Laporan Neraca Sumber Daya Alam (NSDA) Peternakan Ruminansia Kab. Magelang

KABUPATEN MAGELANG

NSDA PETERNAKAN RUMINANSIA

MAITA NUR ANGGRAINI 18/424945/TK/46640

Daftar Isi

01

Pendahuluan

05

Gambaran Umum

11

Metode Penelitian

16

Pembahasan

45

Penutup

47

Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN

01

1.1

latar Belakang

1.2

Landasan Hukum

1.3 1.4

Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

1.1 latar Belakang Sumber daya Alam merupakan sebuah komponen yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sumber daya alam memiliki bentuk yang cukup beragam dan di setiap daerah memiliki sumber daya alam yang beragam pula.

Sumber daya alam juga merupakan sebuah modal yang dapat dimanfaatkan dan dioptimalkan seefisien mungkin agar mampu mencukupi dan mendukung perkembangan suatu wilayah.

Ketiga sektor ini saling terkait dan perkembangannya menjadi indikator kemajuan suatu wilayah yang ditampilkan dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

PRDB merupakan penjumlahan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan perekonomian pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.

Pemanfaatan sumber daya alam harus melihat aspek keberlanjutan agar tetap terjaga, sehingga sumber daya alam tetap bertahan untuk generasi di masa yang akan datang. Untuk mengetahui seberapa besar cadangan sumber daya alam yang masih ada pada sebuah wilayah dapat dihitung dengan menggunakan cara analisis Neraca Sumber daya alam.

Meski demikian, dalam pemanfaatan sumber daya yang ada harus mempertimbangkan konservasinya agar tetap terjaga sehingga dapat digunakan untuk generasi seterusnya.

Diperlukan perencanaan secara matang yang mengkaji potensi pengembangan sumber daya dan daya dukung wilayah. Maka dari itu, dilakukan analisis Neraca Sumber Daya Alam (NSDA).

Seiring dengan berkembangnya suatu wilayah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan semakin meningkat.

Perkembangan wilayah dapat dilihat dengan mengkaji transformasi struktural ketiga sektor ekonomi yang ada. Sektorsektor tersebut adalah sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier. Sektor primer mengekstraksi sumber daya alam secara langsung seperti pertanian, peternakan, dan perikanan, dan perkebunan. Sektor sekunder mengolahan barang mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi seperti industri pengolahan, listrik, dan air bersih. Sektor tersier merupakan sektor penyedia layanan seperti jasa, perdagangan, dan transportasi.

Laporan ini secara khusus menganalisis potensi peternakan ruminansia di Kabupaten Magelang.

Potensi peternakan terkait erat dengan ketersediaan pakan dan lahan ternak yang berasal dari sektor pertanian.

Berdasarkan data, sektor pertanian memberikan kontrubusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Magelang pada tahun 2019.

Karenanya, perhitungan NSDA peternakan penting untuk dilakukan guna mengetahui potensi pengembangan subsektor peternakan sekaligus perannya dalam menyokong perekonomian Kabupaten Magelang.

02

1.2 Landasan Hukum Landasan hukum yang menjadi landasan dalam penyusunan neraca Peternakan di Kabupaten Magelang yaitu: SNI-19-6728-3-2002 tentang Pedoman Penyunan Neraca Sumber Daya.

SNI 19-6728-3-2015 tentang Penyusunan Neraca Spasial Sumber Daya Alam Perda Kabupaten Magelang No 5 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupeten Magelang Tahun 2010 - 2030.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya Direktorat Jendral Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum. Ăź Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya Peraturan Menteri Pertanian No.41/ Permentan/OY.140.9/2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukkan Pertanian.

Konsep Pedoman teknis Pengembangan Optimasi Lahan Tahun 2012 (PT. PSP.A.3-1.2012) Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Kementrian Pertanian.

Pedoan Teknis Perluasan Areal Peternakan TA. 2014 dari Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penyusunan neraca sumber daya alam ini adalah untuk : a) Mengetahui potensi jenis ruminansia (aktiva) dan tingkat pemanfaatan sumber daya peternakan (pasiva) di Kabupaten Magelang. b) Mengetahui ketersediaan cadangan sumber daya peternakan di Kabupaten Magelang. c) Mengetahui kaitan dan perkembangan perekonomian Kabupaten Magelang dengan neraca sumber daya alam Peternakan (jenis ruminansia).

Dengan adanya penyusunan analisis perhitungan neraca sumber daya alam ini dapat menjadi dasar dalam merekayasa atau merencanakan sumber daya peternakan, bahkan mempermudah dalam mengelola sumber daya peternakan demi tercapainya kesejahteraan dan keberlanjutan daerah Kabupaten Magelang.

03

1.4 Ruang Lingkup Penelitian a. Ruang Lingkup Substansial

b. Ruang Lingkup Areal

Ruang lingkup substansial yaitu mencakup perhitungan potensi dan eksisting peternakan yanga ada di Kabupaten Magelang.

Ternak yang dimaksud dalam perhitungan neraca ini adalah ternak ruminansia yang meliputi sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, domba, kelinci, babi, dan kambing.

Perhitungan yang dilakukan antara lain: 1) Luas seluruh lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pakan ternak.

2) Luas lahan yang saat ini sudah termanfaatkan sebagai lahan pakan ternak.

3) Besar cadangan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak baik dalam bentuk fisik maupun moneter.

4) Besar populasi keseluruhan ternak yang mampu untuk diwadahi.

5) Besar populasi yang telah dikembangkan dalam wilayah kabupaten.

6) Besar cadangan populasi ternak yang dapat diternakkan dalam wilayah kabupaten baik dalam bentuk fisik maupun moneter.

Area amatan dalam perhitungan neraca sumber daya alam peternakan adalah seluruh wilayah Kabupaten Magelang. c. Ruang Lingkup Temporal Analisis perhitungan neraca sumber daya alam menggambarkan kondisi sektor peternakan Kabupaten Magelang pada tahun 2019, dikarenakan keterbatasan data yang tersedia.

04

BAB II GAMBARAN UMUM

05

2.1

Letak Geografis

2.2

Kondisi Fisik

2.3 2.4

Kondisi Sosial Kondisi Ekonomi

2.1 Letak Geografis

Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai luas 108.573 ha atau sekitar 3,34 % dari luas Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Magelang mempunyai 21 kecamatan dan terdiri dari 367 desa dan 5 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Kajoran (83,41km2), sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Ngluwar (22,44 km2).

Sedangkan secara geografis, Kabupaten Magelang terletak pada posisi 110°01’51”110°26’58” Bujur Timur dan 7°19’13”- 7042’16” Lintang Selatan, dengan batasbatas Kabupaten Magelang sebagai berikut : a. Sebelah utara : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang, b. Sebelah timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali, c. Sebelah selatan : Kabupaten Purworejo dan Provinsi DI. Yogyakarta d. Sebelah barat : KabupatenTemanggung dan Kabupaten Wonosobo, e. Bagian tengah : Kota Magelang.

Letak Kabupaten Magelang yang strategis dapat dilihat dari posisi Kabupaten Magelang yang terletak tidak jauh dari kota besar yaitu Kota Yogyakarta dan Kota Semarang. Selain itu letak strategis kabupaten tersebut juga dapat dilihat dari letaknya yang di antara jalur pantura dengan jalur selatan-selatan, jalur utara-selatan dan di tengah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Magelang juga berada di antara perlintasan jalur ekonomi yaitu Semarang–Magelang–Purwokerto dan Semarang–Magelang– Yogyakarta–Solo, sehingga memudahkan aksesibilitas dan juga dapat mendorong perkembangan ekonomi Kabupaten Magelang.

06

2.2 Kondisi Fisik 2.2.1 Iklim

Kabupaten Magelang memiliki iklim tropis dengan suhu rata rata mencapai 25,62°C dan kelembapan udara 82%. Berdasarkan data BPS Kabupaten Magelang Tahun 2020, curah hujan pada tahun 2019 berkisar antara 0 - 604 mm/bulan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Magelang mempunyai curah hujan yang tinggi. Dapat dilihat dari peta dibawah, persebaran curah hujan di Kabupaten Magelang cenderung lebih tinggi di daerah tinggi.

2.2.2 Jenis Tanah Jenis tanah yang ada di Kabupaten Magelang bervariasi,mulai dari alluvial, latosol, lithosol dan regosol. Semua jenis tanah ini memiliki unsur hara yang sangat tinggi sehingga sangat cocok untuk pertanian. Namun, tumbuhan yang bisa ditanam berbedabeda.

07

Dapat dilihat dari fungsi tanam tersebut, tanah di Kabupaten Magelang sangat cocok untuk pertanian dan perkebunan sehingga hal ini mendorong banyaknya tenaga kerja berada di sektor ini. Sektor pertanian sebagai salah satu pemasok ekonomi terbesar di Kabupaten Magelang.

Tabel Jenis Tanah Per Kecamatan di Kabupaten Magelang Sumber : RPJMD Kabupaten Magelang Tahun 2019-2024

08

2.2.3 Kelerengan

Kabupaten Magelang secara umum merupakan dataran tinggi yang berbentuk basin atau cekungan yang dikelilingi gunung-gunung seperti Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Andong, Gunung Telomoyo, Gunung Sumbing serta pegunungan Menoreh. Wilayah Kabupaten Magelang terletak pada ketinggian anatar 153-3.065 m diatas permukaan laut dan memiliki ketinggian rata-rata 360 m diatas permukaan laut.

09

2.2 Kondisi Sosial Menurut Badan Statistika Kabupaten Magelang (2020), jumlah penduduk Kabupaten Magelang pada tahun 2019, yakni sebesar 1.295.019 jiwa dan kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan Mertoyudan sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Ngluwar. Untuk laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Magelang dimulai dari tahun 2009 hingga 2019 relatif lambat dan mengalami kenaikan sebesar 0,62% tiap tahunnya. Sedangkan untuk kepadatan penduduk, Kabupaten Magelang memiliki kepadatan sebesar 1192,76 Km²/jiwa.

Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Magelang Sumber : Analisis Penyusun

2.4 Kondisi Ekonomi

Berdasarkan data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Magelang tahun 2019, Kontribusi terbesar berada pada lapangan usaha sektor industri pengolahan sebesar 21,36% , sektor pertanian,kehutanan, dan perikanan sebesar 19,32%, dan juga sektor perdagangan besar dan eceran;reparasi mobil dan repeda motor sebesar 14,41%.

10

BAB III METODE PENELITIAN

11

3.1

Metode Analisis NSDA

3.2

Metode Analisis Ekonomi

3.3

Metode Analisis Keterkaitan NSDA Peternakan dengan Ekonomi

3.4

Kerangka Berpikir

3.1 Metode Analisis NSDA Peternakan Kabupaten Magelang

Penyusunan analisis NSDA merupakan bentuk proses analisis secara matematis mengenai jumlah sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan, termasuk di dalamnya seberapa besar pemanfaatan yang telah dilakukan dan besaran cadangan yang masih bisa dimaksimalkan oleh suatu wilayah. Perhitungan yang dilakukan berupa hitungan jumlah hewan ternak yang dapat dibudidayakan terkait dengan ketersediaan yang ada.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besaran cadangan SDA peternakan yang dimiliki suatu wilayah dimana cadangan SDA tersebut merupakan selisih antara potensi SDA yang dimiliki dengan penggunaan SDA yang dilakukan. Penghitungan Neraca Sumber Daya Alam berupa lahan spasial pakan ternak dilakukan dengan teknik overlay.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui derajat kesesuaian lahan, potensi lahan untuk pakan ternak, dan cadangan lahan Potensi (Aktiva)

Potensi (Pasiva)

Cadangan

Moneter

Fisik

Hektar

Ton

Rupiah

12

3.2 Metode Analisis Ekonomi Kabupaten Magelang 3.2.1 Analisis Ekonomi Makro Di samping menganalisis neraca Sumber Daya Alam, untuk melihat perkembangan wilayah diperlukan analisis ekonomi wilayah untuk melihat sektor-sektor yang berpengaruh serta memberi kontribusi besar terhadap perkembangan wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dalam analisa pertumbuhan wilayah. Pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat di wilayah tersebut.

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui struktur ekonomi, pola keruangan, laju pertumbuhan ekonomi, PDRB per kapita, serta kemampuan suatu wilayah dalam menyerap tenaga kerja.

3.2.1 Analisis Sektor Unggulan Wilayah Analisa ini dilakukan untuk mengetahui potensi ekonomi dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) dengan penekanan simulasi sub sektor secara mikro serta sektor-sektor secara makro di Kabupaten Magelang.

3.3 Metode Analisis Keterkaitan NSDA Peternakan dengan Ekonomi Kabupaten Magelang

Analisis perhitungan Neraca Sumber Daya Alam bertujuan untuk mengetahui seberapa besar jumlah cadangan sumber daya alam yang dimiliki suatu wilayah. Dalam hal ini, cadangan sumber daya alamnya berupa cadangan lahan dan sumber daya alam yang ada di dalamnya. Besaran cadangan lahan yang masih dapat digunakan merupakan selisih antara luasan lahan yang tersedia dengan luasan lahan yang sudah dimanfaatkan, sehingga hasil konversinya dapat ditemukan cadangan sumber daya alam yang masih tersedia di wilayah tersebut.

Hasil analisis NSDA selanjutnya diolah untuk mengetahui peranan subsektor peternakan dalam PDRB Kabupaten Magelang, jenis komoditas unggulan, dan permasalahan kesenjangan yang ada di setiap kecamatan. Perhitungan NSDA yang telah dilakukan digunakan sebagai analisis pendukung untuk memperkuat penjelasan mengenai analisis perekonomian makro dan sebagai pertimbangan dalam pengambilan rekomendasi solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemukan.

13

3.4 Kerangka Berpikir Skema Kerangka Berpikir Neraca Sumber Daya Ternak

14

Skema Kerangka Berpikir Neraca Sumber Daya Lahan Ternak

15

BAB IV PEMBAHASAN

16

4.1

Analisis Kesesuaian Lahan & Ekologi Ternak

4.2

Neraca Sumber Daya Alam (NSDA) Peternakan

4.3

Aktiva & Pasiva

4.4

Analisis Keterkaitan antara NSDA dengan Ekonomi Kabupaten Magelang

4.1 Analisis Kesesuaian Lahan & Ekologi Ternak 4.1.1 Analisis Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan merupakan kecocokan lahan dalam mendukung kegiatan yang berlangsung diatasnya. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui serta mengklasifikasikan lahan berdasarkan tingkat kesesuaiannya (lindung-budidaya).

Analisis dilakukan dengan metode skoring atau perhitungan bobot serta harkat masingmasing variabel (terdiri dari curah hujan, jenis tanah, dan kelerengan).

Kelerengan

Curah Hujan

Jenis Tanah

Setelah dilakukan pembobotan masing-masing indikator kesesuaian lahan, kemudian dilakukan klasifikasi total bobot, seperti sebagai berikut:

17

Berikut adalah analisis kesesuaian lahan di Kabupaten Magelang , jika dilihat dari aspek kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan dapat dilihat pada bagan berikut : Jenis Tanah

Curah Hujan

Kelerengan

Kesesuaian Lahan

=

18

Kesesuaian Lahan

Setelah dilakukan analisis kesesuaian lahan, dilakukan pembobotan pada masingmasing aspek dan overlay sehingga didapatkan tiga kriteria lahan dengan besaran sebagai berikut : Tabel Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Kabupaten Magelang

Berdasarkan analisis spasial diatas, diketahui bahwa Kabupaten Magelang memiliki kecenderungan untuk dapat dikembangkan guna mewadahi kegiatan peternakan. Hal ini dikarenakan potensi penyediaan pakan luas disertai dengan kondisi ekologis yang telah sesuai untuk ternak.

19

4.2.2 Analisis Kesesuaian Ekologi Ternak

Analisa kesesuaian lahan ekologis ternak digunakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang mendukung kegiatan peternakan. Tahap ini juga dilakukan untuk mengetahui bagian mana saja dari Kabupaten Magelang yang sesuai untuk budidaya ruminansia. Untuk mengetahui hal tersebut, digunakan analisis ekologis ternak ruminansia melalui metode overlay dengan beberapa aspek yang kemudian dilakukan skoring pada masing-masing peta.

Tabel Skoring Kesesuaian Lahan

Tabel Skoring Kegiatan Permukiman

Tabel Skoring Kegiatan Industri

Tabel Skoring Kegiatan Pertanian

Tabel Skoring Rawan Bencana

Setelah dilakukan skoring masing-masing aspek, selanjutnya dilakukan penjumlahan dan pengklasifikasian menjadi 3 kelas, yaitu tidak sesuai, cukup sesuai, dan sesuai.

Tabel Klasifikasi Total Skor Kesesuaian Lahan Ekologis Ternak

20

Berikut adalah hasil analisis peta-peta yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan ekologis ternak.

Kesesuaian Lahan

Kegiatan Permukiman

+ Kegiatan Industri

Kegiatan Pertanian

+

+ Rawan Bencana

+

Peta Ekologi Ternak

=

21

Kesesuaian Lahan Untuk Peternakan Ruminansia

Berdasarkan analisis spasial di atas, diketahui bahwa Kabupaten Magelang memiliki kecenderungan untuk dapat dikembangkan untuk mewadahi kegiatan peternakan. Hal ini dikarenakan potensi penyediaan pakan luas disertai dengan kondisi ekologis yang sesuai

22

4.2 Neraca Sumber Daya Alam (NSDA) Peternakan

4.2.1 NSDA Ternak Perhitungan Neraca Sumber Daya Alam NSDA digunakan untuk mendapatkan nilai cadangan dari sumber daya yang dimiliki, baik dalam satuan fisik (ton atau Ha) maupun moneter (rupiah). NSDA peternakan ruminansia bertujuan untuk mengetahui besaran cadangan hewan ternak ruminansia yang bisa dibudidayakan di Kabupaten Magelang berdasarkan kemampuan penyediaan pakan secara subsistence. Kelompok hewan yang diperhitungkan adalah sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, dan babi. Neraca ini didapatkan melalui proses: 1. Perhitungan daya dukung wilayah, melalui identifikasi sumber pakan dan perhitungan potensi produksi pakan ternak.

2. Perhitungan populasi ternak eksisting dan kebutuhan pakan, dihitung melalui perkalian jumlah ternak yang ada (setelah dikonversi dalam satuan ternak/ST) dengan kebutuhan pakan minimum.

3. Perhitungan cadangan populasi ternak dengan melihat selisih antar daya dukung wilayah dalam menyediakan pakan ternak dengan populasi ternak eksisting.

Angka yang didapat merupakan kapasitas penambahan ternak yang bisa dilakukan.

Untuk dapat mendapatkan perhitungan diatas, maka digunakan beberapa metode perhitungan terkait dengan potensi peternakan berdasarkan Atmiyati, 2006. Produksi pakan ternak ruminansia menurut Atmiyati, 2006 bisa berasal dari dua sumber utama, yaitu sumber pakan dari limbah dan sumber pakan hijauan alami, dengan penjelasan sebagai berikut: a. Perhitungan Potensi Pakan Hijauan Alami (BKC Ton / Th) (Pkg x 0,53 x 2) + (Teg. + huma + lad+ kebun + L.bera) x 2,875) + (Penggem x 0,75)) + (Hrytx0,6) + (Lain x 0,75) + (Lkld x 10) + (Lkrt x 2) + (Lkst x 5) + (Lckh x 5) x 0,5 Keterangan : Pkg = pekarangan Teg = tegalan Lad = ladang L.bera = lahan bera Penggem = Penggembalaan Lain = lain-lain Lkld = luas tanaman kelapa dalam Lkrt = luas tanaman karet Lkst = luas tanaman kelapa sawit Lckh =luas tanaman cengkeh Hryt = hutan rakyat Catatan : luas dalam Ha

23

b. Indeks * Satu ST (Satuan Ternak) setara dengan 250 kg berat hidup, yaitu berat ratarata sapi lokal dewasa (Juwarini dan Petheram, 1983).

Nilai faktor konversi adalah : Kerbau = 0,8 Sapi dan Kuda = 0,7 Domba = 0,06 Kambing = 0,05 Babi = 0,16 c. Indeks ** Kebutuhan pakan minimum ternak ruminansia untuk satu satuan ternak (ST) menurut (Thahar dkk. 1991), (Thahar dkk. 1992 dan THAHAR dkk. 1993) : K = 2,5 % x 50 % x 365 x 250 kg = 1,14 ton BKC Keterangan : K = Kebutuhan pakan minimum untuk satu ST dalam ton bahan kering tercerna atau disebut juga DDM (digestible dry mather) selama satu tahun 2,50 % = Kebutuhan minimum jumlah ransum hijauan pakan (bahan kering) terhadap berat badan 50 % = nilai rata-rata daya cerna berbagai jenis tanaman 365 = jumlah hari dalam setahun 250 Kg = Jumlah biomasa untuk satu Satuan Ternak Perhitungan Potensi Pakan Hijauan Alami (BKC Ton/Th): IDD < 1 = Kritis IDD 1-2 = Rawan IDD >2 = Aman d. Indeks *** 1,14 ton BKC/tahun atau kelipatannya sesuai estimasi peningkatan kebutuhan pakan. Perhitungan Potensi Pakan dari Limbah (BKC Ton/Th) = (ps x 0,4) + (pI x 3 x 0,4) + (jg x 3 x 0,5) + (kd x 3 x 0,55) + ((kh + kt) x 2x 0,55) + ((uj x 0,25/6 ) + (uk x 0,25/4)} x 0,65 Keterangan : Ps pl jg kd

= padi sawah = padi ladang = jagung = kedelai

kh kt uj uk

= kacang hijau = kacang tanah = ubi jalar = ubi kayu

Catatan: Produksi dalam Ton/Tahun

24

1. Perhitungan Potensi Penyediaan Pakan Ternak a) Pakan Limbah Pakan limbah di Kabupaten Magelang didapatkan dari berbagai komoditas pertanian, seperti padi, jagung, kacang kedelai, kacang tanah, ubi jalar, dan ubi kayu. Berikut ini adalah data produksi komoditas tersebut pada tahun 2019.

Tabel Data Produksi Pertanian Kabupaten Magelang 2019

Sumber : BPS Kabupaten Magelang Setelah teridentifikasi komoditas yang menjadi sumber pakan limbah dan diketahui besaran produksinya, selanjutnya dilakukan penghitungan dengan mengalikan jumlah produksi perkomoditas dengan indeks masing-masing komoditas untuk mendapatkan besaran pakan dihasilkan (dalam BKC Ton/Th).

Perhitungan yang dilakukan sebagai berikut:

25

Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Sehingga, dari perhitungan tersebut didapati jumlah pakan hijauan alami yang mampu dihasilkan Kabupaten Magelang adalah sebesar 238.290, 49 BKC Ton/Tahun.

26

b) Perhitungan Produksi Pakan Hijau Alami Pakan ternak dari hijauan alami di Kabupaten Magelang didapatkan dari berbagai sumber, seperti tegalan/kebun, ladang, perkebunan, dan hutan rakyat.

Berikut ini adalah data luasan lahan komoditas tersebut pada tahun 2019:

Sumber : BPS Kabupaten Magelang Setelah teridentifikasi komoditas yang menjadi sumber pakan hijauan alami dan diketahui luasan lahannya, selanjutnya dilakukan penghitungan dengan mengalikan jumlah luasan perkomoditas dengan indeks masing-masing komoditas untuk mendapatkan besaran pakan dihasilkan (dalam BKC Ton/Th).

27

Perhitungannya yang dilakukan sebagai berikut:

Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Dari perhitungan tersebut, maka didapati jumlah pakan hijauan alami yang mampu dihasilkan Kabupaten Magelang sebesar 64,966.20 BKC Ton/Tahun.

28

c) Potensi Total Penyediaan Pakan

Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Maka dari hasil perhitungan penyediaan pakan dari limbah maupun pakan hijauan alami, didapatkan potensi total penyediaan pakan ternak ruminansia di Kabupaten Magelang yaitu sebesar 303.256, 69 BKC Ton/tahun.

29

2. Perhitungan Cadangan Ternak a) Populasi Ternak Eksisting Populasi ternak ruminansia yang ada di Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut:

Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Data diatas kemudian dikalikan dengan indeks hewan ternak untuk mendapatkan hymlah dalam ST (Satuan Ternak) seperti berikut :

30

Data diatas kemudian dikalikan dengan indeks hewan ternak untuk mendapatkan hymlah dalam ST (Satuan Ternak) seperti berikut :

Sumber : Analisis Penyusun, 2020

31

b) Perhitungan Kapasitas Penambahan / Cadangan Ternak Setelah diketahui potensi penyediaan pakan serta kebutuhan pakan eksisting, maka dapat dihitung jumlah ternak yang bisa ditambah (cadangan) dengan langkah sebagai berikut:

Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Catatan: Kritis : Pakan sudah tidak mencukupi Rawan : Pakan ternak mencukupi, namun dengan pilihan yang terbatas Aman : Pakan ternak masih tersedia dengan berbagai pilihan

32

c) Valuasi Fisik - Moneter (Ton dan Rupiah)

Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Dari hasil perhitungan diketahui bahwa Kabupaten Magelang aman untuk dilakukan penambahan ternak sebesar 62.024,22 ST atau sebesar 15.506,06 Ton yakni senilai Rp 1.350,58 Miliyar . Penambahan dapat dilakukan di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang.

33

4.2.2 NSDA Lahan Pakan Ternak Luas lahan yang berpotensi menghasilkan pakan ternak merupakan penjumlahan dari berbagai lahan yang dapat memproduksi pakan ternak. Lahan ini secara garis besar terbagi menjadi lahan yang menghasilkan pakan hijauan alami dan lahan yang menghasilkan pakan limbah (Atmiyati, 2006). Neraca ini didapatkan melalui beberapa proses, yaitu sebagai berikut: 1. Perhitungan luas lahan yang berpotensi menghasilkan pakan ternak, merupakan penjumlahan dari berbagai lahan yang dapat memproduksi pakan ternak yang secara garis besar merupakan lahan pertanian, perkebunan, dan lahan lainnya yang sesuai.

2. Perhitungan lahan yang telah dimanfaatkan, merupakan perkalian antara populasi ternak dengan kebutuhan pakan minimum yang kemudian dibagi oleh rata-rata produktivitas lahan.

3. Perhitungan cadangan lahan pakan ternak, merupakan selisih antara luas lahan yang berpotensi menghasilkan pakan ternak dengan lahan yang telah dimanfaatkan. a. Perhitungan Luas Lahan Potensial Berikut adalah perhitungan luas lahan potensial :

Sumber : Analisis Penyusun, 2020

34

Setelah diketahui jenis pakan dan lahan yang tersedia, kemudian dilakukan perhitungan lahan yang dibutuhkan untuk menyediakan pakan ternak. Perhitungan ini dapat dilakukan dengan cara mengalikan populasi ternak yang ada dengan kebutuhan minimum pakan, kemudian dibagi dengan nilai produktivitas lahan yang ada. b. Perhitungan Luas Lahan Termanfaatkan

Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Setelah didapati lahan yang termanfaatkan sebagai penyedia pakan ternak. Maka, langkah selanjutnya dilakukan penghitungan untuk mendapatkan nilai cadangan lahan pakan ternak yang belum termanfaatkan. Angka ini didapatkan dengan melakukan mengurangkan potensi lahan pakan dengan luasan lahan yang telah termanfaatkan.

35

c. Cadangan Lahan Pakan Ternak yang Belum Termanfaatkan

Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Dari perhitungan diatas, diketahui cadangan lahan yang tersedia sebesar 14.984,83 Ha atau masih 68,21 % dari total potensi lahan yang ada. Nilai tersebut dapat manfaatkan sebagai tambahan input pada usaha pertanian, dengan skenario pembatasan, berikut pendetilan cadangannya:

Sumber : Analisis Penyusun, 2020

36

d. Perhitungan Cadangan Lahan Moneter (Rupiah)

Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Dari hasil perhitungan neraca, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Magelang masih memiliki cadangan lahan pakan ternak pada batas aman di mana kebutuhan pakan ternak tercukupi dengan adanya pilihan seluas 14.984,83 Ha atau senilai 11.058.804.540,00 Rupiah (11 Miliar).

Sedangkan besar cadangan minimum di mana kebutuhan akan ternak mampu terpenuhi tetapi dengan pilihan yang terbatas adalah 82.289 Ha atau senilai 60.729.282.000,00 Rupiah.

37

4.3 Aktiva & Pasiva Tabel aktiva dan pasiva adalah tabel yang digunakan untuk menunjukan potensi penyediaan, penggunaan, dan cadangan dengan lebih jelas dan informatif. Tabel aktiva dan pasiva neraca sumber daya ternak Ruminansia Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut :

Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Dari hasil perhitungan neraca, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Magelang masih memiliki cadangan lahan pakan ternak pada batas aman di mana kebutuhan pakan ternak tercukupi dengan adanya pilihan seluas 14.984,83 Ha atau senilai 11.058.804.540,00 Rupiah (11 Miliar).

Sedangkan besar cadangan minimum di mana kebutuhan akan ternak mampu terpenuhi tetapi dengan pilihan yang terbatas adalah 82.289 Ha atau senilai 60.729.282.000,00 Rupiah.

38

4.4 Analisis Keterkaitan antara NSDA

dengan Ekonomi Kabupaten Magelang

Tabel aktiva dan pasiva adalah tabel yang digunakan untuk menunjukan potensi penyediaan, penggunaan, dan cadangan dengan lebih jelas dan informatif. Tabel aktiva dan pasiva neraca sumber daya ternak Ruminansia Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut :

4.4.1 Analisis Ekonomi Makro

PDRB ADH Konstan Kabupaten Magelang Tahun 2015-2019

Sumber : BPS Kabupaten Magelang

39

Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Berdasarkan Diagram Struktur Perekonomian PDRB tahun 2015-2019 per-sektor dapat dilihat bahwa sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan penyumbang terbesar secara terus menerus di pendapatan daerah Kabupaten Magelang. Besarnya kontribusi pertanian berimplikasi pada besarnya potensi pakan ternak yang bisa didapatkan dari alokasi limbah pertanian (panen) yang ada. Sub kehutanan menunjukkan potensi besar dalam hal ketersediaan pakan alami untuk hewan ternak.

40

4.4.1 Analisis Ekonomi Makro

Sektor unggulan merupakan sektor yang memiliki daya saing dalam beberapa tahun terakhir dan memiliki kemungkinan besar untuk berkembang di masa yang akan datang. Sektor unggulan ini berbeda dengan sektor potensial, di mana sektor potensial merupakan sektor yang berpotensi dapat berkembang di masa yang akan datang walaupun daya saingnya dalam beberapa tahun terakhir tidak terlalu baik. Penentuan sektor unggulan dilakukan dengan metode analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Tipologi Klassen. a) Tipologi Klassen Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang saat ini digunakan berdasarkan sektor perekonomian suatu wilayah. Tipologi Klassen mengklasifikasikan sebuah sektor perekonomian menjadi empat tipe, yaitu: unggulan, berkembang, potensial, dan tertinggal.

Sumber : Analisis Penyusun, 2020

41

Temuan yang di dapat dari metode ini adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan di Kabupaten Magelang masuk dalam sektor yang berkembang , yang artinya sektor ini memiliki kesempatan untuk bisa berkembang di masa yang akan datang. b) Location Quotient (LQ) Analisis Location Quotient (LQ) adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui spesialisasi dan tingkat pertumbuhan sebuah sektor dalam suatu wilayah dengan kemudian dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas.

Sumber : Analisis Penyusun, 2020

42

Dari analisis LQ dan DLQ yang dipeloleh, sektor-sektor yang ada akan dikelompokkan menjadi empat kelompok sektor, yaitu : sektor unggulan, sektor potensial, setor berkembang, da juga sektor yang terbelakang. Dan berikut adalah kriteria penentuanya : Apabila suatu sektor berkategori SLQ>1 dan DLQ>1 : sektor unggulan Apabila suatu sektor berkategori SLQ<1 dan DLQ>1 : sektor berkembang Apabila suatu sektor berkategori SLQ>1 dan DLQ<1 : sektor potensial Apabila suatu sektor berkategori SLQ<1 dan DLQ<1 : sektor terbelakang

Tabel Ketentuan Analisis LQ Kabupaten Magelang Sumber : Hasil Analisis Penyusun Temuan yang didapat dari metode ini di Kabupaten Magelang adalah Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan sektor potensial yang berarti memberikan pengaruh besar terhadap Kabupaten Magelang.

43

Selain menganalisis menurut sektor, juga diperlukan analisis untuk menentukan jenis ternak apa yang lebih unggul apabila ingin dikembangkan.

Oleh karena itu, dengan analisis yang sama, yaitu LQ diperoleh hasil berikut :

Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Dengan membandingkan jumlah ternak di Kabupaten Magelang dan Jawa Tengah. maka dapat disimpulkan lebih lanjut bahwa komoditas hewan ternak sapi potong dan kerbau memiliki nilai LQ lebih dari satu (LQ > 1) sehingga memiliki peluang yang baik untuk dikembangkan di Kabupaten Magelang. Tidak menutup kemungkinan bahwa dengan mengembangkan dua jenis ternak tersebut justru mampu memberikan kontribusi lebih besar terhadap PDRB dari sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang berimplementasi juga pada kenaikan PDRB secara total.

Dari kedua metode tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor peternakan yang menjadi sub sektor dari Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan memberikan kontribusi yang besar dan dipercaya untuk menjadi sektor andalan di Kabupaten Magelang hingga masa yang akan datang.

44

BAB V PENUTUP

45

5.1

KESIMPULAN

5.2

REKOMENDASI

5.1 KESIMPULAN Kabupaten Magelang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki 21 kecamatan dengan sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebagai penyumbang besar pertama dalam struktur PDRBnya, yakni sebesar 22,15 % .

Berdasarkan hasil analisis Neraca Sumber Daya Peternakan yang telah dilakukan, sub sektor ini memiliki potensi yang sangat besar akan tetapi belum dimanfaatkan secara optimal oleh Kabupaten Magelang. Total penyediaan pakan ternak ruminansia di Kabupaten Magelang sebesar 303.256, 69 BKC Ton/tahun, dengan pakan hijauan alami sebesar 111,004.119 BKC Ton/Tahun dan Pakan limbah sebesar 64,966.20 BKC Ton/Tahun. Sedangkan, besar cadangan ternak ruminansia di Kabupaten Magelang mencapai 15.506,06 Ton atau setara dengan Rp 1.350,58 Miliyar. Yang Mana masih terdapat pula cadangan lahan untuk peternakan ruminansia sebesar 82.289 Ha atau masih belum dimanfaatkan sebesar 68,21 % dari luas potensi lahan peternakan.

5.2 REKOMENDASI Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, rekomendasi terkait pengembangan sub-sektor peternakan di Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut : 1. Pemanfaatan cadangan peternakan terutama daerah yang memiliki kesesuaian ekologi ternak 2. Peningkatan Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan peternakan baik dalam segi produksi maupun distribusi 3. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang ahli di bidang peternakan yang di dukung oleh teknologi

46

DAFTAR PUSTAKA Atmiyati. (2006). Daya Dukung Hijauan Pakan Ternah terhadap Pengembangan Ternak di Kabupaten Sambas. Balai Penelitian Ternak : Bogor Pradana, B. dkk. 2013. Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian terhadap Komoditas Pertanian Kabupaten Cilacap. Jurnal Geodesi UNDIP. 2(2):1-12 Widiatmaka, dkk. 2016. Assecing the Suitability and Availability of Land for Agriculture in Tuban Regency , East Java, Indonesia. Jurnal Environmental Soil Science. (16):1-13 Juarini, Elizabeth dkk. 2011. Carrying Capacity of Forage and Crop Waste for Development of Buffalo and Cattle to Support Meat Self Sufficiency in 2014 in Lebak District. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-6728.3-2002 Tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya Kabupaten Magelang Dalam Angka 2020 Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Badan Pusat Statistik Jawa Tengah

47

METODE DAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2020