNDP (United Nations Development Programme), dan Bank Dunia telah melaporkan tentang pentingnya lingkungan dan kaitannya dengan kesehatan manusia, pada tanggal 1 Mei 1998.

Ketika alam rusak dihancurkan dan sumber daya menghilang, maka lingkungan sedang mengalami kerusakan.

Environmental

41

Change and Human Health, bagian khusus dari laporan World Resources 1998-1999 menjelaskan bahwa penyakit yang dapat dicegah dan kematian dini masih terdapat pada jumlah yang sangat tinggi. Jika perubahan besar dilakukan demi kesehatan manusia, jutaan warga dunia akan hidup lebih lama. Di negara termiskin, satu dari lima anak tidak bisa bertahan hidup hingga usia lima tahun, terutama disebabkan oleh penyakit yang hadir karena keadaan lingkungan yang tidak baik. Sebelas juta anak-anak meninggal setiap tahunnya, terutama disebabkan oleh malaria, diare, dan penyakit pernapasan akut, penyakit yang sesungguhnya sangat mungkin untuk dicegah.

Berdasarkan data, ada dua pulau di Kabupaten Banyuasin, provinsi Sumatera Selatan yang hilang akibat adanya perubahan iklim serta kerusakan lingkungan yang terjadi sepanjang tahun 2019. Dua pulau yang hilang itu adalah Pulau Betet yang mana ketinggian tanah (elevasi) berada diangka -1 Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL) serta pulau Gundul dengan kondisi permukaan -3 MDPL. Lenyapnya Pulau Betet dan Pulau Gundul diakibatkan oleh naiknya permukaan laut. Peningkatan permukaan laut yang didorong oleh perubahan iklim.

Pemanasan global dipengaruhi mencair es di kutub utara sebanyak 3,3 milimeter dalam dua tahun terakhir. Perubahan iklim menyebabkan peningkatan suhu sebesar 0,39 derajat celcius dari rata-rata suhu udara di Sumsel yang mencapai 37 derajat. celcius. Peningkatan suhu udara itu akibat penggunaan bahan bakar fosil secara massive, kebakaran hutan, lahan yang kerap kali terjadi dan peningkatan emisi serta menurunnya permukaan rawa. Begitu juga dengan penggunaan pupuk kimia yang dapat menurunkan sedimen tanah, rusaknya DAS (daerah aliran sungai) dan ekstraksi air tanah yang berlebihan untuk industri.

Kondisi ini mengancam negara kepulauan seperti Indonesia, dimana jutaan orang saat ini tinggal di daerah dataran rendah yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau di

Indonesia. Secara keseluruhan setiap tahun air terus merendam pulau saat tengah pasang. Lalu terjadi penurunan tanah dan kenaikan air laut, akibatnya beberapa pulau kecil di Indonesia khususnya di provinsi Sumatera Selatan hilang.

Belum lagi akibat bencana seperti banjir, tanah longsor, dan air yang tidak dapat dibendung saat musim hujan dan langsung kering atau hilang saat musim kemarau datang. Di daerah dataran tinggi seperti Bukit Barisan juga terjadi hal yg sama.

Negara tropis seperti Indonesia lebih rentan terhadap efek pemanasan global, terutama di Sumatera Selatan di mana banyak orang bergantung pada industri energi fosil seperti batubara, minyak, dan gas alam, sehingga berkontribusi besar pada jumlah emisi yang terjadi.

Semoga kita sebagai mahasiswa geologi, mahasiswa yang memiliki pengetahuan lebih di sisi ilmu kebumian dan serang yang kterhadap setiap perubahan di lingkungan yang terjadi dapat mengedukasi masyarakat bagaimana pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan dampak apa yang terjadi disetiap tindakan yang mengancam keseimbangan kelestarian alam

Sumber : •

•

•

•

https://regional.kompas.com/ read/2020/01/14/19083661/walhi-sebutada-2-pulau-di-sumsel-hilang-akibatkerusakan-lingkungan. https://www.merdeka.com/peristiwa/ walhi-sebut-banyak-pulau-di-sumseltenggelam-akibat-perubahan-iklim.html https://ezli007.blogspot.com/2020/01/ pulau-betet-pulau-gundul-lenyap-dari. html https://regional.kompas.com/ read/2020/01/14/19083661/walhi-sebutada-2-pulau-di-sumsel-hilang-akibatkerusakan-lingkungan

OPINI | GEMAHIMAGI

42

Opini

Meninjau Aspek Geologi Ibukota Baru RI

D

Oleh : Agim Yustian Bakhtiar

Dalam beberapa bulan terakhir, sedang hangat isu tentang pemindahan ibukota RI yang digagas oleh Presiden RI, Bapak Joko Widodo. Pemindahan Ibukota Jakarta yang telah menjadi Ibukota RI semenjak kemerdekaan negara ini direncanakan akan pindah ke Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Kutai kartanegara dan Kabupaten Penunjam Paser Utara.

Pemindahan Ibukota didasarkan pertimbangan bahwa Jakarta telah menghadapi masalah yang begitu kompleks dan sulit diurai akibat dari overload-nya kota tersebut. Permasalahan mulai dari banjir, land subsidence, kemacetan, dan berbagai permasalahan yang diakibatkan oleh kepadatan penduduk yang semakin

43

kompleks. Oleh karena itu, pemerintah mulai mengkaji pemindahan ibukota RI. Pemindahan ibukota sebenarnya bukanlah hal baru. Indonesia telah beberapa mengalami pemindahan ibukota sejak awal kemerdekaan. Seperti saat pemindahan ibukota RI ke Bukittinggi oleh Syafruddin Prawiranegara selaku mandataris PDRI saat agresi militer Belanda. Kemudian pemindahan ibukota ke Yogyakarta menjelang agresi militer Belanda. Meskipun begitu, pemindahan bersifat sementara akibat keadaan genting dan mendesak.

Sedangkan pemindahan yang sedang dikaji saat ini adalah pemindahan yang bersifat permanen dan mengikat.

"

Lokasi ibukota baru yang direncanakan berada di Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara. Dua kabupaten ini telah menyediakan lahan yang siap dibangun dan tinggal menunggu Undang-Undang yang mengatur perpindahan ibukota dan masterplan pembangunan.

Namun sebenarnya bagaimana Ibukota baru RI ini apabila ditinjau dari sisi geologi?

"

Kantor Bupati Penajam Paser Utara (Sumber : wikipedia.org)

Provinsi Kalimantan Timur, adalah sebuah provinsi di Pulau Kalimantan di bagian timur berbatasan dengan Selat Makassar, di bagian barat berbatasan dengan Kalimantan Tengah, di selatan berbatasan dengan Kalimantan Selatan dan di utara berbatasan dengan Kalimantan Utara. Provinsi ini adalah provinsi terluas kedua sebelum pemekaran membentuk provinsi Kalimantan Utara. Di provinsi inilah, 2 kabupaten yang direncanakan akan menjadi ibukota baru RI, yaitu Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara.

Letak Provinsi kalimantan Timur (sumber: images. google.com)

Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang beribukota di Penajam.

Kabupaten Penajam Paser Utara (sumber: images.google.com)

OPINI | GEMAHIMAGI

44

Kabupaten Kutai Kartanegara (Sumber : images.google.com)

Kabupaten Penajam Paser Utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara di sebelah Utara, sebelah timur berbatasan dengan Selat Makassar dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Paser serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat.

Jumlah penduduk di tahun 2019 berjumlah 173.671 jiwa. Penajam Paser Utara merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Pasir (kini Paser) pada tahun 2002 Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan sebuah kabupaten di Kalimantan Timur yang beribukota di Kecamatan Tenggarong. Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki luas wilayah 27.263,10 km² dan luas perairan sekitar 4.097 km² yang dibagi dalam 18 wilayah kecamatan dan 225 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk mencapai 626.286 jiwa (sensus 2010) dan di tahun 2019 bertambah menjadi 696.784 jiwa.

Sebagian dari wilayah kabupaten ini ditambah sebagian wilayah di Kabupaten Penajam Paser Utara akan dijadikan lokasi ibu kota baru Indonesia, yakni kecamatan Samboja dan kecamatan Sepaku Semoi di kabupaten Penajam Paser Utara.

Ibu kota RI yang baru nantinya akan menempati sebagian wilayah dua kabupaten tersebut.

Sehingga jika ingin membahas tentang bagaimana kondisi geologi ibukota baru, maka perlu untuk meninjau kondisi geologi dari dua wilayah ini.

Geologi Regional Umum Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara Untuk Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai kartanegara yang akan dijadikan lokasi ibu kota baru sendiri berada pada Peta Geologi Lembar Muara Wahau, Muara Wesan, Muara Ancalong, Sangatta, Longi Ran, dan Samarinda buatan S. Suspriatna dan H.Z Abidin (1995).

Secara garis besar, berdasarkan peta geologi tersebut dapat dilihat bahwa batuan tertua pada wilayah ini terdapat pada Formasi Batuan Ultramafik di lembar peta geologi Muara Ancalong. Formasi ini berumur Triasik sampai Jurasik. Kemudian Formasi Telen yang berumur Jurasik Akhir sampai Kretaseus (Kapur) Awal yang merupakan formasi yang berisi perselingan batusabak, rijang, batupasir malih dan batulanau malih. Ketebalan kurang lebih 1000 m, formasi ini bersentuhan sesar dengan Formasi Satuan Bancuh Telen Kelinjau dan berada dibawah batuan gunung api melang secara tidak selaras. Dan juga satuan Bancuh Telen Kelinjau yang memiliki umur hampir sama dengan Formasi Telen. Serta Formasi

45

Buncuh Tabang yang berisi batuan campur aduk lempung bersisik dengan struktur mata ikan dan bodin yang terbentuk pada Kretaseus sampai Paleocene.

Di atas formasi batuan yang telah disebutkan, terdapat formasi batuan yang terbentuk pada Masa Tersier dan Kuarter yang didominasi hasil bentukan lingkungan fluvial, lingkungan transisi, dan laut dangkal yang saling bergantian menandakan adanya suatu siklus transgresi-regresi yang pernah terjadi di daerah ini tetapi juga ada yang merupakan hasil dari pengendapan lingkungan laut terbuka dan paparan seperti pada Formasi Ojoh Bilang.

Selain itu terdapat pula formasi batuan beku berusia Triasik dan Tersier, yang menandakan bahwa pada masa itu terjadi peristiwa vulkanik di daerah tersebut seperti Formasi Gunungapi Jelai, Formasi Intrusi Sintang, Formasi Gunungapi Metulang, Formasi granit kelai, Formasi Batuan Gunungapi Nyaan, Formasi Meragoh, Formasi Haruyan.

Peta Geologi Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara (Sumber: Peta Geologi Regional - Pusat penelitian pengembangan geologi Skala 1:250.000 tahun 1983I)

Mayoritas formasi batuan pada wilayah ini terbentuk di Masa Tersier, pembentukan formasi batuan terjadi dimasa Triasik yang merupakan batuan jenis batuan beku atau metamorf seperti serpentinit dan basaltik.

Sedangkan pada Masa Tersier pada wilayah ini jenis batuan yang terbentuk lebih beragam jenisnya. Hal ini menandakan geodinamika di wilayah ini mencapai tingkat aktifnya di Masa Tersier. Pada masa ini, terbentuk formasi batuan sedimen. Serta terbentuk beberapa zonasi metamorf pada batuan berumur lebih tua akibat intrusi magma yang membentuk andesit basal di Formasi Terobosan Atan yang menerobos Formasi Telen.

Untuk batuan sedimen, terutama didominasi sedimen dengan lingkungan pengendapan transisi sampai laut dangkal meskipun dibeberapa lokasi merupakan sedimen laut sub-neritik dan bentukan dari kipas turbidit. sedimen didominasi oleh jenis silisiklastik berbutir sedang sampai halus dan batuan karbonat. Di beberapa tempat

Serpentinit (Sumber: images.google.com)

juga ditemukan konglomerat, lignit, dan rijang seperti pada Formasi Kampung Baru.

Dimana umur formasi yang merupakan hasil dari lingkungan pengendapan transisi-laut lebih tua daripada formasi hasil bentukan fluvial yang menyiratkan bahwa setting wilayah ini kemungkinan adalah suatu wilayah hasil proses regresi.

OPINI | GEMAHIMAGI

46

Geologi Regional Kawasan Ibukota Baru Kawasan ibu kota baru RI sendiri akan menempati area lahan di dua kecamatan yaitu Kecamatan Sepaku di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kecamatan Samboja di Kabupaten Kutai Kartanegara. Sehingga perlu dilakukan pembahasan bagaimana geologi regional kedua kecamatan ini.

Kondisi geologi regional yang menyusun

kawasan tersebut terdiri atas 7 formasi batuan yaitu : 1. Formasi Balikpapan 2. Formasi Bebulu 3. Formasi Kampungbaru 4. Formasi Pulaubalang 5. Formasi Pamaluan 6. Endapan Aluvium.

Peta geologi Kecamatan Sepaku dan Samboja (Sumber: Peta Geologi Regional - Pusat Penelitian Pengembangan Geologi Skala 1:250.000 tahun 1983)

Formasi tersebut merupakan formasi batuan yang tersusun dari batuan sedimen yang memiliki campuran material organik yang cukup tinggi seperti karbonatan hingga lignit bahkan batubara. Formasi paling tua yang menyusun wilayan ini adalah Formasi Pamaluan yang berumur OligosenMiosen. Formasi ini tersusun dari batupasir, batulempung dan serpih dengan sisipan napal serta batu gamping yang diendapkan pada lingkungan neritik (laut dalam). Dalam formasi ini ditemui juga berbagai fosil foraminifera planktonik seperti Globigerina venezuelana HEDBERG, Globigerina

47

ciperdensis BOLLI, dan Globorotalia nana.

Formasi tertua kedua adalah Formasi Bebulu yang berumur Miosen Tengah yang tersusun dari batugamping dengan sisipan batulempung dengan sisipan lanauan dan sedikit napal. Formasi ini terbentuk di lingkungan laut dangkal serta dijumpai berbagai jenis mikrofosil seperti Operculina. Formasi Pulaubalang berumur Miosen Tengah tersusun dari batupasir kuarsa, batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara dengan mikrofosil yang terendapkan pada lingkungan sub-litoral dangkal.

Di atasnya terdapat formasi Balikpapan yang berumur Miosen Akhir, tersusun dari perselingan batupasir kuarsa, batulempung lanauan dan serpih dengan sisipan napal, batugamping dan batubara. Batugamping mengandung mikrofosil, seperti Miogypsina sp. Di atas Formasi Balikpapan, terdapat Formasi Kampungbaru yang tidak selaras.

Formasi ini disusun oleh batu lempung pasiran, pasir kuarsa, batulanau, sisipan batubara, napal, batugamping serta lignit.

Formasi ini berumur Miosen Akhir-Pliosen yang terendapkan di lingkungan delta dan laut dangkal. Formasi termuda adalah endapan aluvium berumur Holosen berupa kerikil, kerakal, pasir lempung, dan lumpur.

Struktur dan Tektonika Untuk struktur geologi yang berkembang di wilayah ini cukup beragam. Terdapat struktur perlipatan, termasuk didalamnya adalah perlipatan terutama pada antiklinorium Samarinda. Kemudian juga terdapat sesar dan kelurusan. Kegiatan tektonisme yang membentuk struktural wilayah ini bekerja pada waktu yang berbeda beda di tiap wilayahnya.

Antiklinorium Samarinda (Sumber: Pusat penelitian dan Pengembangan Geologi)

Pada wilayah ini, struktur geologi dan tektonika yang bekerja dapat dilihat dari lipatan yang dialami oleh Formasi Tanjung, Tuyu, Pamaluan, dan Pulaubalang dengan kemiringan 25-50 derajat.

Terdapat antiklin dan sinklin dengan sumbu berarah hampir sama yaitu timur laut-barat daya. Diantara adanya antiklin yaitu antiklin Muara Gusi, antiklin Kelawit, antiklin Sambut yang dibentuk oleh Formasi Tanjung, Tuyu dan Pamaluan. Pada Formasi Balikpapan dan Pulaubalang membentuk struktur geologi sinklin.

Terdapat beberapa jenis sesar yang berkembang di wilayah Longiram, yaitu sesar turun atau normal fault yang memiliki arah barat laut-tenggara sampai utara timur laut-selatan barat daya yang hampir searah dengan sumbu lipatan batuan. Sesar transform yang berarah timur laut-barat daya, reverse fault berarah timur laut-barat daya. Penyesaran batuan terjadi setelah Miosen yaitu saat terakhir pengangkatan Tinggian Kuching dan Pegunungan Meratus.

Untuk kelurusan terjadi pada Formasi Pamaluan sampai Formasi Kampung Baru dengan arah barat daya - timur laut.

Kemudian terdapat Antiklinorium Samarinda berarah timur laut - barat daya. Formasi Babaluan, Bebuluh, Balikpapan membentuk lipatan 40-75 derajat. Di Muara Ancalong

terdapat sesar normal dengan arah barat daya-timur laut dan perlipatan utaraselatan. Di Muarawahau, sesar yang ada umumnya memiliki arah barat laut-timur laut ke barat daya - tenggara. Di daerah ini, kegiatan tektonisme dimulai sejak dari jaman Mesozoikum dengan muncul batuan ultramafik. Didaerah Sangatta, lipatan umumnya berarah utara - selatan dan sebagian kecil berarah barat - timur.

Dapat disimpulkan bahwa struktur yang berkembang di daerah ini adalah perlipatan serta dibeberapa tempat muncul patahan.

Aktivitas perlipatan serta pengangkatan tinggian seperti Meratus serta Kuching kemungkinan menjadi salah satu penyebab dari timbulnya lipatan serta sesar.

OPINI | GEMAHIMAGI

48

Hidrogeologi Kawasan Kecamatan Sepaku dan Kecamatan Samboja berada pada daerah 2 Cekungan Air Tanah (CAT), yaitu CAT Samarinda-Bontang dan CAT Loahaur. Kawasan ini memiliki recharge rate yang tinggi seperti yang ditampilkan

pada gamabar berikut. Hal ini mengingat bahwa geologi regional pada dua kawasan ini tersusun dari batuan sedimen seperti batupasir dengan permeabilitas tinggi.

Potensi Airtanah IKN (Sumber: Groundwater Resources World Map, UNESCO)

CAT Samarinda - Bontang dan Loahaur terbentuk sebagai akibat dari aktivitas perlipatan pada kawasan ini. Dapat dilihat lineasi dari CAT sejajar dengan Antiklinorium Samarinda.

Sistem antiklinorium ini membentuk Sistem akuifer batuan terlipat pada wilayah ini. Air tanah pada beberapa tempat bersifat asam. Hal ini dikarenakan sistem airtanah berada pada formasi pembawa batubara yang menyebabkan kayanya senyawa sulfida serta pirit dalam air tanah. Berdasarkan artikel yang dilansir dari CNN.Indonesia, air di salah satu kawasan yaitu di Kecamatan Sepaku memiliki warna kecoklatan dengan rasa payau serta sedikit berbau. Sedangkan hasil penelusuran dari tim Balibang KOMPAS, menunjukkan pH air berada disekitar 6.2. Sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut apabila hendak dikonsumsi.

49

Peta Cekungan Airtanah Provinsi Kalimantan Timur (Sumber : Badan Geologi KESDM)

Selain air tanah, terdapat pula potensi air permukaan yang disuplai oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menyuplai air ke Sungai Mahakam seperti terlihat pada peta berikut.

Peta DAS sekitar IKN (Sumber: Direktorat Perencanaan dan Pengendalian DAS)

Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kawasan Ibukota baru yang terletak di Kecamatan Sepaku di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kecamatan Samboja di Kabupaten Kutai Kartanegara berada pada formasi batuan batuan sedimen yang memiliki permeabilitas akuifer yang besar serta membawa cadangan batubara. Wilayah ini berada pada kawasan dengan struktur geologi kompleks dengan banyak lipatan serta patahan patahan kecil namun tanpa sesar aktif serta aktivitas vulkanisme yang nihil sehingga ditetapkan sebagai kawasan ibukota baru.

Ditambah aksesibilitas yang cukup baik serta dekat dengan kota besar penyangga seperti Samarinda serta Balikpapan sehingga diyakini mampu menjadi kawasan metropolis yang produktif.

Namun terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian adalah bahwa sistem akuifer yang dimiliki memilik mutu yang kurang bagus. Hal ini karena sistem akuifer bersinggungan dengan formasi pembawa batubara sehingga kaya senyawa pirit dan

sulfida sehingga pH air masam. Hal ini perlu dijadikan perhatian serius mengingat air adalah faktor penting dalam kehidupan dan pembangunan infrastruktur.

Pemerintah perlu memikirkan berbagai skenario penyediaan air bersih bagi kawasan ibukota negara baru. Memaksimalkan potensi DAS yang dikelola oleh BPDAS Mahakam dapat menjadi solusi dengan memanfaatkan run-off permukaan serta debit Sungai Mahakam yang besar. Namun perlu diingat juga perlu adanya pengolahan lanjutan agar air dapat memenuhi mutu baku air konsumsi. Dalam skenario, dapat dilakukan dengan memaksimalkan peran bendungan untuk penyedian air terintegrasi. Selain itu, mengingat curah hujan di daerah Kalimantan Timur cukup tinggi, Rain Harvesting Technology dapat diaplikasikan untuk memperbesar serapan air hujan mengingat laju deforestisasi akan mempersempit tangkapan dan resapan air sedangkan run-off meningkat tajam. Dalam skenario lain, pemerintah mungkin dapat mengkaji proyek desalinasi air laut.

OPINI | GEMAHIMAGI

50

Selain itu, struktur geologi wilayah ini juga membawa beberapa permasahan dalam hal pengembangan infrastruktur. Hadirnya perlipatan menimbulkan segmentasi rekahan pada batuan, yang terisi air dan mengalami weathering menjadikan tanah tidak stabil. Hal ini sangat berpengaruh pada infrastruktur sipil seperti jalan akan terganggu. Perlu adanya kajian geologi teknik untuk pembangunan infrastruktur agar anggaran yang terpakai efisien serta kualitas tidak terganggu. Pemerintah perlu Referensi : • • • •

• • •

•

51

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2017 Direktorat Perencanaan dan Pengendalian DAS. 2018 Groundwater Resources world map.

UNESCO. 2015 Peta Geologi lembar Muara Wahau, Muara Wesan, Muara Ancalong, Sangatta, Longiram, dan Samarinda. S. Suspriatna dan H.Z Abidin . 1995 Peta Geologi Regional - Pusat penelitian pengembangan geologi Skala 1:250.000 .1983 Images.google.com h t t p s : / / w w w. c n n i n d o n e s i a . c o m / nasional/20190910082419-20-428969/ pakar-sebut-sumber-air-jadi-masalahibu-kota-baru https://www.ekuatorial.com/id/2020/01/ krisis-air-bersih-di-ibukota-baru/#!/ map=4847&story=post- 13765&loc=0.7884 397000000102,116.24199769999998,7

mengkaji teknologi jalan serta pondasi yang stabil dan cocok diterapkan pada skenario tanah kurang stabil agar meminimalisir kerusakan.

Akhirkata, perlu adanya berbagai kajian lebih mendalam serta kerjasama berbagai pihak serta stakeholder terkait dalam pembangunan ibukota baru agar nantinya ibukota baru tidak mengalami permasalahan di kemudian hari.

LENSA

Lokasi : Bukit Jerit, Kebumen, Jawa Tengah Oleh : Aldha Aulia P.

Opini Alun-Alun Kota Semarang (Sumber :Semarangkota.go.id)

Oleh : Najmudin Haikal Fikri

Semarang Resilient City Kota Semarang termasuk kota besar di pesisir utara Pulau Jawa yang terkena dampak permasalahan penurunan muka tanah. Penurunan muka tanah di kota besar sebagian besar terletak di pesisir pantai. Hal ini disebabkan akibat daerah pesisir pantai sangat rentan terhadap tekanan lingkungan, baik yang berasal dari lautan maupun dari daratan.

Karakteristik geografis daerah Semarang memiliki keunikan tersendiri, yaitu dataran

53

rendah pada bagian utara dan dataran tinggi di bagian selatan. Kegiatan industri dan fasilitas umum Kota Semarang seperti perkantoran, jasa, pendidikan, perdagangan dan sarana transportasi (Bandara Ahmad Yani, Stasiun Tawang, Pelabuhan Tanjung Mas, dan Terminal Terboyo) terletak di daerah pesisir dataran rendah Kota Semarang.

Sementara itu, bagian dataran Tinggi Semarang mayoritas digunakan sebagai kawasan pendidikan, area pemukiman, dan lahan konservasi.

Kondisi di Pesisir Utara semarang-Demak.

(Sumber: https://semarang.bisnis.com/)

Penurunan muka tanah di Semarang sebagian besar disebabkan oleh pengambilan air tanah yang melimpah dan pembebanan bangunan. Pengambilan air tanah yang melimpah menyebabkan penurunan muka air tanah mencapai 1,21,4 m/tahun. Kondisi ini dapat diamati di wilayah Madukoro 2, LIK Kaligawe dan PT. Aquaria dimana tutupan lahan merupakan kawasan industri. Penggunaan air tanah pada kawasan industri memang relatif lebih tinggi bila dibandingkan jenis tutupan lahan lainnya.

Pembebanan bangunan di Kota Semarang yang mengakibatkan penurunan muka tanah terjadi di kawasan industry, pelabuhan, lahan penumpukan, perkantoran, dan pertokoan.

Penurunan muka tanah tertinggi di kota semarang memiliki laju penurunan antara 9-13 cm/tahun. Korelasi antara pemanfaatan air tanah, konsolidasi, dan pembebanan terhadap penurunan muka tanah di Kota Semarang mempengaruhi penurunan muka tanah secara stimultan.

Dari peta dapat diketahui bahwa wilayah yang memiliki laju penurunan muka tanah yang tinggi terletak di sebelah utara zona III dan zona IV. Daerah ini merupakan daerah dataran rendah pesisir pantai. Berbeda dengan bagian utara, bagian selatan Kota Semarang memiliki penurunan muka tanah yang relatif rendah.

Untuk mengetahui penurunan muka tanah di perkotaan, peran ahli geologi sangat dibutuhkan. Seorang ahli geologi akan meneliti kondisi geologi suatu wilayah, hidrogeologi, dan geologi teknik untuk merencanakan pengembangan kawasan perkotaan. Wilayah perkotaan di Indonesia harus menggunakan data-data geologi, agar kedepannya wilayah kota dapat meminimalisir suatu kejadian bencana dan dapat menentukan wilayah mana yang aman untuk dikembangkan suatu area

Peta Identifikasi penyebab penurunan muka tanah di Kota Semarang tahun 2012 (Yuwono, 2013)

perkotaan.

Pada tahun 2050, sekitar 70% penduduk bumi akan tinggal di wilayah perkotaan. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil kebijakan agar Kota di Indonesia mampu menyelesaikan permasalahan yang ada saat ini dan mempersiapkan Kota di masa mendatang. Sejak awal 2015, Kota semarang menjadi kota pertama di Indonesia yang telah bergabung dalam inisiatif 100 Resilient City atau dikenal dengan 100RC. Inisiatif ini merupakan dukungan dari Rockefeller Foundation.

Tujuan dari adanya 100 Resilient City yaitu untuk menjadi kan sebuah kota menjadi tangguh dalam menghadapi permasalahan kota.

Untuk mensukseskan program 100 resilient City, diperlukan integrasi dari berbagai keahlian. Adanya integrasi antara ahli geologi, konstruksi, perencana wilayah, arsitektur, dan peran pemerintah kedepannya dapat menyelesaikan permasalahan penurunan muka tanah di Kota Semarang dan akan menjadikan sebagai Kota Semarang yang tangguh.

Referensi : •

•

Setiadi, R., & Wulandari, F. (2016).

Memadukan Strategi, Mewujudkan Ketahanan: Sebuah Pembelajaran Dari Pengembangan Strategi Ketahanan Kota Di Semarang. Jurnal Pengembangan Kota, 4(2), 95-105.

Yuwono, B. D., Abidin, H. Z., & Hilmi, M.

•

(2013). Analisa Geospasial Penyebab Penurunan Muka Tanah di Kota Semarang.

Prosiding SNST ke-4. https://nationalgeographic.grid.id/ read/13673071/pbb-68-populasidunia-akan-tinggal-di-area-perkotaanpada-2050

OPINI | GEMAHIMAGI

54

SNEAK PEEK

GEBAR GEBER GEOLOGI BARENG GEOLOGI BERSATU

HMG UNPAD

55

(Sumber : Panitia Gebar Geber)

Gebar Geber yang tahun-tahun sebelumnya bertajuk Geologi Barat Geologi Bersatu karena melibatkan regional Jawa bagian barat saja, kini menjadi Geologi Bareng Geologi Bersatu. Acara ini diselenggarakan HMG UNPAD dan bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar anggota PERHIMAGI. Pada Gebar Geber terdapat berbagai lomba olahraga serta malam keakraban yang meriah melibatkan setiap institusi yang hadir pada acara tersebut.

SNEAK PEEK | GEMAHIMAGI

56

SNEAK PEEK

EKSKURSI GEOLOGI KNOWING THE PRODUCTS AND DISTRIBUTION OF VOLCANIC ERUPTIONS HMTG “dr. Bumi” UNSOED

57

(Sumber : Panitia Ekskursi Geologi)

Ekskursi yang diselenggarakan HMTG “dr.

Bumi� UNSOED pada Sabtu (9/11) berada di sekitar Gunung Slamet. Gunung Slamet merupakan salah satu yang memiliki status aktif di Jawa Tengah. Perhentian pertama pada ekskursi kali ini adalah salah satu kerucut sinder yang merupakan produk Gunung Slamet Muda. Area ini tertutup endapan jatuhan piroklastika. Endapan pada lokasi ini terdiri atas skoria berukuran kasar dan pada beberapa titik permukaan butirannya teroksidasi. Selain itu, peserta juga mengunjugi Gua Lawa yang berada sekitar 30 km ke arah utara dari Purbalingga.

Gua Lawa memiliki panjang sekitar 1.300 meter, terbentuk akibat proses aliran lava dari produk Gunung Slamet Purba.

SNEAK PEEK | GEMAHIMAGI

58

SNEAK PEEK

GRANITE GEOLOGI RECREATION, NITE PARTY, AND TRIP

HMGL "AVANINDRA" ITERA

59

(Sumber : Panitia Granite)

B

entuk dari kegiatan Geology Recreation, Nite Party And Trip (GRANITE) in berupa kegiatan fieldtrip yang dilakukan di PT. Andesit Lumbung Sejahtera dan Pantai Marina di Lampung Selatan. Tujuan kegiatan ini memberikan informasi kepada peserta filedtrip mengenai geologi daerah lampung khususnya Kabupaten, Lampung Selatan dan menjalin silaturahmi serta meningkatkan rasa persaudaraan antar anggota PERHIMAGI khusunya Regional Sumatera.Dalam kegiatan ini ada 3 institusi yang hadir yaitu HMGL "Avanindra" ITERA sebagai tuan rumah, HMTG "Sriwijaya" UNSRI dan HMTG "Mengkarang" UNJA.

SNEAK PEEK | GEMAHIMAGI

60

SNEAK PEEK

Fieldcamp HMTG “GAIA� IST AKPRIND Yogyakarta

Pada Sabtu (2/11) PERHIMAGI Regional Jawa Bagian Timur berangkat ke Kulon Progo untuk mempelajari aplikasi geologi Teknik dalam kehidupan nyata. Perjalanan kali ini membahas aspek-aspek geologi dari Waduk Sermo yang ada di lokasi pengamatan.

61

(Sumber : Panitia Fieldcamp)

SNEAK PEEK | GEMAHIMAGI

62

SNEAK PEEK HMTG "J.A.K." UNG

Perhimagi Berbagi

Perhimagi Berbagi ini diikuti oleh mahasiswa Teknik Geologi serta anak-anak santri Pesantren Darul Mubin Kota Gorontalo. Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung pada 11 November 2019 di daerah Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Pada kegiatan ini juga diramaikan dengan berbagai games. Selain Tebak Nama Surah dan Sambung Ayat Al-Qur'an, peserta diberikan pengetahuan tentang proses pembentukan bumi menurut Al-Qur'an dan dikaitkan dengan ilmu geologi.

Hal ini dilakukan agar manusia dapat mengerti tentang proses pembentukan bumi serta tetap mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan.

(Sumber : Panitia Perhimagi Berbagi)

HMG "Kaldera" UI

UI GEOSCIENCE SEMINAR

"Perkembangan dan Masa Depan Industri Geothermal dalam Negeri" Menjadi wilayah yang dilalui oleh cincin api, potensi sumber daya alam yang sangat melimpah menanti untuk digali. Potensi yang tersebut akan menjadi sia-sia dan jatuh ke tangan asing bila bukan kita yang mengembangkan dengan terus belajar. Melihat adanya potensi yang sangat melimpah untuk digali tumbuhlah ide dari HMG "Kaldera" UI untuk mengadakan seminar mengenai energi panas bumi. Seminat yang dilaksanakan pada 5 November 2019 di Gedung B101 FMIPA UI mendatangkan pembicara yang sudah melang melintang pada industri panas bumi.

(Sumber : Panitia UI Geoscience Seminar)

HMTG "J.A.K." UNG

MAULID WITH PERhIMAGi

63

Maulid With PERHIMAGI, kegiatan ini diikuti oleh mahasswa Teknik Geologi serta masyarakat desa Bongo. Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung pada tanggal 17 November 2019 di Desa Bongo, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Ada hal unik dalam perayaan Maulid Nabi di desa ini, yaitu adanya 'Walima'.

Walima adalah upacara perayaan yang dilakukan pada hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini dilakukan dengan membuat kue walima yaitu kolombengi dan kue tradisional khas Gorontalo lainnya dalam jumlah banyak yang kemudian disusun membentuk bangunan seperti rumah atau masjid, kemudian dibagikan kepada orang-orang yang kurang mampu oleh penurus masjid.

(Sumber : Panitia Maulid with PERHIMAGI)

LENSA

Lokasi : Kebumen, Jawa Tengah Oleh : Aldha Aulia P.

SEKILAS PERHIMAGI

Lokasi : Bukit Jaddih, Bangkalan, Madura Oleh : Hulvanny Maharani

PDH DIGDAYA PDH hitam legam kebanggaan PERHIMAGI ini merupakan identitas yang mempersatukan mahasiswa geologi di Indonesia.

Kenakan PDH-mu setiap senin!

Salam Geologi!

65

Jurnalistik

THE POWER OF WOMEN GEOLOGIST IN INDONESIA Minggu (26/07) lalu, PERHIMAGI menghadirkan perempuan-perempuan yang berkarir di bidang geologi. Bertajuk The Power of Women Geologist in Indonesia, Kak Lara dari Bima Shabartum membuka sesi dengan apik. Beliau menegaskan bahwa langkah pertama yang harus dilakukan adalah percaya bahwa perempuan juga bisa berkarir di bidang kegeologian. Hal yang harus diperhatikan untuk mulai meniti karir adalah dengan mempersiapkan mental, rasa ingin tahu yang tinggi, juga sabar dan tenang dalam menghadapi masalah. Selanjutnya sesi diisi oleh Kak Dewi dari Schlumberger. Kak Dewi bercerita seputar kesehariannya sejak kuliah di tingkat akhir hingga proses selama mencari pekerjaan. Kedua narasumber juga berbagi tips juga saran bagi teman-teman yang ingin mengikuti jejak mereka dalam meniti karir. Selengkapnya masih dapat kamu akses dalam youtube PERHIMAGI OFFICIAL.

Berkarya di geologi atau bisnis?

Akademik

Apa yang mau kamu lakukan setelah lulus kuliah?

Mungkin pertanyaan ini yang banyak terlontar untuk mahasiswa tingkat akhir. Pada Minggu (19/07) PERHIMAGI menghadirkan dua narasumber untuk berbagi wawasan seputar pilihan mereka setelah menempuh masa studinya. Kak Handy berbagi informasi seputar proses dan jalan yang ditempuh dalam Adaro Mining Professional Program. Termasuk berbagai bidang yang masuk dalam program tersebut. Selain di bidang geologi, sesi kali ini juga mengundang Kak Rizky untuk bercerita seputar pilihan beliau untuk mulai berkarir di bidang bisnis setelah selesai kuliah. Mengawali karir di industri kreatif selama beberapa bulan, Kak Rizky memilih untuk menetap dan belajar lebih banyak dari berbagai divisi yang ada. Perjalanan Kak Handy dan Kak Rizky masih dapat diakses lewat youtube PERHIMAGI OFFICIAL. Jadi, jalan mana yang ingin kamu tempuh setelah lulus kuliah?

66 SEKILAS PERHIMAGI | GEMAHIMAGI

GEMAHIMAGI GEOLOGICAL MAGAZINE OF PERHIMAGI

SELUK - BELUK KISAH SEBUAH NEGERI ED. 02 | OKTOBER 2020