

Potret LaboratoriumSukaluyuPelita Muda Pucuk-Pucuk Harapan yang Harum Mewangi Garuda Itu Lahir Garuda Girimukti Terbang Tinggi Ramai-Ramai Kita Lomba, Siapa PRMengintipPemenangnya?AnglodariKebunKentang Pak Asep



Sebelum matahari mulai beranjak dari peraduannya dan langit malam belum sepenuhnya tersibak, Sukaluyu telah bangun dari tidur pulasnya dan mulai menggeliat. Aktivitas pagi hari disemarakkan dengan kegiatan perkebunan. Masyarakat mulai menyusuri jalanan setapak dan menuruni lereng untuk pergi ke kebun, tak terganggu dengan hawa dingin yang menggigit. Di sini, petani merupakan istilah bagi tuan tanah. Sementara sisanya disebut sebagai buruh yang menggarap kebun milik orang lain Ada aneka rupa jenis tanaman

yang diusahakan. Teh, cabai, kol, waluh hijau, tomat, brokoli, terung, kentang, pisang, jambu, mawar, dan masih banyak lagi. Semuanya tumbuh subur, lebih segar, dan memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan yang biasa kami temui. Hal itu juga dipengaruhi kualitas tanah yang baik dan atmosfer sekeliling yang mendukung. Kebun teh menyelimuti sebagian besar wilayah Sukaluyu. Teh hitam merupakan jenis yang paling mudah dijumpai. Jenis teh yang satu ini punya warna hitam karena proses oksidasi teh dan tingkat kafein yang paling tinggi. Sukaluyu telah membantu pasokan teh hitam di seluruh Indonesia. Di Dusun Girimukti, juga terdapat pabrik yang melakukan pencacahan dan pengeringan daun daun teh
MEWANGIHARUMHARAPANPUCUK-PUCUKYANG
Ibu Tin, salah satu petani teh di Sukaluyu, telah lebih dari 30 tahun mendulang rupiah dari hasil kebunnya. Ketika ditemui, beliau tengah asyik memberikan obat ke lubang-lubang yang dibuat di bedengan Di sela sela tanaman teh itu terdapat kubis kubis gemuk. Ibu Tin menerapkan sistem tumpangsari di kebunnya. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan dan menjamin kelangsungan pendapatan Ibu Tin juga bercerita tentang cara memetik teh yang baik. Katanya, kualitas teh yang baik bisa didapat jika pemetikannya tepat Bagian yang dipetik bernama pucuk peko, kuncup tunas aktif yang berbentuk runcing di ujung pucuk. Daun yang dipilih berwarna hijau dan
ukurannya tidak terlalu lebar Pemetikan dilakukan secara manual dan dilakukan dai pagi hari saat udara masih sejuk. Sistem pengairan yang dilakukan menggunakan selang dan memanfaatkan water sprinkler Opsi terakhir lebih efisien untuk dilakukan, lebih irit terutama di tanah yang kasar, dan tanaman mendapatkan air secara merata. Semangat Ibu Tin untuk menghidupkan kebunnya terus berdegup Di usia yang tak lagi muda, ia masih gesit dan semakin matang. Meskipun kegamangan juga kadang menghampirinya akan nasib kebun ini kelak Generasi penerusnya tak lagi melirik dan menaruh perhatian untuk menjadi petani.

Dari beberapa usulan, akhirnya terpilih slogan “Garuda Girimukti, Berani Beraksi, Terbang Tinggi, Menjadi Pelita untuk Negeri” serta “Sehat dengan Tekad, Kuat dengan Niat, Ayo Senam dengan Giat” . Selain itu, kami juga membuat Garuda Pancasila 3D dari tripleks. Proses membuat Garuda Pancasila hanya memakan waktu sehari semalam. Pengerjaan dimulai dari menggambar sketsa, mengecat, dan membentuk 3D pada bagian perisai. Sempat mengalami kendala kekurangan bahan untuk membuat perisai, namun akhirnya Bu RW membantu memenuhi kekurangan tersebut.
GARUDA ITU LAHIR
Kedatangan kami ke Sukaluyu bertepatan dengan bulan kemerdekaan Indonesia. Ornamen merah putih menyemarakkan lingkungan desa. Warga juga sedang sibuk melakukan persiapan pawai Pawai tersebut diikuti oleh 16 dusun yang ada. Kami tinggal di rumah Pak RW, yang bertempat di Dusun Girimukti. Karenanya, kami ikut menjadi tim sukses Dusun Girimukti Kami mengusulkan beberapa slogan Dusun Girimukti dan Kelompok Senam Ibu Ibu.

Pawai 17 Agustus dilaksanakan di Lapangan SDN Pasirmalang 03. Suasana ramai dengan arak arakan yang kreatif dari masing masing dusun yang berpartisipasi. Dusun Girimukti sendiri membawa 2 mobil pick up bertema Pancasila dan Hasil Bumi. Garuda Girimukti tampil gagah dan mentereng selama pawai. Dusun lain menampilkan berbagai kebolehan, seperti replika Burung Garuda,
hasil bumi berupa bunga bunga, miniatur balai desa setempat, dan lainnya. Semuanya melebur dalam sukacita merayakan hari kemerdekaan. Setelah itu dilakukan upacara resmi menyambut kemerdekaan dan senam sehat bersama ibu-ibu. Hal ini selaras dengan tema HUT ke 77 RI 2022 yakni, “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat.” Dirgahayu Indonesiaku!
GARUDA GIRIMUKTI TERBANG TINGGI



Lomba yang dilaksanakan di Dusun Girimukti berupa makan kerupuk, balap karung, perang bantal, serta panjat pinang untuk dewasa dan anak anak. Riuh rendah sorakan suporter menyemangati arena perlombaan. Lomba perang bantal mendapat antusiasme tinggi sepanjang rangkaian perlombaan, karena pemain yang kalah akan jatuh ke kubangan lumpur di bawahnya dan airnya terciprat ke penonton.
Lomba panjat pinang anak anak menggunakan gedebog pisang yang dilumuri minyak dan untuk orang dewasa dilumuri oli untuk semakin membuat pecah suasana. Yang tak kalah serunya adalah perlombaan voli bapak-bapak antar-RW. Suara ibu-ibu yang menjadi suporter justru lebih heboh dan menambah ramainya sore di Sukaluyu.


Sudah hampir 5 tahun Rumah Baca Anglo dibangun. Bangunan itu dulunya dibangun dalam kegiatan Ngawangun Sukaluyu. Warga Sukaluyu sendiri yang ikut membangun tiap jengkal Anglo Mereka mengesampingkan pekerjaan di kebun sejenak untuk bahu membahu mewujudkan rumah baca tersebut. Anglo menjadi gerbang awal membuka mimpi dan menjelajah dunia baru lewat buku buku yang disediakan. Anak anak paling gemar bermain di Anglo, mereka menekuri tiap buku untuk belajar atau sekedar mencari hiburan Buku buku yang ditawarkan bermacam macam.
Ada buku pelajaran sekolah, komik, majalah anak, novel, ensiklopedia, dan paling banyak adalah buku prakarya. Semua orang bebas meminjam buku di sana tanpa pungutan biaya sepeser pun Jika ingin berkunjung, orang orang bisa meminta kepada Pak RW untuk membukanya. Lewat tulisan ini, kami ingin mengabarkan kepada Warga pendahulu yang telah membangun Anglo dengan jerih payah. Lihat, betapa kerennya kalian! Anglo tetap terawat dan terus dirasakan manfaatnya hingga sekarang. Sukaluyu berterima kasih atas jejak kebaikan yang ditinggalkan.
ANGLOMENGINTIP

LASKAR PELANGI DAN CERITA MIMPI
Malam tanpa lentera sudah menjadi hal yang biasa di Sukaluyu. Tidak ada penerangan di jalan utama desa ini. Yang ada hanya sorot lampu kendaraan yang sekali dua kali melintas Namun, mudah saja bagi warga untuk membelah gelap tanpa bantuan senter. Malam terakhir kami di sana, kami mengundang anak-anak SD untuk nonton bareng atau nobar. Ruang kelas yang kosong disulap menjadi bioskop tanpa tiket dan dinding putih menjadi layarnya. Pak RW berbaik hati meminjamkan speaker di rumahnya. Lampu teater mulai dimatikan dan film diputar. Puluhan pasang mata itu antusias menyimak jalannya cerita Mereka berseru kegirangan melihat aksi Laskar Pelangi saat menari di pawai, terseru tertahan ketika menyaksikan Mahar bertemu dengan buaya, ikut heboh dan meng cie ciekan ketika Ikal
merasakan virus merah jambu di toko kapur. Namun, karena malam semakin larut dan udara bertambah dingin, film terpaksa berhenti di tengah tengah. Kami mulai membagikan hadiah hadiah kecil dan mengajukan pertanyaan pertanyaan tentang film yang barusan ditonton. Seruan dan gelak tawa memecah keheningan malam.
Juga anak anak yang dengan semangat berebut menjawab soal soal matematika karena stok pertanyaan kami habis. Sampai akhirnya mereka mulai bercerita tentang cita-cita. Ada yang ingin menjadi tentara, guru, dokter, petani, hingga pilot. Mereka anak anak pemberani yang memiliki mimpi tinggi Belum mengenal takut dan memikirkan ina inu. Nyala semangat itu terpancar dari mata mata jernih mereka.

waktu lama. Pak Asep menerapkan ilmu yang ia temukan di buku buku Rumah Baca Anglo. Ia juga bercerita senang belajar dengan anak anak ITB yang gemar praktik berkebun di sini. Mendengarnya, hati kami terasa hangat dan senyum di mulut menyabit sempurna Sebelum benar benar pulang, Pak Asep memberondong dengan pertanyaan perihal penyakit di kebun kentangnya dan langkah yang lebih efektif lagi untuk perawatannya Kentang itu akan menjadi kehijauan jika terlalu lama terpapar sinar matahari. Kami tergagap karena tidak ada anak pertanian yang berangkat. Baiklah, ini jadi satu pekerjaan rumah dan hutang kami Terima kasih Pak Asep, setidaknya bertambah lagi alasan kami untuk kembali ke Sukaluyu.
PR DARI KEBUN KENTANG PAK ASEP

Di hari terakhir, kami berpamitan kepada Pak Asep, penghubung Pelita Muda dan Sukaluyu Pamitan yang diniatkan singkat tersebut justru berujung cerita panjang berdaging dengannya. Kami menemui Pak Asep di kebun kentang miliknya Kentang milik Pak Asep memiliki kualitas terbaik di sana. Sekali panen, kebun itu bisa menghasilkan sampai 4 ton dan mendulang belasan juta rupiah. Hasilnya telah didistribusikan ke seluruh Jawa Barat Rahasia Pak Asep adalah benihnya. Benih tersebut dibuat dari batang kentang yang dipotong-potong 10 cm dan dikeringkan. Setelah kering, benih tersebut ditanam Dari satu batang kentang bisa menghasilkan puluhan benih baru. Hal tersebut juga terbilang mudah dilakukan dan tidak membutuhkan
Satu hal yang benar-benar terpatri selepas perjalanan ke Sukaluyu kemarin. Konsekuensi dari terdidik adalah mendidik.

