Me& City Zine - Issue 01

Page 1


ISSUE

01

KREDIT CITY

Konsep Faathir & Hamidah

Artwork Faathir & Hamidah Cover Design Hamidah

Publishing Peladi Press

Independent Press & Publishing

Copywriting Faathir Layout Hamidah

Support Tenanan Zine


G N

SE

LA

M A T D ATA

Selamat di ‘’Me & City’’, selamat datang di dunia kami, sebuah dunia di luar rutinitas normal yang membosankan sangat penuh tekanan. Disini bagaikan dunia fantasi, kami bebas dan penuh semangat untuk kamu yang sudah mau membeli, membaca dan mengapresiasi. Kami sangat senang dan berterimakasih sekali. Selamat membaca, belajar dan juga tentunya menikmati. Semoga kami tak mengecewakan anda-anda sekalian.


1. PERKENALAN Sebelum mulai serius apa salahnya berkenalan terlebih dahulu sedikit saja tak apalah yang penting ada. Tak kenal maka tak sayang, eh support maksudnya. Kami siapa gitu, tidak terkenal haha Kalau sudah terkenal tak perlu berkenalan juga tak apalah, karena sudah di kenal.

Issue#01

Jika kami terkenal kalian malah sudah ngefans sama kami. Maaf sedikit delusi, langsung saja ya tak perlu lama-lama ntar nambah lama dan halaman nambah, tak penting, cetaknya jadi mahal, susah dijual hahaha. Sekali lagi langsung saja.

Me & City Zine

1


Issue#01

Me & City Zine

2

2. ZINEMAKER ZINEMAKER ZINEMAKER


M. Faathir Fachrozi Seorang anak yang suka melakukan hal iseng karena selalu merasa bosan dan merana. @mfaathirf

Ketertarikan Rock - Metal Music, Alternative Media, Art & Depression, Crime movies 90s.

01

mfaathirf@gmail.com

Zinemaker

Behance.com/mfaathirf Issue.com/mfaathirf

Issue#01

Me & City Zine

3


Hamidah Seorang anak yang suka melakukan eksperiment di depan laptop.

02 Zinemaker

Behance.com/helomidah

hamidah.feb@gmail.com

@helomidah

Ketertarikan Fantasy, Si-Fi, Rubik’s Cube, & Technology

Issue#01

Me & City Zine

4


3. ME & CITY Me & City merupakan sebuah projek zine semi artbook yang digagas dan di rancang oleh Faathir dan Hamidah, seorang pemuda pemudi biasa, warga kota Medan. Nama Me & City adalah sebuah pelesetan yang berasal dari bahasa Inggris, yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah ‘’Saya dan Kota’’. Sebenarnya adalah sebuah kata yang tersirat, “Me” (dibaca “me” dalam bahasa Indonesia), “&” (di baca “dan” dalam bahasa Indonesia), dan “City” yang artinya “Kota” dalam bahasa Inggris. Jika disimpulkan menjadi “Kota Medan”. Jadi ada hubungan dan keterkaitan antara arti “Saya dan Kota” dan “Kota Medan” itu sendiri. Pengartian ini adalah penggambaran sebuah hubungan kuat antara hal internal dan eksternal. Seseorang secara personal (internal), keintiman dengan kota tempat tinggalnya yaitu kota Medan (eksternal), keterbukaan. Me & City adalah sebuah projek luar kantor (kerja). Zine adalah sebuah media alternatif berbentuk fisik (cetak) yang sepanjang perkembangannya maknanya sudah “blur”. Faktor yang membuatnya blur dikarenakan meluaskan komunitas penggiat zine itu sendiri, yang dulunya mungkin hanya digeluti oleh komunitas punk, hardcore dan musik sekitarannya. Terlebih lagi di masa sekarang, sudah mulai Issue#01

masuknya zine ke kalangan seni dan juga design. Bukan hanya kontennya saja, bentuk dan tampilannya lebih beraneka ragam, sangat berbeda dari apa yang terdahulu dapat dilihat dan disebut sebagai zine. Ada hal yang sangat membedakan zine dengan media mainstream (tv, radio, majalah, Koran, tabloid, dll) yaitu zine lebih bersifat subjektif, sangat bertolak belakang dengan media mainstreams yang bersifat objektif. Dari pemahaman subjektivias ini menjadi ide awal yang terlitas sehingga terciptanya Me & City. Dengan zine kami mencoba mengelola subjektivitas dalam beragumen, bercerita perihal tempat kami berdiri saat ini, lahir dan tinggal yaitu di kota Medan. Mencoba memberanikan diri dengan hal-hal yang tidak objektif, yang orang luas lebih merasakan tidak mempunyai kepercayaan lebih/kuatterhadap hal tersebut. Suatu hal sekecil apapun itu tidak dapat dianggap remeh atau diabaikan. Dalam pemahaman ini, kami akan menjelaskannya lebih mendasar dan mendalam. Objektivitas dapat berarti hal-hal yang dapat di ukur, yang ada di luar pikiran atau persepsi manusia. Sedangkan subjektivitas adalah fakta

Me & City Zine

5


yang ada didalam pikiran manusia sebagai suatu persepsi, keyakinan dan perasaan. Subjektivitas adalah kesaksian atau tafsiran yang merupakan gambaran hasil parasaan atau pikiran manusia. Pandangan subjektif akan cenderung bebas. Dalam subjektivisme, dimana objek dipandang sebagai kreasi dan konstruksi akal budi. Menurut para ahli terdahulu, Albert Camus (1913-1960), Sesungguhnya tidak ada makna, tidak ada pengetahuan yang benar secara objektif dan juga tidak ada nilai objektif. Immanuel Kant (1724-1804), berpendapat bahwa objek pengalaman kita, yaitu yang ada dalam ruang dan waktu, tidak lain dari pada penampilan dari yang tidak memiliki eksistensi dan independen di luar pemikiran kita. Objektivitas juga adalah suatu hal yang berawal dari sebuah pemikiran subjektif yang dicari lebih mendalam alasan dan bukti-bukti kebenarannya. Dengan subjektivitas, misalnya saja persepsi seseorang tentang meja yang sedang diukur akan sangat beragam, misalnya saja menganggap meja tersebut jelek, sedang, atau bagus. Jika dianalogikan lagi dengan yang lebih sederhana, jika objektif 1 + 1 = 2 dan seubjektif 1 + 1 = 11. Nilai yang dihasilkan oleh penelitian secara objektif menghasilkan kebenaran tunggal, untuk kemudian akan runtuh jika ada hasil lain yang menunjukkan perbedaan. Sementara penelitian secara subjektif cenderung majemuk, amat bergantung pada konteks. Kebenaran tunggal tidak sesuai dengan sifat zine itu sendiri sebagai media alternatif. Issue#01

Alternatif seharusnya memberikan"pilihan lain" tanpa akhir, selama terus ada orang-orang yang menggarunginya. Penafsiran dari seorang dengan seseorang lain sangat diperlukan untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa yang lain. Sehingga mendekati kebenaran. Karena kebenaran mutklak didunia ini tidak akan pernah kita ketahui sampai akhir atau kapanpun. Setiap orang tidak dapat terlepas dari sebuah subjektivitasnya, mulai dari bangun tidur sampai kembali tidur di malam hari. Di mulai dari memilih pakaian untuk di pakai, warnanya sampai keselarasannya mulai dari baju, celana sampai sepatu. Cara menyisir belahan rambut yang cocok untuk diri kita, memilih sarapan dan minuman untuk disajikan di pagi hari, dan seterusnya sampai membeli barang-barang kebutuhan primer, skunder, dan bahkan tersier. Setiap orang membuat pilihan yang berbeda-beda yang dapat menentukan kedepannya. Dan juga jika dikaitan dan diambil contoh lain dalam design khususnya graphic design, sebagus dan sesuai apapun design yang dihasilkan, mau itu terlihat sangat objektif, mulai dari proses research, main mapping, pencarian referensi yang intens, sketch dan seterusnya juga tidak dapat terlepas dari subjektivitas. Karena pilihan adalah subjektif. Hanya saja beberapa orang mempunyai kesukaan lebih terhadap sesuatu hal, atau adanya faktor seperti keperibadian

Me & City Zine

6


dirinya yang kuat maka dari itu terlihat lebih idealist, dan juga faktor dikarenakan di tempat ia berada tidak ada yang membuat design seperti ini, ini berlaku sebaliknya di tempat lain. Intinya semuanya sama saja. Tidak ada objektivitas 100%, semua berawal dari hal-hal subjektif. Setiap Studio, Agency, Startup apapun mempunyai Art Director yang mempunyai pola pemikiran, perinsip dan selera berbeda-beda, Sifat Art Director sangat subjektif jika dipikirkan lebih mendalam, Intinya semuanya bullshit hehe... Balik kembali, kami tinggal di kota Medan. Belasan tahun, bahkan sudah 20 tahunan tahun. Zine bagaikan sebuah anak yang lahir karena sebuah perasan yang mengejolak yang terlepaskan dan disalurkan. Akan tetapi zine ini lahir dengan banyak kekurangan. Banyak sekali hal yang sebenarnya ingin diungkapkan, hanya saja kami belum dapat memaksakan diri lebih. Hal-hal yang diungkapkan mulai dari hal yang terlihat sepele, biasa, penting, urgent, bahkan tidak penting sama sekali. Disini, di kota ini, kota Medan terasa kecil padahal lebar, sangat rata, datar layaknya at earth hehehe. Ini yang membuat muncul sebuah aura untuk bergerak dan mengeluarkan aspirasi-aspirasi yang nyata walaupun masih penuh kemageran. Mengungkapkan sesuatu, jujur menurut kami penting karena tidak enak dirasa jika harus berpura-pura selamanya. Tidak dapat diam, hanya saja orang-orang sulit untuk dapat mengerti atau hanya Issue#01

sekedar untuk mendengarkan. Apa yang kami ungkapkan adalah sebuah citra dari kota Medan sendiri dari kacamata hitam kami. Lynch (1960) berpendapat bahwa citra merupakan suatu senyawa dari atribut-atribut dan pengertian ďŹ sik, tetapi secara sengaja memilih untuk berkonsentrasi pada fungsi bentuk, dengan mengembangkan hipotesis bahwa pengetahuan manusia mengenai kota merupakan fungsi dari imageabilitasnya. Citra kota ditentukan oleh pola dan struktur lingkungan ďŹ sik yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor: sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat isitiadat serta politik yang pada akhirnya akan berpengaruh pula dalam penampilan ďŹ siknya. Lynch mengatakan bahwa identitas kota adalah citra mental yang terbentuk dari ritme biologis tempat dan ruang tertentu yang mencerminkan waktu, yang ditumbuhkan dari dalam secara mengakar oleh aktivitas sosial ekonomi, budaya masyarakat kota itu sendiri. Identitas adalah suatu kondisi saat seseorang mampu mengenali atau Membedakan suatu tempat dengan tempat lain karena memiliki karakter dan keunikan. Sebuah kota mempunyai kesan yang tidak sama dengan kota lainnya bagi orang yang berada didalamnya. Kesan ini timbul dari adanya persepsi manusia terhadap apa yang di lihatnya didalam tersebut. Pesan yang disampaikan oleh suatu lingkungan maupun kota melalui komunikasi visual, menyebabkan seseorang mempunyai

Me & City Zine

7


kesan yang spesifik terhadap kota dan lingkungan tersebut. Perkataan diatas termasuk apa yang ingin disampaikan ‘’Me & City’’ juga, sebuah citra kota yang di tangkap secara sense dan zine sebagai wadahnya. Bagikan tubuh kita, hanyalah sebuah wadah, dan jiwa adalah perwujudan sebenarnya. Zine adalah sebuah media yang dapat berhubungan secara dua arah, antara berbicara dengan diri sendiri dan orang lain. Dan disini kami juga, belajar untuk berexplorasi dari apa yang di alami, rasakan, terlebih lagi ingin diungkapkan, sebuah kata-kata yang tersimpan dihati, dikeluakan secara perlahan lalu diolah menjadi sebuah karya grafis. Zine bebas tetapi bukan berarti asal-asalan, kami serius pake ‘’banget’’, walaupun sebenarnya ‘’saja’’. Serius untuk bersenang-senang, bukan berarti senang-senang saja, hanya 30%, sekali lagi lebih banyak seriusnya. Besenang-senang untuk menghasilakan sesuatu yang hal yang positif. Disini kurang hiburan soalnya, dikarenakan kami pekerja (budak) juga sih hehehe. Mohon maaf kepanjangan, selamat menikmati :) Maaf juga nih ya sedikit design dan sok intelektual ngomongnya, soalnya kami bukan bocah hukum atau ekonomi.

Issue#01

Me & City Zine

8


HISTORY HISTORY


HISTORY

HISTORY


Issue#01

Me & City Zine

11


4. KOTA MEDAN Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Medan berasal dari kata bahasa Tamil Maidhan atau Maidhanam, yang berarti tanah lapang atau tempat yang luas, yang kemudian teradopsi ke Bahasa Melayu. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, serta Medan adalah kota terbesar di luar Pulau Sumatera. John Anderson, orang Eropa asal Inggris yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Dalam bukunya bernama “Mission to the Eastcoast of Sumatera�, edisi Edinburg tahun 1826, menyatakan keadaan kota Medan masih merupakan satu kampung kecil yang berpenduduk sekitar 200 orang. Medan berawal dari peristiwa penting tahun 1918, yaitu saat Medan menjadi Gemeente (Kota Administratif), tetapi tanpa memiliki wali kota sehingga wilayah tersebut tetap di bawah kewenangan penguasa Hindia Belanda. Dalam Riwayat Hamparan Perak yang dokumen aslinya ditulis dalam huruf Karo pada rangkaian bilah bambu, tercatat Guru Patimpus, tokoh masyarakat Karo, sebagai orang yang pertama kali membuka "desa" yang diberikan nama Medan.

Issue#01

Me & City Zine

12


Namun, naskah asli Riwayat Hamparan Perak yang tersimpan di rumah Datuk Hamparan Perak terakhir telah hangus terbakar ketika terjadi "kerusuhan sosial", tepatnya tanggal 4 Maret 1946. Dalam buku ’’The History of Medan’’ tulisan Tengku Luckman Sinar (1991), dituliskan bahwa menurut "Hikayat Aceh", Medan telah ada pada tahun 1590, dan sempat dihancurkan selama serangan Sultan Aceh Alauddin Saidi Mukammil kepada Raja Haru yang berkuasa di situ. Serangan serupa dilakukan Sultan Iskandar Muda tahun 1613, terhadap Kesultanan Deli. Selanjutnya pada tahun 1632, Medan dijadikan pusat pemerintahan Kesultanan Deli, sebuah kerajaan Melayu yang sebelumnya adalah Kerajaan Aru. Sejak akhir abad ke-16, nama Haru berubah Sehingga tepat di depan Istana Maimun terdapat jalan poros antara pusat pemerintahan Belanda dengan kantor pusat perkebunan, sehingga di sebelah timur kawasan Maimun berkembang menjadi pusat perdagangan yang membentang sepanjang jalan poros seperti Gedung Mega Eltra, yang dibangun oleh sebuah perusahaan perkebunan Belanda yang berfungsi sebagai Kantor Pusat perdagangan tembakau wilayah Timur Jauh, dan juga kawasan Kesawan sebagai pusat pelayanan dan jasa bagi orang-orang asing di Medan. menjadi Ghuri, dan akhirnya menjadi Deli. Kesultanan Deli adalah sebuah kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan di wilayah bernama Tanah Deli (kini Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, Indonesia). Issue#01

Pada tahun 1886, Medan barulah secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya menjadi ibukota Karesidenan Sumatera Timur sekaligus juga ibukota Kesultanan Deli. Medan adalah kota multietnis yang dimana penduduknya terdiri dari penduduk dengan latar belakang ras, budaya dan agama yang berbeda-beda. Selain Melayu dan Karo sebagai penghuni awal disini, Medan di dominasi oleh etnis-etnis Jawa, Batak, Tionghoa, Mandailing, dan India (kulit hitam dan putih). Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah Masjid, Gereja dan Vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Suku Jawa menjadi penghuni terbanyak kota Medan dari dekade tahun 1930, 1980 dan sampai tahun 2000an sebanyak 33.03% dari jumalah keseluruhan warga. Berdasarkan data sensus Kota Medan tahun 2015 menunjukan bahwa mayoritas penduduk menganut agama Islam, kemudian Kristen Protestan, Buddha, Katolik, Hindu dan Konghucu. Bahasa yang kerap digunakan penduduk sehari-hari adalah Bahasa Indonesia yang di beberapa kata sedikit tercampur dengan bahasa minang, melayu dan batak. Di kota Medan tidak ada penggunaan bahasa daerah layaknya kota Bandung dengan bahasa Sunda dan Yogyakarta dengan bahasa Jawa. Hanya etnis Tionghoa sajalah yang menggunakan bahasa Hokkien untuk dapat berkomunikasi dikesehariannya dengan sesama komunitas ras mereka.

Me & City Zine

13


Ada banyak bangunan-bangunan tua di Medan yang masih menyisakan arsitektur khas Belanda. Contohnya: Gedung Balai Kota lama, Kantor Pos Medan, Menara Air Tirtanadi (yang merupakan ikon kota Medan), Titi Gantung - sebuah jembatan di atas rel kereta api, Kantor Pos, Bank Indonesia, Gedung London Sumatera dan Bangunan tua di daerah Kesawan. Selain itu, masih ada beberapa bangunan bersejarah, antara lain Istana Maimun, Masjid Raya Medan, Masjid Raya Al Osmani dan juga rumah Tjong A Fie di daerah kawasan Jl. Jend. Ahmad Yani (Kesawan).

Istana Maimun sekarang ini tidak dipergunakan lagi sebagai pusat pemerintahahn kesultanan Deli, melainkan hanya sebagai tempat tinggal keturunan Sultan deli, dan sebagai salah satu tujuan wisata di Medan. Walaupun Pemda Kotamadya Medan telah menetapkan Istana Maimun sebagai bangunan konservasi dengan memiliki dasar Undang-undang Monumenten Ordonantic 238/1981, kenyataannya istana ini masih dimiliki oleh keluarga Kesultanan Deli sampai dengan sekarang.

Istana Maimun, Masjid Raya Al Mahsun dan Taman Sri Deli menjadi bangunan bersejarah di kawasan ini. Gabungan antara ketiga bangunan tersebut dapat dijadikan landmark bagi kota Medan. Syahrum (2004). Issue#01

Me & City Zine

14


ESTETIKA

SUBJEKTIF Bagaimana suatu subjektivitas dapat terlihat indah atau menjadi sebuah karya yang baik? Apakah suatu hal yang indah harus disukai banyak orang dan memiliki kebenaran tunggal (objektif) ? Mungkin beberapa orang-orang terdahulu ini dapat menjawab dengan jauh lebih mendasar.

1. David Hume (1711-1776), mengatakan bahwa keindahan bukanlah kualitas objektif yang terletak dalam objek-objek itu sendiri, melainkan berada dalam pikiran mereka. Home mengatakan bahwa apa yang dianggap indah oleh manusia, seseungguhnya sangat ditentukan oleh sifat alami manusia itu sendiri, yang dipengaruhi juga oleh kebiasaan dan preferens individual.

2. Immanuel Kant (1724-1804), sama seperti hume, Kant juga berpendapat bahwa keindahan itu meriupakan penilaian estetis yang semata-mata subjektif. Di dalam karyanya, Critige of judgement (1790), Kant mengatakan bahwa pertimbangan estetis (aesthetic judment) memberikan fokus yang amat dibutuhkan untuk menjembatani segi teori dan praktek dari sifat dasar manusia. Maka sangat keliru apabila seni hendak dipisahkan dari segi-segi kehidupan lainnya.

3. George Santayana (1863-1952), sama seperti Hume dan Kant, Santayana menolak objektivitas keindahan. Keindahan identik dengan kesenangan yang dialami manusia ketika mengamati objek-objek tertentu. Santayana mengatakan bahwa keindahan itu adalah perasaan senang yang diobjektifkan dan diproyeksikan kedalam objek yang diamati.

Issue#01

Me & City Zine

15


V 6.

I S U A L I S A S I

A. FAATHIR | B. HAMIDAH


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

17


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

18


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

19


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

20


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

21


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

22


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

23


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

24


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

25


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

26


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

27


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

28


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

29


Artwork by Faathir

Issue#01

Me & City Zine

30


Artwork by Hamidah

Issue#01

Me & City Zine

31


Artwork by Hamidah

Issue#01

Me & City Zine

32


Artwork by Hamidah

Issue#01

Me & City Zine

33


Artwork by Hamidah

Issue#01

Me & City Zine

34


Artwork by Hamidah

Issue#01

Me & City Zine

35


Artwork by Hamidah

Issue#01

Me & City Zine

36


Artwork by Hamidah

Issue#01

Me & City Zine

37


Artwork by Hamidah

Issue#01

Me & City Zine

38


Artwork by Hamidah

Issue#01

Me & City Zine

39


Artwork by Hamidah

Issue#01

Me & City Zine

40


Artwork by Hamidah

Issue#01

Me & City Zine

41


Artwork by Hamidah

Issue#01

Me & City Zine

42


6. PENUTUP Me & City adalah sebuah zine yang dipergunakan untuk melepaskan, mengeluarkan aspirasi-apirasi kami terhadap tempat tinggal kami, kota Medan. Mungkin sudah dipaparkan dengan lumayan jelas dan panjang mengenai zine ‘’Me and City’’di awal, akan tetapi akan kami jelaskan kembali. Sesuatu yang dapat dilogikakan, tidak semata-mata keegoisan. Bukan untuk menghina beberapa pihak, yang sebenarnya lebih menyadarkan. Dan beberapa sisi hanya bercanda, bukan suatu hal yang serius. ‘’Me & City’’, menjelaskan kota Medan tidak sebatas itu saja, membuka kemungkinan-kemungkinan untuk dapat masuk atau ada keserasian pola dengan kota lain atau tempat lain di luar sana. Zine sangat berarti bagi kami, membaca setiap zine sangat menarik karena membaca pikiran personal seseorang, seperti berkenalan, secara intrapersonal dengan zinemaker-nya. Subjektifitas membuat zine jauh lebih hidup jika dibanding-bandingkan dengan media mainstream. Tidak memikirkan pasar, keuntungan besar, naik jabatan, propaganda, dan lain-lainnya. Zine menjadi wadah yang polos, jujur sejujur-jujurnya. Sehingga zine dipilih menjadi wadah kami berkreasi dan beraspirasi. Jika ada kesalahan pada zine ini mohon dimaafkan. Semoga zine ini dapat memberikan hal lebih, sebuah pengalaman baru unutk pembeli/pembaca. Jika ada saran dan kritik dapat kirimkan ke peladi.press@gmail.com, mfaathirf@gmail.com atau juga hamidah.feb@gmail.com. Jangan lupa isikan ‘’Subject dan kirimkan data diri kalian’’. Selamat bersantai tenang.Sekali lagi terimakasih telah menyempatkan membeli, melihat-lihat, membaca dan memperlihatkan ke temen lain zine ini. Terimakasih banyak atas apresiasi kalian. Kami sungguh sangat senang dan menghargainya.

Issue#01

Me & City Zine

43


pa

um

ak

a sih

Sa m iJ

r p a & Te

im

DAFTAR PUSTAKA Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : KANISIUS (Anggota IKAPI). Indonesia Wikipedia. ‘’Medan’’. 28 January 2019. en.wikipedia.org/wiki/Medan Indonesia Wikipedia. ‘’Kota Medan’’. 1 Desember 2018. id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan Indonesia Wikipedia. ‘’Sejarah Kota Medan’’. 15 Oktober 2018. /id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kota_Medan

Go Sumatra. ‘’Kota Medan, Pintu Gerbang Utara Sumatera’’. 17 Februari 2015. www.gosumatra.com/kota-medan/ Kaskus. ‘’Sejarah Kota Medan’’. 1 January 2015. www.kaskus.co.id/thread/563581cc902cfe401c8b456c/sejarah-kota-medan-anak-medan-wajib-tau/ Pemerintah Kota Medan. ‘’Sejarah Kota Medan’’. 7 November 2013. https://pemkomedan.go.id/hal-sejarah-kota-medan.html SeMedan.com. ‘’Sejarah Kota Medan’’. 28 Juni 2015. https://www.seme an.com/2015/06/sejarah-kota-medan.html


@peladipress

peladi.press@gmail.com

Behance.com/peladi_press


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.