6 KRITERIA ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

Page 1

212100133 Architecture and Sustainable Design Calvin Institute of Technology Ivan Adiel Abednego Nadine Christabelle Gadjuli KRITERIA ARSITEKTUR BERKELANJUTAN ASD2022 - Prinsip Perancangan Berkelanjutan
Design is Sustainable, Great Design is Responsible” -- Richard Wittschiebe
“Good
TABLE OF CONTENTS 01 l CONTENT 02 l BACKGROUND 03 l 001 Appropriate Site Development 06 l 002 Energy Efficiency and Conservation 09 l 003 Water Conservation 12 l 004 Material Resource and Cycle 15 l 005 Indoor Health and Comfort 18 l 006 Building Environment Management 21 l REFERENSI KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 01.

Sumber: KOMPAS, 2019

000 BACKGROUND

SUSTAINABLE ARCHITECTURE

“Sustainability means meeting our own needs without compromising the ability log the future generations to meet their own needs”

Menurut (Budi Luhur, 2021) berkelanjutan adalah konsep yang mendukung berkelanjutan lingkungan dengan mempertahankan alam lebih lama. Arsitektur berkelanjutan atau Sustainable Architecture menunjukan suatu konsep kelestarian. Dalam hal ini ‘lestari’ diangkat sebagai perpanjangan yang lebih lanjut berkaitan dengan alam, sumber daya, waktu dan sebagainya.

Keberlanjutan menjadi salah satu bentuk penggunaan dan upaya yang bijaksana untuk mengurangi dampak negatif sehingga memaksimalkan efesiensi dan efektifitas. Keberlanjutan ini diaplikasikan pada aristektur yang secara langsung berelasi dengan kehidupan manusia sebagai wadah aktivitas sehari-hari

02.

001APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT

WHY?

Pertumbuhan kota berkembang dengan pesat disertai juga dengan pengalihan fungsi lahan hijau yang menimbulkan kerusakan lingkungan. Kerusakan tersebut memberikan dampak penurunan daya dukung lahan dalam menunjang kehidupan masyarakat. Appropiate Site Development atau ASD menjadi salah satu tindakan prasarat pembangunan bangunan untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan adalah menyediakan ruang terbuka hijau yang memadai. Pada akhirnya, ASD diselaraskan untuk dapat memaksimalkan penggunaan lahan yang ada untu pembangunan ruang manusia yang efektif dan efesien dan sesuai kebutuhan yang ada. Selanjutnya dapat berguna untuk menunjang kehidupan lingkungan yang ada.

Pengelolaan lahan dengan ruang terbuka hijau dapat bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup serta kesehatan dan kesajahteraan masyarakat sehingga keseimbangan ekosistem kota dapat dicapai. Ruang ini berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan beserta seluruh isinya (konservasi hayati).

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 03.
“Life isnn’t about getting more. Its about becoming more.”

Semakin meningkatnya perkembangan pembangunan di perkotaan bisa menyebabkan makin meningkat kepadatan di kota tersebut. Menjadi solusi untuk mengatasi keterbasan lahan di perkotaan regulasi ASD (Appropriate Site Development atau Tepat Guna Lahan). ASD ini penting untuk mengatasi laju pelebaran kota (urban spawl) yang semakin tak terkendali. Regulasi ASD mengatur permasalahan lahan pedesaan yang dikonversi menjadi lahan bangunan dan makin terbatasnya kawasan terbuka hijau.

TEPAT GUNA LAHAN (ASD) - GREEN BUILDING

Kategori tepat guna lahan dalam GREENSHIP Existing building ini bertujuan membangun rasa tanggung jawab, mendorong adanya inovasi dan praktik desain yang berkelanjutan dan ramah lingkungan kepada pihak pengguna. Pihak pengguna bisa berkontribusi dengan dengan menjalankan fungsi lahan gedung dan menerapkan kebijakan manajemen yang sesuai dengan konsep green building. GREENSHIP mendorong operasional gedung dengan performa tinggi yang berada pada kawasan terpadu serta memanfaatkan jaringan transportasi dan sarana prasaran secara maksimal. Selain itu, pemilihan lokasi juga harus mendukung ekosistem alam dan keberlanjutan kondisi komunitas sekitar.

Dalam green building, isu ini diangkat dengan cara memberikan sertifikasi green building dalam berbagai aspek. Untuk aspek khusus lahan hijau, sertifikasi dimuat dalam ASD prasyarat. Prasyarat pertama adalah 10% dari total luas lahan adalah area hijau. Prasyarat kedua, 50% dari total area hijau ditanami oleh beberapa tanaman. Kedua prasyarat tersebut harus dipenuhi untuk memperoleh poin ASD pada bangunan baru.

AS CHALLENGE AND OPPORTUNUTIES

Pemanfaatan lahan yang maskimal dapat menjadi suatu tantangan dan kesempatan tersendiri untuk merancang. Sebagaimana hal ini memberikan suatu nilai kepada setiap luasan lahan untuk menjadi ruang yang berharga. Dengan demkian adanya hubungan dan relasi antara lingkungan deng kehidupan manusia.

Pemanfaatan lahan dimaksudkan kepada suatu peracangan yang kontekstual. Peracangan diharapkan memperhatikan eluruh aspek pada taka. Dalam hal ini, peracangan atau ruang yang diciptakan pada lahan tersebut menjadi suatu ruang yang memiliki nilai dna berhubungan langsung dengan bentuk atau jenis tapak yang bersangkutan. Dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa peracangan tapak dapat memberikan relasi atau hubungan kepada ruang sekitar sebagaimana lahan kepada daerah, lahan kepada lahan dan bangunan kepada lahan.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 04.

ASD-NB (NEW BULDING): Regulasi Bangunan Bagru untuk Kategori Bangunan Hijau; Pengelolaan Tapak

ASD 1, Site Selection atau Pemilihan Tapak

Aplikasi yang dapat dilakukan sebagai bentuk ASD adalah pemilihan tapak. Tujuannya agar pembangunan lebih terarah dan terpadu sesuai dengan arah pembangunan. pertumbuhan wilayah agar terbentuk struktur wilayah yang lebih efisien.

Implementasi: Membuat bangunan baru dengan fasilitas-fasilitas yang lebih memadai. Selain itu, ada beberapa lahan tak terpakai yang bukan area hijau yang bisa direvitalisasi untuk melengkapi minimal 8 sarana dari 12 prasarana sarana kota.

ASD 2, Community Accessibility atau Aksesibilitas Komunitas

Peningkatan efisiensi dan aksesibilitas para pengguna. Fasilitas tersebut dirancang untuk lebih memberikan prioritas pergerakan orang. Jaringan Aksesibilitas untuk komunitas pada tapak, sehingga dapat terjangkau dan mengakomodasi masyarakat.

Implementasi: Diharapkan dapat membuka akses khusus untuk pejalan kaki yang menghubungkannya dengan jalan sekunder atau lahan milik orang lain. Minimal dapat membuka 7 jenis fasilitas dari 19 fasilitas yang ada.

ASD 3, Public Transportation atau Transportasi Umum

Aplikasi membutuhkan adanya ruang atau akses langsung penyediaan transportasi umum. Bertujuan untuk meningkatkan penggunaan transportasi publik dibanding transportasi pribadi. Menjaga keseimbangan dan efisiensi dari sistem transportasi.

Implementasi: Mengupayakan adanya halte atau stasiun transportasi umum serta menyediakan fasilitas jalur pedestrian menuju halte atau stasiun tersebut. Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jarak jalan 300 m.

ASD 4, Bicycle Facilities atau Fasilitas Pengguna Sepeda

Aplikasi dengan menyediaan akomodasi ruang dan fasilitas untuk sepeda. Hal ini bertujuan untuk mengganti penggunaan kendaraan bermotor dengan sepeda untuk sarana transportasi dalam jarak dekat seperti bepergian ke tempat kerja.

Implementasi: Mendorong terciptanya unit parkir juga fasilitas tambahan yaitu shower. Paling tidak, terdapat 1 tempat parkir untuk 20 pengguna gedung serta adanya 1 shower untuk setiap 10 tempat parkir sepeda.

ASD 5, Site Landscaping atau Lansekap pada Lahan

Aplikasi peracangan untuk lahan dapat memksimalkan perluasan ruang terbuka hijau (RTH). Hal ini ditujukan karena kuantitas dan kualitas RTH di kota-kota besar Indonesia cenderung semakin menurun yang berimbas pada menurunnya kualitas lingkungan sekitar.

Implementasi: Menciptakan semangat untuk membuka RTH lebih banyak lagi yaitu softscape yang bebas dari hardscape di lahan minimal 40% dari total luas lahan. Tambahan selain dari RTH, menggunakan tanaman yang dibudidayakan lokal.

ASD 7, Stormwater Management atau Manajemen Limpasan Air Hujan

Aplikasi manajemen limpasan air hujan pada tapak juga memaksimalkan perancangan lahan yang ada. Air hujan tersebut dapat dijadikan sumber air alternatif. Sistem ini sebaiknya didesain untuk menangkap, mengumpulkan, mengolah dan meresapkan air limpasan hujan ke dalam tanah.

Implementasi: Memunculkan semangat mengurangi beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota minimal 50% serta menggunakan teknologi untuk menunjang hal tersebut.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 05.

002 ENERGY EFFECIENCY AND CONSERVATION

WHY?

Dilatarbelakangi oleh borosnya penggunaan energi listrik di dalam gedung. Dikatakan boros karena sepertiga dari total konsumsi energi dunia dikonsumsi oleh bangunan gedung, itupun tidak semua energi yang dikonsumsi dipakai dengan efisien. Langkah awal yang dapat dilakukan untuk menghemat energi adalah pengendalian konsumsi energi. Hal yang paling umum dan praktis dilakukan untuk mengendalikan konsumsi energi adalah dengan menggunakan submeter listrik. Selanjutnya ditekankan adalah fungsi gedung untuk memberikan pembelajaran kepada penggunanya mengenai kepeduliann ya terhadap lingkungan. Maksudnya adalah gedung harus di desain responsive terhadap kondisi iklim dan lahan setempat agar pengguna gedung dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada sesuai dengan kebutuhannya.

Pada akhirnya, penggunaan energi perlu diorganisir untuk tidak terjadi pemborosan itu terjadi ter us-menerus pada fasa operasional dan pemeliharaan gedung yang merupakan fasa terpanjang dalam daur hidup gedung, pasti akan memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 06.
“Energy saved is Energy generated.”

EEC adalah singkatan dari Energy Efficiency and Conservation atau Efisiensi dan Konservasi Energi. EEC lahir dan menjadi penting karena kebutuhan penggunaan energi pada bangunan baru berbeda-beda sejak tahap konstruksi dimulai sampai operasional dan pemeliharaan.

SELECTIVE NEEDS ENERGY

Untuk meningkatkan efisiensi konsumsi energi dalam melawan perubahan iklim, perlu diterapkan praktik-praktik baru sejak tahap desain sampai operasional gedung. Misalnya, pada tahap desain, perencanaan dipusatkan pada penggunaan teknologi dengan efisiensi energi yang tinggi. Maksudnya adalah kita bisa memilih prasarana, sarana, peralatan, bahan dan proses yang secara langsung atau tidak langsung tidak membuang terlalu banyak energi saat merancang pembangunan sebuah gedung.

pengalihan penggunaan teknologi, namun juga sebagai sarana sosialisasi untuk pemasangan beberapa fasilitas pendukung prosedur pemantauan dan pencatatan konsumsi listrik seperti submeter untuk kebutuhan usaha penghematan listrik. Pada akhirnya, Penerapan konsep konservasi energi bukanlah merupakan perkara yang sulit dan memerlukan biaya yang tinggi.

PASSIVE DESIGN

Desain pasif adalah desain yang memanfaatkan sumber daya alam secara langsung tanpa bergantung pada peralatan mekanik dan elektrik dengan memanfaatkan selimut bangunan gedung. Selimut bangunan gedung berfungsi sebagai pengendali kontak antara kondisi luar dengan kondisi di dalam gedung dengan cara mencegah elemen eksternal yang tidak diinginkan masuk ke dalam gedung. Dalam hal ini, proporsi jenis material transparan dan masif berdasarkan orientasi, luas permukaan, serta kemampuan konduksi dan radiasi bangunan harus tepat untuk menghindari panas yang masuk namun tetap menghasilkan penerangan alami ke dalam ruang secara optimal.

Perhitungan proporsi berdasarkan orientasi, luasan, kemampuan konduksi dan radiasi serta ini bisa diukur dengan menghitung nilai perpindahan panas atau Overall Thermal Transfer Value (OTTV). Pihak desainer atau arsitek harus lebih memperhatikan mengenai hal ini sehingga desain yang dihasilkan tidak hanya indah secara estetika, namun juga ramah lingkungan dan dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya alam yang ada.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 07.

EEC1, Energy Efficiency Measures atau Langkah Penghematan Energi

Manajemen energi adalah kegiatan pengelolaan penggunaan energi secara efisien, efektif dan rasional tanpa mengganggu kenyamanan kerja, estetika, kesehatan, keselamatan dan produktivitas pengguna gedung. Ada tiga pendekatan dalam manajemen energi. Secara keseluruhan, gabungan antara desain pasif dan desain aktif.

Implementasi: melakukan penghematan penggunaan lampu. Selanjutnya bisa menggunakan Energy Modelling Software dan menggunakan perhitungan worksheet penurunan energi yang disediakan oleh GBCI.

EEC2, Natural Lighting atau Pencahayaan Alami

Sinar matahari dapat dimanfaatkan sebagai penerangan alami dengan cara menggunakan bukaan transparan/kaca (glazing) di perimeter gedung dan dikombinasikan dengan orientasi bangunan terhadap arah matahari.

Implementasi: Memenuhi penggunaan cahaya alami secara optimal, minimal 30% dari luas ruang aktif mendapatkan intensitas cahaya alami sebesar 300 lux.

Kemudian setelah itu, dapat dilakukan penambahan lux sensor untuk otomatisasi penerangan buatan.

EEC3, Ventilation atau Ventilasi

Aplikasi efesiensi energi dapat dilakukan dengan pemilihan efektifitas ventilasi atau sirkulasi uradara pada setiap ruang. Ruang dengan aktivitas seperti apa yang perlu dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhannya.

Implementasi: Dipenuhi dengan tidak memberi AC pada ruang WC, tangga, koridor, dan lobi lift, serta melengkapi ruangan dengan ventilasi alami ataupun mekanik.

EEC4, Climate Change Impact atau Pengaruh Perubahan Iklim

Merancang gedung yang ramah lingkungan. Gedung umumnya dirancang memiliki usia selama 50-100 tahun, yang mana selama itu akan mengkonsumsi energi dan menghasilkan emisi gas karbon dioksida.

Implementasi: Dipenuhi dengan menyerahkan perhitungan pengurangan emisi karbon dioksida yang didapatkan dari selisih kebutuhan energi antara design building dan base building dengan menggunakan grid emission factor yang telah ditetapkan dalam Keputusan DNA pada B/277/Dep.III/LH/01/2009.

EEC5, On-Site Renewable Energy atau Energi Terbarukan dalam Tapak

Mendorong penggunaan sumber energi baru dan terbarukan yang bersumber dari dalam tapak bangunan baru. Menggunakan energi terbarukan dari dalam dalam bangunan merupakan bagian dari green power atau energi hijau. Energi hijau merupakan sumber daya energi terbarukan dan teknologi yang memberikan manfaat lingkungan.

Implementasi: Penggunaan sumber energi baru dan terbarukan pada bangunan baru dapat dilakukan. Nilai akan diperoleh untuk setiap 0,5% daya listrik yang dibutuhkan gedung yang dapat dipenuhi oleh sumber energi terbarukan.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 08.
EEC-NB (NEW BULDING): Regulasi Bangunan Baru untuk Kategori Bangunan Hijau; Efesiensi Energi

003

WATER CONSERVATION

WHY?

Dengan jumlah populasi penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta, krisis air bersih terlihat sangat nyata. Data statistik pada tahun 2011 menunjukkan bahwa air bersih yang tersedia hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan 61,54% dari total penduduk di Jakarta atau sekitar 9,6 juta jiwa. Dari data tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa jumlah penduduk di Indonesia, khususnya Jakarta, tidak sebanding dengan jumlah ketersediaan air bersih yang ada. Maka dari itu, kita perlu dilakukan konservasi air.

Dalam penilaian green building untuk bangunan baru, kategori konservasi air atau WAC ini menjadi bagian yang penting karena ditujukan untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penghematan air dan langkah penghematan air untuk penggunaan air di gedung sejak dari tahap perencanaan desain. Air bersih diperlukan oleh manusia untuk kebutuhan sehari-hari, baik yang diminum langsung maupun untuk aktivitas lain seperti mandi, mencuci pakaian, memasak, bersih-bersih, sampai dengan aktivitas pe meliharaan seperti penyiraman tanaman dalam ruang atau pun irigasi untuk lansekap. Namun, akibat ulah manusia yang menggunakan air bersih secara berlebihan dan pencemaran yang dilakukannya, kualitas air menjadi lebih cepat rusak daripada kemampuan alam untuk memulihkan kualitas air.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 09.
“When the well is dry, we know the worth of water.”

WAC adalah singkatan dari Water Conservation atau Konservasi Air. Tidak seperti energi fosil, air adalah sumber daya yang tersedia dalam jumlah banyak dan bisa diperbarui. WAC

P1 (prasyarat pertama) adalah Water Metering, yaitu pemasangan alat meteran air di lokasi-lokasi tertentu pada sistem distribusi air. Sementara WAC P2 (prasyarat kedua) adalah Water Calculation, yaitu perhitungan penggunaan air menggunakan worksheet perhitungan air dari GBCI.

WATER METERING // METERAN AIR

Pencatatan penggunaan air dengan meteran air akan memudahkan pihak pengelola gedung untuk melakukan penerapan kebijakan konservasi air. Contohnya, kebocoran air dapat dideteksi dari laporan berkala konsumsi air pada gedung dari meteran air. Dengan begitu, pengelola gedung bisa mengambil tindakan secepat dan setepat mungkin untuk mengatasi kebocoran itu sehingga tidak akan terjadi lagi kebocoran yang menyebabkan air terbuang sia-sia. Selain itu, dengan tercatatnya laju dan biaya penggunaan air, pengelola gedung bisa memperhatikan penggunaan air areanya dan mengidentifikasi penggunaan air yang berlebihan di gedung sehingga bisa mempertimbangkan peluang untuk menghemat air.

PERHITUNGAN PENGGUNAAN AIR // WATER CALCULATION

WAC P2 (Water Calculation atau Perhitungan Penggunaan Air) ditujukan kepada desainer gedung. Dengan mengetahui jumlah air bersih yang akan dikonsumsi selama masa pembangunan dan operasional gedung, desainer gedung bisa memprediksi apakah perencanaan konsumsi air sudah direncanakan untuk menghemat air atau belum. Perhitungan penggunaan air bisa dilakukan menggunakan worksheet perhitungan air dari GBCI. Dari hasil perhitungan itu, kita bisa mengetahui sumber penggunaan air berlebih dan mencari strategi perencanaan penghematan air dari sumber itu.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 10.

WAC-NB (NEW BULDING): Regulasi Bangunan Baru untuk Kategori Bangunan Hijau; Manajemen Air

WAC 1 Water Use Reduction atau Pengurangan Penggunaan Air

Aplikasi pengurangan penggunaan air untuk mencegah terjadinya krisis air bersih. Penghematan air dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan air dari sumber air baku yang berasal dari badan air permukaan dan dari bawah tanah.

Implementasi: Diharapkan bisa menggerakkan masyarakat untuk menghemat penggunaan air bersih pada bangunan baru, setidaknya 80% dari sumber primer tanpa mengurangi jumlah kebutuhan standar per orang.

WAC 2 Water Fixtures atau Fitur Air

Penggunaan fitur air dirancang untuk memberikan kemudahan dalam aktivitas penggunanya. Aktivitas yang dimaksud meliputi hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan air. Fitur air yang dipasang harus efisien dan sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar maksimum.

Implementasi: Penggunaan kemampuan alat keluaran air, yaitu minimal 25% atau 50% atau 75% dari total pengadaan fitur air. Angka standar tersebut memiliki nilai, yaitu 1 atau 2 aatau 3 yang nantinya akan di akumulasikan dalam penilaian akhir sertifikasi green building.

WAC 3 Water Recycling atau Daur Ulang Air

Aplikasi menerapkan adanya instalasi pengolahan air kotor menjadi air daur ulang. Padahal air daur ulang bisa dimanfaatkan untuk banyak hal, seperti irigasi dan suplai air untuk keperluan flushing.

Implementasi: minimal pihak pengelola gedung, untuk memanfaatkan air dari sumber daur ulang air limbah gedung yang dapat digunakan untuk kebutuhan flushing dan cooling water.

WAC 4 Alternative Water Resources atau Sumber Air Alternatif

Berfokus pada sumber air alternatif. Meskipun prioritas utama dalam konservasi air adalah penggunaan air yang efisien (hemat), sumber air alternatif tetap dibutuhkan dan menjadi hal yang penting agar mampu memenuhi kebutuhan air bersih manusia sekaligus membantu konservasi air.

Implementasi: Mendorong perancang bangunan baru untuk menggunakan teknologi yang bisa mengolah sumber air alternatif menjadi air bersih dan bisa digunakan oleh pengguna gedung.

WAC 5 Rainwater Harvesting atau Penampungan Air Hujan

Pemanfaatan air hujan yang bisa dijadikan sebagai sumber air alternatif. Air hujan yang jatuh di area atap bangunan bisa ditampung kemudian diolah jika perlu agar bisa digunakan kembali sebagai sumber air alternatif. Sistem penampungan air hujan ini dilengkapi oleh saluran drainase pada atap.

Implementasi: Kapasitas tangki penampung air yang diperlukan adalah 50% atau 75% atau 100% dari jumlah air hujan yang jatuh di atas atap bangunan.

WAC 6 Water Efficiency Landscaping atau Efisiensi Pengairan Lansekap

Air tanah yang jumlahnya semakin hari semakin terancam karena penggunaannya yang berlebihan, merupakan sumber kebutuhan air utama untuk irigasi lansekap di Indonesia. Diperlukan desain, instalasi, pemilihan komponen dan pemeliharaan yang sesuai agar tercipta irigasi yang efektif dan efisien.

Implementasi: Mendorong desainer dan pengelola gedung untuk tidak menggunakan sumber air tanah atau air berlangganan dengan cara menerapkan teknologi yang inovatif untuk sistem pengairan irigasi.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 11.

004MATERIAL RESOURCES RECYCLE

WHY?

Material Resources and Cycle atau Sumber dan Siklus Material yang selanjutnya disingkat menjadi MRC merupakan salah satu kategori penilaian dalam green building. Kategori MRC untuk bangunan baru dinilai penting karena material merupa kan bagian dari desain pasif dalam membangun gedung yang ramah lingkungan. Dalam desain pasif, karakteristik material berperan penting untuk mendukung efektivitas dan efisiensi kinerja gedung. Hal ini dikarenakan untuk membangun gedung yang ramah lingkungan dibutuhkan material penyusun dengan sifat dan karakteristik yang juga ramah lingkungan.

Pada dasarnya, material adalah sumber daya yang diolah dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan manusia atau dengan kata lain, kita bisa mengendalikan proses pembentukan material. Dengan dibuatnya kategori ini, perkembangan indus tri material bangunan gedung di Indonesia diharapkan bisa mendukung pembangunan gedung ramah lingkungan secara mikro serta ikut berpartisipasi dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan secara makro.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 12.
“Material spritual and cultural resouces are being transformed commodities”

Pada dasarnya, material adalah sumber daya yang diolah dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan manusia atau dengan kata lain, kita bisa mengendalikan proses pembentukan material. Proses pembentukan material harus diperhatikan karena proses ini, baik selama prosesnya berlangsung maupun saat akhir masa penggunaan, akan berdampak terhadap kesehatan lingkungan. Tidak hanya itu, bagaimana cara proses itu berlangsung juga akan menentukan keberlangsungan ekonomi dan kesejahteraan sosial karena perkembangan industri pembuatan material mempengaruhi kesejahteraan pekerja dan masyarakat di sekitarnya. Semua ini merupakan dampak global yang ditimbulkan dari pembuatan material.

CFC - Chloro Fluoro Carbon

MRC prasyarat merupakan kajian yang muncul sebagai akibat dari masih digunakannya refrigeran dan bahan pemadam kebakaran yang berpotensi merusak lapisan ozon, yaitu chloro fluoro carbon (CFC) dan halon. Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar kita sudah diberitahu bahwa lapisan ozon berfungsi sebagai pelindung bumi dari radiasi sinar UV B yang dapat menimbulkan kerusakan mata, kulit dan bahkan sistem kekebalan tubuh. Sinar UV B juga berpotensi mengganggu ekosistem hewan ternak dan biota laut.

CFC memiliki karakteristik yang stabil, tidak beracun, tidak mudah terbakar dan dapat diproduksi dalam skala besar. Sedangkan halon memiliki karakteristik yang aman untuk manusia, instalasi yang mudah dan mampu bekerja secara efektif dalam rentang suhu yang panjang serta harganya yang ekonomis. Dengan begitu, poin utama dari kriteria MRC prasyarat adalah mencegah penggunaan CFC sebagai refrigerant dan halon sebagai bahan pemadan kebakaran. MRC prasyarat ini wajib dipenuhi agar Anda dapat melanjutkan ke tahap penilaian kriteria utama MRC untuk bangunan baru.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 13.

MRC-NB (NEW BULDING): Regulasi Bangunan Baru untuk Kategori Bangunan Hijau; Material

MRC 1, Building and Material Reuse atau Penggunaan

Gedung dan Material Bekas

Pemanfaatan material bekas dapat meringankan beban lingkungan dan ekonomi dalam pembongkaran gedung lama dan pembangunan gedung baru. Dari segi lingkungan, penggunaan material bekas berdampak pada penghematan sumber daya yang digunakan untuk produki material baru.

Implementasi: penggunaan material bekas baik dari bangunan lama maupun tempat lain diharapkan setara atau minimal 10% dari total biaya material.

MRC 2, Environmentally Friendly Processed Material atau

Material melalui Proses Ramah Lingkungan

Menggunakan sumber daya terbarukan dalam proses ektraksi karena sumber daya terbarukan memiliki kemampuan pemulihan secara alami dan relatif cepat, menggunakan sumber daya terbarukan dalam proses ektraksi.

Implementasi: Material yang digunakan untuk bangunan baru setidaknya harus memiliki sertifikat SML.

MRC 3, Non-ODS Usage atau Penggunaan Bahan yang tidak Mengandung BPO

Bahan refrigerasi sistem pendingin HCFC dinilai berpotensi merusak ozon, meskipun dampaknya tidak sebesar CFC. Potensi kerusakan yang ditimbulkannya pun hanya sebesar 4% untuk HCFC-22 dan 2% untuk HCFC-123.

Implementasi: Refrigeran yang digunakan pada seluruh sistem pendingin gedung baru harus memiliki nilai potensi perusakan ozon sama dengan nol atau tidak merusak sama sekali.

MRC 4, Certified Wood atau Kayu Bersertifikat

Kayu termasuk dalam material dari sumber daya terbarukan dan mudah diuraikan pada akhir masa pakainya. Namun, selama cara mendapatkan kayu itu tidak baik, yaitu dengan cara ekstraksi, maka aspek ramah lingkungan tersebut tidak bisa dicapai.

Implementasi: Harapan kayu yang digunakan dalam pembangunan bangun baru memiliki sertifikat yang legal sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang asal kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal.

MRC 5, Prefab Material atau Material Pra Fabrikasi

Material pra fabrikasi adalah material yang sebagian besar proses konstruksinya dilakukan di pabrik dengan desain ryang dibuat secara rinci sesuai dengan kondisi lapangan. Prefabrikasi meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material serta mengurangi sampah konstruksi dalam perancangan dan pembangunan bangunan baru.

Implementasi: Desain yang menggunakan material modular atau pra fabrikasi minimal sebesar 30% dari total biaya material.

MRC 6, Regional Material atau Material Lokal

Manajemen mobilitas, salah satu yang bisa dikendalikan adalah jarak. Semakin pendek jarak yang ditempuh, maka moda transportasi akan mengonsumsi bahan bakar yang lebih rendah sehingga emisi gas karbon yang dihasilkannya pun akan lebih sedikit.

Implementasi: Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada dalam radius 1000km dari lokasi proyek minimal 50% dari total biaya material.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 14.

005 INDOOR HEALTH AND COMFORT

WHY?

Aktivitas di dalam ruangan menghabiskan hampir 80% dari waktu manusia. Manusia menganggap

bahwa menghabiskan sebagian besar waktu di dalam ruangan tidak akan mengganggu kesehatan. Kesehatan manusia terancam akan terganggu akibat sumber pencemaran udara yang berasal dari emisi dan bising dari lalu lintas kendaraan di luar gedung dan kinerja alat-alat di dalam gedung, emisi perabot dan material bangunan, serta gangguan sistem ventilasi udara. Kondisi ini disebut Sick Build ing Syndrom (SBS) atau Sindrom Bangunan Sakit yang berpotensi menurunkan produktivitas kerja.

Hal ini diiplementasikan dengan prasyarat bangunan hijau IHC. IHC yang merupakan singkatan dari Indoor Health and Comfort atau Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang dianggap penting dalam green building. Hal ini karena sampai saat ini, prioritas utama performa gedung di Indonesia masih berkutat pada efisiensi dari segi penghematan energi listrik, sedangkan pertimbangan untuk keseha tan dan kenyamanan penggunanya masih terlihat agak dikesampingkan.

15.
“There is nothing like staying at home for real comfort” KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l

AIR CONDTIONING

Indonesia sebagai negara tropis memiliki suhu dan kelembapan udara yang relatif tinggi, yaitu pada rentang 20-34oC dan 40-98%. Diperlukan strategi yang tepat untuk mengendalikan kualitas udara di dalam ruangan agar dicapai produktivitas kerja yang optimal. Pengendalian udara yang umum dilakukan adalah melengkapi gedung dengan sistem pengondisian udara (AC). Upaya mewujudkan kualitas lingkungan dalam ruang yang baik dapat dilakukan sejak tahap desain. Semua pihak yang terlibat dalam sektor bangunan mendapat tantangan untuk mengurangi dampak lingkungan dari pembangunan gedung, termasuk upaya menghemat konsumsi energi pada saat operasional, sambil mempertahankan lingkungan dalam ruangan yang kondusif untuk kesehatan dan kenyamanan penggunanya.

Oleh karena itu, kategori ini menitikberatkan praktik lingkungan dalam ruang yang sehat dan nyaman pada gedung yang dilengkapi dengan sistem pengkondisian udara.

Inti dari kriteria ini adalah untuk memastikan bahwa sistem ventilasi di dalam bangunan baru telah dipasang AC yang dirancang dan diterapkan sesuai dengan standar prosedur perhitungan yang diakui secara internasional. AC dinilai sesuai dengan standar jika mampu menyediakan kualitas dan kuantitas laju ventilasi minimum yang memadai.

Dengan begitu, akan tercipta sirkulasi udara yang baik sehingga polusi udara di dalam gedung seperti CO2, formaldehida dan senyawa organik yang mudah menguap dapat dikendalikan.

IHC prasyarat ini menjadi syarat utama untuk mewujudkan kualitas udara dalam gedung yang sehat sejak tahap desain bangunan baru. Dalam menjaga dan meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan bangunan baru, perlu dibuat desain ruangan yang menunjukkan adanya potensi introduksi udara luar minimal sesuai dengan Standar ASHRAE 62.1-2007 atau standar ASHRAE edisi terbaru.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 16.

IHC-NB (NEW BULDING): Regulasi Bangunan Baru untuk Kategori

Bangunan Hijau;

Kualitas Ruangan

IHC 1, CO2Monitoring atau Pemantauan Kadar CO2

Kualitas udara di dalam ruangan atau gedung yang tidak baik bisa menimbulkan berbagai penyakit. Salah satu tanda kualitas udara yang tidak baik adalah konsentrasi karbon dioksida (CO2) yang tinggi di dalam gedung.

Implementasi: Sensor CO2 yang dipasang harus memiliki mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar sehingga konsentrasi CO2 di dalam ruangan tidak lebih dari 1.000 ppm.

IHC 2, Environmental Tobacco Smoke Control atau Kendali

Asap Rokok di Lingkungan

Semakin banyak ruangan tanpa asap rokok di dalam gedung, maka masa pakai perabotan interior akan semakin lama karena kondisinya akan lebih terpelihara. Juga, menjaga kesehatan dan kenyamanan pengguna akan terjaga dan akan mengurangi risiko penyakit akibat rokok.

Implementasi: Mengurangi ruangan khusus merokok dan memperbanyak pemasangan tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung”.

IHC 3, Chemical Pollutants atau Polutan Kimia

Volatile Organic Compounds (VOC) merupakan emisi berupa gas yang terdiri atas variasi senyawa kimia organik. Gas merkuri ini berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit akut jika tidak segera dibersihkan dan sirkulasi udara ruangan buruk

Implementasi: Pemilihan material bangunan yang ramah lingkungan, seperti produk kayu dan laminating adhesive serta material lampu yang bersertifikasi dan disetujui oleh GBC Indonesia selain untuk menciptakan.

IHC 4, Outside View atau Pemandangan ke Luar Gedung

Mengurangi kelelahan mata dengan memberikan pemandangan jarak jauh dan menyediakan koneksi visual ke luar gedung melalui jendela. Jendela pada dasarnya digunakan manusia untuk melihat keadaan sekitar di luar tempat.

Implementasi: Diperoleh jika 75% dari luas ruang aktif menghadap langsung ke pemandangan luar yang dibatasi bukaan transparan bila ditarik suatu garis lurus.

IHC 5, Visual Comfort atau Kenyamanan Visual

Menciptakan kenyamanan visual pada saat berada dalam bangunan baru. Tingkat pencahayaan yang tidak memadai akan menyebabkan kelelahan.

Implementasi: Penerangan ambien dikombinasikan dengan lampu meja yang tingkat pencahayaannya sesuai dengan syarat tingkat pencahayaan yang mengacu pada standar yang berlaku.

IHC 6, Thermal Comfort atau Kenyamanan Termal

Mendesain kenyamanan termal sekaligus melakukan konservasi energi dengan menetapkan perencanaan suhu udara ruang yang sesuai dengan standar zona kenyamanan termal.

Implementasi: Kenyamanan termal pada bangunan baru yang ditetapkan pada kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 25oC dan kelembaban relatif 60%.

IHC 7, Acoustic Level atau Tingkat Kebisingan

Acoustic level atau tingkat kebisingan adalah kondisi dimana terjadi bunyi yang tidak dikehendaki dan bisa mengganggu kesehatan. Hal ini berdampak untuk kenyamanan komunikasi pribadi dan konsentrasi.

Implementasi: Tingkat kebisingan pada 90% dari luas ruang aktif yang digunakan tidak lebih dari atau sesuai dengan SNI 03-6386-2000.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 17.

006BUILDING ENVIRONTMENT MANAGEMENT

WHY?

Sebagai akibat dari bentuk sampah yang semakin beragam dan rendahnya kesadaran pengguna gedung untuk melakukan pemilahan sampah yang menyebabkan sampah dalam berbagai bentuk menjadi tercam pur, ditambah dengan lahan tempat pembuangan akhir atau TPA yang semakin sempit. Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi penumpukan sampah di TPA salah satunya adalah dengan cara melakukan daur ulang sampah.

Untuk menciptakan operasional gedung yang ramah lingkungan, diperlukan manajemen lingkungan bangu nan sejak tahap perencanaan desain. Pentingnya sumber daya manusia juga ditekankan dalam kategori ini karena tiap manusia memiliki perbedaan dalam cara dan standar kerja, apalagi di Indonesia yang standar pendidikannya belum merata. Oleh karena itu, diperlukan standar atau kriteria khusus dalam memilih sumber daya manusia untuk proyek keberlangsungan bangunan hijau.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 18.
“Our recognition depend on what value contributed to occupants and organisationts, today”

Manajemen bangunan menjadi bagian dari kajian ulang untuk perencanaan dan proses konstruksi bangunan. Hal ini ditujukan untuk memastikan seluruh proses yang dilakukan benar dan sesuai sehingga bangunan dapat berkelanjutan dengan maksimal. Sebagaimana dengan kriteria-kriteria yang diharapkan dapat diimplementasikan dan diusahakan setiap bentuknya.

BUILDING MANAGEMENT

Ruang lingkup manajemen lingkungan bangunan mencakup pengelolaan sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan data dan penanganan sejak dini untuk membantu pemecahan masalah, termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau. Pihak-pihak ahli bangunan yang terlibat dalam perencanaan teknis serta pelaksanaan dan pengawasan konstruksi harus mampu untuk menjaga koordinasi dan sinergi agar keberhasilan konsep bangunan hijau terwujud. Kerjasama tim yang solid dalam proyek ini diperlukan sejak tahap perencanaan teknis hingga penyusunan petunjuk pemanfaatan bangunan gedung.

WASTE EFFECIENCY

Building Mangement menjadi implementasi akibat dari bentuk sampah yang semakin beragam dan rendahnya kesadaran pengguna gedung untuk melakukan pemilahan sampah yang menyebabkan sampah dalam berbagai bentuk menjadi tercampur, ditambah dengan lahan tempat pembuangan akhir atau TPA yang semakin sempit. Sampah jenis ini dihasilkan dari aktivitas sehari-hari manusia. Di dalam bangunan gedung, pengelola gedung dapat memfasilitasi pengguna gedung untuk memilah sampah dengan cara menyediakan tempat sampah terpisah antara tempat sampah organik dan anorganik. Penyediaan tempat sampah terpisah ini mengacu pada konsep 3R (Reuse, Reduce, Recycle).

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 19.

BEM-NB (NEW BULDING): Regulasi Bangunan Baru untuk Kategori

Bangunan Hijau; Building Management

BEM 1, GP as a Member of Project Team atau GP Sebagai

Anggota Tim Proyek

GP atau GREENSHIP Professional bisa membantu tim desain dalam proses desain dan konstruksi agar mencapai target kriteria GREENSHIP. Sehingga mempermudah pelaksanaan proses sertifikasi bangunan baru.

Implementasi: Melibatkan setidaknya seorang tenaga ahli yang sudah bersertifikasi GREENSHIP

Professional (GP) yang berperan sebagai pemandu proyek hingga bangunan baru mendapatkan sertifikat GREENSHIP.

BEM 2, Pollution Of Construction Activity atau Polusi dari

Aktivitas Konstruksi

Green contruction merupakan sebuah gerakan konstruksi ramah lingkungan untuk mencapai pembangunan gedung yang berkelanjutan penilaian akan dikakukan dengan cara menghitung dan memperkirakan hasil buangan dari aktivitas konstruksi, yaitu limbah cair dan limbah padat.

Implementasi: Rencana manajemen sampah konstruksi untuk limbah padat dan cair, sehingga dapat mendorong pengurangan sampah yang dibawa ke TPA dan polusi dari proses konstruksi.

BEM 3, Advanced Waste Management atau Pengelolaan

Sampah Tingkat Lanjut

Pengelolaan sampah tingkat lanjut diperlukan untuk mengurangi beban pembuangan ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Peran berbagai pihak dalam mengurangi volume sampah.

Implementasi: Desain untuk pengolahan limbah organik maupun anorganik bangunan baru yang dilakukan secara mandiri maupun bekerjasama dengan pihak ketiga sehingga menambah nilai manfaat dan dapat mengurangi dampak lingkungan.

BEM 4, Proper Commissioning atau Sistem Kommisioning

Komisioning merupakan proses yang berorientasi pada kualitas untuk mencapai, memverifikasi, dan mendokumentasikan bahwa kinerja fasilitas, sistem, dan rakitan memenuhi tujuan dan kriteria yang sesuai.

Implementasi: Memastikan seluruh measuring adjusting instrument telah terpasang pada saat konstruksi dan sesuai dengan desain yang telah ada.

BEM 5, Submission Green Building Data atau Penyerahan Data

Bangunan Hijau

Bertujuan untuk mengurangi biaya pembangunan bangunan hijau dengan cara mempertajam standar-standar dan bahan penelitian melalui database proyek bangunan hijau.

Implementasi: Menyerahkan data implementasi bangunan hijau dengan format dari GBCI. GBCI menjamin kerahasiaan sumber data dan tidak akan menyebarluaskan kepada pihak lain.

BEM 6, Fit Out Agreement atau Kesepakatan dalam Melakukan Aktivitas Fit Out

out bangunan ditujukan untuk memperoleh informasi lengkap mengenai gedung yang akan ditempati dari pengelola gedung.

Implementasi: Menggunakan kayu bersertifikat untuk material fit out, melaksanakan pelatihan yang akan dilakukan oleh pengelola gedung, serta pelaksanaan manajemen indoor air quality (IAQ) setelah konstruksi fit out.

BEM 7, Occupant Survey atau Survei Pengguna Gedung

Evaluasi pengelola gedung untuk menjaga atau meningkatkan fasilitas yang berhubungan dengan konsep bangunan hijau di dalam gedung.

Implementasi: Diharapkan kenyamanan pengguna bangunan baru dapat diukur melalui survei yang baku terhadap pengaruh desain dan sistem pengoperasian gedung.

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 20.

REFERENSI

5 Kriteria EEC (Efisiensi Dan Konservasi Energi) untuk new building. Green Building Consultant. (n.d.). Retrieved May 1, 2023, from https://bangunanhijau.com/gb/new-building2-0-green-building/eec-nb/

6 kriteria ASD (Tepat Guna Lahan) untuk existing building. Green Building Consultant. (n.d.). Retrieved May 1, 2023, from https://bangunanhijau.com/gb/eb/asd-eb/

6 Kriteria WAC (Konservasi Air) untuk new building. Green Building Consultant. (n.d.). Retrieved May 1, 2023, from https://bangunanhijau.com/gb/new-building2-0-green-building/wac-nb/

7 Kriteria BEM (Manajemen Lingkungan Bangunan) untuk new building. Green Building Consultant. (n.d.). Retrieved May 1, 2023, from https://bangunanhijau.com/gb/new-building2-0-greenbuilding/bem-nb/

7 Kriteria IHC (Kesehatan Dan Kenyamanan Dalam Ruang) untuk new building. Green Building Consultant. (n.d.). Retrieved May 1, 2023, from https://bangunanhijau.com/gb/new-building2-0green-building/ihc-nb/

7 Kriteria MRC (Sumber Dan Siklus material) untuk new building. Green Building Consultant. (n.d.). Retrieved May 1, 2023, from https://bangunanhijau.com/gb/new-building2-0-green-building/mrc-nb/

Abdelkhalik, H. F., & Azmy, H. H. (2022, July 9). The role of Project Management in the success of Green Building Projects: Egypt as a case study - Journal of Engineering and Applied Science. SpringerOpen. Retrieved May 1, 2023, from https://jeas.springeropen.com/articles/10.1186/ s44147-022-00112-5

Agusintadewi, N. K., Janiawati, N. L. E., & Widiastuti, W. (n.d.). Appropriate site development in the application of the Green Building Concept: An Evaluation of the planning of Gianyar Public Market. ARSITEKTURA. Retrieved May 1, 2023, from https://jurnal.uns.ac.id/Arsitektura/ article/view/47689

Babu, P., & Suthar, G. (1970, January 1). Indoor air quality and thermal comfort in Green Building: A study for measurement, problem and solution strategies. SpringerLink. Retrieved May 1, 2023, from https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-981-15-1334-3_15

Building, construction and Infrastructure. Building, Construction & Infrastructure Solutions | Dow Inc. (n.d.). Retrieved May 1, 2023, from https://www.dow.com/en-us/market/ mkt-building-construction.html?cid=PPC%3AGoogle%3A10866%3Asustainabilit_apac%3ABCI%3AAPAC%3Ana%3A44317%3An%2Fa%3An%2Fa%3An%2Fa%3ADCS%3APRO%3A689706d52d9d-eb11-b1ac-000d3a532dab&gclid=CjwKCAjwo7iiBhAEEiwAsIxQEcsDkYdAlvlOILw-zjS_ sIsuj0fYJU0GIHW74VhKQmQHU6RCZh4bChoCru4QAvD_BwE&gclsrc=aw.ds

California, S. of. (n.d.). Green Building Materials. CalRecycle Home Page. Retrieved May 1, 2023, from https://calrecycle.ca.gov/greenbuilding/materials/

Energy efficiency in green buildings goes well beyond construction. Top Building Automation and Management Systems Company. (n.d.). Retrieved May 1, 2023, from https://www.buildingsiot.com/ blog/energy-efficiency-in-green-buildings-goes-well-beyond-construction-bd

Facility Management for Green and Smart Buildings. Real Estate. (n.d.). Retrieved May 1, 2023, from https://silagroup.co.in/blog/facility-management-for-green-and-smart-buildings

Green building 101: What is Indoor Environmental Quality? U.S. Green Building Council. (n.d.). Retrieved May 1, 2023, from https://www.usgbc.org/articles/green-building-101-what-indoor-environmental-quality

GSB, T. (2021, April 24). The concept of water efficiency in green buildings. Go Smart Bricks. Retrieved May 1, 2023, from https://gosmartbricks.com/water-efficiency-green-buildings/

Jo Smallwood. (n.d.). BBP Green Building Managment Toolkit - Better Buildings Partnership. Retrieved May 1, 2023, from https://www.betterbuildingspartnership.co.uk/sites/default/files/media/ attachment/BBP%20Green%20Building%20Managment%20Toolkit.pdf

Morley, M. (2022, March 11). Green Building Energy Efficiency Strategies. biofilico real estate & interiors. Retrieved May 1, 2023, from https://biofilico.com/news/green-building-energy-efficiency

Wan Dwi Putra Firnanda. (1970, January 1). Pengaruh appropriate site development (tepat Guna Lahan) TERHADAP biaya konstruksi green building dibandingkan dengan conventional building. Universitas Indonesia Library. Retrieved May 1, 2023, from https://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=20307186

Water management in green buildings. iCloudHomes. (2022, June 14). Retrieved May 1, 2023, from https://www.icloudhomes.in/water-management-in-green-buildings/

KRITERIA RANCANGAN BERKELANJUTAN l 21. 000
“Good Design is Sustainable, Great Design is Responsible”
-- Richard Wittschiebe

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.