Bunga mawar kuning tercinta

Page 29

“Kau bersungguh hati ingin bercerai?” tanya tuan Santoso masih tak percaya akan kebulatan tekad istrinya. Lalu sambungnya: “Apakah karena aku tanya ke mana saja kau, lalu kau ingin minta cerai?” “Buat apa kita saling menipu diri sendiri. Kau membiarkan aku lari ke pelukan laki-laki lain agar supaya lau sendiri bebas mengeluti sekretarismu. Aku tak suka laki-laki yang pengecut sebagai kau.” Lalu dengan tergesa-gesa ia meninggalkan rumah itu, hendak memanggil sebuah becak. Kali ini yang hendak dituju bukanlah rumah Basri tetapi sebuah hotel. Tapi ia tak sempat melaksanakan niatnya itu, kaena tuan Santoso segera mengejarnya dan menariknya masuk kembali ke rumah. Terjadi saling tarik menarik yang seru. Melihat kenekadanya tuan Santoso naik pitam lagi. Untuk kedu kalinya pipi istrinya ditampar kanan kiri. Kini dengan amarah yang meluap-luap. “Kau wanita iblis!” bentaknya seraya menarik tubuh istrinya masuk kembali ke rumah. Tidak pernah menerima perlakuan suaminya yang begini kasarnya, nyonya Santoso jadi bengong dan terpaku. Ia kemudian ikut masuk dan sudah siap untuk menerima nasib apa saja yang bakal menimpanya. Kini, untuk matipun siap. Ketika melihat istrinya duduk tegak di kursi tamu, tuan Santoso berkata: “Kau boleh tuduh aku apa saja. Pengecut, laki-laki tak punya guna, da apa saja semaumu. Tapi kau harus ingat bahwa aku sekarang ini tetap suamimu dan kau adalah istriku yang sah. Kau tidak bisa berbuat semaumu…..” Nyonya Santoso diam. Kini untuk pertama kalinya ia melihat suaminya marah. Sejak lama ia sebenarnya mengharapkan amarah suaminya ini. Harapan itu justru dinantikannya pada awal persahabatanya dengan Basri. Kini masalahnya sudah terlambat. Apa yang terjalin antara dirinya dan Basri sekarang ini sudah demikian mendalamnya. Tak mungkin dipisahkan lagi dan iapun tak mungkin kembali. Andai saja hal ini terjadi awal persahabatannya, tentunya semuanya mudah diatur. “Lima tahun aku berdiam diri. Karena selama itu kau masih tetap melakukan tugasmu sebagai seorang ostri dan ibu. Tapi akhir-akhir ini, kau pikir sendiri tentang kelakuanmu. Kalau aku bepergian, kau tidak pernah berdiam diri di rumah. Aku di rumahpun kau baru sore, kadang-kadang malam, baru pulang,” ujar tuan Santoso mencoba berlaku sabar, meskipun dalam hati masih mendidih amarahnya. “Tapi sudah kaukatakan, buat apa diulang-ulang kembali?” bentak nyonya Santoso. “Kau bisa diajak berunding atau tidak?” “Apakah begitu caranya orang berunding. Aku sudah bilang padamu =, aku mencintai lakilaki lain. Aku ingin cerai!” “Perceraian terlalu mengenakkan dirimu. Kau tidak akan kuceraikan !” Nyonya Santoso kaget oleh keputusan suaminya. “Apa maumu?” tanyanya. “Kau telah berlaku kejam terhadap diriku, suamimu sendiri. Akupun bisa berbuat yang sama. Mulai sekarang aku larang kau keluar rumah seorang diri.” “Kau tidak berhak melarangku, “ teriak nyonya Santoso. “Aku punya hak, karena aku suamimu dan kau istriku.” “Tidak. Kau tidak berhak menyebut dirimu sebagai suamiku. Kau laki-laki pengecut. Kau pengecut!” “Persetan dengan segala pendapatmu. Tapi ini sudah keputusanku. Hendaknya kau sadari, jika skandal rumah tangga ini sampai bocor ke luar, maka nama baik Basri sebagai pengarang akan tersangkut pula…..” 28


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.