Debat Hukum















Istilah ‘debat’ berasal dari bahasa inggris, yakni ‘debate’ yang memiliki makna pertengkaran dengan kata kata atau argumen. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘debat’ dapat diartikan sebagai pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing masing. Melalui kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa debat merupakan suatu cara untuk menyampaikan gagasan dalam bentuk argumentasi, baik yang disampaikan secara individu maupun kelompok.
Dalam hal ini beberapa ahli juga memberikan pengertian tentang arti kata‘debat’,yakni:
1. MenurutHenryGunturTarigan(seorangahlilinguistik),debatadalah suatu argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung atau afirmatif,dandisangkalolehpihaklainyangdisebutpenyangkalatau oposisi.
2. Menurut Dori Wuwur Hendrikus, debat adalah saling adu argumentasi antar pribadi atau antar kelompok manusia, dengan tujuanmencapaikemenanganuntuksatupihak.
Sedangkan pengertian hukum sendiri berasal dari bahasa arab “hakama”, “yahkumu”, “hukman” yang berarti menghukum dan memerintah. Dalam pengertian lain, ‘hukum’ juga dapat diartikan sebagai penetapan, putusan, dan juga penyelesaian sebuah masalah. Beberapa ahli hukum juga menyampaikan pendapatnya mengenai hukum:
1. Menurut Satjipto Rahardjo, hukum adalah karya manusia yang berisikan pencerminan dari kehendak manusia tentang bagaimana seharusnyamasyarakatdibinadankemanaharusdiarahkan
2. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum merupakan suatu alat untukmemeliharaketertibandalammasyarakat.
Setelah mengetahui penjelasan antara ‘debat’ dan ‘hukum’, dapat dipahami bahwa debat hukum merupakan kegiatan pertukaran argumentasi (yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih) terkait isu hukum dengan dilandaskan bukti serta dasar hukum yang kuat dari masing-masing pihak, baik yang berpihak kepada masyarakat, maupun yang berlawanan. Tujuan dari adanya debat hukum adalah untuk mengetahui dan mencermati perbedaan sudut pandang para pihakdalammembahassuatuisuhukumyangsama.Dengandemikian, kajian akademis atau kesimpulan dari sebuah perdebatan dapat diajukan sebagai rekomendasi kebijakan bagi pihak pihak yang berwenang, agar masyarakat kepentingan-kepentingan masyarakat dapatterakomodirdenganbaik.
Dalam pelaksanaan debat hukum, terdapat sebuah istilah yang kerap kali di dengar. Istilah tersebut adalah ‘mosi’. Melalui tulisannya, Edy Suprayetno dan Ahmad Riynaldiy mengartikan mosi sebagai topik permasalahan, baik berupa pertanyaan ataupun pernyataan yang dijadikanbahanuntukdiperdebatkan.Hadirnyamosidalamperdebatan memberikan kemudahan bagi masing masing pihak (pro dan kontra) dalam menentukan batasan pembahasan serta posisi keberpihakan (standing position). Dengan demikian, arah perdebatan akan tetap fokuspadapermasalahanyangdiangkatdantidakmelebarkebahasan yanglain.
Debat hukum dibagi menjadi 2 (dua) tim, yaitu tim afirmatif (pro) dan tim oposisi (kontra), dimana dalam setiap tim masing masing memiliki 3 (tiga) pembicara. Ketiga pembicara terdiri dari pembicara pertama, pembicarakedua,danpembicaraketiga.Debathukumdimulaidengan babak pembuka oleh pembicara pembuka (umumnya oleh pembicara pertama)daritimpro,diikutiolehpembicarapembuka(umumnyaoleh pembicara pertama) dari tim kontra. Setelah babak pembuka selesai, dilanjutkan dengan babak bidasan. Babak bidasan dipaparkan oleh pembicara kedua dari tim pro, diikuti oleh pembicara kedua dari tim kontra. Setelah pembicara kedua dari tim kontra selesai memaparkan bidasan dan argumentasinya, dilanjutkan oleh pembicara ketiga dari tim pro, diikuti oleh pembicara ketiga dari tim kontra. Terakhir, debat hukumditutupdenganbabakpenutup Babakpenutupdipaparkanoleh pembicara penyimpul (umumnya pembicara pertama) dari tim kontra terlebih dahulu, diikuti oleh pembicara penyimpul (umumnya pembicarapertama)daritimpro
Pembicara Pertama: Dalam debat hukum, pembicara pertama berperan dalam memperkenalkan anggota tim dan menegaskan standing position terhadap mosi perdebatan. Pembicara pertama sebagai pembuka jalannya perdebatan dapat memberikan gambaran secaraumumtentangtopik/mosiperdebatandantentunyapemberian gambaran ini haruslah dikorelasikan dengan posisi yang didapat baik pro maupun kontra. Setelah memberikan gambaran umum, pembicara pertama juga berperan dalam memberikan landasan filosofis. Pembicara pertama dapat pula berperan sebagai pembicara kesimpulanyangmenyimpulkanjalannyaperdebatan.
Namun, hal ini bukanlah peran mutlak dari pembicara pertama dikarenakan pembicara kesimpulan sangat ditentukan oleh kesepakatan tim dan juga tata tertib dan mekanisme yang dikeluarkan olehpenyelenggarakompetisi
Peran Pembicara Kedua: Berbeda dengan pembicara pertama yang memberikan gambaran umum terhadap mosi yang diperdebatkan, pembicara kedua sudah harus memberikan gambaran spesifik dalam hal memaparkan argumentasinya. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan pembicara kedua berperan untuk memaparkan mekanisme atau penyelesaian terhadap suatu permasalahan yang muncul dari mosi yang diperdebatkan. Mekanisme yang diberikan haruslah bersifat aplikatif dan solutif untuk menjawab permasalahan. Selain itu, pembicara kedua juga berperan dalam mengkaji landasan yuridis atau regulasi yang berkaitan dengan mosi perdebatan. Pembicara kedua juga dapat berperan sebagai pembicara kesimpulan yang menyimpulkan bagaimana jalannya perdebatan, tetapi hal ini bergantung kepada bagaimana kesepakatan tim serta tata tertib dan mekanismepenyelenggarakompetisi.
Peran Pembicara Ketiga: Peran pembicara ketiga sejatinya tidaklah begitu berbeda dengan pembicara kedua. Pembicara ketiga sering disebut sebagai tiang akhir pertahanan dalam debat hukum. Oleh karena itu, peran pembicara ketiga adalah memperkuat argumentasi
hal mengetahui peran dari setiap pembicara,marikitasimaktabelberikut!
PembicaraKedua PembicaraKetiga
Membukajalannya
Memberikanreaksi ataubidasan
mengapa menyetujui/tidak menyetujuimosi Memaparkan landasanfilosofis Memaparkan kesimpulan (berdasarkan kesepakatan)
argumentasitim lawan Mengembangkan argumentasi pembicarapertama Memaparkan regulasihukumdan mengaitkannya denganstanding positiondalam perdebatan Memaparkanfakta hukumataudas seinyangterjadidi lapangan Memaparkan kesimpulan (berdasarkan kesepakatan)
Memberikanreaksi ataubidasan terhadap argumentasitim awan
Mengembangkan argumentasi pembicarakedua Menyampaikan faktasosiologisdi lapangan Membandingkan danmencari kelebihandari mekanismetim denganmekanisme timlawan
dengan sebuah
alasan atau bukti yang jelas.Interupsidapatdilakukandimenitpertamahinggasebelummenit terakhirpembicarapadababakbidasan.
Umumnya, terdapat 2 (dua) metode interupsi. Metode interupsi yang pertama yaitu interupsi dilakukan atas izin pembicara lawan. Pada metode ini, pembicara lawan pada babak bidasan dapat menerima atau menolak interupsi secara mandiri Sedangkan metode interupsi yang kedua yaitu interupsi dilakukan atas izin moderator. Pada metode ini, interupsi hanya dapat dilakukan apabila moderator mengizikan. Setiap pembicara yang ingin melakukan interupsi wajib mengucapkan kata “INTERUPSI”. Secara keseluruhan, interupsi berpengaruh terhadap penilaian, dimana interupsi dapat menambah poin maupun mengurangipoin.
Durasipenyampaianargumentasidalamsetiapkompetisidebathukum tentu berbeda, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun, durasi penyampaian argumentasi yang paling umum digunakan yakni skema waktu3 5 5 2menitdan5 7 7 3menit,dengantoleransiwaktu15atau 20detik.
Skemawaktu3-5-5-2menit: biasa digunakan pada babak penyisihan sampai babak semi final. Skema waktu ini diimplementasikan untuk masing-masingpembicara,denganuraiansebagaiberikut:
Pembicarapertama3menit Pembicarakedua5menit Pembicaraketiga5menit Pembicarapenyimpul2menit
Skemawaktu5-7-7-3menit:biasadigunakanpadababakfinal.Skema waktu ini diimplementasikan untuk masing masing pembicara, dengan
MenurutKamusBesarBahasaIndonesia(KBBI),risetadalahpenyelidikan (penelitian) suatu masalah secara bersistem, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta yang baru,ataumelakukanpenafsiranyanglebihbaik.Dalampengertianlain dijelaskan bahwa riset merupakan sebuah proses untuk menginvestigasi masalah, memperluas ilmu pengetahuan, mengeksplorasi teori yang didapat, menemukan dan menginvestigasi masalah hingga mendapatkan solusi terhadap permasalahan yang terjadi. Dalam pengertian yang lebih spesifik, riset dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas untuk menemukan dan memecahkan masalah serta bagaimana seorang peneliti mampu memperluas teori yangiamiliki.
Sedangkan riset dalam debat hukum berarti sebuah proses untuk menginvestigasi sebuah masalah dalam mosi debat hukum, memperluas ilmu pengetahuan mengenai mosi dalam debat hukum, mengeksplorasi teori yang didapatkan dalam mosi mosi debat hukum, hinggamendapatsolusiterbaikdarisebuahmosidebathukum.
Ruang lingkup pelaksanaan riset debat hukum terbatas pada mosi dalam debat hukum itu sendiri agar arah perdebatan tidak meluas. Riset debat hukum berfokus pada penemuan dan bedah mosi yang bersifat rasional. Maka dari itu, pelaksanaannya harus menemukan berbagailandasanyaitufilosofis,yuridis,danjugasosiologis.
Meningkatkanmateri
3.
Mencari sebuah materi haruslah dipusatkan sesuai dengan tugas setiap pembicara. Seperti pembicara pertama, akan berfokus kepadapendeskripsian,latarbelakang,maupunanalisayuridisnya.
Pembicarakedua,akanberfokuskepadapencariansumberbacaan yang berhubungan dengan teori dan filosofi. Begitupun dengan pembicara ketiga, akan berfokus kepada pencarian dari sisi sosiologis dan historis. Selain itu, setiap pembicara pun perlu untuk menentukansolusiapayangakandibawakansebagaijawabandari setiap permasalahan ataupun tantangan yang akan dibawakan olehpihaklawan.Mengenaipenentuansolusi,setiaptimdiharapkan dapat membawakan suatu solusi yang baru, dan juga inovatif, sebagai salah satu kunci untuk memukau pihak pendengar lainnya, sepertidewanjuri,pihaklawan,ataupunpenonton.
Setelah melakukan penentuan urgensi dan pencarian materi, maka sampailah pada pembahasanulangmosibersama-samadengan setiap anggota tim. Setiap pembicara yang sudah menentukan materi yang akan dibawakannya, maka pembicara tersebut wajib untuk menyampaikan materi bahasannya kepada sesama rekan tim. Hal tersebut dilakukan agar meminimalisir konflik yang akan terjadi apabila ada kesalahpahaman dalam pemahaman sebelumnya. Pengumpulan ini dilakukan agar setiap anggota mampuuntukmemahamimateridarianggotatimyanglain,bukan hanya memahami materi yang akan dibawakan oleh diri sendiri saja.
Penyusunan teks atau rangkaian argumentasi ini dilakukanapabilasetiapanggotatimtelahsepakatterhadapmateri yang akan dibawakan baik secara tim maupun individu. Sebelum penyusunan ini dilakukan, harus dapat dipastikan terlebih dahulu bahwa setiap anggota tim telah berada dalam pemikiran yang sama.
Dalam proses penyusunannya, setiap pembicara harus mampu membawakan materi secara logis dan sistematis. Kelogisan seorang pembicara dapat dibentuk menggunakan metode IRAC, karena metode IRAC adalah salah satu metode pemikiran yang sistematis,dimanaI(Issue)adalahmembahasmengenaiisuyang sedang dibahas, R (Regulation) adalah teori, peraturan perundang undangan, dan sumber hukum lainnya, A (Analysis) adalah analisis isu menggunakan teori, peraturan, ataupun melibatkan aturan hukum terhadap fakta yang ada, juga menghadirkandampakyangakanterjadidarisuatufaktatersebut, dan C (Conclusion) adalah suatu kesimpulan seorang pembicara mengenaimosiyangdihadirkan.
Itulahbeberapametoderisetdalampelaksanaandebathukum.Namun, tentunya metode ini bukanlah metode yang bersifat mengikat, karena dalam pelaksanaannya setiap tim berhak menentukan metode seperti apa yang akan dibawakan sebagai bentuk strategi kemenangansetiaptim.
Dalam kaitannya dengan sumber yang akan digunakan dalam pelaksanaandebathukum,tentunyaterdapatbeberapakriteria.Kriteria tersebutberdasardarikeabsahandarisumberyangakandibawakan. Tentunyakitatidakbisamengambilsuatusumberyanghanyaberdasar dari website seperti blogspot ataupun pendeskripsian yang diambil hanya berdasar pada Wikipedia. Hal tersebut dilakukan, berhubungan denganyangakandilakukanadalahdebathukumyangtentunyaharus berdasar pada ketentuan hukum, teori, data konkrit, dan fakta yang terjadi. Maka dari itu, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai sumber rujukan dalam pelaksanaan debat hukum, yakni sebagaiberikut:
Dikarenakanyangakandilakukanadalahberkenaandengandebat hukum, maka sangat penting bagi setiap pembicara untuk dapat memasukansumberfilosofisyakniUndang-UndangDasarNRI1945 Akan terasa kurang apabila pelaksanaan debat hukum yang membahas mengenai hukum, namun tidak membawakan sumber rujukan utama yaitu sumber filosofis, sehingga sangat disarankan agar setiap
mengembangkan bahasan mengenai hal yang telah tertuang dalam suatu Grundnorm yang berlakutersebut.
Yakni UUD NRI 1945, TAP MPR, Undang Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan DaerahKabupatenatauKota
Selain peraturan perundang undangan yang disebutkan dalam UU PPP, kitab undang undang menjadi salah satu sumber hukum yang kuat untuk melandasi sebuah argumentasi. Kitab undangundang yang digunakan di Indonesia sendiri antara lain Kitab Undang Undang Hukum pidana (KUHP), Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), Kitab Undang Undang Hukum Acara Perdata (KUHAPer), Kitab Undang Undang Hukum Dagang (KUHD), Kitab Undang Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM), dan kitab undang undanglainnya.
Buku adalah salah satu hal dasar yang dapat dijadikan sebagai sumber rujukan, dalam pelaksanaannya seorang pembicara dapat menyebutkan judul beserta penulis dan kutipan tulisannya, yang tentunya harus diselaraskan dengan argumentasi yang dipaparkan. Semakin banyak buku bacaan yang dikuasai oleh pembicara, maka akan semakin baik pula pemahaman pembicaratersebut dalam penguasaan mosi terkait, dimana hal ituakanmenjadinilaiyangpositifbagitim.
Selain buku bacaan, tentunya artikel dan jurnal juga dapat dijadikan salah satu sumber rujukan dalam mencari materi. Membahas mengenai artikel dan jurnal, suatu isu mosi yang sedang dicari oleh tim sejatinya telah dijawab menurut pandangan si penulis berdasar pada penelitian yang telah dilakukannya. Selain mengaitkan dengan argumentasi pembicara
artikel dan jurnal juga dapat digunakan sebagai studi banding terdapatkasusyangberkaitandenganmosidebathukum.
.
Banyak sekali teori para ahli hukum yang dikutip oleh para mahasiswa hukum. Tentunya hal tersebut pun bisa dibawakan olehpembicarasebagaiteoriyangberkaitandenganargumentasi tim.
.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa seorang pembicaradalamdebathukumtidakbolehmembawakansumber yang dipertanyakan keabsahannya. Sehingga para pembicara hanyadiperbolehkanuntukmengambilsumberbacaanataupun datayangdisajikanolehwebsiteyangsudahterpercaya,seperti website Lembaga negara Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (MA), dan lain semacamnya, atau jika ingin mengambil data dapat diakses di dalam website Badan Pusat Statistik (BPS), dan lain lain. Hal tersebut harus dilakukan agar mampu mendapatkan kepercayaan dari pihak dewan juri, pihak lawan, maupunpenontonyangberadadalamruangperdebatan.
Itulahbeberapasumberrujukanyangdapatdijadikanreferensidalam pelaksanaan debat hukum. Selain kelima sumber tersebut, sejatinya masih banyak sumber lain yang mungkin dapat dibawakan oleh setiap tim sebagai materi argumentasi yang akan mereka bawakan. Namun umumnya,kelimasumberyangtelahdipaparkanterbukasecaraumum dan dapat diakses dengan mudah oleh setiap orang sehingga setiap pembicara berhak untuk mengembangkan sumber tersebut dengan argumentasiyangakandibawakan.
Dalam sebuah kompetisi debat hukum, struktur argumentasi merupakan salah satu komponen terpenting. Seorang pembicara debat di dalamnya harus mampu mengemukakan argumentasi secara runtut dan sistematis. Dalam hal ini ada beberapa bagian yang dapat dikemukakan seorang pembicara dalam menyampaikan argumentasinya,diawalidaristrukturlandasanfilosofis,landasanyuridis, danlandasansosiologis.
Landasan filosofis merupakan komponen argumentasi pembuka dari seorang pembicara debat, dalam hal ini seorang pembicara mengemukakan argumentasinya diawali dari apa alasan utama merekamendukungataumenolaksuatumosiperdebatan Dalamteknik penyusunan Naskah Akademik peraturan perundang–undangan disebutkan bahwa landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa produk hukum yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yangmeliputisuasanakebatinansertafalsafahbangsaIndonesiayang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD NRI 1945. Artinya ketika memperhatikan bagaimana suatu produk hukum itu dibuat, maka manakala itu diputuskan untuk didukung maupun ditolak, harus menggunakansebuahargumentasiyanglogisdimulaidarilandasan filosofisnyaterlebihdahulu.
Landasan filosofis berisi hal hal yang mencakup gambaran secara umum mosi perdebatan, termasuk isu hukum yang ada dalam mosi perdebatan tersebut, juga gambaran pro atau kontra dari mosi yang akan diperdebatkan Selanjutnya, landasan filosofis dimulai dengan membawakan pancasila sebagai philosofische grondslag bangsa Indonesia,dalampencantumannyasila silapadapancasilajugadapat dielaborasikan dan juga dikaitkan dengan mosi perdebatan, bahkan bisa juga dicari butir-butir makna dalam sila pancasila tersebut sehingga penyampaian mosinya sejalan dengan konstruksi hukum di Indonesiadariyangtertinggi.Selanjutnya,argumentasidapatdibarengi dengan mengaitkan mosi perdebatan dengan Pembukaan UUD NRI 1945 yang dalam hal ini dikaitkan dengan pendapat pendapat para ahli hukum yang relevan dengan mosi perdebatan, seperti misalnya pendapat Jeremy Bentham dalam teorinya Utilitarianisme, atau Hans Kelsendalamteorihukummurninya,danlainsebagainya.
Komponen landasan filosofis dalam debat hukum selanjutnya ialah bagaimana pembicara pertama yang menyampaikan argumentasi dapat memberikan gambaran kearah mana pembicara kedua dan ketiga (yuridis dan sosiologis) dari tim mereka akan mengarahkan argumentasinya sehingga argumentasi disampaikan dengan jelas, runtut, dan sistematis. Lalu diakhiri dengan penggambaran secara umum bagaimana solusi dari masalah dalam mosi yang diperdebatkan Kesimpulannya, landasan filosofis dalam debat hukum sangatlah pentinguntukbangunanargumentasipembicarayuridisdansosiologis selanjutnya, sehingga dewan juri debat hukum dapat menangkap bagaimana pondasi bangunan argumentasi dan kearah mana
Dalam debat hukum, landasan yuridis merupakan inti dari argumentasi yang diperdebatkan. Penyampaian argumentasi yuridis berisisegalahalyangterkaitdenganmosiperdebatandalamperspektif hukum.Landasanyuridismenyangkutpersoalanhukumyangberkaitan berbagai kelebihan atau kekurangan dari mosi perdebatan tersebut disertai dengan dasar hukum apa yang menjadi pondasinya, tentunya tetap dielaborasikan dengan penegasan ke arah mendukung atau menolaknya pembicara terhadap mosi tersebut. Jika mosi perdebatannya berkaitan dengan perubahan undang undang, maka putusan Mahkamah Konstitusi ataupun Mahkamah Agung juga bisa disampaikan oleh pembicara yuridis saat mengemukakan argumentasinya.
Tentunya inti dari landasan yuridis ialah menyampaikanargumentasi dengan berlandaskan pada dasar hukum sesuai dengan hierarki peraturanperundang-undangan yang ada di Indonesia. Bisa dimulai daripasal pasaldalambatangtubuhUUDNRI1945,TAPMPR(jikaada), peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan mosi yang diperdebatkan, dan seterusnya hingga peraturan daerah ke bawah. Penjelasan dari konstruksi bangunan argumentasi landasan yuridis harusdisampaikansecararuntutdansistematis,sehinggaarahpijakan argumentasinyalebihterarahdanjelas.
Dalam penyampaian landasan yuridis pembicara juga bisa mengelaborasi argumentasi hukum tadi dengan penguatan dari pendapat para ahli atau profesor hukum yang terkait dalam bidang apa yang menjadi standing dari mosi tersebut, misalnya pandangan Prof. Eddy OS Hiariej, Prof. Soehino, Prof Soerjono Soekanto, dan/atau para ahli lainnya, sehingga argumentasi yang disampaikan bisa lebih kuat dan valid Setelah itu, argumentasi yuridis juga bisa disampaikan dengan mengkomparasikan hukum dalam mosi perdebatan dengan konstruksihukumdiNegaraluar,bisadenganyangkeadaannyasama, ataupunyangjenishukumnyasama.
Selain itu, dalam menyampaikan argumentasi yuridis, konstruksi bangunan argumentasi yang disampaikan sejatinya haruslah padat danterarah agar ketika mengalami interupsi, bangunan argumentasi yuridis lebih kompleks karena harus melakukan research terhadap berbagai macam undang-undang, sehingga seringkali seorang pembicara jika tidak teliti akan sangat mudah di interupsi dan dicari celahkelemahanargumentasinya.
Menurut Valerie Augustine Budianto struktur argumentasi sosiologis adalah pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek, serta menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara. Singkatnya, argumentasi sosiologis adalah yang diriset dari keadaan masyarakatdanbersifatfaktualdalammosisebuahperdebatan.
Ruang lingkup argumentasi sosiologi mencakup pengetahuan dasar pengkajiankemasyarakatanyangmeliputi:
Kedudukan dan peran sosial individu dalam keluarga, kelompok sosial,danmasyarakatdalammosisebuahperdebatan
Nilai nilai dan norma norma sosial yang mendasari atau memengaruhisikapmasyarakatdalamsebuahmosiperdebatan Perilaku anggota masyarakat dalam melakukan hubungan sosial dalamsebuahmosiperdebatan
Tujuan adanya argumentasi sosiologi adalah untuk menghasilkan pengertian-pengertiandanpola-polaumum,karenasosiologimeneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum hukum umum dari interaksi antar manusia dan juga perihal sifat hakekat, bentuk, isi dan strukturmasyarakatdalamsebuahmosiperdebatan
Selainitu,fungsiargumentasisosiologidalampemecahanmembedah mosi perdebatan adalah untuk bisa mempelajari interaksi sosial yang terjadi di dalam masyarakat, mempelajari konflik sosial dan cara mengatasinya, mempelajari dan mengamati perubahan sosial di masyarakat, memberikan penjelasan kepada semua lapisan masyarakat bahwa setiap individu itu berbeda dan unik, serta untuk melakukan penelitian sosial terhadap fenomena yang tengah terjadi di dalammasyarakat.
Matter merupakan isi materi atau argumentasi yang digunakan dalam berdebat. Isi yang digunakan mencakup struktur argumentasi yang telah dijelaskan pada Bab 3, ditambah dengan sanggahan, pendapat ahli, dan/atau data-data lainnya untuk mendukung argumen tersebut. Ada 2 (dua) hal fundamental yang harus diperhatikanagarmendapatpenilaianmatteryangmaksimal,yakni:
Logikayangkonkrit.Argumenharusdikembangkansecaralogisdan beralasan sehingga dapat masuk akal. Dengan demikian, kesimpulan dari semua argumentasi harus memihak kepada standing positionagardewanjuridapatmenilaisecarakonkritapa yangpembicarasampaikan.
Materi materi yang diangkat harus berhubungan dengan mosi perdebatan Relevansi menjadi salah satu unsur penting dalam debat hukum, mengingat waktu yang tersedia untuk setiap pembicararelatifsingkat.
Manner adalah cara penyampaian atau penyajian argumentasi dalamberdebat. Cara penyampaian tersebut menyangkut bagaimana pembicara mengontrol sikap tubuh, volume suara, kontak mata, dan variasi ekspresi untuk membuat penyampaiannya menarik dan enak didengarkan.Dalamdebathukum,mannerdipengaruhiolehkepiawaian seorangpembicaradalammengemasargumennyaagartersampaikan denganbaikkepadadewanjuridanaudiens.Setidaknyaada4(empat) keterampilan yang harus dilatih untuk memperoleh nilai manner yang baik,yakni:
1. Kontak mata. Kontak mata dilakukan tidak kepada audiens, melainkan juga kepada dewan juri dan tim lawan. Hal ini dimaksudkan agar materi yang sedang pembicara sampaikan dapattertujulangsungkepadayangdilihat.
Bahasa tubuh. Bahasa tubuh yang dimaksud mencakup postur, gerakan,dangerakantangan.Melaluibahasatubuh,penyampaian pembicaraakanlebihberwarnadantidakdatar.
Intonasi suara. Suara adalah hal yang paling berpengaruh saat menyampaikan argumentasi. Dengan demikian kejelasan suara, tinggi rendahnya suara, dan penyesuaian suara terhadap materi yangdisampaikanakansangatmempengaruhipenilaianmanner
Ekspresi. Ekspresi dalam menyampaikan argumentasi perlu untuk dilakukan agar dapat mengintegrasikan bahasa tubuh dan suara. Kepiawaian pembicara dalam melibatkan ekspresi dalam menyampaikan argumentasi akan menumbuhkan keyakinan yang kuatkepadadewanjuridanjugaaudiens.
Method adalah kerja tim dan pendekatan yang digunakan oleh sebuahtimdalammenyampaikantopikperdebatan.Methodjugaerat kaitannya dengan strategi yang menyangkut bagaimana pembicara memanfaatkan waktu yang diberikan dengan baik, serta bagaimana perlawanan kepada tim lawan dapat tersampaikan dengan baik. Beberapa aspek yang harus diperhatikan agar mendapatkan penilaian maksimal,yakni:
Interpretasitimterhadapsuatutopikperdebatan(harussama).
Kohesi (keserasian) argumentasi yang disampaikan antara semuaanggotatim.
Kerjatimdankolaborasi.Halinimenunjukkanbagaimanasebuah tim merencanakan arah untuk menuju spirit of motion serta seberapakuatargumentasiyangdibangun.
Pengetahuan tentang argumentasi satu sama lain. Hal ini bertujuan agar poin argumentasi yang disampaikan tidak terulang atau bahkan jumping (loncat) dari pembicara satu kepadapembicaraselanjutnya.
Dalam sebuah sesi perdebatan umumnya masing masing pembicara (baiktimpromaupuntimkontra)mendapatpenilaianmasing-masing. Setidaknya ada 2 (dua) cara yang digunakan dalam menilai suatu perdebatan,yakni:
Mengikuti
Penyusunan
Proses