28102012-metroriau

Page 20

20

KELUARGA

METRO RIAU MINGGU, 28 OKTOBER 2012

Dampak Perceraian Bagi Anak GUGATAN cerai Dewi Yull terhadap Ray Sahetapi membuat banyak pihak terhenyak. Pasalnya, selama ini mereka dikenal sebagai pasangan yang harmonis. Tak urung, sang putri, Gisca, buka suara soal kemelut yang menimpa orangtuanya. Apa sih sebetulnya dampak perceraian bagi anak? Tak pernah ada efek positif dari sebuah perceraian. Memang, dalam situasi tertentu, misalnya suami melakukan domestic violence terhadap istri, perceraian bisa jadi merupakan jalan keluar terbaik, namun tetap ada akibat atau konsekuensi negatifnya, terutama efek negatif pada anak. “Efek negatif perceraian pada anak bisa berbeda-beda,” ujar Dra. Clara Istiwidarum Kriswanto, MA, CPBC dari Jagadnita Consulting, seraya melanjutkan, “Tergantung banyak faktor, dari usia anak, jenis kelamin, kematangan kepribadian, kesehatan psikologis, serta ada-tidaknya dukungan dari orang dewasa lainnya.” Sebuah penelitian menunjukkan, anak perempuan lebih bisa meng-handle hal-hal yang berkaitan dengan konsekuensi dari perceraian orangtuanya ketimbang anak lelaki. “Problem anak lelaki dari orangtua yang bercerai biasanya lebih serius, mereka lebih terganggu. Mungkin ini karena lelaki lebih rasional, sementara perempuan lebih mampu memendam perasaan.” Pada anak yang masih terlalu kecil, memang agak susah menjelaskan perihal perceraian, termasuk kenapa orangtua harus bercerai. “Soalnya, mereka belum tahu konsep tentang cinta, tentang kenapa orangtua pisah tapi tetap mencintai dirinya, dan sebagainya,” terang Clara. Keputusan bercerai biasanya sudah melalui proses yang panjang. Yang sebaiknya dilakukan orangtua adalah melibatkan anak dalam proses perceraian. “Sangat jarang terjadi, orangtua melibatkan anak

ceraian orangtuanya. “Orangtua harus harus hati-hati melihat, apakah ini memang reaksi yang wajar, karena dia sudah secara matang bisa menerima hal itu, atau hanya pura-pura.” Anak juga bisa jadi tidak sejak mulai ribut-ribut sampai pe-de dan takut menjalin bercerai. Yang terjadi, anak kedekatan (intimacy) dengan baru diberitahu setelah kepu- lawan jenis. “Ke depannya, settusan bercerai diambil, dan elah dewasa, anak cenderung anak kemudian diminta untuk enggak berani untuk commit mengerti. Padahal, sebetulnya pada suatu hubungan. Pacaranini aspek penting yang diharap- putus, pacaran-putus.” Self esteem anak juga bisa kan anak, cuma anak belum turun. “Jika self esteem-nya bisa omong,” terang Clara. Kelak, setelah anak lebih jadi sangat rendah dan rasa besar, persepsinya akan bilang bersalahnya sangat besar, anak bahwa ia diabaikan. “Anak bisa jadi akan dendam pada merasa tak pernah ditanya orangtuanya, terlibat drugs pendapat dan perasaannya. dan alkohol, dan yang ekstrem, Mereka akan merasa, ‘Toh ka- muncul pikiran untuk bunuh lau saya berpendapat, nggak diri.” Beban sebagai publik figur ada pengaruhnya juga.’ Padahal, yang diharapkan anak atau anak pasangan publik sebetulnya adalah ingin diden- figur, seperti yang terjadi pada gar dan punya kesempatan un- anak-anak pasangan Dewi Yulltuk mengekspresikan apa yang Ray Sahetapi, juga akan semakin besar. “Orang biasa saja mereka rasakan.” TAKUT MENJALIN menghadapi kasus perceraian HUBUNGAN pasti terbebani, kok, apalagi Banyak sekali dampak publik figur. Semua orang bisa negatif perceraian yang bisa lihat dan berkomentar macammuncul pada anak. “Marah macam.” Ada juga yang kemudian pada diri sendiri, marah pada lingkungan, jadi pembang- jadi merendahkan salah satu kang, enggak sabaran, impul- orangtua, tidak lagi bisa persif,” ujar Clara. Bisa jadi, anak caya pada orangtua, atau sebaakan merasa bersalah (guilty liknya, terlalu mengidentifikasi feeling) dan menganggap di- salah satu orangtua. Misalnya, rinyalah biang keladi atau anak sangat kasihan pada salah penyebab perceraian orangtu- satu pihak. “Apalagi jika anak anya. “Anak merasakan, ‘Ah, sudah besar dan punya kejangan-jangan saya yang mem- inginan untuk menyelamatkan buat Papa-Mama bercerai,’ perkawinan orangtuanya, tapi sehingga muncul rasa marah tidak berhasil. Ia akan merasa campur rasa bersalah.” Apalagi sangat menyesal, merasakan jika dalam proses selanjutnya, bahwa omongannya tak diguterjadi perebutan anak antara bris, merasa diabaikan, dan suami-istri. “Anak jadi bin- merasa bukan bagian penting gung, pingin ikut ayah, tapi kok dari kehidupan orangtuanya.” Perasaan marah dan keakhirnya ikut sang ibu. Ia akan merasa menjadi biang keladi cewa pada orangtua merupakan sesuatu yang wajar, seperti perebutan itu.” Dampak lain adalah anak yang dilontarkan Gisca pada jadi apatis, menarik diri, atau sang ayah “Ini adalah proses sebaliknya, mungkin kelihatan dari apa yang sesungguhnya tidak terpengaruh oleh per- ada di hati anak. Jadi, biarkan

anak marah, daripada memendam kemarahan dan kemudian mengekspresikannya ke tempat yang salah,” ujar Clara. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN Apa saja yang sebaiknya dilakukan orangtua yang akan atau telah bercerai agar tak terlalu berdampak negatif pada anak? 1. Sejak awal, kalau bisa libatkan anak dalam proses perceraian. Paling tidak, anak akan merasa didengarkan, tidak hanya menerima perceraian orangtuanya secara tiba-tiba. 2. Jika perceraian terjadi, usahakan me-maintain rutinitas keluarga tetap seperti sediakala. Misalnya, tetap berkumpul bersama. Usahakan situasi tidak hilang begitu atau berubah total. Buatlah masa-masa transisi yang smooth, supaya anak juga bisa merasakan, ‘Oh, mereka sudah tidak bersatu lagi tapi mereka masih sayang sama saya, saya juga masih bisa mendapatkan apa yang saya butuhkan dari mereka.’ 3. Jangan ingkar janji. Kalau memang pernah berjanji untuk tetap selalu bertemu anak setelah perceraian, penuhi itu. Ini akan membangun rasa percaya (trust) anak pada orangtua. Ingat, tidak ada yang namanya bekas anak atau bekas orangtua. 4. Sebisa mungkin lebih terlibat dengan kegiatan sekolah anak, serta memberi dukungan yang dibutuhkan anak. Mungkin anak punya ketakutan, ‘Wah nanti saya enggak bisa dijemput Papa-Mama lagi,’ dan sebagainya. 5. Hindari pertentangan. Anak-anak sudah cukup menderita karena perceraian orangtuanya, jadi jangan tambah beban mereka dengan menentang mereka. Misalnya, salah satu orangtua merasa anak malah membela salah satu pihak, dan kemudian menyalahkan anak. Rasa marah, tak setuju, kecewa, itu merupakan proses anak

dalam menghadapi perceraian orangtuanya. Justru anak harus dibantu mengungkapkan itu secara positif supaya tidak salah

mengungkapkan. 6. Kalau memang perlu, libatkan dukungan pihak ketiga, misalnya kakek-nenek dalam

masa transisi. Dan kalau memang merasa tak mampu mengatasi sendiri, berkonsultasilah dengan profesional.(net/yohana)

Minimalisir Dampak Perceraian PERCERAIAN pasti akan membuat anak sedih dan kecewa. Menurut psikolog Rustika Thamrin, mereka sendiri akan melalui serangkaian proses yang stressful. Pasti ada rasa malu dalam diri mereka, karena orang tuanya tidak lengkap lagi. Anak cenderung lebih pendiam, tidak fokus pada pelajaran, dan menarik diri dari pergaulan. Bahkan menyalahkan dirinya sebagai penyebab perceraian. Bahayanya, terkadang muncul konsep diri yang salah. “Saya memang anak nakal. Sekalian saja saya cobain narkoba.” Ditambah lagi kesalahan orang tua dalam berkomunikasi pada anak bisa membuat anak makin terpuruk. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan bila kondisi ini memang harus terjadi: Untuk anak di bawah usia 5 tahun: ciptakan suasana di rumah tidak panas. Anak di bawah lima tahun dapat merasakan aura dan

Konsultasi Keluarga Kepada Yth, Bapak Dr. H.K. Suheimi Di Padang Assallamualaikum, Wr, Wb. Saya karyawan sebuah perusahaan swasta dan seorang ibu rumah tangga yang berumur 28 tahun yang sekarang sedang hamil muda (5 bulan).

Sebagai calon ibu, tentu ingin memiliki anak yang sehat walafiat dan melahirkan dengan alamiah. Persoalan yang saya tanyakan kepada Dokter, makanan apa yang sebaiknya saya konsumsi untuk memperlancar persalinan nantinya, apakah saya harus melakukan dari sekarang.?

Jika anda ingin mengetahui masalah seputar kandunga dan keharmonisan rumah tangga, anda dapat Mengirim kan pertanyaan melalui email : herlina@metroriau.com atau SMS 081276980551.

suasana. Anak juga sangat peka terhadap body language. Tetap ciptakan rasa tenang, tidak kelihatan saling membenci. Ajak anak bicara, misalnya, katakan, “Ayah pergi dulu, ya, tapi Ayah tetap sayang sama Adik. Ayah pindah rumah, tapi Ayah tetap akan datang ke sini jenguk Adik.” Komunikasi seperti inilah yang harus dijaga. Untuk anak yang sudah remaja: mereka bisa diajak bicara. Misalnya, ketika melihat orang tuanya bertengkar, komunikasikan bahwa sebenarnya yang dilakukan ayah dan ibunya kurang baik. Maunya tidak seperti itu, tapi saat itu tidak bisa kontrol diri. “Kamu punya sahabat, lalu sahabat membuatmu marah, apa yang kamu lakukan? Ayah dan Ibu lebih dekat dari sahabat. Terkadang ada hal yang bikin kecewa, terkadang tidak bisa menahan emosi,” Rustika mencontohkan. Setelah bicara hal tadi, sampaikan bahwa

Anda tidak bisa selalu bersama dengan ayahnya. Tapi, meski berjauhan, ayah dan ibunya akan tetap sayang padanya. Jika anak lebih dari satu, paling baik, sampaikan hal ini satu per satu. Setelah itu, baru dikumpulkan. Dengan demikian, Anda bisa lebih tahu reaksi masing-masing anak. Setelah orang tua menekankan bahwa ayah dan ibu sayang kepadanya, biasanya anak akan lebih cepat bangkit. Anak tidak akan membiarkan dirinya jatuh dan terombang-ambing. Lain halnya jika orang tua ribut terus. Sikap seperti itu akan menjadi model negatif yang akan masuk ke alam bawah sadar anak-anak, dan menjadi contoh yang tidak baik, bila kelak mereka sendiri berkeluarga. Jika anak melihat ayah dan ibunya membaik hubungannya setelah berpisah, dan lebih bahagia, perlahan-lahan kekecewaan itu bisa menghilang.(net/yohana)

Makanan Untuk Memperlancar Persalinan Demikianlah pertanyaan saya, semoga dokter dapat menjawabnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih

sangat perhatian kehamilan ibu, karena anak adalah titipan Allah yang amat berharga sehingga harus dijaga dengan baik-baiknya. Secara umum, Wassallam kebutuhan tubuh Ny. Dini ibu terhadap zatPadang zat nutrisi akan Dr. HK Suheimi mengalami penJawaban; ingkatan selama hamil dan Ibu Dini yang bahagia, seakan lebih meningkatkan Bagus sekali bahwa ibu lagi pada masa menyusui.

Sebagai contoh, kebutuhan kalori harian jika tidak hamil yang sebesar 2200 kalori akan meningkat menjadi 2500 kalori di masa hamil dan menjadi 2600 kalori dimasa menyusui. Dengan mengkonsumsi makanan seimbang menurut pola empat sehat lima sempurna dalam posisi 1 ¼ -1 ½ kali dari biasa, kebutuhan zat-zat gizi ibu hamil akan tercukupi, kecuali zat besi, ibu dapat memakan tablet

zat-zat gizi dengan tablet multivitamin-mineral khusus ibu hamil yang banyak tersedia di pasaran, cukup satu tablet sehari. Kecukupan gizi ibu ditentukan dengan penambahan berat badan selama hamil, yang normalnya berkisar 11,5 kg sampai dengan 16 kg. Agar persalinan nanti berjalan lancar tanpa halangan, sebaiknya ibu mempersiapkan mental dengan banyak membaca hal-hal

yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, karena kondisi mental ibu akan sangat mempengaruhi kemajuan persalinan. Ibu juga dapat mempersiapkan fisik dengan mulai melakukan senam hamil yang bertujuan memperkuat otot-otot yang diperlukan persalinan berlangsung. Sekian dulu, semoga dapat melahirkan si buah hati dengan lancar tanpa halangan apapun.*


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
28102012-metroriau by Harian Pagi Metro Riau - Issuu