PERSPEKTIF #5

Page 33

OPINI Pendidikan dalam pesantren juga mengondisikan santrinya untuk mengenal lingkungan masyarakat yang ada disekitarnya. Pendidikan pesantren memang ditujukan untuk mendekatkan para santrinya dengan realitas masyarakat, sebab mereka memang disiapkan untuk mengabdi dimasyarakat kelak kalau mereka lulus nanti, seperti dalam hadist Rasulullah ”khoirunnasi anfa uhum linnass” yang artinya sebaik – baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi sesamanya. Kini masyarakat dan bangsa dihadapkan dengan berbagai masalah dan persoalan yang mendesak seperti, krisis ekonomi, pengangguran, arus urbanisai dan lain sebagainya. Dalam permasalahan ini jalan keluarnya adalah mengerahkan segala sumber yang ada dalam bidang pendidikan, maka ekstensi santri dalam pesantren yang akan lebih disorot. Karena masyarakat dan pemerintah mengharapkan pondok pesantren yang memiliki potensi besar dalam bidang pendidikan. Dengan watak otentik pondok pesantren yang cenderung menolak pemusatan (sentralisasi) santri sangat diharapkan dalam tengah – tengah masyarakat, dan diharapkan untuk mendidik akhlakul karimah dalam masyarakat. Jihad para santri pada saat ini tentu semakin berat. Selain kemampuan yang mumpuni pada penguasaan keislaman juga diharapkan memiliki keluasan cakrawala pengetahuan dalam beragam perspektif keilmuan umum. Sebab mereka akan dihadapkan pada persoalan – persoalan yang ada dalam kehidupan. Saat ini tantangan bagi para santri tentu akan lebih kompleks dibanding masa – masa sebelumnya. Mereka akan bergelut dengan isu – isu sosial kemasyarakatan, lingkungan, politik, ekonomi, dan kebangsaan yang lebih rumit dibanding dengan masa lalu. Modalitas yang didapat para santri ketika dipesantren sesungguhnya sangat berarti bagi realita kehidupan kebangsaan saat ini. Apalagi jika dikuatkan dengan kapasitas yang dimiliki diberagam bidang kehidupan. Hari santri yang kini diperingati setiap 22 Oktober ditetapkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2015 silam dapat menjadi momentum bersama untuk megakui bahwa generasi pecinta tanah air ini yang perlu dirawat dan dikembangkan. Karakter dan perannya sangat diperlu dikembangkan lebih jauh lagi, terutama menghadapi kemelut konflik akibat beragam perbedaan identitas dan kepentingan. Melalui semangat Hari Santri mereka senantiasa ingin menyampaikan pesan bahwa kebinekaan atau keragaman adalah identitas utama Indonesia. Perbedaan paham, agama, suku, maupun kepentingan kelompok haruslah disikapi tanpa harus menggunakan kekerasan. Bahwasannya merawat perdamaian di negeri Indonesia adalah kewajiban bersama. Begitupun bagi para santri diseluruh plosok

negeri. Sudah saatnya berani tampil selangkah lebih maju untuk terus menyuarakan kerukunan dan perdamaian di masyarakat. Prinsipnya tentu tidak jauh dari kesejukan dalam menyampaikan pesan – pesan agama, merangkul keragaman masyarakat, dan ikut serta mengawal kedulatan Republik Indonesia. Saat ini santri merupakan ujung tombak dalam penyelesaian dari berbagai masalah yang telah mereka dapat dari pendidikan pesantren. Keberadaan pesantren diyakini bisa berfungsi sebagai filter penyebaran berita bohong (hoax) di lingkungan masyarakat. Apalagi menjelang perhelatan Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 mendatang, penyebaran hoax diprediksi akan semakin kuat. Penyebaran berita bohong diyakini akan semakin masif menjelang pesta demokrasi Pileg dan Pilpres 2019. Apalagi dengan cenderung tingginya penggunaan gadget atau smartphone di kalangan masyarakat, upaya menyebarkan berita bohong akan cukup efektif menyerang secara personal. Hoax dalam perspektif sekarang sudah menjadi industri. Memang hoax itu diciptakan dan diproduksi sebanyak mungkin untuk menyerang lawan politik dan lain sebagainya. Untuk itu diperlukan sikap jelas dari pemerintah, tokoh masyarakat, maupun alim ulama, untuk menetralisasi bahaya hoaks agar tak menimbulkan gesekan di masyarakat. Di pesantren santri di ajarkan untuk memiliki sifat tabayyun. Dengan sifat tabayyun itu sangat diperlukan untuk memilah sebuah berita yang belum jelas kebenarannya. Banyak negara yang akhirnya hancur karena merajalelanya hoax, salah satunya Suriah yang hancur karena adu domba. Peluang santri dalam menjaga keutuhan bangsa ini sangatlah terbuka, seperti di era digital ini,para santri dapat mengisi ruang – ruang media sosial yang saat ini cenderung berkonten negatif diubah menjadi konten yang lebih bermanfaat tanpa menyinggung perasaan orang lain. Kehadiran kanal daring ini dapat menjadi ruang yang amat strategis untuk menjadikan sarana pemersatu dan berdakwah agama islam yang rahmatal lil alamin ini. Islam yang ramah bukan islam yang marah, ajaran dan ujaran yang meneduhkan bukan malah menimbulkan kemarahan, ajaran yang merangkul bukan malah memukul. Bersama santri damailah negeri.

-M. R. Ulin Nuha XII B Juara 1 Esai BBS 2018

31


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.