NSLIC/NSELRED SOUTHEAST SULAWESI CHAMPIONS Pengembangan Rumput Laut di Kabupaten Wakatobi La Taowi, Ketua Kelompok Pembudidaya Rumput Laut ‘Tunas Mekar’ sekaligus pengurus koperasi di Desa Liya One Melangka, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi mengelola lahan Rumput Laut seluas 20 x 100 meter bersama anggota kelompoknya. Rata-rata hasil produksi Rumput Laut mereka per panen dua bulan sekali mencapai 1 ton dengan harga jual Rp 18.000/kg sehingga memperoleh penghasilan sekitar Rp 18 juta per dua bulan. Menurut La Taowi, pendapatan tersebut meningkat signifikan setelah NSLIC/NSELRED bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Wakatobi dan stakeholder terkait memberikan pendampingan teknik budidaya pengembangan komoditas Rumput Laut sejak 2018. Di tahun-tahun sebelumnya, La Taowi dan para petani setempat enggan membudidayakan Rumput Laut karena keterbatasan bibit dan harga jual yang tidak stabil.
POTENSI RUMPUT LAUT WAKATOBI Kondisi hidro-oseanografi Kabupaten Wakatobi tergolong masih alami dan sangat potensial untuk pengembangan budidaya Rumput Laut. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, total luas wilayah perairan Kabupaten Wakatobi di luar kawasan konservasi Laut Taman Nasional Wakatobi yang potensial untuk budidaya Rumput Laut mencapai 9.858 hektar. Padahal wilayah perairan yang saat ini tergarap baru sekitar 1.000 ha sehingga upaya optimaliasasi produksi Rumput Laut perlu terus didorong untuk peningkatan pendapatan daerah. Masyarakat Wakatobi sudah mengandalkan budidaya Rumput Laut sebagai mata pencaharian selain menangkap ikan dan mengolah Kelapa menjadi kopra sejak 1995. Budidaya Rumput Laut di Wakatobi pada kurun 2010-2013 mengalami penurunan produksi karena jenis Eucheuma Cottonii yang mayoritas dibudidayakan petani saat itu banyak terserang hama ice-ice sehingga mulai 2014 pembudidaya Rumput Laut beralih ke jenis Eucheuma Spinossum. Namun, saat harga Spinosum jatuh di pasaran, mereka pun beralih kembali ke Cottonii. Keterbatasan bibit Rumput Laut yang tahan serangan ice-ice, teknik budidaya yang kurang tepat hingga harga jual fluktuatif adalah permasalahan klasik yang dihadapi pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi. NSLIC/NSELRED menginisiasi pendekatan komprehensif yang diharapkan dapat membantu para pembudidaya Rumput Laut dan Pemerintah Kabupaten Wakatobi dalam pengembangan Rumput Laut sebagai komoditas unggulan penggerak ekonomi lokal.
La Taowi, ketua kelompok pembudidaya Rumput Laut ‘Tunas Mekar’ memeriksa secara rutin perkembangan bibit di lahan Rumput Laut yang dikelolanya bersama anggota kelompok di Desa Liya One Melangka, Kecamatan Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi.
“Sejak 2012, hasil panen Rumput Laut Kami turun karena penyakit ice-ice. Setelah ada pendampingan dari NSLIC/NSELRED dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wakatobi mulai 2018, panen Kami meningkat. Dulu hanya 1:2 (bibit 1 kg . menghasilkan 2 kg) tapi sekarang bisa 1:6 (bibit 1 kg hasilnya 6 kg). Kami juga mendapat kepastian harga, ini yang tidak Kami peroleh dari dampingan lembaga lain. Hal yang membuat Saya lebih bangga adalah keterlibatan kelompok perempuan dari budidaya hingga pascapanen. Padahal di tahun-tahun sebelumnya perempuan jarang terlibat, hanya membantu di pembibitan.” (La Taowi, Ketua kelompok petani pembudidaya Rumput Laut ‘Tunas Mekar’, Kabupaten Wakatobi)