OZIP April 2019

Page 1

ozip.com.au

1


2

ozip.com.au


Suite 10, Level 1 17 Carrington road Box Hill 3128 F +613 9890 9899 E info@armultifinance.com.au W www.armultifinance.com.au

We will find a loan suited for you • Home loan/investment loan • Refinance

• Self-Employed & Low Doc

CALL US FOR A FREE

CONSULTATION

• Business/Commercial loan • Multi Unit development • Construction loan

Andyputra Tjandra Wisata M: +61450 420 908 E: andyputra@armultifinance.com.au Australian Credit License 432310 MFAA 135049

Looking for a better rate? Purchasing a residential/ commercial property? Need to top-up/ equity release? Developing & require a construction loan? Buying/ setting-up business?

Chat with us now!

With the access of a panel of over 40 lenders, our professional team P 03 8375 9629 E admin@toponefinance.com.au A Level 3, 257 Collins St, Melbourne VIC 3000

ozip.com.au

3


08

12

26

38 4

ozip.com.au

Daftar Isi 06 COVER STORY Mengakui Jasa dan Peran Wanita di Dunia STEM 07 EVENT Taking Your First Step in Entrepreneurship with PPIA Deakin 08 LIPUTAN UTAMA Moving toward Increasing Women’s Presence in the STEM Industry 10 LIPUTAN UTAMA Serpihan Kisah Para Kartini Kekinian Di Bidang Stem 12 EVENT INFUSION 2019: The Melody of Diversity 14 EVENT Behind the Curtain of Indonesia Film Festival 16 EVENT Looking at an Indonesian Cinematic Experience “Through the Lens” 17 EVENT Festival Sinema Australia Indonesia 2019 18 EVENT The 11th Space – Where It All Began 20 INFO Gaya Hidup Sehat di Australia 22 TRENDING Women Empowerment in Indonesia, are we advancing or treading water? 24 OPINI NUIM Islam Di Australia 26 EVENT Grand Opening ”WARUNG INDOMIE” 28 TRAVEL Semarang, Venesia Van Java 30 IMMIGRATION Updated MLTSSL 11 Maret 2019 32 MOTIVATION Simple Ways to Motivate Yourself 33 FINANCE How to Learn from Failure in Business 34 TRAVEL Wai-O-Tapu, Mengintip Sumber Air Panas Terbesar di Selandia Baru 36 EVENT Menyambut Konferensi “Chinese Indonesians: Identities and Histories”: Mari Blak-Blakan Bicara tentang Tionghoa 37 INFO Musik dan Anak-anak 38 PROFIL Mrs. Roswita , Bridging Australia and Indonesia One Step at a Time 42 EVENT Unfold the Wonder of Societal Project 2019 44 FOOD REVIEW Sajian Cita Rasa Lokal ala Warung Kartini 46 ADVERTORIAL Kartini Jaman Now Ironic Comedy Oleh Sakdiyah Ma’ruf Segera Menghibur Masyarakat Di Melbourne!!!

10

14

34

44


Forsper Victoria Pty Ltd P.O.Box 3211 Wheelers Hill, VIC 3150 t. 61 3 9780 7677 info@ozip.com.au | www.ozip.com.au

EXECUTIVE EDITOR EDITOR ASSISTANT EDITOR DESIGNER ADMINISTRATION JOURNALISTS

PHOTOGRAPHERS CONTRIBUTOR PHOTOGRAPHER

Lydia Johan Pratiwi Utami Destari Puspa Pertiwi Patricia Vonny Inez Johan Tim Flicker Evelynd Siti Mahdaria Rachel Melisa Edward Tanoto Destari Puspa Pertiwi Johannes Warsono Aloysius Donny P. Devina Krismarina Windu Kuntoro

Advertising Related Inquiries Lydia Phone: 0430 933 778 E-mail: lydia@ozip.com.au

Articles and Media Partner Inquiries Destari Puspa Pertiwi Phone : 0422810555 E-mail: ozipeditor@gmail.com

Column Contributors: Andrie Wongso | Jane Lim | Nuim Khaiyath Dewi Anggraeni | Ineke Iswardojo Yapit Japoetra | Bintang Marisi Akbar Rhamdhani | Nadya Octaviani | Maseta Pratama Fiyona Alidjurnawan | Asril Wardhani | Rio S. Migang

The views and reviews expressed in this publication are not necessarily those of the OZIP Magazine and the publisher, nor do we endorse the advertisements or the contents. Any materials (statements, views, opinions, articles, photographs, advertisements) supplied to OZIP magazine by any contributor or advertiser are at their own risk or responsibility and do not necessarily represent the views of the publisher, OZIP magazine and its staff. As we accept no liability for any inaccuracy, misstatement, misrepresentations or omissions. No part of this publication can be produced in whole part or part without permission of OZIP.

FROM THE EDITOR Basa-Basi Redaksi

Pembaca yang budiman, Senang sekali OZIP dapat menyapa Anda kembali di edisi April 2019 ini. Di edisi kali ini, OZIP membahas tentang kontribusi wanita di dunia STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics). Di bulan ini, Hari Kartini bertepatan pula dengan perayaan hari Paskah pada tanggal 21 April 2019. Oleh karena itu, OZIP kembali dengan menyajikan artikel seputar pencapaian dan peranan wanita di dunia STEM. Jangan lewatkan liputan utama yang mengupas lebih dalam tentang peranan wanita di dunia ilmiah dan pendapat mahasiswi Melbourne mengenai peranan wanita di dunia STEM. Silahkan juga menyimak cerita dari Ibu Roswita Nimpuno Khaiyath yang mengisahkan hubungan bilateral Australia-Indonesia dan perjuangan beliau dalam mengembangkan hubungan tersebut. Selain itu, OZIP juga turut menyajikan informasi lain yang tidak kalah seru. Mulai dari kebiasaan hidup sehat yang dapat diterapkan di Australia, pengalaman tamasya ke Wai-O-Tapu New Zealand, menjelajah keliling Semarang hingga mengupas tragedi penembakan masjid Christchurch. Di bulan ini, IFF juga tengah menghadirkan seluk-beluk dan film-film yang tidak kalah serunya. Bagi Anda yang suka berburu makanan, jangan lewatkan food review restoran Warung Kartini yang menyajikan berbagai kelezatan Indonesia di tanah Melbourne. Selamat membaca!

DISTRIBUTION POINTS VICTORIA: ABBOTSFORD: Ying Thai Rest | CARLTON: Killiney Kopitiam | CAULFIELD: Nusantara Rest | IPC Church | CITY: KJRI Melbourne, Laguna Oriental Market, Nelayan Indo Rest, Garuda Indonesia, Blok M Express, Salero Kito, Extragreen, Kaki Lima, Killiney Kopitiam, Oko-Oko | CLAYTON: Warung Gudeg, Dapur Indo, Pondok Bamboe Noodle House, Hongkong Supermarket | FOOTSCRAY: KFL Groceries | DONCASTER : Bakmie Kitchen | HAWTHORN: Laguna, Nelayan Rest | GLEN WAVERLEY : Astee Sp Mkt, Extragreen | MT WAVERLEY: Alfamart | POINT COOK: Glory Asian Grocery | SOUTH MELBOURNE: Sambal ijo, Meetbowl Rest, Ayam Penyet Ny. Ria | RESERVOIR: Broadway Asian Toko | SURREY HILLS: Famili Ria | GLEN IRIS: MPC Church | KOOYONG: Gereja Indonesia Anglican SYDNEY: CITY: Shalom Indo Rest, Garuda Indonesia | KINGSFORD: White Lotus Grocery, Shalom Indo Rest, Ayam Goreng 99, Rest Indorasa | MAROUBRA: KJRI Sydney, Mie Kocok Bandung Rest | RANDWICK: Randwick Oriental Supermarket CANBERRA: Indonesian Embassy ADELAIDE: CITY: 5EBI Radio Station, Pondok Daun, SPT Tax Office | SOUTH ADELAIDE: Bakulan Indonesian/Asian Groceries | ROSE PARK CafĂŠ Gembira | ST.MARYS Bakulan

Cover foto: Kartini di Australia Fotografer: Windu Kuntoro

ozip.com.au

5


COVER STORY

Mengakui Jasa dan Peran Wanita di Dunia STEM Di bulan April ini, kita kembali merayakan Hari Kartini. Bersamaan dengan perayaan hari lahirnya pelopor edukasi dan emansipasi wanita di dunia pendidikan Indonesia ini, patutlah kita juga meninjau kembali besarnya kontribusi dan peranan wanita di dunia kerja, khususnya di dunia STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Di dalam industri yang kerap didominasi oleh pria ini, terdapat banyak wanita yang juga telah mengukir prestasi dan memberikan kontribusi yang berharga demi kemajuan ilmu pengetahuan dunia. Sebut saja Marie Curie, kimiawan dan fisikawan asal Polandia yang menemukan unsur Polonium dan Radium, pelopor teori radioaktivitas serta wanita pertama dan satu-satunya yang berhasil memenangkan Nobel Prize dua kali dalam hidupnya. Tanpa jasa-jasa beliau, kemajuan-kemajuan teknologi nuklir dan pemahaman dunia sains mengenai unsur-unsur radioaktif tidak mungkin akan secepat ini. Siapa yang bisa menduga di tahun 1900 bahwa suatu hari kita akan bergantung kepada tenaga nuklir dalam membangkitkan energi listrik rumah?

6

ozip.com.au

Pencapaian wanita dalam bidang STEM tentu tidak berhenti disana. Pada tanggal 20 Juli 1969, pesawat luar angkasa Apollo 11 mendaratkan tiga awak pesawat ke permukaan bulan. Neil Armstrong, orang pertama yang berhasil menapak jejak di permukaan bulan pun kemudian menjadi tokoh yang diagungkan dan dicintai oleh banyak orang. Edwin “Buzz� Aldrin yang berpose bersama bendera Amerika Serikat pun menyandang prestasi sebagai orang kedua yang berhasil menginjakkan kaki ke permukaan bulan. Namun, di balik semua pencapaian itu, ada seorang wanita yang tengah memelopori ilmu software engineering modern. Beliau adalah Margaret Heafield Hamilton, pendiri Hamilton Technologies Inc., penerima Presidential Medal of Freedom dari mantan Presiden Barack Obama dan direktur MIT Instrumentation Laboratory Software Engineering Division yang bertanggung jawab dalam pengembangan piranti lunak system Apollo 11. Di saat studi computer science masih tidak terlampau diminati, beliau mengambil keputusan untuk mendalami dan mempelajari konsep-

konsep komputerisasi secara langsung. Beliau juga berhasil mengembangkan in-flight software untuk misi Apollo 11 pada tahun 1969 yang memungkinkan perjalanan aman awak-awak pesawat luar angkasa menuju dan kembali dari bulan. Bahkan, ketika system Apollo 11 mengalami system overload tiga menit sebelum mencapai permukaan bulan, beliau berhasil menggerakan tim untuk memprioritaskan fungsi-fungsi software penting guna memastikan keselamatan kru pesawat. Jasa-jasa dan pencapaian luar biasa beliau inilah yang kemudian menjadi perintis dari studi software engineering modern. Boleh dilihat bahwa pencapaian tidak mengenal pria maupun wanita. Di dalam bidang STEM yang dianggap merupakan studi pria, wanita juga telah banyak berjasa dalam memajukan ilmu pengetahuan dalam industri ini. Oleh karena itu, sepatutnya kita mengingat bahwa prestasi tidak memandang pria maupun wanita. Yang penting adalah warisan ilmu yang dapat kita berikan bersama kepada generasi yang akan datang. Text: Edward Tanoto


EVENT

Taking Your First Step in Entrepreneurship with PPIA Deakin Talk of The Year (TOTY) is a new event presented by PPIA Deakin. With “Let’s get started!” as this year’s theme, TOTY aims to encourage and motivate people to start their journey in entrepreneurship. TOTY is composed of 2 different sessions Seminar and Workshop. Through the seminar and workshop, participants could develop and further improve their soft skills, as well as expand their network in various industries. The guest speakers for the seminar are Consul General Spica Tutuhatunewa (Consul General of Indonesia In Victoria and Tasmania), Consul General Kazuyoshi Matsunaga (Consul

General of Japan in Victoria), Councillor Philip Le Liu (Councillor of the City of Melbourne), Tommy Watimena (CEO of PT. Sierad Pruduce Tbk), Thayne Finsenda Lika (Founder of Dokter Mobil), Johnny Widodo (Director of OVO); the workshop will be led by Last Day Production for video editing and Titan Tyra for photo editing. Price of the event: Seminar: $10 Workshop photo editing: $15 Workshop video editing: $15 Bundle workshop: $25 Bundle all workshop and seminar: $30

ozip.com.au

7


LIPUTAN UTAMA

Moving toward Increasing Women’s Presence in the STEM Industry 8

ozip.com.au

The STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) industry has undoubtedly become one of the most important and influential industries in the 21st century. Think vaccination, the Internet, manufacturing, space exploration and R&D – it is very much impossible to separate ourselves from the presence and involvement of STEM in our everyday lives. Your smartphone, laptop and polio vaccination are all different products that come to be from the advancement in the STEM industry. It is hard to imagine a world without them, further emphasising the importance of the industry to society as it is.


LIPUTAN UTAMA As we zoom into the STEM industry, a thought provoking question emerges – How often do we hear of females entering the field? An article published by The Guardian on 31st March 2016 cited that Australia’s Office of Chief Scientist found that women made up less than one-fifth of Australians qualified in STEM, with engineering showing the largest gap. While the study found same number of male and female scientists, only 7% of engineers were women. The Atlantic also published an article in 18 Feb 2018 which said that in the US, only 27% of students taking the AP Computer Science are female, only 18% of computer science degree goes to women and that in Algeria, only 41% of college graduates in STEM are female. Of course, numbers and figures can only reveal so much and it is always best to ask further questions to dig out the plausible reasons for the cause. To shed some light on this issue, we interviewed two women who are currently working in the STEM industry to share their opinions on the matter. Cynthia Theresa is currently working as a Process & Equipment Engineer in Singapore and is one of the few female engineers to have made herself a name in the demanding and competitive engineering field. An Indonesian by birth, she successfully completed her study in Chemical Engineering to pursue her passion in becoming an engineer in Singapore. Our next interviewee would like to remain anonymous due to professional reason and will henceforth be referred to by the pseudonym “Jane”. Jane is currently working as a Social Worker in Justice Space her in Melbourne. She is highly passionate about the issue and is excited to share her views on the matter.

because I am obligated to but because I am passionate about it. I think passion should be the key driving force in your career choice. You will feel so much more fulfilled once you are able to turn your passion into your everyday work.” Jane expressed her worry over using quota as a solution, “While there is still some deep-seated prejudice regarding women in STEM field, placing a quota system favouring women may foster more animosity between genders. What we need is a layered solution to the problem. Whenever applicable, consider promoting and hiring women into the STEM field – especially if they have equal merit and experience as the male counterpart. Implement zero tolerance toward sexism both overt and covert. Arrange for more flexible work arrangement during maternity or asking more questions to the normally overlooked female cohort. Encourage ideas to grow and voices to be heard. Rather than looking at a snapshot of a woman’s work, consider the winding road she has travelled to reach to this point in her life. Assist whenever we can, even with something as simple as listening to her story.” The STEM industry may still be heavily lopsided. But given time and the rising demand of women involvement in the field, there may come a time when women are able to thrive in the STEM industry as much as their male counterparts. Quoting from Jane, it will do us well to remember that “It is a marathon, not a sprint.” Text: Edward Tanoto Photos: Cynthia Theresa

We began by asking the reasons for the gender gap when it comes to the number of employees in the STEM industry. Cynthia said that there seemed to be a preconceived notion that engineering is a male’s specialty. While this is true when it comes to physical labour, engineering has developed such that women can also play an active role in the industry. She stated that in terms of the management work involved in engineering, women can play an integral role in helping to micromanage the details of the execution. With more and more automation being carried out in the production chain, it may well be a matter of time before manual labour is completely unnecessary. At that point, the preconceived notion of engineering being a labour intensive and therefore a male dominated field, should slowly be losing its ground. Jane shared that her personal take on the matter was that there seems to be a lack of female role models which ultimately leads to a lower uptake for women in the STEM industry. She believed that by attributing the success of womanhood to more than simply being a mother, it may encourage people into changing their views of female in the STEM industry. With more women joining the industry, it can also serve as an encouragement for other women to follow a similar path. We also brought up the introduction of quota as a possible solution to the problem and asked for their opinions. Cynthia responded by sharing her view, “I think quota is a poor tool to be used. While it does seem to tackle the problem in the short run, it may be deemed as forcing an outcome just for the sake of achieving a goal. I join the engineering field not ozip.com.au

9


LIPUTAN UTAMA

SERPIHAN KISAH PARA KARTINI KEKINIAN DI BIDANG STEM Sejarah bercerita bahwa zaman dahulu kala, belajar hanya untuk laki-laki. Sangat tabu bagi seorang perempuan untuk memperoleh pendidikan literasi. Jangankan sekolah, bahkan belajar membaca pun menjadi hal asing yang mungkin hanya dilakukan oleh perempuan dari kasta tinggi. Untunglah berkat perjuangan RA Kartini dan para pahlawan perempuan lainnya yang memperjuangkan emansipasi perempuan, bangsa Indonesia mulai terbuka dengan pandangan bahwa seorang perempuan pun berhak bersekolah dan menimba ilmu.

Di abad 20 ini justru makin banyak pergerakan yang memotivasi generasi muda untuk terus belajar. Bahkan, tidak jarang ada beasiswa yang memiliki fokus untuk membantu pelajar perempuan memperoleh kesempatan untuk belajar di luar negeri, misalnya Australia Award Scholarship. Ayeshah

10

ozip.com.au

Augusta Rosdah, mahasiswi PhD (Medicine) di Department of Medicine, University of Melbourne & St. Vincent’s Institute of Medical Research, yang merupakan salah seorang penerima beasiswa ini, menyatakan bahwa alasannya untuk melanjutkan studi di Australia adalah untuk menemukan terapi obat baru untuk serangan jantung. Dia bercita-cita ingin berkontribusi terhadap kemanusiaan dengan mendayagunakan perannya sebagai seorang dokter, peneliti dan pengajar. “Saya ingin mengidentifikasi senyawa obat yang dapat membantu mencegah atau paling tidak mengurangi kematian sel demi menyelamatkan sebanyak mungkin populasi sel jantung jika memang terjadi serangan. Semakin banyak sel yang selamat, semakin baik pula fungsi jantung sehingga kualitas hidup pasien akan meningkat,” jelas dokter muda ini. Bagi Ayeshah, tantangan utama dari studinya adalah mengujikan terapi baru ini pada manusia. “Terlebih lagi pengembangan obat memerlukan waktu 10-15 tahun untuk dapat diedarkan di pasar,” lanjutnya. Ayeshah memandang sudah banyak kemajuan dalam keterlibatan perempuan di bidang STEM dibandingkan dulu. Dia berpendapat bahwa keaktifan perempuan di bidang STEM bukanlah tentang mengejar kesamaan peluang dengan laki-laki, tapi juga tentang keberanian untuk menjadi dirinya sendiri.

Sedikit berbeda dari Ayeshah, Indah Permatasari adalah mahasiswi Master of Data Science di University of Melbourne. Data science sendiri merupakan studi yang menggabungkan ilmu statistik dan computer science. Di era digital saat ini, data science sangat berguna untuk menganalisa big data. Indah juga menyatakan bahwa ketertarikannya akan tren dan tingginya kebutuhan akan ahli di bidang analisis data menjadi motivasi baginya untuk melanjutkan studi di bidang STEM. “Menjadi seorang data analis adalah cita-cita terbesar yang ingin saya capai,” ungkap Indah. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah memahami cakupan data science yang sangat luas dan menguasai teknik analisis big data, seperti artificial intelligence, teknik analisis data dengan machine learning dan deep learning, menjalankan program


LIPUTAN UTAMA secara paralel, dan menggunakan teknologi cloud computing. Hal yang paling menguras waktu dan pikiran adalah ketika berhadapan dengan bahasa pemrograman. Terutama untuk menyelesaikan proyek-proyek yang saat ini sedang dihadapi yaitu membangun search engine, mengolah data text untuk question answering seperti Siri pada Apple, dan membangun aplikasi mobile untuk pengolahan big data. Namun Indah selalu memupuk semangat dan membangkitkan rasa penasaran untuk bisa menyelesaikan setiap tantangan dengan berdiskusi bersama teman, seraya mengikuti perkembangan data science terkini dari situs-situs yang spesifik seperti KDnuggets. Di bidang teknologi pangan, ada Baiq Amarwati Tartillah yang juga sedang melanjutkan studi Master of Food Science di University of Melbourne dengan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, Kementrian Keuangan Indonesia. Dia bercerita bahwa kecintaannya dalam menganalisa antioxidant, dairy based product, dan roti, melatarbelakangi keinginannya untuk mempelajari bidang ini. Dia merasa aneh dengan suplai makanan di Indonesia yang tidak merata, padahal negara kita adalah negara agraris. Selama proses studi pun, Tartil menemui banyak tantangan, seperti banyaknya terminologi asing dalam pelajarannya, banyaknya teman satu kelas yang jauh lebih berpengalaman di bidang food science, dan banyaknya tugas yang tingkat kesulitannya jauh melebihi ekspektasi Tartil. Namun dia tetap berjuang dan belajar dengan penuh semangat karena dia yakin bahwa kelak dia bisa berkontribusi dalam peningkatan ketahanan pangan Indonesia. Lain halnya dengan alasan yang dikemukakan Khairun Nadiyah, mahasiswa Indonesia studi Engineering Management yang tengah berkuliah di RMIT ini menuturkan bahwa ia justru tidak terlalu menemukan kesulitan ketika tengah berdiskusi dengan teman-teman kuliahnya yang ada di sini. Rasio antara perempuan maupun laki-laki yang ada cukup seimbang dan ia merasa memang saat ini tidak ada perbedaan yang signifikan. Ia juga menuturkan bahwa

“Cobalah mengeksplorasi sesuatu diluar kebiasaan “perempuan”. Perempuan justru bisa memaksimalkan kecerdasannya dengan menjadi scientis, karena memang perempuan lebih mampu dalam hal multitasking, lebih teliti, telaten dan peka,” ucap Baiq Amarwati Tartillah. sebagai perempuan harus berani menyampaikan ide dan gagasan. Salah satu alasan yang membuat Nadiyah menyukai bidang ini karena ia jadi banyak belajar untuk menganalisa suatu produk dan bidang ini sangat dekat kaitannya dengan ide-ide baru untuk manajemen perubahan sebuah industri. Ia juga ingin banyak mengembangkan riset yang nantinya berguna bagi kariernya di kemudian hari sebagai dosen teknik industri. Ayesyah, Indah, Tartillah dan Khairun tidak hanya bercerita tentang kisah studi mereka di bidang STEM, namun mereka juga memiliki pesan untuk seluruh perempuan di Indonesia: “Semua perempuan memiliki hak yang sama untuk meraih karier, baik karier rumah tangga maupun karier di luar. Sebaiknya jangan jadikan ‘perempuan’ sebagai alasan untuk ragu memulai atau alasan kegagalan dalam meraih karier-karier tersebut, karena ini sebenarnya bukan tentang ‘perempuan’, tapi tentang ‘dirimu’ dan pilihanmu,” pesan Ayeshah Augusta Rosdah.

“Saya merasa justru pembagian perannya jauh bisa lebih seimbang seperti perempuan bisa fokus dalam mengembangan teorinya sementara para pria bisa terjun di lapangan. Walaupun hal tersebut juga tidak menutup kemungkinan untuk para wanita terjun ke lapangan langsung”, ujar Khairun Nadiyah. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak perempuan muda yang terbuka pandangannya untuk meningkatkan wawasannya agar bisa berkontribusi bagi negeri. Karena tidak peduli apapun jenis kelamin kita, selama kita memiliki tujuan dan motivasi yang sama untuk memajukan bangsa, mari kita jalan bersama bahumembahu menyongsong masa depan yang lebih cerah untuk bangsa kita, bangsa Indonesia. Teks: Siti Mahdaria dan Destari Puspa Pertiwi Foto: Ayeshah A. Rosdah, Baiq A. Tartillah, Khairun Nadiyah & Indah Permatasari

“Walaupun programming lebih identik dengan pria, tapi wanita nggak kalah hebat. Jangan takut dengan label nerd atau geek, karena data science gabungan keduanya dan jauh lebih keren,“ jelas Indah Permatasari.

ozip.com.au

11


EVENT

INFUSION 2019:

The Melody of Diversity contemporary piece performed using both western and eastern instruments, you were guaranteed satisfaction the moment you step into the hall and sit yourself down. Accompanied by the gentle rustle of leaves in the wind, the dreamy evening truly felt like a scene out of a movie – a pleasant illusion that was meticulously maintained throughout the entirety of the concert.

It is easy to lose your way as you first enter the ground of Abbotsford Convent. The serene surrounding of the convent makes for an ideal place to sit down and chill with a bottle of beer on your hand. Making your way around, you will soon realise the vastness of the convent itself. To your right, you will see the main building of the nunnery. Walking

12

ozip.com.au

further down the pathway, you will find that hidden amidst the white wall is a big room whose exterior reminds you of a Victorian era Greek architecture. Located on Rosina Building of the Abbotsford Convent, INFUSION 2019 was underway. Organised by the Melbourne University Buddhist Studies Society in 24th March 2019, INFUSION 2019 featured musical and dance collaboration and performance brought to you by students, professionals and maestros alike. That’s not all. The concert also invited various community groups and cultural performers to showcase their native songs and dances. Be it an Indonesian folk dance, a Tibetan one man show, a traditional Cambodian dance or a

The first performance was a beautiful orchestral piece by the Chao Feng Chinese Orchestra. A non-profit Chinese Orchestra based in Australia, the group has been promoting traditional Chinese culture and music in Australia since 1982. Having performed for a multitude of academic and community functions, they have built themselves a strong reputation and had been invited to perform at Melbourne Arts Centre and National Gallery of Victoria. With the beautiful rendition of their instrumental tunes, the concert opened on a calm note for what was to come. The fun did not stop there! INFUSION 2019 was about diversity, acceptance and multiculturalism and that was what the concert wanted to emphasise. Audiences could also take part in a


EVENT

mini-game called “Guess the Anthem” where (as the name suggests), they had to guess which country the anthem originated from. A correct answer would be rewarded with interesting gifts. It was interesting and heartwarming to see participants raising up their hands in a race to be the first one to answer. As the game was conducted during every intermission between different songs, it was refreshingly exciting to see audiences prepare themselves for the game as well. The show continued with many more amazing pieces. May Wang and Xingyuan Guo, a talented pianist and cello respectively, performed a duet on the anime theme of “Totoro”. They would return for a collaborative performance with Nalanda Robson, Ann Rann Wong, Maggie Milne, Wang Xiaomei and Xiaoyan Li to bring another anime movie theme from “Princess Mononoke”. Complemented by the sound of the rushing wind and the rustling of the leaves, the entire performance felt very much ethereal.

It was an unexpected call, but it was definitely a very much welcomed surprise! Finally, there was also a one man’s band performed by Tenzing Yeshi from Tibet. He explained that music has always been a spiritual part of Tibetan teachings, a statement that was proven throughout his performance. With his legs, he stepped on the wooden floor and emanated a percussive beat, with his fingers, he played a tune to accompany his piece and with his powerful voice, he sang merrily of his Tibetan root. The crowd was left

in awe of this feat and it was not difficult to see why. After all, how often have you seen a one man’s band from the east? INFUSION 2019 was organised with diversity in mind and it achieved said goal spectacularly. If there is anything to take away from the event, it would be the fact that diversity does not always mean animosity. It can, and should always be, about unity. Text and photo: Edward Tanoto

When it comes to dancing, the concert featured the traditional Cambodian Khmer dance, Thai Dulcimer, Sivalai Thai Dance and Apsara Sri Lankan dance. Each one of them showcased a colourful and vibrant representation of their respective cultures – the Khmer dance was a gentle and beautiful reflection of the sacred Cambodian culture, the Dulcimar dance used a pair of bamboo as percussions for the dance, the Sivalai Dance chronicled the tale of wives making their way to the farm to send lunches to their husbands and the Apsara Sri Lankan dance combined the symbolic meaning of the dance with powerful energy and steps. As for Indonesia’s culture, Lenggok Geni stole the limelight with their colourful and beautiful dances. The first one on the list was the Betawi dance, a vibrant folk dance from the Betawi ethnic group. Once the dance concluded, audiences were asked to stand up and dance together for the next one – the Maumere dance. As the tune played, the crowd gathered and danced together in a euphoric display of fun and camaraderie. To make the experience all the more immersive, staffs were also invited to join Lenggok Geni on the front stage as the hall turned wild with excitement from the sway of the music.

ozip.com.au

13


EVENT

Behind the Curtain of Indonesia Film Festival The curtains are open for the 2019 Indonesian Film Festival (IFF) on the 5th of April 2019. This year, the theme revolves around the authenticity of Indonesian film. An Enchantment of Authenticity brings to Melbourne a selection of films that boldly tackle the status quo of the filming industry. Featuring various guest stars and seasoned film directors, a thunderous round of applause can be heard as the audiences welcome the long awaited premiere of the film here in Melbourne. Stepping into ACMI cube, the carpet is laid for the press conference of IFF 2019. The hall itself lights up in vibrant colour and light as the crowd slowly fills the chair up. As the screen starts playing the trailer to the film festival, the audiences grow silent. The press conference is now underway and one by one, the guest stars come onstage. The first guest star, Mr. Oka Antara makes his entrance. An award winning Indonesian actor, rapper, singer and songwriter, Mr. Oka has made a name for himself through his starring roles in Sang Penari (2014) and The Raid 2 (2014) and has also acted in the film Foxtrot Six. A soft spoken man, he openly expressed his enthusiasm and belief in the Indonesian film industry. When asked about his opinion on the action film genre in Indonesia, he says that there are plenty of room for improvements when it comes to the action genre. Action scenes are more than just about the fighting techniques of the characters – it should also emphasise on the importance of the locality and tools used during the fight. Abseiling down an elevator shaft can be made into an intense chase scene with proper tools, props and camera angle. It is this kind of creativity that needs to be explored more when

14

ozip.com.au

film itself has been changed with up to 7 different drafts and has taken 5 years to complete. With such strong dedication and hardwork behind the making of the movie, it is not hard to see why Night Bus has been nominated and clinched various awards such as the Citra Award.

working with an otherwise commonplace movie genre. Then Mr. Yandy Laurens steps onstage. Sporting a warm smile, he explained how his movie, Keluarga Cemara, is highly relatable in its message. The movie emphasises the importance of family and how familial love plays a big part even in testing times. He also cites that he hopes to be able to satisfy the homesickness of Indonesians in Melbourne through his movie and that it has been a privilege for being able to screen his film here in Melbourne. As for his aspirations in terms of the filming industry, he hopes for more film festivals being organised in Indonesia that allows for budding filmmakers to make his/her mark in the film producing sphere. The third guest star is Mr. Emil Heradi, director of the movie Night Bus. This political thriller is a must see for avid moviegoers and shows the fear through the eyes of a hostage. The stunning quality of the film lies testament to the dedication of Mr. Emil and the cast in bringing all the components of the movie together. It started as a monologue which then became a short story and a scenario. The

Posing a confident stride and youthful appearance, Mr. Dion Wiyoko steps up to the stage. His youth belies his professionalism and fame in several well-known movies such as Perahu Kertas (2012), Mimpi Sejuta Dolar (2014) and more recently, Cek Toko Sebelah (2016). His excitement is apparent as he shares his view on how he wishes for more diversity in the movie making industry in Indonesia. His passion for Indonesian films is also apparent as he expresses his optimism for Indonesia’s filmmakers. Even when asked about his opinion on how OTT (over the top) will come to affect the filmmaking industry, he responds positively that the presence of OTT will help progress the industry by garnering more demand for films to be made.


EVENT eyes to the dedication of a filmmaker and humbles him into respecting the lengths that directors and actors are willing to take in film creation. The filming process took only 9 days to finish but it was a challenging one indeed. He even mentions how they needed to use a makeshift raft to cross the river due to the absence of a bridge. The spirit of a director truly burns strongly in the heart of Mr. Wicaksono – and he is poised to create more in the coming future.

Last but not least, Mr. Wicaksono Wisnu Legowo joins in with his movie Turah. A rising director in the industry, Mr. Wicaksono’s talent is apparent as he confidently says that the cast of Turah actually consists of non-professional actors. During the filming process, he also had to scout out ideal slum locations for the film, making it even harder to bear. He admits that the experience opens his

During the panel session, one of the recurring answers found is how each guest stars appreciate the chance for a one-on-one interview with the audiences after the movie is screened. It lends a closer bond among the cast members, director and the audiences into creating a more conducive two-way feedback. So as IFF 2019 begins, let us remember that as audiences, we too, play a part in the entire filmmaking experience. Text: Edward Tanoto Photo: Devina Krismarina

ozip.com.au

15


EVENT PROFILE

Arguably, no other festivals offer a more closeknit and inclusive audience engagement than a film festival – and it is easy to see why. Held on Thursday, 28th March 2018 from 5:30 P.M. to 9:00 P.M. at Forum Theatre PAR-Arts West at the University of Melbourne, Through the Lens allows movie enthusiasts and avid moviegoers an exclusive screening session for some of their own Short Film Competition winning screenplay. Among the media partners and moviegoers, you can also see students gathering up for the screening session. The panelists consisting of Mrs. Siobhan Jackson and Mr. Andrew O’Keefe share their expertise on the discussion while Mr. Arsisto Ambyo moderates the evening panel. With the lights dimmed, the evening is set to begin. The first screening of the evening is a short film titled “I Am Zal”, a short film of an Albino Iranian boy who struggles with his everyday lives both in his family and school environment. It tells about how his family is ashamed of him and how he is alienated by his friends in school. His only light is the fact that he gets to play as the main character in the upcoming school drama named “Zal”. But now, he might even lose the chance to play as “Zal”. The raw emotion captured in the film truly is something else. Mrs. Siobhan comments on how the pure raw emotion of the story moves the heart of all the audiences, making it even more relatable. There is truly no unnecessary frill and touch up on the whole movie, making it feel even closer to reality. The prejudice experienced by the boy is presented in all its entirety – and it works just fine.

Looking at an Indonesian Cinematic Experience “Through the Lens” 16

ozip.com.au

The second screening is the movie “Sepatu Baru” by Mr. Aditya Ahmad. This short film has been chosen as the winner of Short Film Competition and was originally made as a last year university project by Mr. Aditya – talk about a welcomed twist! The story is inspired by the mythical belief of that throwing your underpants onto the roof will help stop the rain. The anonymous girl in the movie simply wishes to wear her new shoes outside and is willing to do anything to stop the rain – even when it means believing in a fallible myth. Audiences were kept in suspense throughout the beginning of the movie as they do not know what the girl is doing until the ending comes. It is a clever use of folklore in a movie and it is sure to put a smile on your face. It is not surprising that laughter can be heard echoing throughout the room at the end while the panelists are left smiling to themselves. There are many more surprises in store in the 2019 Indonesian Film Festival. This year’s theme, An Enchantment of Authenticity, promises a lineup of original and bold movie selections that is sure to satisfy your inner moviegoer spirit. So come on down and join in the fun. After all, it only comes once a year! Text and photo: Edward Tanoto


EVENT

Festival Sinema Australia Indonesia 2019 Agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia ini kembali hadir di tahun 2019 dengan menampilkan film-film terbaik dari Australia dan Indonesia. Di tahun keempat ini, Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) telah tayang di lima kota besar di Indonesia diantaranya Jakarta, Bandung, Mataram, Makassar, dan Surabaya. Rangkaian penayangan film berlangsung selama tiga akhir pekan mulai tanggal 14 Maret sampai 31 Maret 2019. Film-film yang ditayangkan merupakan karyakarya terbaik yang menyajikan kisah kehidupan dan visual menakjubkan dari negara Australia dan Indonesia, terutama unsur sosial dan keragaman budaya.

membuka mata orang Indonesia yang tidak pernah tahu tentang kehidupan suku Aborigin,” jelas Anisa yang mengaku baru pertama kali menonton film dokumenter asli Australia. “Pemandangan alam dan suasana wisata Yogyakarta juga menarik, saya jadi ingin liburan dan jalan-jalan kesana,” minat James, seorang pelajar Australia, setelah menonton film AADC 2. Text by Evelynd

“Film merupakan media visual terbaik dalam menngkatkan pemahaman tentang negara dan budaya lain, FSAI 2019 bagaikan jendela yang unik untuk melihat Australia modern,” papar Gary Quinlan AO, Duta Besar Australia untuk Indonesia. Dengan kategori ”Aussie Panorama”, terpilih lima film yang menampilkan keindahan alam Australia, seperti Gurrumul dan The Song Keepers yang berlatarkan gurun pasir di Australia Tengah dan Utara, Storm Boy dengan latar daerah pesisir pantai, dan Ladies in Black dengan setting-an kota Sydney. Untuk film Indonesia dengan kategori karya unggulan alumni Australia, terpilih dua film legendaris karya Mira Lesmana Ada Apa Dengan Cinta? (AADC) dan Ada Apa Dengan Cinta? 2, (AADC 2) dan juga satu film karya Kamila Andini The Seen and Unseen. Selain film-film tersebut, juga ditayangkan kumpulan film-film pendek menarik Australia dari ajang Flickerfest tahun 2017 – 2019. Kedubes Australia juga mengundang organisasi yang berkaitan dengan Australia dan Indonesia, seperti Australia – Indonesia Youth Association (AIYA) Chapter Bandung. Festival Sinema Australia Indonesia ini disambut meriah oleh masyarakat yang memenuhi bioskop dengan keluarga dan kerabat dekat. “Mumpung weekend dan film-filmnya gratis jadi aku nonton kesini bareng teman-teman,” ungkap Alisha, mahasiswa Australia yang sedang kuliah satu semester di Bandung. “Film tentang penduduk asli Australia ternyata

ozip.com.au

17


EVENT

The 11th Space – Where It All Began The Friday of 4th April 2019 might seem like an ordinary day for passersby. The sidewalk of Collins Street was teeming with people coming in and out of offices, eager to return home for a good week’s rest. However, the day marked an occasion that was more than just another day for the members of the 11th Space. At level 11 of 568-580 Collins Street, a ceremony is ongoing – it was the grand opening of the 11th Space to the public. Slowly, a crowd started to form as they wait to enter the elevator and bring themselves up to the 11th floor. Before long, it was time for the ceremony to commence with an opening speech by Mr. Adrian Sulaeman, Managing Director of 11th Space. The heartfelt speech resonated throughout the room as he shed tears on how proud he was

18

ozip.com.au

of the entire 11th Space’s team. The heartwarming address was followed by a motivating speech by Mr. Ivan Tandyo, CEO and founder of Navanti Holdings. He told of his journey and how he had achieved all that he had through the support of his family and friends who believed in him. After yet another heartfelt speech by Mrs. Spica Tutuhatunewa, Consul General of the Republic of Indonesia for Victoria and Tasmania, it finally came time to cut the ribbon. As Mr. H.E. Kristiarto Legowo cut the ribbon, 11th Space officially opened its door to the public. When you first arrive at the 11th Space, it is almost impossible to not notice just how unique the architecture of the place is. Designed in a minimalist interior setup, you will hardly feel that you are

actually in an office space. The window allows for a stunning view of Melbourne CBD and the ambience of the workspace soothes the mind, allowing creative juices to flow. Being there itself has been more of an experience than a visit and you find yourself looking forward to future visits. Behind the beautiful office space of the 11th Space is an untold story on what it is about and how it came to be. During the opening, Mr. Ivan Tandyo reminisced and chronicled the long journey of Navanti Holdings Pty. Ltd since its inception in 2008 to how it has become today. It has been a long and arduous journey but the team has braved the odds and break new walls in order for them to grow as they have hitherto. Even as the 11th Space opens itself to the public, the occasion marks for a new beginning rather than an


EVENT

end. Moving forward, 11th Space has signed an MOU with Caris Korea, DumDum Indonesia, SVI Global and iCondo, cementing their partnership. Mr. Ivan Tandyo has also said that there are ongoing plans at work to partner up with Cambridge University. With such an exciting future prospect, we can only imagine how much bigger will 11th Space be in the coming years. 11th Space will continue their mission in nurturing and providing education to budding entrepreneurs, providing assistance to medium and large enterprises interested in entering the Australian market and inspiring young minds to grow ever bolder. As the evening continued, a pink neon light can be seen illuminating the room. What was written ring true to the members and clients alike – after all, it is where it all began. Text and photo: Edward Tanoto

ozip.com.au

19


INFO

Gaya Hidup Sehat di Australia 1000 steps – Kokoda Track Memorial Walk - Dandenong Ranges National Park Semua orang pasti mau sehat. Namun, hal tersebut sering sekali tidak sejalan dengan pola hidup yang dilakukan. Hidup sehat memang bukan hal mudah untuk dijalankan, karena menuntut komitmen yang kuat dari orang yang bersangkutan. Salah satu keuntungan yang bisa dirasakan selama tinggal di Melbourne adalah kemudahan untuk menerapkan pola hidup sehat. Kebiasaan menjalankan keseharian yang mendukung kesehatan dengan mudah terfasilitasi, misalnya berjalan kaki, bersepeda, dukungan fasilitas yang

20

ozip.com.au

baik dan ketersedian taman terbuka yang memiliki fasilitas olah raga yang memadai untuk berbagai usia. Hal tersebut menjadi salah satu faktor pendukung untuk menjalankan pola hidup sehat di kota ini. Di Melbourne, terdapat banyak tempat, program dan komunitas yang mendukung pola hidup sehat, terutama yang dapat dilakukan di ruang terbuka. Salah satunya adalah 1000 steps – Kokoda Track Memorial Walk yang menjadi bagian dari Dandenong Ranges National Park. 1000 steps Kokoda Track Memorial Walk adalah

tempat yang popular dan cocok bagi orang-orang yang ingin hidup sehat di Melbourne. Tidak hanya untuk anak muda dan orang dewasa, orang tua dan anak-anak pun dapat berkunjung ke tempat ini. Tempat ini menyuguhkan beberapa pilihan jalur atau lintasan untuk jalan santai ataupun jogging. Pilihan lintasan tersebut mencakup panjang lintasan yang beragam sehingga dapat disesuaikan dengan level kebugaran masing-masing orang. Jika mengambil lintasan terpanjang (5 km) maka anda akan berujung pada tempat piknik terbuka yang dapat dijadikan tempat beristirahat sebelum kembali menuruni lintasan. Pilihan jalur anak tangga dan jalur jalanan biasa pun bisa dicoba untuk merasakan tantangan yang berbeda. Sepanjang jalur atau lintasan disediakan sudut-sudut untuk duduk dan beristirahat sejenak. Oleh karena itu, anda pun dapat menentukan sendiri


INFO

level dan kecepatan anda untuk menyelesaikan lintasan yang dipilih. Lingkungan hutan yang sejuk dan asri menyediakan udara yang bersih dan segar sehingga tempat ini dapat dapat menjadi tempat kunjungan pilihan, terutama di musim panas yang menyengat. Suasana hutan ini dikelilingi berbagai jenis pohon besar dan tumbuhan pakis. Setelah mencapai ketinggian tertentu, anda bisa melihat pemandangan yang indah dari beberapa sudut lintasan sambil mengambil waktu untuk beristirahat dan mengatur nafas. Selain itu, berbagai jenis suara burung akan menemani dan melengkapi perjalanan anda. Jika beruntung, beberapa hewan hutan yang tidak berbahaya seperti wallaby juga dapat ditemukan disini. Setelah menyelesaikan lintasan, anda dapat beristirahat sejenak sambil menikmati secangkir teh atau kopi di 1000 steps cafĂŠ. Anda juga dapat beristirahat di taman bermain anak. Menurut keterangan yang ada, Kokoda Track didirikan di sekitar tahun 1900-an dengan mengikuti topologi daratan hutan. Di beberapa titik perjalanan, kita dapat menemukan tanda berupa lempengan batu yang menunjukkan posisi dan jarak yang sudah kita tempuh di sepanjang lintasan. Menariknya, tanda berupa lempengan ini juga mengisahkan tentang perjalanan tentara yang bertempur pada Kokoda campaign 1942. Jadi, selain dari segi kesehatan, anda juga mendapat keuntungan dari sisi pengetahuan yang dapat diperoleh dengan beraktivitas di 1000 steps Kokoda Track Memorial Walk. Tetapi apakah keseluruhan panjang jalur ini benar-benar berjumlah 1000 langkah? Mungkin lebih dan mungkin juga kurang. Kenapa tidak cari tahu langsung? Teks dan foto: Ade Dwi Utami ozip.com.au

21


TRENDING

Women Empowerment in Indonesia, are we advancing or treading water?

The 8th of March is a festive day for women throughout the world that celebrates the independence of women and the recognition of women as equal. Indonesia particularly shows impressive progress in gender equality with the improvement in legal law regarding Indonesian women’s right in some aspects. However, this progress seems to have an adverse effect where it blatantly feeds Indonesian women that development on women’s right in Indonesia is significantly slow. In addition, this fact raises a question, are Indonesian women truly empowered through this instrumental law? Having a legal law addressing Indonesian women’s right does promote gender equality, however, it does not necessarily empower women. There still exist gaps in many aspects where women are still treated discriminatively. In the workplace, no law banning gender discrimination in hiring and equal pay exists (The Guardian, 2014). Abortion, on the other hand, is not allowed unless the pregnancy might threaten the women’s health (UN: World Abortion Policies, 2013). In addition to that, even though the woman is a victim of rape or

22

ozip.com.au

is mentally unhealthy, these reasons are also not acceptable for one to conduct an abortion to said woman in Indonesia. Progress is being made towards the aforementioned aspects, however, women’s rights to have thorough protection from any kind of harassment is treading water. There has been no significant progress made regarding that matter hitherto and no specific law addressing sexual harassment on women in Indonesia exists (The Guardian, 2014). To make it worse, there is no criminal sanction for sexual harassment. A very recent event represents how this neglect is so reckless of the Indonesian government. Agni, a student who was participating in mandatory community service from her university was a victim of sexual harassment (Putsanra, 2019). Her case had received massive attention from the public, but her case did not progress any further. This shows how sexual harassment is still not treated as a crime where many Indonesian women are victimized on a daily basis and surprisingly in a formal institutional environment. Not only does this event represent how the Indonesian legal system is not gender- sensitive, but it also

shows how the educational institutions are gender-blind. This case has brought to attention that it is substantial to bring this legislation into the employment, education, and public realms. Not to mention the lack of presence of women-focused groups in Indonesia. It is apparent that the majority of Indonesian still neglect the importance of women empowerment and gender equality for sustainable social, political, and economic growth. Hence, there have only been few women-focused groups genuinely addressing the immediate and strategic needs of women. Looking at Indonesia’s neighbouring country, Australia has done a very good job in addressing women empowerment and participation in the community and government level. Take an example from one of Australia social enterprise, SisterWorks. SisterWorks is a womenfocused group that empowers women with a refugee background in Australia into building their entrepreneurial skills. Along with its tagline, ‘Work that empowers women’, SisterWorks has successfully spread the importance of women’s role in the society while


TRENDING

simultaneously providing training in increasing women’s economic productivity. Vanessa, one of the entrepreneurs from SisterWorks, said that ‘SisterWorks is the place where I found friendship, love, and support. That made me feel empowered to grow in Australia’. Putting aside the fact of Australia is a developed nation, the awareness and understanding of the importance of women’s role in the society should be one of the priorities for a country’s development. However, it seems that this has been the case where the precondition of development, which is equal participation of gender in social, political, and economic activities, is still neglected. Improving women and men understanding and awareness of women’s imperative role in the society seems to be the first step that Indonesia should take, and this can be done by promoting more women-focused groups and increasing participation in said group that is inclusive to any gender. Perhaps, it is indeed necessary for Indonesia to promote feminism, but will having feminist communities under a patriarchal country such as Indonesia create changes in the future? Kontributor: Annirrahmah (Master of Development Studies, University of Melbourne)

ozip.com.au

23


ISLAM DI AUSTRALIA Pembantaian yang begitu kejam terjadi di dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru, pada suatu hari Jum’at bulan Maret lalu. Secara rutin, umat Islam (terutama lakilaki) diwajibkan menunaikan salat Jumat secara berjamaah sebagai pengganti salat Zuhur. Pelaku pembantaian itu menyasar jamaah salat Jumat tersebut. Karena itulah dalam waktu yang relatif singkat pelaku pembantaian berkewarganegaraan Australia itu mampu merenggut nyawa sampai setidaknya 50 muslim: tua-muda, besar-kecil, lelaki-perempuan. Bagi penulis, hal yang tak kalah mengejutkan dan bikin tak habis pikir adalah pernyataan seorang Senator Australia bernama Fraser Anning. Ketika menanggapi pembantaian tersebut, dalam surat rilisnya ia mengatakan: “Penyebab sesungguhnya dari pertumpahan darah di jalanan di Selandia Baru sekarang ini adalah program imigrasi yang memungkinkan Muslim fanatik datang (untuk menetap) di Selandia Baru.” Sebenarnya Fraser Anning bukanlah satusatunya “wakil rakyat/negara bagian” yang rajin sekali menuding umat Islam sebagai biang dari segala macam masalah yang dihadapi Australia. Di Negeri Kanguru ini, ada setidaknya tujuh gerakan haluan kanan ekstrim yang bukan saja anti-Islam/ Muslim melainkan juga anti-kulit berwarna. Gerakan-gerakan ini adalah: Australia First Party, Australian National Socialist Party, National Action (Australia), Nationalist Party of Australia, Rise Up Australia Party, True Blue Crew, Reclaim Australia, dan United Patriots Front. Para anggota gerakan-gerakan tersebut tidak menyukai wujud Australia sebagai sebuah masyarakat majemuk budaya

24

ozip.com.au

alias multikultural. Mereka mendambakan negara ini hanya dihuni oleh orang yang berkulit putih. Mereka pun menyebut Muslim telah “melakukan invasi/ penyerbuan ke Australia”. Faktanya, sejarah Australia berkata lain. Menurut informasi di web resmi badan siaran BBC London, sedikit sekali warga Australia yang menyadari bahwa penduduk asli benua Australia, kaum Aborigin dan penduduk asli Pulau Selat Torres, sudah punya hubungan dengan warga asing yang Muslim, jauh sebelum tibanya para penjajah Kristiani (pernyataan ini merupakan kutipan dari website BBC London). BBC London melansir, wartawan Australia Janak Rogers mengungkapkan bahwa lukisan-lukisan kuno di atas bebatuan di Barisan Bukit Wellington di Arnhem Land, Australia Utara, menyimpan kisah sejarah yang berbeda dari yang selama ini diajarkan kepada sebagian terbesar rakyat Australia. Lukisan-lukisan kuno itu menggambarkan perahu dari Indonesia yang mengantarkan nelayan Muslim dari Sulawesi ke Australia, untuk mencari teripang (timun laut). Namun tidak jelas/ pasti kapan para nelayan Muslim tersebut pertama kali menjejakkan kaki di benua Australia untuk menjalin perdagangan dengan penduduk asli Australia. Ada sejarawan yang menyebut tahun 1750-an, namun penanggalan dengan tata cara ilmu pengetahuan moderen terhadap lilin lebah yang menutupi lukisan-lukisan di gua-gua di Australia Utara mengesankan bahwa para nelayan Muslim tersebut tampaknya telah datang ke Australia sebelum tahun 1664, kemungkinan sekitar tahun 1550-an. Kelihatannya, kata BBC, mereka datang ke Australia setahun sekali untuk mengumpulkan teripang. Teripang itu sangat diminati oleh Tiongkok, yang

menjadikannya bahan untuk membuat obat-obatan dan juga keperluan kuliner. Antropolog Monash University, Melbourne, John Bradley, menyebut kedatangan para nelayan dari Makasar (the Macassans) itu sebagai langkah pertama dalam penjalinan hubungan internasional (antara bumiputra Australia dan warga Indonesia). “Dan hubungan itu sukses. Mereka berjual-beli. Sangat adil, tidak ada sikap merendahkan atas dasar jenis bangsa, tidak ada sikap seperti itu,” katanya. Sangat berbeda dari perbuatan Inggris, kata BBC. Wakil Inggris Captain Cook, ketika sampai di Australia, menyimpulkan bahwa benua ini adalah “terra nullius” atau “tanah tanpa pemilik”. Ia kemudian menjajah benua ini tanpa perjanjian/ kesepakatan atau pengakuan atas hak-hak penduduk asli atas tanah mereka. Sebagai informasi, kaum kulit putih yang masuk ke Selandia Baru di abad ke-19 menjalin kesepakatan dengan bangsa Maori – penduduk asli Selandia Baru – yang dikenal dengan The Treaty of Waitangi. Sebagian dari nelayan teripang dari Makasar itu kemudian menetap dan menikah dengan perempuan asli Australia dan mewariskan “pusaka” keagamaan dan budaya (Islam) di Australia. Sebagai contoh saja, ayah dari biduanita Australia Jessica Mauboy berasal dari Indonesia sementara ibunya berdarah asli Australia. Ajaran Islam juga ikut memengaruhi mitologi Aborigin. Pengaruh Islam terasa dalam nyanyian-nyanyian, tari-tarian dan upacara pengurusan jenazah; kata antropolog John Bradley. Melalui analisis kebahasaan, akan terungkap pula adanya kidung/himne kepada Allah, setidaknya doa-doa tertentu kepada Allah. Dalam upacara pemakaman akan terdengar


ucapan “Walitha’walitha” dalam bahasa Aborigin, yang berasal dari ucapan “Allahu ta’ala”. Bukan itu saja, kata John Bradley, upacara-upacara keagamaan kaum Aborigin juga meniru ibadah dalam Islam, seperti menghadap ke kiblat (ke Barat) dan bahkan aktivitas sujud. Sayang, perdagangan teripang antara para nelayan dari Makasar dan kaum Aborigin terhenti pada tahun 1906, akibat cukai besar yang diterapkan pemerintah kulit putih Australia yang membatasi perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang non-kulit putih. Sementara itu, masih menurut BBC, di sebuah kawasan penduduk di Alice Springs, ada sebuah masjid lengkap dengan menara. Rumah ibadah tersebut disebut sebagai “Masjid Afghan”. Antara tahun 1860 dan 1930, sekitar empat ribu pawang unta dari Asia Selatan (India, apa yang sekarang adalah Pakistan dan Afghanistan) datang ke Australia dengan hewan beban mereka untuk membantu Australia membuka jalur darat antara Australia Selatan dan Australia Utara. Pembukaan jalur darat ini mengharuskan para pekerja mengarungi gurun pasir yang cukup luas dan hanya dapat dilalui oleh unta. Kata BBC, mereka ini berjasa meletakkan dasardasar infrastruktur yang begitu penting yang bekas-bekasnya masih ada dan dimanfaatkan sampai sekarang. Betapa kita harus menyayangkan bahwa fakta ini kurang dipahami oleh kebanyakan orang di Australia, khususnya sang pembantai di kedua masjid di Christchurch tempo hari. Dalam “manifesto”-nya, sang pembantai antara lain mengatakan: “(Muslims) are the most despised group of invaders in the West”. Padahal kalau kita bicara invasi (penyerbuan), cukup melihat kembali apa yang dilakukan Presiden Amerika George W. Bush di bulan Maret 2003. Waktu itu, dengan dalih penuh dusta dan menyesatkan, ia memerintahkan pasukan Amerika serta “Coalition of The Willing” untuk menyerbu Irak. Majalah kedokteran tertua di dunia, The Lancet (terbit pertama kali di Inggiris tahun 1823) melaporkan bahwa akibat serbuan itu, lebih dari 650 ribu orang tewas di Irak. Angka ini memang masih diperdebatkan oleh sementara kalangan, namun yang jelas karena pelakunya adalah Amerika (Barat) dan korbannya adalah non-Barat (Muslim), seberapapun angka korbannya seakan tidak perlu diratapi. Sebagai Muslim, penulis wajib menyampaikan adanya perintah dalam agama Islam agar umatnya hidup berdampingan secara damai dengan semua orang, apa pun warna kulitnya dan bahasanya. Semoga Allah mengadakan kasih sayang antara kamu dengan orang-orang yang (sekarang) memusuhi kamu di antara mereka. Allah Maha Kuasa dan Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 60: 7) Dan: Allah tidak melarang kamu berlaku baik dan adil terhadap mereka yang tiada memerangi kamu karena agama dan tiada mengusir kamu dari rumahmu. Sungguh Allah cinta orang yang adil. (QS 60: 8) Bak kata orang pandai: “Even the Gods can’t change history: the facts speak for themselves”. Wallahu a’lam.

Penulis: Nuim Khaiyath

ozip.com.au

25


EVENT

Grand Opening

S

”WARUNG INDOMIE”

iapa yang tidak kenal dengan Indomie? Tidak hanya bagi warga Indonesia, Indomie sendiri sangat terkenal di banyak negara, misalnya Nigeria dan Australia. Bertujuan untuk mengenalkan citarasa Indonesia, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk membuka Warung Indomie di Australia. Berlokasi di HWKR Melbourne, 137 A’Beckett Street warung ini berbentuk pop-up store yang akan beroperasi di food court ini selama empat bulan ke depan. William Ho selaku Regional Manager PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk menjelaskan bahwa warung yang bertemakan kuliner Nusantara, “Warung Indomie” ini pertama kali dibuka di Melbourne. Lokasi Melbourne sendiri dipilih karena dianggap sebagai kota kuliner, dan membuka restoran percobaan di HWKR merupakan kesempatan baik untuk memulai bentuk lain dari promosi Indomie. Indofood pun mengadakan Grand Opening warung ini pada Jumat, 15 Maret 2019. Restoran ini menyediakan berbagai variasi menu inovasi berbahan dasar utama Indomie. Untuk saat ini hanya beberapa varian Indomie saja yang digunakan, seperti Indomie goreng,

26

ozip.com.au

Indomie kari ayam, dan spesial ayam, ke depannya direncanakan akan menghadirkan Indomie geprek untuk menu terbatas. Beberapa menu andalan yang tersedia di warung ini adalah Mie Goreng Gokil (Indomie goreng dengan iga ayam krispi, telur balado, kacang, dan saos pedas manis), Mie Goreng Sambal Matah (Indomie goreng dengan daging sapi Bali, sambal tahu, acar, dan sambal matah rumahan), Indomie Fried Chicken (Iga ayam goreng bumbu Indomie), Curry Mie (Indomie kuah kari dengan kari ayam, wortel, kentang, dan dadar jagung), dan berbagai makanan pembuka dan penutup khas Indonesia lainnya.

Untuk sementara waktu, warung ini akan buka selama empat bulan dikarenakan durasi kontrak yang ada dengan pemilik venue hanya berlangsung selama 4 bulan atau 6 bulan. Sebagai percobaan, Indofood memilih kontrak empat bulan untuk melihat animo warga Melbourne terhadap eksistensi warung ini. “Jika kemudian respon masyarakat positif, maka kita akan memperpanjnag kontrak hingga enam bulan sebelum memutuskan untuk membuka warung permanen,” ujar William Ho. Sejauh ini William menemukan bahwa respon yang ada sangat positif, tidak hanya dari warga Indonesia yang tinggal di Melbourne, bahkan juga dari masyarakat lokal sendiri. Selain membuka warung ini, Indomie juga sangat aktif mempromosikan dirinya melalui sosial media, khususnya Facebook dan Instagram. “Khusus di Instagram @indomieau, Indomie sering kali memberikan giveaway paling tidak sebulan sekali dengan melakukan selfie challenge. Sesuatu yang fun!” jelas Emir selaku social media marketer dari Indomie Australia. Selain itu, Fox FM dan City of Melbourne sendiri berinisiatif secara sukarela membuat video documenter tentang “Warung Indomie” ini dan mengunggahnya di channel mereka. Dalam beberapa bulan ini, Indomie akan fokus mempromosikan diri melalui “Warung Indomie”, media sosial, dan perluasan distribusi barang. Ke depannya, pihak Indomie berharap untuk melibatkan influencer untuk melakukan food review dan menyebarkan informasi tentang “Warung Indomie” online.


Dedikasi

Flavour Burst

Pihak Konsulat Jendral Republik Indonesia sendiri sangat antusias menanggapi pergerakan untuk mengenalkan produk dan citarasa Indonesia di Melbourne. “Saya rasa, Indomie sangat akrab di mata tidak hanya orang Indonesia saja, tetapi juga warga Singapura dan negara-negara Asia lainnya. Pemerintah sendiri selalu mendukung dengan cara menggunakan produk Indonesia (aka Indomie) dalam berbagai kegiatannya.� Jelas Ibu Spica A. Tutuhatunewa selaku Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk daerah Victoria dan Tasmania. Beliau juga melanjutkan bahwa sebagai perwakilan Indonesia, beliau sangat bangga melihat Indomie tidak hanya tersedia di supermarket Asia, tetapi juga di banyak supermarket lokal. Ibu Orchida S. Danudjaja selaku Wakil Konsul menambahkan bahwa pihak KJRI siap mendukung dengan memberikan capacity building program jika diperlukan. Tidak menutup kemungkinan di masa depan bahwa pihak KJRI akan meningkatkan perannya sebagai jembatan bagi para pegiat UMKM Indonesia yang ada di Melbourne dengan memberikan pelatihan kewirausahaan, seperti satu kegiatan yang pernah terlaksana, yaitu Creative Economy Forum: Ngobrol Kuliner Indonesia di Victoria. Teks: Siti Mahdaria Photo: Devina Krismarina

ozip.com.au

27


TRAVEL EVENT

Seri ke-31 Catatan Harian Wisata Indonesia

Gereja Blenduk

SEMARANG, Venesia Van Java

Semarang dulunya adalah bagian dari kerajaan Mataram Kuno yang berkembang pesat menjadi kota pelabuhan terbesar di pulau Jawa. Akses ke laut dan keberadaan sungai di dalam kotanya menarik para pedagang internasional di zaman dulu sehingga akulturasi budayanya juga sangat tinggi. Untuk menampung tingginya distribusi barang dan jasa ke Semarang, Belanda pun membangun kanal-kanal sungai hingga gedung perkeretaapian NIS Lawang Sewu (seribu pintu) di kawasan pusat kota yang kini dikenal sebagai CBD Simpang Lima Semarang. Gedung ini sendiri kemudian menjadi destinasi utama wisata karena sejarahnya yang pernah dialihfungsikan sebagai penjara. Nasi gandul

28

ozip.com.au

Banyaknya sungai dalam provinsi Jawa Tengah yang saling terhubung menjadikan Semarang pernah mendapat

julukan sebagai Venesianya pulau Jawa. Walaupun tidak persis sama dengan situasi kota di Italia itu, namun julukan tersebut menjadi daya tarik utama bagi perkembangan pariwisata kota (urban tourism) dan pariwisata sejarah (heritage tourism) selanjutnya. Kawasan kota lama Semarang kaya akan berbagai bangunan bersejarah, seperti Gereja Blenduk, Marba Semarang, Tugu Muda, Pabrik Rokok Praoe Lajar, Gedung Oudetrap, Menara Syahbandar, Mercusuar Willem III, Benteng Willem II Ungaran, Gedung Sarekat Islam, Siranda Reservoir, Gedung Kuning, Situs Kalitaman dan masih banyak lagi. Pada masa kini, pariwsata kota berkembang seturut pembangunan wilayahnya, misalnya untuk mengurangi resiko banjir, Kanal Banjir Barat disulap sekaligus menjadi Taman Pleret dengan


TRAVEL

atraksi fountain bridge nya yang sangat terkenal. Ada pula kampung Pelangi yang instagramable, wisata berbasis religi dengan landmarknya seperti Kuil Sam Pho Kong, Masjid Raya Semarang, Pagoda Avalokitesvara, dan gereja Blenduk (GPIB Immanuel) yang dibangun tahun 1753. Akulturasi budaya pada masa lalu juga menciptakan daya tarik dari segi wisata kuliner. Kuliner asli Semarang seperti Nasi Ayam dengan kuah kuning opor, sayur labu yang manis, suwiran ayam kampung serta telur, tahu dan krecek berbumbu khas Semarang wajib dicoba. Ada pula Tahu Gimbal (udang) berisi potongan lontong, bakwan udang, irisan kol dan tauge yang disiram dengan saus kacang berbumbu petis. Kuliner burung Belibis, Nasi Pindang khas Semarang dari daging

sapi yang dikombinasikan dengan kuah rempah kluwek dan daun melinjo. Sate buntel (daging kambing cacah berbumbu) ataupun Soto Bangkong (soto ayam) yang menjadi salah satu kuliner ikonik Semarang. Jajanan ringan yang harus dicoba adalah Lumpia Semarang, Es Puter hingga Wedang Tahu yang terbuat dari campuran gula jawa, jahe dan kembang tahu sutra. Luar biasa maknyus!

Taman pleret banjir kanal barat

Ayok ke Semarang, our Wonderful Indonesia.

Oleh: Rio S. Migang (EcoPlan Australia | www.eco-plan.com.au) Foto: Istimewa (berbagai sumber) Kampung pelangi

Brown canyon

Nasi goreng babat

Es Puter

Wedang tahu

Lumpia semarang

Pasar semawis

Masjid Raya Sam pho kong kuil

Soto Bangkong Nasi Ayam Kampung

Tugu Muda

Simpang lima

ozip.com.au

29


IMMIGRATION

Updated MLTSSL 11 Maret 2019

Pada tanggal 11 Maret 2019, ada penambahan sekitar 36 pekerjaan ke dalam MLTSSL (Medium and Long-term Strategic Skills List) untuk aplikasi visa 189 (Skilled-Independent) , 190 (Skilled-Nominated) dan 489 (Skilled-Regional (Provisional). 36 pekerjaan tersebut adalah: i. Arts Administrator or Manager (ANZSCO code 139911) ii. Dancer or Choreographer (ANZSCO code 211112) iii. Music Director (ANZSCO code 211212) iv. Artistic Director (ANZSCO code 212111) v. Tennis Coach (ANZSCO code 452316) vi. Footballer (ANZSCO code 452411) vii. Environmental Manager (ANZSCO code 139912) viii. Musician (Instrumental) (ANZSCO code 211213) ix. Statistician (ANZSCO code 224113) x. Economist (ANZSCO code 224311) xi. Mining Engineer (excluding Petroleum) (ANZSCO code 233611) xii. Petroleum Engineer (ANZSCO code 233612) xiii. Engineering Professionals nec (ANZSCO code 233999) xiv. Chemist (ANZSCO code 234211) xv. Food Technologist (ANZSCO code 234212) xvi. Environmental Consultant (ANZSCO code 234312) xvii. Environmental Research Scientist (ANZSCO code 234313) xviii. Environmental Scientists nec (ANZSCO code 234399) xix. Geophysicist (ANZSCO code 234412) xx. Hydrogeologist (ANZSCO code 234413) xxi. Life Scientist (General) (ANZSCO code 234511) xxii. Biochemist (ANZSCO code 234513) xxiii. Biotechnologist (ANZSCO code 234514) xxiv. Botanist (ANZSCO code 234515)

30

ozip.com.au

xxv. Marine Biologist (ANZSCO code 234516) xxvi. Microbiologist (ANZSCO code 234517) xxvii. Zoologist (ANZSCO code 234518) xxviii. Life Scientists nec (ANZSCO code 234599) xxix. Conservator (ANZSCO code 234911) xxx. Metallurgist (ANZSCO code 234912) xxxi. Meteorologist (ANZSCO code 234913) xxxii. Natural and Physical Science Professionals nec (ANZSCO code 234999) xxxiii. University Lecturer (ANZSCO code 242111) xxxiv. Multimedia Specialist (ANZSCO code 261211) xxxv. Software and Applications Programmers nec (ANZSCO code 261399) xxxvi. Horse Trainer (ANZSCO code 361112) Artikel ini ditulis hanya sebagai informasi umum dari informasi yang ada di website Department of Home Affairs sampai tanggal 29 Maret 2019 dan bukan sebagai pengganti nasihat keimigrasian. Jika anda membutuhkan informasi yang lebih akurat tentang kemungkinan anda mendapatkan visa Australia, anda bisa menghubungi Yapit Japoetra, MARN 0213101 (YNJ Migration Consultants) di (03) 9650 0895 atau agenagen imigrasi terdaftar lainnya. Yapit Japoetra (MARN 0213101) adalah agen imigrasi terdaftar sejak 2002 asal Indonesia dan memiliki lebih dari 16 tahun pengalaman dalam hukum imigrasi dan dapat membantu anda dalam proses aplikasi atau memberikan nasehat tentang bagaimana mendapatkan permanent resident dan visa lainnya di Australia. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Yapit Japoetra di YNJ Migration Consultants di (03) 9650 0895 atau email yapit@tpg.com.au.


ozip.com.au

31


MOTIVATION perkembangan ini bisa menjadi dorongan atau motivasi tersendiri. Karena itu penting untuk mencatat tahapan-tahapan yang kita tempuh, baik sukses atau gagal, untuk bahan evaluasi. Jangan lupakan juga untuk menentukan target-target sementara dari satu rangkaian besar yang sedang kita tempuh karena itu akan mempermudah menilai perkembangan yang sudah dicapai.

Simple Ways to Motivate Yourself Banyak tokoh dunia menjadi sukses karena ada dorongan motivasi dari dalam dirinya. Ia mau belajar dan berkembang, karena ia mampu memotivasi dirinya sendiri. Namun di belahan dunia lain, banyak orang yang gagal berkembang karena kurang punya motivasi. Mereka gagal bukan karena tidak punya potensi melainkan karena tidak berhasil memacu semangat hidupnya, serta kehilangan kepercayaan dirinya untuk bisa mengerahkan segala kemampuannya secara optimal. Sebenarnya masalah memotivasi diri sendiri ini tidak begitu sulit. Malah ada cara sederhana untuk melakukannya. Nah, berikut ini ada 7 langkah untuk Anda praktikkan. 1. Tetap fokus. Kita harus tetap fokus pada apa yang kita inginkan dan diyakini bisa dicapai. Jangan tergoda pada sesuatu hal yang baru, bagaimanapun menariknya. Cara agar kita tetap fokus, adalah dengan selalu memelihara kualitas dan mengevaluasi fokus kita. Jangan biarkan ketidakyakinan muncul kemudian. Kita mungkin kerap mengingat kegagalankegagalan di masa lalu namun jangan sampai hal itu membelenggu kita dan menambah kekhawatiran kita. Ambil saja hikmah/ pelajaran dari kegagalan itu dan kita tetap fokus pada langkah kita berikutnya.

32

ozip.com.au

2. Bacalah success stories. Kisah-kisah sukses yang heroik bisa memberikan dorongan besar pada kita untuk melangkah maju. Apalagi jika latar belakangan si tokoh hampir mirip dengan keadaan kita saat ini. Selain membaca kisah-kisah sukses, jangan lupakan juga untuk membaca bukubuku motivasi dan pengembangan diri sebanyak yang kita mampu. Tentunya, tak hanya akan memberikan inspirasi , tetapi juga akan memberikan tambahan skill kita untuk melangkah mencapai sukses. 3. Cari dukungan. Jika kita memiliki mentor atau setidak-tidaknya teman baik yang bisa diajak diskusi, jangan lewatkan untuk urun-rembuk dengan mereka. Diskusikan keinginan kita atau cita-cita kita dan jangan lupa minta masukan mereka. Umumnya mereka bisa memberikan dorongan yang akan mempertebal kepercayaan diri kita. Diskusi dengan mereka menjadi perlu karena kerap kali seseorang yang begitu menggebu ingin menggapai sesuatu, jadi tidak begitu awas melangkah alias sering melupakan gambaran besarnya. Nah, mentor atau sahabat bisa memberikan masukan yang bisa dipercaya. 4. Catat perkembangannya. Mencatat perkembangan dari apa yang kita kerjakan bukan hal yang sepele. Catatan

5. Rayakan pencapaiannya. Meskipun merupakan pencapaian sementara, pencapaian target dalam setiap tahapan perlu juga diapresiasi. Bentuk apresiasi tak perlu mahal, yang penting ada semacam pengungkapkan rasa syukur bahwa upaya kita membuahkan hasil. Jadi ada hentakkan kecil yang membanggakan. Misalnya, nonton film di bioskop Atau makan siang/malam di suatu tempat yang sebelumnya jarang kita lakukan. Bentuk apresiasi seperti ini akan menguatkan keyakinan dan semangat kita, serta memancing pencapaian-pencapaian pada tahapan-tahapan berikutnya. 6. Belajar dari kegagalan. Di masa lalu kita mungkin mendapat kegagalan yang terus menghantui kita. Jangan biarkan diri kita terfokus pada kegagalan-kegagalan itu sehingga kita merasa tak berdaya. Namun sebaliknya, jadikan hal itu sebagai bahan pelajaran. Evaluasi kenapa kita bisa gagal. Atur kembali cara kita menempuh langkah agar tak gagal lagi. Cara ini bisa dilakukan dengan belajar lebih banyak, menambah keterampilan, atau menambah wawasan sehingga kita bisa makin percaya diri. 7. Nikmati perjalanannya. Mungkin kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, meskipun kita sudah melakukan yang terbaik. Tak perlu putus asa, selama kita konsisten dan berhati-hati, kita sudah berkembang alias tidak jalan di tempat. Nikmati saja perjalanannya karena ini merupakan suatu proses. Jika kita menikmati perjalanannya, kita akan senang melakukan segala sesuatunya, dan itu akan menambah gairah dan kepercayaan diri kita. Nah, sampai sebesar apa motivasi yang Anda miliki untuk menggapai target dan cita-cita? Jika sedang down, langkah di atas layak untuk dicoba. Ingat bahwa sukses itu hak kita. Ayo bangkit! Salam sukses Luar Biasa!

Andrie Wongso


FINANCE

How to Learn from Failure in Business Ask any successful entrepreneur about their path to greatness and you’ll get the same answer: failure is an inevitable part of the journey.

Another benefit to acknowledging the small blessings every day? They help you see the bigger picture, putting disappointments and so-called “failures” in perspective.

It took Thomas Edison 1,000 failed attempts before he finally invented the light bulb. Tim Ferris received 25 rejections before his bestselling book, “The 4 Hour Workweek” was finally published and sold millions of copies.

Review — and renew — your plans often

It’s a fact that 20% of businesses fail in their first year – and many fold before their fifth.

As a rule of thumb, entrepreneurs are advised to review their business plans at least once a year. Why not commit to revisiting them more frequently?

The truth is, building a successful company is typically a very long game. Not every idea is a winner; not every decision yields success. But you can learn from experience, gaining wisdom as you nurture resilience – key ingredients, along with hard work and a pinch of luck, that eventually lead to victory.

One unappreciated benefit of failure is that it can point you toward new unforeseen possibilities – the Plans B, C, and D that ultimately lead to success.

The moment a prospect or project falls through is an ideal time to reflect on what could have been done better, and how you’ll plan to avoid the same mistakes next time around.

A partner parting ways. A disappointing launch. A period of poor cash flow.

Final thoughts As you get set to enjoy the reward of your hard work, don’t fear failure – strive to make “good” mistakes. Think of the journey as a series of experiments, where careful decision making has no guarantees and results can’t always be controlled. Strive, too, to fail in new and original ways – a commitment to innovation rather than attempting the same things and hoping for different results. Lastly, when you think of Edison’s long path to inventing the lightbulb, remember his wise words: “I didn’t fail 1,000 times. The light bulb was an invention with 1,000 steps.”

Your positive outlook can make all the difference, leading to creative solutions when you hit upon those unavoidable bumps along the way.

Disclaimer: The Materials are provided for general information purposes only and are not intended as professional advice and should not be substituted for, or replace, such professional advice.

Here’s how to stay in the game long enough to win, and make the most of failure along the way: Beginner’s mind How differently would you run your business if you saw opportunities for growth in each challenging situation?

Steve Jobs acknowledged his firing from Apple Computers in 1985 as the best thing that could have happened. It allowed him to be a beginner again, to see the way forward with new eyes. “It freed me to enter one of the most creative periods of my life,” Jobs remarked in his 2005 Stanford University commencement speech. Keep a journal For most of us it’s all too easy to stew on the things that didn’t go the way we’d hoped, and forget the unexpected surprises and small wins that brought us closer to our goals. Keep a gratitude journal for your business so you celebrate your company’s small and large successes – and so you recognize those key moments that, in the end, led to your proudest accomplishments.

E virdaersan@seaaccountants.com.au P 03 9689 8895 M 0434 378 718 A 17/31 Queen Street Melbourne, VIC 3000 ( With Appointment Only)

ozip.com.au

33


TRAVEL

Wai-O-Tapu

Mengintip Sumber Air Panas Terbesar di Selandia Baru yang mencakup 18 kilometer persegi ini sebagian besar dapat dicapai dengan berjalan kaki. Daerah ini memiliki sejarah panjang sebagai objek wisata. Kawasan ini telah dilindungi sejak 1931. Beroperasi dengan nama “Wai-O-Tapu Thermal Wonderland”, bisnis ini dibeli dari keluarga Sewell / Leinhardt, yang telah menjalankannya selama 30 tahun pada tahun 2012 oleh Te Arawa Group Holdings, sebuah bisnis suku Maori lokal. Di Wai-O-Tapu, Jalan Tol Selandia Baru 38 dimulai, melintasi Hutan Kaingaroa, melewati Murupara, dan kemudian dilanjutkan dengan jalan yang tidak beraspal melalui pegunungan Te Urewera, sepanjang Danau Waikaremoana ke Wairoa di perbatasan Hawke Bay. Pengunjung yang mengamati presentasi tentang Lady Knox Geyser Musim panas merupakan musim terbaik untuk mengunjungi Selandia Baru. Atmosfer negara ini yang dingin berpadu dengan cuaca yang hangat menyebabkan banyaknya turis mancanegara berkunjung ke negara indah ini. Namun sayangnya, popularitas destinasi ini di musim panas menyebabkan harga-harga tiket pesawat dan hotel pun melambung. Bahkan, tidak jarang kita tidak pula kebagian tiket jika tidak memesan dari jauh hari. Bagi Anda yang khawatir akan suhu Selandia Baru yang dingin, Anda tidak perlu khawatir untuk mengunjunginya di musim lain. Terdapat banyak

34

ozip.com.au

destinasi yang menawarkan kehangatan untuk para pengunjungnya, misalnya Waiotapu. Waiotapu, yang biasa juga dieja dengan Wai-O-Tapu (dalam bahasa Māori berarti “perairan suci”) adalah daerah di ujung selatan Pusat Volkanik Okataina yang menyimpan panas bumi aktif, tepat di bagian utara kaldera Reporoa, di Taupo Volcanic Zone Selandia Baru. Waiotapu berlokasi 27 kilometer di selatan Rotorua. Sebagai salah satu daerah yang berada di jalur Ring of Fire, daerah ini memiliki banyak mata air panas yang kaya warnanya, termasuk diantaranya Lady Knox Geyser, Kolam Sampanye, Palet Artis, Primrose Terrace, dan kolam lumpur yang mendidih. Daerah panas bumi

Saya sendiri mengunjungi Selandia Baru di musim semi saat hawa sejuk dari musim dingin masih terasa. Namun Lady Knox Geyser


TRAVEL

Sedia jas hujan saat berpetualang di musim sepi Area bersulfur tinggi di kawasan Wai-O-Tapu

tidak bisa dipungkiri bahwa dalam perjalanan, saya kerap kali terjebak hujan dan kabut saat mengeksplor negara indah ini. Meskipun demikian, saya tetap dapat merasakan hangatnya nuansa Waiotapu di kala hujan. Wai-O-Tapu Thermal Wonderland ini buka setiap hari, 365 hari dalam setahun termasuk hari-hari libur nasional. Jika Anda membeli tiket di lokasi, disarankan untuk menyelesaikan pembelian tiket Anda jam 10 pagi. Namun apabila Anda telah membeli tiket online, Anda bisa langsung ke Geyser Lady Knox untuk pertunjukan Lady Knox Geyser pada pukul 10.15 pagi. Luangkan waktu setidaknya tiga jam untuk melihat semua situs yang ada di lokasi ini dan nikmatilah taman panas bumi paling berwarna di Selandia Baru.

Area bersulfur tinggi di kawasan Wai-O-Tapu

Kawasan yang harga satu tiketnya senilai $32.50 untuk orang dewasa dan $11 untuk anak-anak ini terbagi menjadi tiga tempat utama, yaitu Lady Know Geyser, Mud Pool, dan Geothermal Park. Lady Knox Geyser memberikan kesempatan unik untuk melihat letusan yang dapat mencapai ketinggian 10 hingga 20 meter dan Geothermal Park sendiri terbentuk dari aktivitas vulkanik yang memakan waktu ribuan tahun. Mud Pool merupakan kolam lumpur terbesar di Selandia Baru yang awalnya merupakan lokasi gunung lumpur besar yang dihancurkan melalui erosi pada tahun 1920-an. Wai-O-Tapu Thermal Wonderland dianggap sebagai objek wisata geotermal yang paling penuh warna dan beragam di Selandia Baru dan tetap kian menjadi destinasi yang diminati pengunjung. Jadi bagi Anda yang khawatir akan dinginnya cuaca di Selandia Baru di musim-musim lain selain musim panas, kalian bisa menghangatkan diri di pulau utara, khusunya di Wai-O-Tapu Thermal Wonderland. Pengalaman anda bersama lumpur dan kawah panas disini akan mengingatkan Anda terhadap nuansa Kawah Putih dan Lumpur Lapindo yang ada di Indonesia. Bisa jadi perjalanan ke Selandia Baru seperti perjalanan untuk menemukan rumah kedua anda di tanah asing. Teks dan foto: Siti Mahdaria ozip.com.au

35


EVENT

Menyambut Konferensi “Chinese Indonesians: Identities and Histories”: Mari Blak-Blakan Bicara tentang Tionghoa Topik tentang etnis Tionghoa di Indonesia selalu hangat dibahas. Ketika bicara tentang Tionghoa di Indonesia, kita tak hanya bicara soal etnisitas dan budaya, namun spektrumnya lebih luas dari itu. Hal inilah yang menjadi alasan kuat bagi Herb Feith Centre (HFC) di Monash University menyelenggarakan konferensi bertajuk “Chinese Indonesians: Identities and Histories”. Konferensi yang akan dihelat tanggal 1-3 Oktober 2019 mendatang ini akan menghadirkan Dr Karen Strassler (Queens College and CUNY Graduate Center, USA) dan Dr Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI) sebagai keynote speaker. Para akademisi dipersilakan mengirimkan makalah yang bertujuan menjawab empat pertanyaan besar seputar etnis Tionghoa di Indonesia, yaitu 1) keterkaitan antara pemahaman mengenai ras dan etnisitas dengan pembangunan dan pembentukan identitas politik baik di Indonesia maupun secara global; 2) perubahan yang terjadi dalam politik rasial di Indonesia sejak jatuhnya Orde Baru; 3) tren baru dalam kajian Tionghoa-Indonesia; dan 4) temuan-temuan baru dalam area studi ini. Konferensi ini tidak membatasi hanya pada empat topik besar tersebut. Alihalih, ia sekadar pintu untuk memasuki ruang-ruang diskusi yang lebih luas, “misalnya soal pembentukan identitas, sejarah, bahasa, ekonomi dan politik, hingga soal konstruksi sosial,” ujar Prof. Ariel Heryanto, Direktur HFC saat ditemui OZIP Kamis (29/3) lalu. Ia menyebutkan beberapa contoh rencana panel penyajian makalah yang sedang dipersiapkan calon peserta, seperti “seksualitas di kalangan etnis Tionghoa”,

36

ozip.com.au

“Muslim Tionghoa di Indonesia”, “Seni visual dan ketionghoaan”, “Bahasa Melayu Tionghoa dalam novel”, dan sebagainya. Berbeda dengan konferensi pada umumnya, Herb Feith Centre bercitacita agar konferensi kali ini tak cuma mempertemukan para akademisi yang memiliki ketertarikan dan keahlian dalam topik-topik riset yang berkaitan dengan Tionghoa. “Konferensi ini juga akan menjadi ajang berkumpul bagi siapapun yang tertarik dengan masalah ketionghoaan, tidak peduli apa latar belakangnya dan apakah ia akademisi atau bukan,” tambah Prof. Ariel. Karena itulah, selain menghadirkan panel-panel yang membahas Paper Presentations hasil riset tentang etnis Tionghoa, konferensi ini juga mengundang individu atau kelompok untuk terlibat dalam Roundtable Discussions dan Exhibition.

Roundtable Discussion akan menghadirkan topik-topik diskusi yang diusulkan langsung oleh peserta. Sementara, Exhibition akan menampilkan karya seni serta pertunjukan musik dan tari pameran foto tentang Tionghoa, juga pameran koleksi perpustakaan Monash University yang berkaitan tentang etnis tersebut. “Bahkan, akan ada demo memasak Chinese food juga,” ujar Anita Dewi, librarian sekaligus Research and Learning Adviser di Monash University

Library yang akan bertanggung jawab pada penyelenggaraan kegiatan Exhibition. Dr Jemma Purdey, Research Fellow di Faculty of Arts Monash University yang menjadi ¬Co-Coveners konferensi ini bersama Prof. Ariel menekankan sisi inklusivitas Exhibition ini. “Siapapun bisa terlibat dalam konferensi ini, dan kami cukup percaya diri kami dapat mengundang banyak orang untuk hadir,” ujarnya. Prof. Ariel mendukung pernyataan ini, “keynote speaker-nya saja bukan orang Tionghoa,” selorohnya. Panitia konferensi mendorong munculnya topik diskusi yang lebih variatif. Selama ini, kita terlalu sering mendengar sesuatu yang sangat negatif maupun positif tentang etnis Tionghoa. “Konferensi diharapkan memunculkan suara-suara yang berbeda, misalnya masalah hipernasionalisme yang melanda bangsa kita. Selama ini kita memuja etnis Tionghoa Indonesia yang – misalnya – menang di kejuaraan bulutangkis, membawa nama Indonesia. Lalu kita ingin tahu, apakah bisa seorang Tionghoa-Indonesia disebut sebagai warga negara yang baik tanpa harus menjadi nasionalis?” ujar Prof. Ariel lagi. Bagi Anda yang tertarik untuk mempresentasikan hasil penelitian, mengusulkan topik untuk Roundtable Discussion, maupun mendaftarkan materi untuk Exhibition, Anda masih punya waktu hingga 15 Mei 2019. Sementara itu, pendaftaran untuk menjadi peserta konferensi kategori Early Birds dibuka hingga 30 Juni. Info lengkap bisa Anda dapatkan di website resmi konferensi: https://cvent.me/4951w. Teks: Pratiwi Utami Foto: Pratiwi Utami, Yacinta Kurniasih


INFO atau 4 tahun.� jelas Geraldine, seorang guru musik dari Singapura yang saat ini sedang studi Master of Music (Performance Teaching) di University of Melbourne. Geraldine juga menambahkan bahwa orang tua bisa membuat anak mereka tertarik belajar musik dengan sering-sering memperdengarkan lagu-lagu yang disukai anak-anak mereka. Biasanya anak kecil akan bergoyang sebagai tanda mereka menikmati lagu itu. Geraldine juga menyarankan pentingnya memilih guru yang tepat untuk anak Anda. Carilah seorang guru atau lembaga pengajar musik yang memang berfilosofi untuk mengajarkan musik ke anak didiknya, bukan sekedar membantu anak-anak ini untuk memperoleh sertifikat.

Musik dan Anak-anak Dikutip dari Bright Horizon, sebuah studi tahun 2016 di Brain and Creative Institute dari University of Southern California mengungkapkan bahwa pengalaman bermusik di masa kanak-kanak sebenarnya dapat mempercepat perkembangan otak, khususnya di bidang penguasaan bahasa dan keterampilan membaca. National Association of Music Merchants Foundation (Yayasan NAMM) juga menambahkan bahwa belajar memainkan instrumen dapat meningkatkan kemampuan berhitung.

Audjung Puwajaroonkul, seorang terapis musik dari Thailand yang saat ini sedang melanjutkann studi Master of Music Therapy di University of Melbourne juga mengungkapkan bahwa sebaiknya orang tua tidak memaksa anak mereka untuk belajar musik, biarkanlah hingga ketertarikan itu muncul dihati anak-anak tersebut. “Ketika bermusik menjadi panggilan hati, maka anakanak ini akan mengambil manfaat yang besar dari belajar music. Contohnya seperti meningkatkan konsentrasi mereka, menjadi lebih sabar, dan menjadi lebih disiplin.� papar Audjung. Kesimpulannya, mengajarkan musik kepada anak-anak sejak usia dini akan sangat berperan penting membantu mengembangkan pola pikir anak dan mengembangkan keseimbangan gerak motorik anak. Namun tentunya akan sangat lebih terasa manfaat tersebut apabila si anak memutuskan sendiri untuk bermusik sebagai bentuk panggilan hati. Teks: Siti Mahdaria

Musik berperan penting dalam meningkatkan keterampilan, intelektual, sosial-emosional, motorik, bahasa, dan keaksaraan keseluruhan. Hal ini dikarenakan musik mampu membantu tubuh dan pikiran bekerja secara sinergis. Mengenalkan musik kepada anak-anak membantu mereka memahami makna bunyi dan kata, sedangkan menari dengan musik membantu mereka membangun keterampilan motorik dan melatih mereka untuk mengekpresikan diri. Sementara untuk orang dewasa, musik membantu memperkuat keterampilan daya ingat. Dan yang paling penting adalah musik mampu membawa kegembiraan. Orang tua bisa mengenalkan musik kepada balita dengan cara memutarkan lagu yang lucu berulang-ulang. Biarkan balita mengikuti iramanya dengan bertepuk tangan dan menggoyang-goyangkan badannya. Bagi anak sekolah dasar, guru bisa mengenalkan musik dengan bernyanyi bersama di kelas. Dan bagi remaja, musik tidak hanya hiburan, tetapi juga merupakan sebuah bentuk sosialisasi dan pupuk persahabatan. Pada masa inilah para remaja biasanya mulai serius belajar musik. Bahkan tidak jarang dari mereka yang mulai membentuk group brand mereka sendiri dan tampil di berbagai acara sekolah. Kemudian timbul pertanyaan, umur berapakah yang tepat bagi seorang anak untuk belajar musik? “Saya tidak bisa menyebutkan satu angka yang pasti, tetapi sudah seyogyanya musik diperdengarkan sejak bayi lahir. Tetapi orang tua bisa mulai mengenalkan alat musik kepada balita sejak umur 3 ozip.com.au

37


PROFIL

Mrs. Roswita

Bridging Australia and Indonesia One Step at a Time and translating. In 1979 she established the Indonesian language program on Radio 3EA which merged to become the SBS where she was its main broadcaster until 1993 when she took up a position as Vice President (Public Affairs) for Freeport McMoran Copper and Gold in Jakarta. This position was also based on her bi-culturalism as Freeport needed someone to represent them in the Indonesian establishment.

Culture reflects the unspoken and unwritten rule of a society. It governs the code of conduct, mannerism and lifestyle of the people bound by the societal rules. Before globalisation kicks in and becomes so crucial to many, rarely do we ever come across the assimilation of two starkly different cultures into one. Yet, we find that the union of different cultures into one often gives birth to a beautiful understanding and respect for the people involved. We see ourselves more open toward others’ life choices and find ourselves more tolerant of differences, further enhancing the relationship between different people. But of course, like other endeavours, the road to cultural awareness and tolerance has its share of difficulties. Problems occur and mistrust may develop but the occasional difference in opinions should not deter people from familiarising themselves with the culture. This belief is strongly held by Ibu Roswita Nimpuno Khaiyath. Born from Dutch-Indonesian parents in Surabaya, Indonesia, she was 3 months old when her parents moved to Amsterdam before returning to Indonesia with her family 7 years later. Growing up in Indonesia she has always been bi-

38

ozip.com.au

lingual and bi-cultural. In 1973, she moved to Melbourne at the invitation of Radio Australia’s Indonesian service. She immediately became very active in the (then very small) Indonesian community in Melbourne. Her active role in promoting IndonesiaAustralia relationship and spreading cultural awareness of both Indonesia and Australia’s different lifestyle have driven her from being a broadcaster for Radio Australia Melbourne, a Bilingual Information Officer for the Department of Immigration and Ethnic Affairs Melbourne and Lecturer in Charge for Indonesian Studies Department at Deakin University where she established the first double degree (BA/BBuss) and the Post-grad diploma in Interpreting

MC INDOFEST, Adelaide

She is also the founder and Managing Director of AUSTRALINDO BUSINESS SERVICES, assisting Australia businesses interested in opening a branch office in Indonesia and conducting combined tours to Indonesia for Australian business executives. The company also provides cross cultural seminars and conferences on top of its translating and interpreting services which aligns with her interest in promoting collaboration and understanding between Indonesia and Australia. Highly passionate about the community as well, Ibu Roswita also played a crucial roles in community engagements and groups such as the Indonesia Satay Festival in Melbourne and IndoFest in Adelaide– all for the sake of promoting cultural awareness. Having travelled to more than 70 countries, she has developed a strong sense of cultural differences. When she relocated to Adelaide in 2003, she immediately established the Indonesian program on Radio 5EBIFM (she is a member of the Board of Management). In 2004, when the tsunami devastated Aceh, she set up Network for Tsunami Aceh (NTA) and worked with Australians and Indonesians to raise funds for the victims of the disaster and take the money to Aceh for distribution. Despite the seemingly stagnating effort in terms of Indonesia-Australia cultural exchange and awareness, she still believes in the hope that one day, both


PROFIL

Dengan crew 5EBI-FM Andy Asiandi, Tufel Mursyadad, Sari Eka Wayhu, Tri Hakim, Muhammad Naufal Fadhil.

countries will be able to pool their resources and encourage their people into learning more about each other better. She shares her belief that young people play a crucial role in shaping this cultural awareness in the future and encourages Indonesian youths to befriend and get to know Australians better and vice versa. “Too often Indonesians only socialise with other Indonesians whilst they live in Australia and that’s a shame because they should learn about the Australian way of life”. This way, each side is able to share his/her own cultural norm with the other

Bersama pak Najib (Dubes Indonesia), Martin Haese (Lord Mayor of Adelaide) dan istrinya Genevive Haese

through cultural exchange. What follows suit is, of course, what every community group wishes for – cultural awareness and respect for each other. Even now, she is still actively involved in realising her dream of one day assimilating Indonesia and Australia.

Kasih aktif di Salihara dengan Debra Yatim

passing on the baton to the young ones.” After all, who better to trust with the future than the next generation? Text: Edward Tanoto Photos: Roswita Nimpuno Khaiyath

As the interview concluded, she left a strong message that seems almost prophetic in itself, “I am simply laying the foundation for the future. I am already

ozip.com.au

39


Advertise Here!

Melbourne contact - Lydia 0430 933 778 Canberra contact - Bintang 0431 563 249 Brisbane contact - Aland 0403 730 858 email:adsales@ozip.com.au

40

ozip.com.au


PRE-EVENT

AIRLINES & TRAVEL AGENTS

FINANCES & MORTGAGES

ORGANISATIONS

RESTAURANTS

GARUDA INDONESIA A Lev 1, 30 Collins St, Melb VIC 3000 T 1300 365 330 F 1300 365 364

SEA Accountant Registered Tax Agent & Public Accountant A 17/31 Queen Street, Melbourne, VIC 3000 T 03 9689 8895 M 0434 378 718 E virdaersan@seaaccountants.com.au

IKAWIRIA INC (IKATAN WARGA INDONESIA DI VICTORIA) PO BOX 479, Glen Waverley, VIC 3150 T 9803 8388 F 9802 6996

KILLINEY KOPI TIAM 114 Lgon St., Carlton (03) 9650 9980

AR HOMELOANS 2 EDINBURGH ST, CLAYTON VIC 3168 T +613 8510 9847 M 0450 420 908 and 0401 255 655 F +613 9478 0195

PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA AUSTRALIA (PPIA) Cab. Victoria W www.ppia-vic.org

EXTRAGREEN City Head Office / T 9623 9900 A 260 Swanston St, Melb VIC 3000 Glen Waverley / T 9561 0311 A Shop 3, 53 Kingsway, Glen Waverley VIC 3150 Box Hill / T 9899 2788 A 537 Station St Box Hill 3128 W www.extragreen.com E enquiries@extragreen.com.au EXTRA TRAVEL 4 Ashburn Grove Ashburton VIC 3147 T 9885 0008 E info@extratravel.com.au W www.extratravel.com.au

BEAUTY SALON CANTIQUE SKIN & BEAUTY CLINIC A172 Harcrest Blvd Wantirna South 3152 T 9755 6846 M 0413 770 929 CHURCHES/FELLOWSHIPS KOOYONG: Gereja Indonesia Anglican 466 Glenferrie Road Kooyong 3122 Church Service & Sunday School : hari Minggu jam 12 siang Reverend Kuncoro Rusman ph: 0408570967 e: kuncoro@rusman.com.au END-TIME CHURCH OF CHRIST A Cnr. Willesdan Rd & Warrigal Rd, Oakleigh VIC 3166 M 0402 124 037 Emmanuel Baptist Church Kebaktian Minggu: 10.30 am - 12.30 pm 524-530 Elizabeth St., Melbourne Sony: 0425840823 Elvi: 0413557202 4:00pm - 5:30pm : 2 Lum Road, Wheelers Hill Pdt. Victor Liu: 0416621226 ENSAMPLE CHURCH - GEREJA KELUARGA KRISTEN INDONESIA Sunday Service & Sunday School 11am 224 Danks St Albert Park Vic 3206 Contact Ruth +61468392337 GEREJA BETHANY INTERNATIONAL A 29-37 Ballantyne Street, South Melbourne T 03 9699 9077 W www.bethanymelb.org.au GEREJA REFORMED INJILI INDONESIA 552 City Road, South Melbourne-VIC 3205 Sunday Service: 10am (Interpreter provided) English Service: 4pm (starts: March 5, 2017) Sunday School: 10am Persekutuan Doa: Rabu 7pm Persekutuan Pemuda: Sabtu 2pm Persekutuan Dewasa Muda: Week1&3 4.30PM Pdt. Budy Setiawan, M.Div 0433 944 584 www.griimelbourne.org INDONESIAN CHRISTIAN CHURCH (ICC) Kebaktian pagi Bahasa Indonesia: Minggu, 10.30.am Werner Brodback Hall 156 Collin St, VIC 3000 M 0402 310 402 W www.icc-melbourne.org INDONESIAN PRAISE CENTRE (IPC) A 514 Dandenong Rd, Caulfield North 3161 Melway Ref 59B10 Pendeta: Rev Agus Budiman M 0405 757 580 W www.ipc-online.net KELUARGA KATOLIK INDONESIA Gereja St. Joseph Setiap minggu kedua 11.00am A 95 Strokes St, Port Melb, VIC 3207 Gereja St. Pascal Setiap minggu keempat 11.00am A 98-100 Albion Rd, Box Hill 3128 M 0405 282 261 (Heru) Melbourne Praise Centre 1536 Malvern Road Glen Iris VIC 3146 www.melbournepraisecentre.org.au PLACE OF JOY (POJ) Sunday 11.00am Victoria University Conference Room Lv 12 A 300 Flinders St, Melb, VIC 3000 M 0431 155 886 (Pastor Yuwandi) W www.placeofjoymelbourne.org REPLIQUE INDONESIAN CHURCH Indonesian Campus Ministries Basement, 58 Franklin St, Melbourne VIC 3000 Kebaktian Minggu: 10.30 pagi Fellowship Jumat: 6.00 sore info@repliqueministry.org SIDANG BAPTIS INDONESIA (Indonesian Baptist Congregation) Sunday Service : 4.30pm A 517 Whitehorse Rd, Surrey Hills VIC 3127 W www.sbimelbourne.org.au E bpi@sbimelbourne.org.au

COMMUNITY NETWORK T 9679 9672 F 9679 9684 M 0405 282 261 E robert_prasetyo@yahoo.com.au YC FINANCES T 9830 8010 F 9830 8381 W www.ycfinance.com.au E info@ycfinance.com.au FREIGHT ALLTRANS INDO CARGO A 19 Cresswell Avenue, Williams Landing, VIC 3027 M 0401 586 721 / 0408 334 418 (Indria) P/F (03) 8360 9848 W www.alltransindocargo.com.au E info@alltransindocargo.com.au UNIAIR CARGO AUSTRALIA - MELBOURNE A Unit 6 / 25 Osarry St, Mascot, NSW 2020 M 0402 689 100 (Inge) W www.uniaircargo.com.au E melbourne@uniaircargo.com.au

INDONESIAN EMBASSY KEDUTAAN BESAR RI UTK AUSTRALIA A 8 Darwin Avenue, Yarralumia, ACT 2600 T 02 6250 8600 W www.kbri-canberra.org.au KONSULAT JENDERAL RI UNTUK VICTORIA & TASMANIA A 72 Queens Road, Melbourne, VIC 3004 T 03 9525 2755 W www.kjri-melbourne.org KONSULAT JENDERAL RI UNTUK NSW A 236-238 Maroubra Rd, Maroubra, NSW 2035 T 02 9344 9933 W www.kjri-sydney.org

PERWIRA INC. (Perhimpunan Warga Indonesia di Victoria Inc) PO BOX 71, Nunawading 3131 T 9701 5238 W www.perwira.com.au E info@perwira.com.au REAL ESTATES iPROPERTY Gus Koesasih A Suite 307/227 Colliins St., Melbourne VIC 3000 T 9639 9280 M 0430 888 838 LOCKSMITHS JULIUS LOCKSMITH AND HANDYMAN 24 hours service, MLAA member Free quote, Lock out T 9530 9326 M 0407 543 798 (Julius) TRANSLATORS DR. RON WITTON (Indonesia-Inggris) A: 22 Moore St, Austinmer, NSW 2515 M: 0409399 752 E: rwitton44@gmail.com Web: http://ronwitton.blogspot.com.au/ EXPRESS TRANSLATION - SEHARI JADI Ratri Kumudawati - NAATI accreditation Level 3 1 Ironbark Grove Bella Vista (Sydney) NSW 2153 M 0414 957 181 E: indooz@iinet.net.au THOMAS HARDING (NAATI Indonesia – Inggris) A 8 Market Street Kensington Victoria 3031 M 0401233053 E thomasindo@bigpond.com

Shalom Indo Restaurant 474 Little Lonsdale St. Melbourne VIC 3000 Ph 9600 0802 Thaiger Rabbit 391 Victoria St. Abbotsford, VIC 3067 (03) 9077 5891 Pondok Bamboe Kuning 354 Clayton Road, Clayton, VIC 3168 (03) 9544 2466 Nelayan Indonesian Restaurant 265 Swanston St, Melbourne VIC 3000 (03) 9663 5886 768 Glenferrie Rd, Hawthorn, VIC 3122 (03) 9819 3115 Chokolait Shop 342 - Level 3, Emporium 287 Lonsdale Street, Melbourne, VIC 3000 (03) 9662 4235 West Wok Shop 11, Campbellfield Plaza 1434 Sydney Road, Campbellfield 3061 (03) 9359 2619 DENTIST Dr. Salim Sjaifuddin 1122 Burke Rd, Balwyn North VIC 3104 T 9859 3533 W www.beautifulsmile.com.au E info@beautifulsmile.com.au The Dental Suites Dr Donny Mandrawa Balwyn, ph 98579966 Point Cook, ph: 9395 8388 Grey Street Dentist Casa Milano Building, 20 Grey Street, St Kilda, Melbourne T (03) 9534 4017 E greydentist@gmail.com Q1 DENTAL St. Kilda Rd Towers, Level 1, suite 137 1 Queens Rd, Melbourne VIC 3004 T 9078 1955

MIGRATION AGENTS YNJ MIGRATION CONSULTANT Suite 905, Level 9, 227 Collins Street Melbourne Victoria 3000 T 9650 0895 M 0430 588 899 E yapit@tpg.com.au JKN MIGRATION CONSULTANT Level 3, Suite 312/343 Little Collins Street Melbourne VIC 3000 Australia T 03 9008 9696 M 0404 284 500 E jimmy@jknmigration.com.au MOSQUE A 660 Sydney Rd, Brunswick 3056 Melway Ref:29H6 T 9386 8423 A 19 Michael St, Brunswick 3056 Melway Ref: 29G9 T 9387 8783 / 9387 1700 A 31 Nicholson St, Coburg 3058 Melway Ref: 29K4 T 9386 5324 M 0438 194 640 A 201 Sayers Rd, Truganina 3030 Melway Ref: 203C7 T 9369 6010 A 320-324 Huntingdale Rd, Huntingdale 3167 Melway Ref: 69J10-J11 T 9543 8037 M 0409 313 786 A Hudson Circuit, Meadow Heights 3048 Melway Ref: 179H12 A 66-68 Jeffcott St, West Melb 3003 Melway Ref: 2EK2 43E7 T 9328 2067 / 9328 2382 A 90 Cramer St, Preston 3072 Melway Re: 18D12 T 9470 5936 / 9470 2424 CAR MAINTENANCE Pro R 10/11 Swift Way Dandenong South Mon-Fri 8am to 5pm Saturday 8am to 1pm 0413 526 614

WANTED Mike KELLY

BURGLARY AND THEFT - WERRIBEE SATURDAY, 19 JANUARY 2019 DATE OF BIRTH: 17 November 1972 HEIGHT: 180cm BUILD: Solid/ Obese EYES: Brown HAIR: Grey COMPLEXION: Caucasian

Mike KELLY failed to appear at the Latrobe Magistrates’ Court on Thursday, 3 August 2017 for alleged offences including theft, carrying a controlled weapon and possession of Methyl-Amphetamine. Two warrants have been issued for the arrest of the 45-year-old. KELLY was previously known to frequent the Morwell area. Police believe he is currently residing on the streets of Melbourne.

Police are seeking to identify a man after an alleged burglary and theft in Werribee on Saturday, 19 January 2019. At around 12am, a man allegedly forced entry into a Ballan Road stadium before stealing a number of electronic computer items from the reception area. Police have released CCTV images of a man whom they believe may be able to assist in their inquiries. This man is perceived to be Caucasian in appearance and aged in his 30’s with a beard. He was wearing a black cap and a white American New York baseball jersey. If you know something, say something. Report information confidentially to Crime Stoppers on 1800 333 000 or report online at www.crimestoppersvic.com.au. (Reference number: CSV3188)

(Reference number: WTD1561) If you know something, say something. Report information confidentially to Crime Stoppers on 1800 333 000 or report online at www.crimestoppersvic.com.au.

EDUCATION AGENT NEXT LINK Level 3, Suite 312/343 Little Collins Street Melbourne VIC 3000 Australia T 03 9077 6622 ozip.com.au E info@nlstudy.com.au

41

ozip.com.au

41


EVENT

Unfold the Wonder of Societal Project 2019

42

ozip.com.au

Setelah kesuksesan acara tahun lalu, Perhimpunan Pelajar Australia Indonesia RMIT University tahun ini kembali mempersembahkan salah satu acara eksternalnya yaitu Societal Project 2019. Acara tahunan ini adalah networking event terbesar PPIA RMIT yang bertujuan untuk mengajak para pelajar Indonesia di Melbourne untuk bersosialisasi dengan sesama pelajar-pelajar Indonesia lainnya sambil menikmati acara yang sudah dikemas secara unik dan seru ditengah-tengah penat dan sibuknya dunia belajar. Melalui acara ini, kami bertujuan agar para tamu dapat memperluas koneksi satu dengan yang lain. Selain itu, meskipun pelajar-pelajar di Victoria berasal dari latar belakang dan universitas yang berbeda, kami berharap acara ini dapat menjadi sarana bagi para peserta untuk bersosialisasi.

akan terlupakan. Berbeda dengan tahun sebelumnya, acara ini akan diselengarakan di Baroq House, Melbourne CBD yang memiliki konsep restaurant mewah dan tentu saja menyuguhkan sajian dengan kualitas papan atas. Kami yakin bahwa para peserta tidak akan menyesal untuk hadir di acara kami dan menikmati fasilitas, makanan beserta acara-acara yang telah disiapkan dengan sedemikian rupa. We promise, it is going to be your magical night!

Societal Project selalu mengangkat tema yang unik dan berbeda setiap tahunnya. Pernahkah kamu bermimpi menjadi salah satu karakter dongeng favoritmu? Inilah kesempatanmu untuk merasakannya! Kini, Societal Project 2019 bertemakan “Fairy Tale: Hand in Hand Towards the Rainbow End� yang akan dimeriahkan dengan live music, performances, bands dan beragam games yang tentunya menarik dan tak

Contact Person: Yowanda Putri +61 450 265 856 Jovita Octaviani +61 410 712 110

Yuk check dan follow Instagram kita @ SocietalProject untuk informasi lebih lanjut mengenai waktu, tanggal dan harga tiket serta promosi lainnya! Jangan sampai kelewatan ya! Let’s unfold the wonder of Societal Project 2019 and we hope to see you guys there!


ozip.com.au

43


FOOD REVIEW

Sajian Cita Rasa Lokal ala Warung Kartini Berburu makanan khas Indonesia memang selalu menyenangkan karena bisa mengobati rasa rindu akan kampung halaman. Warung Kartini yang merupakan salah satu restoran Indonesia yang beralamat di 14A Atherton Rd, Oakleigh ini menawarkan cita rasa yang autentik dalam penyajian masakannya. Untuk menemukan letak lokasi restoran ini cukup mudah karena dekat dengan stasiun Oakleigh. Ketika berbincang dengan sang pemilik yang merupakan pasangan suami istri Stephen Eric Tejo dan Vina Riong, mereka mengemukakan bahwa awalnya mereka memulai bisnis mereka sebagai jasa katering rumahan. Namun karena permintaan pesanan yang semakin banyak, akhirnya mereka memutuskan untuk menjajaki peluang membuka bisnis restoran. Vina Riong yang bertugas sebagai juru masak menceritakan bahwa awal mula beliau terjun ke dunia kuliner adalah karena kegemarannya melihat video – video kompetisi masak di Youtube sembari belajar secara otodidak. Harga yang ditawarkan di restoran ini berkisar dari $9 hingga $ 22.5 untuk menu special.

44

ozip.com.au

Berikut beberapa menu yang ada di restoran Warung Kartini:

1. Sate Ayam Untuk menu ini, Anda bisa menikmati 5 tusuk sate ayam dengan porsi yang cukup besar dan juga tentunya sambal kacang yang nikmat. Selain itu, menu ini juga disajikan dengan lontong terasa sangat pas. Paduan antara sambal kacang dan lontong dijamin membuat siapa saja yang menyantap menjadi ketagihan.

2. Batagor Bandung Rasa batagornya sangat crispy dan tahunya terasa begitu lembut. Paduan saus kacang dan sambalnya juga pas karena porsinya yang cukup besar dijamin akan membuat Anda merasa kenyang. Makanan khas Bandung ini tentunya bisa juga dijadikan pilihan apabila Anda tidak ingin makan makanan yang terlalu berat.


FOOD REVIEW

3. Nasi Goreng Kampung Varian nasi goreng ini cukup lengkap dengan tambahan telur, daging ayam, kerupuk, acar serta mentimun yang ketika disantap sangat pas rasanya dan mengingatkan akan masakan khas rumahan. Menu ini rasanya sangat pas pada saat makan malam karena memang porsinya yang cukup besar.

4. Mie Ayam Untuk yang menggemari sajian ini, Anda harus menyempatkan diri untuk mencoba menu yang selalu jadi primadona ini. Mie yang memang dibuat sendiri oleh sang pemilik ini sangat lembut teksturnya dan juga dilengkapi dengan sajian kerupuk pangsit. Perpaduan antara masingmasing bumbu tentunya menambah semarak sajian mie ayam ini.

5. Bubur Candil Salah satu makanan pencuci mulut yang wajib dicoba juga ketika berkunjung kesini karena rasanya yang segar dan manis ini cocok dinikmati untuk kudapan penutup. Bubur ini sangat cocok untuk dinimati ketika cuaca sedang dingin karena dapat menghangatkan suasana dan badan.

6. Risoles Mungkin Anda sering menjumpai ukuran risoles yang kecil kerap disajikan di restoran yang berbeda, tetapi lain halnya dengan risoles yang disajikan di Warung Kartini. Varian risoles yang berisi keju ini porsinya cukup besar dan sangat pas untuk dinikmati tidak hanya oleh warga Indonesia tetapi juga oleh warga lokal. Rasanya juga begitu empuk dan gurih.

7. Udang Bakar (Menu spesial tiap akhir pekan) Sajian udang bakar ala Warung Kartini sangat pas di lidah. Ditambah dengan sambal baladonya yang cukup pedas, udangnya pun terasa jauh lebih nikmat daripada udang bakar biasa. Teksturnya juga tidak terlalu keras dan hasil pembakarannya cukup matang sehingga tidak sulit dikunyah. Porsi udang yang lumayan besar ini juga bisa dinikmati bersama oleh 2 orang sembari saling berbagi kelezatannya.

Selain menu-menu ini, ada juga varian menumenu lainnya yang bisa Anda pesan seperti gado-gado, pempek, plecing kangkung dan ayam geprek. Anda juga bias menikmati dessert khas seperti es cendol, es teler dan es kacang merah yang sangat segar dan lezat. Restoran ini juga selalu berupaya memberikan varian baru dengan konsep special, termasuk menu – menu khusus yang terbuat dari bahan – bahan seafood seperti udang bakar dan yang hanya tersedia di akhir pekan. Pengunjungnya pun tidak hanya dari warga Indonesia namun juga warga-warga lokal yang turut singgah untuk menikmati kuliner Indonesia. Teks: Destari Puspa Pertiwi Foto: Devina Krismarina

ozip.com.au

45


ADVERTORIAL

KARTINI JAMAN NOW IRONIC COMEDY OLEH SAKDIYAH MA’RUF SEGERA MENGHIBUR MASYARAKAT DI MELBOURNE !!! Dengan tema “ Kartini Jaman Now“, Komika Tunggal Sakdiyah Ma’ruf tampil dalam rangka memperingati Hari Kartini 2019 yang diadakan pada hari Sabtu 4 Mei 2019. Kartini adalah salah satu pahlawan nasional yang memperjuangkan emansipasi perempuan Indonesia. Perjuangan ini bukanlah komedi, tetapi kita dapat menggunakan komedi untuk melihat masih banyak ironi yang dihadapi oleh perempuan Indonesia. Sakdiyah Ma‘ruf, perempuan yang dilahirkan dalam sebuah keluarga keturunan Hadrami-Arab di Pekalongan, Jawa Tengah. Dia menggambarkan masyarakat di mana dia dibesarkan sebagai masyarakat yang sibuk dengan identitasnya sebagai keturunan Arab dan merasa memiliki pandangan akan ajaran Islam yang paling benar dan paling murni dari masyarakat lain di Indonesia. Sakdiyah mengeluh selama hampir satu dekade setelah pengenalan demokrasi, Indonesia telah menyaksikan pertumbuhan yang signifikan dari kaum Muslim ekstremis yang tidak mentolerir wanita dan minoritas untuk berbicara. Sakdiyah menggunakan komedi sebagai cara untuk menantang ekstremisme Islam dan kekerasan terhadap perempuan. Melalui panggung komedi, Sakdiyah sering menyuarakan kegelisahannya terhadap sikap radikal yang ditunjukkan sebagian warga keturunan Arab di Indonesia. Terjun di dunia stand-up comedy bukanlah mimpi dan cita-cita Sakdiyah, apalagi sebagai perempuan yang lahir dari komunitas keturunan Arab dan berjilbab. Tetapi, ia meyakini, kebanyakan Arab peranakan itu memiliki DNA sebagai komedian karena ketika mereka berkumpul santai, bisa berkelakar berjam-jam terutama kaum prianya. Menurut Sakdiyah mereka itu humoris yang berbakat, walaupun materi kelakarnya terkadang sangat arogan dan terkesan ingin menunjukkan superioritas mereka. Sebagai perempuan keturunan Arab, dia diharapkan untuk menikah muda dan bukannya menyuarakan pemikiran

46

ozip.com.au

dan suaranya dipanggung. Pada awal karirnya sebagai komika, Sakdiyah sering menutupi aktivitasnya itu. Kepada orang tuanya, Sakdiyah mengatakan kalau sedang mengerjakan tugas sebagai penerjemah. Gelar sarjana jurusan Bahasa Inggris diraihnya dari Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada tahun 2009 dengan skripsi tentang komedi tunggal dan memperoleh gelar master di UGM di tahun 2014. Sejak 2009, Sakdiyah bekerja sebagai seorang interpreter profesional dan penerjemah. Di waktu luangnya, dia melakukan kegiatan berkomedi, muncul di saluran televisi swasta, di tempat-tempat lokal di Jakarta, dan ikut ambil bagian dalam acara panggung dengan komedian lainnya. Selama beberapa penampilannya di TV, produser telah memintanya untuk menyensor materinya sendiri, mengatakan bahwa materinya terlalu konseptual, teoretis, sarat dengan pesan. Tapi ini mendorongnya untuk bertahan hidup didunia panggung komedi tunggal, karena komedi dapat menjadi medium yang efektif untik berthan dan melawan. Baginya, menjadi seorang pelawak tunggal atau komika bukan tentang ketenaran atau uang melainkan tentang memberi audiens pengalaman yang tak terlupakan dan membuat mereka berpikir tentang isu-isu sosial dan orang-orang yang mempengaruhi mereka secara pribadi, bahkan setelah turun panggung. Beberapa tokoh yang berpengaruh terhadap kiprah dirinya antara lain Sarah Silverman,

Tina Fey, Margaret Cho, Roseanne, Ellen, Kathy Griffin, Robin Williams, Stephen Colbert, Chris Rock, Ricky Gervais, dan Jerry Seinfeild. Komika favoritnya adalah Louis CK. Selain sebagai finalis Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV pertama pada tahun 2011, Diyah juga memperoleh penghargaan prestisius: Vaclav Havel International Prize for Creative Dissent 2015. Acara tersebut diadakan di Oslo, Norwegia di mana Diyah meraih penghargaan untuk kategori stand up comedy. Pada tahun 2018, nama Diyah ikut masuk ke dalam daftar 100 wanita inspirartif dunia versi BBC atau “BBC 100 Women”, di mana Diyah menduduki peringkat ke-54 dari 100 wanita terpilih. FMIA

dan

Semangat

Kebangsaan

FMIA adalah sebuah forum yang peduli pada Kebangsaan dan Kebhinekaan Indonesia; yang bukan hanya mengakui perbedaan melainkan juga melihat keberagaman sebagi suatu aset atau nilai tambah serta menjaga nasionalisme Indonesia. Sejak berdiri FMIA telah mengadakan acaraacara yang membuka ruang-ruang untuk mengemukakan pendapat dan berdiskusi dengan mengabaikan sekat-sekat kesukuan, budaya dan orientasi keagamaan. FMIA sudah menyelengarakan berbagai diskusi dan pemutaran film. Diskusi tentang terorisme bersama Noor Huda Ismail; diskusi soal korupsi dengan mantan director ICW Danang Widoyoko dan diskusi panel Mencegah Radikalisasi dan Phobia Islam dengan panelis termasuk Prof Vedi Hadiz; Peringatan Dua Dekade Tragedi Mei 1998 bekerja sama dengan Monash University dan #2018TetapCakLontong Komedi Kebangsaan. Dalam rangka hari Kartini 2018 kami mengadakan penayangan film dan diskusi Diana Sendiri Diana yang mendorong pemberdayaan perempuan dalam menolak poligami. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang FMIA dan acara ini, silakan menghubungi : Aya Permatasari di +61 426 298 848 dan Diana Pratiwi di +61 407 506 243


same management

ozip.com.au

47


48

ozip.com.au

Image courtesy of Visit Indonesia Tourism Office Melbourne


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.