“Penyembahan berhala/patung . . . adalah salah satu kejahatan Kekristenan yang menyusup ke dalam gereja secara sembunyi-sembunyi dan hampir tanpa disadari atau tanpa pengamatan. Kejahatan ini, seperti penyimpangan-penyimpangan ajaran lain (bidat), tidak terjadi dengan sendirinya, karena kalau kasus itu kejahatan, itu akan berhadapan langsung dengan sensor ketat dan teguran; tetapi memulainya dengan penyamaran-penyamaran yang biasa dan sangat pelan-pelan dan berangsur-angsur dipraktekkan, satu persatu diperkenalkan yang berhubungan dengan itu, sampai akhirnya gereja terbenam dalam penyembahan berhala, bukan saja tanpa perlawanan yang efisien tetapi hampir tanpa protes yang berarti. Dan bilamana pada akhirnya suatu usaha dilakukan untuk memberantasnya, kejahatan itu ditemukan sudah terlalu dalam untuk dibuangkan. . . . Harus ditelusuri kepada kecenderungan hati manusia untuk menyembah berhala dan kecenderungannya untuk melayani makhluk ciptaan lebih dari Pencipta itu sendiri . .