Planning Before Running

www.marketeers.com www.marketeers.com/radio

JULY 2015

Maestro: P. 113

The Silver (Red) Lining of Regional Integration: What to anticipate from the ASEAN Economic Community

Pesona Indonesia:

Prima: P. 129

Tiga Mantra Memasarkan Indonesia: Ketika anggaran terbatas, apa jurus yang bisa kita gunakan?

P. 145

Tak Hanya Eksklusif, Tapi Juga Menyatu Dengan Alam: Pilihan destinasi tanah air yang menawarkan arti sebuah kemewahan

PLANNING BEFORE RUNNING: Pelajaran Dari Kegagalan UKM Indonesia PLANNING BEFORE RUNNING

P. 58

JADI UKM ITU PILIHAN

By Hermawan Kartajaya P. 55

6/29/2015 9:49:29 AM

Indonesia Rp.50.000,-

JULY 2015

JULI_C-1+4.pdf1 1 15997805_MARKETEERS JULI_C-4.PDF

cover cc.indd 2

6/30/15 9:46PM PM 6/30/2015 11:52:17

scan here

DOWNLOAD SEKARANG!

Terdaftar dan diawasi oleh:

JULI_C-2+3.pdf1 1 15997805_MARKETEERS JULI_C-2.PDF

6/29/2015 9:49:22 AM

15997805_MARKETEERS JULI_C-3.PDF 1

6/30/2015 PM 6/29/2015 11:53:30 9:49:23 AM

15997805_MARKETEERS JULI_T-001_PERTAMINA.PDF 1

6/29/2015 9:49:33 AM

E

M

O

From The Editor 002

Memulai Bisnis Memang Tidak Mudah

Iwan Setiawan Editor-in-Chief

1.

2.

Tidak dapat dipungkiri, kewirausahaan sangat populer di Indonesia.

Mahasiswa baru lulus melihat wirausaha sebagai pilihan karier yang bagus. Wajah wirausaha sukses Indonesia hampir selalu bertengger di sampul majalah bisnis dan gaya hidup. Dunia akademis dan media pun turut mendorong anak-anak muda untuk menciptakan lapangan kerja.

Sayangnya, banyak orang tidak melihat sisi lain dari potret kewirausahaan Indonesia. Konon, 99% perusahaan di Indonesia dapat dikategorikan sebagai usaha mikro, kecil, dan menengah (selanjutnya disebut UKM). Tidak banyak dari UKM ini yang akhirnya mampu menjadi perusahaan besar. Tingkat kegagalan pun tinggi. Karena popularitas kewirausahaan yang tinggi, semua orang lantas mau jadi wirausaha meski tidak tahu persis bagaimana caranya.

Banyak orang terjun menjadi UKM karena ‘terpaksa’. Penghasil­ an harus diraih. Jika tidak ada pemberi kerja yang memberikan lowongan, memulai usaha tampak seperti pilihan logis. Padahal, kewirausahaan yang baik harus dimulai dari membaca peluang. Entrepreneurship is about opportunity not necessity.

Edisi khusus UKM kali ini membawa Anda menyelami kondisi UKM di Indonesia, sepuluh potret jatuh bangun wirausaha sukses, dan pelajaran apa yang bisa diraih dari pengalaman mereka. Berbagai riset global bernuansa kewirausahaan dengan konteks Indonesia pun kami sajikan. Kami turut mengulas pula sekolah khusus kewirausahaan dan alternatif sumber mendapatkan dana untuk pengembangan bisnis UKM. Ingat, pelajaran di edisi ini bukan hanya untuk UKM. Ya, Anda yang duduk di belakang meja kantor sebagai karyawan pun bisa belajar jadi intrapreneur. Bedanya, Anda tidak mempertaruhkan uang dari kantong sendiri. Seperti pepatah bijak “Anda baru tahu rasanya jadi wirausaha jika Anda sudah mengeluarkan uang dari kantong sendiri untuk bayar gaji karyawan karena kas perusahaan nol.”

Akhir kata, memulai bisnis memang tidak mudah. Tetapi, caranya bisa dipelajari. Selamat membaca dan Selamat Hari Raya Idul Fitri!

3.

4.

COVER DESIGN PROCESS

Publisher Hermawan Kartajaya Chief Executive Stephanie Hermawan - Chief Operations Marketeers Media & Community Dian Wulandari - Chief Operations Marketeers MICE Tinus Kusuma - Editor In Chief Iwan Setiawan - Managing Editor Hendra Soeprajitno. hendra@marketeers.com - Editor Sigit Kurniawan. sigit@marketeers.com - Ign. Eko Adiwaluyo. eko@marketeers. com - Editorial Secretary Diah Restu Wahyuni. info@marketeers.com - Reporter: Jaka Perdana. jaka@marketeers.com - Saviq Bachdar. saviq@marketeers.com - M. Perkasa Al Hafiz. hafiz@marketeers.com - Septi Wijayani. septi@marketeers.com - Ramadhan Triwijanarko. ardhan@marketeers.com - Dilla Ibtida. dilla@marketeers.com - Ilustrasi: Arif Priambudi. Lana Banatulhusna. - Anggita Dewayani- Photographer Rizky Priya - Layout: Chairul Syahputra - M. Ottyawan Firdaus - Yoo Su Youn - Head of Business Zaenul Mutaqin. zaenul.mutaqin@ markplusinc.com - Advertisement Account Manager. Dewita Ayani. dewita@marketeers.com & dewita.ayani@markplusinc.com. +62 818 195 831, +62 8111 635 775, +62 21 5790 2338 ext 412 - Radio & Online Activation: Fikri Paham - Aji Radhyantomo - Offline Activation: Cendra Hadikusuma. cendra.hadikusuma@markplusinc.com - Wasi Haryanto. wasi. haryanto@markplusinc.com - Circulation: Gelora Sukarno. Circulation Manager. gelora.sukarno@markplusinc.com - P +62 811 411 7118 +62 21 5790 2338 ext 409, F +62 21 5795 1103. - Mulyadi. mulyadi@markplusinc.com Marketeers Magazine Address MarkPlus, Inc. EightyEight@Kasablanka 8th floor Jl. Casablanca Raya Kav. 88 Jakarta 12870

002 memo.indd 1

6/30/15 2:07 AM

15997805_MARKETEERS JULI_T-003_KELLOG.PDF 1

6/29/2015 9:49:34 AM

E N

U

This Month Edition

60 62 This Month COVER Planning Before Running

64 65 66 70 72 73 74 76 78 80 82 83 84

055 MAIN STORY PLANNING BEFORE RUNNING Hampir semua UKM yang sekarang sukses dulu pernah gagal. Alasannya sederhana: tidak ada marketing plan. Berikut panduan perencanaan pemasaran bagi Anda, serta kisah para UKM yang sempat gagal namun bisa berdiri

This Month POSTER YOUTH WOMEN NETIZEN MONITORING YWN’s Community Involvement Live To Commune

menu 004-006.indd 1

86 87

Marketing Planning Roadmap: What to Plan Before You Run AAGN Puspayoga: Butuh Kreativitas, Bukan Sekadar Produksi Ahmad Zabadi: Road to Galeri Indonesia WOW Dari Kreativitas Menuju Profitabilitas Pilihan Karier Tapi Masih Takut Gagal Niluh Djelantik: Lupa Legalitas, Mereknya Dicolong Orang Yansen Kamto: Gigit Jari Karena Kurang Teliti Odi Anindito: Mengacuhkan Budaya, Salah Dalam Menawarkan Afit Dwi Purwanto & Lucy Wiryono: Pecah Kongsi, Bangun Usaha Kembali Sanny Gaddafi: Tak Fokus, Gagal di Jalan Riana Bismarak: Salah Strategi Harga Bisa Berakibat Fatal Yasa Singgih: Keliru Membaca Pasar Jaya Setiabudi: Melihat Kapabilitas, Mengukur Kapasitas Danu Sofwan: Lupa Diferensiasi, Gagal Menanti Rizka Wahyu Romadhona: Kelola Tak Tepat, Bisnis pun Tutup Dalam Pendidikan Kewirausahaan, Negara Harus Terlibat Langsung Ketika Akses Modal UKM Semakin Lebar

Noviady Wahyudi: Semua Bermula Dari Customer 91 Aulia E. Marinto: Inovasi Untuk Bangun Fondasi 92 Santosa: Melebihi Ekspektasi Pelanggan 94 Hario Wijanarko: Kreatif Menciptakan Brand Experience, Pikat Emosi Pendengar 95 Yusak Kristian: Berangkat dari Identifikasi 96 Edi Sukmoro: Agar Penumpang Makin Nyaman 98 Adnan Fajar: Perkuat Transparansi Dengan Inovasi 100 Priyantono Rudito: Menjadikan Self Renewable Sebagai DNA 102 Bina Ratna Kusuma Fitri: Komitmen Sebelum Berdiri 104 Nining W. Pernama: Andalkan Desain dan Kolaborasi 105 Irzan H. Pulungan: Tak Hanya Eksekusi, Tapi Juga Tim yang Solid 106 Faisal Yusra: Gerakkan Informal Leader Sebagai Agen 108 Danny Praditya: Membebaskan Karyawan Bereksplorasi 109 Adrianto Pitoyo Adhi: Ecoproperty Bukan Sekadar Branding 110 Michael Wanandi: Lebih Baik Mencegah daripada Mengobati 111 M Choliq: Tanpa Inovasi, Bisnis Hanya Tumbuh Biasa Saja 112 Bima Arya: Dari Kota Sejuta Angkot Menuju Kota Digital 90

6/30/15 7:15 PM

15997805_MARKETEERS JULI_T-005_PKPU.PDF 1

6/29/2015 9:49:35 AM

E N

U

This Month Edition

INDONESIA FOR ASEAN 113 115 117 121 124 125

Elim Chew: Are You Ready for ASEAN Economic Community?

John Wilson: Cultural DNA – The Psychology of Globalization CMO of the Month: Erry Firmansyah, Founder & CEO Eagle Capital While Still Price Sensitive, Flyers Pay Closer Attention to Safety!

The Body Shop: Humanizing Women, Humanizing Humanity Ubud Royal Weekend 2015: Creativity, Culture, Civilization

MOVEMENT: Industry Trends and Observations

08 10 12

Media Fleet BUMN Marketeers Club MarkPlus Center

19

Automotive, Transportation, Logistics Communication, High-Tech, Media Financial Service Industry Government, Public Service Healthcare, Property, Consumer Resources, Infrastructure, Utilities

20 21 22 23 24

MEET

25 28 31 35

MENUJU INDONESIA WOW 129 134 136 138 142

Illiza Sa’aduddin Djamal, Bermimpi Bangun Kota Madani Tiga Mantra Memasarkan Indonesia Coffee for City Branding Tiga Kemampuan Intelektual Pemimpin Publik Building Event Based Value Proposition: Membangun Nilai, Bukannya Kuantitas

DIBALIK MAHAKARYA NUSANTARA 145 149 152 152 155 156 158

menu 004-006.indd 3

Terisolasi Bersama Kemewahan Sigit Pramono: Dosa Jika Kita Tidak Bisa Memanfaatkan Alam Indonesia The Royal Pita Maha: Inspirasi Replika Hunian Raja Art Tourism: Saat Seni dan Budaya Menjadi Daya Tarik Titan Center, Pusat MICE di Kota Bintaro Nusa Dua: A Luxurious Escape Nadine Chandrawinata, Menjadi Prajurit Laut Indonesia

MANEUVER: Marketeers Tips, Insights, and Tool For Pushing Ideas Forward

39 42 44 46

MARKETEERS & THE CITY:

50

MESSAGE: Salt And Pepper From Hermawan Kartajaya

55

MARK YOUR STYLE: Life and Stylish Tips for Marketeers

162 164 165 166

Q&A: Rizal Effendi, Wali Kota Balikpapan Best & Worst: Priska Sari Kurniawan EO: Daniel Tjitra, Director PT Forta-Larese POP Con Asia 2015: Apresiasi Bagi Pejuang Industri Kreatif Astra Aviva: Jajal Pasar, Rebut Hati Kaum Perempuan Panasonic: Potensi Menggiurkan, Garap Pasar B2B dan B2G Heavenly Blush: Selamat Tinggal Yogurt Kecut IMA x Marketeers: Belajar Marketing hingga Tiongkok Indonesia Marketeers Festival 2015 Jadi UKM itu Pilihan!

Product Review Bangunan Ikatan Layaknya Kuda dan Jokinya Film & Music: MI Rouge Nation, Florence & The Machine Resto: The Lobby

6/29/15 3:24 PM

15997805_MARKETEERS JULI_T-007_EZYTRAVEL.PDF 1

6/29/2015 9:49:36 AM

E D

I A

F L E E

T

The Net 008

Merek-Merek yang Ikut “Main” di Film Jurassic World

Go-Jek Versus GrabBike, Siapa Menang?

BlackBerry, Mati Segan Hidup Tak Mampu?

Sebagai sebuah film berbujet tinggi (senilai US$ 95 juta), film Jurassic World tak lepas dari campur tangan marketeer dalam menyusun product placement. Tak hanya Samsung, merek lain yang juga ingin menelusup di benak penonton adalah Mercedes-Benz, Triumph Motorcycle, Beats by Dre, Starbucks, IMAX, CocaCola, dan Pepsi. Lucunya, jika Coca-Cola tampil secara fisik di dalam film, rivalnya Pepsi malah menjelma dalam nama salah satu dinosaurus, yaitu Pepsisaurus.

Strategi product placement ini menempatkan merek di depan mata penonton untuk dilihat. Strategi «dilihat namun tidak dikatakan» ini memang secara halus menghadirkan merek di adegan-adegan utama. Hal ini tentu saja menciptakan ekstra awareness kepada merek itu, sekaligus membantu para penonton untuk mengasosiasikan merek-merek itu seperti yang digambarkan dalam film.

Kemacetan kota telah menjadi momok.

Nadiem Makarim beserta tim mencoba menawarkan solusi melalui aplikasi layanan ojek bernama Go-Jek. Kehadiran Go-Jek di awal tahun cukup memberikan angin segar bagi masyarakat dan segera tersebar viral. Setelah muncul fenomena Go-Jek buatan anak negeri, startup asing yang dikenal dengan aplikasi pemesan taksi online bernama GrabTaxi pun menawarkan layanan serupa. GrabTaxi mengenalkan aplikasi layanan ojeknya bertajuk GrabBike.

Melihat potensi yang besar, GrabBike rasanya akan menyusul langkah GoJek, meski saat ini GrabBike hadir dalam fase Beta. Sementara itu, dari sisi layanan, GrabBike berpotensi untuk mengembangkan layanan yang serupa dengan Go-jek. Salah satu nilai tambah yang diberikan GrabBike adalah asuransi medis. GrabBike memberikan asuransi kepada pengendara maupun penumpang apabila terjadi kecelakaan.

BlackBerry sempat menjadi pemimpin pasar untuk beberapa waktu sebelum sistem operasi Android populer. Muncul kabar BlackBerry akan meluncurkan produk dengan basis sistem operasi Android.

Namun secara resmi seperti yang dikutip dari laman CrackBerry, BlackBerry akan senantiasa mempertahankan sistem operasinya untuk target pasar terbesar mereka, yakni segmen enterprise.

Sementara, untuk BlackBerry berbasis Android yang dikenal dengan BlackBerry Prague, kabarnya akan diluncurkan pada Agustus 2015. Mempertahankan desain seperti BlackBerry Z3, seri terbaru ini kabarnya didedikasikan untuk segmen lowend layaknya Android One yang telah eksis di pasaran. Apakah ini menjadi langkah yang tepat bagi BlackBerry?

Oleh Saviq Bachdar

Oleh Septi Wijayani

Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz

Kunjungi www. marketeers.com untuk info selengkapnya.

HOWTO TUNEIN

Download Marketeers Mobile Apps gratis di Apple Apps Store Windows Blackberry untuk iPhone/iPad atau 8, Google Play untuk Android.

Klik www.marketeers.com/radio

go to marketeers.com/radio

Follow @MarketeersRadio untuk mendapatkan info program-program Marketeers Radio

media fleet july.indd 1 JULI_T-008.PDF 1 15997805_MARKETEERS

6/27/15 2:37 AM 6/29/2015 9:49:38 AM

Marketeers + Auto2000

AUTO2000 Mobile Kini Hadir Dengan Wajah Baru

Auto2000 Mobile, sebuah aplikasi yang dirancang khusus oleh Auto2000 dengan tujuan agar lebih dekat dengan pelanggannya kini hadir dengan wajah baru. Mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelanggan Toyota karena aplikasi ini pernah diperkenalkan pada tahun 2010. Seiring dengan perkembangan zaman, Auto2000 pun melakukan inovasi – inovasi dan meng-improve aplikasi ini agar menjadi lebih nyaman ketika digunakan.

Aplikasi yang memiliki konsep “Auto2000 One Touch Services“ ini merupakan aplikasi mobile yang memuat informasi serta fitur – fitur Auto2000, sehingga pengguna semakin dimudahkan dalam merasakan pelayanan Auto2000. Keberadaan aplikasi ini memang sengaja dibuat untuk memfasilitasi pelanggan Toyota sehingga memiliki privilege khusus, namun tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat umum atau calon pelanggan Toyota untuk menggunakan aplikasi ini.

Untuk mengoperasikannya terdapat pada dua platform, yaitu iOS dan Android. Hal ini sesuai dengan platform yang sedang berkembang di Indonesia. Cara mendownloadnya pun mudah, Anda hanya perlu mengunduhnya dari Playstore untuk Android dan Appstore untuk iOS, dengan mengetikkan kata kunci “Auto2000”, maka Auto2000 Mobile pun siap diunduh dan digunakan, lebihnya lagi, aplikasi ini pun tidak dipungut biaya.

Begitu Anda masuk ke dalam aplikasi ini, Anda dapat langsung menemukan fitur Emergency Road Assistance. Sengaja diposisikan paling atas dengan tujuan agar pelanggan Auto2000 dapat dengan mudah menghubungi Call Centre Auto2000 dalam kondisi darurat. Anda pun dapat merasakan pengalaman vir-

adv auto2000 juli 2015 JULI_T-009_AUTO cc.indd 1 15997805_MARKETEERS 2000.PDF 1

tual melalui menu Product Catalogue dengan fitur “three sixty degree” atau 360 derajat, yang menampilkan body eksterior mobil secara keseluruhan. Pada menu ini pengguna aplikasi dapat dengan mudah melihat seluruh model Toyota yang dijual di Auto2000 dan telah terbagi berdasarkan segmen.

Pengguna aplikasi ini pun dapat dengan mudah menemukan lokasi Outlet Auto2000 melalui fitur Our Branch. Fitur ini dilengkapi dengan Location Based system yang memungkinkan anda untuk dapat melihat seluruh cabang Auto2000 yang tersebar di seluruh Indonesia dalam bentuk pin point. Selain itu pelanggan juga dapat melakukan penunjukkan arah ke cabang terdekat sesuai dengan posisi pelanggan saat itu.

Manfaatkan juga fitur Service Booking saat Anda ingin merawat mobil Anda, pelanggan dapat merasakan kemudahan dalam melakukan service kendaraan baik di cabang maupun di rumah dengan hanya melalui beberapa tahapan saja. Setelah itu pelanggan akan dihubungi secara personal dalam 1x24 jam di hari kerja oleh petugas booking Auto2000 untuk mengkonfirmasi aktivitas booking. Jika Anda lupa dengan riwayat servis kendaraan Anda, Anda tinggal memasukkan no rangka kendaraan yang tercantum pada STNK, saat Anda menginput kendaraan pribadi Anda. Seluruh fitur pada menu Booking Service tentunya dapat Anda nikmati dengan melakukan registrasi singkat pada aplikasi ini.

Masih banyak lagi menu-menu lainnya yang tidak kalah pentingnya dari menu yang telah dijelaskan di atas. Seluruh menu tersebut tentunya telah disediakan oleh Auto2000 untuk semakin memudahkan pelanggan dalam membeli dan memiliki kendaraan Toyota di Auto2000.

6/25/159:49:39 12:21 AM 6/29/2015 AM

E D

I A

F L E E

T

BUMN Marketeers Club 010

Presiden Direktur PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) Frans Y. Sahusilawane sedang memberikan paparannya

Mengapa Indonesia Perlu Perusahaan Reasuransi yang Besar?

Oleh Kelik Bayundara

Peluang Indonesia Re untuk membesarkan industri reasuransi masih sangat terbuka lebar. Dengan penggabungan ekuitas menjadi entitas yang lebih besar lagi, Indonesia Re diharapkan bisa menjadi perusahaan reasuransi nasional besar dengan kiprah regional. Sebesar apakah potensi reasuransi ini dan mengapa Indonesia butuh perusahaan reasuransi besar?

Total nilai investasi industri asuransi di Indonesia terus bertumbuh.

Pada tahun 2012, total nilai investasinya mencapai Rp 496,79 triliun. Padahal, tiga tahun sebelumnya total nilai investasi masih mencapai Rp 283,20 triliun. Pada tahun 2013, nilainya telah mencapai Rp 538,45 triliun. Menariknya, sebesar 85% dari angka tersebut sifatnya adalah dana murah jangka panjang.

Presiden Direktur PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) Frans Y. Sahusilawane mengatakan, yang menjadi masalah, sebesar 70% asuransi jiwa di Indonesia dikuasai oleh perusahaan multinasional. Secara legal, ini merupakan joint venture. Sementara itu, sebesar 50% asuransi umum direasuransikan ke luar negeri.

Inilah yang menjadi sebab mengapa pemerintah perlu melakukan restrukturisasi dan revitalisasi industri reasuransi di Indonesia. Hal ini disampaikan Frans dalam Forum ke-37 BUMN Marketeers Club di Jakarta, akhir Mei 2015.

Bila berkaca dari Malaysia, negara tersebut menggunakan hingga 90% kapasitas lokalnya untuk reasuransi. Malaysia hanya mengimpor reasuransi dari luar negaranya sebesar 10%. Begitu pula dengan Singapura. Negara ini menggunakan lebih dari 80% kapasitas lokalnya untuk reasuransi. Lantas, apa yang terjadi dengan Indonesia?

Indonesia menggunakan kapasitas reasuransi dari luar sekitar 50% dari total kapasitasnya. Jumlah premi reasuransi Indonesia yang ke luar negeri mencapai Rp 20 triliun pada tahun 2013.

media fleet july.indd 3 JULI_T-010.PDF 1 15997805_MARKETEERS

Indonesia Re memproyeksikan dapat mencapai Rp 60 triliun per tahun dalam lima tahun ke depan. “Bahkan, dalam waktu sepuluh tahun ke depan, preminya mencapai Rp 130 triliun,” ungkap Frans.

Apa yang menjadi masalah dari semua ini? Frans mengungkapkan ketiadaan perusahaan reasuransi yang besar di dalam negeri menjadi pemicunya. Dari empat perusahaan reasuransi yang ada di Indonesia, nilai ekuitas terbesar hanya Rp 700 miliar.

Sangat jauh bila dibandingkan dengan nilai ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan reasuransi lokal milik Malaysia yang mencapai Rp 4 triliun. Bahkan, perusahaan reasuransi lokal di Singapura memiliki ekuitas Rp 9 triliun.

Merestrukturisasi dan revitalisasi industri asuransi di Indonesia dapat mengatasi defisit transaksi berjalan yang nilainya mencapai puluhan triliun rupiah. Melalui perusahaan reasuransi nasional yang besar, Indonesia juga berpeluang mengembalikan pajak yang selama ini hilang. “Reasuransi melalui perusahaan luar negeri, tidak ada pajak yang masuk ke Indonesia,” kata Frans.

Secara konsolidasi, pada tahun 2015, Indonesia Re memiliki ekuitas sekitar Rp 2,5 triliun. Untuk ke depannya, tengah dikaji apakah Indonesia Re akan diberikan Penanaman Modal Negara (PMN) Rp 5 triliun sekaligus atau Rp 1 triliun setiap tahun selama 5 tahun. Sementara itu, pada tahun 2016, Menteri BUMN telah mengajukan PMN Rp 1 triliun.

6/27/15 2:37 AM 6/29/2015 9:49:40 AM

15997805_MARKETEERS JULI_T-011_HACKJAK.PDF 1

6/29/2015 9:49:41 AM

A

R K

P L U S C E N

T

E R

012

(kiri-kanan) Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Nasional Pengiriman & Pengantaran Barang Indonesia M. Kadrial, Sekjen Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia Hendri Kasyfi, Wakil Ketua Bidang Penelitian & Standarisasi Indonesian Ecommerce Association (idEA) Jonathan Sofian Lusa, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldi Masita, Staf Ahli Bidang Logistik dan Multimoda Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Sugihardjo

E-commerce, Penyelamat Pendapatan Perusahaan Ekspedisi Oleh M. Perkasa Al Hafiz & Saviq Bachdar

Ada potensi besar e-commerce yang bisa digarap oleh pemain industri jasa pengiriman. Tapi, perlu ada perubahan paradigma pelayanan. Di sisi lain, pemerintah perlu segera membangun konektivitas infrastruktur logistik.

Industri pengiriman dan logistik diprediksi akan semakin tumbuh seiring dengan perkembangan e-commerce di negara ini.

Hanya saja, untuk bisa sukses, para pelaku industri ini harus lebih mengerti karakter pelanggan e-commerce. Sebabnya, pengguna jasa pengiriman di e-commerce bukanlah perusahaan, namun para pembeli individual.

Dengan melayani pelanggan akhir, para pemain di industri logistik harus merubah paradigma bisnisnya. Jika dulu menganut layanan yang box centric kini mereka harus human centric.

Dulu, shipper yang menjadi driver dari layanan. Kini, buyer yang memegang peranan tersebut. Di sisi lain, para pelaku e-commerce pun menuntut penyedia jasa pengirimannya untuk menggunakan pendekatan yang lebih personal.

“Saat ini, buyer menuntut pelayanan yang penuh dari merek.

Mengapa? Karena kini mayoritas yang dikirim adalah produk bukan lagi paket,” ujar Zaldi Masita Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) di acara MarkPlus Center Transportation & Logistics dengan tema Better Connectivity for More Competitive Indonesia.

Meskipun masih ada tantangan, adanya pasar e-commerce mampu menyelamatkan pendapatan perusahaan ekspedisi. Sebabnya, ketika hanya melayani sektor B2B, pembayarannya sering tertunda.

Nah, dengan melayani e-commerce, pembayaran dilakukan secara langsung oleh end user melalui situs jual-beli.

media fleet july.indd 5 JULI_T-012.PDF 1 15997805_MARKETEERS

Namun, seberapa besar sebenarnya potensi pasar e-commerce di negara ini? Wakil Ketua Bidang Penelitian & Standarisasi Indonesian Ecommerce Association (idEA) Jonathan Sofian Lusa mengatakan, hingga saat ini belum ada riset yang memastikan seberapa besar pasar e-commerce di Tanah Air. Namun, jika mengacu pada riset Google yang bekerja sama dengan idEA dan TNS (Taylor Nelson Sofres), pasar e-commerce di Indonesia pada tahun 2013 mencapai US$ 8 miliar (Rp 94,5 triliun). Sedangkan pada tahun 2016 nanti, nilainya meningkat tiga kali lipat menjadi US$ 26 miliar (Rp 295 triliun). “Di sisi lain, survei Litbang Kompas menyatakan, pasar perdagangan elektonik Indonesia menembus Rp 145 triliun,” ungkapnya di acara yang sama.

Bila pasar e-commerce benar-benar melonjak pesat, seberapa siap pemerintah dalam mendukungnya? Fokus pemerintah saat ini terletak pada perbaikan infrastruktur. Perbaikan ini untuk memaksimalkan konektivitas pengiriman barang, baik domestik, ekspor, maupun impor.

“Setidaknya kami upayakan agar bandara dan pelabuhan sudah dapat terhubung dengan kereta api. Misalnya, Pelabuan Tanjung Perak terminal TPS sudah terkoneksi dengan Stasiun Kereta Api Kalimas di Surabaya. Tujuannya, agar barang dapat diangkut ke Jakarta,” tambah Sugihardjo, Staf Ahli Bidang Logistik dan Multimoda Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

6/27/15 2:37 AM 6/29/2015 9:49:42 AM

Marketeers + Semen Indonesia 013

Genjot Penetrasi, Semen Gresik Bekali Tukang Dengan Pelatihan dan Sertifikasi Banyak cara yang bisa dilakukan oleh se­ buah perusahaan untuk menggenjot pen­ etrasi pasar. Sebagai salah satu perusahaan semen terbesar di Asia Tenggara, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., pun memiliki cara yang terbilang unik, yaitu dengan mengge­ lar pelatihan untuk menyiapkan tenaga kerja konstruksi yang mumpuni melalui pelatihan dan sertifikasi.

Semen Indonesia melakukan aktivasi ini untuk menjalin kemitraan dengan para tena­ ga di bidang konstruksi. Sumber daya ma­ nusia (SDM) di bidang konstruksi atau para tukang dan ahli bangunan dirangkul sebagai mitra produk semen. Langkah strategis ini terlihat pada Pelatihan dan Sertifikasi Tu­ kang Bangunan 2015 dengan tema Bersatu Membangun Indonesia yang diikuti kurang lebih 139 peserta. Bertempat di Gedung Bhayangkara, acara ini berlangsung pada

ADV semen.indd 1

awal Juni 2015 lalu.

“Pelatihan ini bertujuan menyiapkan tena­ ga kerja konstruksi atau tukang dan mandor bangunan yang sesuai standar. Mereka harus memiliki kompetensi di bidangnya untuk menghadapi kedatangan Masyarakat Eko­ nomi ASEAN,” kata Kepala Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Prop Jatim Gentur Prihantono.

Pelatihan itu digelar atas inisiatif dari Semen Indonesia yang akan berujung pa­ da pemberian sertifikasi kepada peserta pelatihan. “Tanpa ada tukang yang bagus, bersertifikasi, skill yang memadai, serta sikap yang baik, maka produk bahan bang­ unan sebaik apapun tidak akan bagus jadi­ nya. Makanya jangan sampai pekerjaan konstruksi diambil negara lain,” imbuhnya.

Kepala Bapemas Banyuwangi Suyanto Waspo Tondo W mengatakan, peran tukang

dan mandor yang memiliki kompetensi di bidangnya akan memberikan dampak posi­ tif terhadap hasil pekerjaannya. “Maka saya memberikan apresiasi terhadap pelatihan terhadap tukang dan mandor ini. Peran pi­ hak ketiga dalam memberikan kompetensi bidang konstruksi sangat baik sekali untuk meningkatkan kualitas konstruksi tersebut,” ujar mantan Kepala Dinas Pendapatan itu.

Sementara itu, Manager Komunikasi Pemasaran PT Semen Indonesia Tbk, Wachid Fahryandanu menjelaskan, pro­ gram ini merupakan kolaborasi antara PT Semen Indonesia bersama dengan insti­ tusi pemerintahan yang digelar untuk per­ tama kalinya, meskipun beberapa tahun sebelumnya telah dilakukan program serupa yang dilakukan secara mandiri. Rencananya pelatihan dan sertifikasi ini bakal dihelat di lima titik, yaitu Banyuwangi, Surabaya, Gresik, Rembang dan Pontianak. Dari program ini, juga telah terbentuk komunitas tukang yang jumlahnya mencapai 10.668 orang dan tersebar di wilayah Jawa, Bali, dan Kalimantan. Sedangkan hampir 5.000 orang di antaranya telah mengantongi sertifikasi dari pelatihan ala Semen Indonesia ini.

“Kita berupaya untuk mensertifikasi secara bertahap seluruh anggota komunitas tukang Semen Gresik yang saat ini mencapai 10.668 orang. Pada saat ini, sudah hampir 5.000 orang dari komunitas tukang kita yang sudah tersertifikasi”, tuturnya.

Pria yang akrab dipanggil Danu itu juga menambahkan, Sumber Daya Manusia (SDM) bidang konstruksi atau tukang bang­ unan merupakan salah satu mitra utama Semen Gresik. Tukang bangunan adalah pengguna produk perusahaan semen terbesar di Indonesia. “Dengan terus menjalin hubungan yang sinergis dengan SDM bidang konstruksi, secara otomatis kami berupaya memperkuat posisi Semen Gresik di pasar.

Merangkul SDM di bidang konstruksi adalah langkah penting bagi Semen Gresik, di tengah persaingan di industri semen yang semakin ketat,” tukasnya.

Dalam pelatihan selama tiga hari itu, para tukang dan mandor akan dibekali teori dan praktik. Para tukang dan mandor itu juga diberi bekal tentang struktur bangunan be­ serta konstruksinya. Penggunaan dan pen­ campuran semen dengan bahan lain menjadi topik menarik dari pelatihan ini. Peserta akan mendapat ilmu bangunan dari ahlinya selama tiga hari. “Usai pelatihan, mereka mendapat sertifikat yang terlegitimasi dan tidak menutup kemungkinan dapat digunak­ an sebagai jembatan untuk berkarya di ber­ bagai perusahaan konstruksi skala nasional, bahkan regional. Pelatihan ini membuka peluang bagi mereka untuk berkarya dengan lebih baik lagi sehingga meningkatkan kes­ ejahteraan mereka,” tutup Danu.

6/29/15 1:29 PM

A

R K

P L U S C E N

T

E R

014

Butuh Pemimpin yang Bermimpi Besar Oleh Sigit Kurniawan Dalam membangun sebuah kota, kepemimpinan itu penting. Bukan sekadar memimpin, tetapi juga memimpin untuk mewujudkan mimpi-mimpi besarnya. Keteladan, berani mengambil risiko dan tidak populis, menjadi kuncinya.

Memperbincangkan Kota Banda Aceh memang seru. Selain lantaran daerah tersebut yang istimewa dengan ciri khas Islaminya, juga karena kota tersebut saat ini dipimpin oleh seorang wali kota perempuan yang memimpikan “Serambi Mekkah” ini menjadi model Kota Madani.

Banyak pertanyaan bagaimana kota yang menerapkan peraturan syariat tersebut justru ingin menjadi Kota Madani. Diskusi ini muncul dalam forum MarkPlus Center for Public Service dengan pembicara utama Wali Kota Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal, di Jakarta, bulan lalu. “Dalam bingkai masyarakat Madani, pembangunan kota lebih bertujuan untuk membangun manusiamanusia agar menjadi manusia-manusia berakhlak dan berkarakter.

Banda Aceh ingin menjadi kota yang membawa berkah bagi semua orang,” kata Illiza.

Illiza bercerita panjang lebar tentang upaya pemerintah kota dalam meningkatkan kualitas pelayanan pelayanan publik.

Termasuk di sini dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan upaya pemkot membranding kota sebagai Bandar Wisata Islami Indonesia.

Ade Alawi, panelis sekaligus Redaktur Senior Media Indonesia melontarkan pertanyaan soal penerapan jam malam di kota tersebut, hubungan legislatif dan eksekutif, serta upaya pemkot melakukan pembangunan yang prorakyat. Menjawab itu, Illiza mengklarifikasi bahwa pemkot sama sekali tidak mengeluarkan jam malam bagi

media fleet july.indd 7 JULI_T-014.PDF 1 15997805_MARKETEERS

perempuan. “Arah pembangunan menuju Kota Madani adalah menjadikan semua elemen menjadi smart, pemerintahannya smart, masyarakatnya juga smart. Untuk mendukung kinerja, kami menerapan e-Disiplin untuk mengukur seberapa disiplin pegawai pada tugas-tugasnya,” kata Illiza.

Ardhi Ridwanyah, Chief Operations MarkPlus Institute yang juga menjadi panelis, mengatakan dalam mengelola layanan – termasuk layanan publik – harus memperhatikan 3P, yakni physical evidence (infrastruktur), process (pembangunan), dan people (pembangunan yang berorientasi pada warga). “Nilai-nilai Madani yang ingin dibangun tidak sebatas tampil secara fisik, tetapi terinternalisasi dalam kehidupan orang-orang di dalamnya. Jadi, bukan sekadar aturan,” kata Ardhi.

Ardhi menambahkan, dalam pembangunan kota ini, peran kepemimpinan menjadi penting. Dalam hal ini, penulis buku WOW Leadership ini, memperkenalkan productive narciscist yang melekat pada orang-orang besar. Orang-orang besar ini memiliki mimpi mengubah dunia. Tapi, tidak sekadar itu, mereka juga yakin dan berani mengambil risiko untuk mewujudkan mimpinya itu.

“Dalam membentuk budaya, faktor kepemimpinan ini menjadi penting. Tak sekadar memimpin, tapi juga memberi keteladanan.

Ini penting untuk membangun budaya madani, sebuah budaya yang tak cukup dibangun hanya dalam semalam, tapi bertahun-tahun,” pungkas Ardhi.

6/27/15 2:37 AM 6/29/2015 9:49:43 AM

We are now flying with you in business class Terhitung awal tahun 2015, penumpang business class Garuda Indonesia bisa menikmati Majalah Marketeers secara cuma-cuma. Dengan layanan yang sempurna dari salah satu maskapai terbaik dunia, Anda pun bisa menambah pengetahuan seputar dunia marketing Indonesia dan dunia.

015 iklan garuda-marketeers.indd 1

6/29/15 2:13 PM

A

R K

P L U S C E N

T

E R

016

(kiri-kanan) Representatif dari Sitecore Tanja Berber Giordano, Executive Director MPTCT Levina Yulianti, Heru Agung dari Telkom Business Service Bandung

Jangan Disconnect di Era Connectivity Oleh Rezki Hafidzi

Jual beli online makin ngetren di era sekarang. Seperti halnya di dunia offline, pemasar juga perlu memahami perilaku pelanggan di dunia maya ini. Termasuk apa yang menjadi kecemasan sekaligus harapan mereka.

media fleet july.indd 9 JULI_T-016.PDF 1 15997805_MARKETEERS

Tema inilah yang menjadi perbincangan dalam diskusi MarkPlus Center for Technology and Creativity (MPCTC) di Bandung Mei lalu.

Levina Yulianti, Executive Director MPCTC mengatakan, teknologi telah mengembuskan angin perubahan di lanskap industri dan mengubah perilaku konsumen. Perilaku mereka pun tergolong unik.

Dalam e-commerce, misalnya, mereka justru lebih memilih bertransaksi offline ketimbang online. Alasannya, selain terkait pada rasa aman saat bertransaksi, mereka juga membutuhkan pengalaman langsung untuk melihat produknya. Produk fesyen, contohnya.

Mereka cenderung ingin bukti langsung, mengecek kualitas produk, memegang, menguji keaslian, dan menjajalnya. Fakta inilah yang ditemukan dalam survei KataAnda dari MarkPlus Insight pada tahun ini.

“Kita juga perlu memahami relasi perusahaan dan pelanggan di era digital ini. Yang jelas, perusahaan harus dengan mudah dikontak maupun ditemui pelanggan ketika mereka mencari informasi seputar merek, produk, maupun perusahaan tersebut,” kata Levina.

Intinya, di era konektivitas ini, jangan sampai perusahaan justru disconnected alias putus hubungan dengan pelanggannya.

Sementara itu, Heru Agung dari Telkom Business Service Bandung mengatakan, hal yang sama juga berlaku bagi operator telekomunikasi seperti Telkom.

Memahami pelanggan Telkom di era digital saat ini merupakan hal yang perlu diperhatikan, terutama di media sosial. Setiap orang dapat mengutip pembicaraan, tweet, dan chat, tanpa diklarifikasi terlebih dahulu. “Kami menyadari juga saat ini mulai tumbuh pelanggan yang menggemari belanja online. Menjawab ini, Telkom juga menghadirkan smartbisnis.co.id untuk memfasilitasi dari proses beli, pesan, dan tracking order,” ujar Heru.

6/27/15 2:37 AM 6/29/2015 9:49:45 AM

A

R K

P L U S C E N

T

E R

018

Agar Properti Bisa Tumbuh, Dibutuhkan Kreativitas Pengembang Oleh Kelik Bayundara

Sektor properti ikut melemah seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi. Namun, tidak semua segmen mengalami penurunan. Proyek-proyek hunian di kawasan superblok masih diminati.

Kuartal pertama tahun ini, perekonomian tanah air hanya tumbuh sebesar 4,7 %. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir, angka ini terhitung rendah. Di sektor riil, perlambatan juga sudah cukup terasa dengan mulai menurunnya penjualan, termasuk di sektor properti.

Kondisi ini semakin parah dengan melemahnya nilai tukar rupiah pada dollar AS. Hal ini berdampak pada meningkatnya harga bahan bangunan. Tak urung, para pengembang pun menjerit lantaran marjin jadi menipis.

Untuk memicu pembelian, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan baru terkait pembelian rumah. Sekarang ini, nilai loan to value (LTV) meningkat menjadi 80%. Artinya, konsumen sekarang cukup membayar down payment 20% dari nilai rumah.

“Daya beli konsumen sekarang ini melemah. Adanya kebijakan baru LTV ini diharapkan dapat mendorong pembelian properti.

Sekarang ini, adalah masa yang tepat untuk berinvestasi di sektor properti,” kata Hari Raharta, Sekjen Real Estate Indonesia (REI) di acara MarkPlus Center For Economy & Business bulan Juni 2015 yang membahas Property Review and Outlook 2015: Should We Wait and See. Investasi di properti tetap menguntungkan karena harga properti tidak akan turun. Sejalan dengan survei Bank Indonesia, properti

media fleet july.indd 11JULI_T-018.PDF 1 15997805_MARKETEERS

masih menjadi primadona masyarakat dalam berinvestasi. Sebanyak 42,2 % responden masih memilih properti, mengalahkan bentuk investasi lainnya, seperti deposito, reksadana, dan emas.

Menanggapi kondisi ini, Direktur PT Pakuwon Jati Tbk Alexander Stefanus Ridwan berpendapat bahwa developer harus pintar mengumpulkan cash sebanyak-banyaknya dalam kondisi krisis. Strategi mix used project dianggap tepat untuk menjawab kebutuhan masyarakat. “Kalau melihat tren pembelian properti, masyarakat sekarang cenderung memilih apartemen yang berada di dalam superblok dibanding apartemen yang berdiri sendiri,” tambahnya.

Superblok biasanya terdiri dari hunian, perkantoran, dan pusat perbelanjaan. Ada pula yang menambahkan rumah sakit dan hotel.

Tapi setidaknya ada tiga unsur utama tersebut. Dalam konsep superblok ini, daya tarik utamanya ada di konsep pusat perbelanjaan yang ada di situ.

Menurut CEO Sinar Mas Land Retail and Hospitality Alphonzus Widjaja, sekarang ini pusat perbelanjaan bukan lagi sekadar tempat berbelanja. Lebih dari itu, kini pusat perbelanjaan telah menjadi bagian dari gaya hidup yang selalu berubah dari waktu ke waktu.

“Untuk itu, para tenant di pusat perbelanjaan harus tanggap dengan tren yang sedang terjadi, utamanya di dunia fesyen,” jelasnya.

6/27/15 2:37 AM 6/29/2015 9:49:46 AM

O V E

M

E N

T

Automotive, Transportation & Logistics 019 Kementerian Perhubungan Republik Indo­ nesia (Kemenhub) turut menyoroti perkem­ bangan distribusi barang akibat pesatnya transaksi e-commerce di Indonesia. Sugi­ hardjo, Staf Ahli Bidang Logistik dan Mul­ timoda Kementerian Perhubungan Repub­ lik Indonesia menyatakan perkembangan teknologi, kebutuhan konsumen, dan tren ecommerce telah memangkas rantai suplai barang tersebut.

“Dari segi pemasaran, biasanya alur dis­ tribusi barang itu mengurut dari pabrikan atau produsen, kemudian ke distributor, ri­ tel, dan berakhir ke pengguna akhir. Seiring dengan geliat e-commerce, alur ini menjadi lebih ringkas, yakni dari produsen langsung ke pengguna akhir atau pembeli,” kata Sugi­ hardjo.

Namun, kendala yang dihadapi Indonesia adalah masih kurang baiknya infrastruktur, sehingga menyebabkan Logistic Performance Index tertinggal bila dibandingkan dengan negara lain. Sebab itu, fokus pemer­ intah saat ini terletak pada perbaikan infra­ struktur. Perbaikan ini untuk memaksimal­ kan konektivitas pengiriman barang, baik domestik, ekspor, maupun impor.

“Setidaknya kami upayakan agar bandara dan pelabuhan sudah dapat terhubung de­ ngan kereta api. Misalnya, Pelabuan Tanjung Perak terminal TPS sudah terkoneksi dengan stasiun kereta api Kalimas di Surabaya.

Tujuannya, agar barang dapat diangkut ke Jakarta. Kami juga sedang mempersiapkan Pelabuan Tanjung Emas dan Tanjung Priok, serta Bandara Kuala Namu untuk mengikuti langkah serupa,” jelas Sugihardjo.

Ia menambahkan, sebanyak sembilan bandara yang saat ini potensi permintaannya tinggi akan memiliki terminal khusus untuk unit kargo. Bandara di Jayapura, misalnya, memiliki potensi kargo yang cukup tinggi.

Upaya ini dilakukan bukan hanya untuk memaksimalkan kapasitas angkut maupun ketepatan waktu distribusi, tapi juga men­ dukung keselamatan barang. Sebab itu, ada regulated agent dan aturan lini satu dan lini dua di bandara untuk menangani kargo.

Bila dilihat secara keseluruhan, regu­ lasi e-commerce dalam konteks transpor­ tasi di Indonesia sebetulnya lebih longgar.

Pekerjaan yang harus diselesaikan saat ini adalah bagaimana mengoptimalkan komo­ ditas agar dapat dikelola secara efisien. “Je­ nis komoditas berdasarkan logistik sifatnya lebih ke produk kecil. Konektivitas dan efisiensi menjadi fokus kami. Perlu konsoli­ dasi untuk menekan biaya distribusi ini,” imbuh Sugihardjo.

Sambut Ledakan e-Commerce, Pemerintah Benahi Infrastruktur Logistik Kondisi infrastruktur pendukung logistik di Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga. Padahal, dengan tumbuhnya e-commerce dukungan infrastruktur yang memadai harus ada.

Memasuki masa Lebaran ini, industri logistik mulai melemah.

Oleh Novia Sari Purnama & Mohammad Perkasa Al Hafiz

industri logistik sekarang ini. Menurut Zal­ di Masita, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) di kuartal II 2015, industri logistik mulai terlihat melemah. Penyebab­ nya adalah menurunnya pasar ritel yang disebabkan oleh penguatan nilai tukar dolar AS, impor berkurang, dan akibatnya bisnis pun menurun.

Secara riil angka penurunan memang masih belum bisa dihitung. Namun kalau melihat realita di lapangan, penurunan pe­ ngiriman barang sangat terasa. “Biasanya dalam dua bulan sebelum Lebaran, kapasitas logistik sudah penuh. Bisa dikatakan untuk mencari truk yang kosong sudah susah.

Namun, kini masih banyak yang kosong.

Saat ini, kapasitas logistik yang terpakai baru 70% atau turun 30% dibanding tahun lalu,” kata Zaldi.

Meski begitu, ALI masih menatap opti­ mistis pada pertumbuhan logistik nasional tahun ini. Asosiasi masih menargetkan pendapatan industri bisa tumbuh 10% pada tahun ini ketimbang tahun lalu. Memang, target ini lebih rendah dibanding tahun lalu yang tumbuh mencapai 15% dibanding ta­ hun 2013.

Optimisme pada pertumbuhan tahun ini masih ditambatkan pada momen Lebaran.

Diharapkan, industri logistik akan meraih pertumbuhan yang signifikan pada Lebaran ini. “Momen Lebaran ini setiap tahunnya menjadi pelecut pertumbuhan industri logis­ tik. Sekitar 35% pendapatan dalam setahun mampu dikontribusikan untuk momen Le­ baran saja,” jelas Zaldi.

Selain momen Lebaran, perkembangan e-commerce juga menjadi andalan bagi tum­ buhnya industri ini. Dengan diresmikannya tol Cikapali, pengiriman logistik dipastikan akan lebih lancar dan cepat. Perkiraannya, dengan melewati tol yang baru diresmikan bulan Juni lalu, waktu tempuh CikampekPalimanan bisa separuh lebih cepat dari me­ lewati jalur Pantura yang biasanya mencapai 4 jam.

Kuartal II Melemah Walaupun program penataan infrastruk­ tur logistik sudah menjadi prioritas, namun pemerintah perlu segera merespon kondisi

movement july.indd 1 JULI_T-019.PDF 1 15997805_MARKETEERS

6/27/15 2:38 AM 6/29/2015 9:49:47 AM

O V E

M

E N

T

Communication, High-Tech & Media 020

Masyarakat Indonesia Belum Move On dari BBM

TAKERU.NMJ online

VIEW

ahahahhahahaha

VIEW

Oleh Ramadhan Triwijanarko

Masa kejayaan BlackBerry di Indonesia su­ dah berlalu sejak lima tahun silam. Banyak orang bilang popularitas BlackBerry akan terus merosot digempur oleh smartphone, baik berbasis Android maupun iOS. Tetapi, tidak dengan popularitas BlackBerry Mes­ senger (BBM).

Berdasarkan data teranyar yang terang­ kum dalam laporan Ericsson Mobility Report Appendix, ternyata BBM masih men­ jadi aplikasi yang paling banyak diunduh oleh masyarakat Indonesia. Selain aplikasi BBM, aplikasi YouTube menempati posisi nomor dua sebagai aplikasi paling banyak diunduh, disusul WhatsApp, Facebook, dan Line.

Data komparasi yang diluncurkan oleh Ericsson tersebut melibatkan enam negara yang menjadi sampel penelitian, seperti Australia, Malaysia, Filipina, Singapura,

Iklan di TV Berbayar Ampuh Rayu Perempuan Oleh Ign. Eko Adiwaluyo

Penetrasi televisi (TV) berbayar di Indo­ nesia masih terbilang kecil. Pangsa pasar tv berbayar baru berkisar di angka 5% dari angka kepemilikan TV di rumah tangga.

Meski begitu, TV berbayar memiliki penga­ ruh besar bagi para penontonnya. Terutama, penonton dari kalangan perempuan.

Menurut riset bertajuk High Heeled Warriors dari NBCUniversal International Television mengenai konsumsi konten oleh pelanggan TV berbayar, iklan di TV ber­ bayar sangat ampuh merayu kaum perem­ puan di negara ini. Sekitar 76% dari kepu­ tusan pembelian yang dilakukan perempuan Indonesia dipengaruhi oleh video mengenai produk/merek di TV berbayar. Tidak hanya itu, bagi perempuan, TV berbayar juga merupakan sumber media nomor satu untuk informasi tentang produk dan layanan baru.

“Dengan riset ini, kami sekarang tahu bagaimana sang High Heeled Warriors In­

movement july.indd 2 JULI_T-020.PDF 1 15997805_MARKETEERS

dan Thailand. Temuan menarik lainnya, hanya di Indonesia, BBM masuk dalam lima besar. Di negara seperti Australia, Malay­ sia, Thailand, Singapura, dan Filipina BBM sama sekali tidak masuk lima besar.

Sementara itu, Vice President Market­ ing and Communication Ericsson Indo­ nesia Handyana Syintawati mengatakan pengguna perangkat bergerak di kawasan Asia Tenggara dan Oceania pada tahun 2014 mencapai 950 juta. Handyana menambahkan, ke depannya, akan terjadi pergeseran tren konten dalam media berbasis internet. Diperkirakan dalam lima tahun mendatang, akan lebih banyak konten video yang mengisi berbagai media. Perkembangan jaringan 4G LTE akan semakin berkembang seiring dengan kebutuhan pasar.

Cukup mengherankan bahwa BBM masih banyak digandrungi oleh masyarakat Indo­ nesia. Dengan adanya data seperti ini bisa dibilang masyarakat Indonesia masih nya­ man dengan metode percakapan konven­ sional yang tidak terlalu ribet seperti yang ditawarkan oleh BBM. Meskipun penjualan ponsel BlackBerry tidak seheboh seperti lima tahun lalu, nyatanya masyarakat Indo­ nesia belum mampu move on dari BBM.

donesia mengonsumi konten, format pili­ han mereka dan berbagai tema yang mereka suka,” ujar Christine Fellowes, Managing Director Universal Networks International Asia Pasifik.

Dengan riset ini, para marketeer dapat merumuskan strategi untuk berkomunikasi lebih efektif dengan konsumen perempuan lewat pemasangan iklan dan sponsorship yang lebih strategis. Tentunya, dalam merumuskan bentuk komunikasi lewat vid­ eo yang akan ditayangkan di TV berbayar atau media lainnya. Sebabnya, video – baik dalam bentuk acara TV, klip pendek di pon­ sel atau klip online – adalah salah satu cara terbaik di antara semua strategi pemasaran untuk menarik perhatian kaum wanita.

“Sekitar 59% wanita Indonesia lebih suka menonton video tentang sebuah produk daripada membaca teks atau foto. Kami men­ getahui apa yang wanita sukai untuk diton­ ton,” lanjut Fellowes.

High Heeled Warriors 2015 merupakan riset terbaru NBCUniversal International Television yang dilakukan melalui sur­ vei kuantitatif secara online dan focus group kualitatif. Melibatkan lebih dari 3.000 pelanggan TV berbayar wanita yang berusia 20-44 tahun di Malaysia, Singapura, Fili­ pina, Indonesia, dan Hong Kong.

6/27/15 2:38 AM 6/29/2015 9:49:47 AM

O V E

M

E N

T

Financial Services Industry 021 Menikmati hari tua dengan tenang adalah impian semua orang. Itulah mengapa ba­ nyak masyarakat di Indonesia, bahkan di du­ nia yang berinvestasi sejak dini agar tidak menghadapi masalah finansial di hari tua nanti. Sayangnya, penempatan investasi yang salah bisa merusak impian Anda.

Ya, riset Manulife Sentimen Index me­ nyebutkan bahwa banyak investor di Indo­ nesia yang masih mengandalkan dana tunai dan deposito sebagai tempat berinvestasi.

Padahal menurut hitungan Manulife Asset Management, imbal hasil yang didapatkan deposito hanya berkisar 4,5% per tahun.

“Sedangkan kebutuhan yang ada, naik di atas angka itu. Kami menghitung kebutuhan bisa naik 11,1% per tahun. Sehingga bukan­ nya mendapatkan imbal hasil, justru terdapat gap antara imbal hasil dan kebutuhan yang ingin diraih,” kata Legowo Kusumonegoro, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia.

Menurut riset Manulife terhadap 1.500 responden di Jakarta, Medan, Surabaya, in­ vestor di Indonesia berinvestasi dengan lima tujuan utama. Yaitu untuk mempersiapkan pensiun, dana darurat, pendidikan untuk anak, memenuhi gaya hidup di hari tua, serta membeli rumah. Sayangnya, kenaikan kelima kebutuhan itu melebihi angka inflasi yang ada.

“Misalnya saja pendidikan. Biaya pendi­ dikan naik sekitar 12,3% per tahun. Sedang­ kan kebutuhan lain, seperti hari tua bisa naik 15,1% per tahun. Sedangkan untuk dana darurat kesehatan, biaya rumah sakit bisa naik sekitar 6,3% per tahun,” kata Legowo.

Padahal di Indonesia, sekitar 47,5% res­ ponden mengalokasikan investasinya di instrumen deposit yang terbilang minim im­ bal hasil. “Deposit hanya naik 5% per tahun.

Sedangkan di saham bisa mencapai 14% per tahun selama 5 tahun terakhir. Meski terasa aman, ternyata imbal hasil deposito kalah cepat dengan kenaikan kebutuhan,” katanya.

Karenanya, Legowo pun menganjurkan agar investor di Indonesia bisa mengaloka­ sikan dana investasi dengan cermat pada in­ strumen yang memberikan imbal hasil lebih baik. “Investasi sejak dini adalah baik, tapi kita juga jangan asal investasi. Makanya kita perlu mengalokasikan aset dengan tepat agar bisa mencapai tujuan kita,” katanya.

Pertanyaannya, investasi apa yang dapat mengalahkan angka inflasi? Salah satunya adalah reksadana. Seperti kita ketahui, jenis reksadana saat ini terbilang banyak, mulai dari reksadana pendapatan tetap, campuran, hingga saham. “Investor bisa menyesuaikan dengan karakter serta profil investasinya masing-masing,” kata Legowo.

EVP- Head of Wealth Management & Business Strategy Commonwealth Bank Indonesia Rian Kaslan mengakui bahwa,

movement july.indd 3 JULI_T-021.PDF 1 15997805_MARKETEERS

Dalam Berinvestasi, Sudahkah Anda Menghitung Inflasi?

Meski aman, imbal hasil yang diberikan deposito tak mampu mengalahkan angka inflasi yang terjadi. Riset Manulife Asset Management menghitung imbal hasil rata-rata deposito berkisar 4,5% tahun.

Sementara, kenaikan berbagai kebutuhan bisa mencapai 11% per tahun.

Oleh Hendra Soeprajito, Septi Wijayani

produk reksadana masih tergolong baru di Indonesia. Lalu, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum begitu mengerti rek­ sadana dan bagaimana mengandalkan rek­ sadana ini. “Kami harapkan seiring dengan peningkatan dalam sisi edukasi terhadap produk-produk ini, penggunanya juga akan semakin meningkat,” ujar Rian.

Oleh sebab itu, Rian terus mendorong masyarakat untuk mengenal lebih dekat dengan reksadana. Rian pun menekankan calon investor harus mengetahui profil me­ reka masing-masing. Pasalnya, produk in­ vestasi apa pun pasti diiringi dengan risiko seiring dengan imbal hasil yang lebih tinggi.

“Risiko itu tidak selalu jelek. Karenanya, sesuaikan dengan profil risiko Anda,” kata Rian.

Nah, terkait melemahnya perekonomian yang diiringi dengan penurunan harga saham dan surat berharga, Rian mengatakan, pemi­ nat reksadana saat ini cenderung meningkat.

“Kami melihat kelas menengah memiliki kebutuhan jangka panjang, baik kebutuhan membeli rumah, pendidikan anak, hingga

kebutuhan pensiun. Mereka bisa menggu­ nakan produk reksadana maupun bancassurance. Tapi, mereka membutuhkan cara berinvestasi bukan dengan dana yang besar, melainkan dana yang lebih kecil,” kata Rian.

Melihat kebutuhan tersebut, Wealth Man­ agement Commonwealth Bank Indonesia membagi dua segmen. Pertama, segmen high net worth, yaitu nasabah yang memiliki dana besar. Kedua, segmen emerging affluent, yaitu segmen kelas menengah. Untuk segmen yang kedua ini, Commonwealth menyediakan reksadana yang disebut autoinvest sedangkan untuk asuransi adalah pembayaran premi berkala.

“Kami melihat pertumbuhan untuk seg­ men emergent affluence ini sangat pesat.

Dalam satu tahun ini saja, sudah hampir naik lebih dari 50%,” tambahnya.

Berdasarkan data Bapepam-LK, jum­ lah Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana hingga Mei 2015 mencapai Rp 254,6 triliun.

Sedangkan jumlah unitnya mencapai 165,72 miliar unit, atau naik 4% dibandingkan bu­ lan sebelumnya.

6/27/15 2:38 AM 6/29/2015 9:49:48 AM

O V E

M

E N

T

Government and Public Services 022 memecahkan persoalan yang ada di dunia.

Indonesia menghormati demokrasi karena melaksanakan demokrasi itu sendiri. Retno juga mengklarifikasi kembali tentang Islam di Indonesia. Baginya, Islam di Indone­ sia adalah Islam yang Rahmatan Lil Alamin atau pembawa rahmat dan kesejahter­ aan. Indonesia, kata Retno, menjadi negara di mana demokrasi dan Islam bisa hidup bersama.

Dunia saat ini masih dirundung berbagai persoalan, seperti perang, ekstremisme, kri­ sis ekonomi, bencana alam, dan sebagainya.

Sebagai bagian dari komunitas dunia, Indo­ nesia tidak boleh tinggal diam. Indonesia harus menjadi bagian solusi bagi persoalan dunia tersebut. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi se­ laku keynote speaker Conference on Indo­ nesian Foreign Policy 2015 di Jakarta, bulan lalu.

Retno mengatakan, dalam konteks re­ gional ASEAN, Indonesia secara kontinu mendesak negara-negara anggota ASEAN untuk menggalang kerja sama, membangun stabilitas, dan menciptakan kondisi yang kondusif di kawasan Laut Tiongkok Selatan.

“Indonesia menjadi pelopor terciptanya per­ damaian dunia. Indonesia berperan sebagai pencipta perdamaian (peacemaker). Indone­ sia mendukung kemerdekaan bangsa-bang­ sa dan perdamaian di semua negara. Solusi politik selama ini menjadi solusi terbaik untuk menyelesaikan konflik antarnegara.

Semua ini sudah nampak dalam delapan bu­ lan pemerintahan ini,” kata Retno.

Dalam kebijakan politiknya, Indonesia juga akan memperkuat relasi dengan negaranegara di Afrika dan negara-negara berkem­ bang di kawasan lain, seperti Amerika Latin dan Pasifik. “Jangan lupa kita semua satu rumpun. Indonesia adalah Melanesia dan Melanesia adalah Indonesia,” kata Retno.

Selain itu, Indonesia akan mendukung po­ sisi IORA (Indian Ocean Rim Association) untuk memperkuat relasi negara-negara di kawasan Samudera Hindia. Mengapa Indo­ nesia penting bagi dunia? “Bukan lantaran kekuatan militernya atau ekonominya. Teta­ pi, karena demokrasi, pembangunan, dan stabilitas Indonesia,” katanya.

Retno menegaskan Indonesia menen­ tang penggunaan kekuatan militer dalam

movement july.indd 4 JULI_T-022.PDF 1 15997805_MARKETEERS

Seberapa Penting Indonesia untuk Dunia?

Dalam delapan bulan pemerintahan baru, Indonesia terbilang aktif dalam berpartisipasi dalam pemecahan persoalan dunia, dari masalah perang hingga bencana. Seperti apa?

Oleh Sigit Kurniawan & Kelik Bayundara

Kikis Xenophobia Masalah lain yang juga mengundang peran Indonesia adalah Xenophobia. Istilah ini mengacu pada kecenderungan takut pada warga asing. Salah satu yang cukup kentara pernah terjadi di Afrika Selatan. Fenomena ini bermula dari persaingan antarwarga dalam memperoleh pekerjaan. Pasalnya, la­ pangan pekerjaan di Afrika Selatan tidaklah mencukupi.

Adanya imigran membuat penduduk asli Afrika Selatan merasa terdesak. Mereka pun mengintimidasi para imigran agar me­ ninggalkan negara tersebut. Banyak hal yang dilakukan. Salah satunya membakar toko-toko dan bangunan milik pendatang.

Kesulitan ekonomi dapat menyebabkan kekhawatiran berlebihan dari masyarakat akan kesejahteraannya. Terlebih, bila ter­ jadi kesenjangan kehidupan sosial antara warga pendatang dengan warga pribumi.

Kesenjangan ini bisa memicu pecahnya konflik sosial.

Hal ini disampaikan oleh Dewi Fortuna Anwar, salah satu Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bulan lalu.

Sebab itu, lanjut Fortuna, pemerintah ber­ peran penting dalam mengikis rasa minder dan takut berlebihan pada orang asing.

Khususnya, takut sumber kesejahteraan me reka direbut para pendatang tersebut. “Peran pemerintah adalah memastikan masyarakat yang sama sekali tidak bisa berkompetisi itu tetap dilindungi,” kata Dewi.

Selain itu, perlu wawasan internasion­ alisme – paham yang menyatakan semua warga negara itu bagian dari komunitas be­ sar internasional – juga harus terus ditanam­ kan di dalam benak masyarakat. Perbedaan negara tidak boleh menjadi sekat sekaligus pemicu konflik. Sebagai negara, Indonesia juga membutuhkan dukungan internasional.

Tidak benar kalau masyarakat justru menu­ tup diri pada asing.

Dewi menegaskan, pemerintah berperan utama dalam memastikan tidak ada ketidak adilan sosial yang terjadi antara pribumi dan orang asing ini. Senada dengan itu, Menteri Retno menegaskan kebaikan dunia ini be­ rawal dari kebaikan suatu negara. “Sebuah dunia yang damai dan sejahtera akan dimu­ lai dari sebuah negara yang damai dan se­ jahtera juga,” pungkas Retno.

6/27/15 2:38 AM 6/29/2015 9:49:48 AM

O V E

M

E N

T

Healthcare, Property & Consumer 023

Oleh Saviq Bachdar

Lesunya pasar ritel pada kuartal pertama tahun ini, tak membuat pemain ritel lelah untuk melebarkan sayap ekspansinya. Hal ini terlihat dari target pembukaan gerai baru yang dicanangkan oleh ketiga pemain ritel Tanah Air, yaitu Alfamart, Indomaret, dan Seven Eleven.

Minimarket Alfamart yang dikelola oleh PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk berencana membuka 1.200 gerai sepanjang tahun 2015.

Dari angka itu, 50%-nya akan berada di luar Pulau Jawa. Sebab, Alfaria telah memiliki beberapa distribution channel, antara lain di Pontianak, Banjarmasin, Manado, dan Ba­ tam. Dengan memiliki 10.086 gerai sepan­ jang tahun lalu, maka jumlah ritel yang akan dimiliki Alfamart lewat aksi ekspansi terse­ but mencapai 11.286 gerai.

Hingga kuartal pertama tahun ini, Alfa­ mart telah merealisasikan 17% pembukaan gerai baru, atau setara 200 gerai. Lewat

Separuh Warga Jabodetabek Hidup Dengan Pola Tidak Sehat Oleh Jaka Perdana

movement july.indd 5 JULI_T-023.PDF 1 15997805_MARKETEERS

Tabel Perbandingan Tiga Ritel di Indonesia* Nama Ritel

Jumlah Gerai Tahun 2014

Target Gerai Tahun 2015

Alfamart Indomaret Seven Eleven

10.086 10.816 190

11.286 12.979 - 13.520 240

Alfamart Retail Asia Ltd, perusahaan joint venture antara Alfaria dan perusahaan asal Singapura SM Retail Supermarket, pi­ haknya juga berencana membuka 100-120 gerai di Filipina tahun ini.

Perseroan pun juga berniat untuk bermain di ritel apotik sebagai bagian dari diversifi­ kasi usaha demi menggenjot pertumbuhan bisnis pada tahun ini. Untuk urusan itu, Alfaria akan mengembangkan bisnis apo­ tik lewat anak usahanya PT Sumber Indah Lestari yang mengelola ritel kecantikan Dan+Dan. Saat ini, ritel tersebut telah me­ miliki 58 gerai di Indonesia.

Di sisi lain, PT Indoritel Makmur Indo­ nesia Tbk melalui anak usahanya PT Indo­ marco Prismatama cukup optimistis untuk bisa mencapai pertumbuhan gerai sebesar 20%-25%. Dengan memiliki 10.816 gerai

sepanjang tahun 2014 lalu, maka Indoma­ ret akan mengoperasikan sekitar 12.979 hingga 13.520 gerai tahun ini. Indomaret menyatakan akan berfokus mengembang­ kan jaringan ritelnya di Pulau Jawa dengan menggelontarkan investasi sekira Rp 450500 miliar.

Meski belum sebesar dua raksasa mini­ market di atas, namun keberadaaan Seven Eleven (Sevel) bisa menjadi kuda hitam di industri ritel. Pasalnya, ritel yang dikelola oleh PT Modern Putra Indonesia (anak usaha PT Modern International Tbk), beren­ cana membangun 50 gerai baru sepanjang tahun 2015 dari 190 gerai yang sudah ada saat ini. Investasi yang dipersiapkan menca­ pai Rp 2-3 miliar per gerai. Anda pun bisa menimbang-nimbang, siapa sebenarnya raja ritel di Indonesia?

Kesibukan menjadikan warga kota metro­ politan kurang memperhatikan kesehatan­ nya. Hal inilah yang diungkapkan perusa­ haan suplemen sehat BRAND’S Saripati Ayam dari Cerebos dalam risetnya terkait pola hidup sehat profesional di kawasan Jabodetabek bertajuk Jakarta Profesional Health Index.

Dari hasil riset Cerebos tersebut, 96% profesional di Jakarta meyakini kesehatan sangat berpengaruh terhadap performa pe­ kerjaan. Namun, sayangnya hanya 50% yang menerapkannya. Survei tersebut di­ lakukan secara online kepada sekitar 1.000 responden Jabodetabek dengan usia 2545 tahun, baik laki-laki dan perempuan, serta kelas ekonomi A-B. Dari jumlah itu, karyawan level staf sebanyak 378 responden. Sementara, responden dengan level manager ke atas berjumlah 622 orang.

Terkait pola hidup sehat, Cerebos meng­ hitungnya dari salah satu parameter, yaitu sarapan. Ditemukan fakta bahwa sembilan dari sepuluh karyawan di wilayah ini ter­ biasa sarapan, namun hanya separuh yang benar-benar melakukannya. Perempuan ternyata lebih banyak memilih tidak sarapan dibanding profesional pria yang mana roti menjadi jenis makanan paling sering dikon­

sumsi saat sarapan.

Pemicu stres juga jadi parameter kesehat­ an para profesional. Ada tiga pemicu utama stres tersebut, yakni deadline di kantor, jumlah pekerjaan yang sangat banyak, serta atasan emosional alias tidak kooperatif. Se­ lain itu, lamanya waktu di perjalanan juga menjadi pemicu stres. Enam sampai sepu­ luh karyawan di Jakarta menghabiskan dua sampai empat jam di perjalanan mulai dari ke kantor, urusan kantor, dan kembali ke rumah, terutama bagi mereka yang tinggal di Bodetabek. Intinya, kemacetan dianggap sebagai salah satu pemicu stres.

Selain stres, para pekerja ini mengalami gangguan tidur. Sekitar enam dari sepuluh karyawan di Jakarta tidur hanya lima sampai enam jam sehari. Cukup memang, namun waktu tersebut sebenarnya tidak direkomen­ dasikan. Lima dari sepuluh karyawan juga mengantuk saat jam kerja dalam seminggu terakhir disertai dengan badan mudah pegal dan lelah.

Nah, dari kebiasaan hidup tersebut, delapan dari sepuluh karyawan di Ja­ karta melakukan aktivitas olahraga untuk mengimbanginya. Sayangnya, lagi-lagi perempuan jarang olahraga dibanding lakilaki. Semoga Anda bukan salah satunya.

* Diolah dari berbagai sumber

Siapa Penguasa Ritel di Indonesia?

6/27/15 2:38 AM 6/29/2015 9:49:48 AM

O V E

M

E N

T

Resources, Infrastructure & Utilities 024

Porsi Penggunaan Energi Terbarukan Hanya 12% Oleh Ramadhan Triwijanarko

Masyarakat Indonesia, khususnya kaum muda harus semakin sadar terhadap ma­ salah-masalah energi dan bagaimana men­ cari solusinya untuk masa depan. Di masa mendatang, masalah energi akan menjadi beban berat bagi anak muda masa kini.

“Kita harus menyelamatkan planet ini.

Kita membutuhkan sumber-sumber en­ ergi yang terbarukan. Tantangannya adalah bagaimana saat ini kita bisa menemukan sumber-sumber energi yang lebih baik, leb­ ih murah, dan lebih cepat,” kata Jusuf Kalla (JK), Wakil Presiden Republik Indonesia dalam pembukaan International Student Energy Summit 2015 (ISES 2015) di Bali, bulan lalu.

JK menggarisbawahi bahwa Indonesia be­ lum sepenuhnya menerapkan energi terbaru­ kan. Dalam paparannya, hanya 12% dari ke­ seluruhan produksi energi di Indonesia yang

Produksi 1,45 Juta Ton, Kaca Indonesia Setara Delapan Negara ASEAN Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz

Indonesia mampu berkata banyak di indus­ tri kaca dunia. Faktor pendukungnya adalah sumber bahan baku kaca yang berasal dari pasir kuarsa dengan mudah bisa diproduksi di dalam negeri. Sekitar 60%−70% kebutu­ han pasir kuarsa untuk memproduksi selem­ bar kaca terdapat di pantai-pantai di selu­ ruh Indonesia. Dari sini, Indonesia mampu memproduksi hingga 1,45 juta ton kaca setiap tahunnya atau setara dengan total produksi delapan negara di ASEAN. “Dari total produksi Indonesia, 40% telah diekspor ke hampir 50 negara di dunia. In­ dustri ini juga menampilkan potensi bisnis yang besar,” jelas Darma Putra Narjadin, Chief Asosiasi Kaca Lembaran & Penga­ man (AKPL).

Sementara 60% yang diserap oleh pasar

movement july.indd 6 JULI_T-024.PDF 1 15997805_MARKETEERS

menggunakan energi terbarukan. Ia meng­ ingatkan adanya tren global untuk kembali ke alam (back to nature). Konsekuensinya, masyarakat saat ini harus mampu mengelola sumber-sumber energi terbarukan.

Terkait masalah energi terbarukan Di­ rektur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani mengamini pernyataan JK. Baginya, perlu bagi seluruh negara di dunia memberikan langkah nyata untuk memproduksi sumbersumber energi terbarukan yang baru, terjang­ kau, dapat bertahan lama, dan berkelanjutan.

“Penting bagi kita semua untuk mengurangi ketergantungan konsumsi energi minyak,” tegasnya.

Selain mengembangkan energi terba­ rukan, potensi gas alam dan energi panas Bumi Indonesia juga perlu dimaksimalkan.

Untuk energi panas bumi, Indonesia memi­ liki 40% dari potensi panas bumi yang ada di seluruh dunia. Apabila potensi ini dapat dimanfaatkan secara optimal, permasalahan listrik di Indonesia dapat segera tersele­ saikan. Sayangnya, potensi panas bumi yang sudah diterapkan di Indonesia baru sekitar 5%. Penyebab minimnya penyerapan energi panas bumi adalah masih sangat sedikit sumber daya manusia yang kompeten terhadap energi panas bumi.

lokal, 75%-nya diambil oleh industri prop­ erti dan 25% oleh industri otomotif. Dua industri ini menyajikan potensi bisnis yang besar. Berdasarkan hasil sebuah riset, Putra menyampaikan bahwa Jakarta merupakan kota kedua paling potensial untuk investasi properti setelah Tokyo. Sementara untuk pasar otomotif, kaca tempered yang meru­ pakan inovasi industri ini telah menjadi kaca standar yang dipilih oleh para Agen Peme­ gang Merek (APM) otomotif.

Putra menyebutkan bahwa industri kaca akan tumbuh lebih besar lagi dalam lima tahun ke depan. Hal ini seiring dengan perkembangan infrastruktur dan bisnis properti serta otomotif Indonesia. Selain itu, perkembangan teknologi kaca yang berkib­ lat pada Amerika Serikat dan Inggris juga terus berkembang. Ke depan, teknologi kaca apung akan menjadi tren dunia.

Dari sisi produksi, salah satu produsen terbesar di Indonesia, PT Asahimas Flat Glass Tbk menyebutkan 80%−90% telah menggunakan komponen lokal (TKDN).

Sekitar 70% bahan bakunya adalah pasir kuarsa dan 20% adalah cullet atau sisa-sisa pecahan kaca. “Sisanya, 10% adalah bahan adiktif yang masih kami impor,” jelas Hence Purnawan, Project & Marketing Group, Group Leader Flat Glass General Division Asahimas.

6/27/15 2:38 AM 6/29/2015 9:49:49 AM

E E

T

Q&A 025

Rizal Effendi, Walikota Balikpapan

Jangan Sampai Orang Merasa Dibohongi Ketika ke Balikpapan

Q&A july.indd 1 15997805_MARKETEERS JULI_T-025.PDF 1

Balikpapan berhasil merebut perhatian dunia. Ibukota provinsi Kalimantan Timur ini baru saja dianugerahi The Most Lovable Sustainable City for 2015 atau kota paling dicintai di dunia dalam kampanye We Love Cities. Penghargaan ini merupakan bagian dari program WWF’s Earth Hour City Challenge 2015 yang digelar di Seoul, Korea Selatan. Walikota Balikpapan Rizal Effendi menerima secara langsung penghargaan tersebut dari Co-Chairman WWF Jean Paul Paddack di Seoul, Korea Selatan.

Tidak main-main, kota pesisir Kalimantan ini berhasil mengungguli 44 kota lainnya di seluruh dunia yang bersaing dalam ajang

tersebut. Untuk dalam negeri, Balikpapan harus rela bersaing dengan Semarang dan Jakarta. Dengan predikat ini tentu saja semakin memantapkan posisi Balikpapan sebagai pusat perekonomian di wilayah Kalimantan Timur. Namun tidak mau larut dalam euphoria kemenangan ini, Balikpapan merasa masih sangat banyak hal-hal yang harus dibenahi. Ditemui dalam sela-sela acara Jakarta Marketing Week, Rizal Effendi menjelaskan bahwa Balikpapan harus terus berbenah dalam urusan infrastruktur, saluran air, listrik, hingga birokrasinya sendiri. Berikut petikan wawancara Rizal Effendi dengan Ramadhan Triwijanarko dari Marketeers.

6/27/15 2:39 AM 6/29/2015 9:49:49 AM

E E

T

Q&A 026 Bagaimana Anda melihat potensi perdagangan yang ada di wilayah Balikpapan?

Balikpapan tidak berdiri sendiri, Balikpapan merupakan bagian dari Kalimantan Timur.

Balikpapan bertugas sebagai pintu gerbang dan pusat pergerakan kegiatan perdagangan yang ada di Kalimantan Timur. Kalau dilihat dari sisi perdagangan maka perdagangan Kalimantan Timur itu pusatnya berada di Balikpapan. Makanya kami diarahkan sebagai pusat jasa perdagangan Kalimantan Timur, kemajuan perekonomian dan perdagangan Kalimantan Timur dapat terukur di Balikpapan.

Seperti apa perdagangan komoditas barang di Balikpapan?

Balikpapan adalah pelabuhan batubara, kelapa sawit, dan karet. Nah, jalur lintasan perdagangan tersebut melalui Balikpapan.

Jujur, Balikpapan tidak memiliki sumber daya alam. Semua itu terdapat di seluruh wilayah Kalimantan Timur. Namun, pusat pergerakan dan pertumbuhan perdagangan ada di Balikpapan.

Bagaimana dengan potensi pariwisata yang ada di Balikpapan?

Itu juga sama. Saya selalu mengatakan kepada teman-teman di Balikpapan bahwa diminta atau tidak, Balikpapan itu adalah juru bicara industri pariwisata di Kalimantan Timur. Sebab potensi Balikpapan memang terbatas karena kotanya kecil. Memang, ada beberapa potensi pariwisata seperti penangkaran buaya, hutan mangrove, pantai serta kegiatan pariwisata lainnya seperti wisata kuliner, hingga cenderamata. Namun, kembali lagi, itu menjadi bagian dari Kalimantan Timur. Itulah mengapa saya selalu mengatakan kita harus selalu turut serta mempromosikan wilayah-wilayah lain, seperti keindahan Derawan dan Kutai Kartanegara untuk kemajuan pariwisata bersama di Kalimantan Timur.

Apa yang pemerintah Balikpapan lakukan untuk menarik minat investor?

Sebenarnya investor yang datang ke Kalimantan Timur itu berduyun-duyun. Tanpa harus dipanggil pun mereka datang karena semua tahu potensi yang ada di Kalimantan Timur, seperti minyak, gas, batubara, laut, dan hutan. Kami tinggal membangun kemudahan-kemudahan kepada mereka untuk melakukan proses investasi. Kami ingin membangun pandangan baru bahwa melakukan investasi industri di Kalimantan Timur bukanlah hal yang mahal.

Q&A july.indd 2 15997805_MARKETEERS JULI_T-026.PDF 1

Khusus Balikpapan sendiri ada beberapa hal yang kami perbaiki terkait dengan proses perizinan dan insentif. Kami terus berusaha untuk bisa membantu mereka semaksimal mungkin. Memang, masih ada tantangan lain seperti masalah lahan pertanahan. Sebab, tanah di wilayah ini sudah mahal dan memiliki daya tarik tersendiri untuk masyarakat luar.

Perbaikan birokrasi seperti apa yang diterapkan untuk membangun semangat good governance?

Kami menerapkan dan meminta kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dengan pelayanan untuk mempunyai Standard Operating Procedure (SOP) kemu­ dian juga untuk mengejar ISO. Kami ingin pelayanan benar-benar berorientasi kepada masyarakat dan investor. Oleh karena itu, tagline kami dalam pelayanan adalah “Kami melayani bukan dilayani”.

Permasalahan birokrasi apa yang menjadi fokus utama Anda ketika menjadi Walikota?

Paling awal adalah tentang cara pandang mereka. Itu persoalan besar. Banyak Sumber Daya Manusia (SDM) di pemerintahan berpikir sangat monoton serta sering melakukan copy paste. Padahal sekarang yang dibutuhkan adalah terobosan. Karena­ nya, dengan adanya kompetisi antarkota menjadi sangat baik dan bagus untuk para birokratnya. Seperti kami ingin mewujudkan smart city. Smart city artinya sangat luas.

Kota itu bisa lebih efisien dengan peng­ gunaan teknologi serta lebih maksimal memanfaatkan kemampuan dalam hal ke­ seimbangannya. Karenanya, merupakan visi dan misi kami untuk mewujudkan Ba­ likpapan yang nyaman dihuni. Dan, hal ini telah menjadi tujuan dari kota-kota di seluruh dunia. Sekarang kita sudah tidak bisa berpikir apa adanya dan harus berubah.

Tenaga pemerintahan harus bisa menjadi seorang pemasar. Mereka tidak boleh me­ miliki gaya seperti birokrat yang merasa lebih tinggi derajatnya.

Bagaimana Anda mengoptimalkan potensi masyarakat yang ada di Balikpapan?

Kami mencoba membangun semangat itu kepada seluruh stakeholders, bahwa kota kami adalah pusat perubahan, pertumbuhan, dan contoh bagi kota-kota lain di Kalimantan. Jadi, budaya itu harus terus kami bangun. Balikpapan harus betul-betul menjadi pusat pertumbuhan dan memiliki kualitas SDM yang bagus. Hal inilah yang sedang kami usahakan untuk terus dibangun.

6/27/15 2:39 AM 6/29/2015 9:49:51 AM

E E

T

Q&A 027

“JADI JANGAN SALAH PAHAM KALAU MASYARAKATNYA SUDAH MELEK INTERNET DAN PENGGUNAANNYA SUDAH BERKEMBANG, SEAKANAKAN TELAH MENJADI SMART CITY. PADAHAL INI ADALAH KONSEP MEMBANGUN KOTA AGAR LEBIH EFISIEN DAN BISA MEMECAHKAN MASALAH DENGAN BAIK MELALUI TEKNOLOGI.”

Q&A july.indd 3 15997805_MARKETEERS JULI_T-027_CENTRAL SPRING BED.PDF 1

Balikpapan baru saja mendapatkan gelar The Most Lovable Sustainable City for 2015. Bagaimana Anda menyikapi hal tersebut?

Itu sangat luar biasa. Kami merasa sangat tersanjung. Namun dalam waktu yang bersamaan itu merupakan tantangan bagi kami.

Sesungguhnya kami belumlah sempurna dan masih banyak hal-hal yang harus diperbaiki terkait dengan infrastruktur jalan, air bersih, dan listrik. Banyak hal-hal lain yang harus segera diselesaikan agar predikat tersebut menjadi tambah sempurna bagi kami.

Saat ini banyak kota yang mengklaim akan menjadi smart city. Bagaimana dengan Balikpapan sendiri?

Secara jujur kami belum sampai pada taraf smart city. Tapi semangat itu terus kami kembangkan dan bangun karena sebagian sudah kami lakukan. Smart City tidak sekadar bahwa kota itu menggunakan teknologi Internet, tapi juga harus bisa menunjukkan

bahwa kota tersebut cerdas dalam memanfaatkan kelebihan dan potensi yang ada. Itu yang harus kami bangun. Jadi jangan salah paham kalau masyarakatnya sudah melek Internet dan penggunaannya sudah berkembang, seakan-akan telah menjadi smart city.

Padahal ini adalah konsep membangun kota agar lebih efisien dan bisa memecahkan masalah dengan baik melalui teknologi.

Ketika Anda kembali ke Balikpapan, pekerjaan rumah apa yang sudah menanti Anda?

Menjadi tantangan bagi kami ketika tadi bertemu dengan masyarakat di Jakarta dan ternyata mereka sangat tertarik untuk me­ ngunjungi Balikpapan. Tentunya jangan sampai mereka merasa dibohongi. Tentunya kami harus menunjukkan bahwa Balikpapan itu kota yang nyaman, aman, dicintai, dan hidup tenang. Kami harus membangun se­ mua itu bersama-sama dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha.

6/27/15 2:39 AM 6/29/2015 9:49:53 AM

E E

T

Best & Worst 028 Pada awalnya Priska Sari Kurniawan tidak pernah ter­ pikirkan untuk menempuh karier di dunia perbankan.

Padahal, ia merupakan alumnus Monash University ju­ rusan Accounting & Finance. Namun, rasa penasaran dan keinginannya yang besar untuk menjawab segala tantangan menjadikannya terjun pada dunia perbank­ an. Ia memulai kariernya pada tahun 2008 dengan bergabung bersama PT Bank Danamon Indonesia Tbk sebagai Management Associate.

Lepas dari Danamon, Priska bergabung bersama dengan Asuransi Cigna Indonesia. Layaknya keba­ nyakan orang, Priska mengaku sebal dengan produk asuransi seiring banyaknya pandangan negatif di lingkungannya tentang produk-produk asuransi. Tanpa

ada latar belakang asuransi, Priska memberanikan diri bergabung dengan Cigna dan terus mengembangkan pengetahuannya tentang produk-produk asuransi.

Kini dia bergabung bersama Jagadiri sebagai Vice President Strategic Marketing.

Lebih dari lima tahun terjun di dunia keuangan, membuat Priska sudah memahami ritme dunia ini. Ia merasa bahwa dunia keuangan merupakan dunia yang amat dinamis dan penuh dengan segala tantangan. Priska pun menemukan kecocokan dengan dunia keuangan ini. Kecocokan itu berupa tantangan.

Bagaimana perjalanan karier wanita kelahiran Jakarta 29 tahun lalu ini? Simak penuturannya kepada Rama­ dhan Triwijanarko dari Marketeers.

Priska Sari Kurniawan Vice President Strategic Marketing Jagadiri

best&worst june.indd 1JULI_T-028.PDF 1 15997805_MARKETEERS

6/27/15 2:40 AM 6/29/2015 9:49:59 AM

E E

T

Best & Worst 029

MY BEST

“APALAGI DALAM MEMBUAT SEBUAH PRODUK, KITA BERKAITAN DENGAN BANYAK PIHAK. SELAIN ITU JUGA BANYAK SEKALI FAKTORFAKTOR YANG DI LUAR KEMAMPUAN SAYA SENDIRI.”

best&worst june.indd 2JULI_T-029.PDF 1 15997805_MARKETEERS

Banyak pengalaman yang saya dapatkan selama saya berkarir pada dunia keuangan ini. Pengalaman yang amat menyenangkan dan berkesan buat saya adalah ketika saya masih bekerja di Cigna dan mendapatkan tantangan untuk membuat produkproduk baru. Awalnya saya tidak memiliki latar belakang terkait dengan asuransi ketika bergabung dengan Cigna. Bahkan, saya tidak paham dengan produk-produk asuransi. Namun, justru saya mendapat tantangan untuk membuat produk asuransi yang belum ada jenisnya, yaitu produk cashless untuk individu. Kala itu, produk ini umumnya hanya untuk grup saja.

Bermodalkan nekat, saya berpikir jika produk itu bisa dibuat untuk grup, mengapa tidak untuk individu? Memang harus diakui bahwa sistem kontrolnya jauh lebih susah. Namun, saya sadar bahwa semuanya bisa dilakukan asal kita mau. Prinsip saya adalah tidak ada yang saya tidak bisa. Asalkan kita benar-benar mau untuk serius mengerjakannya.

Saya memulai itu benar-benar dari nol dan perjuangan saya untuk dapat meluncurkan produk tersebut pun bisa dibilang cukup berat. Sembari terus belajar dan melakukan observasi, saya pun membuat produk tersebut. Memang, ada pengorbanan tersendiri, semisal waktu pergi bersama teman dan keluarga jadi berkurang.

Namun, semua itu terbayar ketika saya melihat hasilnya. Saya sangat puas dan bangga. Rasa bangga yang saya rasakan bukan sebagai individual saja, namun saya juga merasa bangga karena saya bisa memberikan kontribusi kepada perusahaan dan juga kepada masyarakat luas. Sangat menyenangkan ketika kita bisa memberikan kontribusi yang positif kepada perusahaan dan melihat perusahaan tumbuh serta memberikan sesuatu yang lebih mudah kepada masyarakat.

MY WORST Selama saya berkarir pada dunia keuangan seperti ini yang dituntut bekerja penuh dengan tekanan dan hal-hal yang dinamis maka hal ketepatan waktu adalah hal yang paling utama dalam dunia keuangan seperti perbankan dan asuransi ini. Hal yang menurut saya paling tidak enak terjadi kepada saya adalah ketika saya sudah ditargetkan merilis sebuah produk pada tanggal tertentu yang sudah disepakati, namun peluncuran tersebut harus ditunda dan diundur beberapa hari dari tanggal yang disepakati karena beberapa hal.

Hal seperti ini tidak sekali saja saya alami, namun sudah beberapa kali terjadi menimpa saya. Apalagi dalam membuat sebuah produk, kita berkaitan dengan banyak pihak. Selain itu juga banyak sekali faktor-faktor yang di luar kemampuan saya sendiri. Misalnya ketika produk yang harus diluncurkan itu membutuhkan teknologi terkini seperti mobile apps. Tentunya untuk penyempurnaan dibutuhkan waktu yang tidak sedikit. Butuh beberapa kali revisi hingga sempurna agar tidak mengalami kendala dalam proses peluncurannya.

Biasanya ketika hal tersebut terjadi pada saya, saya merasa sangat tidak enak dan sangat tidak nyaman. Saya ini tipikal orang yang ketika sudah berjanji maka harus bisa menepatinya. Biasanya ketika ini terjadi, yang bisa saya lakukan adalah menyemangati seluruh tim saya kembali dan sama-sama mengingat tujuan yang telah kami sepakati bersama.

Saya berusaha untuk terus mempersatukan tim, dan menjaga terus semangatnya agar tidak mengendur sedikit pun. Tujuannya agar produk bisa tetap launching tepat waktu. Tentunya ada saja hal-hal yang harus dikorbankan demi rilisnya produk tersebut, bisa seperti tidak merasakan liburan akhir pekan, tidak bertemu keluarga, tidak ikut nongkrong bersama teman-teman. Hal-hal seperti itu yang harus dikorbankan untuk tujuan bersama, yakni produk yang rilis tepat waktu dan memiliki manfaat bagi banyak orang.

6/27/15 2:40 AM 6/29/2015 9:50:00 AM

THE

SEXY SECTOR

By: Mohammad Farhan Alkaff

Tourism. This sector has become even sexier over time. Thanks to the emerging middle class and upward trend of internet penetration globally, it’s no doubt that tourism has become one sexy business that should be paid more attention by both policy makers and business players. Related to tourism, holiday has metamorphosed into one of several important needs for today’s generation. Countries that have realized this as a potential sector, are already on their way to support and bolster their tourism assets.

Acknowledging the attractiveness of tourism field, kataanda.com explores people’s preference, especially in tourist destination. On end of May 2015, we’ve conducted a quick poll to uncover which Asian country (outside Indonesia) that is most desirable to be visited if they have the chance of a full week holiday time. With total of 348 respondents spread across the nation, this quick poll unveiled which country that has been favorited as a perfect holiday spot.

It turns out that Japan’s charm on Indonesians is the most powerful one than other Asian countries, in terms of holiday spot. Even the K-Pop invasion only contributes to boost up South Korea’s charm as holiday destination into 17%. Regarding to the tourism industry in Japan, currently it is already rivaling the auto industry which Japan has been popular of. The government also take some serious actions as tourism emerges as new economic driver for Japan. They have set a goal to double the annual number of foreign tourists to 20 million by 2020. Japan’s immigration policy to make ‘easier’ access to regional tourists, also one part of their effort to uplift their tourism sector. This proven as one of so many effective way to keep the upward trend of tourism sector in Japan, besides they already have top-notch infrastructure for tourists.

These facts has led us to this question: should Indonesia learn from Japan in terms of how to boost the tourism? Perhaps the answer is yes! We have so many potentials to offer in tourism sector, obviously much more than other Asian countries! The problem is, would the decision maker take more serious actions to boost up this new sexy sector?

MOST FAVORITE ASIAN COUNTRY FOR HOLIDAY SPOT

If you are interested to join our Quick Survey, simply get yourself signed up on:

Nama depan Nama Belakang Email Tanggal Lahir Tanggal

BulanT

ahun

Join

100 poin

50 poin

ADV_Jun'15.indd 1 JULI_T-030_KATA ANDA.PDF 1 15997805_MARKETEERS

By joining kataanda, you will get a chance to take part in improving the product & service quality of industry players. You will also be rewarded with points redeemable with Cash, Gifts, or you can switch them into Donation. At the end of the year, you will also get a chance to win our Annual Grand Prize –

a Holiday Package to Bali!

6/27/15 2:25 AM 6/29/2015 9:50:01 AM

E E

T

031

Let Go To Grow Daniel Tjitra Director PT Forta-Larese

Menjalankan bisnis keluarga kerap dihadapkan pada satu tantangan internal, yaitu bagaimana mengubah gaya kepemimpinan yang otoriter menjadi lebih fleksibel. Setidaknya hal itu yang sempat dirasakan Daniel Tjitra, generasi kedua dari PT Forta-Larese. Perusahaan yang berdiri pada tahun 1972 ini bergerak di bidang produksi sepatu pengaman atau safety shoes dengan merek Cheetah. Merek itu diyakini sebagai merek sepatu pengaman pertama buatan Indonesia.

Awalnya, ayah Daniel membuat sepatu kulit untuk Tentara Nasional Indonesia (saat itu masih bernama ABRI). Namun, pada tahun 1980, ketika industrialisasi tengah menggeliat di Tanah Air, perusahaan mengalihkan fokusnya menjadi produsen sepatu pengaman yang terbuat dari bahan karet asli dan sol polyurethene. Saat itulah, merek Cheetah lahir.

Seiring kebutuhan pabrik yang terus meningkat, perusahaan tak hanya membesarkan Cheetah sebagai merek sepatu pengaman terkemuka di negeri ini. Perusahaan ini pun mulai menawarkan produk alat-alat perlindungan diri sebagai solusi keamanan lengkap bagi para pekerja pabrik maupun lapangan. Hal itu dilakukan ayah Daniel dengan melahirkan anak perusahaan bernama PT Forta Dwi Jayatama.

Kini, Cheetah telah berusia lebih dari 30 tahun. Persaingan di pasar safety shoes pun kian kompetitif. Di balik tangan dingin Daniel, Cheetah memiliki semangat baru yang justru ingin keluar dari zona nyamannya sebagai merek sepatu untuk pekerja pabrik. Seperti apa? Simak penuturan Daniel Tjitra, Direktur PT FortaLarese yang dirangkum oleh Saviq Bachdar dari Marketeers.

EO.indd 1 15997805_MARKETEERS JULI_T-031.PDF 1

6/27/15 2:41 AM 6/29/2015 9:50:01 AM

E E

T

032 Apa yang menjadikan ayah Anda mengubah fokus bisnisnya saat itu?

Yang saya tahu, kami dulu memasok sepatu boots untuk para ABRI dengan sistem tender. Jadi kami akan produksi jika ada orderan saja. Nah, pada tahun 1980, banyak pembangunan pabrik baru di Indonesia.

Dari sana, kami melihat adanya peluang bisnis sepatu pengaman untuk kebutuhan para pekerja pabrik.

Bisnis ini pun menarik bagi ayah saya yang sangat menggemari sepatu. Sebab, desain sepatu tentara hanya begitu-begitu saja. Berbeda dengan safety shoes yang bisa didesain dan disematkan berbagai inovasi teknologi. Akhirnya, beliau tertarik untuk memajukan bisnis sepatu pengaman ini dan memutuskan untuk tidak memasok lagi kebutuhan sepatu untuk tentara.

Lantas, apa itu safety shoes?

Safety shoes itu merupakan sepatu yang memiliki fitur keamanan. Misalnya, terdapat plat besi (steel toe cap) di ujung sepatu. Itu sengaja dibuat karena jari kaki merupakan bagian tubuh yang rentan terluka saat bekerja lapangan. Selain itu, sepatu kami juga bersifat slip-resistance alias tahan licin, serta ada pula yang antistatis bagi mereka yang bekerja di pengecatan mobil.

Sebenarnya, safety shoes memiliki beberapa kategori yang disesuaikan dengan area kerja. Pada industri pertambangan yang merupakan salah satu lingkungan kerja dengan risiko tinggi (high risk environment), membutuhkan sepatu pengaman dengan spesifikasi khusus. Seperti, model boots harus tinggi hingga 28 cm yang berguna untuk melindungi mata kaki dan betis. Selain itu, sol dibuat tahan minyak (oil resistant sole) dan berbahan polyurethane agar tidak licin. Sol juga dibuat tahan benda tajam dengan tambahan pelat besi di dalamnya untuk mencegah tusukan paku atau benda tajam lainnya.

Berapa tahun sepatu itu dapat bertahan?

turing alias pabrik-pabrik industri.

Kini, Cheetah tidak hanya menjual sepatu?

Dulu, kami memang dikenal sebagai produsen sepatu pengaman semata. Namun, sejak lima tahun lalu, kami berpikir bagaimana Cheetah bisa berkembang di luar sepatu safety saja. Kami pun melakukan reconcept pada tahun 2008 dari Cheetah Safety Shoes menjadi Cheetah Safety Wear. Ide itu memang awalnya tercetus dari diri saya pribadi. Sebab, saya melihat, klien kami tidak hanya membutuhkan sepatu saja, tetapi mereka menginginkan helm, kacamata, jaket, sarung tangan, masker, serta perlengakapan keamanan lainnya. Sehingga, kami memperluas cakupan produk kami selain sepatu. Hal ini sesuai dengan visi kami yang memberikan solusi keamanan terbaik kepada pelanggan kami.

Untuk produk helm dan respirator, kami bekerja sama dengan merek internasional. Jadi, kami hanya mengimpor barang itu dan mendistribusikannya. Sedangkan produk lainnya yang telah saya sebutkan, kami memproduksinya sendiri. Ada beberapa pabrik di mana kami bekerja sama untuk memproduksi produk tersebut.

Selama ini, pemasaran seperti apa yang Anda lakukan?

Kami mencoba meningkatkan brand awareness. Pertama, kami ingin memberikan customer experience yang sama ketika mereka deal dengan kami. Dari cara presentasi dan penyampaian produk, saya harus yakinkan setiap representatif kami melakukan sesuai dengan standar yang sudah dibentuk.

Selain itu, kami juga mencoba melakukan penjualan online dan menggunakan media sosial. Uniknya, orang awam berpikir bahwa yang kami jual merupakan bagian dari alat-alat industri yang biasa digunakan

Semua tergantung pemakaian, apakah medannya sangat berisiko tinggi atau tidak. Apabila selalu ter­ ekspos bahan kimia, mungkin bisa bertahan selama satu tahun. Akan tetapi, jika karyawannya merawat dengan baik, lima tahun pun masih bisa dipakai.

Bisnis Anda lebih ke B2B? Bisnis kami memang B2B. Dengan demikian, pelanggan kami bisa lebih paham terhadap produk yang kami jual. Kami punya tenaga penjual dan spesialis yang bisa datang untuk mempresentasikan deretan produk kami dan mengevaluasi tempat kerja pelanggan itu.

Selain itu, kami memiliki jaringan distributor atau reseller yang berada di beberapa kota di Indonesia.

Siapa saja klien Anda?

Klien kami banyak bergerak di bidang pertambangan, minyak & gas, perkebunan kelapa sawit, dan berbagai pabrik industri seperti Astra Honda Motor, pabrik mobil Toyota, dan berbagai perusahaan komponen otomotif. Saat ini malah lebih banyak general manufac-

EO.indd 2 15997805_MARKETEERS JULI_T-032.PDF 1

6/27/15 2:41 AM 6/29/2015 9:50:03 AM

E E

T

033

“JIKA SATU ORANG SAJA YANG MEMBERIKAN ARAHAN, KETIKA ORANG ITU SUDAH TIDAK ADA LAGI, BISA JADI PERUSAHAAN ITU JUGA SUDAH TIDAK ADA”

EO.indd 3 15997805_MARKETEERS JULI_T-033.PDF 1

para pekerja lapangan. Padahal, di luar negeri, safety shoes sudah menjadi bagian dari gaya hidup, sudah menjadi tren fesyen. Jadi, saya berharap, Cheetah bisa mempelopori produk safety yang mampu terintegrasi dengan gaya hidup masyarakat sehari-hari.

Bagaimana caranya agar Cheetah menjadi merek fashion?

Jadi, kami memiliki in house development yang terus bereksperimen dengan beberapa desain baru, khusus­ nya dari desain sepatu olahraga. Kami juga mulai bermain dengan variasi kain. Bagaimana pun, sebagai safety shoes, alas kaki itu mesti dibuat senyaman mungkin. Sebab, sepatu ini dikenakan selama tujuh hingga delapan jam sehari dan dikenakan dalam posisi berdiri. Jadi, kami ingin membuat safety shoes yang tidak hanya nyaman, namun juga trendi.

Bagaimana dengan persaingan di bisnis ini?

Kompetisi semakin ketat, apalagi Indonesia bukan negara yang ramah terhadap manufaktur. Negaranegara lain memang jauh lebih kompetitif dari segi harga. Kami juga berusaha kompetitif, sebab kami menawarkan beberapa value kepada pelanggan, yaitu Cheetah dikenal sebagai merek yang tidak mencurangi kualitas. Kami juga merek yang telah eksis cukup lama, sehingga memiliki kompetensi dan ekspertis yang tinggi. Saat melayani pelanggan, kami memberikan solusi, bukan sekadar menjual barang. Artinya, kami memberikan layanan purna jual dengan melakukan pelatihan kepada para pelanggan bagaimana cara merawat safety shoes dengan benar.

Pemain safety shoes di Indonesia didominasi

pemain luar, khususnya dari Tiongkok untuk produk murah, dan dari Amerika Serikat untuk produk dengan harga ultra-premium. Sedangkan, pemain lokal yang serius menggarap bisnis ini mungkin berkisar enam atau tujuh merek. Rata-rata mereka bermain di ke­las menengah atas. Sejak tahun 2011, kami sudah meng­ ekspor produk kami ke kawasan regional, seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Singapura.

Kami tengah melihat apakah mampu berekspansi ke Timur Tengah dan Australia.

Seperti apa karakter bisnis keluarga menurut Anda?

Karena ini adalah bisnis keluarga, saya akui awalnya sulit untuk meninggalkan kepemimpinan otoriter pada masa lalu. Ini masalah klasik yang terjadi di setiap perusahaan keluarga di Indonesia. Akan tetapi, saya adalah orang yang santai dan senang berkelakar. Jadi, saya coba memberikan kebebasan kepada karyawan untuk berpikir dan memberikan solusi masing-masing.

Sebab, saya yakin jika satu orang saja yang memberikan arahan, ketika orang itu sudah tidak ada lagi, bisa jadi perusahaan itu juga sudah tidak ada. Intinya, saya ingin membangun perusahaan yang lebih kompak dan setiap staf bertanggung jawab terhadap fungsinya.

Apa yang Anda dapat dari EO? Saya bergabung di EO sejak tahun 2011. Saya melihat, banyak dari anggota EO yang memiliki bisnis yang sudah besar, namun masih membuka bisnis baru. Saya sadar bahwa untuk berkembang, seorang entrepreneur harus let go. Itu salah satu yang membentuk kepe­ mimpinan saya di perusahaan ini.

6/27/15 2:41 AM 6/29/2015 9:50:04 AM

E E

T

034

Our EO of the Month’s CV

Daniel Tjitra Jakarta, 25 May 1984

EDUCATION •

•

2003-2006 Bachelor of Science (BS), Operations Management at Indiana University Bloomington 1998-2002 International Baccalaureate, International Baccalaureate at United World College of South East Asia

PROFESSIONAL • •

2011-present Director PT Forta-Larese 2008-2011 Supervisor PT Forta-Larese

ORGANIZATION •

2011-present Entrepreneurs’ Organization

INFO: 0811 4117 118 EO.indd 4 15997805_MARKETEERS JULI_T-034.PDF 1

6/27/15 2:41 AM 6/29/2015 9:50:05 AM

E E

T

Popcon 035

10 PROFIL KREATOR : 1.

2.

3.

4.

5.

Beng Rahadian Bryan Lie Chris Lie Dennis Adishwara Eno Bening

6. Faza Meonk 7. Ockto Baringbing 8. Sheila Rooswitha 9. Sunny Gho 10. Sweta Kartika

Popcon Asia 2015: Apresiasi Bagi Pejuang Industri Kreatif Pada tahun 2030, Indonesia diprediksi bakal menempati peringkat ketujuh sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Seiring kekuatan ekonomi yang besar, maka kita punya andil yang besar dalam hal konsumsi dan produksi di tingkat global. Namun lambat laun PDB kita tidak bisa lagi bergantung pada sumber daya alam, dan harus beralih untuk menciptakan produk yang tidak habis ditambang dan digali, yaitu produk kreatif.

Pemerintah pun mulai menyadari hal ini dengan mendorong industri kreatif sebagai penopang ekonomi negara, dengan memberikan dukungan melalui Kementerian Industri Kreatif, yang kini berubah menjadi Badan Ekonomi Kreatif.

Sayangnya, hingga kini industri kreatif Indonesia hanya menyumbang kurang dari 10% dari total PDB. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya hak kekayaan intelektual atau HKI. Meskipun bisa menciptakan nilai ekonomi yang besar, tidak banyak orang yang mengetahui bagaimana mengemas hasil karya intelektual ini dengan baik dan menjualnya ke khalayak yang lebih luas.

Terlebih, rendahnya pengetahuan masyarakat akan HKI membuat karya lokal tidak dihargai dengan pantas. Alih-alih memberikan penghargaan, masyarakat awam menganggap enteng dengan melakukan pelanggaran seperti menjiplak, menyontek, hingga mencuri karya. Jika dibiarkan terus-menerus, hal ini akan mendorong para kreator menjadi skeptis dan enggan berkarya.

Buat apa berkarya, kalau tidak bisa menghasilkan? Dan buat apa susah payah menciptakan, kalau dihargai saja tidak?

Ziliun.com bekerja sama dengan Marketeers menghadirkan 10 profil kreator terpilih yang berkarya dan patut diapresiasi oleh masyarakat luas. Mereka adalah perwakilan kreator muda pejuang industri kreatif, yang patut menjadi contoh bagi kreator penerus yang akan muncul selanjutnya. Mereka juga adalah kreator yang memperjuangkan agar hak kekayaan intelektual diberikan apresiasi yang layak.

Pada tanggal 7-9 Agustus 2015 di Jakarta, para kreator ini juga akan mendapatkan tempat khusus di Popcon Asia 2015, sebuah festival industri kreatif yang menjadi wadah untuk memberikan apresiasi bagi para pelaku industri kreatif lokal bertaraf internasional. Ajang tahunan yang akan dilaksanakan untuk keempat kalinya pada tahun ini menampilkan bermacammacam produk budaya populer yang menjadi bagian dari industri kreatif, seperti komik, animasi, mainan, film, dan video. Di sini, para kreator seperti mereka dirayakan. Tujuannya supaya para pemangku kepentingan dapat melihat signifikansi dari karya yang mereka ciptakan, dengan menunjukkan kepada khalayak umum bahwa industri kreatif Indonesia punya kualitas internasional yang bisa diterima bukan cuma oleh konsumen dari dalam negeri, tetapi juga dari luar. Siapakah mereka?

meet-popcon.indd 29 JULI_T-035.PDF 1 15997805_MARKETEERS

1

Beng Rahadian

Komikus lokal kini semakin bebas berekspresi, salah satunya adalah Beng Rahadian. Passion Beng pada komik dimulai sejak ia duduk di bangku kuliah. Selama kuliah, ia sudah aktif membuat komik pendek dan menerbitkannya dengan format fotokopian, hingga terbit sampai beberapa edisi.

Setelah lulus, Beng mengambil kesempatan bekerja sebagai animator di Malaysia. Tak lama, ia memutuskan kembali pulang ke Tanah Air. Selepas kepulangannya, Beng aktif mengisi workshop komik dan sempat menerbitkan komik berjudul Selamat Pagi Urbaz yang menjadi batu loncatan popularitas Beng di panggung komik Indonesia. Sejak itu, Beng kerap ditawari oleh koran nasional untuk mengisi kolom komik strip yang dimuat tiap hari Minggu.

Pada tahun 2005, Beng bersama dua orang temannya membentuk komunitas komik bernama Akademi Samali. Kegiatan komunitas yang lebih akrab disebut Aksam ini tidak hanya sekadar sharing soal dunia komik saja, tetapi juga mencakup workshop, pameran komik, festival komik, dan mendukung awarding untuk komik-komik lokal, seperti Kosasih Award.

Lewat Aksam, Beng yakin kalau potensi komik lokal dapat dikembangkan. Agar intellectual property lokal bisa go global, ini pesan Beng: “Perbanyak pergaulan internasional dan munculkan nilai-nilai universal yang bisa diterima masyarakat dunia.”

6/27/15 2:41 AM 6/29/2015 9:50:06 AM

E E

T

Popcon 036

2

Bryan Lie

Apa yang terbayang saat mendengar istilah “perusahaan mainan”? Mungkin merek-merek besar seperti Lego dan Barbie yang pertama kali muncul di benak kita. Di Indonesia, juga ada sebuah perusahaan mainan, yang menamakan diri mereka Glitch Network.

Bryan Lie, seorang artist dan ilustrator, mendirikan Glitch Network di tahun 2011, dan membangun toy company tersebut dari nol. Salah satu karya Glitch Network yang luar biasa adalah rangkaian mainan bertajuk God Complex. Action figure berskala ⅙ ini berangkat dari sebuah ide untuk menggabungkan “tuhan” yang berbeda dari tiap mitologi, dari Yunani, Jepang, hingga Mesir.

Saat memulai Glitch Network yang sebelumnya bernama Foxbox Studio, Bryan Lie berhenti mengambil pekerjaan-pekerjaan lepas dan mulai fokus mengembangkan God Complex, tidak hanya sebagai produk mainan, tapi juga sebagai sebuah konsep dengan storyline, baik dalam pengembangan universe maupun cerita tiap karakter mainan.

Seiring perkembangannya, Glitch Network memiliki beberapa divisi: produksi mainan, komik, ilustrasi, serta galeri seni. Divisi yang terakhir dikhususkan untuk mengurus sebuah galeri seni dan desain kontemporer di Singapura.

3

Chris Lie

Chris Lie adalah alumni Arsitektur Institut Teknologi Bandung. Kesuksesannya di dunia komik berawal dari hobi menggambarnya sejak kecil. Ia mulai terjun dalam pembuatan komik bersama teman kampusnya sejak duduk di semester 5.

Selama kuliah, Chris mengikuti magang di perusahaan penerbitan ternama, Devil’s Due Publishing. Selama magang tersebut, Chris berkesempatan menggarap action figure, ilustrasi untuk cover DVD, kemasan, serta media promosi lain yang berkaitan dengan komik GI Joe Sigma 6 pada akhir tahun 2004. Setelah lulus kuliah, Chris bekerja sebagai arsitek di Nyoman Nuarta Sculpture Park, Bandung. Ia lalu terbang ke Bali untuk menggarap taman budaya Garuda Wisnu Kencana.

Nama Chris Lie tidak asing di kalangan penggemar komik di Amerika Serikat. Ia telah menghasilkan 40 komik yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, dan karyanya beredar di beberapa penerbit komik di Amerika Serikat. Komikus kelahiran Solo, 5 September 1974 ini adalah pendiri dan direktur Caravan Studio, studio ilustrasi dan komik yang berbasis di Jakarta.

Menurut Chris, agar intellectual property lokal bisa go global, harus ada rencana bisnis dan rencana pemasaran yang tepat sasaran. Kini, selain mengurus Caravan Studio, bersama Andik Prayogo dan Yudhanegara Njoman, Chris membangun reoncomics.com yang menerbitkan komik fisik karya dari komikus lokal secara berkala.

4

Dennis Adishwara

Namanya lebih dikenal sebagai pemeran Mamet di Ada Apa Dengan Cinta (AADC). Nya­ tanya, Dennis Adishwara adalah sineas muda Indonesia yang tak hanya sekadar berakting, tetapi juga aktif menggerakkan kreator Indonesia dari belakang layar.

Dennis mulai berakting pada tahun 1999. Wajahnya kerap tampil di layar lebar maupun televisi. Tahun 2006, Dennis sempat mendapatkan nominasi untuk kategori Pemeran Pembantu Pria Terbaik dari Festival Film Indonesia (FFI) atas perannya sebagai Bimo di film Jomblo.

Setelah puas berakting, Dennis mencoba berkarya di bangku produser dan sutradara. Dari 2003 hingga 2012, di sisi kreatif ia mencoba menyutradarai film pendek hingga video klip.

Beberapa film yang disutradarainya adalah Kwalitet (2004) dan Kick and Love (2008) bersama Heru Effendy. Sementara, di sisi bisnis, ia mencari pendanaan dan investasi, serta mencari talenta-talenta baru yang potensial.

Pengalaman yang komprehensif ini membawanya mendirikan bisnis jejaring kreator online video lokal, bernama Layaria Network. Sebelumnya, Dennis juga mendirikan Komunitas Web Series Indonesia. Lewat Layaria, Dennis “memoles” para kreator online video lokal dari segi produksi, serta membantu mempromosikan hasil karya mereka.

meet-popcon.indd 30 JULI_T-036.PDF 1 15997805_MARKETEERS

6/27/15 2:41 AM 6/29/2015 9:50:07 AM

E E

T

Popcon 037

5

Eno Bening

Banyak yang resah melihat perfilman Indonesia yang masih didominasi film tidak bermutu, tapi tidak banyak yang melakukan sesuatu untuk mengubah itu. Eno Bening adalah salah satu yang berusaha memberikan alternatif tontonan kepada penonton Indonesia melalui passionnya menjadi sutradara.

Lulusan Filsafat Universitas Indonesia ini sudah menenteng kamera ke mana-mana sejak SMA. Hadirnya platform YouTube membuatnya bisa mengekspresikan diri lewat video. Maka pada 2007, seraya memanfaatkan momentum vakumnya kegiatan teater di sekolah, ia membuat CleanSound Studio. Konsistensinya memproduksi dan mengunggah berbagai video di kanal YouTube CleanSound Studio membawanya memenangkan beberapa lomba video.

Singkat cerita, saat ini CleanSound Studio telah tumbuh dan memiliki 17.000 subscribers dengan berbagai playlist, mulai dari yang berbau misteri berjudul Misteri Malam, hingga web series tentang dunia kampus berjudul Ngampus. Selain berkarya lewat CleanSound Studio, Eno selama dua tahun terakhir juga menjadi Production Manager di Layaria, sebuah jejaring kreator video online di Indonesia.

6

Faza Meonk

Faza Ibnu Ubaydillah Salman atau yang lebih sering dikenal sebagai Faza Meonk adalah komikus lulusan animasi Universitas Bina Nusantara yang melahirkan karakter Si Juki. Kari­ ernya bermula sejak ia iseng-iseng menggambar untuk kepuasan pribadi dan disebarkan se­ cara sporadis ke teman-teman sekolahnya. Ketika komiknya banyak mendapatkan tanggapan positif, Faza mulai membuat komik secara serius, yang kemudian diunggah di blog pribadinya dan akhirnya dibukukan.

Tidak disangka, karakter Si Juki mendapat sambutan hangat dari pembaca komik di Indonesia. Kelahiran Si Juki ini dijadikannya sebagai proyek character branding untuk pasar lokal, dikarenakan kegelisahan Faza akan karakter lokal yang sedikit sekali bisa populer di Indonesia. Lebih jauh lagi, kegelisahan ini membawa Faza mendirikan manajemen kekayaan intelektual berbasis karakter bernama Pionicon Management.

Melalui Pionicon, hasil karya komikus bisa diekspresikan ke khalayak umum dan bisa dikembangkan ke berbagai medium. Faza yang tengah aktif mengajar di Binus sangat berharap setiap komikus dapat memaksimalkan intellectual property dalam setiap karyanya.

“Keunikan konten sangat penting. Banyak hal-hal unik dari Indonesia baik dari budaya, ciri khas, yang bisa kita angkat dan menjadikan intellectual property sebagai sesuatu yang unik di mata dunia. Selain konten, dibutuhkan strategi yang efektif dan tepat dalam membidik target market produk intellectual property kita baik di pasar dalam ataupun luar negeri,” kata Faza.

7

Ockto Baringbing

Lulusan desain ITB ini awalnya membentuk studio komik dengan dua temannya, Seta dan Bayu, yang mereka namakan KostKomik. Sejak 2007, KostKomik sempat membuat beberapa komik, seperti debut komik bisu berjudul B.O.C.A.H. dan serial komik Merdeka yang diterbitkan oleh penerbit Koloni.

Konsistensi Ockto Baringbing berkarya sebagai colorist dan comic writer membuahkan hasil saat komik buatannya bersama Muhammad Fathanatul Haq yang berjudul “5 Menit Sebelum Tayang” memenangkan Silver Award di 6th International Manga Award pada tahun 2013. Kompetisi bergengsi yang diikuti oleh 244 peserta dari 38 negara menjadi ajang pembuktian Ockto tentang kualitas cerita komik Indonesia. Ternyata, waktu itu day job Ockto sebagai video editor di sebuah stasiun televisilah yang menjadi sumber idenya. Dari sini, Ockto percaya kalau research menjadi modal utama untuk menyusun cerita komik yang kuat.

Saat ini, Ockto sudah keluar dari pekerjaannya di dunia televisi dan fokus menjadi komikus.

Kesibukannya adalah menjadi comic writer di reoncomics.com berjudul Galauman dan juga menjadi penulis komik di penerbitan komik lokal yang akan segera diluncurkan di event POPCON ASIA 2015. “Buatlah intellectual property lokal sebagus mungkin, kemudian proaktif menerjemahkan ke bahasa internasional dan memperkenalkannya ke pasar luar. Terus berusaha.”

meet-popcon.indd 31 JULI_T-037.PDF 1 15997805_MARKETEERS

6/27/15 2:41 AM 6/29/2015 9:50:08 AM

E E

T

Popcon 038

8

Sheila Rooswitha

Selain menulis, banyak medium yang bisa digunakan untuk bercerita. Salah satunya dengan komik seperti yang dilakukan komikus sekaligus ilustrator kenamaan dari Fabula Agency, Sheila Rooswitha.

Sheila kecil yang punya hobi menggambar, mulai jatuh cinta pada komik sejak membaca serial komik Eropa, seperti Tintin. Dari situ, Sheila kecil senang meniru gambar dari komik yang ia sering baca dan mulai bermimpi menjadi komikus. Akhirnya, ketika ingin memasuki bangku kuliah, Sheila memilih jurusan desain yang dekat dengan aktivitas menggambar.

Keseriusannya membuahkan debut komik berjudul Cerita Si Lala, yang terinspirasi dari kehidupan sehari-hari Sheila. Cerita Si Lala mendapatkan respons baik dari pembaca karena ceritanya dirasa sangat related dengan kehidupan pembaca sehari-hari. Dalam Cerita si Lala, Sheila pernah menceritakan pengalamannya bersama keluarga melakukan road trip ke Jawa Timur, mulai dari cerita melewati jalur Pantura yang rusak sampai ke cerita tentang tempattempat wisata yang mereka kunjungi. Siapa sangka, cerita khas Indonesia tersebut masuk ke dalam antologi komik dari Asia Tenggara berjudul Liquid City!

Tak cuma itu, Sheila juga membuat komik slice of life tentang kehidupannya bersama keluarga kecilnya yang dimuat di Facebook Sheila’s Playground. Penceritaannya yang natural memikat hati para pembaca dan menjadi ciri khas komik-komik buatan Sheila.

9

Sunny Gho

Dunia komik Indonesia sudah tidak asing dengan STELLAR Labs, salah satu studio komik terbesar dan terpopuler di Indonesia. Sunny Gho, seorang comic artist, adalah otak di balik “laboratorium” para talenta-talenta terbaik Indonesia ini.

STELLAR Labs yang awalnya berada di bawah naungan Imaginary Friends Studios di Singapura ini mulai memisahkan diri sejak awal tahun 2012. Alasannya, menurut Sunny Gho, adalah karena mereka tertarik untuk memperluas produksi ke ranah lain seperti game, serta agar memiliki kesempatan untuk membuat komik sendiri.

Dari pengalamannya terlibat di berbagai proyek, termasuk di serangkaian komik Marvel dan DC Comics, Sunny Gho melalui STELLAR Labs berusaha berkontribusi untuk mendorong gairah komik Indonesia, salah satunya dengan mendirikan Makko Publishing, komik online di Indonesia. Salah satu komik terbitan Makko Publishing yang berjudul “5 Menit Sebelum Tayang” karya Ockto Barimbing dan Muhammad Fathanatul Haq berhasil memenangkan Silver Award di 6th International Manga Award di Jepang. Di event Popcon Asia 2015, Sunny akan memberikan kejutan dengan penerbitan komik lokal yang baru.

Sunny Gho juga terlibat sebagai art director di banyak art project, salah satunya dalam proyek action figure God Complex yang diprakarsai Bryan Lie.

10

Sweta Kartika

Sweta Kartika adalah seorang komikus lulusan S2 FSRD ITB. Ia mulai menggeluti dunia komik sejak SD, terinspirasi dari komik Amerika, Manga, dan komik Eropa seperti komik Marvel, Dragon Ball, Detective Conan, Asterix, Tintin, dan Donald Bebek.

Bersama ketiga temannya, Sweta mendirikan sebuah studio ilustrasi dan desain yang memusatkan karya-karyanya pada desain visual tradisi Nusantara, bernama Wanara Studio. Saat ini Sweta sudah menerbitkan banyak komik seperti “The Dreamcatchers” diterbitkan oleh Koloni, “Wanara” yang dulu diterbitkan secara online di Makko.co, Grey and Jingga yang ditayangkan setiap minggu secara independen lewat halaman Facebook pribadinya, dan masih banyak lagi.

Pemuda yang lahir di Kebumen 25 tahun lalu ini, selalu berusaha memasukkan unsur-unsur tradisi Indonesia ke dalam setiap karyanya. Saat ini, nama Sweta Kartika termasuk dalam jajaran rising star dalam dunia komik Indonesia. Selain itu, dia juga tergabung dalam Fabula Agency, talent management untuk top visual artist lokal.

“Jalur terbaik untuk tampil di kancah intellectual property global adalah dengan mengangkat konten kearifan lokal dan menyasarkannya ke market yang tepat melalui pengemasan yang modern. Dalam pengembangan intellectual property, kreator harus selalu berpikir 25 tahun ke depan, bagaimana karyanya bisa tetap sustain dan berkembang, juga bagaimana agar license-nya layak dikerjasamakan dengan produk lain,” katanya.

meet-popcon.indd 32 JULI_T-038.PDF 1 15997805_MARKETEERS

6/27/15 2:41 AM 6/29/2015 9:50:09 AM

A

N

E U V E R

039

Astra Aviva: Jajal Pasar, Rebut Hati Kaum Perempuan Sebagai pemain baru di industri asuransi jiwa, Astra Life harus jeli melihat celah pasar. Berbekal nama besar Grup Astra, merek ini memiliki target untuk masuk dalam lima besar pemain asuransi di negara ini. Bagaimana caranya?

Oleh Ign. Eko Adiwaluyo

FACTS 50% - Komposisi saham Astra International di Astra Life 5 besar di asuransi jiwa - Target Astra Life dalam 10 tahun mendatang

Pasar asuransi jiwa di negara ini masih terbuka lebar.

Bisa dibilang penetrasi asuransi di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara sekitar. Dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta jiwa, baru 5%-nya yang telah terproteksi oleh asuransi jiwa. Di sisi lain, jumlah pemain asuransi jiwa hanya ada 51 perusahaan.

Hal inilah yang membuat banyak pemain berlom­ ba-lomba untuk masuk ke pasar asuransi jiwa di sini.

Salah satu pemain baru yang bermain di asuransi jiwa adalah Astra Life. Perusahaan ini secara resmi beroperasi pada 27 November 2014. Astra Life me­ rupakan kolaborasi antara PT Astra International Tbk (AI) dengan Aviva International Holdings Limited (Aviva), salah satu pemain asuransi terbesar dari Inggris.

Keduanya sepakat membentuk PT Astra Aviva Life dengan komposisi kepemilikan saham 50:50. Kesepakatan ini dimulai sejak 17 Januari 2014 dengan penandatanganan perjanjian jual beli saham bersyarat.

maneuver july.indd 1 JULI_T-039.PDF 1 15997805_MARKETEERS

6/27/15 2:42 AM 6/29/2015 9:50:09 AM

A

N

E U V E R

040

Kemudian diikuti dengan penyelesaian transaksi pada 26 Mei 2014 dan selanjutnya memperoleh izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 13 Agustus 2014.

“Potensi pasar asuransi jiwa di negara ini sangat besar. Di sisi lain, pertumbuhannya juga sangat bagus dalam beberapa tahun ini. Saat ini, ada sekitar 74 juta orang kelas menengah dan diperkirakan pada tahun 2020 akan tumbuh menjadi 140 juta orang. Hal ini tentunya menjadi peluang bagi kami untuk bisa menjadi pemain lima besar dalam industri asuransi jiwa di Indonesia dalam waktu secepatnya,” kata Philip Willcock, Presiden Direktur PT Astra Aviva Life.

Bagi Astra Life, tentunya tidak sulit untuk mencapai target tersebut. Lantaran dua raksasa yang bergabung di belakangnya sudah terkenal reputasinya di tingkat international. Grup Astra sekarang ini menaungi kurang lebih 183 perusahaan dengan karyawan lebih dari 218.000 orang. Sedangkan Aviva merupakan perusahaan asuransi global yang sudah hadir di 16 negara dengan jumlah nasabah mencapai 31,4 juta jiwa di seluruh dunia.

“Aviva merupakan perusahaan asuransi yang sudah berumur 318 tahun. Tahun 2013, Aviva membayar klaim sebesar £ 27,5 miliar ke nasabah kami di seluruh dunia,” tambah Willcock.

Wakil Presiden Direktur PT Astra Aviva Life Auddie A. Wiranata menambahkan bahwa Astra Life tidak hanya hadir untuk memenuhi kebutuhan asuransi jiwa. Lebih dari itu, mereka akan memberikan kenyamanan dan kemakmuran untuk jutaan orang Indonesia. “Kami memberikan value proposition yang kuat dan seimbang dengan pendekatan yang ‘love life’ yang menjadi tagline Astra Life,” katanya.

Auddie menambahkan bahwa Astra Life untuk mencapai targetnya akan menggunakan segenap potensi yang ada sekarang ini. Termasuk, mengoptimalkan akuisisi nasabah di dalam Astra Grup dan melakukan penetrasi pasar lewat multichannel dan multiproduct.

“Dalam waktu dekat kami akan meluncurkan banyak produk di pasar. Tentunya, hal ini didukung oleh kesiapan layanan purna jual, seperti call center,” jelas Auddie.

Sebagai pendatang baru, Aviva Life mematok target yang cukup moderat. Perusahaan ini ingin menjadi perusahaan asuransi terbesar kelima dalam 10 tahun dan kesepuluh terbesar dalam 5 tahun. Untuk mencapainya, ada beragam strategi dan aktivitas marketing yang mereka lakukan. Tujuannya, untuk membangun brand awareness dan sales secara bersamaan lantaran kedua hal tersebut harus jalan bersamaan di awal-awal tahun beroperasi ini.

Pada kesempatan lain, Anita Ekasari Chief Partnership Officer Astra Aviva Life menyebutkan bahwa merek Astra menjadi kekuatan dalam me­

maneuver july.indd 2 JULI_T-040.PDF 1 15997805_MARKETEERS

lakukan aktivitas marketing. Sebabnya, Astra me­ miliki brand recognition dan brand equity yang ba­ gus di masyarakat Indonesia. “Astra sebagai sebuah perusahaan sudah teruji kualitasnya. Ditambah lagi, kami di-back up oleh Aviva yang sudah berpengalaman 300 tahun. Dua hal inilah yang menjadi alasan kuat mengapa masyarakat harus memilih Astra Life,” katanya.

Nah, apa saja aktivitas marketing yang dilakukan oleh Aviva Life? Merek asuransi ini telah menggelar kampanye yang ditujukan pada kaum perempuan.

Meski begitu, Anita menegaskan bahwa asuransi Astra Life itu bukan produk untuk perempuan saja.

“Kebetulan moment-nya bertepatan dengan Hari Kartini ketika kami membuat kampanye untuk perempuan. Tapi memang, segmen ini menjadi pintu masuk pertama kami di pasar,” jelasnya.

Pemilihan segmen perempuan ini memang tepat di era sekarang ini. Menurut temuan MarkPlus, Inc. sekarang ini ada tiga subkultur yang sangat berpengaruh di pasar, yakni youth, women, dan netizen. Ketiga subkultur tersebut di atas mampu menggerakkan pasar di era sekarang ini.

Ia melanjutkan, pemilihan perempuan sebagai prioritas pertama dalam journey Astra Life karena segmen ini memegang peranan penting dalam pengaturan finansial di rumah tangga. Menurut As­ tra Life, perempuan Indonesia modern baik yang belum menikah, ibu rumah tangga full time, atau tetap menjalani karier, semuanya sama-sama memiliki tantangan tersendiri yang sama-sama melelahkan.

Dalam menjalankan peran ganda ini, seringkali terjadi konflik dalam diri perempuan, yang selalu merasa tidak puas dan tidak cukup baik dalam menjalankan perannya sebagai perempuan.

Astra Life juga mengedukasi para perempuan soal manfaat asuransi jiwa. Tidak saja perempuan, tapi semua pelanggan asuransi jiwa pada umumnya harus mengerti manfaat asuransi jiwa. Asuransi jiwa bukan hanya mengenai jaminan bila terjadi musibah, namun membeli asuransi itu bisa memperbaiki hidup.

“Untuk itu, Astra Life mengajak para perempuan Indonesia untuk menerima dirinya apa adanya karena apa yang telah mereka lakukan sangat berarti buat orang-orang yang mencintainya. Astra Life mengajak perempuan Indonesia untuk mencintai hidupnya dan menunjukkan bahwa inilah definisi emansipasi di era modern,” jelasnya. Gerakan untuk mengajak perempuan Indonesia mencintai hidupnya ini diwujudkan melalui video viral yang disebar melalui Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan Youtube.

Apakah Astra Aviva Life bisa menjadi pemain di industri asuransi yang diperhitungkan di Indonesia?

Mari kita tunggu.

“ASTRA SEBAGAI SEBUAH PERUSAHAAN SUDAH TERUJI KUALITASNYA. DITAMBAH LAGI, KAMI DI-BACK UP OLEH AVIVA YANG SUDAH BERPENGALAMAN 300 TAHUN. DUA HAL INILAH YANG MENJADI ALASAN KUAT MENGAPA MASYARAKAT HARUS MEMILIH ASTRA LIFE” Anita Ekasari Chief Partnership Officer Astra Aviva Life

6/27/15 2:42 AM 6/29/2015 9:50:09 AM

Laboratorium Klinik yang Berorientasi pada

‘’PATIENT SAFETY’’

“Mutu, kenyamanan, dan keselamatan pasien adalah hal utama yang senantiasa kami wujudkan untuk Diagnosa Lebih Baik. Kepercayaan mereka untuk memeriksakan kesehatannya kepada Laboratorium Klinik Prodia adalah aset berharga yang harus kami pertahankan.”

Patient safety atau keselamatan pasien adalah upaya pencegahan terjadinya bahaya atau luka dan kecelakaan terhadap pasien yang disebabkan oleh tindakan medis. Oleh karena itu, patient safety merupakan faktor yang sangat penting dari setiap tindakan kesehatan termasuk diagnosis, penanganan, dan perawatan pasien.

Laboratorium Klinik Prodia telah menjadi laboratorium yang berorientasi patient safety. Untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan pasiennya, Prodia selalu memperhatikan pengendalian mutu, pemantapan mutu internal dan eksternal, serta kompetensi petugas. Hal ini dilakukan mulai dari proses pengambilan sampel, analisis sampel, validasi, hingga diperoleh hasil yang akurat. Sasaran utama patient safety adalah mengurangi error pada tahap pre analitik (sebelum pemeriksaan sampel) dan paska analitik (setelah pemeriksaan sampel) yang menurut beberapa penelitian memang rentan terhadap kesalahan.

Memahami kebanyakan pasien yang khawatir melakukan pengampilan darah dan menyadari bahwa tahap pengambilan darah merupakan tahap kritis yang menentukan kualitas sampel, Prodia memastikan pengambilan darah dilakukan dengan aman dan nyaman. Alat-alat yang digunakan dalam setiap proses pengambilan darah dipastikan dalam keadaan baru. Misalnya, jarum suntik, tabung sampel, sarung tangan, dan lain-lain. Sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabung sampel.

Kemudian tabung diberikan label barcode sebagai identitas pasien untuk mencegah sampel tertukar.

Sampel harus selalu di simpan pada kondisi lingkungan yang sesuai karena hasil pemeriksaan laboratorium akan ditentukan oleh kualitas sampel.

Kantor Pusat : PRODIA TOWER Jl. Kramat Raya 150 Jakarta 10430 Telp. 021-3144182 info@prodia.co.id

Sebelum diperiksa, sampel dipastikan terbebas dari zat-zat yang dapat menganggu proses pemeriksaan, seperti lipemik (lemak tinggi), lisis (sel darah pecah), ikterik (kuning), keruh, dan lain-lain.

Setiap tahapan persiapan dan pemeriksaan terhadap sampel selalu disesuaikan dengan instruksi kerja dan prosedur standar operasional. Proses validasi alat dan metoda pun dilakukan untuk memastikan tingkat akurasi hasil. Untuk dapat memenuhi semua standar ini, diperlukan keahlian khusus bagi setiap petugas yang berperan pada proses pre analitik hingga paska analitik. Prodia juga rutin memberikan pelatihan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh setiap karyawannya.

“Mutu, kenyamanan, dan keselamatan pasien adalah hal utama yang senantiasa kami wujudkan untuk Diagnosa Lebih Baik. Kepercayaan mereka untuk memeriksakan kesehatannya kepada Laboratorium Klinik Prodia adalah aset berharga yang harus kami pertahankan. Oleh karena itu kami akan selalu berupaya meningkatkan layanan yang berorientasi patient safety.” Ungkap Ampi Retnowardani, Marketing Manager Laboratorium Klinik Prodia.

Patient safety di laboratorium klinik membutuhkan pengawasan terus menerus oleh individual, laboratorium, organisasi profesional, dan lembaga pemerintah. Pasien diharapkan dapat lebih kritis dalam menilai dan memilih layanan kesehatan terbaik, tidak semata-mata berdasarkan biaya, namun mementingkan mutu layanan dan keakuratan hasil. Bagaimanapun, pada akhirnya pasienlah yang akan menerima hasil pemeriksaan dan merasakan secara langsung kualitas dari layanan kesehatan tersebut.

2014

@Prodia_Lab www.prodia.co.id

15997805_MARKETEERS JULI_T-041_PRODIA.PDF 1

6/29/2015 9:50:10 AM

A

N

E U V E R

042

Potensi Menggiurkan, Panasonic Garap Pasar B2B dan B2G Pasar produk elektronik di negara ini telah disesaki oleh beragam merek dari berbagai negara. Selain pasar end user yang sudah jenuh, terdapat potensi besar di pasar korporat dan pemerintah. Ini kiat Panasonic menggarap dua pasar tersebut Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz

Panasonic Gobel Indonesia telah mengembangkan lini produk yang banyak disukai masyarakat. Ada beragam lini produk dari perusahaan ini di pasar In­ donesia. Sebut saja AC (air conditioner), pompa air, mesin cuci, kulkas, TV, dan segera akan meluncur adalah bread maker. Sebagian dari produk-produk tersebut masuk ke jajaran pemimpin pasar di kate­ gorinya.

Bisa dikatakan kompetisi produk elektronik di pasar end user sangat ketat. Panasonic harus menghadapi merek-merek Jepang lain dan terberat adalah melawan merek asal Korea Selatan. Di samping itu, masuknya merek asal Tiongkok juga mulai menggoyang pre­ ferensi orang Indonesia dalam memilih merek.

Melihat jenuhnya pasar business-to-consumer

(B2C), Panasonic tahun lalu melakukan perluasan pasar ke business-to-business (B2B) dan businessto-government (B2G). Pada dua pasar ini, Panasonic menawarkan berbagai produk solusi. Produk itu antara lain Panasonic Security Solution, Shop Solution, Office Solution, Energy Solution, dan AC System Solution.

Salah satu upaya untuk penetrasi di dua pasar ini, Panasonic pun membuat Panasonic Business Showroom yang dibuka pada April tahun ini.

“Meski saat ini pasar B2C masih mendominasi pendapatan kami, pasar B2B dan B2G juga menjanji­ kan peluang bisnis yang menggiurkan. Hal ini seiring dengan konsentrasi pemerintah dalam mengem­ bangkan infrastruktur dan pertumbuhan industri yang cukup pesat di Indonesia,” ujar Hiroyoshi Suga, Presiden Direktur Panasonic Gobel Indonesia.

Melalui Panasonic Business Showroom yang terletak di kantor Panasonic Cawang, Jakarta, para konsumen, mitra bisnis, karyawan, dan sales representatives dapat melihat serta mengalami langsung esensi dan keunggulan produk Panasonic. Panasonic berharap dapat memberikan solusi terintegrasi kepada seluruh mitra bisnis, khususnya di sektor pengembang, pemerintah, komersial, pelayanan, dan ritel.

Pada bangunan yang memiliki luas 230 meter persegi tersebut, Panasonic Business Showroom didedikasikan untuk meningkatkan visualisasi produk B2B dan B2G milik Panasonic. Segmen khusus yang selama ini dilayani oleh Panasonic, antara lain industri aviasi, pabrik, distributor kuliner, logistik, energi, perbankan, dan sosial infrastruktur. Seluruhnya sangat tumbuh baik di Jakarta sebagai pusat perekonomian

# maneuver july.indd 3 JULI_T-042.PDF 1 15997805_MARKETEERS

6/27/15 2:42 AM 6/29/2015 9:50:12 AM

A

N

E U V E R

043

140% - Target pertumbuhan bisnis B2B/G 1960 - Tahun pertama kerjasama join venture Thayeb Gobel dengan Matsushita 75 watt - Daya yang dibutuhkan pompa air rendah watt Panasonic

untuk meningkatkan penjualan pada tahun ini. Hal ini bisa berkaca pada keberhasilan Panasonic tahun 2014 yang berhasil mencapai pertumbuhan double digit dibanding tahun sebelumnya.

Dari sisi produk, untuk mendukung target tersebut, serangkaian produk inovatif telah diluncurkan oleh Panasonic. Produk-produk tersebut merupakan bagian dari Panasonic Business Strategy 2015. Ada produk AC berteknologi Econavi dengan fitur terbaru iAuto­X yang merupakan fitur pendinginan lebih cepat dengan teknologi Panasonic Thermal Enhancement (P-Tech) pada kompresor AC inverter. Selain itu, Panasonic juga memiliki andalan di pasar mesin cuci dan lemari es nasional. Ada juga produk pompa air rendah watt (75 watt) bersertifikat SNI yang dijagokan oleh Panasonic melawan merek lain.

Menanggapi gebrakan Panasonic ini, Chief Executive MarkPlus Insight Taufik mengatakan bahwa cara yang dilakukan oleh Panasonic ini kreatif. Menurutnya, Panasonic jeli dalam menggali potensi. Di dalam industri, banyak terhampar segmentasi yang dapat dimanfaatkan oleh semua merek.

“Meski saat ini beberapa instansi pemerintah sedang melakukan penghematan, namun di sisi lain pasti ada yang membutuhkan produk dari Panasonic.

Apalagi, di kala ekonomi yang melemah dan daya beli konsumen ritel dinilai berkurang, membidik sektor B2B dan B2G akan menyelamatkan bisnis Panasonic ke depannya karena segmen mereka semakin meluas,” ucap Taufik.

Indonesia. Fasilitas ini juga merupakan salah satu upaya Panasonic untuk membangun customer experience serta engagement yang kuat dengan para konsumen bisnisnya.

Dengan pelebaran target pasar ini, Panasonic pun berencana menambah sumber daya manusia (SDM).

Target pertumbuhan bisnis pun dipatok hingga 40% sampai akhir tahun 2015. Bahkan, target pertumbuhan lima kali lipat juga dicanangkan Panasonic Gobel Indonesia hingga tahun 2018 pada segmen B2B dan B2G. Optimisme ini diperkuat dengan kesempatan Indonesia yang akan menjadi tuan rumah SEA Games 2018.

“Nantinya, akan ada banyak proyek pada tahun 2018 yang bisa kami tangkap. Kami optimistis pertumbuhannya akan sangat baik. Soal lokasi, Jakarta memang sangat potensial untuk segmen ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa 70% perekonomian ditopang di wilayah Pulau Jawa,” jelas Heru Santoso, Associate Executive Director Panasonic Gobel Indonesia.

Panasonic telah berhasil mencapai pertumbuhan yang menggembirakan selama beberapa tahun terakhir. Strategi bisnis yang berorientasi pada pasar lokal telah mencatatkan penjualan yang cukup signifikan pada tahun 2014. “Pencapaian ini merupakan konsistensi perusahaan dalam mempertahankan posisi kami sebagai produsen elektronik di Indonesia,” jelas Hiroyoshi.

Meski pertumbuhan industri elektronik secara makro mengalami penurunan, namun Panasonic optimistis

Inspirasi

r ak Sekada T

kan api gera T

menuju

jadi ak hanya T api T

Angan

an

perubah

SAKSI

AKSI

KOMPAS/ IWAN SETIYAWAN

FACTS

#Kompas50th maneuver july.indd 4 JULI_T-043_KOMPAS.PDF 1 15997805_MARKETEERS

6/27/15 2:42AM AM 6/29/2015 9:50:13

A

N

E U V E R

044

Heavenly Blush, Selamat Tinggal Yogurt Kecut Meningkatnya gaya hidup sehat membuat Heavenly Blush yakin akan masa depan yogurt di Indonesia.

Dengan memanfaatkan teknologi, Heavenly Blush tak hanya menawarkan varian rasa kepada konsumen, melainkan juga varian bentuk dan fungsi.

Oleh Saviq Bachdar

Sulit untuk mengetahui secara pasti seberapa besar pasar yogurt di Indonesia. Namun, hampir semua pelaku industri percaya, pasar yogurt dalam negeri masih teramat kecil. Jika melihat penetrasi susu di Indonesia pada tahun 2013 menurut Kementerian Pertanian, konsumsi masyarakat Indonesia terbilang rendah atau 11,4 liter per kapita per tahun. Kondisi ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan sejumlah negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia (50,9 liter per kapita per tahun), Singapura (44,5 liter per kapita per tahun), Thailand (33,7 liter per kapita per tahun) dan Filipina (13,7 liter per kapita per tahun).

Jika penetrasi susu masih rendah, otomotis konsumsi produk olahan susu seperti yogurt dan keju menjadi sangat rendah. Itu artinya, potensi pasarnya masih terbuka lebar. Meskipun, perlu usaha ekstra untuk terus mengedukasi dan melakukan penetrasi pasar.

Berdasarkan catatan perusahaan riset Mintel pada tahun 2013, banyak hal unik yang membuat pertumbuhan susu meninggi di daratan Asia. “Misalnya India, yang pertumbuhannya didorong oleh pesatnya pertumbuhan ritel, urbanisasi, dan kelas menengah,” catat riset Mintel itu. Sedangkan Thailand yang merupakan importir susu terbesar mengaku permintaan susu meningkat lantaran turunnya harga eceran tertinggi. Sedangkan di Indonesia, pertumbuhan disokong oleh inovasi. Salah satunya, produk susu yang diformulasikan untuk kesehatan tulang.

Menurut Kwik Dien Hong, Managing Director PT Heavenly Nutrition Indonesia, perusahaan yang memproduksi minuman yogurt Heavenly Blush, menyatakan bahwa yogurt adalah produk masa depan.

Seiring meningkatnya kesadaran hidup sehat, pihaknya percaya mengonsumsi yogurt akan menjadi pilihan utama konsumen Tanah Air. “Indonesia belum kenal saja. Jika semakin banyak orang mulai sadar gaya hidup sehat, yogurt adalah pilihan produk yang tepat,” katanya.

Dien yang juga keponakan dari Januar Darmawan, pemilik perusahaan consumer goods Nutrifood, mengatakan bahwa selama sepuluh tahun terakhir, pasar yogurt mulai tumbuh berkat hadirnya satu perusahaan yang memperkenalkan yogurt di Indonesia. Tujuh tahun belakangan, muncullah gelombang frozen yogurt yang menambah pengetahuan masyarakat mengenai minuman susu fermentasi itu.

maneuver july.indd 5 JULI_T-044.PDF 1 15997805_MARKETEERS

“Pada tahun 2008, kami bermain di frozen yogurt dengan membuka gerai di Plaza Indonesia serta di beberapa mal lain. Namun, kami menutup seluruh gerai itu dan fokus menggarap minuman yogurt siap minum. Sebab, konsumen yang bisa kami bidik jauh lebih besar ketimbang bermain frozen yogurt di mal,” ucapnya Salah satu pemain frozen yogurt, Sour Sally, mung­ kin yang cukup tahan banting dalam menggarap pasar ritel yogurt di Indonesia. Dalam menghadapi pasar yang cukup menantang, Sour Sally lebih memilih me­ lakukan rebranding identitas dan tampilan gerainya ketimbang beralih ke pasar yogurt dalam kemasan.

Dalam keterangannya, CEO Sour Sally Ie Donny Pramono mengatakan, rebranding ini bertujuan untuk memperlebar target market Sour Sally dari yang sebelumnya hanya konsumen remaja perempuan berusia 13-20 tahun. Perubahan terlihat pada gerai Sour Sally yang lebih uniseks dengan paduan warna hijau dan hitam. “Dengan rebranding ini, konsumen laki-laki menjadi lebih nyaman dan tidak ragu untuk datang ke Sour Sally,” kata Donny yang kini mengoperasikan 22 gerai Sour Sally di Indonesia.

Memang, pemain yogurt di kategori minuman dalam kemasan cukup berkembang. Selain Heavenly Blush, pemain lokal yang memadati pasar ini antara lain Cimory, Biokul (PT Diamond Cold Storage Indonesia), dan Yofit (PT Yummy Food Utama). Se­ dangkan pemain asing yang cukup kuat eksistensinya di pasar modern adalah Elle & Vire dan Emmi.

Peluang pun datang pada awal tahun 2014. Kala itu,

FACTS 11.4 liter - Konsumsi susu masyarakat Indonesia per kapita per tahun

6/27/15 2:42 AM 6/29/2015 9:50:15 AM

A

N

E U V E R

045

“NAH, KALAU ZAMAN BAHEULA, YOGURT ITU ASAM. BERKAT TEKNOLOGI, KAMI MEMBUAT YOGURT YANG TIDAK ASAM SAMA SEKALI”

*Kefir adalah produk susu yang difermentasikan dengan menggunakan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus lactis

maneuver july.indd 6 JULI_T-045.PDF 1 15997805_MARKETEERS

Danone mengumumkan untuk menyetop penjualan Activia, merek yang menguasai pangsa pasar yogurt dunia. Dengan keluarnya Danone dari persaingan yogurt itu, tentunya memberikan kesempatan yang besar bagi pemain lokal untuk menguasai pasar.

Marketing Director PT Heavenly Nutrition Indonesia Ivonne Aryanti mengatakan, banyak yang kurang tepat dalam mengategorikan pasar yogurt di Indonesia. Ia bilang, salah satu minuman probiotik tertua di Tanah Air pada dasarnya bukan masuk dalam ketegori yogurt. “Ia adalah minuman probiotik. Sedangkan yogurt adalah susu yang difermentasi oleh bakteri asam laktat. Jika susu difermentasi bakteri lain, bisa jadi kefir*. Itulah bedanya,” tandasnya.

Percayakan Teknologi Pertama kali hadir dalam ukuran botol pada tahun 2012, Heavenly Blush terlebih dahulu merangkul segmen perempuan sebagai target konsumennya. Namun, seiring berjalannya waktu, Heavenly Blush kian memasarkan produknya untuk seluruh segmen di dalam keluarga.

Salah satunya, Heavenly Blush meluncurkan produk yogurt untuk anak-anak bernama Yo!. Produk ini diklaim Ivonne sebagai merek yogurt anak-anak pertama di Indonesia. Menurutnya, ini merupakan strateginya dalam mengedukasi konsumen untuk mengonsumsi yogurt sedini mungkin. “Apalagi, kami menambahkan sayur di dalam yogurt itu. Dengan ukurannya yang compact, bisa dijadikan bekal anak-anak ke sekolah,” katanya.

Selain itu, jika pemain lain hanya bermain pada varian rasa, Heavenly Blush berinovasi pada bentuk kemasan. Sampai saat ini, Heavenly Blush memiliki tiga varian yogurt, yaitu ukuran botol PET 300 ml, Tetra Pack 200 ml, dan greek yogurt. Ia bilang, sampai saat ini, drinkable yogurt memiliki performa yang lebih tinggi ketimbang spoonable yogurt (dimakan dengan sendok). Alasannya, yogurt yang dikonsumsi dengan cara diminum hadir lebih dulu di Indonesia.

Namun, greek yogurt yang digagas Heavenly Blush tidak hanya hadir dalam bentuk spoonable saja. Sebab, ada experience yang bisa dilakukan konsumen saat menyantap yogurt ini.

“Kami pisahkan antara yogurt dengan buah atau madunya. Sehingga, konsumen bisa mencampurkan atau mengaduk-ngaduknya. Di Amerika, greek yogurt sangat populer karena tinggi protein. Sehingga, bisa dikonsumsi untuk diet karena berfungsi mengenyangkan perut,” ceritanya.

Inovasi lain yang juga dilakukan adalah dengan membuat yogurt tidak terasa kecut alias asam. Se­ perti yang disebut sebelumnya, yogurt dihasilkan dari fermentasi bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Thermophilus. Akan tetapi, Ivonne bilang, berkat kemajuan bioteknologi, pihaknya memilih khusus bakteri terbaru yang men­ jadikan rasa yogurt menjadi tidak asam. “Nah, kalau zaman baheula, yogurt itu asam. Berkat teknologi, kami membuat yogurt yang tidak asam sama sekali.

Kami lakukan ini untuk mengajak masyarakat untuk minum yogurt. Kalau rasanya asam banget, lebih sedikit yang mengonsumsinya,” tutur Ivonne.

Tak berhenti sampai di situ, Heavenly Blush, sambung Ivonne, juga mengimplementasikan teknologi bebas pengawet lewat kemasan aseptis. Teknologi ini mengemas produk yang telah steril ke dalam kemasan yang juga steril. Sehingga dihasilkan produk tahan lama meski disimpan di suhu ruang.

Terakhir, Ivonne bilang, pihaknya akan fokus menggarap pasar yogurt, dan tidak akan beralih ke kategori lain, seperti susu atau soymilk.

Sesuai brand promise-nya, yaitu wellness yogurt specialist, pihaknya ingin menjadikan perusahaannya sebagai pelopor inovasi yogurt. “Kami ingin berkompetisi dengan para pemain yogurt asing yang sudah melegenda. Kami hanya menyasar segmen menengah atas dan menjual produk kami di modern trade,” ucap perempuan yang bergabung di Nutrifood sejak tahun 1991 ini.

6/27/15 2:42 AM 6/29/2015 9:50:16 AM

Marketeers + IMA 046

Belajar Marketing Hingga Tiongkok Asia Marketing Federation (AMF) baru saja berlangsung di Shunde, Tiongkok pada akhir Mei hingga awal Juni 2015. Sejumlah tokoh pemasaran dunia menyajikan berbagai topik menarik seputar fenomena marketing. Seperti apa ulasannya?

Oleh Andrianto Widjaja, Sekjen Indonesia Marketing Association

01

Sejak berdiri pada tahun 1991, Asia Marketing Federation (AMF) yang sebelumnya bernama Asia Pacific Marketing Federation (APMF), terus menjadi connector bagi organisasi marketing di Benua Asia. AMF memiliki anggota dari 12 negara Asia, mulai dari Bangladesh, China, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan lainnya. Adapun Indonesia Marketing Association (IMA) menjadi wakil dari Indonesia.

Pada tanggal 29 Mei 2015 hingga 1 Juni 2015 lalu, AMF pun menyelenggarakan pertemuan di Shunde, Tiongkok. Berbagai topik menarik seputar dunia marketing pun menjadi perbincangan hangat para marketeer dunia. Sejumlah pembicara pun hadir, mulai dari Lichung Jen, Chief Secretary Taiwan Institute of Marketing Science, Boojong Kim, Director MASOK/Korea dan Profesor Dong-A University, Hooi Den Huan, Director Nanyang Technopreneurship Center Nanyang Technological University, Zhiqian Ma, Yiding Sun, Marketing Profesor Peking University, hingga Hermawan Kartajaya, AMF Honorary Fellow serta Founder & CEO MarkPlus, Inc. Para peserta pun mendapatkan update tentang perkembangan konsep marketing terkini. Misalnya saja New Market Oppor­ tunity in Dream Society yang dibawakan oleh Boojong Kim. Dalam presentasinya, Kim menyebutkan bahwa dream society

AMF.indd 1 15997805_MARKETEERS JULI_T-046.PDF 1

02

adalah pasar dalam sebuah perekonomian, di mana emotion driven akan lebih berperan dibandingkan sebelumnya.

Dunia pun akan mengalami berbagai fenomena dalam beberapa tahun ke depan.

Misalnya bakal ada 2 miliar orang di negara berkembang yang akan masuk sebagai new middle class pada tahun 2030 mendatang.

Mereka akan mencari kebutuhan materialistis dan nonmaterialistis secara bersamaan.

Bahkan Kim menyebutkan bahwa akan terjadi revolusi industri tahap ketiga, yang merupakan gabungan dari nano, bio, dan teknologi. Dia mengambil contoh printer 3 dimensi yang akan menjadi salah satu impian para customer dunia.

Beberapa fenomena yang terjadi, mulai dari lahirnya kelas menengah, revolusi industri tahap ketiga, fenomena ketika layanan manusia akan berkompetisi dengan mesin, hingga pengukuran kebahagiaan bukannya GDP, akan mengubah lanskap pemasaran dunia. Keterlibatan dan personalisasi

menjadi lahirnya emotional market. Ketika seorang pemasar bisa melahirkan emotional market, maka dia pun bisa mendatangkan dan menambah customer baru.

Tentunya ada alasan tersendiri mengapa Tiongkok, dalam hal ini Shunde menjadi lokasi pagelaran AMF. Perekonomian Tiongkok memanglah sangat menarik untuk dicermati. Jumlah penduduk yang banyak, kelas menengah yang terus tumbuh, serta perekonomian yang terus berputar menjadikan Tiongkok layaknya magnet. Sejumlah negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, hingga Indonesia berusaha keras untuk menjadikan sektor pariwisatanya menarik di mata wisatawan Tiongkok. Apalagi Tiongkok kini telah menjadi negara dagang terbesar di dunia dan ekonomi nomor dua setelah Amerika Serikat.

Satu hal yang sangat menarik dicermati, budaya kerja keras seakan telah mendarah daging di Tiongkok.

AMF yang terselenggara di Shunde ber-

6/27/15 2:42 AM 6/29/2015 9:50:17 AM

Marketeers + IMA 047

Menyikapi Perubahan di Tengah Tantangan Kapitalisme Tak disangkal banyak merek asal Tiongkok yang tak hanya jago kandang, tetapi menjadi jawara di laga bisnis internasional. Banyak yang jatuh cinta, tapi banyak juga yang mencerca.

Merek-merek ini pun kudu berani menyikapi lanskap industri yang senantiasa berubah— termasuk menyiasati kapitalisme kontemporer.

01.

Futina Asian Marketing Forum 2015 di Shunde, China 02.

Andrianto Widjaja, Hermawan Kartajaya, Y.W. Junardy, Hendra Warsita di kabin Garuda Indonesia

langsung pada akhir pekan, yaitu Sabtu dan Minggu. Kenapa? Hari biasa adalah hari untuk bekerja dan berkarya. Sedangkan hari libur adalah hari untuk belajar. Sebuah fenomena yang mengagumkan, bukan?

AMF Marketing Excellence Award Selain menghadirkan berbagai topik menarik, AMF bakal menghadirkan Marketing Excellence Award. Setidaknya telah terdapat 33 nominasi yang berasal dari enam negara yang akan diseleksi untuk mendapatkan AMF Marketing Excellence Award ini.

Dari peserta itu, terdapat 25 proyek yang akan dinominasikan sebagai Marketing Company of the Year. Sedangkan 13 di antaranya akan meraih penghargaan Marketing 3.0 Award. Dari sekian banyak peserta, PT Telkom Indonesia Tbk berhasil mengirimkan perwakilannya untuk Indonesia.

Di bawah kepemimpinan Mohammad Awaluddin, IMA berhasil mengerek angka pemasar Indonesia yang berhasil mendapatkan Certified Professional Marketer (CPM) Asia. Menurut data AMF, Sri Lanka telah memiliki 305 pemasar, Filipina sebanyak 34 orang, Malaysia sebanyak 49 orang, dan Pakistan sebanyak 35 orang.

Sedangkan pemasar asal Indonesia yang telah mengantongi CPM mencapai 304 pemasar.

Indonesia Marketing Association pun bakal menjadi tuan rumah ASEAN Marketing Summit, yaitu pada 9 Oktober 2015 mendatang. Sejumlah pembicara kelas dunia, seperti Philip Kotler dan Boojong Kim bakal turut meramaikan acara akbar ini.

AMF.indd 2 15997805_MARKETEERS JULI_T-047.PDF 1

Oleh Sigit Kurniawan

Merek-merek asal Tiongkok tampak semakin berjaya di pasar. Tidak hanya di kawasan regional, tetapi juga global. Paling tidak hal ini tampak dari pemetaan atas lanskap industri kontemporer. Hal ini disampaikan oleh Hermawan Kartajaya, Founder dan CEO MarkPlus, Inc., dalam paparannya berjudul “Chinese Brands: From Local Champions to Global Contenders” di konferensi Asia Marketing Federation di Shunde, Tiongkok, pada 29 Mei – 1 Juni 2015.

Merek-merek Tiongkok, agar tetap rele­ van dengan semangat zaman harus tanggap pada perubahan di lanskap industri. Dari sisi teknologi, misalnya, Hermawan menga­ takan mesin-mesin sudah sangat canggih dan cerdas, sedangkan manusia-manusianya justru tampak semakin bodoh. Sementara itu, dari sisi political legal, momentum peringatan Konferensi Asia-Afrika meng­ embuskan angin harapan baru untuk perdamaian dan kemakmuran dunia. Belum lagi dengan perkembangan pasar yang didorong oleh bangkitnya kekuatan Youth, Women, dan Netizen.

Dari sisi ekonomi, ekonomi dunia memang sedang mengalami perlambatan. Perlambatan ini juga membuat situasi “chaotic” di berbagai lini. Namun, Hermawan menyatakan situasi ketaknormalan ini justru menjadi “new normality” itu sendiri. Dunia bisnis harus mampu memahami lebih dalam kondisi ini dan mampu menyiasatinya. Dari sisi budaya, muncul apa yang namanya “Love-Hate.” Apa artinya? Hermawan mengatakan banyak orang di berbagai negara kagum dan cinta pada kemajuan yang dialami oleh Tiongkok. Namun, di sisi lain, Tiongkok yang mampu membuat barang dengan harga murah tertantang dengan ke-san murahan. Bahkan, kasus Foxconn, mi-salnya, sempat mengguncang isu tak sedap pada Negeri Tirai Bambu terkait kasus pencemaran lingkungan.

Selain itu, merek-merek Tiongkok juga sedang menghadapi tantangan nyata di dunia yang kapitalistik ini. Dalam konteks ini, Hermawan juga memaparkan tantangan kapitalisme yang digagas Bapak Mod-

ern Marketing Philip Kotler yang tertuang dalam bukunya berjudul “Confronting Capitalism.” Hermawan menyebut ada 14 kelemahan yang dibawa oleh kapitalisme saat ini.

“Tantangan pertama, kemiskinan memang menjadi permasalahan bagi banyak negara, sekalipun negara maju. Sebab itu, solusi efektifnya adalah pemerintah bersama dengan NGO dan swasta berkolaborasi menjawab masalah kemiskinan tersebut,” kata Hermawan.

Kelemahan lain yang disebut Hermawan, antara lain terjadinya kesenjangan antara yang kaya dan miskin serta ketidakadilan dalam kesejahteraan, kapitalisme gagal menafkahi miliaran buruh, tidak mampu mencukupi kebutuhan akan lapangan kerja di tengah tren automatisasi, memberi dampak buruk pada lingkungan, ekploitasi alam, mengedepankan individualisme dibanding hidup sosial, dan sebagainya.

Di tengah keprihatinan tersebut, Hermawan menyatakan perlunya praktik bisnis dan pemasaran yang baik, yang berlandaskan nilai-nilai dan spirit kemanusiaan.

Dalam hal ini, Hermawan memaparkan kembali konsep Marketing 3.0 berlandaskan buku yang ia tulis bersama Philip Kotler dan sudah diterjemahkan kedalam 23 bahasa – termasuk bahasa Tiongkok.

“Di era Internet ini, marketing harus bisa horizontal, inklusif, dan sosial. Bukan vertikal, eksklusif, dan individual lagi,” kata Hermawan.

Hermawan mengatakan, marketing merupakan ujung tombak sebuah perusahaan.

Sebuah perusahaan, menurutnya, harus bertumpu pada strategi, taktik, dan value marketing yang terbaik. Bila tidak menghidupi hal tersebut, perusahaan itu suatu ketika akan kandas. Dalam Marketing 3.0, Hermawan menyebut 10 kredo yang kudu dipercaya dan dilakukan oleh pemasar di era sekarang.

“Cintailah pelanggan dan hormatilah kompetitor. Demikian bunyi kredo pertama.

Ini dilandasi karena pelanggan bukan sekadar target pasar dan kompetitor bukanlah

6/27/15 2:42 AM 6/29/2015 9:50:17 AM

Marketeers + IMA 048 musuh,” kata Hermawan.

Untuk kredo kedua, Hermawan menyebut pemasar harus sensitif pada perubahan dan harus siap berubah. Ia mengatakan, dalam dunia pemasaran, reputasi merek menjadi hal yang sangat penting. Sebab itu, karakter dari suatu produk atau perusahaan sering menjadi daya tarik di tengah sumpeknya persaingan. Demikian ia mengatakan kredo ketiga, yakni jaga reputasi dan pastikan jati diri yang sejatinya.

Keempat, sasarlah pelanggan yang mendatangkan manfaat paling banyak. Kelima, selalu tawarkan paket yang bagus dengan harga yang wajar. Keenam, pastikan selalu ada untuk pelanggan dan sebarkan kabar baik. Ketujuh, raih pelanggan, pertahankan, dan kembangkan mereka. Kedelapan, apa pun bisnisnya, jadilah senantiasa bisnis pelayanan. Kesembilan, senantiasa menyempurnakan QCDS (Quality, Cost, Delivery, Service) dalam bisnis. Dan, kesepuluh, kumpulkan informasi yang relevan, gunakan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan akhir. Dalam hal ini, Hermawan menyebut The Body Shop sebagai salah satu contoh perusahaan yang mempraktikkan Marketing 3.0 tersebut.

Selain itu, Hermawan juga menyebut tren perusahaan yang mulai mengarah pada social business. Misalnya apa yang dilakukan Muhammad Yunus, Pendiri Grameen Bank.

Sebagai contoh, social business dan Yunus Center sebagai hub untuk model bisnis itu.

Lalu, bagaimana merespons semua itu?

Hermawan di forum ini memperkenalkan konsep WOW Marketing yang edisi internasional akan segera rilis. Dalam konsep ini, terjadi redefinisi loyalitas merek di tengah dunia yang makin terkoneksi dan makin kompetitif. Hermawan mengatakan, customer path sudah berubah, dari 4A (Aware, Attitude, Act, Act Again) menjadi 5A (Aware, Appeal, Ask, Act, dan Advocate).

Hermawan memperkenalkan matrik pengukuran merek yang baru, yakni BAR (Brand Advocacy Ratio) dan PAR (Purchase Action Ratio). “Advokasi menjadi tingkat tertinggi apresiasi konsumen pada merek di era sekarang,” pungkas Hermawan.

03.

Hermawan Kartajaya memberi presentasi bertajuk Chinese Brands: From Local Champions to Global Contenders” di Konferensi Asian Marketing Federation di Shunde, Tiongkok

03

SHUNDE, SEBUAH PILOT PROJECT MODERNISASI

Nama Shunde memang tidak terlalu dikenal jika dibandingkan Beijing, Guangzhou, atau Shenzhen. Shunde adalah salah satu distrik dari kota Foshan, yang terletak di perbatasan Guangzhou dan mendekati Hong Kong dan Macau.

Dengan luas 806 km2, Shunde berdiri pada tahun 1452 sebagai kabupaten. Sejak era reformasi, Shunde pun berubah dari daerah yang mengandalkan pertanian tradisional menjadi area industri. Bahkan, Shunde terpilih sebagai pilot project jika bicara tentang modernisasi. Pada tahun 2000-2003, Shunde menjadi kabupaten yang terus diperhitungkan di Tiongkok.

Shunde pun menjadi daerah yang meninggalkan decak kagum. Daerah ini memiliki jalan tol yang lebih lebar ketimbang Thamrin Sudirman, memiliki banyak jembatan yang sangat banyak jumlahnya, hingga wilayah yang sangat bersih. Di wilayah ini terdapat pula Sheraton Hotel dan AEON Mall. Rupanya meski namanya tidak setenar Beijing atau Guangzhou, kualitas Shunde sebagai sebuah wilayah di Tiongkok tidak kalah apiknya dengan kedua kota itu.

SEKILAS INDONESIA MARKETING ASSOCIATION

Indonesia Marketing Association (IMA) berdiri di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1996. IMA adalah organisasi profesi yang terbuka dan mandiri tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar golongan.

Selain rutin mengadakan pertemuan dan menyelenggarakan pendidikan serta pelatihan di dunia pemasaran, IMA juga menjadi connector bagi para pemasar di seluruh dunia. Selain itu, IMA juga memiliki visi untuk meningkatkan kemampuan para marketeer Indonesia untuk bersaing di tingkat dunia.

AMF.indd 3 15997805_MARKETEERS JULI_T-048.PDF 1

6/27/15 2:42 AM 6/29/2015 9:50:18 AM

15997805_MARKETEERS JULI_T-049_EEP.PDF 1

6/29/2015 9:50:19 AM

A

R K

E

T E E R S

050 Berawal dari Aceh hingga Papua, dan berakhir di Bali. Itulah serangkaian Astra International Indonesia Marketeers Festival 2015. Berikut sejumlah momen yang terekam di sembilan kota, seperti Palembang, Surabaya, Bandung, Makassar dan lainnya.

INDONESIA MARKETEERS FESTIVAL

SURABAYA 01.

Penyerahan pemenang Honda WOW Case Competition

02

02.

Dari Kiri: Adi Susanto, Kepala Kantor Wilayah Jiwasraya; Agung Kresno Sarwono, Direktur Operasi dan Teknik Terminal Teluk Lamong; Hermawan Kartajaya, CEO & Founder MarkPlus, Inc.; Ibnu Chouldum, Retail Fuel Marketing Region V Pertamina; Wulan Tilaar, Vice Chairwoman Martha Tilaar Group; Trian Yuserma, Head of region 5 & 6 PT TIKI JNE; Ariawan Budiprabawa, VP of Sales Area III ISM Bogasari Flour Mills 03.

Pembukaan Indonesia Marketeers Festival, Making Indonesia WOW di Hotel Shangri-La Surabaya 28 Mei 2015

01

04.

Kurasi UKM Indonesia WOW 500 bersama para Dewan Kurator di RRI Surabaya

04

03

INDONESIA MARKETEERS FESTIVAL

JAYAPURA

01.

Pelepasan Konvoi Wisata Bahari IMF Jayapura 10 Juni 2015 oleh Richard Poyk, Kepala RRI Jayapura & Kombes Pol Drs. Chevy Achmad Supari, Kepala Dirlantas Jayapura 02.

Juri Kurasi UKM IMF Jayapura Day 1 (dari kiri ke kanan): Endang, Wakil Ketua KADIN Jayapura; Yonathan, Pemred CEPOS; Kansia. K, Kepala Seksi Kemitraan & Jaringan Usaha Bid. Binaan UMKM Prov. Papua; Susi, Kabag UKM Dinas Koperasi & UKM Kota Jayapura 03.

IMF Jayapura 2015 Day 2 di Ballroom, SwissbelhotelJayapura 04.

MOTY IMF Jayapura 2015 (dari kiri ke kanan) : dr. John Manansang, Dirut RSUD Abepura Jayapura; Lucky Ireeuw, Redaktur Senior CEPOS; Indra Urip, GM CV. Sagita Furniture mewakili Wansoen Widjaja, Dirut CV. Sagita Furniture; Yohanis Batara Randa, Senior Branch

01

Head FIF Jayapura; Andre W. K, Marketing Manager Papua & Papua Barat HSO; Hermawan Kartajaya, CEO & Founder MarkPlus, Inc; Wahyudi Kresna, GM Garuda Indonesia Jayapura; Abdul M. Petonengan, Dirut PDAM Jayapura; Dwi Budi Wahoni, ST, Pimpinan Cabang PT Modern Widya Tehcnical (Mall Jayapura); Indra mewakili Achdiat Suryana, Branch Manager Telkomsel Jayapura 03

IMF july.indd 1 15997805_MARKETEERS JULI_T-050.PDF 1

02

04

6/27/15 2:43 AM 6/29/2015 9:50:20 AM

A

R K

E

T

E E R S

051 INDONESIA MARKETEERS FESTIVAL

PALEMBANG 01.

Pelepasan konvoi Wisata Bahari di Lapangan RRI Palembang

03.

Pemenang MOTY Palembang 2015 (Foto dari Kiri ke Kanan) Lucie Ondang, Pimpinan Wilayah Asuransi Jiwasraya; Nurkolis, Marketing Manager FIFAstra; M. Adil, Dirut Bank Sumsel Babel; Yudi M. Fulkan, Manager Marketing Garuda Indonesia; Dheni Haryanto, Manager Market & Customer Development Regional Sumbagsel; Gunadi Wirawan, Project Director Citra Grand City

02.

Pemberian plakat kepada pemenang WOW Case Competition (Bina Darma Creative) oleh Yohanes Pratama, Kepala Cabang Honda Motor Palembang di Ballroom The Arista Hotel Palembang 01

04.

Foto saat penjurian UKM di auditorium RRI Palembang (kiri ke kanan) Munadjiah, Ketua Dekopin Sumsel dan Wakil ketua KADIN Sumsel; Sunda Ariana, Wakil Rektor Univ. Bina Darma dan anggota IPW; Yazuli, Kabag UKM Dinas Koperasi dan UKM Sumsel

02

04

03

INDONESIA MARKETEERS FESTIVAL 01.

WOW Marketing Local Champion Panel, (Kiri-Kanan) Arief Rakhmadi, Director, WLN (Water Laboratory Nusantara); Dedy Irawan, General Manager, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk Manado; Sulik Harsono, Kakanwil, PT Asuransi Jiwasraya (Persero); A. Yusnang, Wakil Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov SULUT; Hermawan Kartajaya; Syafaruddin Hasibuan, Kepala Stasiun RRI Manado; Muh Reza, Ast. Man Brand Communication, PT Pertamina (Persero) 02.

Sesi Kurasi UKM 500 WOW oleh Dewan Kurator Kota Manado. Kanan-Kiri, Hetty, Kepala Bidang UKM, Dinas UKM & Koperasi Kota Manado; Ivandry Mattu, Owner Ocean 27 Restaurant & Ketua WUBI Manado; Idham Malewa, Manager Creatorial Manado Post

MANADO Kementerian Pariwisata 04.

Sesi : WOW Marketing Local Champion Panel (Kiri-Kanan): Arief Rakhmadi, Director WLN (Water Laboratory Nusantara); Dedy Irawan, General Manager PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Manado; A. Yusnang, Wakil Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov SULUT; Sulik Harsono, Kakanwil, PT Asuransi Jiwasraya (Persero); Syafaruddin Hasibuan, Kepala Stasiun RRI Manado; Muh Reza, Ast. Man Brand Communication, PT Pertamina (Persero)

01

02

03.

Sesi Konvoi Wisata Bahari bersama Honda dan 03

IMF july.indd 2 15997805_MARKETEERS JULI_T-051.PDF 1

04

6/27/15 2:43 AM 6/29/2015 9:50:21 AM

A

R K

E

T E E R S

052 INDONESIA MARKETEERS FESTIVAL

PEKANBARU 02.

Pengumuman pemenang Honda WOW Case Competition – Pekanbaru.

Dari kiri ke kanan : Syafirudin, Branch Manager FIF Pekanbaru; Sie Cheng, Marketing Manager CDN Honda Pekanbaru; Supernova Tim; Dimas Soerojo; Hermawan Kartajaya, Founder & CEO MarkPlus, Inc.

01

03

INDONESIA MARKETEERS FESTIVAL

02

01.

Sesi WOW Marketing Local Champion Panel. Penyerahan Certificate of Apreciation kepada panelis dari Dimas Soerojo. Dari Kiri ke Kanan: Rifki K. Nasution, Senior Sales Executive Retail X Riau; Rotua Pasaribu, Regional Manager Jiwasraya; Iche Fatmawati, Owner Salon Perwakilan Martina Berto

03.

Sesi penyerahan penghargaan MOTY 04.

Syafirudin, Branch Manager FIF Pekanbaru bersama Johan, Regional Head CDN Honda Pekanbaru

04

DENPASAR

01.

Penjurian Kurasi UKM oleh Dewandra Djelantik; Sayu Ketut Sutrisna Dewi, Ketua Incubator Bisnis Universitas Udayana; dan Budiarto, Kepala Cabang Bali PT PNM (Persero) 02.

Pemenang Marketeer of the Year Bali 2015. Dari kiri ke kanan : Ketut Sudiasa, Kepala Cabang Jasa Raharja Bali; Syamsuddin Jusuf Souib, GM Garuda Indonesia Bali; ABG Satria Naradha, Direktur Utama Bali TV; Yohanes Kurniawan (Perwakilan), Kepala Area HSO Honda Bali; Jango Pramartha, Owner/Kartunis Majalah Bog Bog; Hermawan Kartajaya, Founder & CEO MarkPlus Inc.; dr. I Gede Wiryana Patra Jaya, CEO Bali Royal Hospital; Arya Sutedja, Direktur Marketing UC Silver; Henry Setiono, COO Avilla Hospitality; I Gede Ngurah Wididana, Owner Minyak Oles Bokashi; Leo Basuki, Manager Niaga PT. PLN (Persero) Distribusi Bali; I Dewa Made

01

02

Agung, Kepala Dinas Kominfo Pemkot Denpasar 03.

Peserta IMF 2015 Bali di Aston Denpasar 04.

Sambutan dan pemaparan Revolusi Mental untuk UKM oleh Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga bersama Hermawan Kartajaya

03

IMF july.indd 3 15997805_MARKETEERS JULI_T-052.PDF 1

04

6/27/15 2:43 AM 6/29/2015 9:50:22 AM

A

R K

E

T

E E R S

053 INDONESIA MARKETEERS FESTIVAL

MAKASSAR 01.

Pertunjukan Polda Sulsel pada Konvoi Wisata Bahari Makassar 02.

Indonesia WOW! Revolusi Mental bersama Ardhi Ridwansyah, Chief Operations Markplus Institute

01

02

03.

Panelis. Umar Chotib (Pertamina), Rosyinah Manaf (Garuda Indonesia), Salon Aurel, Sofrani Razak, Ardhi Ridwansyah, Nuril Islamiah (Pegadaian), Andrey Laogi (JNE), Hariyadi Kaimuddin (Toyota Kalla), Leonard Tambunan (Jiwasraya) 04.

Marketeer of the year Makassar

04

03

INDONESIA MARKETEERS FESTIVAL 01.

Dewan Kurator UKM WOW 500. Dari kiri ke kanan: Taufik Hidayat Udjo, CEO Saung Angklung Udjo; Hasto Kuncoro, Kepala Stasiun RRI Bandung; Genta Sidharta, Marketing Communication Manager PT Pos Indonesia (Persero)

BANDUNG Swen Wargana (Rumah Mode), Samudera Prawirawidjaja (Ultra Jaya), Tri Lastono (Perum Perhutani), Rahimuddin (PLN DJBB) 04.

Sambutan M. Ridwan Kamil, Walikota Bandung di IMF Bandung WOW 2015

02.

Barisan Motor Honda di Lapangan Parkir RRI Bandung Day 1 IMF Bandung WOW 2015 03.

MOTY Bandung (Kiri ke Kanan): Ali Nuridin (BJB Syariah), Alim Sutiono (Pegadaian), Ardi Protoni Doda (Garuda Indonesia), Satriadi (JNE), Hasan Kurdi (Telkomsel), Hasto Kuncoro (RRI), M. Ridwan Kamil (Pemkot Bandung), Dicky Sukmana (@infobandung), dr.

H. Sigit Gunarto (RS Al Islam),

01

03

IMF july.indd 4 15997805_MARKETEERS JULI_T-053.PDF 1

02

04

6/27/15 2:43 AM 6/29/2015 9:50:24 AM

A

R K

E

T E E R S

054 INDONESIA MARKETEERS FESTIVAL

BANJARMASIN 01.

Pelepasan Konvi Honda oleh Antonius Silitonga, General Manager Trio Motor 1 02.

Day 2 IMF 2015 Banjarmasin di Neptunus Ballroom, Golden Tulip Galaxy Hotel

01

03

02

03.

Juri Kurasi UKM Day 1 IMF Banjarmasin (Kiri - Kanan) Yusran Pare, Pimred BPOST; Priyo Eko, Kadis Koperasi Kota; Agus Sasirangan, Master Chef 1 04.

MOTY IMF Banjarmasin (Kiri – Kanan): Joshua Herjendra, Area Manager FIF; Antonius Silitonga, General Manager Trio Motor 1; Hengki Jajang Herasmana General Manager PELINDO III; Agus Tri Susanto, Branch Manager Alfamart; Hermawan Kartajaya, Founder & CEO MarkPlus, Inc; Depi Harianto, Pimpinan Cabang JNE; Lailani Lathifah, Owner Irma Sasirangan; dan Hari Agung Saputra, General Manager Garuda Indonesia

04

BALI 01. dr. IBG. Fajar Manuaba, Ketua Pembina Yayasan Keluarga Manuaba bersama Iwan Setiawan, Chief Knowledge Officer MarkPlus, Inc. 02.

Direktur RSU Kasih dr. I Gusti Ngurah Rai, mewakili dr. Gede Ngurah Buana bersama Iwan Setiawan, Chief Knowledge Officer MarkPlus, Inc.

01

IMF july.indd 5 15997805_MARKETEERS JULI_T-054.PDF 1

02

6/27/15 2:43 AM 6/29/2015 9:50:24 AM

A

I

N S T O

R Y

055

Jadi UKM Itu Pilihan!

Oleh Hermawan Kartajaya

Selama kurang lebih delapan bulan menjalani penugasan sebagai Staf Khusus Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, saya belajar sangat banyak mengenai UKM. Rasanya semakin lama, sektor yang satu ini semakin menarik untuk diperdalam. Sekarang saya menjadi semakin tahu mengapa ada begitu banyak pengusaha UKM Indonesia yang gagal berkembang, hanya segitu-segitu saja dari waktu ke waktu. Mengapa pengusaha UKM seringkali kalah bersaing dan gagal berinovasi lebih jauh lagi?

UKM Indonesia Sektor UKM telah dikenal sangat tangguh dan telah menjadi salah satu motor penggerak perekonomian Indonesia sejak masa lampau. Kita dapat melihat sendiri bagaimana sektor UKM berhasil menghadapi ber­bagai tantangan. Seperti krisis moneter, kenaikan bahan baku, nilai tukar rupiah yang melemah, dan bahkan gempuran produk asing. Bukannya kemudian mati, UKM Indonesia berhasil bertahan hidup, menggeliat, dan bahkan banyak di antara mereka yang mampu berkembang dengan pesat.

UKM memang menjadi pendorong besar bagi perekonomian Indonesia. Sebagai gambaran saja, UKM Indonesia memberikan kontribusi sebesar 57,8% bagi GDP Indonesia. Bila dilihat dari sisi jumlah pun, sebanyak 99,9% dari dunia bisnis Indonesia terdiri dari UKM. Lapangan kerja yang terbentuk pun sangat besar! Sekitar 97,7% karyawan bekerja di sektor UKM. Anda bayangkan perputaran uang di sektor UKM, belum lagi peluang yang benar-benar belum digali.

Meskipun telah memberikan kontribusi besar, masih banyak sekali peluang yang bisa dimanfaatkan dengan benar oleh UKM. Sayangnya, sektor UKM di Indonesia masih belum menyadari dan menghadapi berbagai keterbatasan untuk berkembang lebih jauh.

Hal inilah yang menjadi salah satu pendorong saya untuk membantu kemajuan UKM Indonesia.

Untuk itulah, saya bersama dengan Kementerian Koperasi dan UKM dan SMESCO merancang Galeri Indonesia WOW. Galeri Indonesia WOW ini akan menjadi creative hub, experiment lab, co-working space, curated concept store, dan investor meeting store. Dengan demikian, para penggiat UKM me-

055-088 main story.inddJULI_T-055.PDF 55 15997805_MARKETEERS 1

miliki ekosistem lengkap yang berlokasi di Gedung SMESCO Indonesia. Sudah saatnya bagi UKM mengambil peran besar untuk ekonomi Indonesia!

Tidak hanya berupa ekosistem, saya pun berinisiatif untuk membuat gerakan untuk memajukan UKM. Caranya? Dengan mensosialisasikan Revolusi Mental untuk UKM dan mengadakan kurasi UKM yang kreatif dan produktif dalam rangkaian acara Indonesia Marketeers Festival (IMF) ketiga. Acara yang diadakan di 17 kota besar Indonesia ini mendapat sambutan cukup positif dari para pengusaha UKM lokal.

Ternyata UKM Indonesia memiliki semangat besar untuk menjadi semakin maju lagi. WOW! The 60th Annual ICSB World Conference Sektor UKM Indonesia juga menarik minat pihak luar negeri. Sebagai bukti nyatanya, pihak penyelenggara ICSB (International Council for Small Business) World Conference 2015 mengundang saya sebagai perwakilan Menteri Koperasi dan UKM untuk menjadi keynote speaker dalam salah satu sesi acara.

01.

Presentasi Hermawan Kartajaya pada The 60th Annual ICSB World Conference

01

ICSB World Conference 2015 diadakan di Dubai tanggal 6-9 Juni 2015. Acara yang melibatkan begitu banyak pembicara ini mengambil tema utama “Entrepreneurship at a Global Crossroads”. Memang dunia globalisasi membawa dampak yang cukup besar bagi dunia UKM dunia. Inilah yang menjadi salah satu alasan bagi sejumlah tokoh ICSB untuk membuat Healthiness of Business Ecosystems of Countries Report (HEBEX) 2015.

Laporan dibuat berdasarkan studi di 46 negara dengan melibatkan lima elemen pengukuran. Kelima elemen tersebut memang diturunkan dari Healthy Business Ecosystem Model, yaitu: Creativity through Exploration, Opportunity through Niche Creation, Productivity through Exploitation, dan Profitability and Reinvestment.

Dengan adanya laporan ini, setiap negara pun dapat mengetahui posisinya bila dibandingkan dengan negara lain, sekaligus mengidentifikasi ruang perbaikan di masa mendatang. Dalam grafik dapat kita lihat bahwa sektor UKM Indonesia masih sangat tertinggal dari negara lain bila dilihat dari berbagai aspek.

Setelah melihat sendiri produk yang dilahirkan UKM dari negara lain, saya memang mengakui bahwa sektor UKM Indonesia jauh tertinggal!

6/27/159:50:26 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

056 Salah satu hasil karya UKM yang membuat saya terkesima adalah robot yang dapat bermain catur.

Saat mencoba bermain, saya kalah telak dalam waktu yang sangat singkat! Setelah diperhatikan memang tren UKM di dunia saat ini cenderung mengembangkan bisnis dari teknologi. Robot catur ini hanya contoh kecil dari penerapan teknologi dari UKM di luar negeri. Bagaimana dengan Indonesia? Memang sejumlah UKM tanah air memiliki potensi berhasil mengimbangi perkembangan teknologi global. Tapi jumlahnya sangat sedikit! Kita masih membutuhkan lebih banyak lagi UKM yang mengadopsi penggunaan teknologi untuk kemajuan bersama.

02.

Hermawan Kartajaya VS Robot Bermain Catur 03.

Hermawan Kartajaya bersama dengan Dr Ayman El Tarabishi (Kiri) dan Dr Ki-Chan Kim (Kanan)

02

Namun, pihak luar negeri menaruh minat yang cukup besar pada UKM Indonesia. Karena itulah saya diundang ke ICSB World Conference untuk membawakan materi berjudul “SME in Indonesia”. Rupanya pembahasan yang saya bawakan menarik minat peserta konferensi termasuk Dr. Ayman El Tarabishi selaku Executive Director ICSB dan Dr. Ki-Chan Kim selaku President-Elect ICSB. Pada sesi ini, saya memang menggabungkan konsep Entrepreneurship deng­an Marketing 3.0 menjadi model awal Entrepreneurship 3.0.

03

055-088 main story.inddJULI_T-056.PDF 56 15997805_MARKETEERS 1

Konsep ini begitu menarik perhatian kedua rekan ICSB, sampai-sampai Dr. Ki-Chan Kim hendak mengintegrasikan konsep ini dengan HEBEX. Lebih jauh lagi, begitu menariknya SME di Indonesia, untuk penyelenggaraan Asian Council for Small Business (ACSB) 2016 direncanakan akan diadakan di Indonesia (Kami masih menunggu keputusan final pada tanggal 15 Juli 2015). Jadi apa sebenarnya konsep Entrepreneurship 3.0?

Entrepreneurship 3.0 Saya bersama dengan beberapa rekan di MarkPlus masih mengembangkan konsep ini. Tujuannya agar benar-benar menjadi model praktis yang dapat dipakai sektor UKM Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konsep Entrepreneurship 3.0 ini adalah hasil gabungan dari konsep Entrepreneurship dan juga Marketing 3.0. Tentunya disesuaikan kembali dengan perkembangan tren masyarakat yang tengah terjadi pada saat ini. (Lihat grafik 1) Entrepreneurship 1.0: Pursue Individual Goal Pada masa awal seseorang mendirikan UKM, biasanya didasari dengan ambisi dan impian pribadi.

Biasanya pada fase pertama ini pengusaha UKM berfokus untuk memenuhi tujuan pribadi. Tujuannya bisa berbagai macam. Bisa jadi karena memang mau bekerja independen untuk dirinya sendiri atau mewujudkan impian yang terpendam sejak dulu, atau bisa juga karena kondisi yang dihadapi.

Maka dari itu, pada fase ini pengusaha berupaya agar UKM yang didirikan dapat ‘bertahan hidup’ di tengah persaingan yang ketat. Untuk itu, pengusaha berfokus meningkatkan omset penjualan agar UKM dapat meraup profit pada tingkat yang cukup untuk kelanjutan usaha. Karena sumber daya masih relatif terbatas, maka peran pendiri perusahaan sangat menentukan keberhasilan UKM dalam bertahan hidup dan berkembang.

Entrepreneurship 2.0: Build Strong Organization Bila berjalan dengan baik, perusahaan akan memasuki fase kedua. Dimana pengusaha tersebut akan berusaha untuk mengembangkan bisnis lebih jauh lagi. Tentu banyak sekali hal yang harus diperhatikan seperti terus melakukan inovasi pada pengembangan produk, memperhatikan pelayanan customer, dan membangun sistem operasional yang prima. Lebih jauh lagi agar dapat berkembang lebih jauh lagi, pada fase ini pengusaha perlu membuat perencanaan strategis untuk perusahaan di masa mendatang.

Tentu dapat kita lihat di sini, pengusaha membutuhkan modal yang relatif besar untuk mengembangkan usaha. Oleh karena itu agar dapat berkembang lebih jauh dan relatif cepat, pengusaha dapat memikirkan untuk mencari sumber modal di luar organisasi bila sumber daya pribadi cukup terbatas. Fokusnya di sini adalah bagaimana memberdayakan aset yang dimiliki agar memberikan hasil yang optimal.

Entrepreneurship 3.0: Make a Difference to the Society Pada entrepreneurship 3.0, pengusaha tidak lagi berfokus pada ambisi pribadi atau kepentingan orga-

6/27/159:50:27 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

057

1

nisasi saja. Pada tahap ini, pengusaha berupaya untuk berkontribusi untuk kemajuan masyarakat sekitar.

Sehingga penawaran kepada konsumen tidak hanya dari segi fungsionalitas produk, tidak juga berupaya mendekati konsumen secara emosional, tetapi dengan menyentuh sisi human spirit dari konsumen.

Dengan demikian, pengusaha seperti ini tidak lagi hanya mengejar profit, tidak juga hanya memperhatikan tingkat return ability saja, tetapi bagaimana agar usaha bersama dengan lingkungan dapat sustainable.

Oleh karena itu, usaha tidak lagi hanya lebih baik dan berbeda dibanding kompetitornya. Tetapi berupaya membuat perbedaan dan kontribusi penting pada masyarakat.

Ada pendapat bahwa “Entrepreneur is Job Giver, Non Entrepreneur is Job Seeker” Itu jelas salah! Menjadi PNS atau Profesional juga bisa berperan sebagai Job Giver. Kalau Pemerintah dan perusahaan berkembang, toh banyak lapangan pekerjaan yang tercipta.

Dan akhirnya bisa menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Jadi dampaknya pun akan jauh lebih besar dibanding pengusaha UKM yang dari tahun ke tahun segitu-segitu saja!

PNS dan Entrepreneur tentu bisa jadi intrapreneur di dalam organisasi. Caranya? Selalu bisa melihat opportunity, bukan cuma threat! Berani mengambil risiko, bukannya malah menghindari! Cari dukungan orang lain, bukan cuma just do it sendiri! Karena biar

055-088 main story.inddJULI_T-057.PDF 57 15997805_MARKETEERS 1

bagaimana pun kekuatan kolektif jauh lebih besar dari kekuatan individu.

Di dalam organisasi pun, Anda bisa memacu diri untuk lebih produktif dan kreatif. Tidak harus menjadi Entrepreneur dulu, kan? Buat apa jadi UKM kalo tidak punya entrepreneurship, sudah tidak produktif, tidak kreatif lagi! UKM yang payah kalau cuman bisa begitu!

Tidak ada yang maksa Anda menjadi UKM! Jang­ an jadi UKM kalau cuman modal motivasi dan berani saja! Lalu begitu kena masalah, malah nunggu atau malah minta dana CSR atau bantuan pemerintah. Harus diingat CSR tidak sustainable, pemerintah juga cuma bisa memihak bukan terus menerus membantu.

Bagaimana agar sustainable? Ya upaya dari pengusaha UKM itu sendiri!

Oleh karena itu, di mana pun Anda berada, pekerjaan apa pun yang Anda tekuni, tetap kembangkan diri Anda. Asah jiwa kewirausahaan! Tingkatkan produktivitas! Pacu kreativitas! Untuk menjadikan Indonesia menjadi semakin WOW!

GRAPHIC Grafik 1.

Konsep Awal Entrepreneurship 3.0

6/27/159:50:28 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

058

Planning Before Running Pelajaran dari Kegagalan UKM Indonesia

ENTREPRENEURSHIP 3.0 MODEL: SUMMARY LESSONS FOR SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES Based on Sustainable Market-ing Enterprise (Hermawan Kartajaya), Healthiness of Business Ecosystem Index (Ki-Chan Kim), and Creativity2Commerce (Arief Yahya)

Oleh Iwan Setiawan 1

Hampir semua UKM yang sekarang sukses dulu pernah gagal. Perlahan, sebagian UKM belajar dari kegagalan dan akhirnya menemukan cara terbaik untuk sukses. Anda tidak perlu gagal dulu. Cukup belajar dari kegagalan mereka.

Pada dasarnya ada lima pelajaran besar untuk persiapan membangun usaha yang lebih kokoh. Pertama adalah soal Creativity, UKM yang sukses mampu melihat pasar secara kreatif. Mereka mampu memahami pelanggan dengan lebih tajam dan menemukan ceruk pasar yang tidak terlihat orang lain. Kedua, UKM sukses mampu membaca Opportunity. Ketika yang lain melihat ancaman, mereka melihat peluang. Ketika yang lain merenungi kelemahan, mereka menyulapnya jadi kekuatan.

Ketiga, UKM yang sukses cenderung fokus. Karena sumber daya (uang, orang, maupun waktu) yang terbatas, mereka lebih mengedepankan Productivity di area yang menjadi kekuatan mereka. Keempat, UKM yang sukses mampu menyeimbangkan Profitability secara jangka pendek, menengah, dan panjang. Cash flow jangka pendek yang kadang membunuh UKM berhasil dikelola dengan baik sambil membangun investasi merek secara jangka panjang. Kelima, jika mereka sudah berhasil tumbuh dan melakukan Reinvestment, wirausaha sukses tidak serakah mengedepankan kepentingan pribadi tetapi mulai memikirkan kepentingan organisasi yang mereka bangun dan masyarakat secara umum.

Selain lima faktor kunci tadi, ada tiga pelajaran dalam hal mendapatkan pendanaan untuk memulai UKM. Pertama, mulai dengan berpartisipasi pada program inkubator atau akselerator UKM yang mulai bermunculan. Di sini, UKM bisa mengetes kekuatan ide dasar UKM mereka dengan membandingkan dengan UKM lain di program tersebut. Kedua, UKM yang berhasil mendapatkan pendanaan seringkali berpacu dengan waktu. Mereka menjual ide terlebih dahulu meskipun bisnisnya sendiri belum 100% jadi. Karena kalau telat, UKM dapat kehilangan peluang pasar. Ketiga, UKM sukses berhasil menarik perhatian mitra strategis yang dapat memberikan mereka dukungan dana sekaligus kompetensi untuk mengembangkan usahanya.

UKM yang sukses terus-menerus memperhatikan 5+3 hal tersebut. Jika Anda ingin menghindari kegagalan bisnis, perhatikanlah 5+3 hal tersebut sedari sekarang.

055-088 main story.inddJULI_T-058.PDF 58 15997805_MARKETEERS 1

CUSTOMER CREATIVITY

VIEW THE MARKET CREATIVELY

2

CHANGE

OPPORTUNITY

BE SENSITIVE TO CHANGE

3

COMPETITOR PRODUCTIVITY

FOCUS ON WHAT YOU DO DIFFERENTLY

4

COMPANY

PROFITABILITY INTEGRATE MARKETING AND FINANCE

5

REINVESTMENT BUILD MISSION, VISION, AND VALUES 3.0

UKM sukses mampu memahami kegelisahan dan hasrat pelanggan secara mendalam yang tidak terbaca orang lain

UKM sukses melihat segmentasi pelanggan secara kreatif sehingga memposisikan diri pada segmen yang tidak dilirik orang lain

UKM sukses memulai bisnis bukan karena terpaksa (necessity) tetapi karena membaca peluang (opportunity) dari perubahan pasar

UKM sukses melihat peluang ketika yang lain melihat ancaman, dan melihat kekuatan ketika yang lain melihat kelemahan

UKM sukses fokus dalam memanfaatkan sumber daya terbatas yang mereka miliki pada keunikan mereka

UKM sukses menghindari kompetisi dengan membangun diferensiasi, mencoba menjadi berbeda bukan menjadi yang terbaik

UKM sukses menjaga kesehatan keuangan mereka baik profitabilitas jangka menengah maupun cash flow jangka pendek

UKM sukses melihat branding sebagai investasi jangka panjang yang akan meningkatkan daya tarik mereka

UKM semakin sukses jika mempunyai misi, visi, and nilai-nilai yang memberi dampak yang semakin luas ketika memperbesar usaha mereka

1.0 – Pursue Individual Goal 2.0 – Build Strong Organization 3.0 – Make a Difference to the Society

6/27/159:50:29 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

059

OPPORTUNITY

BE SENSITIVE TO CHANGE

2 Comparative Strategy Join creative incubation camp to learn from others

C1 C2

Competitive Strategy Sell the idea first, then build the business

CHANGE 3.0 SOCIE TY 2.0 ORGA

1

1.0 INDIV ID

CUSTOMER

CREATIVITY

VIEW THE MARKET CREATIVELY

NIZATION

SEGMENTA TARGETIN TION POSITIONIG NG

UAL DIFFEREN TIA M ARKETIN TION G MIX SELLING

COMPETITOR 3 PRODUCTIVITY

BR AND SERVICE PROCESS

FOCUS ON WHAT YOU DO DIFFERENTLY

COMPANY

5

REINVESTMENT BUILD MISSION, VISION, AND VALUES 3.0

4

PROFITABILITY INTEGRATE MARKETING AND FINANCE

055-088 main story.inddJULI_T-059.PDF 59 15997805_MARKETEERS 1

C3 Cooperative Strategy Collaborate with winning partners

6/27/159:50:29 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

060

MARKETING PLANNING ROADMAP What to Plan Before You Run Business Landscape Analysis • Perubahan apa saja yang mewarnai industri Anda baik secara teknologi, politik-hukum, ekonomi, sosial-budaya, dan pasar?

• Siapa pelanggan Anda? Bagaimana perilaku mereka?

• Siapa pesaing Anda? Apa kekuatan dan kelemahan mereka?

• Apa ancaman dan peluang yang Anda hadapi? Apa kelemahan dan kekuatan Anda?

Change

START

Customer

Competitor Company

Segment A

Segmentation and Targeting

055-088 main story.inddJULI_T-060.PDF 60 15997805_MARKETEERS 1

Segment B

• Apa merek yang akan Anda gunakan? Sudahkah merek tersebut Anda pastikan unik?

• Bagaimana Anda memposisikan merek tersebut di pasar? Merek tersebut ada di kategori industri mana dan apa yang membedakan dengan merek lain?

• Bagaimana Anda membuktikan bahwa merek Anda berbeda dengan merek lain di kategori yang sama?

Segment C

Positioning-Differentiation-Brand

Segment D

• Bagaimana Anda membagi pasar ke dalam kelompok segmen secara geografis, demografis, psikografis, dan perilaku?

• Segmen mana yang Anda pilih?

- Berapa besar pasar dan potensi pertumbuhan masing-masing segmen?

- Bagaimana tingkat kompetisi di setiap segmen?

- Bagaimana kekuatan Anda di setiap segmen?

Pos

itio

nin

g Diff

ere

ntia

tion

Bra

nd

6/27/159:50:30 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

061

FINISH Scorecard/Evaluation • Apakah Anda sudah memenuhi bahkan melampaui harapan pelanggan?

• Apakah Anda sudah memenuhi bahkan melampaui harapan karyawan?

• Apakah Anda sudah memenuhi bahkan melampaui harapan investor?

Employee Scorecard

Service and Process

Investor Scorecard Customer Scorecard

• Bagaimana Anda melayani pelanggan yang membeli produk Anda? Apa pelayanan purna jual Anda? Bagaimana Anda menjaga loyalitas pelanggan Anda?

• Bagaimana Anda memastikan pengalaman pelanggan selalu positif? Apakah proses bisnis Anda berjalan sesuai harapan pelanggan?

Marketing Mix and Selling • Deskripsikan produk Anda terutama keunikannya dibandingkan produk sejenis • Berapa harga dari produk Anda? Apakah harga tersebut kompetitif dan sesuai harapan pelanggan?

Apakah Anda menghasilkan keuntungan dengan harga tersebut?

• Bagaimana Anda mendistribusikan produk tersebut? Di mana saja produk Anda akan tersedia?

• Bagaimana Anda mengomunikasikan produk tersebut kepada calon pelanggan?

• Bagaimana Anda menjual produk Anda?

Service

Process

Product Place

Selling

Promotion

Price

055-088 main story.inddJULI_T-061.PDF 61 15997805_MARKETEERS 1

6/27/159:50:30 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

062 Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga Menteri Koperasi dan UKM

Butuh Kreativitas, Bukan Sekadar Produksi Meski memberikan kontribusi hingga 60%an kepada pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, dukungan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM) belumlah sepenuh hati. Nah, agar UKM bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri dan unjuk gigi di negara lain, Kementerian Koperasi dan UKM pun mengeluarkan berbagai kebijakan unik untuk menyokong perkembangan mereka.

Ya, kabar terakhir, pemerintah baru saja menurunkan bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari semula 22% per tahun menjadi 12% per tahun.

Artinya, pemerintah bakal memberikan subsidi terkait bunga KUR ini. “UKM harus dilihat secara serius. Dengan bunga yang turun, maka mereka bisa menggunakan keuntungannya untuk semakin kreatif dan ekspansi,” kata Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Menteri Koperasi dan UKM. Tak hanya itu, di bawah kepemimpinan Puspayoga, Kementerian Koperasi dan UKM juga mengeluarkan berbagai kebijakan lain, mulai dari pendataan koperasi, pemberian izin hak cipta secara cuma-cuma, dan lainnya. Harapannya tak lain untuk mendukung perkembangan koperasi dan UKM di Indonesia.

Apa saja kebijakan dan prestasi yang telah dibuat oleh Puspayoga selama enam bulan terakhir?

Apa yang akan menjadi fokus pemerintah dalam mengembangkan UKM? Berikut wawancara Puspayoga bersama Hendra Soeprajitno dari Marketeers.

Apa pencapaian yang Anda raih dalam enam bulan terakhir?

Data tentang jumlah koperasi di Indonesia telah selesai. Terdapat 147.000 koperasi yang saat ini sudah memiliki Nomor Induk Koperasi (NIK) dan bisa dilihat secara online. Sedangkan 62.000 koperasi lainnya, kami bekukan karena sudah tidak beroperasi.

Selain itu, Kementerian Koperasi dan UKM menyediakan fasilitas izin usaha mikro dan kecil tanpa biaya, meskipun sebenarnya usaha mikro dan kecil berada di tingkat bupati, walikota, dan gubernur. Namun, kami mengeluarkan regulasi yang memudahkan mereka.

Selain izin usaha mikro kecil, kami juga membantu pembuatan hak cipta secara gratis. Begitu pula untuk bunga KUR dari 22% per tahun menjadi 12% per tahun.

Penurunan KUR itu merupakan hasil perjuangan Anda?

UKM ini adalah bagian perekonomian yang pen­ ting. Saya bilang jika bunga UKM 22%, maka untung mereka hanya untuk bayar bunga. Namun, jika 12%,

055-088 main story.inddJULI_T-062.PDF 62 15997805_MARKETEERS 1

UKM ini bisa mendapatkan untung sehingga memiliki modal tambahan, bisa menyicil toko. Bank sangat realistis sehingga mereka mau menerima kebijakan ini.

Bagaimana ceritanya?

Awalnya memang menjadi diskusi. Lantas, saya bicara kepada presiden, dan beliau merespons penurunan KUR ini dengan cepat.

Bagaimana dengan tingkat kredit macet dari KUR sendiri?

Sekitar 4%an. Dari itu, yang UKM hanya 1%. Jadi, kredit macet itu akibat karena UKM memang rugi, bukannya moral hazard. Makanya KUR ini ditawarkan dengan plafon Rp 25 juta, tanpa agunan, dan bunga­ nya hanya 12% per tahun.

Kami berharap bisa menurunkan kembali pada tahun depan. Tapi tentunya akan melihatnya dulu. Jadi, kita harus berterima kasih kepada Pak Jokowi karena dukungan terhadap bunga KUR ini. Dampaknya akan besar. Misalnya jika sebelumnya UKM untung Rp 22.000 semuanya digunakan untuk bayar bunga. Saat

6/27/159:50:30 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

063

Apa program Anda untuk ke depan?

Di Kementerian Koperasi dan UKM, ada dua fokus.

Pertama, penguatan kelembagaan Koperasi dan UKM. Kedua, akses pembiayaan. Setelah organisasi­ nya baik, maka kita akan bantu dalam pembiayaan.

Selain KUR, kami juga punya Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). Bunganya 0,2% untuk sektor riil. Sedangkan untuk koperasi simpan pinjam hanya 0,3%. Jadi, dengan adanya penguatan, maka UKM Indonesia akan memiliki manajemen yang bagus, bisa ekspor, dan lainnya.

Banyak UKM yang jatuh bangun. Apa kesalahannya?

Jika kita bicara dagang, tentunya tidak semuanya akan berhasil. Untuk maju, UKM adalah sebuah pilihan. Maksudnya siap mental untuk untung, rugi, jatuh, dan bangun. Ketika UKM menjadi sebuah pilihan, maka mereka akan kreatif dalam melihat peluang.

Misal peluang membuat baju muslim. Dia harus melihat ke mana pasarnya? Mungkin ke Arab, Malaysia, atau Tiongkok. Artinya mereka bisa menangkap peluang. Jangan ujug-ujug produksi. Harus ada tahapan. Artinya harus memutuskan terlebih dahulu, kreatif, meliat peluang, dan barulah produksi. Nah, ketika mendapatkan untung dalam produksi, kembalikan ke kreativitas, misal membuat survei, inovasi produk. Sehingga menjadi kreatif kembali.

AGRIKULTURAL

459.718

696.343

669.167

1.767.130

5.712.976 3.651.720

MAKANAN & MINUMAN

Jan-Agu 2014

FURNITURE

5.569.216 3.426.622

2013

4.631.988

4.310.235

2012

1.186.160

3651720

3426622

4631988

Apakah infrastruktur untuk pengurusan hak cipta sudah siap?

Sudah, kami sudah sediakan sistem online, tidak perlu bayar, dan hanya satu jam prosesnya.

055-088 main story.inddJULI_T-063.PDF 63 15997805_MARKETEERS 1

1

459718

696343

669167

1747462

1186160

1767130

4310235

Terkait izin hak cipta, apakah tidak tabrakan dengan kewenangan Kementerian Hukum dan HAM? Saya sudah bicarakan ini dengan Menteri Hukum dan HAM. Karena UKM-nya ada di kami, sedangkan izinnya ada di Kementerian Hukum dan HAM. Kami butuh sinergi, dan dia setuju. Sehingga, kami bisa mengeluarkan hak cipta itu secara gratis hanya dalam waktu satu jam. Tapi dengan catatan, melalui Kementerian Koperasi dan UKM. Jadi silakan Anda mendaftarkan hak cipta sehingga tidak dijiplak oleh orang atau negara lain. Kementerian harus bersifat inklusif.

Kami bicara dengan Menteri Hukum dan HAM, serta FURNITURE KERAJINAN AGRIKULTURAL Kementerian Dalam NegeriMAKANAN terkait& usaha mikro dan MINUMAN kecil. Kami buat MoU. Selain itu, kami juga melakukan sinergi dengan Kementerian Perdagangan terkait pupuk.

Selain program yang jelas, kami sadar harus melakukan koordinasi dengan kementerian lain. Jadi harus ada sinergi dan inklusif.

Banyak usaha mikro dan kecil yang susah naik kelas. Bagaimana menurut Anda?

Jika bicara tentang entrepreneur, jumlahnya hanya 1,65% dari 250 juta penduduk Indonesia. Teorinya adalah 2% dari jumlah penduduk. Entrepreneur adalah sifat mental, sedangkan menjadi UKM adalah pilihan.

Entrepreneur harus berani rugi, siap jatuh bangun, bisa melihat kreativitas, jangan sekadar produksi. Jadi untung itu harus dikembalikan untuk R&D sehingga mereka bisa terus berkembang. UKM itu sifatnya luas, misalnya saja pedagang pasar. Namun, untuk naik kelas, dibutuhkan jiwa entrepreneur.

1.747.462

5712976

5569216

ini, mereka cukup membayar bunga Rp 12.000, dan Rp 10.000 akan masuk kantong. Untungnya bisa untuk modal.

Selain itu, kami juga mendorong agar UKM di kota dan kabupaten bisa turut serta dalam koperasi.

Pendirian akta notaris akan dibayarkan oleh peme­ rintah, sehingga gratis. Pelaku mikro itu adalah individual sehingga sulit untuk maju karena terlalu kecil.

Makanya mereka bisa saling menguatkan dan mendukung dalam wadah koperasi.

KERAJINAN

2

GRAPHIC Aset

Omzet per Tahun Maks Rp 300 juta

Maks Rp 50 juta

KECIL

> Rp 300 juta - Rp 2,5 miliar

> Rp 50 juta - Rp 500 juta

MENENGAH

> Rp 2,5 miliar - Rp 50 miliar

> Rp 500 juta - Rp 10 miliar

MIKRO

3 Jumlah unit berdasarkan ukuran

Grafik 1.

Nilai Ekspor Produk UKM (dalam ribuan dollar AS) Sumber: Kementerian KUKM Grafik 2.

Klasifikasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sumber: UU No. 20 tahun 2008 Grafik 3.

Kategori Usaha Kecil Dan Menengah (UU No, 20/2008 Pasal 6)

5.066 Units (0,01%) 52.106 Units (0,09%)

654.222 Units (1,13%)

Usaha Besar Usaha Menengah Usaha Kecil Usaha Mikro

57.189.393 Units (98,77%)

TOTAL: 57.900.787 UNIT

6/27/159:50:32 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

064

Road to “Galeri Indonesia WOW” Oleh Hendra Soeprajitno

Dukungan penuh bagi UKM bakal disediakan di Galeri Indonesia WOW. Tak hanya sebagai tempat display, Galeri Indonesia WOW juga memiliki lima diferensiasi yang tidak dimiliki oleh pengembangan UKM di tempat lain.

Dukungan terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) terus bermunculan. Jika tak ada aral melintang, Galeri Indonesia WOW bakal segera hadir di SME Tower di bilangan Gatot Subroto, Jakarta.

Galeri ini nantinya akan menjadi pendukung UKM di Indonesia untuk berkembang dan naik kelas.

Ahmad Zabadi, Presiden Direktur Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil & Menengah (LLP-KUKM) mengatakan, terdapat lima diferensiasi yang dimiliki oleh Galeri Indonesia WOW. Tak hanya menjadi tempat bagi UKM untuk memajang produknya, Galeri Indonesia WOW juga akan menghadirkan creative hub, experiment lab, co-working space, curated concept store, dan investor meeting store.

“Saat ini, kami tengah melakukan sosialisasi. Kami menggelar Focus Group Discussion (FGD) dan melakukan publikasi secara terus menerus dengan menggandeng berbagai pihak, mulai pelaku UKM hingga media,” kata Zabadi.

Dengan lahan seluas lebih dari 3.000 m2 untuk setiap lantainya, Galeri Indonesia WOW diharapkan bisa menjadi tempat bagi UKM untuk terus berkembang. Galeri Indonesia WOW juga akan menjadi tempat bagi pengembangan UKM untuk menjadi lebih kreatif dan produktif. Maklum, mereka akan mendapatkan dukungan berupa mentoring serta menjalani proses inkubasi.

Tak hanya itu, para UKM juga bisa bertemu dengan “bapak angkat” atau investor.

Nantinya, bakal terdapat 500 UKM yang turut serta meramaikan Galeri Indonesia WOW ini. “Saat ini kami telah mengkurasi dan mendapatkan sekitar 300 UKM,” kata Zabadi.

Ketika sebuah UKM mendapatkan investor tentunya ada aturan main tersendiri.

Zabadi mengatakan, posisi investor adalah dalam arti sesungguhnya. Dia pun melarang investor itu mengambil alih 100% sebuah bisnis dari UKM. “Tujuan kita adalah mempertemukan mereka dengan investor atau

055-088 main story.inddJULI_T-064.PDF 64 15997805_MARKETEERS 1

bersifat kemitraan. Kami tidak akan membiarkan mereka diakuisisi,” katanya.

Untuk bisa masuk ke dalam Galeri Indonesia WOW, para UKM harus lolos proses kurasi. Namun, bukan berarti mereka akan terus berada di dalam Galeri Indonesia WOW untuk selamanya. Ketika berhasil mendapatkan investor dan naik kelas, maka mereka tentunya akan meninggalkan Galeri Indonesia WOW. Selanjutnya, posisi itu akan digantikan oleh UKM lain yang membutuhkan dukungan dari Galeri Indonesia WOW ini.

Harapannya Galeri Indonesia WOW ini bisa menjadi sebuah gerakan untuk pengembangan UKM di Indonesia. Artinya, ada anggaran atau tidak, semua bagian dari masyarakat, mulai dari perusahaan swasta,

Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hingga akademisi berkenan membantu pengembangan UKM ini. Apalagi, saat ini sudah tersedia Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Koperasi dan UKM di 43 wilayah di Indonesia. “Jadi ini adalah proses perubahan mindset. Ini adalah gerakan, bukan program,” katanya.

Artinya, tidak tertutup kemungkinan, konsep dari Galeri Indonesia WOW ini akan diterapkan di PLUT di daerah. Sehingga, pengembangan UKM bisa dilakukan secara merata dari barat hingga timur Indonesia.

“Selain sebagai tempat menyebar virus gerakan, Galeri Indonesia WOW ini juga menjadi pintu keluar bagi UKM untuk bersaing di tingkat yang lebih luas,” kata Zabadi.

Apakah Anda penasaran?

6/27/159:50:32 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

065

Dari Kreativitas Menuju Profitabilitas sungan perusahaan.

Model tersebut digunakan HeBex untuk mengukur tingkat kesehatan ekosistem bisnis di berbagai negara yang biasanya dituangkan dalam Global HeBex Report. Laporan ini juga mengusung analisis pada tingkat daya saing (competitiveness) dari masing-masing negara dan membeirkan rekomendasi untuk pertumbuhan dan pengembangan yang berkelanjutan di masa depan. Pada tahun 2015, Global HeBex Report memaparkan tingkat healthiness di 46 negara, termasuk Indonesia. Dalam hal ini, HeBex juga menggunakan data dari Bank Dunia, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Global Entrepreneurship Development Institute (GEDI), dan Global Entrepreneurship Monitor (GEM) untuk mendukung risetnya.

t en stm

eu

Re

in

ve

en pr tre En

uc od Pr

or pp O

tiv

ni tu

ity tiv ea Cr

x Be

ity

ty

rs

hi

p

Bagaimana dengan Indonesia?

He

Globalisasi telah mengubah lanskap berbagai industri. Termasuk di dalamnya, lanskap dunia Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Boleh dibilang UKM saat ini telah menjadi isu global yang menjadi perhatian dari banyak negara. Apalagi peran UKM ini terbukti sangat besar dalam menopang perekonomian nasional masing-masing negara – terutama ketika perekonomian negara sedang kisut atau diterpa krisis.

Namun, tidak banyak lembaga yang melakukan penelitian terhadap kondisi nyata UKM-UKM tersebut berdasarkan parameter tertentu, memetakan tren, dan melakukan komparasi UKM di masing-masing negara. Dalam konteks inilah, Healthiness of Business Ecosystems Index (HeBex) dibentuk oleh sejumlah tokoh International Council for Small Business (ICSB). Dengan laporan ini, setiap negara bisa melihat posisinya dan bisa melakukan perbandingan dengan negara lain, khususnya seberapa maju atau tertinggal kehidupan kewirausahaan di negaranya.

Lalu, seperti apa model pengukurannya? Ada beberapa unsur pengukuran, yakni Creativity, Opportunity, Productivity, dan Profitability.

0 5

60.0 51.1 50.0

10

Creativity

(Market Creation)

Productivity (Exploration)

Profitability

40.0

20

(Reinvestment)

Rank

(Exploration)

Opportunity

25

30.0

27

30

19.2

35 40 45

Pertama, kreativitas melalui eksplorasi Pelaku UKM harus memiliki kreativitas. Kreativitas di sini bisa dipahami sebagai bagian dari proses melahirkan ide-ide baru yang bermanfaat. Kreativitas ini menjadi titik pijak lahirnya inovasi.

Pemahaman yang sama bisa diterapkan dalam aktivitas kewirausahaan. Pelaku UKM bisa dibilang kreatif bila ia mampu mengimplementasikan ide-ide baru dan bermanfaat untuk membangun bisnis maupun program baru terkait produk maupun layanan. Kreativitas ini lebih mengarah pada aktivitas eksploratif yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi kebuntuan dan kekakuan.

Kedua, melihat peluang melalui niche creation Pelaku usaha harus memiliki kemampuan untuk membaca peluang. Di tengah pasar yang sudah jenuh, pengusaha ditantang untuk bisa melihat celah yang bisa dijadikan peluang untuk digarap. Boleh dibilang, pengusaha mampu membuat pasar yang baru (niche creation) yang tidak dilihat oleh pesaing maupun pemain lainnya.

Ketiga, produktivitas melalui eksploitasi Tidak cukup pengusaha hanya mengandalkan kreativitas saja. Pengusaha harus bisa kreatif sekaligus produktif. Produktivitas di sini bisa dipahami sebagai kemampuan mengubah teknologi atau bahan baku menjadi produk baru dan efisien dalam ongkos.

Keempat, profitabilitas dan reinvestment Tidak ada gunanya bila sebuah bisnis yang kreatif dan produktif tidak mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Profitabilitas inilah yang pada akhirnya mendukung pertumbuhan bisnis dan keberlang-

055-088 main story.inddJULI_T-065.PDF 65 15997805_MARKETEERS 1

50

37

11.4

9.6

32 40

43

20.0

10.5

10.0 0.4 46 0.0

Berdasarkan data HeBex tahun 2014 (bagan di atas), Indonesia menempati ranking 37. Ranking pertama ditempati oleh Jerman dan ranking terakhir (46) ditempati Myanmar. Kalau diperinci, soal kreativitas, UKM di Indonesia cukup lumayan karena di atas ratarata dengan ranking 27. Demikian juga dengan faktor entrepreneurship, Indonesia juga di atas rata-rata dengan ranking 32.

Sementara, soal kemampuan membaca peluang, UKM Indonesia berada sedikit di bawah rata-rata dengan ranking 43. Demikian juga, soal produktivitas, UKM Indonesia juga masih tampak kurang dengan angka di bawah rata-rata dan ranking 32. Sementara, soal reinvestment, Indonesia tergolong jeblok dengan menempati posisi paling akhir (46).

Secara total, bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, Indonesia masih kalah dengan Malaysia (34) dan Singapura di posisi sepuluh besar (6). Sementara, Indonesia berada di atas Thailand (40), Filipina (44), Vietnam (45), dan Myanmar (46).

Sementara, menurut laporan HeBex 2015, ranking Indonesia turun menjadi 44. Posisi pertama tetap ditempati oleh Jerman dan Myanmar masih menempati posisi paling bawah. Namun, bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, Indonesia sekarang merosot di bawah Thailand (40), Vietnam (43).

Artinya apa? Di banyak aspek, UKM Indonesia memang harus diakui masih tertinggal dengan negara-negara lain. Elemen pengukuran dari HeBex tersebut bisa membantu Indonesia untuk mengembangkan kembali poin mana dari UKM Indonesia yang harus ditingkatkan, apakah kreativitasnya, produktivitasnya, kemampuan membaca peluang baru, maupun profitabilitasnya.

6/27/159:50:34 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

066

Pilihan Karier Tapi Masih Takut Gagal Oleh Sigit Kurniawan

Menjadi entrepreneur ternyata merupakan pilihan karier yang baik bagi masyarakat ASEAN, khususnya Indonesia. Tantangannya, tak sedikit yang masih takut-takut akan kegagalan ketika memutar roda bisnisnya. Bahkan, banyak bisnis yang tumbang di perjalanan.

Bagaimana kondisi kewirausahaan di Indonesia?

Seperti apa kemajuan yang para entrepreneurs lakukan dari tahun ke tahun? Tidak banyak penelitian komprehensif yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Namun, kita patut berterimakasih pada Global Entrepreneurship Monitor (GEM), sebuah organisasi nonprofit yang berfokus pada penelitian akademik seputar kewirausahaan secara global.

Setiap tahunnya, organisasi yang didirikan oleh para peneliti London Business College, Amerika Serikat, pada tahun 1997, menurunkan laporan seputar kewirausahaan secara global maupun regional.

Laporan ini cukup membantu negara-negara dalam melihat, menemukan insight dalam rangka mengelola industri kecil dan menengahnya. Termasuk juga Indonesia. Lalu, seperti apa insight-insight terkini dari laporan GEM teranyar? (Lihat grafik 1)

1

Sebelum masuk pada temuan-temuan utama (key findings), ada baiknya kita melihat kerangka kerja konseptual GEM secara global. Pada dasarnya, kerangka konseptual ini memuat asumsi-asumsi dasar terkait aktivitas kewirausahaan. Salah satunya, aktivitas kewirausahaan ini bukanlah aksi heroik seorang individu semata tanpa memerhatikan lingkungan di mana aktivitas tersebut dibentuk.

Kerangka kerja konseptual tersebut, GEM memuat komponen-komponen utama. Pertama, pertimbangan pada konteks sosial, budaya, politik, dan ekonomi.

Kondisi ekonomi, politik, budaya, dan sosial sebuah negara memiliki pengaruh pada ekosistem kewirausahaan ini.

Kedua, peran nilai-nilai sosial pada kewirausahaan.

Intinya, makin populernya kewirausahaan sebagai pilihan karir yang bagus juga dipengaruhi oleh ling­­­ kungan sosial. Termasuk persepsi masyarakat yang memandang entrepreneurs sebagai status sosial yangterpandang. Apalagi kalau usahanya tersebut sukses dan memberi dampak sosial. Selain itu, GEM juga melihat peranan media-media dalam mengangkat tema-tema kewirausahaan ini.

Ketiga, atribut individual. Survei GEM juga dilandaskan pada faktor demografi, psikologi, dan aspek motivasional. Komponen lain adalah aktivitas kewirausahaan itu sendiri. Aktivitas ini bisa dilihat dari siklus hidup perusahaan tersebut, yakni nascent (kurang dari tiga bulan), new (kurang dari 42 bulan), established (lebih dari 42 bulan), dan discontinuation (bisnis berhenti).

Aktivitas kewirausahaan itu juga bisa dilihat dari tipenya, yakni yang memiliki pertumbuhan tinggi (high growth), inovatif (inovative), dan menembus pasar

The GEM Framework

GRAPHIC Outcome (soclo-economic development)

Social,

Grafik 1.

The revised GEM conceptual Framework

Cultural Political, Economic Entrepreneurial Output (new jobs, new value added)

+

Condition

_ Framework

Entrepreneurship

Condition

Framework

National

Context

Basic Requirements Efficiency Enhancers Innovation and Business Sophistication

+ _

+ _

Social Values Towards Entrepreneurship

Individual Attributes (psychological, demographic, motivation) +

+ _

+ _

Entrepreneurial Activity • By phases of organisational life cycle - Nascent, new, established, discontuniation • Types of activity - High growth, Innovative, Internationalization • Sectors of activity - Total Early-Stage Entrepreneurial Activity (TEA), Social Entrepreneurial Activity (SEA) Employee Entrepreneurial Activity (EEA)

_

055-088 main story.inddJULI_T-066.PDF 66 15997805_MARKETEERS 1

6/27/159:50:35 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

067 global (internationalization). Aktivitas tersebut juga terbagi menjadi tiga sektor, yakni Total Early-Stage Entrepreneurial Activity (TEA), Social Entrepreneurial Activity (SEA), dan Employee Entrepreneurial Activity (EEA).

Ada Apa dengan Indonesia?

Lalu, bagaimana temuan GEM tentang entrepreneurship di Indonesia? Insight-insight apa saja yang bisa kita petik untuk pengembangan entrepreneurship di Indonesia? Berikut adalah temuan-temuan menarik GEM yang dituangkan dalam laporan berjudul ASEAN Regional Entrepreneurship Report 2014/2015. Lapo-

ran ini dibuat berdasarkan survei yang melibatkan responden dari enam negara ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Rentang usia pelaku UKM yang disurvei adalah 18 sampai 64 tahun. (Lihat grafik 2) 1. Entrepreneur merupakan pilihan karier yang bagus. Dalam hal ini, Indonesia mengantongi angka yang cukup tinggi. Termasuk menganggap wirausaha yang sukses sebagai status tinggi dalam hidup mereka. Mereka juga menyadari peran media dalam mengangkat wacana entrepreneurship tersebut. (Lihat grafik 3) 2. Entrepreneurs dari Indonesia boleh dibilang cu-

2

GRAPHIC Country

Entrepreneurship as a good careeer choice

High status to successful entrepreneurs

Media attention for entrepreneurship

Indonesia

72.0

78.0

84.8

Malaysia

60.4

60.0

69.8

Philippines

81.8

76.1

64.7

Singapore

81.7

62.9

79.1

Thailand

73.6

71.1

80.3

Vietnam

67.2

76.9

86.8

ASEAN average (unweighted)

66.3

69.3

80.9

GEM average (unweighted)

62.48

88.11

63.30

Country

Perceived opportunities

Perceived capabilities

Fear of failure*

Indonesia

46.6

60.2

38.1

Malaysia

43.4

38.4

28.8

Philippines

46.9

66.1

37.7

Singapore

16.7

21.4

39.4

Thailand

47.3

50.1

42.4

Vietnam

39.4

58.2

60.1

ASEAN average (unweighted)

39.7

49.1

39.1

GEM average (unweighted)

42.67

50.96

34.16

Grafik 2.

Societal attitudes in ASEAN-6 countries and comparisons with other regional averages, GEM 2014 Grafik 3.

Perceived opprtunities, capabilites and fear of failure in ASEAN-6 countries and comparisons with other regional averages, GEM 2014

3

055-088 main story.inddJULI_T-067.PDF 67 15997805_MARKETEERS 1

6/27/159:50:35 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

068 pekerjaan.

5. GEM juga mengamati para entrepreneurs yang setengah jalan atau tumbang di perjalanan. Beberapa entrepreneur menutup bisnisnya karena mengaku bisnisnya tidak menguntungkan maupun terganjal masalah keuangan. Faktor lainnya bisa dilihat secara positif, seperti alasan adanya peluang untuk dijual, memiliki peluang bisnis yang lain, dan sebagainya. (Lihat grafik 5) 6. Dari sisi atribut personal, GEM juga meneliti para pelaku usaha dari sisi umur, gender, motivasi.

GEM menyimpulkan bahwa jumlah pelaku usaha di dalam enam grup umur hampir merata. Di ASEAN – termasuk Indonesia – usaha ini masih didominasi oleh grup umur 25-35 tahun. Disusul di posisi kedua, grup umur 35-44 tahun.

7. Sementara, dari sisi gender, pebisnis laki-laki dan perempuan secara rata-rata di ASEAN hampir sama (lebih unggul sedikit laki-laki). Bila dilihat

kup memadai untuk disebut sebagai potential entrepreneur bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Mereka tergolong sebagai orang yang mampu membaca peluang dan memiliki kecakapan untuk memulai bisnis. Namun, ketakutan akan kegagalan juga masih tampak menghantui mereka.

3. Bila dilihat dari aktivitas kewirausahaannya, entrepreneur Indonesia yang memasuki tahap Early-stage Entrepreneurial Activity (TEA) cukup mendominasi. Mereka yang sudah masuk dalam bisnis pun tidak jelek-jelek amat, meski beberapa terpaksa menghentikan bisnisnya di tengah jalan.

(Lihat grafik 4)

4. Kebanyakan entrepreneur Indonesia memulai bisnis lantaran lebih lantaran motivasi untuk menambah pemasukan atau mendapat kemerdekaan finansial. Selanjutnya, motivasi lainnya lantaran tidak ada pilihan lebih baik untuk mendapatkan

4

GRAPHIC Country

Nasoent entrepreneurship rate

New business ownership

Early-stage entrepreneurial activity (TEA)

Established business rate

Disoontinuation of business

Indonesia

4.4

10.1

14.2

11.9

4.2

Malaysia

1.4

4.6

5.9

8.5

2.0

Philippines

8.2

10.5

18.4

6.2

12.6

Singapore

6,4

4.8

11.0

2.9

2.4

Thailand

7.6

16.7

23.3

33.1

4.2

Vietnam

2.0

13.3

15.3

22.2

3.6

ASEAN average (unweighted)

5.0

10.0

14.7

14.1

4.8

Grafik 4.

Entrepreneurial activity in ASEAN-6 countries and comparisons with other regional averages, GEM 2014 Grafik 5.

Reasons for business exit in ASEAN-6 countries, GEM 2014

5

Indonesia

Malaysia

Philippines

Singapore

Thailand

Vietnam

2.8

0

0.6

2.8

2.6

0

Business not profitable

19.8

19.6

40.6

28.1

17.4

12.9

Problem getting finance

26.4

21.7

24.6

16.6

14.7

15.7

Another job or business opportunity

14.7

14.4

4.1

9.4

2.9

14.3

Exit was planned in advance

13.2

9.9

0.5

4.3

0.8

7.1

2.6

0

0

7.9

5.0

5.7

19.0

34.4

24.4

30.7

40.9

28.6

1.0

0

6.6

0

15.7

15.7

Reason Opportunity to sell

Retirement Personal reasons Incident

055-088 main story.inddJULI_T-068.PDF 68 15997805_MARKETEERS 1

6/27/159:50:36 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

069 dari masing-masing negara, komposisinya bisa berbeda. Satu fakta yang kentara adalah partisipasi perempuan di kewirausahaan ini cukup tinggi.

Ini menandakan perempuan menyadari haknya membuka usaha, sama seperti laki-laki, untuk mendukung kehidupan keluarga, memeroleh kemerdekaan finansial, dan memperkaya hidup mereka dengan karier yang lebih baik. Di Indonesia, partisipasi perempuan tampak lebih tinggi daripada laki-laki.

8. Dari sisi latar belakangan pendidikan, entrepreneur di Indonesia lebih didominasi post secondary ketika memulai bisnis mereka. Di posisi kedua, ditempati mereka yang berlatar pendidikan secondary dan kemudian some secondary. Anehnya, untuk yang level graduate, GEM tidak mencantumkan angkanya alias kosong.

9. Sektor yang paling banyak dimasuki oleh para entrepreneurs Indonesia adalah ritel, hotel, dan restoran. Sektor kedua adalah manufaktur dan di­ susul dengan layanan profesional. Terkait dengan job creation, rata-rata mereka ingin menciptakan lima pekerjaan baru dengan bisnis mereka.

10. Inovasi dan kewirausahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dari tabel GEM di bawah, tampak bahwa entrepreneurs di Malaysia paling tidak inovatif dan Filipina menjadi yang paling inovatif. Indonesia sendiri tergolong di posisi tengah. Sementara, dari sisi kompetisi, produk dan layanan dari Indonesia maupun Vietnam tergolong yang paling banyak memiliki kompetitor.

(Lihat grafik 6, grafik 7)

Demikian wajah entrepreneur di Indonesia yang dipetakan oleh GEM. Secara umum, Indonesia merupakan negeri yang memiliki kultur kewirausahaan yang besar dan berpeluang untuk terus dikembangkan, mengingat peranan mereka dalam menopang perekonomian nasional Indonesia.

6

GRAPHIC Indonesia

Malaysia

Philippines

Singapore

Thailand

Vietnam

None

52.6

70.0

39.0

51.2

60.4

63.1

Some

21.0

24.9

29.5

31.8

32.3

31.0

All

26.2

6.1

31.5

17.0

17.3

5.0

Grafik 6.

New products/services offered to customers in ASEAN-6 countries, GEM 2014 % within TEA: Product new to none/some/all customers Grafik 7.

Proportion of competitors in ASEAN-6 countries, GEM 2014

7

Indonesia

Malaysia

Philippines

Singapore

Thailand

Vietnam

None

9.6

4.1

7.6

7.8

6.6

4.9

Some

22.9

40.7

32.6

32.1

36.1

29.1

All

67.6

66.2

59.9

60.1

67.3

66.0

055-088 main story.inddJULI_T-069.PDF 69 15997805_MARKETEERS 1

% within TEA: No/few/many businesses offer the same product

6/27/159:50:36 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

070 Niluh Putu Ary Pertami Djelantik Pemilik Usaha Sepatu Niluh Djelantik

Lupa Legalitas, Mereknya Dicolong Orang Oleh Septi Wijayani

Legalitas atau paten sebuah merek menjadi sesuatu yang penting. Apalagi paten menjadi bagian tak terpisahkan dari brand equity. Gara-gara lupa masalah ini, Niluh merugi karena mereknya “dicolong” mitra bisnisnya. Ia pun harus membangun merek baru lagi untuk bisnisnya.

Bisa dibayangkan betapa tragisnya ketika seseorang dengan susah payah membesut bisnis dengan merek yang sedang naik daun dan tiba-tiba merek tersebut dipatenkan oleh orang lain. Tak tanggung-tanggung, yang mematenkan merek tersebut adalah mitra bisnisnya. Inilah yang dialami oleh Niluh Djelantik.

Do what you love, love what you do. Hal inilah yang rupanya menggambarkan awal mula Niluh Djelantik memulai usahanya. Perempuan Bali ini memulai usaha sepatunya pada tahun 2003 setelah selama delapan tahun berkarier di jalur profesional. Ia melepas jabatan terakhir sebagai direktur pemasaran karena alasan kesehatan dan beralih profesi dengan membuka usaha sendiri. Awalnya, ia mengaku belum mengetahui akan membuka usaha seperti apa. Namun, kecintaannya pada sepatulah yang menuntun Niluh membuka usaha sepatu dengan merek Nilou.

Pada awal membangun bisnisnya, ia belum memiliki workshop. Di tengah perjalanan bisnisnya, ia bertemu seseorang yang sudah lebih dulu memiliki usaha sepatu non kulit yang dipasarkan ke Eropa. Niluh pun bekerja sama dengannya. “Saya bertanggungjawab dalam pembuatan desain, sampling, dan produksi. Sedangkan dia bertugas menjual produk-produk Nilou ke Eropa,” kata Niluh.

Awalnya produk Nilou sempat booming di Eropa.

Celakanya, perjanjian dengan partner itu tidak tertulis di atas kertas. Niluh masih menjalankan kerja sama itu atas dasar kecintaan pada bisnis sepatu. Ia tidak memikirkan harga jual dan bentuk kerja sama seperti apa karena saking terpaku dengan pekerjaan.

Ditambah dengan kenyataan bahwa produksi pertama masih menggunakan tenaga outsourcing yang ternyata kurang berhasil. Hingga akhirnya Niluh sadar bahwa tabungannya semakin menipis. Mau tidak mau, Niluh harus memiliki cara untuk keluar dari situasi tersebut.

“Kami dihadapkan pada masalah quality control.

Membuat sepatu yang cantik tidak cukup. Kami harus konsisten sampai akhir produksi. Maka, kami pu-

055-088 main story.inddJULI_T-070.PDF 70 15997805_MARKETEERS 1

Photo: Diego Verges

tuskan untuk memproduksi sendiri dengan tabungan yang masih tersisa. Tahun 2004, kami menyewa sebuah toko di Kerobokan, Bali dengan bantuan pinjaman perbankan yang waktu itu bunganya cukup besar sekitar 24%,” tambahnya.

Karena penjualan dari Eropa tidak bisa diandalkan, Niluh harus mencari pemasukan lain yang bisa menyelamatkan bisnisnya. Niluh akhirnya melakukan ekspansi ke Australia, Selandia Baru, dan Jepang.

Niluh membuka pintu untuk merek-merek internasional di bidang fesyen yang ingin mengembangkan lini sepatu mereka. Niluh akan membantu merek internasional dari mulai proses desain, sampling, hingga produksi.

Sembari memproduksi sepatu pesanan merek lain, Nilou pun masuk ke pasar Australia dan Jepang. Penjualan sepatu Niluh Djelantik mengalami perkembang­an, begitupun dengan di Eropa. Hingga akhirnya, Nilou sudah dipasarkan di 20 negara.

Di tengah keberhasilan produknya di berbagai negara, Nilou mendapatkan penawaran lain dari distributor Australia dan Perancis sebagai partner. Namun, Niluh menolaknya. Pasalnya, pihak Perancis menginginkan proses produksi dilakukan di Tiongkok.

“Kami memulai usaha dengan kecintaan kami terhadap sepatu, pekerjaan, dan keinginan kami untuk menunjukkan ke dunia internasional bahwa produk Indonesia berkualitas dan tidak kalah dengan merekmerek internasional. Jika produksi bisa dilakukan di

6/27/159:50:37 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

071 sini kenapa mesti di luar negeri? Kami tidak tertarik meskipun dengan iming-iming keuntungan besar,” jelas Niluh.

Tanpa sepengetahuan Nilou, pihak dari Australia dan Perancis yang berniat bekerja sama dengannya telah mematenkan merek Nilou dari awal. Mengetahui hal ini, Niluh merasa terpukul. Mereka harus menerima kenyataan, merek yang mereka lahirkan akhirnya “direbut” oleh pihak lain.

“Kami sempat down. Kepercayaan diri kami berkurang. Tapi, bisnis harus tetap berjalan. Kami masih punya mempunyai tenaga dan semangat untuk mengerjakan merek-merek internasional lain yang sudah berlangsung sejak tahun 2004,” paparnya.

Ia merelakan mereknya itu dipatenkan oleh orang lain. Ia tidak ingin membawa kasusnya ke ranah hukum. Menurutnya, hal itu akan membuat permasalahan menjadi runyam. Selain itu, Niluh tidak mengetahui dan memahami sistem hukum di negara mereka seperti apa. Jadi, langkah yang dilakukan Niluh adalah tetap memproduksi sepatu dengan merek lain.

Walaupun ada masalah terkait merek Nilou, produksi sepatu tersebut tetap berjalan. Pasarnya adalah konsumen yang berada di pesisir pantai Eropa. “Mereka tetap memesan sepatu ke saya karena secara personal mereka berhubungan dengan saya. Kami tidak memasarkan di kota karena sudah dijual Nilou buatan Tiong­kok,” kata Niluh.

Suatu hari, pelanggannya yang berasal dari Spanyol datang ke toko Niluh Djelantik di Bali. Ia mengatakan bahwa ada produk Nilou yang ada di negara mereka namun harganya jauh lebih murah. Pelanggannya ing­ in agar Niluh memiliki merek sepatu lain dan tidak lagi berada di bayang-bayang Nilou yang sudah dipatenkan oleh pihak lain.

Dari situ Niluh berpikir untuk memilih merek baru dan melanjutkan untuk membesarkan merek tersebut.

Setelah sekian waktu memilih nama, Niluh meminta izin kepada ayahnya untuk memakai nama keluarga untuk usaha sepatunya. Sehingga, terciptalah merek Niluh Djelantik.

“Saya pun mulai membuat logo dengan dibantu sahabat. Setelah itu, kami langsung mendaftarkan merek kami. Kami belajar dari pengalaman sebelumnya.

Apapun bidang usahanya, kita harus melegalkan baik nama merek maupun logo usaha kita,” ujar Niluh.

Dengan merek barunya ini, Niluh menutup dan menghentikan penjualan ke Eropa dengan alasan tidak ingin bersaing secara head to head dengan merek Nilou, merek yang dulu dibesarkannya bersama anakanak Djelantik yang kini telah berpindah tangan ke pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

Mengalami kisah pahit dengan masalah paten, Niluh tidak ingin orang lain merasakan hal yang sama.

Niluh berpesan agar mereka harus tahu apa yang mere­ka kerjakan. Hal ini bisa dimulai dengan membuka bisnis dari sesuatu yang dicintai. Setelah itu, bisnis harus dilakukan secara profesional.

“Misalnya Anda ingin membangun bisnis fesyen.

Anda harus memiliki merek terlebih dulu. Setelah itu, jangan lupa mendaftarkan usaha apa sehingga kita mempunyai bekal ke depan. Lalu, barengi usaha dengan prinsip,” tutur Niluh.

Niluh memang memiliki prinsip sukses yang ber-

055-088 main story.inddJULI_T-071.PDF 71 15997805_MARKETEERS 1

beda. Ia mendefinisikan kesuksesan tidak selamanya identik dengan uang. Ia tidak menampik agar usaha tetap langgeng, perusahaan harus tetap memperoleh keuntungan. Untuk itu, Niluh sangat menjaga asetnya, yaitu anak-anak Djelantik yang dari awal sama-sama membangun usaha hingga sebesar ini.

Saat ini, Niluh Djelantik memiliki dua toko yang berada di Bali dan Jakarta. Pelanggannya pun berdatangan dari berbagai negara. Ketika ditanya tentang ekspansi Niluh Djelantik, ia mengaku kesulitan untuk mengatakan sudah di mana sepatu Niluh Djelantik tersedia di pasar ekspor. “Sudah bukan lagi bicara tentang negara, kami berbicara mengenai benua. Jadi, pelanggan dari berbagai benua datang ke Bali untuk mengukur kaki mereka dan kami buatkan sepatu,” bilang Niluh.

Ia menambahkan, salah satu pemasaran Niluh Dje­ lantik di luar negeri adalah bekerja sama dengan ritel.

Seperti di Swiss, Niluh bekerja sama dengan peritel untuk menjual koleksi musim semi dan musim panas Niluh Djelantik. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, Niluh tidak ingin gegabah menyetujui kerja sama dengan berbagai pihak.

“Kami harus hati-hati. Kami harus menemukan partner yang satu visi dan memiliki filosofi seperti kami. Kami ingin menemukan partner yang mengerti bahwa Niluh Djelantik adalah sebuah karya bukan produk semata,” katanya.

Brand Equity Kelalaian atas legalitas tersebut menjadi pembelajaran tersendiri bagi Niluh. Prinsip kehati-hatian memang penting. Sebab itu, mematenkan merek yang ingin dikembangkan tentu menjadi langkah awal yang penting. Mengingat legalitas ini menjadi bagian tak terpisahkan dari brand equity.

Pakar merek David A. Aaker dalam bukunya berjudul “Managing Brand Equity: Capitalizing on the Value of a Brand” (1991) menyatakan bahwa hak paten dari sebuah merek merupakan bagian kelima dari yang disebut brand equity, setelah brand loyalty, brand awareness, perceived quality, dan brand associations. Hak paten atas merek ini, kata Aaker, disebut dengan other proprietary assets atau aset milik yang lain.

Di lain pihak, Chief Operation MarkPlus Consulting Melati Astri Maharani mengatakan, memang tidak ada yang lebih membahagiakan ketika seseorang memulai bisnis sesuai dengan passion. Namun, untuk mempertahankan bisnis, sistem manajemen yang baik juga diperlukan. Bukan hanya masalah legalitas, lanjut Melati, namun juga aspek pengelolaan keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia juga perlu diperhitungkan.

Ia menambahkan, untuk membuat bisnis berkembang, diperlukan keseimbangan antara jiwa entrepreneurship dengan professionalisme. “Jiwa entrepreneurship memungkinkan bisnis untuk selalu kreatif dan mendorong pengusaha berani mengambil risiko untuk berkembang. Sedangkan, profesionalisme menjadikan pengusaha lebih berhati-hati dalam pe­ rencanaan untuk mengawal rencana bisnis ke depan,” pungkasnya.

TIPS Mematenkan merek sedini mungkin Membuat perencanaan bisnis yang matang

6/27/159:50:37 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

072 Yansen Kamto Pendiri Kibar Kreasi

Gigit Jari Karena Kurang Teliti Oleh Jaka Perdana

Kecintaan pada suatu bidang bisa menjadi modal kuat dalam berbisnis. Memilih strategic partner yang tepat bisa membuat bisnis Anda berkembang lebih baik. Sibuk pada produk dan mengacuhkan operasional menjadi salah satu penyebab jatuh bangunnya bisnis Yansen Kamto.

Seiiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) muncul pula para start up teknologi di negeri ini. Selain itu, diiringi pula kemunculan advertising agency yang bergerak di dunia digital. Salah satunya adalah Kibar Kreasi yang pendiri­ nya adalah Yansen Kamto.

Sebelum mendirikan Kibar Kreasi dan membantu banyak start up untuk berkembang, pria berkacamata ini ternyata punya banyak cerita kegagalan dalam membangun usaha. Memang, awalnya dia pernah bekerja dulu di agensi advertising (periklanan).

Setelah itu, dia mendirikan advertising agency sendiri bersama kawannya yang berakhir dengan kegagalan.

Tidak tanggung-tanggung, kerugian yang ia derita akibat terkena tipu mencapai Rp 1,3 miliar.

Hikmah yang bisa diambil dari kejadian tersebut adalah biar bersama teman atau saudara sekalipun, minimal harus ada perjanjian bisnis, jangan tidak ada sama sekali. “Sebabnya, bisnis itu berhubungan dengan uang, dan seseorang bisa berubah karena uang.

Jangan hanya berbasis kepercayaan dan kekeluargaan semata,” kata Yansen. Dia pun menganjurkan agar terdapat dokumentasi, hitam di atas putih. Untuk tahap awal, pebisnis mungkin tidak perlu langsung ke notaris. “Tapi, setelah berkembang lebih lanjut, silakan diproses secara resmi dan sah secara hukum,” saran Yansen.

Setelah mengalami kegagalan tersebut, sekitar satu tahun kemudian, Yansen kembali membuat sebuah perusahaan agensi periklanan kembali. Kali ini, ia menggaet investor, sehingga dari segi perjanjian terlihat jelas. Awalnya Yansen merasa nyaman dengan kehadiran investor ini. Yang dilupakannya, investor itu bukan hanya memberikan modal semata, tetapi mengharapkan timbal balik.

Ternyata, ekspektasi antara Yansen dan investor berbeda. Sang investor selalu mengejar dan bertanya kapan untung. Akhirnya, ia justru menjadi stres dan tidak fokus untuk berbisnis. Setelah dirasa tidak akan berhasil, maka usaha advertising ini pun tutup. Hikmah yang bisa diambil, carilah bisnis yang orang lain butuh dan bisa menyelesaikan masalahnya. Mungkin hal ini juga dilupakan oleh para start up, mereka fokus

055-088 main story.inddJULI_T-072.PDF 72 15997805_MARKETEERS 1

pada pengembangan produk, melupakan sisi bisnisnya. Dengan kata lain, kreatif namun tidak produktif.

“Dengan hanya fokus pada produk saja, konsentrasi mereka pada manajemen perusahaan, seperti sumber daya manusia, finansial, dan lainnya menjadi kurang.

Di sinilah peran perusahaan ventura, yaitu dengan melengkapi berbagai kekurangan yang ada di start up dalam hal manajemen bisnis,” ujar GDP Venture Marketing Research & Strategy Head Matthew Airlangga.

Munculnya fenomena start up teknologi seiiring perkembangan teknologi merupakan hal yang tidak terelakkan. Matthew melihat bahwa tren ini tidak hanya dipicu secara lokal, tetapi juga secara global.

Tidak hanya soal hardware, tetapi juga software.

Jadi tidak aneh jika kemudian banyak mencoba jalur teknologi sebagai salah satu laha usaha baru mereka, tidak terkecuali Yansen.

Dari berbagai pengalaman itu, satu hal yang harus dipegang ketika berbisnis hasilnya, baik itu produk atau jasa idealnya memberi solusi atau dibutuhkan oleh orang banyak. Otomatis, kalau bisa menyelesaikan solusi, orang-orang akan datang dengan sendirinya. Artinya, kita tidak bisa asal berbisnis hanya karena ingin untung atau bahkan sekadar mengikuti tren yang sedang booming. Singkat kata, sebuah produk harus memiliki segmen serta target yang jelas, dan bisa menjawab hasrat dan kegalauan konsumen.

Setelah bisnis berjalan dan menampakkan hasil, bisa dipertimbangkan untuk mencari mitra yang pas.

Tujuan dari mitra tersebut utamanya harus sepakat untuk mengembangkan bisnis. Dalam mencari rekan kerja, Yansen pun menganjurkan untuk mencari strategic partner. Maksudnya, mereka berperan sebagai mentor, investor, atau rekan yang bisa mengisi satu sama lain.

Sebagai contoh, salah satu rekan start up Kibar Kreasi yang membuat sebuah aplikasi donor darah.

Siapa yang bisa dijadikan partner? Pasti tidak jauh dari bidang yang sama, yaitu Palang Merah Indonesia. “Jadi, memang harus nyambung dengan apa yang kita kerjakan. Pada intinya, kita harus mencari partner yang memiliki visi sama dengan usaha kita,” tegas Yansen lagi.

TIPS Bisnis jangan sekadar mengikuti tren Mencari strategic partner yang bisa saling mengisi Ada kesamaan visi dengan investor

6/27/159:50:38 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

073 Odi Anindito Pendiri Coffee Toffee

Mengacuhkan Budaya, Salah Dalam Menawarkan Oleh Dilla Ibdita

Sebagus apa pun produk yang Anda tawarkan tidak akan berhasil jika Anda salah dalam menjualnya.

Ditambah lagi jika Anda tidak mengenal perilaku konsumen. Hal inilah yang sempat membuat nama Coffee Toffee terbenam beberapa saat.

Memulai sebuah usaha tidak bisa dilakukan tanpa strategi. Banyak entrepreneur yang memulai usaha dengan bermodalkan kepercayaan diri sehingga tidak segan-segan mengambil risiko dan berujung pada kebangkrutan. Hal inilah yang sempat terjadi pada salah satu chain coffee shop Indonesia, Coffee Toffee.

Deng­an penuh keberanian dan gagasan bahwa Indonesia adalah salah satu produsen kopi terbesar di dunia, Odi Anindito mulai membangun bisnis ini. .

Misi awal Odi mendirikan Coffee Toffee adalah menyajikan kopi Indonesia dengan harga terjangkau. Di tengah serbuan kopi franchise internasional, Coffee Toffee berambisi menjadi jawara kopi lokal.

Kampanye awal yang dilakukan adalah ‘Yes, I Drink Indonesia Coffee’. Kampanye ini tidak lagi bicara mengenai biji kopi atau varietas kopi, tapi mengenai pride mengonsumsi kopi dalam negeri.

Namun, karena keterbatasan modal, Coffee Toffee awalnya memilih booth sebagai lokasi penjualan produk. Semula, keterbatasan modal memang berbuah manis. Popularitas Coffee Toffee membludak dan menjadi buah bibir. Desain booth dan kemasan yang bagus serta harga yang terjangkau menjadi alasan mengapa Coffee Toffee versi booth digandrungi, sehingga berhasil mencatatkan penjualan yang fantastis pada tahun pertama.

Sayangnya, hal ini tidak berlangsung lama. Seiring waktu berjalan, perilaku konsumen berubah. “Konsep take away ini memang menimbulkan buzz di awal.

Tapi, kami melupakan bahwa konsep take away tidak relevan di Indonesia,” katanya. Singkat kata, meski memiliki produk yang baik, cara penjualan yang salah mengakibatkan produk Coffee Toffee tak laku di pasar.

Ya, Odi gagal menangkap budaya ngopi masyarakat Indonesia yang menjadikan kopi sebagai social drink.

Dengan posisinya sebagai minuman sosial, kopi mau tidak mau harus dilengkapi dengan fasilitas untuk berdialog dan berkumpul.

Jacky Mussry, Senior Vice President MarkPlus, Inc. mengatakan, masyarakat Indonesia, by default, memang memiliki budaya kongkow yang tinggi. “Sejak dulu memang highly social dan lekat dengan budaya kumpul-kumpul. Sehingga, apakah itu kopi, teh, atau apapun, harus ada unsur socializing di dalamnya,” ka-

055-088 main story.inddJULI_T-073.PDF 73 15997805_MARKETEERS 1

tanya.

Selain itu, faktor lain seperti gagalnya mengatur cash flow dan pecahnya kongsi dengan mitra bisnis membuat Coffee Toffee semakin terpuruk. “Dari lokasi, manajemen, customer, hingga konsep saat itu memang bermasalah,” Kata Odi. Namun ia menekankan bahwa kegagalannya tidak pernah disebabkan oleh produk. Dengan prinsip menyajikan kopi terbaik dengan harga bersaing, kopi selalu menjadi titik sentral yang dipegang agar Coffee Toffee dapat bangkit kembali.

Menyimpulkan pengalaman gagal yang pernah dialaminya, terdapat dua pesan yang diberikan Odi untuk para entrepreneur yang baru mulai menjalankan usaha. Pertama, berikan 100% fokus Anda atau tidak sama sekali. Ada beberapa tipe pengusaha yang bisa menjalankan banyak perusahaan. Tapi untuk yang memulai dari nol, kita perlu memberikan fokus 100%.

Ketika bisnis sudah stabil, sudah bisa membayar CEO, barulah kita bisa memulai bisnis yang lain. Kedua, hanya menjual produk yang Anda sendiri ingin beli atau pakai. Posisikan diri sebagai customer.

Namun, itulah cerita lalu. Kini jaringan Coffee Toffee sudah tersebar dengan lebih dari 150 gerai di seluruh Indonesia. Bangkit kembali menggunakan konsep gerai dengan tempat duduk dan mengobrol berhasil mengakomodasi kebutuhan ngumpul orang Indonesia.

Coffee Toffee pun sukses menjadi pemain lokal yang punya nama di negeri sendiri. Jaringan diperluas dengan cara franchise, namun dengan ekstra kontrol.

“Franchise itu bagus. Tapi bisa berantakan ketika kita tidak mengontrol. Jadi setiap gerai tetap harus dimaintain,” ujar Odi. “Yang pasti, kita harus melihat dari kacamata customer. Jika kita sendiri tidak mau membeli produk kita, apalagi orang lain?” kata Odi.

TIPS Melakukan segmentasi dan targeting sebelum memulai bisnis Melihat dari kacamata customer, peka, dan adaptif terhadap budaya konsumen

6/27/159:50:38 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

074 Afit Dwi Purwanto & Lucy Wiryono Holycow Steakhouse by Chef Afit

Pecah Kongsi, Bangun Usaha Kembali Oleh Saviq Bachdar

Pecah kongsi sering terjadi dalam berbagai bisnis. Masing-masing pihak pun berusaha untuk mempertahankan eksistensinya di pasaran. Butuh usaha besar dalam menciptakan kembali diferensiasi yang unik paska berpisah.

Nama Holycow beberapa tahun belakangan ini cukup menjadi top of mind di benak konsumen, khususnya ketika Anda ingin menikmati steik wagyu dengan harga terjangkau. Di balik nama yang mulai besar itu, ada sosok Afit Dwi Purwanto yang berusaha untuk memasyarakatkan wagyu for everyone. Meski tidak ada latar belakang sebagai juru masak, Afit merajut bisnis kuliner itu bukan hanya dilandasi atas kecintaannya terhadap makanan. Lebih dari itu, ia sejak lama bercita-cita untuk bisa menciptakan lapangan kerja bagi orang lain.

“Saya bukan berasal dari keluarga pebisnis atau pengusaha. Paling, dulu kakek saya memiliki usaha sabun di Purworejo. Itupun level Usaha Kecil Mene­ ngah,” kata Afit, membuka percakapan dengan Marketeers di salah satu restorannya yang terletak di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan.

Perjalanan karier Afit hingga menjadi seorang entrepreneur seperti saat ini bukanlah diperolehnya dalam waktu semalam. Banyak lika-liku yang terjadi

055-088 main story.inddJULI_T-074.PDF 74 15997805_MARKETEERS 1

di dalam kehidupannya, yang bahkan mematahkan semangatnya menjadi seorang pengusaha. Apalagi, Afit juga menghadapi hadangan itu dari orang tuanya, khususnya ayahnya yang menginginkan Afit untuk menjadi seorang profesional dengan gaji yang pasti dan fasilitas yang memadai. “Dari kuliah, saya selalu ingin independen. Gak mau jadi buruh orang lain. Saya punya tekad bulat untuk jadi pengusaha,” tegas Afit.

Tekad menjadi pengusaha ini mulai ia rintis sejak masih menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trisakti. Saat itu, Afit pernah menjual kaus distro sablonan. Bahkan, kaus yang ia buat itu sempat dipa­ kai oleh salah satu VJ MTV Indonesia. Namun sa­yang, Afit tidak pandai memutar uang lantaran terpeng­aruh gaya hidup anak remaja saat itu. Singkat kata, manajemen ke­uangan menjadi penyebab runtuhnya bisnis Afit tersebut.

Setelah menikah dengan Lucy Wiryono, Afit pun makin mantap berbisnis. Ia pernah berbisnis kripik dan mendirikan trading company. Tapi, keduanya

6/27/159:50:39 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

075 ber­akhir dalam kegagalan. Bahkan, pada tahun 2004, Afit mengaku tertipu lebih dari Rp 300 juta. Dari dua kegagalan itu, ia mendapatkan dua pelajaran. Pertama, terpatok pada upaya meraih keuntungan besar dengan cepat. Kedua, tidak memahami seluk-beluk bisnis yang ditekuni.

Ada Dua Holycow Desember 2009 menjadi tonggak sejarah bagi Afit untuk kembali menjajal peruntungan di dunia bisnis.

Berbekal hobi makan steik yang dikombinasikan an kemahirannya meramu masakan di dapur, deng­ brand Holycow pun akhirnya lahir. Dengan mengusung jargon wagyu for everyone, Afit ingin memasyarakatkan wagyu agar familier di lidah konsumen Tanah Air. Warung pertama terletak di Jalan Radio Dalam, di depan sebuah bengkel kaca mobil. Enam bulan berselang, Holycow berhasil membuka gerai permanennya di Senopati berkat kredit investasi yang diperoleh dari perbankan.

Klise memang, jika visi dan misi yang tidak sama menjadi alasan untuk berpisah. Tapi, kenyataan pahit itu yang akhirnya dialami pula oleh Holycow. Pada Mei 2012, pihak Afit dan mitra bisnisnya sepakat untuk tidak lagi melanjutkan kerja sama, dan kedua belah pihak membesarkan merek ‘Holycow’ nya masing-masing. “Kalau sudah tidak percaya dengan rekan bisnis, itu berat. Pecah itu berat, tapi lebih berat lagi, kalau terus bersama tapi saling tidak percaya,” papar Lucy yang bertugas sebagai Marketing & Communication Manager dari bisnis suaminya ini.

Lucy melanjutkan, pemisahan pun dilakukan secara profesional dengan menggunakan jasa mediator bersertifikat dan notaris agar pembagian kepemilikan saham tercatat sah. Akibat hal itu, Afit mesti menanggung biaya pinalti dari ditutupnya gerai pertama Holycow di Singapura. Afit juga mesti membayar utang ke suplier. Meski sama-sama menggunakan nama Holycow, Afit mesti melahirkan sebuah brand baru yang berbeda dari milik mitranya itu. Termasuk, tidak lagi menyebut gerainya sebagai TKP (Tempat Karnivora Pesta), melainkan menggantinya menjadi CAMP (CArnivores Meat-ing Point).

Untuk meningkatkan brand awareness, Afit melakukan sayembara logo bertajuk PEMILGO (Pemilihan Logo). Logo itu pun dibuat dan dipilih secara voting oleh netizen. Akhirnya, Pada Oktober 2012, Holycow Steakhouse by Chef Afit pun lahir. “Orang tahu Holycow telah pecah kongsi. Ibaratnya, belum ada brand yang ingin operasi plastik, tapi wajahnya dipilih oleh orang lain. Kami berani lakukan itu agar konsumen aware dan menjadi bagian dari kelahiran kami,” papar Lucy.

Lantaran masing-masing pihak memperoleh hak guna merek secara hukum, kedu­anya pun berhak bertarung di pasar. Sehingga, jalan paling jitu yang bisa dilakukan oleh pemilik merek adalah mempertegas logo mereknya. Di sinilah letak menariknya brand Holycow Steakhouse by Chef Afit. Ia memberikan kesa­daran ke masyarakat cara mengerti mana wagyu hasil racikan Afit dan mana yang bukan. Secara gamblang, hal itu ditegaskan dalam brand-nya yang mencantumkan namanya sebagai chef. Artinya, Holycow

055-088 main story.inddJULI_T-075.PDF 75 15997805_MARKETEERS 1

yang lain bukan masakan Afit.

Penggunaan merek yang mirip oleh dua pebisnis yang berbeda bukanlah hal baru yang terjadi di industri makanan dan minuman. Kisah lama yang bisa dijadikan tauladan adalah merek restoran ayam goreng asal Yogyakarta, yakni Ayam Goreng Suharti berlogo wajah perempuan dan Ayam Goreng Ny. Suharti berlogo ayam. Lalu, ada juga merek kripik asal Ban­dung, Maicih, yang kini bercabang dua, dan keduanya pun mengaku asli.

Mulanya, berat bagi Afit untuk menjalani pemisahan itu. Ia mesti menanggung beban dari 28 pegawainya yang memutuskan untuk ikut bersama dirinya.

Dengan hanya memiliki dua gerai saat itu, Afit mesti memberikan shift lebih pendek dan ekstra libur yang lebih panjang kepada pegawainya. “Oversupply pegawai terjadi pada masa awal kami me-reset usaha kembali. Akhirnya, lewat tangan investor, kami membuka gerai baru di Kelapa Gading. Tujuan awalnya, untuk menampung tenaga kerja kami,” timpal Afit.

Kendati sudah berjalan dua tahun paska berpisah, masih banyak konsumen yang belum tahu bahwa ada dua jenis Holycow di Indonesia. Menanggapi hal itu, Lucy bilang pihaknya akan terus mengomunikasikan hal tersebut jika diperlukan. “Kami tidak mau jika kami melakukan hal buruk, mereka akan terkena dampak. Sebaliknya, jika kami melakukan hal yang baik, mereka yang dapat kreditnya. Intinya, kami selalu terbuka soal apa yang terjadi pada kami di masa lalu,” kelakar pembawa acara MotoGP di Trans7 ini.

Menurut Yoris Sebastian, Founder OMG Consulting, suatu kewajaran jika visi dan misi yang tidak sama antara dua pendiri, membuat bisnis pecah.

Bahkan, perusahaan sekaliber Hard Rock Cafe yang didirikan oleh Peter Morton dan Isaac Tigret pun ber­ ujung perpecahan lantaran visi yang berbeda. “Sebuah bisnis memang bisa pecah karena rugi maupun sukses sekali. Kejadian serupa juga terjadi pada Ayam Suharti,” kata Yoris.

Sebagai orang yang mengetahui pertama kali akan kehadiran Holycow, Yoris merasa pecah kongsi yang terjadi pada kubu Afit-Lucy dan Wynda-Wanda dita­ ng­ani dengan baik, dan keduanya pun berjalan sama baik­nya. Ia menekankan, perubahan logo dan nama brand yang dilakukan Afit-Lucy merupakan langkah yang tepat. “Walau mirip, pelanggan Holycow seharusnya bisa membedakan keduanya,” ujarnya.

Yoris pun berpesan agar kedua belah pihak memanfaatkan modal yang ada untuk terus melakukan inovasi seperti saat mereka memulai usaha bersama dulu. “Kuncinya di inovasi dan perbaikan mutu. Usa­ ha sebaiknya adalah naik kelas terus, sehingga para follower yang hanya copy-paste tidak akan berhasil mengejar,” terangnya, Saat ini, Holycow Steakhouse by Chef Afit memiliki 15 gerai dengan rincian sepuluh gerai di Jakarta, dua di Surabaya, dan masing-masing satu di Bandung, Yogyakarta, dan Makassar. Tahun ini, pihaknya akan fokus membangun sistem purchasing terbaru, serta membangun satu central kitchen di Jakarta. Pada semester kedua tahun ini, restoran yang mengimpor 19 ton daging wagyu setiap bulannya itu akan meluncurkan HolyRibs, restoran iga bakar yang terletak di Pang­lima Polim, Jakarta Selatan

FACTS Jangan percaya akan iming-iming profit yang besar. Pahami dulu bisnis Anda sebelum memulai Jika harus berpisah, jangan pernah menyembunyikan sesuatu seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Jujur pada diri sendiri dan orang lain Buatlah diferensiasi yang sulit diduplikasi orang lain

6/27/159:50:40 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

076 Sanny Gaddafi Co-Founder 8villages

Tak Fokus, Gagal di Jalan Oleh Kelik Bayundara

Syarat utama agar bisnis bisa berkembang adalah menjalankan bisnis dengan totalitas. Dengan totalitas ini, pebisnis bisa memahami strategi yang tepat untuk setiap perubahan yang terjadi di pasar.

Bagi start up teknologi, sedari awal perlu menentukan, apakah dimonetisasi sendiri atau dijual.

Ketika demam jejaring sosial Friendster melanda dunia, seorang developer asal Indonesia, Sanny Gaddafi tergerak untuk membuat aplikasi dengan konsep yang mirip dengan Friendster, yakni many to many.

Ia membuat jejaring sosial tandingan bernama FUPEI yang merupakan singkatan dari Friends Uniting Program Especially Indonesian.

Saat anggota jejaring sosial ini sudah mencapai sekitar 200.000 pengguna, Sanny mulai memperta— nyakan masa depan jejaring sosial buatannya. Sanny pun mencari iklan untuk FUPEI ke berbagai merek.

Masalahnya, profil member dari FUPEI terlalu luas dan berasal dari semua kalangan. Saking beragamnya, ia tidak bisa mendeskripsikan siapa saja mereka. “Pihak pengiklan pun tidak tertarik. Dari sini saya belajar bahwa bila ingin membuat aplikasi harus mengetahui segmen yang dituju,” katanya.

Steve Blank, dalam bukunya yang berjudul The Four Steps to the Epiphany: Successful Strategis for Product that Win mengatakan, banyak perusahaan pemula yang kerap melewatkan berbagai langkah krusial saat menjajal pasar. Mereka lupa siapakah konsumen mereka dan mencari tahu apa asumsi mereka.

Sementara FUPEI masih berjalan, Sanny pun membuat website bernama BundaGaul. Member-nya saat itu mencapai 5.000 orang. Berbeda dengan FUPEI, BundaGaul justru menarik banyak pengiklan. Namun, sebagai kaum adam, Sanny tidak menemukan soul dari usaha yang dijalaninya. Sebagai solusi, ia sempat bermitra dengan beberapa perempuan, namun tetap tidak bisa bertahan.

Setelah itu, ia bersama Konsultan Gizi Denny Santoso membangun website bernama Sixreps yang menyasar para penggemar fitness. Pertumbuhan bisnis website ini terbilang baik. Bahkan, Sanny sampai mendapatkan investasi. Namun, karena para pendiri­­

055-088 main story.inddJULI_T-076.PDF 76 15997805_MARKETEERS 1

nya tidak fokus, bisnis ini juga tidak bertahan lama.

Telanjur memiliki karyawan, Sanny pun mempertahankan mereka dengan membuat bisnis lainnya bernama BeautyPlan. Sanny dan Denny menggandeng Zivanna Letisha dan Romeo Reijman. Namun, lagilagi bisnisnya tidak bertahan lama karena tidak fokus dalam menjalankannya. “Kesalahan saya dalam membuat bisnis adalah tidak fokus. Saya terlalu banyak membuat bisnis,” kata Sanny.

Profesor sekaligus Guru New Wave Marketing dari Kellog School of Management Mohan Sawhney pernah mewanti-wanti hal semacam ini. Sahwney memberikan tiga kata kunci agar bisnis bisa tumbuh dengan baik di era digital ini, yaitu fewer, bigger dan bolder. Intinya sebenarnya sama, yaitu fokus. Fokus pada suatu bisnis tertentu (fewer), lalu membesarkannya (bigger), sehingga bisa memiliki kepakaran di bidang tersebut (bolder).

Ketika harus memberhentikan bisnis yang dijalan­ kannya, Sanny tidak menutup begitu saja. Maklum, dia menutup bukan karena faktor tidak memiliki uang.

Beberapa di antaranya karena kalah bersaing dan tidak mendapat partner yang tepat. Sanny mengatakan target adalah hal yang wajib dimiliki. “Kita harus tahu, dua tahun ke depan bisnis kita akan seperti apa.

Setelah itu, pikirkan setahun dari sekarang harus se­ perti apa, mundur lagi 6 bulan, 3 bulan, 2 bulan, dan 1 bulan,” kata Sanny.

Seorang venture capitalist yang berpengalaman dalam memberikan investasi bagi start-up company di Asia tenggara memberikan tips yang serupa. Hendak­ nya, sejak awal para pebisnis start up telah menentukan target bisnisnya: apakah akan dimonetisasi sendiri ataukah akan dijual suatu saat nanti.

Saat ini, Sanny dan rekannya tengah fokus mengembangkan aplikasi untuk para petani bernama 8villages.

6/27/159:50:41 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

077 Social networking yang dibuatnya ini berangkat dari permasalahan yang dihadapi petani. Para petani Indonesia kebanyakan belum melek teknologi. Untuk mengatasinya, platform dari social networking ini dirancang bisa diakses dengan Short Message Service (SMS). Melalui SMS, para petani bisa bertanya terkait permasalahan yang mereka hadapi dalam aktivitas bercocok tanam hingga menjual hasil panennya.

Dilengkapi dengan aplikasi LISA (Layanan Aplikasi Desa), produk ini diharapkan bisa membantu petani dalam menjawab segala pertanyaannya. Agar lebih akrab dengan petani, Sanny memperkenalkan aplikasi ini dengan sebutan Neng LISA. Petani bisa menanyakan apapun terkait pertanian kepada Neng LISA. “Passion dari bisnis ini untuk memperbaiki kehidupan ekonomi para petani dengan cara meningkatkan produksi pertanian mereka,” kata Sanny Respons yang diberikan para petani pun sungguh beragam. Ada yang merasa sangat terbantu karena lebih hemat setelah menggunakan aplikasi buatan Sanny. Ada pula yang merasa senang karena bisa menumbuhkan tanaman kurma di ladangnya setelah bertahun-tahun kesulitan menanamnya. Bahkan, dengan adanya aplikasi ini para petani merasa sangat terbantu karena sawahnya bisa diselamatkan ketika banjir tiba.

Ardhi Ridwansyah, Chief Operations MarkPlus Institute berpendapat, perjalanan bisnis yang dilakoni oleh Sanny menggambarkan proses transformasi yang unik. Ia membagi kisah perjalanan bisnis Sanny dalam

tiga fase. Fase pertama adalah product-centric business, saat Sanny fokus memikirkan konsep produk namun tidak terlalu concern terhadap kebutuhan pelanggan baik pengguna maupun pengiklan. Di fase ini lahirlah proyek komunitas penggemar dan situs jejaring sosial FUPEI. Sebagaimana pengakuannya, Sanny sendiri tidak tahu segmen apa yang ia tuju.

Fase kedua adalah customer-centric business, di mana Sanny dan kawan-kawan sudah menghasilkan berbagai proyek yang secara bisnis cukup potensial, di antaranya ada BundaGaul, Sixreps, dan BeautyPlan.

Meski begitu, karena tidak fokus, proyek-proyek tersebut tidak berjalan optimal. Nah, pertanyaannya, kenapa tidak fokus? Barangkali, sesuai dengan pengakuan Sanny, karena ia tidak menemukan soul dari bisnis-bisnis tersebut sehingga akhirnya hanya dikerjakannya sebagai sambilan.

Fase ketiga adalah human-centric business, yaitu saat Sanny mulai menekuni 8villages. Proyek ini tidak sekadar fokus di aspek teknologi (product-centric), atau sekadar fokus memikirkan aspek bisnisnya (customer-centric), namun juga lahir sebagai bentuk panggilan hati Sanny untuk menjawab permasalahan riil yang dihadapi oleh kaum petani (human-centric).

“Inilah barangkali yang bisa disebut sebagai model Entrepreneurship 3.0, model bisnis yang lahir dari tangan para wirausahawan yang bisa mengawinkan proyek mencari laba dengan cita-cita sosial yang mulia,” nilai Ardhi.

FACTS Fokus membuat perencanaan marketing Bisnis bukan mengejar profit semata, namun bisa menyentuh spirit konsumen

www.bumninsight.co.id

@bumninsight

bumn insight

Wisma ITC, Lantai Dasar Ruang 115-116, Jln. Abdul Muis No. 8, Jakarta 10110 Telp 021 34832534 Fax 021 34832547

@bumninsight 055-088 main story.inddJULI_T-077_BUMN 77 15997805_MARKETEERS INSIHGT.PDF 1

bumn insight 6/27/159:50:41 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

078 Riana Bismarak Pemilik BelowCepek.com

Salah Strategi Harga Bisa Berakibat Fatal Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz

Berbisnis dengan modal nekat itu tidak salah.

Hanya saja, jangan menunggu terlalu lama untuk membuat sebuah perencaanan bisnis. Bukan hanya itu, pembangunan merek pun harus dipikirkan sedari awal.

Sebelum Riana Bismarak membangun belowcepek. com ini, ia pernah gagal membangun toko offline yang hanya bermodalkan iseng di Bali. Namun, kala itu ia sudah memberikan produk pakaiannya dengan label Triple F. Hanya saja, ketika itu Riana yang berdomisili di Jakarta kesulitan untuk mengurus manajemennya, sehingga usaha ini kandas.

Selanjutnya, Riana mulai mencoba peruntungan dirinya dengan mengikuti bazar. Tujuannya untuk mengetahui seperti apa karakter konsumen. Bermodal itu, ia membuka toko dengan mengusung label yang sama di ITC Ambassador, Jakarta.

Brand Triple F tersebut Riana bangun sebagai

055-088 main story.inddJULI_T-078.PDF 78 15997805_MARKETEERS 1

produk yang terjangkau dengan kualitas yang sangat baik. Namun siapa sangka jika kualitas yang bagus bukanlah prioritas di ITC. Konsumen hanya melihat model dan harga murah. Maka pemain yang mampu memberikan harga paling murahlah yang menang.

Sementara, pesaing terus-terusan menurunkan harga.

Riana pun merasa kondisi pasar mulai tidak sehat.

“Saat itu saya tidak membaca kondisi pasar yang belum siap dengan produk saya. Selain itu, saya menjual sesuatu yang hampir sama dengan pesaing. Diferensiasi yang ditawarkan tidak kuat ditambah kanal distribusi yang belum maksimal. Saat itu, promosi hanya ditunjang dengan Facebook,” tutur Riana.

6/27/159:50:42 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

079 Akhirnya, Riana menutup tokonya di ITC dan memutuskan untuk membuat marketing plan yang lebih mendetil, mulai dari positioning, diferensiasi, dan branding. Riana pun melakukan riset guna mengetahui fesyen di Indonesia.

Hal tersebut senada dengan konsep yang diyakini oleh MarkPlus Inc. Diferensiasi sebagai alat mengintegrasikan konten (what to offer), konteks (how to offer), dan infrastruktur (enabler) penting untuk diperhatikan. Diferensiasi yang kuat tentunya akan membangun daya saing sebuah merek di dalam persaingan.

Setelah melakukan riset, terdapat kecenderungan pada konsumen produk fesyen di Indonesia. Untuk konsumen kelas A, kecenderungan mereka berbelanja adalah di luar negeri. Jika mereka belanja di dalam negeri, mungkin hanya untuk mendapatkan undang­ an dari merek tersebut. Untuk kelas B sampai B+, konsumen ini masih mampu membeli baju bermerek sekelas Zara dengan harga Rp 499.000-599.000 tanpa diskon. Tapi, untuk kelas C ke B, akan membeli baju Zara ketika musim diskon tiba.

Lantas bagaimana jika tidak ada diskon? Jika kita jeli, sebenarnya pasar yang paling besar di Indonesia saat ini adalah kelas konsumen C sampai B. Namun, sayangnya mereka tidak masuk dalam radar desainer fesyen lokal Indonesia “Akhirnya saya memutuskan untuk berkonsentrasi di pasar C ini saja. Dari pengalaman tersebut, saya belajar bahwa tidak bisa saat ini kita hanya fokus menjual produk tanpa ada upaya branding. Karena semua orang tentu bisa menjual baju, lalu mengapa pelanggan harus memilih produk Anda? Branding dan diferensiasi yang kuatlah yang mampu menjawab,” ucap mantan Corporate Director Waterbom di Bali dan Jakarta ini.

Memang, Bisnis fesyen sangat erat terkait dengan gaya hidup. Artinya, tren yang sedang ada di pasar sangat menentukan pengambilan keputusan konsumen dalam membeli produk fesyen. Selain tren dan kualitas produk, harga juga menjadi salah satu penentu pemilihan produk. Terutama, bila produk fesyen itu menyasar kaum perempuan sebagai target utama.

Berbekal dari hasil risetnya inilah Riana meluncurkan BelowCepek.com. Dengan modal sekitar Rp 100 juta, Riana ingin bersaing dengan merek asal Tiongkok dan Bangkok yang justru sudah lebih dulu menggarap pasar segmen C di negara ini. Strategi Riana adalah harga harus di bawah produk Tiongkok. Namun, bukan berarti mengesampingkan kualitas. Untuk menyaingi produk Tiongkok dan Bangkok, Riana menilai harus membangun WOW! factor yang tepat.

Dipilihlah harga produk di bawah Rp 100.000.

“Bisa dipastikan produk BelowCepek.com yang dijual memiliki kualitas bahan yang bagus. Soal kualitas, harus masuk ekspektasi pelanggan. Namun soal harga, harus ada WOW! Factor di dalamnya. Sehingga sampai detik ini, semua barang harus saya kurasi,” jelasnya.

Untuk itu, hal pertama yang Riana lakukan adalah mencari produsen baju dengan kualitas yang baik.

Hingga saat ini telah terkumpul sekitar 70 produsen yang menyuplai baju untuk BelowCepek.com. Mereka tersebar di Jakarta, Tangerang, Jogja, dan Bali.

055-088 main story.inddJULI_T-079.PDF 79 15997805_MARKETEERS 1

Selain itu, BelowCepek.com juga harus memantau tren. Karena bukan trendsetter, BelowCepek.com harus tetap mengikuti perubahan. Info mengenai tren terkini bisa diperoleh dari komunitas di media sosial.

Cara lain adalah melakukan riset sendiri dengan mendatangi beberapa mal dan melihat tren baju saat ini.

Kunci lain dalam berbisnis harus membangun efisiensi operasional. Untuk itu, pemain harus sadar pentingnya merancang business plan dari awal dan tentukan arah dari merek tersebut agar dalam proses tidak terjadi pemborosan biaya yang tidak perlu.

Apalagi, BelowCepek.com tidak memiliki investor dan bermodal minim. Bahkan setiap 2 tahun sekali, me­ reka pindah kantor yang sesuai dengan kondisi keuang­an berjalan. Sebab itu, BelowCepek.com tidak bisa mengiklan di area publik. “Kuncinya, harus membuat sebuah nama yang catchy di mata masyarakat sebelum meluncurkan usaha. Keuntungannya, dapat mengurangi biaya untuk upaya membangun brand awareness,” jelasnya.

Saat ini, BelowCepek.com biasa melayani 1.000 pesanan baju setiap bulannya. Memang, marjinnya tidak besar. Namun bisnisnya yang sudah berjalan 4 tahun ini mengalami pertumbuhan 100% setiap tahun.

Bisa dibayangkan berapa omzet yang diterima Riana setiap bulannya jika harga yang ditawarkan adalah Rp 99.000.

Yang jelas, Riana tidak khawatir dengan para kompetitor besar dengan suntikan dana dari berbagai investor. Baginya, pengusaha jangan sibuk mencari investor dan lupa untuk jualan. Perhatikan terus setiap alur bisnis dan menjaganya secara konsisten. Dan, jangan lupa untuk membaca peluang serta kondisi pasar.

Pada intinya, pesan Riana melalui BelowCepek. com adalah bagaimana wanita Indonesia dapat memakai fesyen buatan Indonesia. “Untuk mencapai hal itu, hanya internet solusinya. Mimpinya, saya bisa membesarkan brand ini sebesar Zara, Uniqlo, H&M, dan lainnya,” kata Riana.

FACTS Tepat memilih segmen yang disasar Memikirkan positioning, diferensiasi, dan branding sedari awal

6/27/159:50:43 10:58 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

080 Yasa Singgih Pemilik Men’s Republic

Keliru Membaca Pasar Oleh Ramadhan Triwijanarko

Ekspansi menjadi langkah yang sah-sah saja untuk mengembangkan bisnis. Tapi, kalau sekadar asal jalan, bisnis pun buyar di kemudian hari. Membaca pasar menjadi hal fundamental bagi orang ketika mau memulai usaha. Minimal melakukan analisis pada bauran pemasaran. Inilah yang dialami Yasa Singgih.

Niatnya ingin menjajal bisnis lain, tetapi ternyata gagal. Inilah yang dialami oleh Yasa Singgih, pendiri bisnis pakaian pria Men’s Republic. Bisnis Men’s Republic ia besut mulai tahun 2011, saat ia masih berusia remaja. Merasa mulai menikmati kesuksesan bisnis ini, Yasa pun berpikir untuk melakukan ekspansi bisnis dengan menjajal bisnis kafe.

Pada tahun 2012, Yasa Singgih mendirikan sebuah kafe Ini Teh Kopi di bilangan Kebon Jeruk, Jakarta.

Kafe ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Yasa. Apalagi, saat itu, bisnis kafe sedang booming, khususnya di kalangan anak muda. Melihat tren tersebut, Yasa makin optimistis menjalankan roda bisnis kafenya.

Optimisme di awal tersebut didukung oleh potensipotensi yang ia dan kafenya punyai. Pertama, Yasa memiliki lingkaran pertemanan yang siap mendukung bisnisnya ini. Kedua, ia gencar berpomosi. Ketiga, lokasi kafenya terletak di lingkungan yang padat dan mudah dikenali. Keempat, dia memiliki menu andalan, yakni roti bakar dan milk shake.

Sayangnya, optimisme tersebut meredup pada bulan keempat bisnis kafe itu berjalan. Kesuksesan yang ia bayangkan dengan sederet potensi tadi ternyata tidak kunjung tiba. Kafenya sepi. Ia mulai pesimistis dan niat menutup kafe selalu menjadi bayangan yang menghantuinya. Kesimpulannya, Yasa telah melakukan kesalahan dalam membaca pasar saat itu.

Ia mulai mengevaluasi proses menjalankan bisnisnya itu. Produk menjadi sasaran pertama evaluasinya.

Menurutnya, menu yang disajikannya tidaklah salah karena sesuai dengan segmen yang ia bidik, yakni anak muda. Menu seperti kopi, susu, teh, roti bakar, dan pisang bakar, diklaim sebagai menu yang digandrungi anak muda saat kongkow di kafe.

Tapi, ia menyadari kualitas rasa menu yang ia sajikan memang kurang istimewa. “Saya memang mela­tih para juru masak, tapi saya sendiri juga tidak paham memasak. Jadilah rasanya asal-asalan dan tidak istimewa,” ujar Yasa. Namun, benarkah kualitas rasa yang menjadi permasalahan utama? Baginya, rasa bisa diperbaiki. Tapi mengapa pengunjung yang pernah datang, tidak kembali lagi ke kafenya? Padahal, akunya, ia sudah berkali-kali memberikan promo dalam rupa diskon maupun gratisan.

Akhirnya, ia menemukan masalah tersebut, yakni lokasi kafe. Lokasinya memang tergolong padat dan

055-088 main story.inddJULI_T-080.PDF 80 15997805_MARKETEERS 1

mudah dikenali. Sayangnya, kafenya berada di posisi sulit untuk dijangkau konsumen karena berada di jalur yang sering dilanda kemacetan. “Selain macet, peng­ unjung juga kesulitan untuk mencari parkir. Akibatnya, mereka malas untuk mampir ke kafe,” katanya.

Akhirnya, kafe yang ia dirikan gulung tikar pada bulan kesepuluh. Yasa menyadari kesalahannya terletak pada “abainya” pada pentingnya bauran pemasaran atau marketing mix yang digagas oleh Bapak Pemasaran Modern Philip Kotler.

Yasa tergolong rapuh dalam mempertimbangkan bisnisnya dari segi 4P, yakni Product, Price, Promotion, dan Place. Padahal, bauran pemasaran ini pen­ ting agar bisnis yang dijalankan secara dasar berpotensi untuk sukses. Dalam bauran itu, sebuah bisnis perlu membuat penawaran yang menarik serta taktik yang tepat dalam mendistribusikan dan mempromosikan produknya. Hal ini tentunya didukung dengan produk itu sendiri yang harus bagus lebih dahulu. Dari keempat elemen dasar tersebut, bisnis kafe tersebut masih lemah.

Dari pengalaman itu, akhirnya Yasa kembali fokus menggarap Men’s Republic. Ia merasa lebih memiliki kompetensi menggarap bisnis pakaian yang ia lakukan sejak duduk di bangku SMP. Singkat cerita, pada tahun 2013, ia mulai fokus pada mode pria. Setahun berikutnya, Men’s Republic dipasarkan sebagai produk khusus pria dengan kualitas premium tetapi berbanderol harga yang sesuai dengan di kantong anak muda. Dan, dia bisa meraup keuntungan besar dengan bisnisnya sampai sekarang.

FACTS Melakukan analis berdasarkan marketing mix Bisnis bukan sebatas produk, tapi juga menjalankan operasional dengan baik

6/27/159:50:43 10:58 AM 6/29/2015 AM

165 nextdev Iklan_Marketeers rev.pdf

1

6/26/15

3:44 PM

DIGITAL CREATIVE INDONESIA COMPETITION 2015

CREATIVE + PRODUCTIVE

KARYA ANAK BANGSA UNTUK solusi INDONESIA

kompetisi aplikasi digital berbasis mobile atau website untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kota untuk mewujudkan Indonesia lebih baik.

hadiah 5m*

Market access, mentoring, marketing, management trip to South Korea, and money.

Ayo ikuti kompetisi NextDev Pendaftaran dibuka sampai 27 Juli 2015

telkomsel.com/nextdev

Siap Mengubah Indonesia Menjadi Lebih Baik Melalui Teknologi? #NextDev #UntukIndonesia Telkomsel @Telkomsel

In collaboration with:

A

I

N S T O

R Y

082 Jaya Setiabudi Pendiri Young Entrepreneur Academy (YEA)

Melihat Kapabilitas, Mengukur Kapasitas Oleh Ramadhan Triwijanarko

Sebagai pengusaha, kita harus mengetahui kapasitas yang ada di dalam bisnis kita. Jangan sampai ekspansi yang berlebihan mengakibatkan cash flow kita menjadi kering. Hal ini yang menjadi pelajaran bagi Jaya Setiabudi.

Jaya Setiabudi menapaki jalan yang berliku hingga bisa seperti sekarang ini. Perjalanannya menjadi seorang juragan, wirausaha, dan motivator tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pengalaman dan mental yang kuat berhasil membawa sosok pria kelahiran Semarang, 42 tahun lalu itu menjadi seperti sekarang ini.

Menjadi pengusaha adalah keinginan Jaya Setiabudi sejak muda. Keinginan itu sudah ada jauh sebelum Jaya Setiabudi tahu bagaimana cara agar menjadi seorang pengusaha. Sempat menimba ilmu ketika bekerja sebagai technical buyer di sebuah perusahaan swasta selama satu tahun, akhirnya Jaya memutuskan untuk menjadi wirausaha. Pertama kali ia mencoba menggeluti bisnis di bidang industrial supply yang menyediakan suplai perlengkapan spare part untuk beberapa perusahaan ternama. Berbekalkan modal Rp 4,5 juta bersama kedua rekannya, bisnis pertamanya berhasil bangkrut dalam waktu tiga bulan saja.

Tak patah semangat, Jaya terus bangkit dan memulai usaha-usaha baru. Kali kedua ini, ia mencoba mengembangkan bisnis yang sama dengan beberapa partner. Kali ini usahanya berbuah manis. Merasa berhasil, Jaya mencoba mengembangkan bisnisnya ke berbagai macam sektor, seperti warung makan, desain grafis, distribusi otomotif. Sayangnya semua bisnis ini gagal. Fokusnya yang tersebar pada beberapa sektor bisnis membuat bisnisnya gagal. Pengelolaan keuang­ an menjadi tercampur aduk sehingga cash flow pun menjadi berantakan.

“Wah, saya ini sering sekali bangkrut. Waktu umur 30 tahunan, saya sudah merugi Rp 1,8 miliar. Tiga tahun lalu, saya merugi Rp 3,5 miliar. Rugi itu sudah biasa buat pengusaha,” ujarnya santai.

Hal senada juga disampaikan oleh rekan bisnisnya dalam situs Yukbisnis.com Fikry Fatullah. Fikry yang mengenal sosok Jaya Setiabudi sejak tahun 2010 ini sempat mengalami beberapa proyek bisnis yang gagal. “Ada beberapa proyek yang gagal akibat faktor di lapangan, salah perhitungan, dan permintaan mitra kerja. Namun kebanyakan akibat produk yang tidak sesuai dengan pasar,” ujar Fikry.

Bagi Jaya, bangkrut adalah sebuah proses untuk bisa merendahkan hati. Menurutnya, bisnis selalu dikelilingi oleh banyak dimensi dan faktor. Bahkan faktor-faktor tersebut terkadang berada di luar kuasa

055-088 main story.inddJULI_T-082.PDF 82 15997805_MARKETEERS 1

manusia.

“Saya membagi faktor tersebut menjadi tiga. Manusia, bumi, dan langit. Faktor manusia dan bumi adalah faktor yang berasal dari kita. Sementara faktor langit adalah faktor yang berada di luar nalar kita,” jelas Jaya.

Setelah melihat perkembangan selama lima tahun belakangan ini, Fikry menilai bahwa Jaya adalah sosok yang sangat aplikatif di lapangan dan selalu berusaha untuk bangkit dari kegagalan bisnis. “Selama bersama Jaya, saya melihat bila terdapat proyek yang gagal dia biasanya langsung melakukan evaluasi dengan seluruh staff dan melakukan penyesuaian terhadap produk-produk yang dianggap tidak sesuai dengan pasar tersebut,” ujar Fikry.

Pada awal-awal dalam berbisnis, Jaya tidak memungkiri bahwa dirinya juga pernah bersikap sombong. Baginya menjalankan bisnis adalah masalah kerendahan hati. Artinya, kesuksesan tidak serta merta harus diikuti dengan gaya hidup yang terlalu foya-foya. “Kebanyakan orang, begitu pendapatannya bertambah, maka gaya hidup akan meningkat. Itu sebenarnya salah,” ujar Jaya.

Satu lagi yang menjadi pelajaran bagi Jaya dalam setiap langkahnya mendirikan sebuah bisnis adalah jangan pernah melompat terlalu tinggi yang hasilnya nanti justru akan menjatuhkan kita. “Melompat boleh, tapi jangan melebihi kapasitas yang kita mampu.

Semua harus kembali kepada kapabilitas dan kemampuan kita,” katanya.

Selain membuat Yukbisnis.com, saat ini Jaya juga mendirikan Young Entrepreneur Academy (YEA).

YEA merupakan lembaga yang memberikan semacam kursus bagaimana menjadi seorang entrepreneur. Jaya pun berharap lembaga ini bisa membantu kelahiran pengusaha baru di Indonesia.

TIPS Melihat kapasitas dan kapabilitas diri sendiri Mampu mengatur cash flow

6/27/159:50:44 10:59 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

083 Danu Sofwan Pemilik Radja Cendol

Lupa Diferensiasi, Gagal Menanti Oleh Jaka Perdana

Menjejali pasar dengan produk yang salah bisa berakibat fatal. Apalagi, jika kita tidak mengerti apa diferensiasi dari produk kita sendiri. Hal inilah yang sempat dialami Danu Sofwan, yang kini menjadi pemilik Radja Cendol.

Siapa sangka jika minuman tradisional seperti cendol bisa menarik banyak perhatian. Adalah Danu Sofwan, pria asal Tasikmalaya yang memiliki ide memodifikasi sebuah minuman cendol dengan sentuhan masa kini.

Ia memberi merek minuman tradisonal itu dengan nama Radja Cendol. Beberapa inovasi yang dilakukannya, mulai dari mengganti santan dengan susu hingga menambah topping dengan coklat, keju dan lainnya. Dalam waktu kurang dari satu tahun, Radja Cendol berhasil melebarkan sayapnya ke seluruh pelosok Nusantara hingga kini telah memiliki lebih dari 550 gerai. Pelebaran sayap yang ia anut menggunakan model franchise, sehingga lumrah jika jangkauannya ada di mana-mana. Namun, kisah sukses Danu tidak terjadi dalam sekejap.

Sebelum membangun Radja Cendol, ia telah menjalankan beberapa usaha lain dan berakhir dengan tragis. “Usaha pertama saya adalah sepatu. Saya tergiur membuka usaha sepatu karena tampak menjanjikan. Saya bertemu dengan seorang kenalan yang bisa membantu dalam memproduksi sepatu dengan jumlah banyak,” ujar Danu.

Sayangnya, kenalan Danu yang menjanjikan usaha sepatu itu raib begitu saja tanpa bisa dihubungi lagi.

Bahkan, orang tersebut juga bukan produsen sepatu, melainkan hanya penghubung antara produsen dan Danu. Uang pun melayang. Satu hikmah yang bisa diambil dari usaha pertama Danu ini adalah merintis usaha jangan terburu-buru.

Gagal menjadi produsen sepatu, tidak menyurutkan. Setelah trauma dengan bisnis sepatu, ia sempat menjajal bisnis lainnya, termasuk bisnis clothing. Kali ini, Danu dapat mewujudkan cita-citanya memiliki brand sendiri. Untuk usaha clothing ini, Danu memilih merek The Kids on Denim.

Namun, kisah kegagalan kembali terulang. Karena tidak mengetahui apa positioning dari produknya, Danu pun tidak tahu siapa yang menjadi target pa­ sarnya. Ditambah lagi keterbatasan modal, dia hanya mampu membuat lima desain baju. Padahal di sisi lain, model atau tren yang sedang disukai pasar sudah berganti.

“Memang, baju itu produk yang tidak akan basi.

Kalaupun rusak, berarti salah memilih tempat pen­ yimpanan. Hanya saja, kalau tidak laku artinya deadstock. Beberapa bulan tidak ada yang beli sama saja

055-088 main story.inddJULI_T-083.PDF 83 15997805_MARKETEERS 1

rugi. Selain itu, baju tidak akan laku bila tidak bisa mendesain sesuai keinginan pasar,” kenang Danu.

Tidak mengenal pasar dan siapa yang menjadi sasarannya. Itu mungkin dua faktor banyaknya pengusaha muda gagal melanjutkan bisnisnya. Beda halnya deng­ an pengusaha kuliner sushi, Dini Utami Putri. Seperti bisnis clothing yang menjamur, Dini memulai bisnis Sushi karena sedang tren. Sebagai diferensiasi, jadilah produk Sushi Rakyat milik Dini sebagai sushi online.

“Yang sering dilupakan pengusaha muda adalah inovasi. Jual kuliner, ya jual saja tanpa ada faktor yang membuat kita jadi unik. Padahal keunikan menjadikan produk diingat oleh orang. Sushi Rakyat menjual keunikan sebagai sushi dengan sistem jual online dan menjadi pionir di bidangnya,” jelas Dini.

Nah, kembali ke kegagalan Danu tadi, pebisnis tentunya harus memiliki diferensiasi. Meski kita hanya berjualan pakaian, diferensiasi adalah harga mati yang harus dimiliki produk apa pun. Selain itu, kita juga harus mengerti tren pasar dari target kita.

Akhirnya, semua pelajaran dari kegagalan Danu selama ini dituangkan pada bisnis cendol. Selama berbulan-bulan sebelum memulai gerainya yang pertama, Danu membuat konsep bisnis dari A sampai Z. Tidak hanya itu, ia sibuk berkeliling dan menjajal cendol yang dianggap terkenal di kawasannya. “Saya melawan arus dengan membuat cendol yang dimodifikasi.

Saya tidak ingin ikut arus pasar minuman yang sedang tren seperti minuman agar-agar dan jeli,” tegas Danu.

TIPS Mengerti tren pasar dan bisnis yang kita jalani Membuat diferensiasi dari produk yang kita miliki

6/27/159:50:45 10:59 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

084 Rizka Wahyu Romadhona Pemilik Lapis Bogor Sangkuriang

Kelola Tak Tepat, Bisnis pun Tutup Oleh Septi Wijayani

Mengelola bisnis memang tidak segampang membalik telapak tangan. Butuh perencanaan yang matang. Termasuk dalam mengelola produk, keuangan, dan kemitraan. Bila pengelolaannya kacau, bisnis pun ikut kacau. Rugi di depan mata dan gulung tikar pada akhirnya.

Gagal dalam berbisnis lantaran tak mampu mengelola dengan baik dialami oleh Rizka Wahui Romadhona.

Pada tahun 2011, Rizka membangun usaha bakso bersama suaminya.

“Penjualan kami awalnya bagus. Namun, karena manajeman yang kurang baik membuat performa kami menurun. Jujur saja, kami rasa semakin hari tidak ada inovasi dari kami,” kata Rizka.

Gagal dengan usaha bakso, Rizka dan suami kembali mencoba peruntungan dengan membuka usaha cendol hingga ayam goreng. Namun, usaha tersebut tidak berlangsung lama. Rizka menyadari kala itu dirinya hanya sekadar berjualan tanpa memperhatikan apa yang menjadi unique selling dari produk yang ditawarkannya. Jadi, tidak heran bila usahanya itu kembali mengalami kegagalan.

Untuk itu, ia mengangkat konten lokal berupa lapis talas untuk usaha barunya itu, yaitu Lapis Bogor Sangkuriang. “Kami mulai memperbaiki pro­ses bisnis internal. Kami memberi perhatian terhadap inovasi-inovasi, kualitas produk, pelayanan hingga manajemen di Lapis Bogor Sangkuriang,” katanya.

Dengan kegigihannya, Lapis Bogor Sangkuriang yang dibangun dengan modal awal Rp 500.000 ini telah dikenal masyarakat sebagai oleh-oleh khas Bogor. Rizka membanderol produknya dengan harga Rp 28.000−33.000 per kotak. Setiap hari, ia mampu menjual lebih dari 1.000 kotak.

Robert G. Cooper dalam bukunya berjudul Winning at New Products memaparkan empat alasan kegagalan produk baru. Keempat alasan tersebut, yaitu kurangnya riset marketing, masalah teknis, usaha marketing yang tidak cukup, dan bad timing. Melihat kasus yang dialami Rizka, kegagalan demi kegagalan yang dialaminya karena Rizka hanya sekadar menjual apa yang mereka yakini akan laku di pasar. Padahal, Rizka seharusnya melakukan riset marketing.

Bila ingin produk sukses, Cooper menyarankan untuk membuat produk yang unik. Produk harus memiliki diferensiasi. Usaha bakso, cendol, dan ayam goreng yang pernah ia jajal tidak bertahan lama karena ia mengaku produknya tidak banyak menawarkan inovasi kepada konsumen. Produk yang dijual tidak memiliki keunikan dengan produk lain. Sementara itu, usaha Lapis Bogor Sangkuriang ini ia pikirkan secara

055-088 main story.inddJULI_T-084.PDF 84 15997805_MARKETEERS 1

matang-matang dengan mengunggulkan produk talas yang inovatif.

Yosanova Savitry, Engagement Manager of MarkPlus Consulting menambahkan, jika pengusaha tidak bisa menjadi yang pertama dalam berbisnis, berusahalah untuk menjadi yang terbaik. Selain itu, manajemen bisnis juga harus dirancang dan dilaksanakan dengan seprima mungkin. Termasuk ketika membang­ un sebuah kemitraan.

“Jika mereka tidak sanggup jadi yang terbaik, jadilah berbeda! Menjadi berbeda membuat mereka terlihat,” katanya. Dus, diferensiasi adalah sesuatu yang mutlak bagi bisnis apapun saat ini. Bukan hanya UKM, perusahaan besar juga dituntut kreatif dalam berinovasi untuk menjadi unik.

“Tentu saja diferensiasi Anda harus relevan dengan pasar. Inilah jalan untuk mendobrak pasar yang sudah ramai berjejalan. Namun, Anda tetap perlu berhati-hati. Tiap saat pesaing bisa saja meniru Anda dan sekejap Anda menjadi sama dengan yang lainnya.

Sekarang unik, besok belum tentu. Walaupun menjadi “berbeda” itu mutlak perlu, “berbeda” tetap tidak bisa selamanya,” tandas Yosanova.

TIPS Bikin perencanaan matang dan pengelolaan profesional Fokus pada satu bisnis Produk yang dijual harus memiliki diferensiasi

6/27/159:50:46 10:59 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

085 Sekolah Kewirausahaan

Dalam Pendidikan Kewirausahaan, Negara Harus Terlibat Langsung Oleh Ign. Eko Adiwaluyo

Masa depan suatu negara bisa dilihat dari jumlah wirausahawan yang ada di negara itu. Untuk mencetak para entrepreneur, campur tangan langsung dari pemerintah sangat diperlukan.

Bagaimana dengan negara ini?

Selain ketangguhan, hal menarik lainnya adalah jumlah UKM yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

Data resmi jumlah UKM yang diupdate di situs Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah pada tahun 2012 mencapai 56,5 juta unit usaha. Secara komposisi, jenis usaha mikro masih terbesar, jumlahnya mencapai 55,8 juta. Dengan jumlah yang sebanyak ini, bisa dikatakan UKM justru menjadi pasar bagi para sekolah-sekolah atau institusi pendidikan nongelar yang menawarkan cara menjadi entrepreneur sukses.

Pertanyaannya, seberapa perlu orang yang ingin menjadi wirausaha mengikuti pendidikan atau pelatihan tentang kewirausahaan? Apalagi, fakta menyatakan bahwa banyak pengusaha sukses di dunia ini yang muncul tanpa pernah mengikuti sekolah entrepreneurship. Para pebisnis sukses ini lahir karena mereka memiliki ketekunan dalam belajar lewat pengalaman. Namun, tentunya itu memerlukan waktu yang lama. Sehingga, dalam pendidikan kewirausahaan yang ditanamkan adalah akselerasi pengalaman dan pola pikir. Menularkan pola pikir dan perilaku para pebisnis sukses ke para calon pengusaha.

Sekarang ini, banyak institusi yang menyediakan modul-modul pelatihan berbisnis. Beberapa di antaranya tidak saja memberikan teori, tapi juga dilengkapi dengan praktik simulasi. Salah satu yang bisa disebut sebagai contoh adalah Universitas Ciputra Entrepreneurship Centre (UCEC).

UCEC telah meluncurkan program pembelajaran dalam format Massive Open Online Cource (MOOC).

Format pertama dari MOOC berjudul Entrepreneurship Ciputra Way, lalu disusul dengan format kedua yakni pembelajaran online UCEO (Universitas Ciputra Entrepreneurship Online) seri kedua bertajuk “Tumbuh 100 X” (T100).

Selain UCEC, ada banyak institusi pendidikan formal yang juga menawarkan program kewirausahawan. Sebut saja, Pusat Inkubator Bisnis ITB, Community Business and Entrepreneurship Development (CDED) di STMB Telkom, Community Entrepreneur Program (CEP) UGM, Center for Entrepreneurship,

055-088 main story.inddJULI_T-085.PDF 85 15997805_MARKETEERS 1

Change, and Third Sector (CECT) di Universitas Tri Sakti, Binus Entrepreneurship Center (BEC) di Binus, dan lainnya.

Melihat banyaknya lembaga pendidikan mengajarkan entrepreneurship merupakan langkah bagus bagi terciptanya kemakmuran bangsa ini. Kita perlu mencontoh apa yang dilakukan Massachusette Institute Technology (MIT) antara tahun 1980-1996. Ketika pengangguran terdidik yang semakin meluas dan kondisi ekonomi, sosial politik yang kurang stabil, MIT mengubah arah kebijakan perguruan tingginya dari High Learning Institute and Research University menjadi Entrepreneurial University.

Di kawasan Asia, negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok juga bisa menjadi contoh bagaimana pendidikan entrepreneurship bisa membuat negara tersebut melompat jauh dibanding negaranegara lainnya. Pemerintah Tiongkok pun membuat kebijakan nasional yang menetapkan empat hal se­ bagai kunci pokok, yakni employability, equal oppurtunities, entrepreneurship, dan employment creation.

Dari keempat hal tersebut, hanya entrepreneurship yang berkorelasi langsung pada penciptaan lapangan kerja.

Namun, fakta bahwa di negara-negara maju, 50% dari bisnis baru memiliki potensi gagal. Apalagi, tidak ada lingkungan yang mendukung dalam tumbuhnya wirausahawan baru. Mengantisipasi hal tersebut, Pemerintah Tiongkok membentuk Komite Nasional yang bekerja sama dengan kementerian pendidikan mentransformasi perguruan-perguruan tinggi yang terpilih untuk menjadi inkubator-inkubator bisnis teknologi tinggi.

Hasilnya? Kita bisa melihat merek-merek smart device asal Tiongkok yang sekarang ini merajalela di berbagai pasar di dunia. Bagaimana dengan Indonesia?

6/27/159:50:46 10:59 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

086 Pembiayaan UKM

Ketika Akses Modal UKM Semakin Lebar Oleh Ign. Eko Adiwaluyo

Pamor usaha kecil dan menengah (UKM) yang terus bersinar membuat perbankan mulai mengendorkan persyaratan. Pemerintah sekarang terus mendorong korporasi untuk peduli pada UKM. Modal ventura untuk start-up teknologi juga makin agresif menawarkan modal, tentunya syarat dan ketentuan berlaku.

055-088 main story.inddJULI_T-086.PDF 86 15997805_MARKETEERS 1

6/27/159:50:47 10:59 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

087 Sekitar dua dasawarsa yang lalu, para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) harus berjuang keras untuk mendapatkan modal. Bisa dikatakan, hampir seluruh pelaku UKM harus merogoh kantong sendiri untuk menjalankan bisnisnya. Dengan kata lain, saat itu, tidak banyak lembaga pembiayaan, baik perbankan dan nonperbankan yang mau menyalurkan dana pinjaman untuk UKM karena dinilai tidak bankable.

Alasan itu wajar jika keluar dari pelaku di industri keuangan. Lantaran tidak bisa disangkal bahwa usaha yang para UKM jalankan tidak reliable di mata lembaga keuangan. Di sisi lain, para UKM juga tidak mampu memberikan jaminan terhadap kelangsungan bisnisnya yang otomatis berpengaruh pada kemampuan mereka membayar kredit yang didapatkan. Apalagi, dalam menjalankan usahanya, para pelaku UKM seringkali tidak memiliki business plan yang komprehensif di mata debitur.

Bahkan, pasca krisis ekonomi tahun 1998 yang telah menaikkan pamor dari UKM lantaran kebal terhadap krisis, tidak serta merta membuat perbankan memberikan pinjaman ke mereka. Kalaupun ada, itu adalah bank-bank plat merah dan sebagian kecil bank swasta yang mau memberikan pinjaman ke UKM. Padahal, Bank Indonesia sejak tahun 2014 sudah mengeluarkan kebijakan bahwa minimal 20% dari portofolio pembiayaan bank harus disalurkan kepada sektor UKM. Memang, dalam beberapa tahun belakangan ini mulai banyak lembaga keuangan yang bersedia menyalurkan pinjamanan ke UKM. Walaupun, hambatan UKM untuk mendapatkan kucuran kredit masih tetap ada. Setidaknya, ada tiga hal yang menghambat UKM untuk mendapatkan akses kredit perbankan. Menurut Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Choirul Djamhari, tiga tantangan itu adalah financial inclusion (inklusi keuangan), financial literacy (literasi keuangan), dan financial deepening (pendalaman pasar keuangan).

Sekarang ini, UKM bisa sedikit lebih lega karena baru pertama kali di era Presiden Joko Widodo ini, pemerintah membentuk Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM). Pembentukan komite ini dituangkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada presiden.

Penerbitan keppres ini bertujuan meningkatkan pemberdayaan UKM yang memerlukan akses dari perbankan dan lembaga keuangan bukan bank.

Menurut situs Sekretariat Kabinet, tugas dari Komite Kebijakan antara lain merumuskan dan menetapkan kebijakan pembiayaan bagi UKM, termasuk penetapan prioritas bidang usaha. Selain itu, juga melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi UKM. Kemudian, Komite Kebijakan juga akan mengambil langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi UKM. Menurut Keppres Nomor 14 Tahun 2015 ini, dalam melaksanakan tugasnya Komite Kebijakan

055-088 main story.inddJULI_T-087.PDF 87 15997805_MARKETEERS 1

berkoordinasi dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan dapat melibatkan serta bekerja sama dengan kementerian/lembaga dan pemerintahan daerah, serta pihak lain yang dianggap perlu.

Contoh konkrit kepedulian pemerintah sekarang ini pada sektor UKM adalah kebijakan penurunan besaran bungan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemerintah telah menambah subsidi bunga untuk penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM). Sehingga, bunga bank yang berlaku sebelumnya sebesar 22% menjadi 12%.

Kebijakan merupakan hasil dari rapat kabinet terbatas (ratas) yang disampaikan oleh Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga di Kantor Presiden, Juni 2015 lalu. Keputusan ini diberlakukan per Juli 2015. Setelah proses penyelesaian aturan teknis yang disiapkan antara Kemenkop dan UKM bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu). “Mulai berlaku bulan Juli, sekarang menunggu persiapan teknis. Yang penting sudah diputuskan. Sekarang, persiapan ke perbankan untuk koordinasi,” kata Puspayoga.

“KAMI BERSAMA DENGAN ASTRA GROUP TERUS MENDORONG PARA UKM BINAAN UNTUK BISA BERDIKARI MELALUI MELALUI PELATIHAN MAUPUN PENDAMPINGAN,”

Permodalan UKM Selain kredit dari lembaga perbankan, UKM pada dasarnya bisa memperoleh pembiayaan dalam bentuk lain. Skema pembiayaan lainnya yang tersedia saat ini adalah dari dana corporate social responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan, baik swasta dan BUMN. Kemudian, ada juga modal ventura yang sekarang ini semakin banyak jumlahnya, seiiring dengan munculnya UKM yang bergerak di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015 besaran penyaluran KUR mencapai angka Rp 30 triliun. Pemerintah menunjuk Bank BRI sebagai penyalur KUR. Menurut Puspayoga, pemilihan BRI karena hanya bank tersebut yang siap untuk menyalurkan KUR, baik dari sisi likuiditas hingga sistem yang berjalan.

Selain Bank BRI ada beberapa bank yang bisa dikatakan “ramah” pada UKM. Sebut saja, Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank BTPN, serta bankbank pembangunan daerah (BPD) di masing-masing daerah yang relatif membuka kran kucuran kredit ke UKM. Bank Danamon bisa menjadi contoh dari kelompok bank swasta yang peduli pada sektor UKM. Bank Danamon bukanlah pemin baru di pasar mikro.

Jumlah jaringan Danamon Simpan Pinjam (DSP) mencapai ribuan. Selain itu, produk dan layanan yang ditawarkan DSP disesuaikan dengan kebutuhan konsumen sehingga sangat mengena di hati konsumen.

Menurut laporan kuartal I Bank Danamon, hingga akhir Maret 2015, Kredit usaha mikro Danamon melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) mencapai Rp 18,2 triliun. Sementara itu, jumlah kredit untuk segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mencapai Rp 21 triliun. Pangsa pasar Danamon dalam sektor UKM meningkat dari 6,1% pada Maret 2014 menjadi 6,6% pada Maret 2015. Secara total, kredit Danamon untuk segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) berkontribusi sebesar 29% dari seluruh kredit Danamon.

6/27/159:50:47 10:59 AM 6/29/2015 AM

A

I

N S T O

R Y

088 CSR Grup Astra Selain dari perbankan, UKM pun bisa memperoleh modal dari aksi CSR. Ada banyak perusahaan yang menyalurkan dana CSR ke sektor UKM. Tidak saja dari perusahaan milik negara, namun juga dari swasta yang jumlahnya cukup banyak. Salah satu perusahaan swasta yang konsisten memberikan perhatian pada UKM adalah Grup Astra.

Melalui berbagai yayasan bentukan grup usaha ini, aksi CSR mereka ditujukan pada pembangunan empat hal, yakni pendidikan, kesehatan, lingkungan, kesehatan, dan kesejahteraan. Untuk peningkatan kesejahteraan, Grup Astra memberikan fokus pada pengembangan UKM melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) didirikan oleh “Om” William Soeryadjaya pada tanggal 2 Mei 1980.

Hingga saat ini, YDBA sudah membina 8.700 UKM yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Dengan visi menjadi institusi yang terbaik di bidang pembinaan dan pengembangan UKM di tanah air dan sebagai value chain bisnis Grup Astra, YDBA terus mengembangkan program-program pembinaan UKM di seluruh Indonesia.

“Kami bersama dengan Astra Group terus mendorong para UKM binaan untuk bisa berdikari melalui melalui pelatihan maupun pendampingan,” ujar Sri Martono, Chairman YDBA dalam acara Marketeers CSR & PKBL Club di Jakarta, beberapa waktu lalu.

YDBA memiliki program pengembangan UKM yang terdiri dari tiga tingkat sebelum mereka bisa dikatakan sebagai UKM mandiri. Masing-masing dari tingkatan tersebut memiliki pengembangan program yang berbeda. Untuk tingkat pertama, mereka akan mendapatkan pelatihan dasar, mentoring, dan forum UKM. Untuk tingkat kedua, mereka akan diberikan peningkatan kompetensi UKM dengan training lanjutan, mentoring, hingga pengenalan terhadap ISO. Dan, tingkat ketiga akan diberikan training hingga implementasi sertifikasi. Setelah itu, untuk menjadi UKM yang mandiri, ada lima kriteria yang harus dipenuhi, yaitu dari sisi HRD, produksi, pemasaran, keuangan, dan CSR. Dalam penerapan value chain, YDBA melihatnya sebagai konsep sederhana. Intinya, perusahaan besar harus menjadi sahabat bagi UKM dalam transfer kompetensi dan teknologi. Dengan begitu, YDBA mampu membuka akses bagi UKM untuk memasarkan produknya. Lalu, UKM berkesempatan mempromosikan UKM mereka ke rantai pasok Astra Group, dan UKM dapat meningkatkan kompetensi mereka. Sri Martono mengatakan bahwa Astra Group turut melibatkan UKM dalam produksinya.

Contohnya, 85% pembuatan Xenia melibatkan UKM. “Hingga saat ini ada 279 UKM yang langsung berhubungan dengan value chain bisnis Astra. Selain itu, dengan adanya pembinaan ke UKM-UKM di seluruh Indonesia, YDBA berhasil membuka 59.861 lapangan pekerjaan,” tegasnya Akses Dana Ventura Terakhir, UKM juga bisa mengakses dana-dana ventura yang sekarang ini semakin banyak dengan tumbuhnya perusahaan modal ventura (PMV) beberapa

055-088 main story.inddJULI_T-088.PDF 88 15997805_MARKETEERS 1

tahun ini. Untuk menggenjot peranan PMV dalam pengembangan UKM, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengaturnya dalam sebuah peraturan khusus.

OJK akan menerbitkan peraturan OJK (POJK) yang akan meningkatkan kapasitas dan peranan perusahaan modal ventura (PMV) dalam menyuntikkan modal bagi para wirausahawan di Indonesia.

Memang, untuk modal ventura yang jumlahnya fantastis sebagian besar masih dari luar negeri. Namun, bukan berarti dari dalam negeri tidak ada perusahaan ventura yang mengucurkan modal dalam jumlah besar ke start-up teknologi. Grup Djarum, melalui bendera Global Digital Prima Venture (GDP Venture) adalah nama yang bisa menjadi contoh dalam PMV di bidang TIK. Nama GDP Venture mencuat setelah menyertakan modal ke Kaskus.com dengan nilai yang kabarnya mencapai triliunan. Selain Kaskus, ada beberapa perusahaan online & e-commerce yang berada dalam naungan GDP Venture, seperti Blibli.com, Lintas.me, Semut Api Colony Adv, Daily Social, Klix Digital, Infokost.net, Kaspay, Mindtalk, dan lainnya.

Potensi bisnis di dunia online juga mendorong munculnya banyak PMV lain. Salah satu contohnya adalah Ikatan Alumni Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) yang mendirikan sebuah PMV, yakni MEC Modal Ventura. PMV ini memberikan bantuan finansial dan manajemen bagi teknopreneur pemula (start-up company) yang berpotensi dalam mengembangkan bisnisnya.

Sasaran MEC adalah sarjana baru dan atau profesional muda, atau start-up company yang kesulitan dalam mendapatkan dukungan finansial dan manajemen. Selain dukungan finansial, MEC Modal Ventura juga akan memberikan dukungan manajemen. Pasalnya, selama ini mayoritas start-up company di Indonesia terlalu fokus pada masalah produksi dan teknologi dan kurang memperhatikan aspek manajemen keuangan dan pemasaran.

Nah, dengan melihat berbagai pembiayaan ini, mana yang kiranya paling cocok bagi Anda?

SEKARANG INI, UKM BISA SEDIKIT LEBIH LEGA KARENA BARU PERTAMA KALI DI ERA PRESIDEN JOKO WIDODO INI, PEMERINTAH MEMBENTUK KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UKM)

6/27/159:50:48 10:59 AM 6/29/2015 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

089

Inovasi atau Mati Inovasi tak mengenal industri, ukuran, atau waktu. Semua perusahaan, entah yang bergerak di sektor otomotif, keuangan, ritel, atau lainnya tak segan melakukan inovasi terkait produk, layanan, hingga internal mereka sendiri.

Perusahaan besar atau kecil berlombalomba melakukan inovasi mulai kemarin hingga hari ini untuk mempersiapkan diri lebih baik di kemudian hari.

Inovasi memang menjadi harga mati bagi perusahaan. Namun, bukan hal yang mudah untuk melakukan inovasi.

Kita harus mengetahui apa hasrat dan kegalauan konsumen, apa tujuan, serta bagaimana menggapai semua itu. Selain itu, dibutuhkan pula komitmen dari manajemen karena inovasi bukan hanya pekerjaan front liner saja.

Misal saja kisah Summarecon Agung yang menjadikan inovasi sebagai tanggung jawabnya terhadap lingkungan, Kota Bogor yang melahirkan berbagai aplikasi untuk memperkuat positioning-nya sebagai kota yang ramah wisatawan, hingga Bank CIMB Niaga yang mempermudah proses pembukaan rekening bagi nasabahnya, dan masih banyak lagi. Semoga saja, berbagai kisah perusahaan dalam melakukan inovasi kali ini bisa memberikan inspirasi bagi Anda.

15997805_MARKETEERS JULI_T-089.PDF 1

6/29/2015 9:50:48 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

090 Noviady Wahyudi Head of Network Development & Customer Experience Consumer Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk

Semua Bermula Dari Customer Oleh Hendra Soeprajitno

Inovasi bukanlah proses yang harus dilakukan secara terburu-buru agar menjadi yang pertama.

Sebaliknya, inovasi adalah proses yang berkelanjutan dan dilakukan untuk menjawab hasrat dan kegalauan konsumen.

Dari sekian banyak bank di Indonesia, PT Bank CIMB Niaga Tbk bisa dikatakan sebagai salah satu bank yang paling getol melakukan inovasi. Dalam urusan layanan misalnya, CIMB Niaga menjadi bank yang mempersilakan konsumennya duduk dan tidak perlu capek mengantre ketika ingin melakukan transaksi keuangan, seperti menarik atau menyetor uang di kantor cabang. Berbagai produk unik pun diluncurkan, salah satunya Rekening Ponsel yang memungkinkan seseorang memiliki akun dengan bermodalkan nomor telepon.

Noviady Wahyudi, Head of Network Development & Customer Experience Consumer Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk mengatakan, peran customer sangatlah penting dalam melakukan inovasi. Apalagi, behavior konsumen terus mengalami perubahan. “Dulu semua customer bertransaksi secara tradisional, yaitu melalui cabang. Saat ini sekitar 90% dari mereka bertransaksi di luar cabang, seperti menggunakan mobile banking, ATM, SMS banking. Jadi memang terjadi pergeseran,” katanya.

Meski terjadi pergeseran, CIMB Niaga tetap harus memfasilitasi keinginan nasabahnya yang bervariasi.

Misalnya saja nasabah CIMB Niaga yang berlokasi di perumahan tentunya memiliki karakter yang berbeda

15997805_MARKETEERS JULI_T-090.PDF 1

dengan nasabah yang berprofesi sebagai pedagang atau pebisnis. Begitu pula nasabah yang familiar dengan dunia digital, semisal Gen Y yang pasti mencari hand phone sejak bangun tidur. “Jika diminta datang ke cabang, mereka akan malas dengan alasan antre atau macet. Hal inilah yang kami lihat, apa yang mereka sukai dan tidak sukai. Selanjutnya kami melakukan inovasi,” kata Dede, panggilan akrab Noviady.

Untuk nasabah yang lebih nyaman datang ke cabang, CIMB Niaga pun melakukan inovasi dengan memangkas proses transaksi. Alasannya karena customer harus menempuh waktu yang lama seiring padatnya lalu lintas. Karenanya, alangkah baiknya jika mereka tidak perlu melewati proses yang berbelit-belit dalam bertransaksi. “Kami memikirkan bagaimana agar customer jangan sampai mengantre lama, serta bagaimana agar mereka tidak menulis banyak-banyak.

Jika dulu verifikasi dilakukan dengan buku tabungan, sekarang cukup dengan ATM dan pin,” katanya.

Begitu pula ketika nasabah ingin membuka rekening baru. Dengan menggunakan aplikasi di tablet, nasabah cukup mengisi form yang singkat, tanda tangan, foto, dan pin akan dikirim ke hand phone customer. “Kami juga menjadi bank pertama yang memungkinkan nasabah membuka deposito melalui internet banking. Dari mana kami mengetahuinya?

Ketika berbicara dengan customer,” kata Dede.

Memberikan Experience Meski rajin berinovasi dalam produk, CIMB Niaga mengakui bahwa duplikasi antar sesama perbankan tidak bisa dihindari. Karenanya, memberikan pengalaman yang unik menjadi hal yang krusial. “Jika bicara produk, tentunya hanya menunggu waktu saja produk tersebut diduplikasi. Namun, lain halnya dengan inovasi dalam layanan,” katanya.

Walau terbilang getol, CIMB Niaga mengaku tidak memiliki target khusus dalam berinovasi. Sebaliknya, semuanya akan kembali kepada kebutuhan customer.

Misalnya saja ketika CIMB Niaga membuat digital lounge. Harus diakui bahwa mal saat ini telah menjadi tempat ngumpul masyarakat kota besar, entah untuk mencari makan, miting, arisan, nge-gym, dan lainnya.

Mal pun bakal semakin ramai pada waktu sore. “Padahal di masa itu, kami justru tutup. Itulah mengapa kami membuat digital lounge,” kata Dede.

Dalam berinovasi, CIMB Niaga pun menganjurkan agar pemain di industri mana pun selalu melihat kebutuhan customer dan mendengar bagian front liner yang intensif berhubungan dengan konsumen. Meski inovasi bisa dilakukan di berbagai elemen, sebuah perusahaan pun harus melihat secara realitis dan melakukan prioritas. “Mana yang sifatnya realistis. Yaitu kalau tidak ada, orang komplain. Namun, kalau ada, orang tidak akan berterima kasih juga. Inovasi bukan duluduluan menjadi yang pertama melakukan,” katanya.

Hal krusial lainnya adalah sumber daya manusia.

Komitmen harus dimiliki oleh semua lapisan karyawan, mulai dari CEO hingga bawah dan semua lintas departemen. Kenapa? Karena inovasi berkaitan dengan policy dan SOP. Terakhir adalah monitoring karena servis sangat intangible. “Kita harus melihat indikator yang ada dan continuous improvement. Inovasi adalah perjalanan yang panjang,” kata Dede.

“KITA HARUS MELIHAT INDIKATOR YANG ADA DAN CONTINUOUS IMPROVEMENT. INOVASI ADALAH PERJALANAN YANG PANJANG.”

TIPS Inovasi dilakukan dengan melihat kebutuhan customer Inovasi bukan masalah menjadi yang pertama, tapi mana yang bisa memberikan pengalaman bagi konsumen Inovasi membutuhkan komitmen semua lapisan, dari CEO hingga bawah

6/29/2015 9:50:48 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

091 Aulia E. Marinto CEO Blanja.com

Inovasi Untuk Bangun Fondasi Oleh Ramadhan Triwijanarko Dalam era teknologi informasi seperti saat ini, inovasi mutlak harus dilakukan siapa pun. Terlebih dalam industri e-commerce yang saat ini dibanjiri oleh banyak pemain. Blanja.com, sebagai pemain baru yang belum ada genap berusia setahun di industri ini pun mencoba untuk tidak sekadar meramaikan, namun juga bersaing dengan nama-nama besar yang sudah terjun terlebih dahulu.

Aulia Marinto, CEO Blanja.com mengatakan, selain untuk meraup pendapatan, situs miliknya juga berusaha mengedukasi pasar e-commerce. Pasalnya, industri e-commerce yang memiliki potensi besar membuat banyak pihak yang terlibat di dalamnya, seperti industri logistik dan perbankan. “Dibutuhkan kerja sama antar pemain untuk mengedukasi pasar agar industri ini berkembang lebih besar. Perlu kolaborasi di antara pelaku,” ujar Aulia.

Dalam menghadapi industri e-commerce yang saat ini sedang bergairah, wajib bagi Blanja.com untuk melakukan inovasi di tengah ketatnya persaingan.

Namun, sadar sebagai pemain baru, Aulia akan fokus melakukan inovasi yang dapat memperkokoh fondasi perusahaan. “Kalau kami mengejar revenue secara instant, maka bisnis kami tidak bisa sustainable,” terang Aulia.

Untuk menghadapi hal tersebut, setidaknya ada lima hal yang akan dilakukan Blanja.com. Yaitu menciptakan tim yang solid, strategi marketing yang agresif dan akurat, operasional yang excellent, category management, dan teknologi. Lima hal ini mutlak dilakukan oleh Blanja.com untuk bisa memperkuat fondasi bisnisnya. “Kami tidak ingin buru-buru selain lima hal itu, selain menciptakan pertumbuhan,” kata-nya.

Aulia melihat sebuah inovasi memiliki dimensi yang amat luas. Ada banyak hal yang menjadi alasan mengapa inovasi dilakukan untuk sebuah perusahaan.

“Bisa karena efisiensi, efektivitas, agar lebih responsif, meningkatkan penjualan, membuat tim lebih solid, membuat seller lebih loyal kepada kami, dan lainnya,” katanya.

Karena dimensi yang luas, maka inovasi merupakan tanggung jawab siapa pun. Dia mewajibkan semua di-

15997805_MARKETEERS JULI_T-091.PDF 1

visi yang ia pimpin untuk dapat melakukan inovasi yang bisa memberikan keuntungan kepada perusahaan. “Inovasi adalah tanggung jawab semua pihak dengan level dan output yang tentunya berbeda-beda,” katanya.

Selain merupakan tanggung jawab semua pihak, Aulia memaknai bahwa inovasi tidak selalu identik dengan hal-hal baru, melainkan bisa saja mengubah pendekatan yang biasa dilakukan sehari-hari. Sebagai contoh, ia tidak mewajibkan para karyawannya untuk menggunakan pakaian kantoran. Alih-alih ia justru membebaskan para karyawannya untuk berpakaian sesukanya. “Mereka boleh pakai kaos dan celana pendek sekalipun. Alasannya, perusahaan ini mayoritas masih sangat muda pegawainya dan mereka butuh penghematan. Tapi saya tetap mengingatkan ada norma-norma ketimuran yang tetap harus mereka pegang,” imbuh Aulia.

Selain masalah pakaian, Blanja.com mencoba melakukan inovasi dengan memanfaatkan ekosistem yang telah dibangun oleh Telkom Group untuk mengakselerasi berbagai hal terkait dengan penjualan. Dari beragam inovasi itu, tim Blanja.com pun lebih antusias dan kreatif dalam bekerja. Selain itu, terlahir pula suasana rileks yang membuat para pegawai menjadi lebih semangat dalam mencapai target. “Karena ujung dari semua inovasi ini adalah pertumbuhan untuk perusahaan. Terbukti kami berhasil mencapai penjualan di atas Rp 150 miliar. Dampak lainnya adalah respons dari seller dan buyer yang mengakui bahwa tim kami ini lebih responsif,” tutupnya.

“INOVASI ADALAH TANGGUNG JAWAB SEMUA PIHAK DENGAN LEVEL DAN OUTPUT YANG TENTUNYABERBEDABEDA.”

TIPS Bangun fondasi bisnis yang kuat Inovasi tanggung jawab semua pihak dengan level dan output yang berbeda Hadirkan suasana yang rileks dalam bekerja

6/29/2015 9:50:49 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

092 Santosa CEO PT Asuransi Astra Buana

Melebihi Ekspektasi Pelanggan Oleh Ign. Eko Adiwaluyo

Persaingan di industri asuransi kendaraan bermotor yang kian ketat menuntut setiap pemain menghasilkan inovasi layanan. Namun, bagi Asuransi Astra, inovasi adalah cara untuk semakin mendekatkan diri dengan pelanggan. Lantaran inovasi layanan itu strategis, direktur langsung turun tangan mengawal proses lahirnya inovasi.

TIPS Inovasi harus dipersiapkan dengan matang Tujuan inovasi untuk meningkatkan kualitas layanan, bukan menang kompetisi Pimpinan menjadi aktor penting adalam inovasi yang bersifat strategis

Industri asuransi kendaraan bermotor termasuk yang merasakan dampak langsung dari pelemahan penjualan otomotif. Pada kondisi seperti ini, terobosan-terobosan baru, baik dalam proses bisnis hingga pemasaran, akan membantu perusahaan mempertahankan kinerjanya. Setidaknya, pencapaian yang didapat tidak terlalu jauh dari tahun sebelumnya.

Biasanya, inovasi di tengah pelemahan pasar bersifat taktikal. Sedangkan untuk inovasi yang strategis tentunya tidak melihat kondisi sekarang, namun melihat tujuan besar yang ingin dicapai perusahaan tersebut. Inilah cara PT Asuransi Astra Buana atau lebih dikenal dengan Asuransi Astra melihat inovasi.

Bagi Asuransi Astra yang merupakan bagian dari salah satu kelompok usaha terbesar di negara ini, inovasi bagaikan napas. Sejarah inovasi yang telah dilakukan oleh Asuransi Astra selalu mengubah peta

15997805_MARKETEERS JULI_T-092.PDF 1

industri asuransi bermotor. Dimulai pada tahun 1995, Asuransi Astra merupakan perusahaan asuransi pertama yang melakukan branding dengan Garda Oto yang kemudian diikuti oleh pemain lainnya. Kemudian, pada medio 2000-an, Asuransi Astra membuat tagline Peace of Mind yang dijabarkan dengan membuat pertama kali Emergency Roadside Assistance (ERA) yang nama-nya Garda Siaga. Sekarang ini, bisa dikatakan semua asuransi bermotor memiliki layanan ini.

Mei 2015 lalu, Asuransi Astra meluncurkan sebuah inovasi dalam hal pelayanan. Perusahaan ini memberikan akses mudah bagi pelanggannya dalam mengakses, mencari informasi, hingga menghubungi Asuransi Astra melalui suatu aplikasi untuk smartphone.

Aplikasi yang diberi nama Garda Mobile Otocare, bahkan tidak hanya ditujukan pada pelanggan Garda

6/29/2015 9:50:49 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

093 Oto, tapi untuk semua pengguna jalan. Khusus untuk pelanggan asuransi ini, tersedia fitur untuk klaim asuransi, layanan darurat 24 jam, dan lainnya.

“Inovasi lewat aplikasi ini merupakan salah satu milestone yang bertujuan untuk memberikan layanan ke pelanggan dan tidak terkait dengan kondisi pasar sekarang ini. Adanya aplikasi ini memberikan informasi lengkap yang dibutuhkan para pengguna jalan, termasuk saat mudik Lebaran. Hal ini sesuai dengan semangat Catur Dharma Astra, yakni berguna bagi bangsa,” kata Santosa, CEO PT Asuransi Astra Buana.

Ia menambahkan bahwa sebuah inovasi itu membutuhkan proses persiapan yang matang. Bahwa sepertinya terlihat cepat, itu hanyalah soal waktu yang tepat untuk memperkenalkan ke masyarakat. Perlu melihat kesiapan, baik di sisi internal perusahaan dan pasar, agar inovasi tersebut benar-benar maksimal hasilnya.

Santosa menambahkan bahwa di era teknologi sekarang ini, bentuk inovasi terkait layanan tidak boleh mislead ke pelanggan. Sebab menjadi brand yang bisa dipercaya adalah harga mati bagi bisnis asuransi. “Sehingga, di era penyebaran informasi yang sedemikian cepat ini, jangan sampai inovasi yang dibuat justru menjadi bumerang bagi perusahaan,” katanya.

Sebagai contoh, dalam fitur Garda Oto Claim, tools untuk mengunggah foto memang tidak ada. Alasannya, karena konsumen tidak punya kemampuan teknis dalam survei klaim. Di sisi lain, Asuransi Astra memiliki prosedur dalam penyetujuan klaim. Belum lagi bicara mengenai kesiapan server yang harus menerima foto dari konsumen yang mengajukan klaim. “Dengan mengirim foto, konsumen berpikir bahwa klaimnya pasti disetujui. Padahal, belum tentu. Nah, hal-hal ini yang kami hindari,” jelasnya.

Spirit Inovasi Setiap perusahaan memiliki alasan masing-masing dalam membuat suatu inovasi. Bagi Asuransi Astra, filosofi inovasi yang mereka buat adalah untuk semakin mendekatkan diri dengan konsumen, baik itu secara fisik dan jangkauan pelayanan. Sehingga, bila dengan membuat inovasi itu mereka berhasil memenangkan kompetisi di pasar, itu adalah hasil semata.

Semangat untuk mendekatkan diri dengan konsumen inilah yang melahirkan banyak layanan inovatif untuk konsumen. Layanan-layanan yang bisa dikatakan beyond customer expectation.

“Cara kami memandang inovasi itu bukan sekadar untuk memenangkan persaingan. Kami ingin membangun sebuah brand asuransi yang bisa memberikan ketenangan bagi pelanggan. Dengan begitu, kami harus exceed customer expectation. Kuncinya ada di people, process, dan product innovative. Ketiga hal tersebut menghasilkan innovation service excellence dan pada akhirnya nilai brand kami terus menguat,” tambah Santosa.

Spirit inovasi ini diperkuat dengan sistem kerja di Astra Grup yang diterapkan oleh setiap anak perusahaannya, yakni Astra Management System (AMS).

AMS ini mulai diterapkan pada awal tahun 2000-an yang merupakan pengembangan dari Kaizen atau continous improvement yang sudah ada sejak tahun 1970-an. Beda keduanya, Kaizen lebih menekankan pada pengembangan produk, sedangkan AMS sudah

15997805_MARKETEERS JULI_T-093.PDF 1

menggabungkan unsur soft skills.

Lalu, siapa yang bertanggung-jawab agar inovasi bisa terus lahir di Asuransi Astra? Pada dasarnya, setiap unit di perusahaan ini harus selalu melakukan inovasi lewat innovation program. Namun, untuk sebuah terobosan layanan yang sifatnya strategis dan berpeng­aruh pada brand, biasanya perumusan inovasi ada di level board of director.

Sebabnya, inovasi yang akan dibuat nantinya harus mendukung pembentukan brand roadmap yang telah dirumuskan oleh direksi. Alasan lainnya, inovasi layanan strategis terkait brand memiliki anggaran yang bersifat tahunan. Karenanya, anggarannya pun tidak akan diganggu gugat.

Kesinambungan inovasi oleh Asuransi Astra ini bisa dikatakan sebagai konsekuensi dari pemilihan segmen pasar yang dipilih. Asuransi ini memilih segmen premium di setiap jenis kendaraan bermotor sebagai sasarannya. Premium di sini bukan sekadar dilihat dari harganya, namun juga variannya. Jelasnya, segmen low cost green car pun juga menjadi target Asuransi Astra, namun target utamanya adalah varian tertinggi dari Toyota Agya, misalnya.

Masuk akal bila penerapan pricing atau premi Asuransi Astra memang lebih tinggi dibanding dengan lainnya. Namun, pemegang polis asuransi ini mendapatkan total paket asuransi komprehensif yang mampu memberikan konsumen apa yang disebut sebagai peace of mind. “Jadi, kami tetapkan dulu segmen dan harga, sehingga kami tertuntut untuk melakukan inovasi layanan yang sebanding dengan premi yang dibayarkan konsumen,” pungkas Santosa.

“CARA KAMI MEMANDANG INOVASI ITU BUKAN SEKADAR UNTUK MEMENANGKAN PERSAINGAN. KAMI INGIN MEMBANGUN SEBUAH BRAND ASURANSI YANG BISA MEMBERIKAN KETENANGAN BAGI PELANGGAN. DENGAN BEGITU, KAMI HARUS EXCEED CUSTOMER EXPECTATION. KUNCINYA ADA DI PEOPLE, PROCESS, DAN PRODUCT INNOVATIVE. KETIGA HAL TERSEBUT MENGHASILKAN INNOVATION SERVICE EXCELLENCE DAN PADA AKHIRNYA NILAI BRAND KAMI TERUS MENGUAT.”

6/29/2015 9:50:50 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

094 Hario Wijanarko Direktur MRA Broadcast Media Division

Kreatif Menciptakan Brand Experience, Pikat Emosi Pendengar Oleh Ramadhan Triwijanarko

Industri radio bisa dibilang tidak sejaya seperti masa lalu. Perlahan mulai ditinggalkan oleh pendengarnya.

Di sisi lain, banyak pemain baru berdatangan dengan konsep dan manajemen yang baru.

Industri radio tidak akan pernah mati, bahkan akan terus berkembang. Seperti itulah rasa optimisme yang dimiliki oleh Hario Wijanarko selaku Direktur MRA Broadcast Media Division. Optimisme inilah yang menjaga fondasi dan landasan untuk terus mem­ bangun MRA Broadcast Media Division. Ada lima radio papan atas Jakarta yang berada di grup MRA, seperti Hard Rock FM, Trax FM, i-Radio, Cosmopolitan FM, dan Brava Radio. Di luar itu, masih ada radioradio lain di kota-kota besar lainnya.

Namun, Hario tetap mengakui bahwa industri radio di Indonesia saat ini sebenarnya sedang terhempas ang­in. Jumlah pendengar radio terus menurun dari tahun ke tahun. Tidak berhenti sampai di situ, industri ini juga semakin padat dengan pemain-pemain lain.

15997805_MARKETEERS JULI_T-094.PDF 1

Sekarang ini diperkirakan ada 1.500 radio yang memiliki lisensi.

Anehnya, meskipun industri radio ini sedang ditinggalkan pendengarnya, tetap saja banyak pemain baru yang bermain di media ini. Para pemain-pemain anyar ini tampil dengan manajemen dan konsep yang baru.

“Hampir semua radio menyajikan menu yang sama, dari musik, fesyen, gaya hidup dan sebagainya. Mau tidak mau kami harus melakukan inovasi,” kata Hario.

Tidak saja mengandalkan kekuatan merek seperti Hard Rock dan Cosmopolitan yang mereka beli lisensinya, MRA Broadcast Media Division juga menyiapkan sebuah tim research & development (R&D) yang siap memantau seluruh radio di Jakarta selama 24 jam. Tujuannya, untuk mempertahankan posisi MRA Broadcast Media Division sebagai market leader dalam industri ini. “Kami serius dalam bisnis ini.

Kami persiapkan semua baik secara konten, penyiar, tim riset. Kami tidak mau disebut sebagai bisnis yang abal-abal,” ungkapnya.

Inovasi baginya merupakan sebuah kompas penunjuk arah. Oleh sebab itu, wajib bagi seluruh sumber daya manusia yang ada dibawahnya untuk mengha­ dirkan inovasi-inovasi untuk pertumbuhan perusahaan. “Bila tidak melakukan inovasi harus siap mati muda. Bekerja tidak bisa hanya bermodalkan passion saja, harus ada inovasi.”

Melihat segala peluang dan kekuatan yang dimi­liki, MRA Broadcast Media Division membuat sebuah inovasi yang mengandalkan konvergensi media. Baik itu melalui on air, off air, online, dan tim riset. Program 360° yang dikeluarkan oleh MRA sebagai contoh dari konvergensi media tersebut. “Sebagai contoh, ketika kami mengadakan konser Ungu. Di situ kami memanfaatkan semua media yang kami miliki mulai dari promosi, produksi, hingga pasca produksi. Itu salah satu contoh inovasi kami,” tambah Hario.

Kemudian, tren party yang saat ini sedang digandrungi oleh kalangan anak muda dan para profesional dimanfaatkan betul oleh MRA Broadcast Media Division. Mereka menyulap sebuah bus menjadi sebuah club berjalan di jalanan ibu kota. Sebuah bus yang cukup untuk 20 hingga 25 orang dilengkapi dengan fasilitas sebuah club lengkap dengan disc jockey dan minumannya.

Tidak semua aktivitas bernuansa hura-hura. MRA Broadcast Media Division melalui saluran radio iRadio membuat kampanye kebersihan bernama Sapu Bersih selama ajang Car Free Day di Jakarta. Hanya bermodalkan kantung plastik, mereka berhasil membuat pendengar turun ke jalan untuk bersama-sama mengambil sampah. “Radio itu memiliki ikatan yang kuat dengan pendengarnya. Kami harus membuat inovasi yang bisa membangunkan emosi pendengar kami,” terang Hario.

Hasil dari inovasi tersebut dirasakan betul oleh Hario. Selain berupa pendapatan, inovasi dapat membangun persepsi yang positif. Tidak sedikit yang mengakui bahwa apa yang dilakukan oleh Hario dan tim memang jempolan dalam menciptakan brand experience bagi para pendengarnya. “Kekuatan word of mouth itu kami rasakan betul. Secara nilai jual, tentunya menjadi lebih tinggi. Dan yang terpenting adalah trust dari pendengar dan klien kami,” pungkas Hario.

“BILA TIDAK MELAKUKAN INOVASI HARUS SIAP MATI MUDA. BEKERJA TIDAK BISA HANYA BERMODALKAN PASSION SAJA, HARUS ADA INOVASI.”

TIPS Mengarah ke konvergensi media Aktif menggelar kegiatan offline yang menciptakan brand experience

6/29/2015 9:50:51 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

095 Yusak Kristian Direktur PT Astra Otoparts Tbk

Berangkat dari Identifikasi Oleh Kelik Bayundara

Kerap kali, aki hanya diingat ketika mobil tibatiba mati. Selama kendaraan masih bisa jalan, keberadaannya sering terlupakan. Repotnya, bila mobil ngambek di saat yang tidak tepat.

Seperti apa Aki GS Astra berinovasi untuk menyelesaikan masalah ini?

Tahun 2014 lalu, industri suku cadang di Indonesia bertumbuh seiring dengan melesatnya populasi kendaraan bermotor. Namun, memasuki tahun 2015, debut pertumbuhannya tak lebih ngebut dibandingkan tahun lalu. Melemahnya daya beli masyarakat disi­­ nyalir sebagai penyebabnya. Ditambah lagi, kebutuhan akan suku cadang kendaraan bermotor sifatnya tidak sedarurat urusan perut.

“Masyarakat kerap menunda pembelian suku cadang selama kendaraannya masih bisa diajak jalanjalan. Contohnya, penundaan dalam penggantian aki.

Tak sedikit pengendara sepeda motor yang membiarkan electric starter yang sudah tak berfungsi selama motornya masih bisa disela menggunakan kaki,” kata Yusak Kristian, Direktur PT Astra Otoparts Tbk. Bila dilihat dari total portofolio, Astra Otoparts memiliki brand yang melayani premium segment hingga value segment. Menurut Yusak, value segment sedang menikmati pertumbuhan saat ini. Sedangkan, nasib premium segment stagnan bahkan cenderung menurun. Di sisi lain, terdapat kompetitor yang masuk tahun lalu dan mencoba peruntungannya di industri ini. Artinya, investasi masih terus mengalir pada sektor ini. Untuk menanggapinya, inovasi menjadi kunci bagi Astra Otoparts untuk terus menjaga eksistensi

15997805_MARKETEERS JULI_T-095.PDF 1

merek.

Mengamati perilaku konsumen menjadi salah satu hal yang bijak dalam berinovasi. Contohnya, Astra Otoparts mengamati perilaku masyarakat ketika aki mobilnya mati. Aki mobil kerap mati tanpa gejala yang jelas. Sudden death ini seringkali membuat konsumen kebingungan, apalagi di saat kondisi yang genting. Berangkat dari permasalahan itu, sejak dua tahun lalu Astra Otoparts menyediakan fasilitas Battery Home Delivery (BHD). Melalui Shop & Drive, jaringan ritel modern milik Astra Otoparts ini fokus kepada end-user. Sayangnya, fitur ini kurang tereks­ pos dengan baik.

Tahun ini, fitur ini lebih serius digaungkan. Astra Otoparts meningkatkan call center BHD dengan menyediakan nomor yang bisa digunakan secara nasional. Dengan menekan 1500015, tanpa kode area, kejadian sudden death pada aki dapat segera teratasi.

Call center itu melayani 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 365 hari dalam setahun.

Call center akan mendeteksi keberadaan pelanggan dengan gerai Shop & Drive terdekat. Mekanik akan mengantarkan dan membantu memasangkan aki.

Saat menelepon, agen di call center akan menanyakan skema pembayaran, apakah menggunakan uang tunai atau kartu kredit. Bila menggunakan kartu kredit, mekanik akan menyediakan Mobile Electronic Data Capture (EDC). Sehingga, segalanya akan lebih mudah bagi pelanggan. “Kami mencoba menggabungkan antara product feature, brand feature, dan layanan.

Harapan kami, ini akan menguatkan brand image, sehingga value dari brand ini akan naik,” kata Yusak.

Siapa yang bertanggung jawab dalam inovasi? Di Astra Otoparts, tidak hanya Divisi Research and Development (R&D) yang bertanggungjawab terhadap inovasi. Biasanya R&D hanya berinovasi dari sisi teknologi, fitur produk, dan sebagainya. Semua pihak diajak berlomba untuk menjalankan inovasi. Rumusnya, bagaimana mereka bisa mengidentifikasi kebutuhan pasar dan apa yang akan menjadi kebutuhan pasar nantinya.

Astra Otoparts memiliki empat values, yaitu terpercaya dan andal, fokus pada kebutuhan pelanggan, semangat keprimaan, dan kerja sama tim. Hal ini yang mendasari semua pihak untuk berinovasi. Dengan ada­nya suggestion system, siapa pun yang memiliki ide yang bisa diimplementasikan dan memberikan hasil yang bagus akan mendapatkan reward. Kebutuhan pasar di masa yang akan datang harus diantisipasi sejak saat ini. Bila tidak, kompetitor bisa menjadi yang pertama melakukannya.

Persentase penjualan Aki GS Astra melalui channel BHD baru sebesar 10 %. Nantinya, bila orang-orang sudah memiliki pengalaman dengan BHD, tentu akan semakin bagus. Tidak terlalu muluk, melalui kanal BHD target pertumbuhannya bisa 15% pada tahun ini. Pertumbuhan Aki GS Astra selalu double digit selama lima tahun terakhir. Aki GS Astra masih menjadi nomor satu di kendaraan roda dua dan roda empat dalam perolehan market share. “Target kami, penjualan Aki GS Astra bisa sama dengan angka penjualan tahun lalu. Dengan kondisi seperti sekarang ini, untuk bisa sama seperti penjualan tahun lalu saja sangatlah menantang,” pungkas Yusak.

“MASYARAKAT KERAP MENUNDA PEMBELIAN SUKU CADANG SELAMA KENDARAANNYA MASIH BISA DIAJAK JALAN-JALAN. CONTOHNYA, PENUNDAAN DALAM PENGGANTIAN AKI.”

TIPS Amati perilaku konsumen dan perubahannya Cepat mengidentifikasi kebutuhan pasar saat ini dan yang akan datang Belajar untuk membaca tren

6/29/2015 9:50:52 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

096 Edi Sukmoro Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero)

Agar Penumpang Makin Nyaman Oleh Septi Wijayani

Sebagai salah satu alat transportasi pilihan masyarakat, KAI diharapkan mampu menghadirkan berbagai inovasi sehingga memberikan kenyamanan bagi penumpang. Inovasi tersebut tidak mungkin tercipta tanpa adanya dukungan dari seluruh karyawan KAI. Ide-ide dari seluruh jajaran direksi dan staf pun diterima dengan tangan terbuka demi peningkatan kualitas layanan perusahaan.

“PADA PRINSIPNYA KAMI BERUPAYA AGAR SELURUH STASIUN DIMODERNISASI, TERLEBIH BEBERAPA WAKTU MENDATANG OPERASIONAL KA BANDARA AKAN SEGERA DILAKUKAN.”

15997805_MARKETEERS JULI_T-096.PDF 1

Bila sebelumnya Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) dijabat oleh Ignasius Jonan, sejak Oktober 2014, tonggak kepemimpinan PT KAI diestafetkan kepada Edi Sukmoro. Di tangan Edi, KAI berupaya untuk terus bertransformasi menjadi lebih baik. Untuk itu, sebagai perusahaan penyedia jasa kereta api, PT KAI dituntut untuk semakin berinovasi.

Bagi KAI, inovasi merupakan elemen yang sangat penting dalam perusahaan. Hal ini tercantum dalam nilai ke empat pada lima nilai utama yang merupakan budaya perusahaan PT KAI. Lima nilai utama tersebut adalah integritas, profesional, keselamatan, inovasi, dan pelayanan. Untuk inovasi, setiap karyawan didorong untuk mengembangkan berbagai ide kreatif, baik dari bagian operasional, pelayanan, keamanan, hingga bidang keselamatan.

Tahun ini, KAI telah melakukan beberapa inovasi, misalnya berkaitan dengan armada kereta api.

Inovasi tersebut berupa modifikasi (retrofit) dengan menambah berbagai fasilitas di dalam kereta menjadi semakin modern. Beberapa fasilitas tambahan tersebut yaitu penerangan di dalam kereta menggunakan lampu LED, toilet ramah lingkungan, Wi-Fi di KA Cirebon Ekspres Retrofit, CCTV, hingga pemasangan layar LCD di dalam KRL sebagai petunjuk perjalanan.

Selain itu, PT KAI juga menghadirkan konsep interior KRL yang tematik, serta konsep interior kereta api yang menampilkan seni lukisan kaca, heritage, hingga batik.

Tidak hanya inovasi dari segi produk, KAI mengemas inovasi dalam bentuk penerapan e-ticketing yang dinilai sangat mendukung kemajuan perusahaan.

Sistem ini sangat memudahkan para pengguna kereta api dalam pemesanan dan pembelian tiket karena terkoneksi dengan Internet dan berbagai aplikasi di ponsel pintar.

Selain memudahkan penumpang, penerapan e-tic­keting diklaim mampu meniadakan jumlah pe­ numpang gelap sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan perusahaan. Kemudian, adanya kebijakan kapasitas angkut 100% di setiap kereta turut mendukung langkah KAI menghapus penumpang gelap. Dengan adanya kebijakan kapasitas angkut tersebut, maka tidak ada lagi penumpang gelap tanpa identitas yang bisa masuk ke peron maupun ke dalam kereta. “Semua penumpang yang telah terdaftar dengan identitas resmi sudah dipastikan memiliki tiket dan mendapatkan tempat duduk,” jelasnya.

Sistem e-ticketing ini juga diklaim efektif menghilangkan sistem percaloan yang selama ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para penumpang yang tidak mendapatkan tiket. Dengan e-ticketing, penumpang diharuskan melakukan input data diri sesuai deng­an identitas resmi penumpang, baik data SIM atau KTP. Selain itu, untuk meniadakan sistem percaloan, PT KAI menerapkan sistem boarding di setiap stasiun.

Pada sistem boarding, petugas memastikan semua tiket harus sesuai dengan identitas penumpang. Jika nama yang tertera pada tiket berbeda dengan data diri penumpang, maka tiket secara otomatis tidak berlaku.

Inovasi dilakukan Bertahap Lebih lanjut, inovasi juga dilakukan dengan melakukan modernisasi stasiun-stasiun yang ada. Sebut saja Stasiun Gambir, Stasiun Bogor, Stasiun Palmerah, dan beberapa stasiun KRL di wilayah Jabodetabek yang telah dipermanis supaya nyaman. KAI juga memo­ dernisasi stasiun dengan melengkapi berbagai fasilitas untuk memudahkan penumpang, seperti e-gate, mesin Cetak Tiket Mandiri (CTM), mesin e-Kiosk, ruang ibu menyusui, ruang khusus merokok, fasilitas charger gratis, dan lainnya.

“Pada prinsipnya kami berupaya agar seluruh stasiun dimodernisasi, terlebih beberapa waktu mendatang operasional KA bandara akan segera dilakukan. Namun, hal itu merupakan serangkaian proses yang harus dilakukan secara bertahap,” tambah Edi. Memang, perbaikan yang terus diupayakan PT KAI dilakukan secara bertahap dalam berbagai hal.

Misalnya saja dalam mereaktivasi jalur-jalur mati.

Edi mengaku pihaknya telah memiliki rencana untuk

6/29/2015 9:50:52 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

097 menghidupkan kembali jalur yang selama ini tidak digunakan selama berpuluh-puluh tahun. “Reaktivasi jalur rel ini karena kami melihat tingginya kebutuhan mobilitas masyarakat. Dan, ini merupakan upaya kami mendukung kebijakan pemerintah yang menjadikan kereta api sebagai tulang punggung transportasi nasional,” jelas Edi. Adapun jalur mati yang dimaksud adalah jalur yang terhubung dengan bandara, pelabuhan, maupun dengan tempat pariwisata. Contohnya, KA Batara Kresna yang melayani jalur Purwosari – Wonogiri mulai direaktivasi pada Maret 2015 sejauh kira-kira 30 km.

Contoh lain adalah KA Jenggala yang melayani rute Mojokerto-Sidoarjo yang telah direaktivasi pada November 2014.

Menjelang arus mudik tahun ini yang akan segera datang, Edi memprediksi adanya kenaikan penumpang KA sekitar 2%- 3%. Untuk itu, Edi beserta jajarannya sudah mulai mengecek segala persiapan jauh-jauh hari agar hajat tahunan masyarakat ini bisa berjalan lancar. “Fokus kami bukan hanya pada arus mudik, tetapi arus balik juga harus kami perhatikan,” jelas Edi. Tentunya ketika seseorang memilih suatu alat transportasi, mereka membutuhkan konektivitas untuk tetap menunjang kegiatan mereka. Melihat kebutuhan tersebut, KAI mencoba mengakomodir dengan menyediakan layanan Wi-Fi. KAI telah memberikan fasilitas Internet yang baru tersedia di beberapa sta-

siun saja. Untuk layanan Wi-Fi di kereta, KAI baru menyediakannya di KA Cirebon Ekspres (Retrofit).

“Kami sedang terus berupaya menyediakan WiFi. Yang sudah ada di KA Cirebon Ekspres itu masih dalam masa percobaan. Kami tidak mau ketika sudah dibangun, tapi gagal. Kami masih mencari provider yang andal untuk menghadirkan Wi-Fi,” jelas Edi. Inovasi lain yang dilakukan KAI adalah penyediaan e-Kiosk. Pada Maret lalu, PT KAI bekerja sama dengan PT Finnet Indonesia mengadakan soft launching fasilitas layanan pembelian tiket terbarunya, e-Kiosk untuk memudahkan penumpang dalam membeli tiket KA tanpa harus mengantre di loket. Dengan layanan ini, calon penumpang bisa memilih tempat duduk sendiri. “e-Kiosk ini lebih menguntungkan kami karena penumpang harus bayar terlebih dulu. Kalau melalui pembelian online, mereka dengan mudah memesan dan mungkin tidak lanjut membayar. Ini membuat seakan-akan tiket sudah terjual, padahal tidak seperti itu,” papar Edi. Dengan e-Kiosk, calon penumpang dapat langsung melakukan transaksi pembayaran melalui mesin ini.

Metode pembayaran bisa dilakukan dengan pembayaran tunai Rp 2.000 hingga Rp 100.000. Lalu, pembayaran juga bisa dilakukan dengan menggunakan kartu debit. Ke depan, e-Kiosk ini akan terus dikembangkan untuk semakin menghadirkan solusi pembelian tiket bagi penumpang.

TIPS Mendorong semua karyawan memberikan ide kreatif Hadirkan inovasi yang menjawab kebutuhan penumpang Memanfaatkan teknologi dalam berinovasi

IKLAN L’OREAL

089-112 main story cc.indd 97 JULI_T-097.PDF 1 1 JULI_T-097_R1.pdf 15997805_MARKETEERS JULI_T-L'OREAL_R1.PDF 1

6/27/159:51:44 10:17 9:50:53 6/30/2015 2:18:03 PMAM 6/29/2015 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

098 Adnan Fajar, Vice President Sales and Marketing PT Pandu Siwi Sentosa

Perkuat Transparansi Dengan Inovasi Oleh Dilla Ibtida

Setelah sukses menjadi pemain penting di dunia logistik dengan skema B2B, Pandu Siwi Sentosa menjajal sektor ritel. Dengan adanya dukungan inovasi, sang anak usaha, Pandu Logistic pun terus memperkuat fondasi bisnis induk usahanya.

Kepercayaan dan transparansi adalah senjata utama perusahaan jasa antar barang. Sebagai perusahaan kargo dan logistik yang telah berusia dua dekade, PT Pandu Siwi Sentosa dengan perusahaan kargonya, Pandu Logistics sudah mendapatkan kepercayaan besar dari konsumen korporat.

Mengusung skema Business to Business (B2B), Pandu Logistics membangun bisnisnya dengan fondasi syariah, khususnya pada konsep amanah.

Dengan misi mengantarkan barang hingga tujuan, konsep amanah menjadi prinsip yang digenggam Pandu Logistics dalam menjalankan bisnisnya.

Kendati sudah berada di titik yang nyaman, Pandu Logistics tidak berhenti berinovasi. Mengikuti tren e-commerce yang semakin berkembang, Pandu Logistics meluncurkan Pandu Express, sebuah layanan kurir yang memberikan servis langsung dengan jalur Business to Consumer (B2C).

“Pandu Logistics memang awalnya lebih kuat di korporat,” ujar Adnan Fajar, Vice President Sales and Marketing PT Pandu Siwi Sentosa, perusahaan induk Pandu Logistics. “Tapi, e-commerce sedang berkembang. Online shop semakin diminati dan ini harus

15997805_MARKETEERS JULI_T-098.PDF 1

diraih pasarnya. Jadi, Pandu Express berdiri karena ada demand dari customer agar kami menyediakan layanan tersebut.”

Pandu Express memanfaatkan jaringan yang telah dimiliki untuk melakukan perluasan pasar. Dengan metode waralaba, Pandu Express diharapkan dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia secara luas.

“Kami tidak membatasi siapa pun yang ingin franchise. Mereka hanya perlu menyediakan tempat dan modal awal, kemudian kami yang akan mengelola. Para agen inilah yang kemudian akan menjadi representasi kami dalam menampilkan produk Pandu Express,” tambah Adnan.

Kendati telah memiliki backbone yang kuat dari Pandu Logistics, Pandu Express akan berhadapan dengan perusahaan jasa kurir lainnya yang telah bermain cukup lama di Indonesia. Menghadapi persaing­ an ini, diferensiasi menjadi poin penting yang tidak bisa diabaikan. Harus ada yang membuat pelanggan menoleh saat melihat layanan Pandu Express diban­ dingkan dengan brand-brand kurir lainnya.

“Karena bisnis kami berbasis amanah, tentunya diferensiasi-nya adalah kami berbisnis secara jujur,” imbuh Robby Leonardy, Marketing and Business Development Senior Manager PT Pandu Siwi Sentosa. “Jujur dalam artian, kami memberikan update yang transparan dan real-time mengenai barang yang dikirimkan secara lebih mendetail. Tidak hanya di titik awal dan akhir, namun juga di setiap titik transit.

Kami menggunakan teknologi yang bisa memberikan update tibanya barang di setiap titik. Informasinya secara jujur kami sampaikan pada customer. Inilah yang membedakan Pandu Express dengan perusahaan kurir lainnya,” katanya.

Teknologi ini adalah terobosan yang sebenarnya telah lama dilakukan oleh Pandu Logistic untuk melayani pengiriman pelanggan korporat ke seluruh Indonesia. Karena cost yang tinggi, implementasi dari teknologi yang memungkinkan pelanggan melakukan update per titik transit ini dilakukan secara bertahap dan terus diperbaharui.

Tantangan dalam melakukan inovasi ini adalah sistem yang baik. Dengan adanya teknologi seperti ini, kini order tidak lagi dilakukan via telepon, tapi menggunakan sistem. Saat barang sudah sampai titik tertentu atau sudah tiba di tujuan penerima, maka akan ada update yang langsung masuk ke dalam sistem tersebut. Dengan begini, pelanggan bisa tahu secara transparan mengenai keberadaan barangnya.

Keberadaan teknologi ini mempermudah perluasan bisnis Pandu Logistic dari B2B ke B2C. Fondasi bisnis kurir yang berdasarkan pada nilai-nilai amanah ini sangat terbantu dengan keberadaan inovasi itu.

Dengan update real-time yang bisa dengan mudah diakses dari gadget pelanggan, Pandu Logistic menjamin tidak ada informasi yang ditutupi sama sekali.

Bukti di setiap check-point ini membangun keperca­ yaan yang kuat bagi pelanggan, faktor terpenting bagi usaha kargo, kurir, dan logistik.

“Backbone utama kami yang sifatnya B2B sudah memiliki track record yang baik dan bisa menjadi fondasi awal yang bagus. Namun keberadaan teknologi yang memungkinkan real-time update akan memperkuat rasa percaya pelanggan,” kata Adnan.

“KARENA BISNIS KAMI BERBASIS AMANAH, TENTUNYA DIFERENSIASI-NYA ADALAH KAMI BERBISNIS SECARA JUJUR.”

TIPS Inovasi tak lantas mengubah visi dan misi perusahaan, melainkan memperkuat dan mendukung Inovasi bisa melahirkan kanal informasi yang transparan bagi konsumen

6/29/2015 9:50:53 AM

15997805_MARKETEERS JULI 2015_T-099_GITS.pdf 1

6/29/2015 10:05:29 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

100

“NANTINYA, KALAU BISNIS VOUCHER FISIK SUDAH TIDAK ADA LAGI, MAKA KAMI SUDAH HARUS SIAP SEPENUHNYA DENGAN PENGISIAN PULSA SECARA DIGITAL.”

TIPS Harus ada inovasi dalam pembangunan sumber daya manusia Menggunakan cara yang tidak konvesional untuk memicu kualitas SDM Menciptakan budaya inovasi dengan cara unik

15997805_MARKETEERS JULI_T-100.PDF 1

Priyantono Rudito Direktur Human Capital Management PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel)

Menjadikan Self Renewable Sebagai DNA Oleh Jaka Perdana

Telkomsel tidak melupakan inovasi untuk mengembangkan sumber daya manusia. Untuk itu, ada standar kemampuan yang tinggi sebagai penilaian. Ujungnya agar pegawai mengerti budaya self renewable.

Inovasi tidak melulu soal produk. Inovasi justru di­ mulai dari sisi sumber daya manusia (SDM)-nya. Hal ini juga berlaku bagi perusahaan yang bergerak di teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Apalagi, di dunia TIK yang perkembangannya begitu pesat, manusianya pun harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat.

Untuk itu, Telkomsel pun telah mempersiapkan sumber daya manusianya agar bisa bertahan di tengah globalisasi. Salah cara untuk memacunya adalah deng­an menaikan level standar kualitas bagi seluruh jajaran pegawai ini. Terutama, agar mereka bisa bersaing di kancah global.

“Ada skala untuk mengukur kemampuan seseorang, apakah is sudah memenuhi standar dengan skala 1 sampai 5. Orang Indonesia ternyata belum mampu menembus level 2, terganjal oleh kemampuan Bahasa Inggris. Saya justru menerapkan level 3,2 untuk jajaran pegawai Telkomsel,” kata Direktur Human Capital Management PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Priyantono Rudito.

Priyantono meyakini bahwa penerapan standar tinggi ini bisa menjadi salah satu upaya mendorong

inovasi dan membuat SDM lebih adaptif terhadap perubahan, serta bisa bermain di kancah internasional.

Agar lebih efektif, Priyantono menerapkan punishment. Bila seorang pegawai tidak bisa menembus angka tersebut akan berpengaruh pada penilaian performa di akhir tahun. Penilaian ini memengaruhi pendapat­ an tambahan akhir tahun yang tentunya tidak sebesar pegawai lain yang mampu menembus level itu .

Bagi Priyantono, agar orang Indonesia bisa me­ nembus level internasional dengan cepat, diperlukan cara yang tidak konvensional. Mereka tidak bisa hanya duduk mendengarkan teori, seperti di kampuskampus. Harus ada penekanan dan tantangan alias memberikan target lebih di atas normal. Hal ini akan membuat seseorang kian tertantang dan mengeluarkan semua kemampuannya. Berikutnya learning by doing untuk mempersingkat waktu seseorang untuk belajar.

“Hasilnya, bisa dilihat bahwa 70% pendapatan Telkom secara grup dihasilkan Telkomsel. Pendapatan, EBITDA, serta profit kami juga tumbuh dua digit dalam setahun,” tegas Pri tanpa mau blak-blakan soal angka.

Dengan dorongan untuk belajar sambil bekerja itu, maka setiap jajaran Telkomsel akan memiliki DNA perusahaan dengan konsep self renewable. Artinya, karyawan harus bisa adaptif secepatnya dengan berbagai perubahan.

“Penerapan konsep self renewable itu banyak sekali, seperti layanan 4G, hingga pembayaran melalui T-Cash. Nantinya, kalau bisnis voucher fisik sudah tidak ada lagi, maka kami sudah harus siap sepenuhnya deng­an pengisian pulsa secara digital,” jelas Priyantono lagi.

Selain melalui cara yang bisa diukur, membangun karyawan yang memiliki DNA self renewable juga lewat pembangunan budaya. Ada cara unik yang dilakukan agar semua elemen sumber daya manusia di Telkomsel memahami betul kultur perusahaan. Cara itu adalah dengan acara Kompor Budaya. Setiap pegawai mengaktualisasikan dirinya dalam berbagai kegiatan seni yang diadakan oleh perusahaan. Setiap penampilan dan aktualisasi harus dijabarkan dengan seunik mungkin sembari menggambarkan karakter perusahaan lewat cara menyenangkan.

“Dengan event-event seperti itu, aktualisasi diri untuk menunjukan karakter perusahaan bisa terjadi dengan cepat. Di Kompor Budaya ini, setiap orang menampilkan berbagai penampilan unik, bahkan ada yang menggunakan kostum drakula. Apapun itu, yang penting menggambarkan nilai sebuah perusahaan sehingga menjadi kultur kuat,” tegas Priyantono.

Telkomsel juga akan menerapkan inovasi baru agar SDM-nya bekerja menjadi lebih efektif, efisien, dan inovatif. Perusahaan ini akan menghadirkan metode baru dalam bekerja. Telkomsel akan memiliki gedung baru dengan konsep awal bernama TSO, yaitu Telkomsel Smart Office. Dalam gedung baru ini para pegawai akan mempraktikan konsep bekerja cashless, paperless, wireless, dan seamless.

“Kami ingin terus menjadi great. Cara self renewable tersebut akan terus menjadi bagian Telkomsel sebagai perusahaan inovatif yang siap go global. Inilah yang disebut Telkomsel Way,” tutup Pri.

6/29/2015 9:50:54 AM

15997805_MARKETEERS JULI_T-101_GIIAS.PDF 1

6/29/2015 9:50:55 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

102 Bina Ratna Kusuma Fitri Direktur Bethsaida Hospital

Komitmen Sebelum Berdiri Oleh Kelik Bayundara

Bethsaida Hospital tidak ingin memberikan pelayanan kesehatan ala kadarnya. Tak sekadar menjadi bumbu, inovasi justru menjadi kunci Bethsaida Hospital untuk bergema. Bahkan, komitmennya ini sudah dimulai sejak bangunannya belum berdiri.

“INOVASI BIASANYA DILAKUKAN SETAHUN SEBELUMNYA. NAMUN, BILA KITA MELIHAT PELUANG PADA TENGAH TAHUN, MAKA BUSINESS PLAN BISA DIBUAT, DIDISKUSIKAN, BILA ACHIEVABLE AKAN DISETUJUI.”

15997805_MARKETEERS JULI_T-102.PDF 1

Dari tahun ke tahun, industri rumah sakit semakin diminati oleh investor. Bina Ratna Kusuma Fitri, Direktur Bethsaida Hospital mengatakan jumlah fasilitas kesehatan yang memadai belum sesuai dengan populasi masyarakat yang semakin bertambah. “Otomatis, masih banyak diperlukan sarana kesehatan,” ungkap Bina optimistis.

Apalagi, pemerintah telah menetapkan kebijakan universal coverage. Sebelumnya, masyarakat belum memiliki kesadaran terhadap kesehatan karena hambatan ekonomi. “Bahkan, bila sakit masih ditahantahan. Sejak adanya universal coverage, pasien lebih memiliki kemudahan akses untuk pergi berobat,” kata Bina.

Bethsaida Hospital baru berdiri sejak tahun 2012.

Di usianya yang masih relatif muda, Bethsaida Hospital melihat inovasi merupakan hal yang wajib untuk dilakukan. Bahkan, sebelum berdiri pun Bethsaida

Hospital telah berkomitmen untuk berinovasi.

Komitmen ini diwujudkan melalui berbagai hal.

Bina, yang bergabung sejak RS Bethsaida belum berdiri mengatakan hal ini dilakukan karena menyadari banyaknya rumah sakit umum berskala besar yang lebih dulu bertengger di kawasan Serpong, Tangerang. Sebut saja Omni Hospitals, Siloam Hospitals, Eka Hospitals, Mayapada Hospitals, dan Rumah Sakit Carolus.

Bethsaida Hospital memulainya dengan survei pasar untuk mencari tahu kebutuhan dari masyarakat Gading Serpong. Mereka menggali apa saja yang dicari konsumen dari sebuah rumah sakit. Mereka juga mencari tahu mengapa pasien pergi ke rumah sakit tertentu. Bethsaida Hospital juga menganalisis kelebihan dan kekurangan dari rumah sakit yang ada di sekitarnya.

Keluarga muda mendominasi pemukiman di daerah Serpong. Bina mengatakan, dalam pemilihan rumah sakit biasanya sang ayah melihat dari gedung dan fasilitas. Sedangkan ibunya memperhatikan dari sisi dokter dan harga. Namun orang tua dari pasang­ an muda tersebut pun akhirnya memilih rumah sakit yang sama.

Komitmen dari Bethsaida Hospital adalah memfasilitasi rumah sakit, selengkap yang ditawarkan oleh rumah sakit lainnya. “Minimal harus sama dan ada lebihnya dari mereka. Dalam pemilihan alat-alat, menjadi komitmen kami untuk memiliki apa yang tidak dimiliki oleh rumah sakit sekitar,” ungkap Bina.

Salah satu contohnya adalah fasilitas Hyperbaric Oxygen Therapy Center. Hanya ada beberapa rumah sakit yang memiliki fasilitas ini, salah satunya Rumah Sakit Angkatan Laut. Terapi Oksigen Hiperbarik merupakan terapi medis pemberian oksigen murni yang bertujuan meningkatkan kadar oksigen dalam darah, plasma, dan jaringan. Peserta terapi Hiperbarik masuk ke dalam ruangan bertekanan tinggi.

Terapi Oksigen Hiperbarik dapat membantu pe-­ nyembuhan luka bermasalah seperti luka diabetes, luka bakar, hingga luka infeksi serius. Selain itu, teknologi ini juga dapat membantu penyembuhan patah tulang, masalah gangguan pendengaran, gangguan saraf dan stroke, autis, hingga kebugaran dan kecantikan.

Selain Terapi Oksigen Hiperbarik, Bethsaida Hospital juga mendirikan Aesthetic Center. Menggandeng Sandra Dewi sebagai brand ambassador, Aesthatic Center menjadi sarana untuk mendukung penampilan yang diinginkan untuk menunjang gaya hidup modern.

Inovasi yang dilakukan oleh Bethsaida Hospital adalah dengan mengikuti perkembangan teknologi kedokteran. “Bila teknologi tersebut telah diterapkan, akan selalu ditingkatkan sesuai dengan masa dan kemajuan teknologi kedokteran saat ini,” ungkap Bina.

Bethsaida Hospital ingin menjadikan kesehatan sebagai gaya hidup masyarakat. “Kami mengedepankan medical checkup. Masyarakat memiliki kesadaran untuk terus menjaga dirinya agar tetap sehat,” kata Bina.

Selain itu, Bethsaida juga memiliki Dental Center.

Bina mengklaim Dental Center yang dimiliki oleh Bethsaida siap dengan segalanya. “Kami mencari tahu, apa yang kurang dari rumah sakit lainnya, lalu

6/29/2015 9:50:58 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

103 dibuatlah di Bethsaida Hospital. Kami menjadi yang pertama. Itulah inovasi,” ungkap Bina.

Bahkan, Dental Center dari Bethsaida Hospital juga dilengkapi layar televisi untuk keluarga pasien yang ingin melihat jalannya proses operasi. Mereka tidak perlu cemas melihat dari dalam, melainkan cukup melihat dari luar ruangan.

Saat ini, masih ada orang yang lebih memilih berobat ke luar negeri. Masalahnya tidak terletak pada kemampuan dokternya, mau pun peralatannya. Sebaliknya, masalah terletak pada kurangnya komunikasi antara dokter dan pasien bahwa fasilitas rumah sakit di Indonesia sama dengan di luar negeri. “Untuk mengatasi itu, yang kami kuatkan adalah dengan menumbuhkan komunikasi pada dokter bahwa pasien adalah klien. Garda terdepan adalah dokter,” kata Bina.

Sejak Bethsaida Hospital dibuka, fasilitas e-prescription telah diterapkan. Karenanya, Bethsaida Hospital menghadirkan fasilitas ini untuk menjawab tulisan dokter yang terbilang sulit dibaca oleh orang umum.

Kini, Bethsaida Hospital juga tengah mengembangkan e-medical record. “Dari Departemen Kesehatan sendiri sebenarnya tidak melarang, namun juga tidak membolehkan. Untuk pembuktian, berkas tetap diminta. Jadi kami membuat keduanya,” kata Bina.

Sebagai industri yang bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan, Bina menilai dokter harus sensitif.

Untuk berinovasi, rumah sakit tidak melulu mengan-

dalkan divisi research and development. Sebaliknya, semua terlibat dan saling memberikan ide, termasuk dokter. Siapa pun yang memiliki ide bisa langsung menyampaikan ke manajemen.

Bina mengatakan, dokter dilibatkan sejak awal Bethsaida Hospital didirikan. Mereka sudah terbiasa dengan memberikan saran. Bahkan, dokter diajak untuk menentukan spesifikasi dari suatu alat kedokteran yang dibutuhkan, tapi tidak diperkenankan menentukan mereknya. “Bila hanya manajemen yang menentukan, tentu tidak paham dengan detailnya. Itu kembali kepada penggunanya,” kata Bina. Dengan begitu, dokter tidak bisa mengeluhkan alat yang sudah dibeli, karena mereka telah terlibat dalam proses.

Yang jelas, segala inovasi Bethsaida Hospital berangkat dari kebutuhan masyarakat. Selain memberikan inovasi terhadap alat, Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi hal yang krusial dalam industri kesehatan ini.

Saat awal membangun, Bethsaida menghabiskan dana investasi lebih dari Rp 300 miliar. Bahkan, Bethsaida Hospital tidak membatasi bujet selama terkait dengan inovasi. Namun, tentunya kesiapan serta alasan menjadi hal krusial sebelum mengambil keputusan terkait sebuah inovasi. “Inovasi biasanya dilakukan setahun sebelumnya. Namun, bila kita melihat peluang pada tengah tahun, maka business plan bisa dibuat, didiskusikan, bila achievable akan disetujui,” kata Bina.

TIPS Persiapkan dengan matang Perhatikan infrastruktur & SDM Libatkan dokter dalam proses inovasi

IKLAN SUMATERA EXPRESS

15997805_MARKETEERS JULI_T-103_SUMATERA JULI_T-103.PDF 1 1 EKSPRES.PDF 1 JULI_T-103_R1.pdf

6/29/2015 9:50:58 AM 6/30/2015 9:50:59 2:18:47 PM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

104 Nining W. Pernama President of Tupperware Indonesia

Andalkan Desain dan Kolaborasi Oleh Sigit Kurniawan

Inovasi Tupperware berangkat dari dinamika pasar yang senantiasa berubah. Produktivitas dan kreativitas diklaim sebagai elemen penting dalam inovasi ini.

Pusat Desain di tiga negara menjadi kekuatan inovasi tersebut. Inovasinya dijalankan secara kolaboratif.

Siapa tidak kenal Tupperware? Merek asal Amerika Serikat ini dikenal dengan produk-produk kebutuhan rumah tangga dengan kualitas mumpuni. Kontainer plastik ini diburu oleh kaum perempuan urban – khususnya ibu rumah tangga – lantaran produknya dikenal tahan lama dan praktis.

Di balik semua itu, Tupperware memiliki pusat desain khusus untuk mendesain produk-produk sesuai kebutuhan di masing-masing pasar. Tiga pusat desain di Amerika Serikat, Belgia, dan Singapura ini menggawangi inovasi-inovasi Tupperware selama ini.

Inovasi produk diklaim menjadi fokus utama Tupperware. Inovasi ini menggeser posisi Tupperware bukan lagi sebagai produsen kontainer plastik tetapi sebagai solusi household solutions.

15997805_MARKETEERS JULI_T-104.PDF 1

“Inovasi nomor satu yang kami lakukan adalah inovasi pada produk. Meski demikian, kami juga melakukan inovasi pada layanan. Inovasi produk menjadi yang utama karena menjadi kekuatan dari Tupperware. Inovasi produk menjadi fokus utama kami,” ujar ­Nining W. Pernama, President of Tupperware Indonesia dan Vice President Sales Development Asia Pacific.

Awalnya, sekitar 60 tahun lalu, Tupperware mengawali bisnisnya sebagai produsen kontainer plastik.

Seiring dengan perkembangan zaman, Tupperware tidak hanya memproduksi kontainer plastik, namun sudah menjadi household solutions.

Inovasi tersebut, sambung Nining, selalu dilandasi oleh tren perubahan di pasar. Menurutnya, Tupperware ingin menjawab kebutuhan gaya hidup modern.

Rumah-rumah tangga, misalnya, cenderung makin mengecil. Akibatnya, gudang penyimpanan barang di rumah menjadi masalah.

“Kami masuk ke rumah tangga untuk menawarkan solusi atas masalah tempat penyimpanan itu. Selain itu, terkait gaya hidup sehat, banyak orang mulai membawa bekal makanan dari rumah. Mereka membawa masakan sendiri karena dianggap lebih sehat.

Kami menjawab kebutuhan ini dengan menciptakan produk-produk khusus,” katanya.

Nining mengamini dua elemen yang tak bisa dilepaskan dari inovasi Tupperware, yakni produktivitas dan kreativitas. Terkait produktivitas, Tupperware harus mampu menjawab ketersediaan produk-produk yang dibutuhkan pelanggan. Apalagi kebutuhan pelanggan dari waktu ke waktu makin bertambah dan kompleks. Untuk ketersediaan produk tersebut, saat in, Tupperware memiliki kurang lebih 200.000 sales forces di seluruh Indonesia.

Sementara, terkait kreativitas, Nining menegaskan Tupperware tidak asal beda dalam membuat produk.

Bentuk kreativitas yang disematkan dalam inovasi produk Tupperware teranyar adalah pressure cooker untuk microwave dan Rice Smart. Rice Smart merupakan semacam dispenser untuk menyimpan beras yang berukuran lebih kompak dan ramping.

Dengan desain modern dan segar, tempat beras ini bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan beras secara lebih baik, gampang, dan tanpa membungkuk.

Selain itu, Rice Smart juga lebih mampu menjaga kualitas dari beras yang disimpannya. Tampilannya cantik, bisa diletakkan di mana saja, dan tidak memakan tempat. “Kreativitas ini bisa menjawab tren ruangan di rumah tangga yang makin kecil seperti sekarang ini,” katanya.

Untuk menggawangi inovasi tersebut, Tupperware global mengandalkan design center. Pusat desain ini bertugas untuk menjawab kebutuhan inovasi baru.

Dalam operasionalnya, pusat desain ini bekolaborasi dengan para pemasar di setiap negara untuk mendapatkan insight-insight di masing-masing pasar. .

Selain itu, pusat desain ini juga melakukan cocreation bersama pelanggan dan sales force mereka.

Pusat ini menerima masukan-masukan dari pelanggan untuk pengembangan produk sesuai dengan perkembangan pasar di masing-masing negara. Akhirnya, dua hal yang menjadi elemen utama dari inovasi Tupperware adalah desain dan teknologi.

“INOVASI NOMOR SATU YANG KAMI LAKUKAN ADALAH INOVASI PADA PRODUK. MESKI DEMIKIAN, KAMI JUGA MELAKUKAN INOVASI PADA LAYANAN.”

TIPS Inovasi harus menjawab kebutuhan kontekstual masing-masing pasar Berdayakan design center Selalu mengamati perubahan tren pasar Berkolaborasi dengan konsumen dan tim sales forces untuk dapatkan insight

6/29/2015 9:51:00 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

105 Irzan H. Pulungan Presiden Director PT Mega Mahadana Hadiya (Mahadya)

Tak Hanya Eksekusi, Tapi Juga Tim yang Solid Oleh Septi Wijayani

Sebagai salah satu pemain utama di alat berat, Trakindo tidak kesulitan untuk terjun di dunia makanan dan minuman. Bahkan, mereka bisa menghadirkan inovasi yang terbilang baru di negeri ini.

Di bawah payung usaha Trakindo, PT Mega Mahadana Hadiya atau Mahadya menjalankan bisnis ritelnya dengan merek Carl’s Jr, Wingstop, dan LOKA. Mahadya mempunyai visi mengangkat kualitas hidup masyarakat dengan memberikan pengalaman yang berkualitas, unik, berkesan dan akrab. Salah satu cara untuk mencapai visi tersebut adalah melalui inovasi yang terus diciptakan.

Sejak menghadirkan merek-mereknya ke tengahtengah masyarakat, Mahadya terus menciptakan beberapa inovasi unik untuk mereknya. Sebagai contoh, Carl’s Jr. dan Wingstop adalah restoran yang mengusung konsep fast casual dalam pelayanannya di Indonesia. “Fast casual restaurant adalah konsep yang cukup baru di Indonesia dengan pelayanan cepat dan makanan yang disajikan baru dimasak setelah dipe-

15997805_MARKETEERS JULI_T-105.PDF 1

san. Tidak seperti fast food yang makanannya sudah siap saji,” kata Irzan H. Pulungan, President Director Mahadya kepada Marketeers.

Carl’s Jr. maupun Wingstop secara berkala menghadirkan menu baru. Carl’s Jr. yang terkenal dengan chargrilled burger-nya baru-baru ini mengeluarkan Tex Mex Burger with Beef Bac yang mendapat sambutan antusias dari pelanggan. “Selain menghadirkan menu-menu baru, tentu saja kami akan terus melakukan inovasi dalam meningkatkan pelayanan agar pelanggan merasakan pengalaman yang “WOW” di Carl’s Jr.,” jelas Irzan.

Sementara itu, merek Mahadya yang lain, yaitu Wingstop hadir dengan konsep yang berbeda pula.

Wingstop mengklaim sebagai satu-satunya restoran sayap ayam yang menyajikan sepuluh varian rasa.

Untuk memanjakan selera konsumennya, Wingstop baru-baru ini meluncurkan rangkaian side dish, seperti Mushroom Fritters, Sweet Churros, dan Veggie Stick.

Tidak sampai di situ, Wingstop akan terus berinovasi dengan menu-menu baru lainnya.

Selain mengelola dua restoran, Mahadya juga memiliki gerai supermarket dengan merek LOKA yang mengusung konsep lifestyle supermarket. LOKA hadir dengan interior yang modern dengan menyajikan berbagai produk lokal dan produk luar negeri. Selain itu, untuk memberikan pengalaman lebih dari sekadar berbelanja, LOKA pun mengusung konsep shop in shop dengan menghadirkan restoran, coffee shop, dan bakery.

Kemudian, letak keunikan supermarket LOKA ada pada pengalaman berbelanja yang diberikan untuk anak-anak. LOKA menyediakan trolley dan kasir khusus sehingga mereka dapat berlatih berbelanja secara bijak dan mandiri. “Anak-anak bisa belajar untuk membuat daftar belanja, mencari barang-barang belanjaan, lalu membayarnya sendiri di kasir khusus anak-anak,” tambah Irzan.

Irzan menambahkan, berbagai konsep menarik dan inovatif yang dihadirkan di LOKA tersebut ditunjang dengan keramahan seluruh staf. “Bagi LOKA, pelanggan adalah teman, sehingga staf LOKA akan membantu pelanggan dengan ramah dan sepenuh hati agar pelanggan merasa nyaman di LOKA. Ke­ semuanya inilah yang membentuk semangat Engage.

Experience. Every day., sesuai dengan tagline merek LOKA,” papar Irzan.

Irzan menuturkan, ide kreatif dalam membuat inovasi bisa datang dari mana saja. Yang terpenting, bagi Mahadya adalah selalu mendengarkan masukan dari pelanggan dengan baik. Sehingga apa pun inovasi yang dihadirkan benar-benar menjawab kebutuhan pelanggan.

Yang jelas, menciptakan dan mengeksekusi inovasi memang bukan pekerjaan yang mudah karena akan menemui hal baru. “Ini tantangan bagi kami. Dengan perencanaan eksekusi yang matang dan didukung oleh kerja sama tim yang solid, kendala apa pun dapat kami hadapi,” katanya.

Dengan berbagai inovasi yang dilakukan, Irzan berharap Mahadya mampu bersaing dengan pemain lain yang di industri ini. Ia berharap, ke depan Mahadya bisa menjadi pemimpin pasar di industri ritel meski persaingan yang dihadapi ketat.

“SELAIN MENGHADIRKAN MENU-MENU BARU, TENTU SAJA KAMI AKAN TERUS MELAKUKAN INOVASI DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN AGAR PELANGGAN MERASAKAN PENGALAMAN YANG “WOW” DI CARL’S JR.”

TIPS Tetapkan positioning merek yang jelas Dengarkan suara pelanggan yang bisa menjadi inspirasi dalam berinovasi Inovasi yang dilakukan harus direncanakan dengan matang dan perlu kerja sama tim yang solid

6/29/2015 9:51:00 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

106 Faisal Yusra VP Quality, Sistem & Knowledge Management PT Pertamina (Persero)

Gerakkan Informal Leader Sebagai Agen Oleh Ign. Eko Adiwaluyo

Cakupan bisnis Pertamina terbentang luas dari hulu ke hilir. Inovasi pun sudah menjadi makanan seharihari. Tahun lalu, nilai kapitalisasi dari inovasi yang dilakukan Pertamina mencapai sekitar Rp 8,008 triliun.

TIPS Membuat kebijakan khusus tentang inovasi Menyertakan pemimpin komunitas

Setelah harga bahan bakar minyak (BBM) diserahkan ke mekanisme pasar, potensi operator stasiun bahan bakar umum (SPBU) asing untuk berekspansi di pasar Indonesia semakin besar. Meski begitu, untuk bisa menggerogoti pasar SPBU Pertamina secara signifikan dalam waktu singkat, sepertinya sangat tidak mungkin.

Di sisi lain, PT Pertamina (Persero) telah bersiap meluncurkan produk baru, yakni Pertalite yang merupakan produk inovasi dari perusahaan ini. Adanya Pertalite bisa menjadi senjata ampuh bagi Pertamina untuk menghambat laju penetrasi para operator SPBU asing. Bisa dikatakan, Pertalite bukan sekadar inovasi produk, tapi juga merupakan kejelian dan kreativitas Pertamina dalam melihat pasar.

15997805_MARKETEERS JULI_T-106.PDF 1

Diversifikasi produk ala Pertamina ini akan memberikan konsumen lebih banyak pilihan. Pertalite memenuhi kebutuhan segmen yang ingin mesin kendaraannya terawat dengan harga yang tidak lebih dari patokan harga Pertamax. Secara produk, Pertalite merupakan BBM dengan RON90. Berada di tengah antara Premium dengan RON88 dan Pertamax yang memiliki RON92.

“Pertalite itu merupakan inovasi Pertamina yang sudah disiapkan sejak lama. Produk itu sudah kami persiapkan dari dulu. Hanya saja, dalam urusan migas ini, kan, Pertamina tidak bisa berjalan sendiri. Padahal, bila diilihat sebagai insititusi bisnis, mengeluarkan produk baru itu wajar saja selama pasarnya ada,” kata Faisal Yusra, VP Quality, Sistem & Knowledge

6/29/2015 9:51:01 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

107 Management PT Pertamina (Persero).

Ia menambahkan bahwa selama ini Pertamina telah membuat banyak sekali inovasi. Tahun lalu, Pertamina memiliki 1.975 kegiatan pengembangan mutu yang menghasilkan value creation hingga Rp 8,008 riliun.

Inovasi ini dijalankan di semua lini bisnis Pertamina, dari hulu ke hilir, hingga ke semua anak perusahaan.

Tidak saja secara jumlah, kualitas hasil inovasi Pertamina pun sudah diakui hingga tinggkat international. Ini bisa terlihat dari penetrasi pelumas produk Pertamina ke berbagai negara. Kemudian, ada juga LSWR V-500, BBM kelas atas untuk kapal nelayan yang diekspor ke Jepang yang penjualannya bisa mencapai Rp 1,3 triliun per tahun.

Bagaimana Pertamina bisa menghasilkan sedemikan banyak inovasi? Bagi Pertamina inovasi merupa­ kan bagian dari pengembangan perusahaan dalam program Quality Management. Dalam program ini ada empat pilar besar yang menjadi payung dalam upaya pengembangan tersebut, yakni continous improvement program (CIP), standarization system management, knowledge menagement, dan policy assesment management.

Dalam upaya pengelolaan kualitas ini, CIP menjadi tulang punggung dan inovasi merupakan bagian dari CIP. Untuk mempertajam inovasi, Pertamina memiliki pola Delta PDCA, yakni delapan langkah tiga alat; plan-do-check-action. Dengan pola ini inovasi harus menghasilkan Panca Mutu yang terdiri dari quality, cost, delivery, safety, dan morale.

Faisal menegaskan bahwa sekarang ini, dalam pengembangan kualitas Pertamina lebih memilih idiom improvement dibanding innovation. Sebabnya, inovasi cenderung direncanakan atau ada targetnya.

Nah, sedangkan improvement itu wajib ada dalam setiap penyelesaian pekerjaan. Katakanlah untuk sebuah pekerjaan yang sama, cara penyelesaiannya harus semakin efektif dan efisien. Dalam proses improvement tersebut tidak dipungkiri juga menghasilkan banyak inovasi.

“Untuk mendorong proses pengembangan yang berkelanjutan ini Pertamina memiliki kebijakan khusus. Intinya mendorong penyelesaian pekerjaan dan inovasi yang terus dikembangkan dengan berorientasi pada penciptaan value,” tambahnya.

Sehingga, semua unit yang ada di Pertamina dan anak-anak perusahaannya terus menerus melakukan inovasi. Untuk mendapatkan pengakuan bahwa inovasi itu memiliki efek positif yang luas, maka ada proses seleksi mulai di tingkat unit bisnis hingga ke level nasional. “Misalnya ada inovasi pelumas baru, itu sudah pasti sudah dikaji dari anak perusahaan hingga level pusat,” tegasnya.

Mendukung Prioritas Perusahaan Pengembangan kualitas yang terus dilakukan ini juga dalam rangka mendukung lima prioritas strategis Pertamina hingga tahun 2019 yang dicanangkan direksi baru. Lima prioritas tersebut adalah pengembang­an sektor hulu, efisiensi di semua lini, peningkatan kapasitas kilang, pengembangan infrastruktur dan marketing, serta perbaikan struktur keuangan.

Dari kelima prioritas tersebut, prioritas pada pengembangan infrastruktur dan marketing yang

15997805_MARKETEERS JULI_T-107.PDF 1

akan bisa dirasakan langsung oleh konsumen. Sebab, penekanan pada prioritas keempat ini ada di perbaik­ an proses distribusi BBM. Bisa dikatakan dalam dua tahun terakhir, inovasi dalam pendistribusian ini menjadi lead dari semua inovasi. Hasilnya, dalam dua tahun belakangan ini, cerita terjadinya kelangkaan BBM di suatu daerah sudah jarang ditemui.

Kalaupun ada itu pun hanya saat-saat terjadi kenaik­ an harga. Ketika kondisi normal hampir bisa dipastikan tidak ada kelangkaan BBM. “Kemampuan untuk mempercepat proses distribusi, merespons dalam situasi mendesak, mengendalikan sebaran BBM di pasar itu merupakan hasil dari inovasi yang dilakukan oleh insan Pertamina,” kata Faisal.

Di samping masalah distribusi, Pertamina juga sedang menjalankan program Refining Development Masterplan Program (RDMP) untuk lima kilangnya yang ada di Dumai, Cilacap, Balongan, Plaju, dan Balikpapan yang Nelson Complexity Index (NCI)nya rendah. Pembangunan kilang minyak baru atau minimal peremajaan kilang sudah mendesak untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Di sisi lain, memperbaiki kualitas produksi yang memenuhi standar Euro IV Saat ini, kebutuhan BBM Indonesia mencapai 1,6 juta barel per hari. Sedangkan pengolahan kilang Pertamina baru sekitar 1 juta barel per hari. Padahal, kebutuhan BBM dalam negeri tumbuh 6% setiap tahunnya, sedangkan pembangunan satu kilang minyak setidaknya membutuhkan waktu kurang lebih tiga tahun. Pertamina, juga telah melakukan inovasi untuk pengembangan sumber energi baru melalui bahan bakar yang ramah lingkungan di antaranya hydrotreated biodiesel dari CPO & Algae Oil, solar emulsi, serta hydrogen.

Bagaimana cara Pertamina membangun kultur inovasi? Faisal menjelaskan bahwa unitnya secara formal memang menjadi aktor penggerak continous improvement. Untuk menumbuhkan budaya inovasi ini ada dua cara, secara formal dan nonformal. Cara formal itu seperti perusahaan-perusahaan lain, yaitu menggunakan key performance index (KPI).

Menariknya, Faisal juga menggerakkan inovasi lewat cara nonformal. Hal itu dilakukan dengan menggandeng informal leader yang ada di setiap unit, baik itu di Pertamina dan anak perusahaan. Para informal leader ini diajak untuk mau menggerakkan unitnya masing-masing untuk selalu melakukan improvisasi dan inovasi. “Jumlahnya tidak banyak, tapi pengaruh mereka sangat besar dalam menumbuhkan semangat improvement ini,” kata pria yang juga menjadi Presi­ den Konfederasi Serikat Pekerja Migas ini.

Di tengah kondisi minyak dunia yang tidak menentu ini, Pertamina bisa membuktikan diri sebagai perusahaan yang memiliki kinerja kinclong. Pertamina tetap membukukan laba bersih senilai US$ 28 juta atau Rp 361 miliar (kurs Rp12.922) pada kuartal I-2015.

“Di saat kondisi bisnis tidak bagus ini untuk terus mendapatkan keuntungan harus melakukan efisiensi.

Agar bisa efisien harus ada inovasi dan improvement.

Di sinilah letak penting kami sebagai bagian yang bertanggung jawab dalam membangun kultur continous improvement,” tambah Faisal.

“UNTUK MENDORONG PROSES PENGEMBANGAN YANG BERKELANJUTAN INI, PERTAMINA MEMILIKI KEBIJAKAN KHUSUS. INTINYA MENDORONG PENYELESAIAN PEKERJAAN DAN INOVASI YANG TERUS DIKEMBANGKAN DENGAN BERORIENTASI PADA PENCIPTAAN VALUE.”

6/29/2015 9:51:01 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

108 Danny Praditya Presiden Direktur PT Gagas Energi Indonesia

Membebaskan Karyawan Bereksplorasi Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz

Kendala infrastruktur menjadi tantangan dalam proses konversi dari bahan bakar minyak berbahan fosil ke gas alam. Namun, PT Gagas Energi Indonesia (Gagas) bisa menemukan solusi atas tantangan tersebut.

PT Gagas Energi Indonesia (Gagas) adalah salah satu pemain di industri minyak dan gas yang bermain di segmen business-to-business (B2B). Meski bermain di segmen tersebut, inovasi tetap memainkan peran pertumbuhan bagi perusahaan ini. Inovasi bukan hanya dari sisi produk, tetapi juga proses dan konsep bisnis.

“Sebagai anak usaha dari PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN), inovasi lahir untuk menjawab persaingan yang semakin ketat. Inovasi dipandang

15997805_MARKETEERS JULI_T-108.PDF 1

sebagai keharusan. Sebab itu, Gagas terus menggali kreativitas setiap divisinya guna melahirkan inovasi,” jelas Presiden Direktur PT Gagas Energi Indonesia Danny Praditya.

Gagas dibentuk untuk memperkuat bisnis inti PGN di sektor hilir. Bisnisnya meliputi usaha niaga gas bumi melalui pipa, usaha SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas), serta usaha CNG (Compressed Natural Gas) dan Micro LNG (Liquified Natural Gas). Secara spesifik, tugas Gagas adalah untuk menjangkau wilayah di luar jangkauan jarigan pipa PGN. Untuk mendukung bisnis PGN, Gagas dituntut untuk cepat beradaptasi dengan perubahan industri dalam membangun inovasinya. Apalagi, lanskap dan tren di industri migas telah berubah. Jika dulu yang bermain di sektor ini hanya BUMN, namun kini pihak swasta mulai melirik dan memiliki kekuatan untuk bersaing.

Kompetisi yang kian ketat ini membuat Gagas selalu menanamkan kultur berinovasi di seluruh pegawainya. Secara teknis, Gagas membebaskan setiap sumber daya manusia (SDM) untuk bereksplorasi serta mengungkapkan inovasi mereka terkait proses kerja di divisinya. “Misalnya, di bagian keuangan, Gagas memberikan keleluasaan jika orang pada divisi ini memilki ide soal sistematis manajemen, sehingga menghasilkan efisiensi proses bisnis,” tambahnya.

Tantangan yang dihadapi Gagas saat ini adalah mengenai infrastruktur. Dan, tantangan ini yang pa­ling krusial untuk dipecahkan lantaran dalam memasarkan produk CNG membutuhkan SPBG. Masalah­nya, untuk membangun SPBG membutuhkan lahan dan infrastruktur pendukung. Untuk mengatasi kebuntuan ini, Gagas meluncurkan inovasi fasilitas pengisian bahan bakar gas bergerak atau Mobile Refueling Unit (MRU) di wilayah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan beberapa wilayah. Hal ini bertujuan untuk mendorong percepatan konversi dari penggunaan BBM ke BBG. Pasar utama Gagas Energi saat ini memang masih sekitar Jabotabek, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Saat ini sedang dikembangkan jalur distribusi dari Jawa Barat menuju Jawa Tengah dan sebaliknya. Untuk Sumatera, Medan menjadi pasar yang potensial yang sedang digarap saat ini. Kembali lagi, penetrasi sangat dipengaruhi oleh kesiapan infrastruktur.

Target konsumen Gagas Energi saat ini adalah sektor industri dan transportasi dengan produk GasKu (BBG PGN). Sejauh ini, SPBG sudah umum digunakan oleh sektor transportasi. Persentasenya, 80% untuk kendaran kecil, medium, dan light vehicle. Sisanya, 20% diserap oleh kendaraan heavy duty.

Menurut Danny, saat ini yang paling mudah diedukasi adalah angkutan umum karena dengan menggunakan BBG bisa melihat tingkat efisiensi yang diukur lewat pendapatan pemilik angkutan umum. Di daerah sebarannya, SPBG milik Gagas telah ada 2 di Bekasi, 1 di Bogor, 2 di Surabaya, dan 5 di Jakarta.

Meski perekonomian sedang melemah, Gagas tetap menargetkan pertumbuhan distribusi antara 10-15%.

“Saat ini kami sedang melakukan sosialisasi agar masyarakat jangan lagi ragu melakukan konversi energi BBM ke GasKu, sebab Gas itu aman, bersih, dan murah,” pungkas Danny.

“MISALNYA, DI BAGIAN KEUANGAN, GAGAS MEMBERIKAN KELELUASAAN JIKA ORANG PADA DIVISI INI MEMILKI IDE SOAL SISTEMATIS MANAJEMEN, SEHINGGA MENGHASILKAN EFISIENSI PROSES BISNIS.”

TIPS Ada inovasi di setiap proses bisnis Membebaskan karyawan bereksplorasi melahirkan kreativitas

6/29/2015 9:51:02 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

109 Adrianto Pitoyo Adhi Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk

Ecoproperty Bukan Sekadar Branding Oleh Saviq Bachdar

Perlambatan ekonomi, ketidakstabilan nilai tukar rupiah, dan pengetatan kredit menjadi penghadang industri properti pada tahun ini. Dengan pasar yang diprediksi kian terkoreksi, pengembang mesti berupaya menciptakan inovasi produk sebagai salah satu jalan keluar.

15997805_MARKETEERS JULI_T-109.PDF 1

Untuk bisa kembali rebound atau tumbuh kembali, industri properti membutuhkan prasayarat. Selain relaksasi suku bunga, kreativitas, dan inovasi para pengembang juga menjadi faktor yang mendorong tingkat penjualan properti. Inovasi itu menjadi perhatian serius bagi pengembang kelas kakap PT Summarecon Agung Tbk. Direktur Utama Summarecon Adrianto Pitoyo Adhi mengatakan, di tengah kondisi properti yang mengalami perlambatan, pengembang dituntut berkonsolidasi dalam mengembangkan inovasi produk yang sesuai dengan kondisi pasar. Salah satu produk inovatif yang dikembangkan Summarecon adalah dengan membuat setiap perumahan tanpa tangki septik atau septictank.

“Setiap hunian kami tidak memiliki septictank.

Jadi, kotoran manusia itu didaur-ulang, dan airnya terpusat ke waste water treatment plant untuk seterusnya dialirkan ke danau. Air daur ulang itu digunakan kembali untuk menyiram tanaman. Inovasi seperti ini tidak ditemui di pengembang lain,” katanya.

Adhi yang baru saja didaulat sebagai direktur utama ini mengatakan bahwa inovasi itu bukan sekadar untuk melabeli perusahaannya sebagai ecoproperty, melainkan lebih kepada bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan sosial. Katanya, banyak pengembang menggembor-gemborkan diri sebagai yang paling ramah lingkungan, namun terkadang yang dilakukannya masih setengah-setengah.

“Kalau ada yang bilang dirinya paling eco, sampai sejauh mana implementasi ke ramah lingkungannya?

Proyek eco itu merogoh investasi yang tinggi, atau bisa naik 20%-30% dari pembangunan biasa. Summarecon yang membangun perumahan tanpa tangki septik di Summarecon Kelapa Gading, Bekasi, dan Serpong, investasinya naik 15%-20%,” tutur Adhi.

Inovasi berwawasan lingkungan bukan kali pertama dilakukan oleh properti milik Keluarga Nagaria ini.

Sebelumnya, Summarecon Bekasi telah membangun perimeter ditch atau saluran tepi dengan lebar 3 meter dan panjang 13 kilometer. Saluran itu, selain dibuat sebagai sistem drainase bagi warga sekitar, juga membuat pemukiman warga tidak berada di dataran yang lebih rendah dari area pengembang.

Jauh sebelum hal itu, Summarecon Kelapa Gading juga membangun tiga waduk buatan dengan total seluas 10 hektare. Waduk yang berfungsi sebagai pengendali banjir ini dikelola oleh divisi Estate Management Summarecon dan bekerja 24 jam penuh.

Di sektor pusat belanja, Summarecon yang mengelola Mal Kelapa Gading, La Piazza, Summarecon Mal Serpong (SMS), dan Summarecon Mal Bekasi (SMB), tak luput dari sentuhan inovasi. Dengan kehadiran mal yang kian menjamur, setiap mal Summarecon menawarkan diferensiasinya masing-masing. “Di SMS dan SMB, kami membuat area Downtown Walk, alias area yang menyatukan kuliner dan entertainment. Konsep ini cukup sukses menyedot kedatangan pengunjung dan bahkan ditiru oleh beberapa pemain mal,” paparnya.

Sedangkan untuk La Piazza yang di-positioningkan sebagai lifestyle center, rutin menyajikan festival anyar sepanjang tahun. Salah satunya adalah Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) yang berhasil mening­katkan trafik kunjungan mal hingga 20%-30%.

“KALAU ADA YANG BILANG DIRINYA PALING ECO, SAMPAI SEJAUH MANA IMPLEMENTASI KE RAMAH LINGKUNGANNYA? PROYEK ECO ITU MEROGOH INVESTASI YANG TINGGI, ATAU BISA NAIK 20%-30%.”

TIPS Kembangkan kawasan properti ramah lingkungan jangan setengah-setengah Hadirkan event menarik sebagai diferensiasi pusat belanja

6/29/2015 9:51:03 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

110 Michael Wanandi CEO PT Combiphar

Lebih Baik Mencegah daripada Mengobati Oleh Saviq Bachdar

Untuk dapat bertahan dari persaingan yang ketat, inovasi mutlak dilakukan agar perusahaan tetap berada dalam momentum adaptasi yang terfokus pada masa depan. Semangat perubahan itu yang kini menggelora dalam jiwa PT Combiphar.

Pasar farmasi diprediksi tumbuh 11,8% tahun ini atau senilai US$ 4,6 miliar (setara Rp 56 triliun) dibanding tahun lalu. Perkiraan nilai pasar itu mencerminkan nilai belanja kesehatan yang mencapai US$ 19 per kapita per tahun, dengan perusahaan nasional menguasai 70% pangsa pasar.

Hasil prediksi International Pharmaceutical Manufacture Group (IPMG) itu juga menyatakan, obatobatan resep dokter berkontribusi 59% atau sebesar US$ 2,7 miliar dari keseluruhan pasar. Sedangkan obat bebas mencapai 41% atau US$ 1,9 miliar.

Namun, seiring meluasnya penggunaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan, membuat banyak konsumen beralih mengonsumsi obat generik yang jauh lebih terjangkau

15997805_MARKETEERS JULI_T-110.PDF 1

ketimbang obat-obatan dengan resep dokter. Alhasil, banyak perusahaan farmasi terjebak dalam skema perang harga di sektor obat generik.

Dengan pemain farmasi yang mencapai 240 perusahaan, membuat kompetisi harga mematikan strategi diferensiasi. Hal inilah yang membuat CEO PT Combiphar Michael Wanandi memilih melakukan transformasi bisnis di perusahaannya, ketimbang bergulat dalam persaingan harga yang tak kunjung usai. Terobosan tersebut digagas Michael pada tahun 2012 deng­an mengubah fokus bisnis dari perusahaan farmasi generik menuju perusahaan consumer health. Strategi ini menjadikan Combiphar tampil sebagai pemain yang fokus pada obat-obat bersifat pencegahan atau preventif ketimbang obat-obat penyembuh atau kuratif.

“BPJS sekarang sudah defisit. Kalau pemain industri farmasi tidak bantu, defisit akan semakin besar.

Kami ingin membantu masyarakat agar jangan sampai rentan sakit. Caranya, dengan menawarkan produkproduk pencegah penyakit,” paparnya.

Michael menjelaskan, alasan perusahaannya beralih ke sektor obat preventif karena melihat banyaknya masyarakat urban yang terserang penyakit tidak menular mematikan seperti jantung, stroke, darah tinggi, dan diabetes. Penyakit itu mulai sering ditemui pada konsumen muda kelas menengah berusia mulai dari 30 tahun. Ia bilang, dengan memberikan solusi pencegahan, konsumen akan terhindar dari berbagai penyakit tersebut. Terlebih, belum banyak pemain farmasi nasional yang gencar menyasar pasar obat preventif di Tanah Air. Lelaki yang juga menjabat Komisaris Independen di PT Amerta Indah Otsuka ini menuturkan, sampai saat ini sudah ada beberapa produk obat yang telah dihasilkan. Salah satunya Hezandra, sebuah suplemen pelindung hati yang mengandung nano-curcuminoid.

Akhir tahun lalu, pihaknya juga meluncurkan merek Privé, yaitu produk kebersihan organ intim perempuan. Lalu juga ada Jointfit yang merupakan suplemen pencegahan osteoporosis.

Baru-baru ini, Combiphar juga mendirikan divisi baru bernama Combi Nutrition, melengkapi tiga divisi sebelumnya, yaitu divisi Combi Care, Combi Health, dan Combi Bio. Divisi ini akan bertugas mengeluarkan produk-produk bernutrisi. Juni 2015 lalu, Combi Nutrition meluncurkan produk pertamanya, yaitu produk susu dengan merek apta+ Glukofit. Produk ini dibuat oleh anak usaha Combiphar, PT Sasanacitta Husada dan ditargetkan bagi kalangan dewasa muda yang hidup di perkotaan.

“Kami tidak akan masuk ke kategori yang sudah dipadati banyak pemain. Kami mencari pasar yang niche. Produk-produk yang akan diluncurkan akan bermain di produk pencegahan, meskipun kami tidak akan melupakan pasar obat kuratif,” katanya.

Diakui Michael, sampai saat ini, 20%-30% produk yang dikeluarkan Combiphar adalah produk preventif. Sedangkan, 80%-90% nya masih produk kuratif.

Pihaknya tidak akan menghentikan produksi obatobat kuratif, melainkan hanya mengubah porsinya.

“Dengan transformasi ini, kami berharap ke depan porsi produk preventif mencapai 50%-60% dari total produk kami,” ucapnya.

“KAMI TIDAK AKAN MASUK KE KATEGORI YANG SUDAH DIPADATI BANYAK PEMAIN. KAMI MENCARI PASAR YANG NICHE.”

TIPS Masuk ke dalam pasar yang sepi atau niche Mengamati perkembangan di negara lain Inovasi tidak hanya sebatas produk, melainkan harus dilihat secara luas, misalnya marketing

6/29/2015 9:51:03 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

111 M Choliq, Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk

Tanpa Inovasi, Bisnis Hanya Tumbuh Biasa Saja Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz

Kurang dari satu dasawarsa yang lalu, Waskita hampir saja bangkrut. Sekarang ini, targetnya justu menjadi pemain terbesar di industri konstruksi. Bagaimana bisa?

Bagi pemain di industri konstruksi, peranan kebijakan pemerintah sangat memengaruhi lanskap industri.

Hal ini yang dirasakan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Harus diakui Pemerintahan Joko Widodo lebih membangun iklim usaha konstruksi di Indonesia ketimbang Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Hal-hal seperti membangun sistem birokrasi menjadi poin positif yang dibangun oleh Jokowi.

“Sampai tahun 2014, industri ini hanya berjalan biasa saja, tidak ada gebrakan yang spektakuler. Bedanya, saat ini Presiden Jokowi sangat antusias dalam mempercepat infrastruktur. Bahkan, kepada Waskita secara khusus didorong untuk memecahkan kebuntuan persoalan infrastruktur. “ jelas M Choliq, Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Kepada Marketeers.

Salah satu contoh kebuntuan itu, seperti pembang­ unan jalan tol yang tidak berjalan proyeknya selama 20 tahun. Padahal, konsesi yang diberikan kepada investor sudah banyak. Atas dasar itu, sejak bulan Juni 2014, Waskita mulai merintis upaya bagaimana proyek jalan tol yang macet ini mulai digerakkan.

15997805_MARKETEERS JULI_T-111.PDF 1

Caranya, Waskita memilih strategi akuisisi dan merger dengan pemilik lama. Hal tersebut yang memicu Waskita melahirkan inovasi.

Selain kondisi itu, kebutuhan pasar dan ambisi mendongkrak pertumbuhan menjadi landasan Waskita dalam meluncurkan berbagai inovasi yang mengubah cara mereka dalam berbisnis. Sebelumnya, sampai tahun 2012 Waskita adalah 100% perusahaan kontraktor. Kini, Waskita telah bertransformasi.

“Tidak saja perusahaan kontraktor, kami sekarang juga menjadi perusahaan pengembang. Saat ini, kami memiliki empat pilar utama dalam berbisnis, yaitu bisnis jalan tol, pabrik precast, bidang properti, dan energi,” tutur Choliq.

Industri precast masih menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan Waskita. Tahun lalu, industri ini memberikan laba bersih sekitar Rp 330 miliar dengan omzet Rp 3,5 triliun. Sementara, salah satu gebrakan signifikan yang dilakukan oleh Waskita dalam berinovasi adalah melakukan merger dan mengakuisisi tujuh ruas jalan tol Tujuh ruas jalan tol di antaranya jalan tol Pejagan - Pemalang yang 100% sudah dimiliki Waskita, jalan tol Becakayu (Bekasi, Cawang, Kampung Melayu) dengan kepemilikan saham sebesar 60%, DepokAntasari dengan porsi 25%, Medan - Kuala Namu, Tebing tinggi dengan komposisi 30%. Selain itu, terdapat pula tiga ruas jalan tol yang diakuisisi Waskita bersama PT Jasa Marga Tbk dari PT Thiess Contractors asal Australia. Tiga ruas jalan tol tersebut adalah Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, dan Cinere-Serpong.

Waskita berhasil mendapatkan 40% kepemilikan, sementara 60%-nya milik Jasa Marga.

Hal ini menjadi inovasi yang luar biasa bagi Waskita. Secara angka keuangan juga menunjukkan ambisi yang besar. Waskita bercita-cita memiliki aset di atas Rp 100 triliun hingga tahun 2019. Padahal, pada tahun 2008, Waskita terancam bangkrut karena ekuitasnya minus. Sejak beberapa tahun lalu juga, secara keseluruhan korporasi Waskita kalah dengan WIKA dan PP karena bisnisnya kalah banyak. Dulu Waskita hanya kontraktor saja, sedangkan mereka memiliki banyak unit bisnis lainnya.

“Sebab itu, kami melakukan inovasi perluasan bisnis ke jalan tol. Meski begitu, Bisnis inti kami tetap sebagai kontraktor yang mampu memberikan mutu yang baik, biaya yang efisien dan delivery yang bagus,” jelas Choliq.

Bagi Waskita, kunci sebuah bisnis dalam membang­ un nilai tambah itu adalah inovasi. Tanpa inovasi, pertumbuhan bisnis akan biasa-biasa saja atau maksimal tumbuh sedikit di atas pertumbuhan industrinya. Beranjak dari hal ini, dengan berbagai inovasinya, Choliq menargetkan, Waskita bisa mengantongi Rp 20 triliun nilai kontrak baru. Angka ini belum ditambah dengan nilai kontrak yang tersisa dari tahun 2014 sebesar Rp 22 triliun. Jadi pada tahun ini, total nilai kontraknya sekitar Rp 42 triliun.

Bagaimana dengan kesiapan keuangan Waskita?

Paska menggelar penerbitan saham baru atau right issue, belanja modal yang akan dikeluarkan Waskita mencapai Rp 10 triliun, yang 80% akan digunakan untuk bisnis jalan tol. Angka ini belum pasti karena pihaknya masih menghitung paska right issue tersebut.

“TIDAK SAJA PERUSAHAAN KONTRAKTOR, KAMI SEKARANG JUGA MENJADI PERUSAHAAN PENGEMBANG. SAAT INI, KAMI MEMILIKI EMPAT PILAR UTAMA DALAM BERBISNIS, YAITU BISNIS JALAN TOL, PABRIK PRECAST, BIDANG PROPERTI, DAN ENERGI.”

TIPS Diversifikasi jenis usaha yang masih saling terhubung Ekspansi proyek lewat akuisisi

6/29/2015 9:51:04 AM

A

R K

E

T

I

N

G

C H

A

M

P I

O

N S

112 Bima Arya Wali Kota Bogor

Dari Kota Sejuta Angkot Menuju Kota Digital Oleh Sigit Kurniawan

Pengelolaan sebuah kota tidak bisa dilakukan hanya bermodalkan niat baik. Harus ada political will yang kuat dari pemerintah setempat. Teknologi membantu pemerintah untuk mewujudkannya. Kota Bogor telah melakukannya.

Kota Sejuta Angkot. Demikian julukan yang ditujukan kepada Kota Bogor pada zaman dulu. Pasalnya, di kota ini, sering terjadi penumpukan angkot yang membuat kemacetan di berbagai ruas jalan di sana.

Citra negatif ini ingin diubah oleh Wali Kota Bogor Bima Arya agar menjadi citra positif.

“Saya dan warga Bogor bermimpi melakukan rebranding atas kota ini. Kami ingin mengubah citranya dari Kota Sejuta Angkot menjadi Kota Sejuta Taman.

Di sini, kami memiliki potensi besar pada taman-taman kota. Apalagi kami memiliki Kebun Raya Bogor yang sudah lama dikenal,” kata Bima.

Bima menyatakan Kota Bogor ingin diposisikan se-

15997805_MARKETEERS JULI_T-112.PDF 1

bagai kota di dalam taman dan menjadi kota yang ramah bagi pejalan kaki. Apalagi Kota Bogor memiliki kelebihan dibanding kota-kota lain di Indonesia, yakni bisa dikelilingi hanya dengan berjalan kaki. Sebab itu, Pemkot Bogor berkomitmen membangun taman dan jalur pejalan kaki dengan lebih baik dan akomodatif.

Kasus angkot dan taman hijau menjadi persoalan tata kota yang mendapat perhatian besar dari Bima Arya.

Sebab itu, mau tidak mau, Kota Bogor harus berani berubah.

Inovasi dan kreativitas menjadi dua elemen pen­ting dalam membangun dan me-rebranding kota ini. Salah satu sumbangan terbesar dalam inovasi ini adalah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Memang, dulunya, Kota Bogor didesain untuk masyarakat yang jumlahnya tidak begitu besar. Namun dengan perkembangan penduduk yang makin pesat, kebutuhan teknologi untuk memudahkan segala proses menjadi tak terelakkan.

“Tidak mungkin kami menjadi kota yang bisa mengandalkan e-tourism bila kota dan penduduknya tidak ramah. Karena itu, kami terus mengembangkan teknologi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat serta para wisatawan yang datang,” ujar Bima.

Untuk membantu tugasnya, Bima mengatakan saat ini telah ada 40 CCTV analytical yang terhubung deng­an sistem monitoring. Beberapa waktu lalu, Pemerintah Kota Bogor juga baru meluncurkan Bogor Green Room yang bisa menganalisis lalu lintas hingga potensi kriminalitas.

Water level sensor pun tak luput dari pengembangan. Meski secara geografis Bogor terletak agak tinggi, kemungkinan terjadinya banjir semakin meningkat. Karena itu, sistem ini diharapkan dapat membantu. Alarm identifikasi kebakaran juga ditempatkan di beberapa titik Kota Bogor serta terhubung dengan kantor pemadam kebakaran setempat.

“Selain membuat kota menjadi ramah, penggunaan teknologi juga harus bisa memudahkan proses perizinan dan investasi,” tambah Bima. Ia menekankan investasi yang bersahabat akan membantu pengembangan Kota Bogor menjadi lebih baik lagi.

Untuk menambah manfaat dari teknologi, Kota Bogor memiliki sistem pengaduan digital sehingga setiap keluhan dan masukan masyarakat mudah ditampung.

Bagi wisatawan, kota Bogor juga menyiapkan aplikasi wisata. Melalui aplikasi ini, para wisatawan bisa menyesuaikan bujet perjalanan dengan destinasi dan moda transportasi yang ada.

“Untuk orang yang tidak tahu Bogor, mereka bisa melihat aplikasi ini untuk menemukan angkot nomor berapa yang harus dinaiki dan rute mana yang harus dilalui. Kami juga tengah mengembangkan sistem park and ride karena pedestrian kami telah dibuat senyaman mungkin, termasuk penyediaan penyewaan sepeda,” tambah Bima.

Tapping box juga disediakan di berbagai restoran dan hotel. Output dari sistem ini adalah pengumpul­ an database untuk pengambilan kebijakan yang efektif. Untuk scaling up, Bima mengeluarkan SK bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pejabat di lingkungannya untuk menunjuk jubir digital.

Bahkan, ia mengatakan cara paling mudah untuk menghubunginya adalah melalui microbloggingTwitter.

“KAMI TIDAK AKAN MASUK KE KATEGORI YANG SUDAH DIPADATI BANYAK PEMAIN. KAMI MENCARI PASAR YANG NICHE”

TIPS Inovasi sebuah kota membutuhkan political will yang kuat dari pemkot Pemanfaatan TIK Kinerja tim yang solid Optimalisasi sarana komunikasi kontemporer, seperti media sosial

6/29/2015 9:51:04 AM

www.marketeers.com www.marketeers.com/radio

JULY 2015

I N D O N ESI A FO R ASE A N

The Silver (Red) Lining of Regional Integration

maestro cover.indd 1

6/29/15 3:43 PM

A

E S T R O

From The Editor

The Silver (Red) Lining of Regional Integration

Editor

Cecilia Hermanto Assistant Editor

Standie Nagadi For CMO membership & inquiries:

Ajeng Aditi

Manager of CMO club ajeng.aditi@markplusinc.com

JAKARTA CHIEF MARKETING OFFICER CLUB The Jakarta CMO Club was officiated by the Philip Kotler Center for ASEAN Marketing (PK-CAM) and was established as a platform to empower marketing to a higher level beyond function. Only highly regarded business and marketing leaders will be invited for its membership.

The Jakarta CMO Club was launched on February 25, 2008

MISSION To Promote the Strategic Role of Marketing in Indonesia

VISION To become the premiere community for Marketing Executives who have strong passion for Marketing in Indonesia

TRI-FOUNDERS OF PKCAM

In the midst of globalization, regional integration is beginning to soar. Since early last year, news and publication were clouded with issue of the ASEAN Economic Community (AEC) formation that supposed to be settled now in 2015. The globalization, fostered with the technology advancement, is transforming both the competitiveness landscape and the customer behaviour. Business and people were swayed by the high exposure and access to information. It does not affect MNEs only but also domestic business and, eventually, the country’s economic condition.

Although the only successor, European Union, is questionable with the current economic downturn, many still believe that cooperation is required to strengthen country positioning, not only for political or sharing thoughts cooperation but the actual economic integration.

The AEC, as further ASEAN’s initiation, allows free movement of goods, services, investment, skilled labour, and freer flow of capital in coherence forming a single market and production based. But then, what is in it for us; marketers, entrepreneurs, and business players?

Elim Chew, a Singaporean-based entrepreneur, shares her strong thoughts of what SMEs should anticipate on the market column. The AEC not only provides a whole new set of opportunity but also a new force of competitiveness. This moment could be the best time to test the water before the storm comes. To be able to compete, first we must know what we are entering to.

Some industries may have been affected with those changes and some have not. Airline industry is one of instance that prone to globalization dynamics. Many airline carriers have the challenges to compete internationally with their own domestic resources. In conjunction with AEC, there will also ASEAN Open Skies resulting on a single aviation market on the regions. The regional integration that supposes to be a protection to global competition may also pose threats to the regional players in winning regional competition.

Above all, both regional integration and globalization demand competitiveness.

The globalization and regional integration is inseparable with the cultural dynamics that comes with it. John Wilson explains the concept of cultural DNA in the age of globalization. The Body Shop, our case study on this issue, also fortifies its position on the global market by promoting fair trade and universal valus of beauty.

The regional integration allows us to grab the new market opportunities, but it is not an indifferent war. The one who moves first may grab the most opportunities, the one that remarkably unique may survive and sustain. Are you prepared?

Philip Kotler Hermawan Kartajaya Hooi Den Huan

EightyEight @Kasablanka 8th Floor Jl. Raya Casablanca Kav. 88 Jakarta 12870 Phone: +6221-570 9721 Fax: +6221-5790 2339 Email: cmoclub@markplusinc.com www.jakartacmoclub.com

maestro cover.indd 2

6/29/15 3:43 PM

A

E S T

R O Market 113

Elim Chew Founder of the street wear brand, 77th Street, Singapore.

Responsible Leadership Awardee and the Community Engagement Awardee from the Asia Responsible Entrepreneurship Awards 2010

Are You Ready for ASEAN Economic Community?

The ASEAN Economic Community also known by its acronym AEC is targeted to be established by late 2015. Its objective is to create a single market and production base, a highly competitive economic South East Asia, a region of equitable economic development and ASEAN to be fully integrated into the global economy.

Laos

Myanmar

Vietnam Philippines

Thailand Cambodia

Brunei Darussalam

Malaysia Singapore

Indonesia

Areas of cooperation, by just naming a few include human resources development, recognition of professional qualifications, closer consultations on macroeconomic, communications, integration of industries and financial policies, trade financing policies and so on. In nutshell, a flourishing and vibrant region with free movement of goods, services, investment, skilled labour, and capital flow.

A joint study by the International Labour Organization and Asian Development Bank seemed to suggest that if AEC is successful, it could possibly provide up to 14 million jobs and may improve the livelihood of as many as 600 million people across the region.

While the MNCs have the luxury to join in the highlevel discussions and are better informed of the developments, ordinary people and SMEs seem to have

maestro july.indd 1

little or no clue about the process despite the fact that SMEs account for more than 90% of companies in the region and provide jobs for the majority of the workforce populace.

In fact, the ASEAN economy is prominently driven by the rapid growth of SMEs on most of the countries.

According to ASEAN Secretariat (2014), in Indonesia, the micro and small medium enterprises comprise of 99% of the total business enterprises and has 59% of GDP share. Similarly, SMEs underpin the economic movements in Malaysia and Philippines, accounted for 97% and 99% of the total business establishments, respectively. The noteworthy number of employment contributed by SMEs ensure the long-term economic sustainability.

Furthermore, there will be birth pains at the begin-

6/29/15 7:43 PM

A

E S T

R O

Market 114

Level of Understanding about ASEAN Community

BUSINESS n = 261

30%

GENERAL PUBLIC

55%

76%

11% 2% 2%

16%

6% 2%

n = 2,228

Lack of basic understanding

Only basic G

ood understanding

ning with many of the countries having different languages, cultures, political differences and fallouts, business ethics, level of economic development, education, income disparity and local laws to be dealt with and these issues and many more may take some years to be are weaned out. There are real fears from the SME community as well as the public about the unknowns of the AEC integration as a result of the limited information available.

One of the primary concerns is the development gap among countries. Members of AEC portrays wide-variety of overall competitiveness and supported development conditions. The free movement of goods, investment, and skilled labor are in a way accelerate the transfer knowledge and enhance the overall ASEAN competitiveness.

Yet, it also emerge imbalance relationship within the members and perceived as one take more advantage of the others, incite tighter competition and widening the development gap.

In the Singapore context, on a people to people basis, a survey conducted by Jobstreet.com reported that a massive 80% of workers in the region said they would prefer to work in Singapore. This is not surprising because Singapore has the highest standard of living and wages in ASEAN. Many Singaporeans who are already complaining about foreigners taking over their jobs will certainly be very petrified and this could result in a political backlash against the government which is already happening despite AEC. On the flipside, other countries may fear Singapore’s well-oiled economic juggernaut with its well-equipped and experienced MNCs, wealth and the strong Singapore dollar mounting an economic invasion into their countries and as such may result in political fallouts with those countries.

maestro july.indd 2

Very good understanding

Full understanding

A US Chamber of Commerce ASEAN Business Outlook Survey 2015 reported the concerns that the AEC inauguration deadline by end 2015 will not be met since there are so many things that needed to be sorted out and agreed upon by member countries. Looking at other models such as the European Union, it took them almost half a century to construct and complete the integration process.

One of the problems faced in implementing the AEC is as a result of the massive unawareness of the AEC by the population of ASEAN at large. An ASEAN Secretariat survey in 2013 discovered that three out of four ASEAN citizens do not even have a basic understanding of what ASEAN is all about, not to mention AEC. On this matter, ASEAN should take a leaf from the EU experience in promoting public awareness and those who are directly affected

by AEC to understand the decisions, treaties and agreements that are made to effectively understand and take advantage of the benefits as well as tackling the concerns of this integration.

As such, if the AEC is to be launched on schedule, the dissemination of information must be efficiently executed so that the ASEAN businesses and population is in full cognizant to capitalise on the benefits of the integration and to address the concerns and to minimize any political and social misunderstandings and conflicts.

Notwithstanding, companies hoping to expand into the region must take action now to plan and execute their strategies. Although AEC may be fraught with initial difficulties, we must know that it also has tremendous opportunities. By being prepared, companies riding on this wave will grab the first mover advantage. As a businesswoman, I have already bought a ticket to be on board this ship. Have you?

6/29/15 7:43 PM

A

E S T

R O Market 115

Jonathan (Bilal) A.J. Wilson Academic Programme Director, Postgraduate suite in Marketing University of Greenwich, London UK Editor: Journal of Islamic Marketing

Book Review: Cultural DNA - The Psychology of Globalization

Dr Gurnek Bains

15997805_MARKETEERS JULI_T-115.PDF 1

Now I get asked to review and check drafts for a fair number of manuscripts, and this one by Dr Gurnek Bains entitled: Cultural DNA – the Psychology of Globalization (published by Wiley), carries an intriguing and perhaps intentionally provocative title, which did grab my attention.

So it ticked the First Box, which I call the ‘magpie test’ - does it look interesting? In a world where there are any number of shiny airport style business books focusing on softer skills and promising unique insight; being able to grab eyeballs is something.

Stage Two: browse through the contents pages, and meander into the introduction and acknowledgements.

Well, by this stage I was hooked in. The chapters and overarching thesis were a fascinating blend of human geography, history, religion, cultural studies, politics, class, and leadership - underpinned by a hard edge of science.

6/29/2015 9:51:05 AM

A

E S T

R O

Market 116 To give you a flavour, here are some of the headings that jumped out: • • • • • •

‘The Psychology of the Eurozone Crisis’ ‘Unconscious Bias’, ‘Deserts and Civilization: The Twin Drivers of Middle Eastern Cultural DNA’ ‘America – The Change Makers’ ‘China: The Seekers of Harmony and The Art of Copying’ ‘Australia: Mateship in a Far-Off Land’.

Stage Three: I followed my magpie mind and began dipping in and out of the sections that caught my eye – because either they looked interesting, or in truth the academic [some would call the cynic or critic] in me wanted convincing. I mean, what is meant by Cultural DNA here? Are we talking natural science, social science, or the art of structuring the arts? Is Cultural DNA a biological function, a concept, an analogy, or a state of mind?

Bains steers an eclectic but carefully measured journey, in which he builds stepwise arguments, supported by anecdotal and empirical evidence from his own impressive global consulting history and wider sources.

In response to my initial thoughts, Bains writes in his book, “…in spite of the use of the biologically laden term, DNA, the focus is on the deeply grained aspects of a culture that are replicated over generations rather than biological differences. Occasionally, this cultural DNA springs from biological factors; but it arises more often from the environmental challenges that each culture faced historically or the predilections of the original founders who moved to that part of the world”.

So in short, he’s saying that it’s nurture over nature that governs how we think, feel, and act; but you can’t separate this from our historical and geographical environment. Over time, these environmental factors, experiences, and folklores have a cumulative effect, which shape cultures.

A further difference in Bain’s approach is the way in which he stands short of comparing and contrasting different world regions completely, according to one grid or ranking system. This would be over-simplistic and insensitive in his view – and this for me is the beauty of this book. You can pick a region and immerse yourself in a rich case-study style approach to appraising the landscape, with room to arrive at your own additional conclusions.

I met up with Gurnek at his offices in Central London and chewed the fat for over an hour, having lively discussions. His PR agent was right in thinking that we’d hit it off. We’re both science graduates who’ve spent our lives working in industry across the globe.

15997805_MARKETEERS JULI_T-116.PDF 1

Several thousand air miles later, PhDs along the way, balancing the expectations and aspirations of multicultural families and clients, have ignited our realization, fascination and obsession with people.

Within that journey, both understanding and managing culture appears to be that perishable, precarious, alluring, and elusive x-factor - that makes, shapes, and breaks who we are as civilizations. Also, there seems to be a future for those emotionally intelligent enough to appreciate culture, surfing a wave of dynamic changes that blend the arts, science, technology, and real-time right-place right-tone communication.

For those of us who sign up on a quest to deliver international marketing and management consulting, you need data, diverse networks, a rule of thumb, sufficient and continuous cultural exposure, and practise.

But like any surfer will tell you it’s fun, tough, and you need to live on the edge of your comfort zone, taking calculated risks. Bains’ book has enough in there to offer an inspirational starting point for anyone looking to polish their rule of thumb or world-view.

If you’re: a traveller looking for something that takes a richer and more longitudinal approach… a business person or civil servant looking for insight beyond the usual Dos, Don’ts, honorifics, platitudes and rituals… a student of the humanities and social sciences wanting something more grounded in the world today… or a seasoned dinner party socialite and pub quiz pro looking for a global zeitgeist to boost your social capital – then this is definitely the book for you.

There’s plenty to learn, it sinks in easily, and this is the sort of book that you’ll find yourself marking-up and folding page corners on.

6/29/2015 9:51:06 AM

A

E S T

R O

Mastermind 117 CMO OF THE MONTH

It Is All About Governance and Transparency Erry Firmansyah, Founder and CEO PT Eagle Capital A long successful career spanning decades of working some private and state-owned companies has still not mitigated his determination towards what to do next. We might recognize this person through his position as an independent commissioner for many giant industry players in Indonesia. His shining career in Indonesia Stock Market as Director for two continuous terms shows us his remarkable capability to lead, direct, and make crucial decisions.

But over the last few years, he has attempted to establish his own financial consulting firm, PT. Eagle Capital. Working as a professional for decades and then pivoting into an entrepreneur, how does he look at the two occupations? And why many others attempting a similar feat fail at this? Dilla Ibtida from Marketeers engages in an insightful dialogue with Erry Firmansyah, Founder and CEO, PT. Eagle Capital.

You’ve spent more than a decade at the Indonesian Stock Exchange. What are the changes and improvements you witnessed at the institution during those years?Stock market, in terms of mentality, is very bureaucratic. When we were facing the issuers or partners, we always addressed them as our subordinates. We positioned ourselves higher than they really are, while, in fact, we should be the ones serving them. The issuer is the boss. It takes time to change the attitude and mentality of an employee in IDX to act based on service. Well, that is true, we are the regulator. But it does not mean we have some sort of a higher position than the

15997805_MARKETEERS JULI_T-117.PDF 1

6/29/2015 9:51:08 AM

A

E S T

R O

Mastermind 118 issuers. Our place is to help them. And it is here that the mental revolution was most needed.

At the beginning of your career in Indonesian Stock Market, there was a transformation from Jakarta Stock Exchange to Indonesia Stock Exchange. What did you do to handle it?

Mostly, what we did back then was giving directions and inputs to all the employees about our true position. We are the regulator, but do not have a higher position than the issuers. Instead, we should help them to survive in the stock market. We should be the ones who find them first and give them a solution to the problems they are trying to overcome.

At that time, the stock exchange was not as big as now. How did you build confidence among the investors in the stock market?

We should really think that people would want to invest if the investment is safe and gives prospective returns. The market should be fair, organized, and efficient. Those are the things we should give to an investor. Well it was not easy, because we still had our infrastructure system on repair. We were also preparing for online trading. After we got those issues done, we educated the investors about what stock market is.

Their understanding about stock market was unfortunately not that sufficient. So we went to them, showed them what stock market is, and we even built stock

15997805_MARKETEERS JULI_T-118.PDF 1

corners in many universities. We opened branches in many regions. There were two reasons for that: first, to educate; second, to show them that we are safe and trustworthy. An office is tangible, so it would be easier for them to trust in us. Maybe people did not even have an idea what stock market is. So educating them took so much time and patience. But it indeed showed us some results.

You have also been appointed to be a commissioner in many companies. When you give them some advice and direction, what are things that you emphasize the most?

The first and foremost, governance. Why? Because governance is the essence of every company. The second one is transparency. This is important for the investor. If something happens, let them know and do not conceal anything. The same thing applies if we promised them something and we could not fulfill it.

That is what I have been trying to deliver. Be transparent. Do not conceal anything. If in reality we have to face the fact that the situation is not as we promised, then we should be open about it. That is better than being fooled.

What generally makes investors interested in investing in Indonesia?

The returns in our country are still promising. Even as a developing country, we still make a good return.

6/29/2015 9:51:08 AM

A

E S T

R O

Mastermind 119 In short term, there are still some opportunities for the investor. The most important thing for the investor is security, comfortability, and profitability. Even if you refer it as ‘hot money’, as long as there is still some return, the opportunity will still be there.

After a long successful career in the Stock Exchange, what inspired you to establish your own firm?

After the stock market, I asked myself: ‘What’s next?’

We can actually work for other people or set up our own firm. Well, I think there would be no limit if we establish our own firm. Besides, we have to give some inspiration after years and years of working for other people. Although it is never easy, we have to keep giving it a shot. As long as you have the determination and perseverance, there will always be a way.

Another thing is, there are so many people who fail in business although they have been very successful working for other people. Because when they are working for other people, all the risks is borne by the company, not to their own assets or money. But when you have your own business, all the risks would be yours to handle. Because of those reasons, it leads to different ways of handling situations, and decision making. That is why many people fail at surviving it.

About decision making, how has your experience as a commissioner in many companies influenced your decision making process in your own firm?

Although generally the advices are pretty much in line, the responsibility in the two scenarios are different. A commissioner is only responsible for giving direction and advice. But here, when you have your own business, you have to be more tough and brave to make a decision. It is us who decide whether or not to take this or that opportunity. The responsibility is so much bigger when you run your own firm because it is you who decide.

How is the experience of running your own firm different from working at a State-owned company? What do you enjoy more?

Working in a state-owned company had been great, but there is some different satisfaction when you can provide a living to other people. We have to be more determined to make some results because that would be their benefit too. If everything does not go as planned, we would not be able to pay them. So the pressure is there that the business has to keep running.

I actually enjoy both, because those are different experiences. Both have some positive and negative sides.

And the satisfaction is totally different. So I am trying to enjoy both.

Our CMO of the Month’s CV Erry Firmansyah

Professional Experience: •

• •

•

•

•

•

• • •

• •

Sep 2013 - Present: Independent Commissioner PT Bali Towerindo Sentra, Tbk May 2013 - Present: Commissioner PT Indo Premier Securities 2012 - Present: Independent Commissioner PT Solusi Tunas Pratama Tbk 2009 - Present: - Independent Commissioner PT Unilever Indonesia Tbk. - President Commissioner PT KSEI (Indonesian Central Securities Depository) - Independent Commissioner PT Elang Mahkota Energy Tbk. - Commissioner PT Makmur Sejahtera Wisesa.

- Commissioner PT Pefindo.

2009 - Apr 2015: Independent Commissioner PT Astra Internasional Tbk. 2010- June 2014: Independent Commissioner PT Berau Coal Energy Tbk. 2010- 2013: Head of Commissioner PT Bloom Capital Nusantara. Independent Commissioner PT Elnusa.

2009 - 2012: Commissioner PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) Dec 2007 - Jun 2009: President Director PT Bursa Efek Indonesia Apr 2002 - Dec 2007: President Director Indonesia Stock Exchange PT Bursa Efek Jakarta Sep 1998 - Mar 2002: President Director PT Kustodian Sentral Efek Indonesia 1997 - 1998: Executive Director Lippo Group

• • • •

• • •

1995 - 1998: Executive Director PT Lippo Land Development 1992 - 1997: Director PT AON Indonesia 1991 - 1992: Senior Vice President Lippo Group 1990 - 1991: Vice President / Finance Director Lippo Group (PT Lippo Land Development) 1985 - 1990: Senior Manager PT Sumarno Pabottingi - Mgt Consultant 1984 - 1985: Finance & Accounting Manager PT Dwi Satya Utama 1982 - 1984: Auditor Drs Hadi Sutanto Office & / or Correspondent Price Waterhouse

Education: •

1981 The Faculty of Economy Universitas Indonesia

Do you have any advice for the new entrepreneurs out there who have previously worked long for other people?

My advice is, their responsibility and position at the two places would be different. When running a business, we must have a high passion and commitment, because many peoples’ lives rely on us. And do not forget, because these two apply everywhere: governance and transparency.

15997805_MARKETEERS JULI_T-119.PDF 1

6/29/2015 9:51:09 AM

PUBLIC EDUCATION PROGRAM

MARKETING MANAGER

DEVELOPMENT PROGRAM Menjadi Manajer Pemasaran yang Efektif dan Kreatif Poin-poin Training: • Menguasai prinsip-prinsip kepemimpinan yang efektif.

• Mampu menganalisis perubahan bisnis kemudian menerjemahkannya ke dalam strategi pemasaran perusahaan.

• Mampu menerapkan strategi pelayanan yang berorientasi pelanggan bagi perusahaan.

JAN TANUMIHARDJA

Facilitator

25-27 AGUSTUS 2015

TIME AND PLACE

INFORMATION

09.00 – 17.00 WIB MarkPlus Institute Campus Segitiga Emas Business Park CBD B 01/01 Jl. Prof. Dr. Satrio kav. 6 Jakarta 12940

M : +62 816 1452 398 P: +62 21 5790 2338 ext 229 F: +62 21 5790 2268 Email: tuti.indraswari@markplusinc.com

www.markplusinstitute.com 15997805_MARKETEERS JULI_T-120_MMDP.PDF 1

TUTI

@MP_Institute

MarkPlus Institute 6/29/2015 9:51:10 AM

A

E S T

R O

Market 121

Customers actively seek recommendations before choosing insurance products

By Priyanka Shekhawat

Indonesia, akin to other emerging markets, is becoming an increasingly attractive destination for growth in the insurance business. A rapidly growing middle class which is more globalised in attitudes and behaviours, coupled with still low penetration, demonstrates significant potential for the insurance industry to achieve sustained growth over the next decade.

Despite Indonesia’s gloomy economic climate at present and thrifty consumption patterns, the general insurance industry upbeat about growth in their business in the country and growth by 9.8% compared to the same quarter on the previous year (AAUI, 2015).

Life insurer PT Astra Aviva Life, popularly known as Astra Life, plans to triple its business this year from 2014 to at least IDR 1.95 trillion (US$146.47 million) in gross premium and Rp 1.5 trillion in net premium this year-end. Prudential Life Assurance, also showed steady growth in total premium income, which rose 20% year-on-year growth to IDR 7.09 trillion ($531 million) in the first quarter of 2015.

One of the primary factors boosting business growth is the current low penetration; MarkPlus Insight Consumer Study 2015 from Jabodetabek, for instance, shows that only about one third of the respondents surveyed admitted to having insurance, while 67.9% of those didn’t have one. That said, the number has definitely improved from last year, when only 17% of those surveyed in Jabodetabek claimed to have bought insurance.

In the 2015 study from Jabodetabek, it is observed that insurance penetration is still low, at 29% among upper middle class of consumers. In comparison, the Affluent class has insurance penetration of up to 75.6%, rising further to 91% in HNW class.

Even though low penetration spells big opportunity, not all insurance players would be adept at taking ad-

vantage of it. Insurance companies need to be aware of the changing needs of the future customer, who is much more informed, thanks to connectivity era, and also actively seeks information from peers and family before making a purchase. MarkPlus Insight survey demonstrates how recommendation is chosen as the biggest considering factor by almost one third of the respondents while buying insurance, in the 2015 Consumer Study from Jabodetabek.

Another noteworthy thing is how insurance means different things for different people. In Indonesia, traditionally, savings accounts with banks are the preferred means of savings, though insurance products are also increasingly becoming popular as investment.

Prudential, for example, provides unit-linked products which bundle insurance and investment, which are gaining popularity amongst customers, according to the company. There are customers, however, who look at insurance products for protection and therefore it is critical for insurance players to target customers with more tailored solutions.

Looking closely at the factors impacting insurance purchase in Indonesia, while brand reputation and recommendations stick out as the most crucial, product features are considered deciding factors by only about 15% of the consumers. This potentially hints at the insurance business being more customer-centric than product-oriented, meaning customers would place greater impetus on how they are treated and served.

Product features today are readily available online and several portals providing comparisons between products make it even easier for buyers to stay informed on the best deals. Differentiation, therefore, would be more effectively achieved from optimising the customer experience and making it superior than competitors.

CONSIDERING FACTORS WHEN CHOOSING INSURANCE 3.8%

3.3%

BRAND REPUTATION PRODUCT FEATURES RECOMMENDATION PROMOTION

34.6%

SERVICE 43.4%

14.8%

121 maestro.indd 1

Source: MarkPlus Insight Youth-WomenNetizen research from 2014

6/29/15 4:52 PM

A

E S T

R O

Microscopics 122

While Still Price Sensitive, Flyers Pay Closer Attention To Safety!

By Priyanka Shekhawat The onset of ASEAN Open Skies is set to intensify competition in South East Asia’s largest aviation market, putting greater focus on service quality

A prominent budget carrier based in Jakarta suffered massive delays in transporting passengers last month, so much so, that it made front-page headlines and social media were abuzz with reactions. Angry passengers sought clarification from not only the airline administration but also Ignasius Jonan – the newly appointed Transport Minister, who was awarded the Marketeer of the Year 2014 by MarkPlus.

Indonesia’s aviation industry has enormous potential, considering the archipelago’s geographic limitations, which make road and rail infrastructure relatively more cost-intensive. Airline operators, including full service flag carrier Garuda Indonesia and several low cost carriers (LCCs) have witnessed huge improvement in passenger volumes, though their profit margins are affected by rising jet fuel costs and foreign exchange losses due to weakening Rupiah. According to data from BPS, international and domestic departures from Indonesia totalled about 82 million in 2012, up from 43 million in 2008.

Despite the bottlenecks, the aviation industry in Indonesia is positioned for growth in the coming years, thanks to a growing middle class income as well as the country’s efforts in promoting several destinations for tourism. However, for the LCCs to gain greater competitiveness, especially with the implementation of ASEAN Open Skies Policy in 2015, it would be critical for them to build upon their service and quality. The policy would allow airlines from ASEAN member states to ‘fly freely throughout the region via the liberalization of air services under a single, unified air transport market.’

Flyers’ major considerations MarkPlus Insight’s conducted a quick survey on Kataanda.com to find out about the main considerations when choosing to fly an airline in Indonesia.

In a survey consisting of 366 respondents, 43% said they paid most attention to safety, while 26% believed price was the most important factor. One-fifth of respondents said flight amenities were most important, while the remaining believed flight schedules were critical before choosing an airline. (See graphic 1) Safety among airline operators has especially come in the spotlight with the unfortunate crash of an Air Asia flight in December 2014. On their part, the government has been working on regulatory measures,

122-123 maestro.indd 1

such as coming with a safety ranking for airliners as well as impose a minimum fleet size, which should push some consolidation in the sector.

Despite the growing appetite for flying, Indonesian travellers remain price sensitive. The increasing competition as AEC sets in would intensify price wars further, which – while making flying potentially for affordable for passengers – may further strain profit margins for players. However, improvement and innovation in service quality could help players set them apart.

Prioritising customer experience In the connectivity era, internet is accessed by flyers to not only book flight tickets, but also to actively review their flying experience. Together with social media such as Facebook and Twitter and online forums, flyers today are armed with many ways to drop a good (or bad) word about how they have been served, and it is invariably the bad news which travels faster. It is therefore absolutely essential for operators in aviation industry, amidst cut-throat competition and thin margins, to prioritise customer experience at every touch point to make it memorable and create sustainable differentiation. Alaska Airlines, one of the most successful airlines, has ranked number one in customer satisfaction for years in row. No wonder it counts among the best airlines in the world.

Customer service becomes all the more important for the no-frill LCCs as they can’t boast of much to keep the customer hooked. In this regard, AirAsia comes to mind as a prime example of how it can be done. The company is not only highly active in addressing customer queries and grievances on social media, but also gives out promotions online to entertain loyal customers. No wonder then, that AirAsia bagged the Best LCC award at Skytrax – supposedly called the ‘Oscar’ for the aviation industry. Even after the December 2014 disaster that strucked AirAsia, the company was quick to respond with real actions.

GRAPHIC Graphic 1 Main Consideration Factor When Choosing Airlines (%) Based: All Respondents (n=366) Source: MarkPlus Insight Kataanda Survey, January 2015

6/29/15 5:47 PM

A

E S T

R O

Microscopics 123 Flag carrier’s big feat Airline ranking and review organisation Skytrax recently awarded the World Airline Awards 2015 on the sidelines of the Paris Airshow 2015 in France. Garuda Indonesia, the country’s full service flag carrier once again brought home the award for the World’s Best Cabin Crew 2015. The airline has also found spot in the world’s best top 10 airlines, at number 8.

The best Cabin Crew award by Skytrax, based on consumer rankings from18.9 million travellers from 105 different countries, is further testimony to how Garuda has consistently maintained focus on customer service. Cabin crew typically is directly and most evidently responsible for delivering on customer service at any airline, and Garuda Indonesia, despite tough times – such as being banned from flying in the EU from 2007-2009 – has turned around to emerge as a prestigious global airline.

While low-cost carriers in Indonesia bear a natural advantage in attracting price sensitive buyers, Indonesia is ASEAN’s largest aviation market – and large enough for full service carriers such as Garuda to keep the domestic market under its radar, even whilst undertaking international expansion. Therefore, even as it seems that the airline may be eyeing further international expansion – what with ordering 60 wide-body aircrafts – it is clear that Garuda would firmly keep eyes on domestic market. As of June 2015, more than 86% of the group’s passengers have been domestic. Even on an Available Seat Kilometre (ASK) basis, only 43% of the group’s capacity is allocated to the international market.

When the ASEAN Open Skies or known as ASEAN Single Aviation Market is fully onset, the aviation players are open to larger opportunity and provided a big chunk of new market to be served. Yet, it fosters tighter competition, demand better service, improved benefit, and creativity from the airlines.

20% 26%

10%

43%

0% SAFETY 10%

PRICE AMENITIES

Book review

Rising Middle Class in Indonesia

By Standie Nagadi Economic spotlight might have been drawn intensely upon the BRIC economies, but the potential of the rising star–Indonesia-is not completely outshined. Economic growth of the only Southeast Asia’s country member of G20, has been spurred consistently resulting notable leap in its GDP per capita figure. As projected long before, the relentless economic power of the nation is driven by domestic consumption mainly from certain population acknowledged as the middle class.

It took decades until Indonesian middle SAFETY class evolved as a pillar supporting the nation’s economy. The milestone was marked with three important momentum–parallel with the transPRICE formation of Indonesia’s political climate–as the positioning of the middle class being reposiAMENITIES tioned. In a more granular view, the shifting of Indonesian middle class was actually leveraged by certain segments of the group–youth, womFLIGHT SCHEDULE en, and netizen.

Those three main power are believed to serve as key levers in bringing the economic situation into shape. Deciphering their anxieties and desires will provide invaluable lessons for companies to thrive and to stay ahead of the competition. On the other hand, strategies need to be crafted by policy maker to facilitate and nurture the economic growth.

FLIGHT SCHEDULE

priyanka.shekhawat@markplusinc.com

122-123 maestro.indd 2

6/29/15 5:47 PM

A

E S T

R O

Museum 124

The Body Shop: Humanizing Women, Humanizing Humanity “You’ve got to be hungry – for ideas, to make things happen and to see your vision made into reality.”

Dame Anita Roddick, founder of The Body Shop Amidst plenty of promises offered by beauty and body care products around the world, we rarely find a brand that tells us a beautiful story. In addition, big cosmetic companies often engage in animal testing for their products. Some of them are known to source their main ingredients unfairly cheap from Third World nations. But there are some cosmetics brands like The Body Shop, which sticks out from the crowd and come out different, to make a difference. And here is why The Body Shop is featured as one of our corners in Museum Marketing 3.0:

By Dilla Ibtida

In a fast-moving and highly competitive industry, beauty care brands tend to use as many ways possible to win the heart and mind of the customer. Even if that means allowing some unrealistic standards towards what is perceived as ‘beauty’ by society in certain countries, those brands are competing to set the function of its products to be in line with those ideals.

Amongst several brands that promise the women to fit a certain type of stereotypical beauty, The Body Shop appears as a brand that not only uses natural, ethically sourced ingredients, but also does not adjust its benefits to certain beauty standards.

It was Dame Anita Roddick, the mastermind behind The Body Shop which came into being in 1976. As an environmental and human rights campaigner, at first, she only sold 25 products. At that time, customers were encouraged to recycle the packaging, because she did not have enough bottles. Back then, before the green movement became popular and fashionable, Roddick began to emphasis its products on natural ingredients that were ethically sourced and cruelty-free.

This eventually inspired the arrival of millions of sustainable products into the mass market.

In 1986, The Body Shop proposed an alliance with Greenpeace in the UK to save the whale. With much public and media interest, The Body Shop regularly featured posters on shop windows and sponsored local charity and community events. Over time, Roddick blossomed into a full-time critic of business and cosmetic industry, criticizing what she considered to be environmental insensitivity in the industry and challenged the traditional views of beauty, aiming to bring a change in standard corporate practices.

124 maestro.indd 1

Roddick believed that campaigning and good business is about putting forward solutions, not just opposing destructive practices or human rights abuses.

Whereas the traditional beauty standards led to side effects in many women such as anorexia or bulimia, The Body Shop decided not to compete with those traditional brands designed to cover up flaws and make women look more like fashion models. Instead, The Body Shop offered a line of products that promised benefits other than appearance, such as a healthier skin rather than a fairer complexion.

In fighting against cruelty to workers in the Third World countries, by 1991, The Body Shop initiated “Trade Not Aid” to promote trade to help people in developing countries to utilize their resources and meet their own needs. Under the strategy, they started a paper factory in Nepal employing 37 people producing bags, notebooks and scented drawer liners. Another enterprise was a 33,000 square foot (3,000 square meter) soap factory in the depressed Glasgow suburb of Easterhouse, whose payroll included 100 residents.

The Body Shop philosophy is in favor of international marketplaces. The chain uses its influence and profits for programs, aimed at enacting fair labor practices, safe working environments and pay equality.

According to The Body Shop, 65% of the company’s products contained community traded ingredients by the end of 2008 and the company spent over $12 million on community trade ingredients in 2006.

The Body Shop is an outstanding example of how body care and beauty products have to embrace the universal value of beauty, not opposing it by creating insecurities or terminating self-esteem of the women.

Embracing the desire of women to be perceived beautiful in any size, shape, and color, The Body Shop has been humanizing the women, not treating them as an object or merely a potential market, like many rival cosmetic brands. On the other side, The Body Shop represents the value of 3.0, especially because it fights against cruelty. This is the kind of movement that works for the sake of humanity and it continuously attempts to make a difference. By all those means, The Body Shop deserves to be placed on one of the corners in Museum Marketing 3.0.

6/29/15 7:44 PM

A

E S T

R O

Moment 125 Ubud Royal Weekend 2015

Creativity, Culture, Civilization

By Kelik Bayundara

01

The Ubud Royal Weekend 2015 was opened by a performance from Sanggar Gita Mahardika. They played Gong Kebyar, a traditional song from Bali. Organised in the Puri Lukisan Museum, this event presented Creativity, Culture, and Civilization as its theme. After Gong Kebyar, four dancers emerged, performing a traditional dance called Puspa Wresti. On the nights of Ubud Royal Weekend 2015, Ubud seemed to be more beautiful.

03

02

Hermawan Kartajaya, Founder and CEO of MarkPlus, Inc. gave a speech on the Ubud Royal Family. He described how Ubud was a great place for Marketing 3.0, a new concept pro­ posed by him. Ubud has become an exemplary city for this concept and deserved appreciation for beautifully combining God, Nature, and People. According to him, it is no wonder that Ubud features among the Top 15 Destinations in The World, as listed

by TripAdvisor. “Ubud, where love is really happening,” Hermawan stated.

The Ubud Royal Weekend 2015 was held from Friday 5th until Sunday 7th June 2015.

The first day events were concluded by a Welcome Dinner hosted by the Ubud Royal Family. Tjokorda Gde Putra Sukawati, Penglingsir (leader of Puri) Ubud, gave a speech marking the occasion. He spoke about the importance of social media for the

maestro july.indd 9

04

promotion of Ubud as a tourist destination in the world. “If one person posts 5 photos of Ubud, it will bring out a big impact on the popularity of Ubud,” he said.

Tjokorda Gde Putra Sukawati wished that this event could bring some positive effects for the progress of Ubud in the future. He hoped that Ubud could become a state of culture. His brother, Tjokorda Gde Oka Artha Ardana Sukawati, added that The Ubud Royal Weekend 2015 has facilitated Ubud to become a destination tour in Bali.

Among other attendees was Anindya Kusuma Putri, Putri Indonesia 2015. She thought of Ubud to be a unique city and she fell in love with Ubud on her first visit. “In Ubud, I can see something different from Bali. I can see green fields here.”

The second day was welcomed by rain as EAT, PRAY, LOVE Tour from The Royal

01.

Arief Yahya, The Minister of Tourism Indonesia, on the inauguration speech 02.

The role of SME’s in Ubud,

by Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, The Minister of Cooperatives and Small and Medium Enterprises 03.

Opening session of Welcome Dinner by Tjokorda Gde Putra Sukawati, Penglingsir (Leader of Puri) Ubud 04.

Tjokorda Gde Oka Artha Ardana Sukawati talking about Ubud’s Potential

6/29/15 4:39 PM

A

E S T

R O

Moment 126

05

06

Pita Maha was launched. The tour was inspired by the film with the same title, directed by Ryan Murphy. Arief Yahya, Minister of Tourism Indonesia, inaugurated the tour.

Starring Julia Roberts, the movie Eat Pray Love marveled at the beauty of Ubud in some of the scenes. It were those scenes which inspired The Royal Pita Maha to create an interesting packet tour for guests.

Arief Yahya, in his speech, talked about how a movie could become a tool to promote tourism in Indonesia. The movie Eat Pray Love, invites the tourists to come to Ubud, Bali. “Nowadays, it is a cultural industry era. This industry is based on culture. I’m sure Indonesia is capable to compete with other countries in this cultural industry,” said Arief.

According to Arief Yahya, 60% people who went on vacations did so to experience a new culture while 35% venture out to see nature and remaining 5% are fake tourists.

Going by this observation, he predicted that Ubud’s position as a destination for tourism in Bali will become even stronger.

Arief thought that Ubud does not only have a good product to sell, but also has an interesting process. As the Spirit of Bali, Arief believed that Ubud has high economic value.

Tri Hita Karana, for example, is a philosophy of Ubud. Tri Hita Karana teaches people to be good with others, God, and nature. Arief was very sure that by implementing this strong philosophy, the product and its process would be better and everlasting. “It is because the spiritual values always exist in every product of art, culture, and tourism.”

maestro july.indd 10

07

In recognizing this spirit of Bali, Ubud could turn into a special niche market.

But, it does not matter. For Arief, a niche market for premium circle could still be a big attractive market. “From branding side, we should keep promoting the Spirit of Bali as the place for meditation. As we know, meditation recently has become a lifestyle and we should keep that in mind” After unravelling the EAT PRAY LOVE tour, the event moved on to the Mental Revolution session: Making Indonesia Wow, by Professor Paulus Wirutomo. He shared his thoughts on mental revolution in Ubud. According to the ex-chief of Pokja Revolusi Mental, Paulus, Ubud is a city with the values of Mental Revolution concept.

He added that Ubud’s society deeply understand their rights and duties. One clear example is the way they fulfil their duties in keeping everything clean.

According to Paulus, they already have a good comprehension on the importance of maintaining cleanliness. “If Ubud is dirty, of course no tourist will want to come,” said Paulus.

They also know that the government should take care of their rights. Paulus also sees that the creativity and autonomy of the society in Bali has led to better progress than other cities in Bali.

In his opinion, tourism business could support mental revolution. Tourism helps inculcate a positive attitude, such as, when there comes a guest, we should greet them nicely. This makes tourism-intensive cities stand apart from areas with core business activitiesn such as agriculture or fishery.

People there do not really know how to treat visitors or tourists. “The kind of jobs could

influence the progress of mental revolution.”

The attitude of the society could be one of the reasons why tourists feel welcome.

Paulus believes that the mental revolution should be exemplified and the government should take some initiatives in that direction.

The next session included an inspiring story from Indonesia. Andy F. Noya, the host of Kick Andy, led that session. There were 2 stories: Banyuwangi and Jember Fashion Carnaval.

Banyuwangi now is very popular, thanks to variety of cultural festivals had been held there. Uniquely, the festivals are not organized by any event organizer (EO), but directly by the district government.

“We invite Banyuwangi people to promote our city in social media,”said Yanuarto Bramuda, Head of Culture and Tourism Banyuwangi. There are numbers of festivals organized in Banyuwangi; Indonesia Fashion Week Batik Banyuwangi, Festival Kuliner Sego Tepong, Festival Buah Lokal, Festival Wayang Kulit, Festival Kali Bersih, Jazz Ijen Banyuwangi, Banyuwangi Beach Jazz Festival, Banyuwangi Ethnic Carnival, etc. As the result, these festivals help promoting the city of Banyuwangi, not only at a local level, but also an international scale. Yanuar believed that information and communication technology (ICT) plays an important role in promoting Banyuwangi to the world.

In addition, the Banyuwangi Government has also increased the amount of tourism budget. Yanuar said that 60 % of all the festivals are organized to promote the local cultural values to the world.

Meanwhile, the President of Jember Fashion Carnaval, Dynand Fariz, shared his

6/29/15 4:40 PM

A

E S T

R O

Moment 127

08

05.

Martha Tilaar on ReLaunching the Global Compact Network United Nations 06.

Meditation session with Ayu Laksmi 07.

Collaboration between Ballet Dance and Kecak Dance 08.

Dynand Fariz, President of Jember Fashion Carnaval with The Model 09.

Cycling Tour presented by Garuda Indonesia

maestro july.indd 11

story on creating the carnaval. Originally organized as a carnaval for family, Dynand Fariz later helped it evolved into an annual carnaval in Jember. Now, Jember Fashion Carnaval has transformed into a grand event keenly awaited by locals and foreign tourists.

This year marks the 14th anniversary of the JFC. Fariz proudly said that the fourth biggest carnaval in the world is organized in Jember, East Java. Dynand and his team have gained many achievements during the course of time. One of them was The Chronicle of Borobudur, winning the best national costume at the Miss Universe 2014.

It has taken a lot of hard work to make JFC a success.

A good management is always needed to ensure the event runs smoothly. In 2014, Fariz noted that there were 3,073 media personnels and photographers from around the world in the event. Moreover, JFC attracted over 500,000spectators, not only from Indonesia, but across the globe.

“The enthusiasm to attend the JFC is very high.

People must reserve their hotel two months in advance. If they are late, all places are fully booked, “added Fariz.

After this sharing session from Fariz, Ubud Royal Week continued to another segment, named The Silver Lining: Productivity & Innovation in Small Medium Enterprise (SME). The talkshow between Hermawan Kartajaya and Anak Agung Gede Puspayoga, the Minister of Cooperatives and Small and Medium Enterprises, was broadcasted live by RRI Pro 3.

In that session, Puspayoga shared the process of tourism developement in Ubud, adding that it took collective effort to promote Ubud’s tourism potential “It is not only supported by the hotels in Ubud, but also by the Small Medium Enterprises (SMEs).”

The artisans and tourism are supporting each other.

Puspayoga, the Minsiter of SME, also spoke about a training program for homestay owners and local guides as an effort to keep the synergy between local artisans and tourism.

09

The following session was Ubud International Perspective by Rosmalia Hardman. She is from Singapore but has worked in Indonesia for 12 years and is currently the Chief Marketing Officer at PT Lippo Karawaci. She said that foreigners as tourists are always inclined to do an extraordinary thing which they cannot do in their own country. Beaches are common but the combination of culture, art, and wellness that is proposed by Ubud is a special thing for foreigners. “For me, Ubud has a high wellness opportunity,” said Rosmalia.

According to her, when Japanese or Korean tourists visit other countries, they would mostly not be interested to go to a shopping center. They would prefer to visit the small shops, to see the handicraft or unique artworks.

For food, foreign tourists do not want to eat fast food they want to taste local food. But, they always pay attention to hygiene.

After Rosmalia’s session, the event moved to the Global Compact Re-Launch by Martha Tilaar.

Martha is one of the conceptors of the Global Compact Network United Nations, an international intiative to bring together private companies with the organizations of UN, community, and worker organizations to support human rights.

As a part of Global Compact, Martha Tilaar, with her company PT Martina Berto Tb, is committed to follow ten principles of Global Compact, including human rights, worker rights, and anti-corruption.

And Martha has made Kampoeng Djamoe Organik (KADO) in Cikarang, West Java, as the realization.

After dinner, participants and guests were attending the Ubud Royal Weekend, witnessed the Ubud Royal Weekend Performance. Fifi Kartikawati collaborated with Ubud Palace. There were balinese dance and ballet dance which was truly enjoyed by the audience..

On the last day, there was a cycling tour presented

by Garuda Indonesia, followed by a meditation session

by Ayu Laksmi.

6/29/15 4:40 PM

S ITEM E V I US EXCL T C ENT! E L M L E O V O S, C IVE M TIST T R A A E R E T TH OF C T R MEE A P BE A D N A Organized by

Supported by

Partners

www.popconasia.com

popconasia@gmail.com

popconasia

Media Partner

@popconasia

contact : Iwan - 0821 2352 0030 || Agung - 0857 1640 0079 || Ira - 0856 9846 217

15997805_MARKETEERS JULI_T-128_POPCORN.PDF 1

6/29/2015 9:51:11 AM

Hal

129

Bermimpi Bangun Kota Madani Illiza Sa’aduddin Djamal Walikota Banda Aceh

JULY 2015 www.marketeers.com www.marketeers.com/radio

15997805_MARKETEERS JULI_S-128-129_1.PDF 1

6/29/2015 9:49:29 AM

Mencapai Branding Yang Terarah

EDITOR: Melati Astri Maharani

ASSISTANT EDITOR AY. Afie Qwartianna

MarkPlus Center for Public Services dibentuk sebagai wadah bagi institusi pelayanan publik dan pemerintahan daerah yang antusias terhadap pemasaran. Dengan dua pilar utama, pelayanan berkualitas dan branding yang kuat, diharapkan institusi publik dan pemerintahan daerah dapat meningkatkan peran pemasarannya.

MISI: Menjadi komunitas untuk institusi publik dan pemerintahan daerah dalam berbagi pengalaman pemasaran.

VISI: Meningkatkan peran pemasaran dari institusi publik dan pemerintahan daerah untuk ikut memasarkan Indonesia ke dunia.

Saat berbicara mengenai place branding, kita tidak hanya membicarakan mengenai image, namun juga rasa percaya dan menghargai. Simbol dan identitas yang diangkat dalam branding perlu ditujukan untuk meyakinkan masyarakat mengenai keunikan, kelebihan, dan potensi yang dimiliki sebuah negara, provinsi, atau pun kota.

Simon Anholt mendefinisikan branding sebagai proses mengomunikasikan image suatu produk, layanan, maupun lokasi untuk membentuk reputasi yang diinginkan. Branding dinyatakan sebagai proses karena image dan reputasi tidak bisa dibentuk secara instan. Reputasi menjadi tujuan akhir untuk membangun kepercayaan dan penghargaan dari masyarakat luas.

Reputasi yang kuat akan terbentuk dari upaya sinergi antar seluruh komponen negara, provinsi, dan kota. Dalam edisi kali ini, Prima akan membahas bagaimana upaya dari berbagai pihak untuk membangun reputasi negara dan juga kota.

Dino Patti Djalal membagi pengalamannya sebagai mantan duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat, dan bagaimana tanggung jawab duta besar dalam upaya nation branding. Sebagai perwakilan negara, seluruh staf di kedutaan besar harus bisa membangun reputasi yang positif terhadap Indonesia. Meski tidak mudah, Dino memang menjadi salah satu duta besar yang mampu membuahkan hasil yang membanggakan. Berbagai aktivitas dan komunitas mampu dilahirkannya.

Dalam edisi ini juga, kami menampilkan Walikota Banda Aceh. Dikenal sebagai kota yang sangat religius, ternyata memberikan dampak positif dan negatif terhadap kota ini. Illiza Sa’aduddin Djamal dengan cermat memanfaatkan karakter positif dari masyarakat Aceh untuk meningkatkan pelayanan publik sehingga reputasi kota Banda Aceh semakin baik. Asal tahu saja, Illiza adalah walikota perempuan pertama bagi kota yang dijuluki Serambi Mekah itu. Dalam kesempatan ini, Illiza juga memberikan klarifikasi terkait isu jam malam bagi kaum perempuan di Kota Aceh.

Pemerintahan, baik pusat maupun daerah, memang sudah semakin sadar pentingnya place branding. Namun, yang perlu diingat adalah upaya terarah mutlak diperlukan untuk memastikan tujuan branding tercapai. Kami pun menyajikan betapa pentingnya arti sebuah nilai dalam melakukan branding. Selama ini, banyak kota atau kabupaten yang berlomba-lomba menghadirkan berbagai event untuk meningkatkan branding-nya. Pertanyaannya, apakah seluruh event yang diselenggarakan itu bernilai bagi stakeholder?

Jika tidak, lantas apa gunanya seluruh acara itu? Karenanya, kami pun memberikan panduan bagi Anda.

Semoga Prima kali ini bisa memberikan inspirasi baru kepada kita. Akhir kata, selamat membaca!

MarkPlus Center for Public Services Eightyeight @kasablanka 8th floor Jalan Raya Casablanca Kav. 88 Jakarta 12870 Phone: +6221-5709721 Fax: +6221-57902339

15997805_MARKETEERS JULI_S-128-129_2.PDF 1

6/29/2015 9:49:31 AM

INTERVIEW

Illiza Sa’aduddin Djamal Wali Kota Banda Aceh

Bermimpi Bangun Kota Madani Menjadikan Kota Banda Aceh sebagai model Kota Madani menjadi mimpi Illiza Sa’aduddin Djamal sejak menjabat sebagai walikota. Perempuan yang akrab disapa Illiza ini ingin menjadikan pusat “Serambi Mekkah” ini sebagai kota yang membawa rahmat bagi orang-orang yang tinggal dan bertandang di dalamnya.

Mimpi tersebut ingin dia wujudkan ketika Perempuan kelahiran Banda Aceh, 31 Desember 1973, menjabat walikota sejak 16 Juni 2014. Sebelumnya, ia masuk birokrasi pertama kali dengan menjabat sebagai wakil walikota Banda Aceh pada Februari 2007 hingga tahun 2014. Panggung politik ia masuki sejak menjabat sebagai anggota DPRD Kota Banda Aceh pada tahun 2004-2006.

Sebagai perempuan, menduduki tempat tertinggi dalam pemerintahan kota tersebut tentu sebuah prestasi tersendiri. Namun, hal ini juga menjadi momentum bagi perempuan – khususnya perempuan Aceh – untuk andil dalam tampuk pemerintahan. Di tangan perempuan inilah, wilayah dengan populasi 263.589 jiwa, sembilan kecamatan, dan 90 desa ini dikelola. Bahkan, wilayah yang sempat “hancur” akibat terjangan gelombang Tsunami pada tahun 2004 ini perlahan-lahan bangkit dan menjadi kota gemilang seperti sekarang.

Seperti apa Illiza ingin menjadikan Kota Banda Aceh sebagai model Kota Madani? Potensi apa saja yang tersimpan dalam wilayah seluas 61,36 Km2 tersebut?

Bagaimana pula Banda Aceh mengimplementasikan city branding? Simak wawancara Sigit Kurniawan dari Marketeers bersama Illiza berikut ini: Apa yang Anda maksud dengan Kota Madani untuk Banda Aceh?

Kami tidak hanya fokus pada infrastruktur fisik dalam pembangunan ini, tetapi lebih pada manusiamanusia yang ada di dalamnya. Pembangunan kota lebih bertujuan untuk membangun manusia-manusia agar menjadi berakhlak dan berkarakter. Mungkin proses menuju perubahan inilah yang disebut Revolusi Mental yang lagi populer. Ketika kami memiliki branding, pembangunan kota kami juga terarah. Masyarakatnya juga mulai tahu kota ini mau dibawa ke mana. Tentunya, akan susah bila tidak ada brand-nya.

Apa yang ingin Anda tuju dengan Kota Madani tersebut?

Kehidupan yang lebih baik. Kota yang penduduknya beriman, berakhlakul karimah, toleran dalam perbedaan, taat hukum, masyarakat yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan. Mereka juga memiliki ruang publik yang luas dan inklusif. Mereka juga berperan dalam menjaga persatuan dan kesatuan.

129

15997805_MARKETEERS JULI_T-129.PDF 1

6/29/2015 9:51:12 AM

INTERVIEW

Tidak hanya itu, mereka juga menjadi komunitas yang saling bekerjasama. Secara aktif, warga Banda Aceh bergandengan tangan menjaga kota, melestarikan budaya dan warisan sejarah. Konsep Kota Madani ini juga mengarah menjadi smart city dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Harapannya, masyarakatnya juga akan menjadi smart people ke depannya.

Potensi Trade, Tourism, dan Investment apa saja yang dimiliki Kota Banda Aceh?

Banda Aceh termasuk kota tua di Indonesia.

Usianya sudah 810 tahun. Banyak peninggalan sejarah di sini – baik sejarah masa kolonial, masa kejayaan Islam, sejarah tsunami, sejarah wilayah konflik, dan sebagainya. Potensi historis ini yang menyebabkan Banda Aceh menarik untuk dikunjungi para turis. Khususnya, turis dari negara-negara yang pernah memiliki kaitan dengan sejarah Aceh. Sebut saja, Turki, Belanda, dan sebagainya.

Pasca Tsunami, Banda Aceh perlahan-lahan bangkit dan membangun diri dengan tak kalah bersaing dengan kota-kota lain. Apa yang dilakukan?

Ketika bencana Tsunami melanda Aceh, banyak orang memprediksi Banda Aceh bakal kolaps. Tingkat kemiskinan juga diprediksi bakal meledak. Ternyata, prediksi itu meleset. Banda Aceh mampu bangkit.

Bayangkan saja, kondisi pasca Tsunami tahun 2004. Boleh dibilang 2/3 infrastruktur kota ini hancur, 61.065 orang hilang dan meninggal dunia, 21.751 unit rumah rusak, 169 unit fasilitas pendidikan hancur, 302 kilometer jalan juga rusak, 63 unit bangunan pemerintahan juga ambruk, 9 unit pasar, 46 unit fasilitas sosial juga rusak. Benar-benar memprihatinkan.

Tapi, sekarang, Banda Aceh bisa bangkit. Dari tahun ke tahun, angka kemiskinannya juga mulai menurun. Kemudian, terobosan-terobosan baru dilakukan. Banda Aceh sekarang tidak hanya kota transit, tetapi kota tujuan wisata. Banda Aceh menjadi kawasan yang layak “dijual” untuk turisme tersebut.

Apalagi pemerintah meresmikan Banda Aceh sebagai Bandar Wisata Islami.

Untuk membangun Banda Aceh tentunya harus bisa memahami lebih dulu apa yang menjadi permasalahan kota. Apa saja?

Saya melihat beberapa persoalan, seperti masyarakat yang konsumtif dan kurang produktif.

Selain itu, masih kurang adanya partisipasi, angka pengangguran tinggi, mutu pendididikan rendah, dan terbatasnya fasilitas publik. Ini yang perlahan-lahan kami benahi secara bersama-sama.

Apa yang dilakukan pemerintah kota?

Ada beberapa langkah yang kami lakukan. Terkait perilaku, kami melakukan Dakwah mum Jumatan, Dakwah Remaja Keliling, membentuk kelompok brigade masjid, membuat proyek percontohan Gampong Syariah, membangun komunitas Subuh Keliling dan Subuh Berkah, memperkuat Baitul Mal dalam pengumpulan dan penyaluran zakat, dan

membuat proyek cyber di masjid.

Pendidikan juga jadi kepedulian kami. Kami menggelar program Diniyah pada semua pendidikan, meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Quran bagi pelajar, mengadopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk edukasi, maupun melakukan pembinaan santri Hafidz.

Selain itu, kami juga memulainya dari dalam dengan reformasi birokrasi. Kami melakukan penataan organisasi dengan moratorium pegawai dan perampingan organisasi. Kami melakukan pengawasan kinerja melalui aplikasi e-Disiplin, penguatan akuntabilitas layanan, maupun membangun aplikasi e-Kinerja sebagai perangkat menilai kinerja PNS dan SKPD secara lebih objektif.

Apa keunikan Banda Aceh lainnya?

Banda Aceh kebetulan menerapkan syariat Islam. Di sini, khususnya di hari-hari besar, seperti Ramadhan, Idul Fitri, Lebaran, menjadi masa yang menarik untuk diikuti dan dipelajari. Suasana Islami sangat kental dan khas di momentum tersebut.

Seperti apa konsep Anda tentang city branding?

Mem-branding kota itu memang menjadi laku yang amat penting. Apalagi city branding ini juga merupakan sebuah doa. Branding ini menjadi arah yang mau dicapai dari kota tersebut. Branding ini kami mulai dengan menjadikan Banda Aceh sebagai bandar wisata Islami. Kami menuju ke sana dengan membangun infrastruktur yang dibutuhkan. Dan, saat ini, kami sedang membangun Kota Banda Aceh sebagai model kota madani.

Soal smart city, seperti apa adopsi pemkot pada teknologi?

Masyarakat Banda Aceh merupakan masyarakat yang tidak gaptek – gagap teknologi. Kami selalu mengikuti perubahan zaman. Banyak yang beranggapan kehidupan teknologi ini bertolak belakang dengan kehidupan syariah. Tapi, nyatanya, kehidupan syariah justru membuat masyarakat di sini semakin maju. Tentunya, hal ini harus didukung oleh pemerintah. Khususnya, dalam membangun infrastruktur konektivitas ini, seperti penyediaan titik-titik Wi-Fi di ruang-ruang publik.

Selain itu, adopsi TIK juga dilakukan sendiri oleh pemerintah kota. Semua serba elektronik dan digital. Dengan bantuan TIK, perizinan dan pelayanan pemerintah menjadi lebih efektif dan efisien. Pemerintahan juga bisa dilangsungkan dengan transparan dan terkontrol. Pemerintah juga bisa membangun komunikasi dengan warga, khususnya mereka yang selama ini berada di wilayah yang kurang terjangkau. Proses digitalisasi ini ternyata juga berdampak pada penghematan ongkos pelayanan.

Implementasi konkretnya bagaimana?

Untuk mendukung kinerja birokrasi, kami menggelar program e-Kinerja. Sistem ini sudah diadopsi oleh beberapa pemerintah kabupaten dan kota. Sistem ini bisa digunakan untuk mengukur efektivitas dan kualitas kinerja aparat. Sistem

130

15997805_MARKETEERS JULI_T-130.PDF 1

6/29/2015 9:51:13 AM

INTERVIEW

dan kesejahteraan. Hidup dengan Islam itu hidup dengan kasih sayang. Tidak seperti yang ditampilkan dengan citra radikal dan anarkis. ISIS itu, bagi saya, bukan Islam.

Bagaimana peran pemkot dalam membangun suasana pluralis dan inklusif terhadap berbagai perbedaan di Banda Aceh?

Pemerintah selalu mengakomodasi tumbuhnya pluralisme dan inklusivitas di kota ini. Banda Aceh dikenal dengan kota yang sering dikunjungi pemukapemuka lintas agama. Kota ini juga dicap sebagai kota dengan tingkat kerukunan beragama sangat baik.

Insyaallah, pada tahun depan, pertemuan pemukapemuka agama-agama di dunia berkumpul di Banda Aceh.

ini dikombinasikan dengan jejaring sosial. Soal kesehatan, kami membangun e-Health yang mendukung layanan kesehatan kepada masyarakat.

Pelayanan publik lain juga sudah serba online, seperti aplikasi perizinan online, aplikasi antrean online, database penduduk miskin, sampai layanan pengaduan masyarakat.

Apa peranan Perda Syariah terhadap pembangunan Kota Banda Aceh?

Intinya, kalau orang sudah beriman dan bertakwa semua akan dimudahkan, termasuk dalam membangun kota ini. Seperti halnya Bali.

Ketika masyarakat Bali taat pada agama dan kepercayaannya, mereka dengan senang hati menjaga kotanya. Semua pekerjaan dan aktivitas membangun kota ditempatkan dalam konteks vertikal – sebagai pertanggungjawaban pada Allah. Sebab itu, pekerjaan dilakukan dengan tulus dan penuh tanggung jawab.

Ketika orang bertanggung jawab pada Allah, orang itu tidak akan berhitung dalam bekerja. Tetapi, kalau manusia itu bekerja untuk uang dan dunia, ia akan senantiasa berhitung, seperti jam berapa pulang dan sebagainya.

Coba bayangkan, bila Syariah bisa terimplementasi sepenuhnya di sini, dijamin orang tidak akan mengambil barang maupun uang yang bukan miliknya alias korupsi. Mereka juga akan dengan leluasa berbagi zakat dan sedekah bagi yang membutuhkan.

Potensi zakat di Banda Aceh mencapai Rp 65 miliar.

Sekarang, sudah terkumpul sekitar Rp 15 miliar.

Bisa dibayangkan, dengan potensi zakat ini, berapa banyak masyarakat yang bisa disejahterakan. Pada intinya, Islam yang dibangun di sini adalah Islam yang Rahmatan Lil Alamin – Islam yang membawa rahmat

Sebagai perempuan, apakah ada tantangan tersendiri ketika Anda memimpin sebuah kota yang banyak orang bilang cukup kental dengan maskulinitas ini?

Tak sedikit orang yang memahami dalam syariah tidak mungkin muncul pemimpin perempuan. Seolah syariah ini tidak ramah terhadap perempuan. Padahal, Islam tidak seperti itu. Di Islam, perempuan juga bisa menjadi pemimpin dan pelaku bisnis. Tidak boleh dibatasi. Hanya saja bukan imam sholat. Dalam sosial masyarakat, tidak ada pengaturan perempuan tidak boleh jadi pemimpin. Alasannya, di hadapan Allah, ukurannya adalah orang yang bertakwa.

Terus terang, awalnya memang agak kikuk.

Khususnya, saat menjadi wakil walikota kala itu.

Tapi, lama kelamaan juga terbiasa asal berani belajar dan memahami. Dan, akhirnya terbukti saya sebagai perempuan terpilih sebagai Wali Kota Banda Aceh dan menjadi satu-satunya pemimpin daerah perempuan di Aceh. Ini menjadi pembuka pintu harapan, ke depannya banyak perempuan-perempuan Aceh yang bakal menjadi pemimpin.

Masalah utama pembangunan di Kota Banda Aceh apa saja?

Kota Banda Aceh memang masih bergulat deng­an beberapa masalah yang harus diselesaikan se­gera.

Terkait penataan kota, misalnya, pemkot lagi be­ rupaya mengatur para pedagang kaki lima. Termasuk juga, proses penataan transportasi maupun lalu lin­tas. Persoalan kota lain, seperti pasar, air bersih, kemacetan, dan sebagainya. Baru 80% yang sudah bisa kami eksekusi untuk meningkatkan kehidupan masyarakat Banda Aceh secara lebih baik. Kami akan terus bekerja.

Banyak pemimpin daerah memimpin dengan gaya khas, seperti blusukan. Seperti apa gaya kepemimpinan Anda, khususnya dalam membangun kedekatan dengan warga?

Sejak tahun 2007, saya sudah membangun kedekatan dengan masyarakat Banda Aceh. Saking dekatnya, banyak warga – khususnya anak-anak – memanggil saya dengan sebutan “bunda.” Mungkin karena keperempuanan saya ini yang membuat saya lebih gampang dekat dengan mereka. Kepada komunitas-komunitas perempuan, saya selalu hadir,

131

15997805_MARKETEERS JULI_T-131.PDF 1

6/29/2015 9:51:13 AM

INTERVIEW

Dalam jangka waktu 10 tahun sejak 2004 PAD meningkat 13 kali dan APBD meningkat 4 kali

PARAMETER

2004

2013

Pertumbuhan Ekonomi Inflasi (%) PDRB BHK (Juta Rupiah) PAD (Juta Rupiah) APBD (Juta Rupiah) Pendapatan per Kapita Populasi (Jiwa) Angka Kemiskinan Angka Pengangguran

4,81 6,97 1,400,897 9,561 231,200 5.313 263,669 8,89 10,10

6,12 6,39 3,651,734 129,170 928,240 14.649 264,431 8,03 8,5

entah di masjid, pertemuan, event, dan sebagainya.

Saya juga senang turun langsung untuk melihat langsung kondisi masyarakat saya. Dan, saya merasa diterima dengan baik oleh mereka.

Apa mimpi Anda untuk Banda Aceh?

Saya bermimpi kota Banda Aceh menjadi Kota Madani. Menjadi kota jannah yang menjadi surga bagi orang-orang yang ada di dalamnya. Perubahan harus dimulai dari diri sendiri dulu. Saya selalu mengatakan, perjuangan hakiki adalah perbaikan diri.

“KOTA BANDA ACEH SEBETULNYA MERUPAKANKOTA YANG RAMAH PEREMPUAN. PEREMPUAN TIDAK DIBATASI UNTUK MELAKUKAN INI DAN ITU. BUKTINYA, SAYA SEBAGAI PEREMPUAN JUGA BISA MENJADI PEMIMPIN DI KOTA INI.”

TIDAK ADA JAM MALAM BAGI PEREMPUAN DI SINI Menjadi pemimpin perempuan di sebuah kota yang menerapkan Syariat Islam tentunya merupakan prestasi tersendiri. Hal ini menjadi pembuka para­digma baru bahwa perempuan pun bisa menjadi pemimpin. Terpilihnya Illiza Sa’aduddin Djamal men­jadi Walikota Banda Aceh menjadi harapan baru akan emansipasi di daerah yang dijuluki sebagai Serambi Mekkah tersebut.

Sayangnya, emansipasi yang ia usung tersebut sempat “tercemar” dengan adanya penerapan jam malam bagi perempuan. Penerapan jam malam ini oleh sebagian kalangan – khususnya aktivis perempuan – dinilai bias gender dan diskriminatif.

Tetapi, Illiza mengklarifikasi bahwa isu ini sesat dan menyesatkan.

“Pemerintah kota tidak pernah mengeluarkan pernyataan untuk memberlakukan jam malam bagi perempuan. Kalau jam malam ini saya berlakukan, ini akan menyeramkan dan khususnya bagi saya sendiri. Apalagi saya sering bekerja sampai pukul lima pagi. Tidak mungkin saya akan menyiksa diri saya sendiri,” kata Illiza dalam sebuah diskusi bulanan di Jakarta bulan lalu.

Sebetulnya, sambung Illiza, yang dilakukan oleh pemerintah kota adalah memberikan instruksi untuk menanggapi imbauan gubernur.

Imbauan itu menyangkut pengawasan pelaksanaan tempat-tempat wisata dan hiburan, kafe, warnet, dan sebagainya. Di sini, jam pekerja perempuan ditentukan hingga pukul 11 malam.

Itu pun, sambung Illiza, disesuaikan dengan jam operasional tempat usaha. “Jadi, izin usaha perusahaan operasionalnya sampai pukul 11 malam. Dan, perempuan yang bekerja di sana juga bekerja hanya sampai jam tersebut. Nah, isu yang berkembang seakan-akan ada jam malam bagi perempuan. Ini klarifikasi saya,” katanya.

Sementara itu, Illiza memiliki cara-cara lain dalam pemberdayaan perempuan di Kota Banda Aceh. Antara lain, melalui Musrena, Balee Inong, pemanfaatan Women Development Center (EDC), maupun Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Prinsipnya, sebagai salah seorang yang aktif dalam lembaga pemberdayaan perempuan, Illiza mengaku tidak mau mensolimi perempuan sebagai bagian dari dirinya sendiri.

Terkait pemberdayaan dalam kesetaraan gender, Kota Banda Aceh pernah diganjar dengan Gender Awareness dari Pemerintah Jerman (2008) dan mendapat predikat kota yang “Cukup Responsif Gender” berdasarkan survei FITRA (2012). “Kota Banda Aceh sebetulnya merupakan kota yang ramah perempuan. Perempuan tidak dibatasi untuk melakukan ini dan itu. Buktinya, saya sebagai perempuan juga bisa menjadi pemimpin di kota ini,” katanya.

Harapannya, ke depan, momentum dirinya menjadi pemimpin kota tersebut bisa menjadi pintu pembuka selebar-lebarnya bagi perempuanperempuan Aceh untuk turut memimpin dan berpartisipasi dalam pembangunan.

132

15997805_MARKETEERS JULI_T-132.PDF 1

6/29/2015 9:51:14 AM

15997805_MARKETEERS JULI_T-133_ELJOHN.PDF 1

6/29/2015 9:51:14 AM

OPINI

134

15997805_MARKETEERS JULI_T-134.PDF 1

6/29/2015 9:51:16 AM

OPINI

Dino Patti Djalal

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat

Tiga Mantra Memasarkan Indonesia Peran diplomat tidak hanya memperkuat relasi antarnegara. Lebih dari itu, diplomasi bisa menjadi media kreatif untuk memasarkan Indonesia. Dino Patti Djalal membagikan tiga mantra agar diplomasi bisa kreatif. Seperti apa?

Oleh Dilla Ibtida

Konektivitas saat ini telah mengubah banyak lini kehidupan masyarakat kontemporer, termasuk pola relasi antarnegara di dunia.

Dalam hal ini, diplomasi pun berubah. Dulu, hubungan antarnegara lebih berpusat pada government-to-government (G2G). Sekarang, relasinya melebar ke arah yang lebih cair dengan public diplomacy.

Konsep public diplomacy dipopulerkan oleh Edmund A. Gullion yang mengacu pada pola interaksi dan komunikasi antarkelompok non-pemerintah satu negara dengan negara lain. Diplomasi model ini saat ini makin relevan.

Tujuan public diplomacy memang untuk memengaruhi perilaku publik. Kini, hal ini tidak lagi hanya dilakukan dengan cara tradisional dari pemerintah ke pemerintah, melainkan masuk ke dalam struktur masyarakat. Hal ini tentu menjadikan diplomasi lebih membumi, tidak lagi berada di menara gading di dalam benteng-benteng pemerintah yang tertutup rapat.

Para diplomat, sebagai influencer yang tentu saja adalah marketeer Indonesia di panggung global, sudah seharusnya menjadikan cara ini sebagai pilihan untuk memasarkan Indonesia selain melalui jalur antar-pemerintahan. Hal inilah yang ditekankan oleh Dino Patti Djalal, Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat periode 2010-2014.

Sebagai mantan duta besar yang memasarkan Indonesia ke Amerika Serikat, Dino membagi pandangannya mengenai bagaimana cara para duta besar dan diplomat bisa memasarkan Indonesia di pentas dunia.

Diplomasi: Antara Diplomatik dan Non-Diplomatik Perubahan yang terjadi dalam lanskap diplomasi telah menggeser tugas diplomatik yang hanya melibatkan instansi pemerintah menjadi tugas non-diplomatik yang bersifat terjun dan berkolaborasi dengan publik. Hal inilah yang menjadi kepedulian kedutaan besar Indonesia di Amerika Serikat yang saat itu dipimpin oleh Dino.

“Kami sempat ke Hollywood untuk bekerjasama membuat film di Indonesia. Di Washington D.C juga kami bangun Patung Saraswati sebagai landmark berciri khas Indonesia. Pada saat itu, orang-orang pada bingung, ini duta besar ngapain sibuk-sibuk bikin patung? Tapi, ternyata benar yang saya prediksi. Patung Saraswati yang raksasa itu menjadi buah bibir di Washington DC dan menjadi monumen Indonesia di sana,” ujar Dino.

Dengan banyak dan semakin terbukanya opsi jalur nondiplomatik, profesi diplomat tentu menuntut kemampuan untuk berpikir outside the box dan melakukan langkah-langkah nonkonvensional. Bebas-aktif saja tidak cukup, namun harus bebas, aktif, dan kreatif. Saat jalur non-diplomatik memegang peranan penting, kreativitas menjadi krusial untuk mencari cara memasarkan Indonesia di panggung dunia.

Dino menekankan perlunya dukungan pemerintah untuk promosi

Indonesia di mancanegara. Selama ini, hampir semua duta besar dan diplomat Indonesia mengeluhkan minimnya anggaran untuk promosi. Inilah kelemahan struktural yang harus diperbaiki. Selain itu, kolaborasi adalah faktor penting lain dalam mempromosikan budaya Indonesia.

“Patung Saraswati yang kita buat di D.C. itu sama sekali tidak menggunakan APBN. Kami melakukan kerjasama dengan para pengusaha Indonesia yang ada di sana. Kemudian ke Diaspora Indonesia, kami melakukan kampanye, dan mencari sumbangan dengan cara yang kredibel. Jika di suatu negara jarang ada orang Indonesia, peran pemerintah harus lebih kuat dalam mendukung kegiatan memarketingkan Indonesia,” kata Dino.

Mengumpulkan dan membangun jejaring warga negara Indonesia yang tersebar di luar negeri tentu bisa menjadi jalan bagi Indonesia Indonesia untuk eksis di mata dunia. Hal yang aneh mengenai warga negara Indonesia di luar negeri adalah, saat orang Indonesia melihat orang Indonesia lain di luar negeri, pasti langsung terbersit bahwa orang ini TKI. “Kita harus melihat diaspora sebagai aset. Kita ingin Indonesia mendunia. Yang paling natural, paling semangat adalah diaspora.

Mereka bisa menjadi agen promosi kita di luar negeri. Secara gratis,” terang Dino.

Lebih lanjut lagi, ia menambahkan, jika Indonesia kita berani dan cukup radikal dengan adanya diaspora yang jaringannya sudah 70 kota di dunia, Indonesia tidak lagi memerlukan konsul honorer. Ini sangat menghemat anggaran.

Tiga Jalur Memarketingkan Indonesia Menurut Dino, terdapat tiga hal yang bisa menjadi jalur utama promosi Indonesia di mata dunia. Pertama, jalur budaya. Katanya, budaya Indonesia jauh lebih atraktif dibanding budaya lain. “Ini saya dengar dari diplomat negara lain yang sering traveling. Tapi, mengemas ini kita harus jeli. Harus ada adaptasi sedikit untuk pasar global,” katanya.

Kedua, jalur kuliner. Ia melihat potensi kuliner Indonesia sangat besar. Sayangnya, potensi ini masih belum digali. Sementara, di Amerika Serikat, restoran Vietnam, Thailand, Singapura, dan Tiongkok ada di mana-mana. Termasuk di segmen yang lebih tinggi. Indonesia malah tidak ada. Kalaupun ada, pasarnya tidak sebagus restoran-restoran dari negara lain, tidak ada yang menyasar segmen tersebut. Hal ini membutuhkan peran serta pemerintah serta pengusaha Indonesia agar bisa dioptimalkan.

Ketiga, industri kreatif. Dibandingkan negara-negara lain, klaim Dino, kreativitas anak-anak muda Indonesia luar biasa. Mereka selalu menghadirkan ide-ide dan hal baru. Pemerintah harus menyadari ini dan membantu menduniakan kreasi mereka.

Berdasarkan pengalamannya saat bertugas di Washington DC, Dino sadar bahwa selain jalur Gedung Putih sebagai jalur diplomatik, diperlukan tiga jalur besar lain untuk memarketingkan Indonesia, yaitu Hollywood, Silicon Valley, dan Wall Street. Tigatiganya pada saat itu belum terjamah. Namun pada akhirnya, setelah tugasnya selesai, ketiga jalur telah dibuka.

Dino juga memberikan tiga mantra kepada seluruh diplomat Indonesia, yaitu Why not, What if, dan What’s more. Dino menjamin saat dihadapkan pada tiga pertanyaan itu, para diplomat akan tertantang untuk kreatif. “Selama ini, setiap inisiatif selalu dipertanyakan dengan ‘why?’ hingga akhirnya tidak melakukan apaapa. Kemudian tidak bertanya ‘what if’, padahal what if membuka jauh lebih banyak opsi. Orang juga pada umumnya tidak bertanya ‘what’s more’ dan hanya merasa cukup dengan cukup. Padahal sebenarnya bisa melakukan lebih banyak,” kata Dino.

Tiga mantra inilah yang menurut Dino harus terus diucapkan oleh para diplomat agar diplomasinya tidak hanya bebas aktif, tetapi juga kreatif.

135

15997805_MARKETEERS JULI_T-135.PDF 1

6/29/2015 9:51:16 AM

C ITY BRANDING

Coffee for City Branding Given enough coffee, I could rule the world – unknown Oleh Lianti Raharjo

Indonesia adalah surga kopi – paling tidak menurut berbagai media yang pada pertengahan April lalu mengangkat berita mengenai Pameran Specialty Coffee Association of America (SCAA). Acara yang berlangsung pada 9-12 April 2015 di Seattle, Amerika Serikat (AS) itu menjadi saksi di mana komunitas kopi negeri Paman Sam tersebut melihat 39 varian kopi unggulan dari Indonesia.

Yes, Indonesia adalah surga kopi dan juga penghasil kopi terbesar ketiga di dunia yang pada tahun 2014 menghasilkan 9 juta unit (1 unit = 60kg) kopi (data

menurut Statista). Sebagian besar hasil produksi kopi Indonesia merupakan komoditas ekspor – dengan 70% hasil produksi kopi diekspor pada tahun 2012. Adapun negara tujuan ekspor kopi Indonesia adalah Jepang, Afrika Selatan, Eropa Barat dan Amerika Serikat.

Kopi yang dihasilkan dan diekspor oleh Indonesia sebagian besar (80%) adalah kopi jenis robusta. Selain robusta, Indonesia terkenal dengan specialty coffee-nya, seperti Aceh Gayo, Toraja, Mandailing dan kopi termahal di dunia, kopi luwak.

1 45.342

Brazil

49.152 50.826 27.500

Vietnam

27.500 22.000 9000

Indonesia

11.667 11.250 12.500 10.900 8000

Colombia

Ethiopia

6.625 6.600 8.100

GRAPHIC Grafik 1.

Global top 5 coffee producing countries from 2012 to 2014 (in 1,000 units) Sumber: Statista, 2015

Kopi luwak Indonesia mulai mendunia karena film “The Bucket List” yang kemudian disusul dengan diangkatnya kopi luwak di Oprah Winfrey Show. Namun, Indonesia bukan hanya memproduksi kopi luwak. Terdapat sejumlah varietas kopi dari berbagai daerah di Indonesia yang berkualitas bagus dengan nilai jual tinggi.

Kopi-kopi tersebut memiliki cita rasa dan aroma yang berbeda, tergantung dari kualitas tanah, iklim, sistem tanam, sampai penanganan pasca panen.

Meskipun sebagian besar kopi yang dihasilkan di Indonesia adalah robusta, terdapat beberapa daerah yang menghasilkan kopi arabika. Penggemar kopi mana yang tidak mengenal kopi Toraja, Kalosi Sulawesi, Aceh Gayo, Sidikalang, Mandailing, Bajawa dan Papua Wamena? – ini adalah jenis biji kopi arabika di Indonesia. Untuk robusta, Lampung adalah penghasil terbesar, sementara Bali adalah penghasil kopi robusta yang paling banyak disukai karena kental dengan aroma fruity yang tajam (aroma jeruk).

Berbagai daerah di Indonesia dikenal dengan varietas kopinya yang istimewa.

Lantas apa hubungannya dengan city branding? Jika menilik lagi City Branding Hexagon Model dari Anholt, tidak disebutkan secara eksplisit adanya elemen food and beverage. Namun, unsur makanan dan minuman merupakan unsur penting dalam place branding, terutama nation branding karena terkait erat dengan elemen tourism dan culture and heritage.

Bahkan UNESCO mengembangkan UNESCO Cities of Gastronomy Network karena eratnya kaitan kuliner dan budaya. Sejumlah kriteria ditetapkan agar suatu kota dapat bergabung di jaringan UNESCO Cities of Gastronomy, termasuk di antaranya adanya kuliner yang merepresentasikan wilayah tersebut, adanya komunitas pendukung kuliner tersebut, adanya pasar dan festival terkait, dan sebagainya.

Kuliner sering dikaitkan dengan upaya nation branding. Mantan First Lady dari Korea Selatan, Kim Yoon-ok, adalah ambassador makanan Korea Selatan dengan memperkenalkan masakan khas mereka dan mengupayakan adanya kelas

136

15997805_MARKETEERS JULI_T-136.PDF 1

6/29/2015 9:51:17 AM

CITY BRANDING

Korean cuisine di berbagai cooking school terkenal di seluruh dunia. Tujuannya untuk memperkenalkan Korean cuisine, sekaligus meningkatkan jumlah restoran masakan Korea di seluruh dunia.

Culinary diplomacy ini juga telah dipraktikkan oleh pemerintah Thailand dengan Global Thai program di mana kokikoki Thai cuisine mendapatkan insentif untuk membuka restaurant Thai food di berbagai negara. Dampaknya? Saat ini terdapat lebih dari 10.000 restoran Thai food di seluruh dunia dan jumlah turis asing mengunjungi Thailand meningkat 163% sejak program tersebut diluncurkan.

Ada dua alasan mendasar mengapa suatu destinasi – bisa negara maupun kota – mengikutsertakan makanan atau pun minuman khas daerahnya dalam melakukan branding. Pertama, proteksi dan dukungan terhadap local food industry. Kopi perlu diagendakan masuk dalam kegiatan branding daerah untuk menciptakan industri kopi dari hulu ke hilir yang berkelanjutan karena adanya permintaan yang terus bertumbuh. Dalam kaitannya dengan tourism, turis selalu

mencari pengalaman kuliner dalam setiap perjalanannya yang kemudian sebagian akan tertuang dalam blog-blog dan media sosial, yang membawa turis lain untuk menjajal pengalaman kuliner yang sama.

Bahkan tak jarang sekarang culinary menjadi tujuan utama perjalanan.

Kedua, mengapa makanan dan minuman khas suatu daerah perlu dikaitkan dengan place branding karena proteksi terkait dengan “origin” atau lokasi asal produk makanan dan minuman tersebut, yang sering disebut “place of origin” atau “made in”. Champagne adalah daerah di Perancis yang terkenal dengan produksi wine champagne alias sparkling wine –disebut juga sebagai wine for celebration. Namun, fenomena yang terjadi Champagne menjadi nama kategori dan generic brand untuk sparkling wine.

Namun bukan hanya Champagne yang memproduksi sparkling wine. Banyak daerah lain di berbagai negara juga memproduksi sparkling wine dengan label “champagne”. Untuk melindungi reputasinya, muncullah tagline-tagline seperti “Champagne only comes from

Champagne, France” kemudian “Can Champagne be Champagne if it’s not from Champagne? Never!”

Kopi juga tidak hanya diproduksi di Indonesia. Namun, ada varietas kopi yang menjadi unggulan yang diproduksi di daerah-daerah tertentu di Indonesia yang perlu didukung dan dilindungi. Kopi luwak sudah bisa diproduksi di negara lain – coba tengok kopi luwak dari Vietnam. Namun kopi Aceh semestinya dari Aceh, kopi Toraja dari Toraja, dan bukan dari daerah lain.

Dalam place branding, makanan dan minuman khas adalah pendukungnya, yang dapat menciptakan efek “experience”.

Makanan dan minuman juga merupakan bagian diplomasi. Dalam hal ini, Sam Chapple-Sokol menyebut bahwa kuliner adalah “an instrument to create crosscultural understanding in the hopes of improving interactions in cooperation.”

Dus, kopi dapat diangkat menjadi bagian dari branding suatu daerah dan berperan dalam diplomacy. This time is coffee diplomacy.

Silakan menikmati kopi Anda…

137

15997805_MARKETEERS JULI_T-137.PDF 1

6/29/2015 9:51:17 AM

WOWLEADERSHIP

Tiga Kemampuan Intelektual Pemimpin Publik

LOGICAL

CREATIVE

Apa gunanya IQ yang tinggi jika kita tidak bisa menggunakannya untuk menyebarkan pengaruh dan menggerakkan orang lain?

Karenanya, ada tiga hal yang perlu kita perhatikan agar kemampuan intelektual kita sebagai pejabat publik bisa memberikan pengaruh lebih besar kepada masyarakat.

Oleh Ardhi Ridwansyah

PRACTICAL Proyek ambisius itu dimulai tahun 1921.

Sebuah tim khusus dikirimkan ke sekolahsekolah dasar di California. Tugas mereka adalah mencari anak-anak dengan otak paling cemerlang. Setiap sekolah diminta untuk menominasikan anak-anak tercerdas yang dimilikinya. Para murid pilihan tersebut kemudian diseleksi lagi dengan tes kecerdasan yang ketat. Hasilnya, didapatkanlah 1.470 anak dengan IQ rata-rata di atas 140. Sebagian IQ mereka bahkan mendekati angka 200!

Riset yang sangat terkenal ini digagas oleh Lewis Terman, seorang Profesor psikologi dari Stanford University. Obsesi Terman terhadap kecerdasan intelektual manusia (yang diukur berdasarkan nilai IQ-nya) membuatnya berkesimpulan awal: kecerdasan intelektual akan seiring sejalan dengan kesuksesan di dalam kehidupan.

Semakin tinggi nilai IQ-mu semakin besar pula peluangmu untuk menjadi orang besar!

Demikian kurang lebih hipotesanya.

Untuk membuktikan hipotesanya, Terman menggagas proyek di atas. Selama sisa hidupnya, Terman mengikuti perkembangan anak-anak pilihan tadi. Riwayat pendidikan

mereka dipelajari, pernikahannya didokumentasikan, catatan kesehatannya dikumpulkan, dan setiap promosi pekerjaan yang mereka dapatkan dicatat. Tak hanya itu, Terman pun membantu mereka memilih sekolah dan pekerjaan. Terman optimis, anak-anak ini akan menjadi pemimpin masa depan Amerika.

Bagaimana hasilnya? Saat anak-anak tadi menginjak dewasa, Terman mulai menyadari kelemahan hipotesisnya.

Beberapa anak genius tadi memang ada yang berhasil menulis buku, mempublikasikan artikel ilmiah, sukses di dalam bisnis maupun menjadi pejabat daerah. Namun hanya sedikit yang sukses menjadi public figure di level nasional.

Mayoritas memiliki karier yang biasa-biasa saja. Beberapa bahkan bisa dikatakan gagal di dalam dunia kerja Yang lebih mengejutkan, ada dua anak yang dulu sempat ditolak Terman (karena IQ-nya dianggap tidak terlalu tinggi) ternyata justru di kemudian hari berhasil meraih hadiah Nobel. Dengan sangat kecewa akhirnya Terman menyimpulkan; “kecerdasan intelektual (yang diukur

138

15997805_MARKETEERS JULI_T-138.PDF 1

6/29/2015 9:51:18 AM

WOWLEADERSHIP

berdasar nilai IQ) dan prestasi cenderung tidak berhubungan”.

Bukan Masalah IQ Bahasan tentang aspek intelektual dalam kepemimpinan di artikel ini bukanlah masalah IQ. Nilai IQ yang tinggi barangkali akan membantu peran Anda sebagai pemimpin di masyarakat.

Namun mengandalkan itu saja tidak cukup.

Intelectuality is something beyond IQ. Apa gunanya IQ yang tinggi jika ternyata kita tidak bisa menggunakannya untuk menyebarkan pengaruh dan menggerakkan orang lain? Kita tidak mau mengulang kesalahan Lewis Terman, kan?

Nah, lalu apa yang perlu diperhatikan dalam aspek intelektual ini? Ada tiga hal yang perlu kita perhatikan agar kemampuan intelektual kita sebagai pejabat publik bisa memberikan pengaruh kepada yang lebih besar kepada masyarakat. Pertama, logical thinking, kedua creative thinking, dan ketiga, practical thinking.

Tiga Kemampuan Intelektual: Logis, Kreatif dan Praktis Kemampuan intelektual yang pertama adalah berpikir logis (logical thinking). Kenapa logical thinking penting bagi seorang pemimpin publik untuk memengaruhi orang lain? Barbara Minto, konsultan perempuan pertama di McKinsey, menyatakan bahwa sebuah ide harus disampaikan dengan jelas, sehingga bisa “melompat” dari kertas ke pikiran pembaca (jika ide tersebut berbentuk dokumen tertulis) atau pindah dari kepala seorang pembicara ke pendengarnya (jika ide tersebut disampaikan secara lisan).

Ide yang sama akan dipahami secara berbeda jika kita menyampaikannya dengan cara yang berbeda pula. Ide terbaik sekalipun akan kecil pengaruhnya jika orang lain mengalami kesulitan sekadar untuk memahaminya. Mungkin Anda pernah mendengarkan pidato seorang pejabat yang durasinya lama namun arah pembicaraannya ke mana-mana. Setelah selesai, Anda masih bingung apa sebenarnya poin utama pidato pejabat tadi. Inilah akibatnya jika pemimpin publik tidak memiliki kemampuan berpikir logis dan sistematis.

Kemampuan intelektual yang kedua adalah berpikir kreatif. Dari beragam teori tentang creative thinking, apa yang dicetuskan oleh Sternberg dan Lubart (1991), menurut saya termasuk yang paling menarik. Mereka mengibaratkan kreativitas sebagaimana aktivitas investasi (karenanya teori mereka dinamakan investment theory of creativity). Dalam investasi, prinsip yang berlaku adalah buy low and sell high, beli dengan harga murah jual dengan harga

mahal.

Lho, apa hubungannya dengan kreativitas?

Beli murah berarti mengambil ide-ide yang tidak populer, jarang dilirik, namun memiliki potensi yang tersembunyi.

Sedangkan jual mahal berarti mengubah ide-ide tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat besar. Ketika seorang creative leader sudah berhasil “menjual” ide-ide barunya, selanjutnya dia akan bergerak mencari ide-ide “terbuang” lainnya untuk diolah menjadi sesuatu yang berguna.

Contoh pemimpin daerah yang kreatif adalah pejabat publik di Aceh Singkil.

Kabupaten ini berhasil menyabet juara II tingkat dunia dalam Public Service Award 2015 yang diselenggarakan oleh PBB. Menariknya, inovasi yang dilakukan tidak menggunakan teknologi yang mahal, bahkan terbilang ndeso, yaitu upaya mengurangi kematian ibu dan bayi melalui kemitraan bidan dan dukun anak.

Aspek yang ketiga adalah kemampuan berpikir praktis (practical thinking).

Agar memiliki dampak yang powerful, sebuah ide harus mempertimbangkan aspek kepraktisan! Bisakah ide kita diimplementasikan? Jika tidak bisa, apa yang bisa dilakukan sebagai penyesuaian?

Jika bisa, dari mana kita harus memulainya?

Jika tidak bisa menjawab pertanyaanpertanyaan di atas, sebuah ide yang sistematis, logis, dan kreatif hanya akan indah untuk dibicarakan, namun sulit untuk diimplementasikan.

Bossidy, Charan, dan Burck (2002), pengarang buku Execution: The Discipline of Getting Things Done, menyatakan bahwa “strategi seringkali gagal karena tidak dieksekusi dengan baik”. Seorang pemimpin seringkali sudah menyiapkan strategi berdasarkan analisa yang sistematis dan logis. Berbagai ide kreatif pun sudah diakomodasi di dalam strateginya. Namun, seringkali strategi tersebut disusun tanpa disertai panduan praktis untuk mengimplementasikan dan mengukur keberhasilannya. Akibatnya, anak buah pun bingung harus melakukan apa!

Sinergi Tiga Kemampuan Berpikir Ketiga kemampuan intelektual di atas hakekatnya saling melengkapi. Untuk menjelaskan hubungan ketiganya, saya perlu mengutip ilustrasi dari Robert Jeffrey Sternberg dengan sedikit adaptasi.

Sternberg adalah seorang pakar psikometri sekaligus Profesor psikologi di Oklahoma State University. Sternberg dimasukkan dalam daftar 100 pakar psikologi paling top di dunia.

LOGICAL THINKING TANPA DUA KEMAMPUAN LAINNYA: HASILNYA ADALAH IDE YANG SISTEMATIS DAN MUDAH DIPAHAMI, NAMUN “KERING” DARI HAL-HAL BARU SERTA CENDERUNG MENGAWANG-AWANG KARENA SULIT DIIMPLEMENTASIKAN. CREATIVE THINKING TANPA DUA KEMAMPUAN LAINNYA: HASILNYA ADALAH IDE YANG BARU DAN BEDA, NAMUN TIDAK SISTEMATIS SERTA CENDERUNG MENGAWANG-AWANG KARENA SULIT DIIMPLEMENTASIKAN. PRACTICAL THINKING TANPA DUA KEMAMPUAN LAINNYA: HASILNYA ADALAH IDE YANG MUDAH DITERIMA MASYARAKAT, BUKAN KARENA IDE TERSEBUT LOGIS DAN MEMBERIKAN PERSPEKTIF BARU, NAMUN SEKEDAR KARENA MUDAH DIIMPLEMENTASIKAN.

139

15997805_MARKETEERS JULI_T-139.PDF 1

6/29/2015 9:51:19 AM

Marketeers + Boyolali

Seno Samodro, Bupati Boyolali

Boyolali Menuju New Zealand Van Java Berbeda dengan daerah lainnya yang gencar mengejar branding sebagai Smart City, Boyolali menangkap peluang berbeda dengan kapasitas daerahnya yaitu menjadi Boyolali Pro Investasi.

Di tangan Seno Samodro, Boyolali bertransformasi menjadi Kabupaten yang cukup diperhitungkan di Indonesia. Pengalaman lebih dari 13 tahun hidup di Marseille, Perancis membuat banyak impian yang ingin ia wujudkan di tanah kelahirannya itu.

Karenanya, reformasi birokrasi menjadi prioritas Seno. Mulai dari perizinan terpadu, transparansi, hingga kemudahan mengurus perizinan investasi di Boyolali menjadi pekerjaan rumah pertama Seno kala memangku jabatan sebagai Bupati Boyolali periode 2010-2015.

Dirinya pun tidak segan-segan memecat para pegawai yang terbukti bersalah agar Boyolali terbebas dari korupsi. Mantan Wartawan ini juga membenahi infrastruktur yang menjadi kunci utama menarik minat para investor. Seperti apa rencana Seno membangun Boyolali? Bagaimana mewujudkan semua itu? Berikut ulasannya.

Bagaimana Anda memandang Boyolali sebagai tempat berkarya?

Boyolali adalah tanah kelahiran saya.

15997805_MARKETEERS JULI_T-140.PDF 1

Sehingga, saya pasti begitu care. Dalam lima tahun terakhir, saya sudah membangun Boyolali dan hasilnya seperti saat ini. Berdasarkan data, investasi di Boyolali adalah yang tertinggi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi mencapai 5,6%, padahal nasional baru mencapai 5%. Boyolali merupakan daerah yang sangat strategis dan memiliki banyak lahan yang bisa digarap sebagai area berkembangnya industri modern. Potensi yang besar ini dirangkum dalam sebuah program yang terus saya giatkan, yaitu “Boyolali Pro Investasi”. Ada lima sektor potensi dan peluang investasi di Kabupaten Boyolali. Yaitu kawasan industri, sektor peternakan dan perikanan, sektor pertanian dan perkebunan, sektor pariwisata, serta sektor infrastruktur.

Boyolali yang pro investasi diharapkan bisa membuka lapangan pekerjaan di wilayah ini dengan penyerapan utama adalah tenaga dari masyarakat Boyolali sendiri. Dengan demikian, kesejahteraan warga Boyolali ikut terdongkrak. Dari sekian obsesi saya, ada tiga hal yang gagal. Pertama, saya be-

lum bisa membawa Bon Jovi ke Boyolali.

Kedua, saya belum bisa pindahkan ibukota ke Boyolali. Terakhir, saya belum berhasil memindahkan Piala Dunia di Qatar ke Indonesia. Salah satu jalannya adalah take over PSSI. Walau semuanya adalah mimpi yang besar, tapi saya yakin suatu saat hal tersebut akan terjadi di Boyolali.

Apa yang Anda cari dengan menjadi Bupati Boyolali?

Untuk ukuran masyarakat Indonesia, saya telah berkecukupan secara finansial. Sehingga ketika saya pulang dari Perancis, di mana saya menetap hampir 13 tahun, saya hanya ingin menikmati hidup. Namun setelah sampai di Boyolali, saya dipaksa menjadi Calon Wakil Bupati Boyolali. Terakhir, saya dipaksa menjadi bupati.

Tahun ini, seharusnya adalah tahun terakhir saja menjadi bupati. Tapi, karena saya ini incumbent dan struktur partai menginginkan saya untuk tetap memimpin Boyolali, maka saya siap untuk mengabdi dan melanjutkan pembangunan dan pengembangan Boyolali menuju wilayah yang bersaing dan makin mensejahterakan warganya.

Boyolali Pro Investasi menjadi jargon untuk membawa kabupaten ini menjadi daerah unggul, bukan hanya di Jawa Tengah, namun juga Indonesia. Pemilik modal diundang ke Boyolali dan ditunjukkan betapa mudahnya birokrasi untuk berinvestasi. Sebagai orang yang lama tinggal di luar negeri, saya tahu bahwa penting sekali menumbuhkan kebanggaan sebagai seorang putra daerah.

Bagaimana sikap masyarakat terhadap kota Boyolali?

Harus diakui, banyak yang malu ketika menyebut berasal dari Boyolali. Orang Boyolali sering memperkenalkan diri sebagai orang Solo ketika berada di perantauan.

Bukan tanpa sebab, karena nama Boyolali kurang dikenal. Saya tergerak dan menginginkan agar ada pencantuman Boyolali di Bandara Adi Sumarmo.

Melihat infrastruktur yang tidak juga berkembang saya menginginkan adanya terobosan. Begitu juga dengan bidang-bidang lain seperti kependudukan, kesehatan, pendidikan, investasi, pertanian, perekonomian dan bidang-bidang lainnya. Harus ada niat baik untuk melakukan inovasi demi kesejahtaraan rakyat Boyolali.

Potensi-potensi apa saja yang dimiliki Boyolali?

Saya punya ide-ide gila. Boyolali memiliki kaya dengan pasir dan batu. Namun, saya melarang pengiriman dilakukan melalui darat karena kualitas jalan di Indonesia hanya mampu dilewati truk bermuatan 8 ton. Sedangkan untuk mengangkut pasir dan

6/29/2015 9:51:19 AM

Marketeers + Boyolali 01.

Seno Samodro, Bupati Boyolali menerima penghargaan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk keempat kalinya dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

01.

di Boyolali sesuai arahan langsung presiden dan segera saya fasilitasi.

batu, truk bisa bermuatan 20 ton sehingga membuat jalan rusak dan menyebabkan masyarakat Boyolali marah.

Karenanya, saya ke Beijing pada Mei lalu untuk menawarkan kepada pengusaha dan pemerintah di sana 140 juta ton pasir Merapi karena mutunya yang sangat bagus.

Tapi, syaratnya pasir tersebut tidak boleh diangkut menggunakan truk. Mereka harus membangun jalur kereta api untuk bisa mengangkut pasir tersebut dan ini mendapat sinyal positif dari mereka. Mereka pun menyiapkan dana hampir Rp 400 triliun.

Beberapa aspek lain yang dilirik adalah bandara. Baru-baru ini Presiden Jokowi memerintahkan agar Bandara Adi Soemarmo dikembangkan menjadi dua Runaway agar berskala Internasional. Pas sekali karena ada investor dari Beijing yang ikut melirik hal itu.

Kemudian ada international hospital.

Mereka minta lahan sekitar 100 hektar. Selain itu, kami sedang menyiapkan 100 hektar untuk hotel dan lapangan golf berskala internasional. Kemudian, kami juga sudah menyiapkan lahan lebih dari 60 hektar untuk dibangun mall yang konon akan terbesar di Asia. Untuk investasi nasional, pabrik mobil nasional Esemka juga akan segera dibangun

15997805_MARKETEERS JULI_T-141.PDF 1

Apa konsep pembangunan dari Anda?

Pada intinya konsep pembangunan saya adalah Pro Investasi namun juga Pro Rakyat. Namun, program tersebut tidak boleh mengesampingkan dampak-dampak negatif seperti pencemaran lingkungan, polusi limbah, dan kesemerawutan kota.

Mengingat begitu vitalnya peran infrastruktur tersebut, Pemkab Boyolali mengalokasikan dana sebesar Rp 154,98 miliar pada 2014. Adapun pembangunan yang mendapatkan prioritas adalah infrastruktur jalan dan jembatan sebesar Rp 78,87 miliar dengan rincian untuk jalan dan jembatan sebesar Rp 56,36 miliar, saluran drainase (gorong-gorong) sebesar Rp 6,79 miliar, turap sebesar Rp 4,04 miliar, dan rehabilitasi atau pemeliharaan jalan dan jembatan sebesar Rp 11,66 miliar.

Sebenarnya seperti apa gaya kepemimpinan yang ingin Ingin tonjolkan?

Man behind the Gun, artinya manusia lebih penting dari senjata itu sendiri. Empat bulan setelah resmi menjabat sebegai bupati, secara masif saya memberikan wawasan kepada para staf tentang visi, misi, target dan tujuan saya. Alhamdulilah, setelah 5 tahun berjalan pertumbuhan ekonomi Boyolali sangat meyakinkan dan signifikan.]

Prestasi apa yang Anda rasa cukup membanggakan?

Terakhir Boyolali kembali meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk keempat kalinya dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait laporan Keuangan Pemerintan Daerah (LKPD) tahun 2014. Ada beberapa indikator yang menjadi pertimban-

gan BPK Perwakilan Jawa Tengah, salah satunya Boyolali mendapat grade 96% untuk tindak lanjut pemeriksaan hasil BPK. Jadi, setiap hasil pemeriksaan dari BPK selalu ditindaklanjuti dengan baik. Pengelolaan aset daerah juga dinilai paling rapi. Artinya, tidak ada satu aset pun yang tidak tercatat dalam pembukuan keuangan daerah.

Selain opini WTP, tahun ini Kabupaten Boyolali melalui Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) berhasil memperoleh penghargaan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 99 besar tingkat nasional. Penghargaan ini disampaikan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi karena Boyolali memberikan kemudahan kepada investor untuk menanamkan modalnya. Pelayanan dan perizinan satu pintu dinilai bersih, transparan dan kooperatif. Selain itu, kenaikan investasi di Boyolali dari tahun ke tahun makin signifikan dan pelayanan sistem informasi yang cukup andal mejadi salah satu alasan mengapa Boyolali mendapat penghargaan tersebut.

Apa harapan Anda untuk Boyolali?

Di masa akhir kepemimpinan 5 tahun ini dan kalau masih dipercaya serta diberi amanah oleh masyarakat Boyolali untuk mewujudkan mimpi Boyolali bersama-sama, saya memiliki beberapa keinginan kuat untuk Boyolali. Salah satu keinginan adalah Pilkada di Boyolali bisa diselenggarakan secara elektronik. Menurut saya, program tersebut sangat mungkin dilakukan oleh Boyolali.

Pengalaman menyelenggarakan Pemilihan Kepala Desa dengan sistem elektronik di 8 desa berjalan lancar.

Program lain, membuat Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) susu. Boyolali adalah Kota Susu. Usaha peternakan sapi, baik dalam skala kecil maupun besar di Boyolali sudah menjadi aktivitas masyarakat secara meluas. Data yang ada menyebutkan usaha peternakan sapi di Boyolali dikembangkan oleh 84.876 orang dari total jumlah penduduk Boyolali yang mencapai 959.732 jiwa. Saat ini populasi sapi di Boyolali tercatat 170.904 ekor yang terdiri dari 90.116 ekor sapi potong dan 80.788 ekor sapi perah.

Kondisi ini menjadikan peternakan sapi di Boyolali merupakan yang terbesar di Jawa Tengah. Saya menginginkan Kabupaten Boyolali memiliki BUMD agar produk susu bisa memiliki nilai lebih. Selain itu, BUMD di Boyolali terbilang sehat karena tidak ada satupun yang merugi. Kami optimistis dengan adanya BUMD yang khusus mengelola susu dan produk turunannya, bukan hanya Pemkab Boyolali yang diuntungkan, tapi masyarakat Boyolali. Dengan demikian, cita-cita dikenal sebagai New Zealand Van Java terdengar hingga pelosok dunia.

6/29/2015 9:51:20 AM

OPINI

Building Event-Based Value Proposition: Membangun Nilai, Bukannya Kuantitas Untuk menarik minat wisatawan, pemerintah daerah harus menyadari bahwa kuantitas sebuah acara bukanlah yang utama. Sebaliknya, pemerintah daerah harus mampu menghadirkan acara yang memiliki nilai bagi para stakeholder. Sebuah riset kecil pun wajib dilakukan. Simak panduannya.

Oleh Setyo Riyanto, Executive Director MarkPlus Center for Public Services

Jika karunia Tuhan berupa alam, pemandangan indah, keramahan penduduk bahkan lengkapnya infrastruktur pendukung wisata sudah bisa menjadi jaminan untuk menarik minat banyak wisatawan berbondong-bondong datang, mungkin kita tidak pernah tahu apa itu Sail Bunaken, Sail Banda, Sail Wakatobi, Sail Belitong, Sail Morotai, Sail Komodo atau Sail Raja Ampat. Pasalnya, keseluruhan event tersebut sengaja dibangun untuk mengajak dan menarik kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan manca negara.

Demikian pula dengan berbagai festival, pameran, atraksi budaya, perlombaan, dan event-event sejenis lainnya. Mereka laksana magnet yang diharapkan mampu menarik wisatawan untuk datang berkunjung, menikmati, dan pada saatnya kembali lagi dalam jumlah yang lebih banyak. Maklum, pengalaman luar biasa bisa menjadi promosi word of mouth yang tentunya

berdampak sangat luas.

Di samping kegiatan atau event kebaharian di atas, ada event besar yang akan digelar bulan Oktober nanti, yaitu Tour de Singkarak. Acara yang mampu menyedot ratusan ribu pengunjung itu sudah menjadi kalender tahunan dari Union Cycliste Internationale (UCI) dan Amauri Sport Organisation (ASO). Jika event balap sepeda yang pertama kali digelar pada tahun 2009 itu hanya melibatkan empat kabupaten/kota, kini event ini telah berkembang pesat. Dari empat etape sepanjang rute lk 462 km, menjadi sembilan etape dengan panjang rute tidak kurang dari 1.300 km dan melibatkan 18 kabupaten/kota di Sumatera Barat.

Kini, masing-masing kabupaten/kota yang akan dilalui para peserta Tour de Singkarak pasti tengah sibuk melakukan berbagai pembenahan untuk mempercantik kotanya. Bukan hanya mereka yang bekerja di SKPD pada Pemkab/Pemkot terkait,

hajat tahunan ini juga turut menyibukkan banyak pihak untuk ikut memanfaatkan dan meraup keuntungan dari penyelenggaraan event internasional ini, mulai dari pengelola hotel, restoran, lokasi wisata, produsen suvenir, biro perjalanan, serta masih banyak lainnya.

Perhatian para Bupati dan Walikota yang wilayahnya terlewati oleh rute Tour de Singkarak tadi, kini mulai banyak tertuju dan berfokus pada upaya-upaya pembangunan persepsi sebagai tuan rumah yang baik, ramah dan bersahabat kepada para wisatawan yang akan menjadi tamunya.

Berbagai upaya itu hampir dapat dipastikan bertujuan agar wilayahnya dipersepsikan lebih baik, lebih indah, lebih menonjol dan tentu saja lebih menarik dibanding daerah lain, yang juga menjadi rute dari Tour de Singkarak. Jadi, walau dalam penyelenggaraan Tour de Singkarak 2015 ini ke-18 Pemkab/Pemkot saling membangun sinergi, namun pada sisi yang lain, mereka sejatinya juga sedang berkompetisi untuk memenangkan hati para tamu (wisatawan, peserta, peliput, dan lainnya).

Pada satu sisi, masing-masing kepala daerah dihadapkan pada upaya untuk tampil sebaik mungkin dan “bersaing” untuk memenangkan perhatian para “wisatawan” yang sama. Namun di sisi lain, para kepala daerah itu juga dihadapkan pada problema waktu penyelenggaraan event yang relatif singkat (3-11 Oktober 2015), sembilan hari untuk sembilan etape perlombaan, yang praktis hanya memberikan kesempatan beberapa jam saja bagi sebuah kabupaten/ kota dilewati oleh peserta. Tentu suatu keuntungan tersendiri bagi Kepala Daerah yang kotanya menjadi tempat rombongan Tour de Singkarak menginap.

Nah, belajar dari situasi yang sedang dihadapi oleh 18 Bupati dan Walikota itu, maka keunggulan-keunggulan daerah yang sesuai dengan value para wisatawan yang kita bidik atau sasar harus mampu kita tonjolkan. Inilah yang saya maksud sebagai “building event based value proposition”.

Haruslah diakui, tidak semua wilayah yang dilalui oleh rute perlombaan akan memperoleh benefit yang layak dibandingkan dengan effort yang mereka keluarkan untuk mendukung event ini.

Tidak sedikit daerah yang hanya akan mendapat pujian. Sementara, ada wilayah lain yang mendapatkan benefit ekonomi berupa kunjungan wisatawan, meski event balap sepeda sudah berakhir. Ada pula wilayah yang justru mengemas paket wisata keindahan alamnya, dengan bonus menonton balap sepeda sebagai salah satu atraksi yang ditawarkannya. Semua bergantung dari bagaimana event-based

142

15997805_MARKETEERS JULI_T-142.PDF 1

6/29/2015 9:51:20 AM

OPINI

value proposition dirancang secara baik dan matang oleh mereka.

Pendek kata, keuntungan dari event sebesar Tour de Singkarak bisa didapat oleh siapa pun yang mampu memanfaatkan event ini secara baik. Bagaimana cara kita untuk mengetahui apakah kita sudah memiliki event based value proposition yang baik? Kita bisa melakukan tes kecil.

Cobalah minta beberapa orang, dari mulai pengusaha hotel, penginapan, restoran dan pengusaha kuliner, souvenir shop, serta pihak-pihak lain untuk menjawab pertanyaan di bawah ini secara tertulis, dengan terlebih dahulu meminta agar mereka bertindak seolah-olah tamu atau wisatawan: 1. Saya tertarik untuk memilih…….selama kegiatan Tour de Singkarak berlangsung karena……

2. Hal yang sangat saya sukai dari ………. adalah……..

3. Dibandingkan dengan…………… ..,wilayah ini saya anggap memiliki keunggulan di……………….

Jawaban atas pertanyaan itu akan mengajak kita untuk mencari keunggulan-

keunggulan apa yang saat ini secara unik kita miliki, dibanding melakukan hal yang sama seperti yang daerah-daerah lain akan lakukan. Jelas ini bukanlah perkara yang mudah, mengingat 18 kabupaten dan kota di Sumbar tadi memiliki akar budaya yang sama, Minang.

Pertanyaan kecil di atas juga mengisyaratkan kita untuk memahami secara lebih baik lagi, siapakah tamu kita nanti? Apa yang mereka cari? Problema apa yang mereka hadapi dan solusi yang ingin diperoleh dari kita? Silakan membandingkan dengan apa yang telah kita rencanakan dan siapkan selama ini buat mereka.

Nah, untuk lebih meyakinkan diri tentang kesiapan kita sebagai tuan rumah yang layak untuk dipilih para wisatawan, apakah kita masih tetap akan meneruskan semua rencana yang ada, atau kita mesti melakukan koreksi segera, selagi masih ada waktu.

Tentu saja event-based value proposition tidak hanya berlaku buat para pimpinan daerah yang kotanya masuk dalam rute Tour de Singkarak. Hal ini tetap relevan buat seluruh pihak yang ingin mengangkat daerahnya melalui penciptaan event yang memiliki value proposition yang tinggi.

Bukankah kita sudah sama-sama tahu

bahwa banyak sekali event yang dilakukan oleh berbagai pemerintahan kabupaten atau kota? Bahkan ada satu kota yang memiliki calendar of event lebih dari 25 item. Permasalahannya bukan terletak dari seberapa banyak kita mampu membuat event, melainkan pada dua hal mendasar.

Pertama, apakah event itu layak secara finansial atau memberikan benefit secara ekonomi bagi wilayah itu sendiri (financial viable)? Kedua, apakah event yang kita selenggarakan tadi bersifat berkelanjutan (sustainable)?

Kita harus belajar dari penyelenggaraan event-event kelas dunia seperti Oktoberfest di Munich, Bayern, Jerman yang berlangsung selama 16 hari (dari akhir September hingga minggu pertama Oktober) yang mampu menyedot lebih dari 6 juta orang dari seluruh dunia setiap tahunnya; atau Festival San Fermin Di Pamplona, ​​ Spanyol yang telah berlangsung sejak abad ke-13; atau Songkran Festival di Chiangmai.

Intinya, event-based value proposition akan semakin tinggi, apabila sesuatu yang unik kita suguhkan dengan selera yang sesuai dengan harapan dan keinginan serta value wisatawan. Sekali lagi, bukan pada banyaknya event.

143

15997805_MARKETEERS JULI_T-143.PDF 1

6/29/2015 9:51:21 AM

SAFARI SEMINAR SERIES HADIR DI 18 KOTA DI INDONESIA

EFFECTIVE OFFLINE & ONLINE SALES NETWORKING

Teknik Networking Lewat Media Online dan Offline Untuk Mendapatkan Lebih Banyak Pelanggan

Dalam seminar kali ini MarkPlus Institute akan berbagi konsep dan tips-tips praktis mengenai: • Pemahaman peran pentingnya networking dengan pelanggan.

• Pemahaman tentang teknik networking yang efektif • Tips-tips praktis dalam membangun hubungan yang berkelanjutan dengan pelanggan.

• Teknik mendapatkan pelanggan baru • Cara mempertahankan loyalitas pelanggan lama

TARGET PESERTA Salespeople, sales supervisor, sales manager, dan bagian lain yang dalam kesehariannya bertanggung jawab dalam bidang penjualan di perusahaannya.

TIME, PLACE AND INFORMATION ACEH

24 Juni 2015 14.00-17.00 WIB RUSDI M: +62 81 3600 16003 P: +62 651 7555 020 F: +62 21 5790 2239

JAYAPURA

14 Juli 2015 14.00 - 17.00 WIT JANA M: +62 813 2532 3236 P: +62 967 575 3000 F: +62 967 550 437

PEKANBARU

23 Juni 2015 14.00-17.00 WIB HUSWITO M: +62 85 363 138 038 P: +62 761 22 737 F: +62 761 227 92

BANDUNG

2 Juli 2015 14.00 - 17.00 WIB HILDA: +62 818 0967 2099 KIKI: +62 856 2423 5254 P: +62 22 200 5335 F: +62 22 200 5337

JAKARTA

1 Juli 2015 14.00 - 17.00 WIB TUTI : +62 8161 4523 98 SHINTA : +62 8572 5780 666 P: +62 21 5790 2338 ext. 229 F:+62 21 5790 2268

PALEMBANG

25 Juni 2015 14.00-17.00 WIB APRI M: +62 853 6700 0622 P: +62 711 3637 11

www.markplusinstitute.com

15997805_MARKETEERS JULI_T-144_SAFARI.PDF 1

BALIKPAPAN

26 Juni 2015 14.00-17.00 WITA SARAH M: +62 813 4760 5200 P: +62 542 7582 704 F: +62 542 7582 704

MEDAN

23 Juni 2015 14.00-17.00 WIB ADE M: +62 812 2776 1242 P: +62 61 455 7000 # 8404 F: +62 61 451 3196

PONTIANAK

30 Juni 2015 14.00-17.00 WIB SARI M: +62 812 8854 1945 P: +62 561 749 555 F: +62 561 749 555

BANJARMASIN

30 Juni 2015 14.00-17.00 WITA NADIA M: +62 811 516 1617 P: +62 511 674 5010 F: +62 511 326 7199

MAKASSAR

9 Juli 2015 14.00-17.00 WITA RESKY AMELIA M: +62 823 4400 5767 P : +62 411 3650 454 F : +62 411 3611 444

SEMARANG

7 Juli 2015 14.00-17.00 WIB WORO M: +62 853 2609 3573 P: + 62 24 7692 8888 F: + 62 24 7692 8441

@MP_Institute

DENPASAR

14 Juli 2015 14.00-17.00 WITA TIA M: +62 822 5522 7558 P: +62 361 8495 670 F: +62 361 8495 671

MANADO

10 Juli 2015 14.00-17.00 WITA LIANE M: +62 8529 856 9905 P: +62 431 8551 23 F: +62 431 8552 10

SOLO

9 Juli 2015 14.00 - 17.00 WIB ITA M: +62 838 6555 5568 P: +62 271 738 666 F: +62 271 738 666

JOGJA

7 Juli 2015 14.00-17.00 WIB WATI M: +62 857 7052 7287 P: +62 274 446 9086 F: +62 274 446 9087

PADANG

25 Juni 2015 14.00-17.00 WIB MAYANG M: +62 811 661 666 1 P: +62 751 841 941 F: +62 751 841 941

SURABAYA

3 Juli 2015 14.00 - 17.00 WIB GABRIELLA: +62 822 3102 2612 RIZZA: +62 856 4836 5066 P: +62 31 562 1314 F: +62 31 562 1316

MarkPlus Institute

6/29/2015 9:51:21 AM

www.marketeers.com www.marketeers.com/radio

D I BALIK M AHAK ARYA N USANTAR A

JULY 2015

TERISOLASI BERSAMA KEMEWAHAN

15997805_MARKETEERS JULI_S-144-145_1.PDF 1

6/29/2015 9:49:31 AM

Meniti Perjalanan, Menikmati Kemewahan EDITOR Dilla Ibtida

ASST. EDITOR Jaka Perdana

CONTENT PRODUCER Saviq Bachdar Kelik Bayundara Raisa L. Niloperbowo

MarkPlus Center for Tourism & Hospitality dibentuk sebagai wadah komunitas bagi para pelaku industri pariwisata dan perhotelan Diharapkan dengan adanya MarkPlus Center for Tourism and Hospitality, para praktisi industri tersebut dapat saling berbagi pengalaman dan memperkaya wawasan pemasaran

“Berapa banyak uang yang Anda rela keluarkan untuk sebuah perjalanan wisata?”

Satu pertanyaan itu seringkali bergema di pikiran para pelaku industri pariwisata. Tentunya jawabannya bakal bervariasi tergantung siapa segmen yang Anda tanya.

Banyaknya exposure di media sosial menjadikan banyak pribadi semakin terdorong untuk memamerkan kepada dunia bahwa mereka telah melakukan perjalanan ke tempat yang tidak semua orang bisa kunjungi. Bisa karena mahal, bisa pula karena aksesnya sulit, atau hanya terbatas bagi kalangan tertentu. Meski bukan tujuan utama dari sebuah perjalanan, nyatanya hal ini memang sulit untuk dihindarkan karena bisa memberikan kebanggaan tersendiri.

Dalam edisi kali ini, Anda akan dibawa jalan-jalan ke tempat-tempat wisata yang memiliki keindahan istimewa, serta membutuhkan usaha ekstra untuk menginjakkan kaki di sana, baik tenaga atau pun material. Anda akan bertemu berlian di ujung Timur Indonesia dengan kekayaan biota lautnya. Anda juga dapat menikmati eksklusivitas absolut yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan di resor terpencil. Anda juga akan kami ajak menuju hotel yang menyeruak di antara rerimbunan, layaknya istana yang dibangun dikelilingi bukit dan hutan.

Pada edisi kali ini, kita juga akan bertemu dengan fotografer kawakan yang sangat mencintai Bromo dan baru-baru ini telah sukses untuk ketujuh kalinya mengadakan event musik jazz yang digelar di atas Gunung Bromo.

Kami percaya, membawa Anda jalan-jalan ke tempat yang eksklusif adalah mimpi sebagian dari kita. Begitu pula jika kita bicara arti sebuah kemewahan yang tentunya bersifat relatif. Yang jelas, Indonesia dengan berbagai pesonanya telah memiliki semua itu. Silakan memutuskan mana yang akan menjadi impian Anda berikutnya. Akhir kata, selamat menikmati.

VISI Menjadi knowledge and sharing platform pemasaran bagi sektor tourism and hospitality di Indonesia

MISI Menjadi wadah bagi para praktisi dunia tourism and hospitality untuk memperkaya wawasan dan saling berbagi pengalaman pemasaran

MarkPlus Center for Tourism & Hospitality Berry Biz Hotel Ground Floor Jl. Sunset Road No. 99, Kuta, Bali P: +62 361 8495 670 F: +62 361 8495 671

15997805_MARKETEERS JULI_S-144-145_2.PDF 1

6/29/2015 9:49:32 AM

MAP

Luxury Tourism Terisolasi Bersama Kemewahan Menikmati liburan secara eksklusif dan terisolasi dari kebisingan bisa membuat kita menyatu kembali dengan alam. Pertanyaannya, di mana kita bisa merasakan semua itu?

Oleh Dilla Ibtida dan Jaka Perdana

Siapa pun tidak akan menyangkal bahwa Indonesia punya alam yang sangat indah.

Dengan gugusan lebih dari 17.000 pulau, hamparan pasir dan laut biru nan bening jadi sajian dan target utama para turis lokal maupun mancanegara.

Namun, ekspektasi wisatawan tak sekadar menikmati hamparan sinar matahari sembari berendam di laut atau menikmati peninggalan budaya berkelas kolosal. Hal itu sudah mainstream bagi sebagian besar traveler. Tidak sedikit dari mereka yang ingin menikmati alam dengan sentuhan eksklusif yang jauh dari keramaian, bisa berinteraksi langsung dengan makhluk-makhluk cantik, sambil menikmati panorama luar biasa. Tentunya kemewahan itu harus ditebus dengan banderol tinggi.

Namun, nominal tidak bisa menggantikan pengalaman untuk menikmati sajian hasil perpaduan ciamik antara alam dan kultur

lokal. Lantas, mana saja tempat yang bisa menjadi rujukan bagi Anda?

MISOOL ECO RESORT Nirwana di Timur Indonesia Menyusuri pantai berpasir putih, menceburkan diri di airnya yang bening, hingga berenang bersama sekumpulan ikan hias berwarna warni. Tak hanya itu, Anda juga bisa melihat secara langsung ikan hiu berukuran raksasa hingga gurita. Terdengar seperti mimpi. Namun, alam Indonesia di wilayah Timur Indonesia memang mampu menghadirkan magis-magis tersebut di dunia nyata, tepatnya di Raja Ampat, Papua Barat.

Di wilayah kepulauan tersebut, terdapat Pulau Misool yang merupakan gugusan pulau terbesar dan memiliki sebuah resort khusus bagi para traveler, baik untuk snorkeling maupun penyelam profesional.

Resort bernama Misool Eco Resort tersebut menawarkan pengalaman untuk tinggal di tengah area konservasi laut. Meski bangunannya tidak semewah hotel bintang lima, namun struktur Misool Eco Resort yang terbuat dari kayu membuat Anda bisa merasakan sensasi menyatu dengan alam.

Di sekeliling resor itu terdapat hamparan pasir putih yang berhadapan langsung dengan laut. Dari berandanya akan langsung terlihat berbagai ikan tropis berenang di air jernih. Jadi, untuk snorkeling dan menyelam, kita tidak perlu berjalan jauh karena tinggal turun langsung dari resor atau menggunakan boat dalam jarak dekat.

Keunikan dan kemewahan yang sulit didapat dari resor lain adalah hampir semua kamar, baik semua vila maupun cottage dilengkapi dengan beranda menghadap ke laut. Setelah melakukan aktivitas di laut, tidak ada salahnya untuk bersantai di beranda kamar menikmati hamparan laut luas serta perbukitan khas Raja Ampat, selain tentu saja menikmati selonjoran di pasir pantai.

Misool Eco Resort bisa menampung maksimal 32 tamu. Misool merupakan tempat konservasi alam biota laut diantaranya hiu maupun ikan manta, maupun berbagai jenis terumbu karang. Untuk datang ke sini, tamu bisa mendarat di bandar udara

145

15997805_MARKETEERS JULI_T-145.PDF 1

6/29/2015 9:51:22 AM

MAP

Kota Sorong. Setelah itu, para tamu Misool akan dijemput speedboat khusus. Jarak antara bandara dengan resor yang ada di tengah laut sejauh 165 kilometer. Sementara untuk desa terdekat jaraknya sekitar 20 kilometer. Sehingga dari segi lokasi, Misool Eco Resort tidak terjamah oleh keramaian dan amat sangat eksklusif.

Lalu, berapa harga kemewahan yang ditawarkan oleh alam tersebut? Para tamu harus merogoh kocek mulai dari Rp 20 jutaan untuk tujuh malam. Semakin lama atau semakin mewah tipe vila atau cottage tentu saja harganya lebih mahal. Paket menyelamnya pun variatif mulai dari harga Rp 500.000an sampai di atas Rp 15 juta.

Terasa mahal rasanya. Namun untuk pesona dan pengalaman yang ditawarkan, Misool Eco Resort adalah menu utama sebuah mimpi yang tidak bisa ditolak dan dihitung dengan nominal.

JEEVA KLUI RESORT Kedamaian Panorama Matahari Terbenam Lombok Pulau Seribu Masjid, Gili Trawangan, dan Gunung Rinjani. Ketiganya menggambarkan betapa indah dan potensial pariwisata di wilayah Nusa Tenggara Barat tersebut. Bagi yang menganggapnya terlalu mainstream, ada sebuah resor di pantai Klui yang patut disinggahi, Jeeva Klui Resort namanya.

Dari letak, jelas sekali bahwa Jeeva Klui Resort terletak di tepi pantai dengan pasir putih indah yang menjadi salah satu nilai jualnya. Beberapa vila memang sengaja dihadapkan ke arah pantai, sehingga tamu mendapatkan panorama terbaik pantai Klui terutama ketika matahari terbenam.

Panorama tersebut tidak cuma didapatkan ketika bersantai atau jalan-jalan, tamu bisa mendapatkannya pada saat berendam di kolam yang memang sengaja menghadap laut.

Arsitektur bangunan resor ini disesuaikan dengan alam lewat perpaduan antara kayu dan batu, serta perpaduan garis budaya lokal dengan Bali. Meskipun kental dengan nuansa tradisional, Jeeva Klui Resort tetap terasa amat mewah dan eksklusif.

Bangunan-bangunan ramah lingkungan itu dipadukan dengan penempatan tanamantanaman hijau khas pantai, sehingga membuat tamu amat rileks.

Resor ini sejatinya merupakan bagian barat dari Pulau Lombok. Dari bandara baru memakan waktu sekitar satu jam perjalanan darat. Menuju ke Jeeva Klui Resort juga bisa menjadi pengalaman menarik karena sepanjang perjalanan tamu akan disuguhi pemandangan bentang pantai serta persawahan di sisi lainnya.

Untuk harga per malamnya, di masa promo dibanderol mulai Rp 1,5 juta.

Sementara untuk harga reguler dimulai dari harga Rp 2 jutaan. Dengan banderol tersebut, berbagai pelayanan kelas satu akan didapatkan tamu, tapi tidak termasuk fasilitas spa di ruang terbuka langsung menghadap laut.

Dan, tidak hanya untuk menginap dan bersantai, karena Jeeva Klui Resort bisa digunakan juga untuk berbagai acara

salah satunya pernikahan. Akan menjadi pengalaman tidak terlupakan menikmati suasana damai serta hawa tradisional dengan suasana mewah dan eksklusif di Jeeva Klui Resort, apalagi ini hanya satusatunya resor di kawasan Pantai Klui.

PULAU MOYO Serpihan Surga Rahasia di Kabupaten Sumbawa Bukan tanpa alasan mendiang Puteri Diana dulu memilih tempat ini sebagai lokasi untuk mengisolasi diri dari kejaran paparazzi. Pulau ini menghadirkan pesona yang tidak didapatkan di tempat lain.

Meskipun untuk mengakses pulau ini cukup membutuhkan usaha ekstra, tapi salah satu pulau di bagian Timur Indonesia ini berhasil menarik perhatian banyak selebriti dunia yang sedang mencari ketenangan, lewat eksklusivitasnya Serpihan surga bernama Pulau Moyo ini terletak di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pulai ini dibingkai cantik oleh perairan Flores dengan warna-warni koral yang menembus permukaan air laut yang biru bening. Inilah salah satu alasan mengapa Moyo menawarkan pesona yang

146

15997805_MARKETEERS JULI_T-146.PDF 1

6/29/2015 9:51:22 AM

MAP

membawa kedamaian tersendiri.

Saat Anda tiba di sana, Anda akan dipertemukan dengan hutan, savanna, dan tentu saja pantai berpasir putih dengan debur merdu ombak menggelitik telinga.

Dengan kekayaan biota laut terutama terumbu karangnya, kawasan perairan di Pulau Moyo menjadi tempat yang tepat untuk Anda melakukan scuba diving atau sekadar snorkeling dan bermain bersama spesies lautnya yang kaya.

Seakan tidak cukup dengan pemandangan bawah lautnya, pulau ini juga menyuguhkan pemandangan Gunung Tambora yang di sebelah Timur yang pernah meletus pada tahun 1815. Di tengah savanna yang luas, Anda juga bisa bertemu dengan rusa-rusa dan sapi yang dibiarkan bebas berkeliaran. Di sini, hanya ada 21 perkampungan yang terkonsentrasi di bagian utara pulau serta satu resor mewah untuk para wisatawan, sehingga pulau ini terasa sepi, nyaris seperti milik pribadi.

Untuk mencapai Pulau Moyo, memang dibutuhkan usaha yang lebih. Anda bisa naik kapal yang disewakan oleh resort dari Sumbawa Besar, bisa pula menyewa boat dari Air Bari. Seringkali bahkan pesawat pribadi diterbangkan menuju ke pulau ini, mengingat akses lautnya yang sangat bergantung pada cuaca.

Adalah Amanwana, satu-satunya resort

disini yang menawarkan kedamaian, ketenangan, dan keindahan. Di sini, waktu mengalir seakan-akan hanya diatur oleh matahari terbit dan terbenam. Para tamu yang berkunjung akan jatuh cinta pada harmoni yang diciptakan dari dua kontras yang berbeda, antara kehidupan alam yang liar dengan tenda-tenda mewah. Hal ini tentu tidak bisa didapatkan dari hiruk-pikuk hidup di perkotaan. Harga menginap yang ditawarkan Amanwana mulai dari US$ 1.400 per malam.

Moyo juga menawarkan pesona lain yang mengagumkan, yaitu Air Terjun Mata Jitu.

Kekayaan alam yang dimiliki Pulau Moyo ini akan menghipnotis Anda untuk bermain air di sana lebih lama. Air Terjun Mata Jitu memiliki empat jalur dan tujuh kolam.

Menurut bahasa lokal, Mata Jitu itu sendiri berarti air terjun yang turun tepat pada kolam-kolam di bawahnya. Kecantikan Mata Jitu telah tersohor ke seluruh dunia, bahkan menjadi salah satu tempat favorit mendiang Puteri Diana.

AMANJIWO Megahnya Borobudur dari Jendela Apa yang Anda lakukan jika berkunjung ke wilayah Yogyakarta dan sekitarnya?

Berkunjung ke Borobudur tentu masuk ke dalam agenda. Tapi, apakah Anda pernah

membayangkan bisa melihat matahari terbit dan terbenam dengan cahaya yang mengintip di sela-sela Candi Borobudur dari jendela kamar Anda?

Berada di area rural Jawa Tegah, Amanjiwo berdiri dikelilingi kecantikan budaya, bahasa, dan intelektual.

Keberadaannya yang dekat dengan pusat budaya, membuat Amanjiwo memiliki nilai dan keunggulan tersendiri.

Hotel ini berada di ketinggian dan sudut yang tepat untuk mendapatkan pemandangan candi Borobudur ketika matahari terbit dan terbenam. Letak Amanjiwo berdiri, dikelilingi oleh amphitheater alami yang terdiri dari Bukit Menoreh di belakangnya dan empat gunung berapi lain yang berjajar di cakrawalanya. Berjalan ke dalamnya membuat kita merasa seperti disambut tangan-tangan besar yang gagah, yang menjadi benteng tempat kemegahan pengalaman berkunjung Anda berada.

Warna kuning gading dan emas menjadi warna yang sangat dominan di Amanjiwo.

Dengan pilar-pilar besar yang menyangga bangunan utamanya, Amanjiwo dari kejauhan tampak seperi istana negeri dongeng yang bersembunyi di antara kerindangan pohon dan dikelilingi rangkaian bukit. Dengan kubah yang berbentuk seperti lonceng di atasnya, Amanjiwo terlihat harmonis disandingkan dengan situs-situs historis megah yang ada di sekitarnya.

Bangunan Amanjiwo tentu tidak seperti hotel-hotel di kota-kota besar yang berlomba-lomba untuk mencakar langit.

Amanjiwo didesain sedemikian rupa, sehingga menjadi harmonis dengan situssitus historis di sekitarnya. Amanjiwo juga menjadi fasad yang seakan-akan adalah bagian dari sejarah. Misalnya suite yang dilapisi lantai terrazzon, langit-langit yang tinggi, serta taman teras yang bisa digunakan sebagai tempat menjamu dan relaksasi. Interior juga menghidupkan unsur alami di dalamya seperti jerami dan rotan.

Dijangkau sekitar satu jam dari Yogyakarta, Amanjiwo menawarkan layanan dan fasilitas yang menjadikan penghuninya serasa dilayani bak ratu dan raja. Terdapat kolam renang-kolam renang mewah bergaya Jawa. Lalu, setiap suite yang dibanderol mulai dari US$ 1.200 per malam itu menawarkan pengalaman menginap yang meninggalkan impresi tersendiri bagi para wisatawan. Selain itu, butler pribadi akan siap sedia melayani segala kebutuhan Anda saat menjadi tamu resor. Singkat cerita, seperti hidup di kastil tengah hutan di negeri antah berantah, Amanjiwo menyediakan kemewahan yang lebih dalam dibandingkan hanya melihat candi atau matahari terbenam semata.

147

15997805_MARKETEERS JULI_T-147.PDF 1

6/29/2015 9:51:23 AM

MARKPLUS EXECUTIVE SEMINAR

The Art of Delighting Angry Customers Featuring :

Jacky Mussry

Iwan Setiawan

MarkPlus, Inc.

MarkPlus, Inc.

SEMARANG

MEDAN

JAYAPURA

Selasa, 1 September 2015 Ballroom - Aston Hotel & Convention

Selasa, 15 September 2015 J. W. Marriot Hotel

Kamis, 22 Oktober 2015 Swiss-bel Hotel Jayapura

JOGJA

BANDA ACEH

BANDUNG

Kamis, 3 September 2015 Ballroom lantai 8 – The Royal Ambarrukmo Hotel

Kamis, 17 September 2015 Hermes Hotel

Selasa, 27 Oktober 2015 Hilton Hotel Bandung

PADANG

PONTIANAK

SURABAYA

Selasa, 8 September 2015 Mercure Hotel Padang

Selasa, 22 September 2015 Aston Hotel & Convention Pontianak

Kamis, 29 Oktober 2015 Shangri-la Hotel Surabaya

BALIKPAPAN

MAKASSAR

Kamis, 10 September 2015 Novotel Hotel Balikpapan / The Jatra Hotel

Selasa, 20 Oktober 2015 Horisson Hotel Makassar

Supported by:

Organized by:

021 5795 1104 markplusinc.com wow-sea.com #wowsea2015

MUSE

Berbicara dengan sosok ini, Anda akan mendapatkan tiga hal: fotografi, jazz, dan kemegahan Bromo. Dengan latar belakang 20 tahun di dunia perbankan, Sigit Pramono lebih memilih dikenal sebagai fotografer landscape ketimbang bankir.

Berbekal kecintaannya pada alam Indonesia dan segala potensi yang dimilikinya, Sigit kemudian menggagas event musik jazz tahunan yang memberikan pengalaman luar biasa kepada para penikmat musik sekaligus wisatawan yang datang. Seperti apa lika-liku perjalanan Sigit dalam berkontribusi untuk dunia pariwisata dan fotografi? Mengapa jazz? Bagaimana pula dia melihat pengalaman dalam suatu perjalanan wisata sebagai suatu kemewahan? Berikut hasil wawancara Dilla Ibtida dari Marketeers dengan Sigit Pramono, Pemilik Java Banana Hotel, Café, Gallery di Bromo berikut ini.

Sejak kapan Anda jatuh cinta dengan dunia fotografi?

Saya menggeluti dunia fotografi sejak SMA. Saya memang senang dengan fotografi landscape dan itu berlanjut hingga sekarang. Hall itu pula yang mendorong saya untuk terjun di dunia pariwisata.

Saya pernah menerbitkan buku mengenai Bromo, judulnya ‘Bromo, Majestic Mystical Mountain’, mengenai Bromo yang megah dan mistis. Karena sering ke Bromo, akhirnya saya kerap berinteraksi dengan masyarakat dan pemerintah setempat.

Akhirnya saya mendirikan galeri, café, dan hotel di Bromo. Semua tergerak karena fotografi.

Apa sebenarnya latar belakang Anda membangun galeri, café, dan hotel di Bromo?

SIGIT PRAMONO

Fotografer & Pemilik Java Banana Hotel, Café, Gallery

Dosa Jika Kita Tidak Bisa Memanfaatkan Alam Indonesia Oleh Dilla Ibtida

Pembangunan hotel, café, dan galeri yang saya lakukan berlatar belakang kepedulian terhadap kawasan Bromo dan sekitarnya. Kita mempunyai sirkum 4B (Borobudur, Bromo, Banyuwangi, dan Bali) yang menjadi salah satu rantai kunjungan wisata Indonesia. Wisatawan paling lama menghabiskan waktu di Bali dan hanya singgah sebentar-sebentar di Bromo dan Banyuwangi.

Padahal banyak sekali yang bisa dijelajahi.

Saya merasa sudah saatnya kita rebranding kawasan Bromo-Tengger-Semeru. Kenapa rebranding? Karena branding Bromo selama ini terbatas hanya pada matahari terbit. Padahal Bromo punya banyak atraksi lain. Ada Savana, Laut Pasir, Puncak Seruni, dan lain-lain. Kalau cuma semalam, apa yang bisa didapat? Kita harus berpegang pada prinsip ‘Stay Longer, Spend More’ yang seharusnya diterapkan di destinasi-destinasi wisata di Indonesia.

Sebuah destinasi wisata harus memiliki kemampuan untuk menahan wisatawan untuk menghabiskan waktu lebih lama dan melakukan spending lebih banyak untuk kemajuan ekonomi di daerah setempat. Jadi saat ini hotel, galeri, dan café yang kami bangun memberikan alternatif yang lebih nyaman bagi para pendaki yang ingin menikmati

149

15997805_MARKETEERS JULI_T-148_WOW SEA.PDF 1

6/29/2015 9:51:24 AM

MUSE

wisatawan. Bahkan untuk bermain di sana, pemain harus dikurasi oleh Djaduk Ferianto. Event-nya tidak seberapa besar, tapi selalu banyak orang yang ingin datang.

Tampaknya selera Anda relatif berbeda.

Anda membangun hotel, galeri, sampai mengadakan event jazz tahunan. Apakah ini semua adalah kemewahan bagi Anda? keindahan Bromo, sekaligus menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

Mengenai event Jazz Gunung yang Anda selenggarakan setiap tahun, sebetulnya bagaimana gagasan ini muncul?

Event Jazz Gunung yang kami selenggarakan tiap tahun muncul dari keinginan untuk menahan wisatawan di Bromo lebih lama, dengan cara memberikan atraksi lain selain matahari terbit. Jadi tujuh tahun yang lalu, saya bersama rekan saya, musisi jazz Djaduk Ferianto menggagas event Jazz Gunung yang dilaksanakan setiap tahun. Ide awalnya memang memberikan pengalaman yang lain bagi wisatawan, selain melihat matahari terbit.

Apa yang membedakan Jazz Gunung dengan event musik jazz lain pada umumnya?

Jazz Gunung diselenggarakan 6.000 kaki di atas permukaan laut. Tidak ada pertunjukkan musik jazz yang diadakan setinggi itu. Jazz Gunung yang diadakan di amphitheater berkapasitas 1.700 orang menjadi opsi alternatif bagi wisatawan menghabiskan waktu lebih lama di Bromo. Dengan kapasitas sebanyak itu, ada multiplier effect yang dihasilkan dari pelaksanaan Jazz Gunung setiap tahunnya.

Jika diasumsikan setiap kamar diisi dua orang, bisa dihitung berapa kamar di Bromo yang akan penuh? Belum lagi homestay dan rumah-rumah penduduk.

Belum lagi Jeep, warung, kuda, semuanya akan menikmati berkah ekonomi dari diadakannya Jazz Gunung ini.

Anda bayangkan, tahun lalu, saat salah satu penampil memainkan komposisinya, tiba-tiba ada kabut tebal turun. Jadi saat itu penonton tidak bisa melihat pemain, begitu pula sebaliknya. Anda bisa bayangkan betapa luar biasa pengalaman itu.

Jadi ringkasnya, Jazz Gunung ini jazz alam. Event ini tidak memiliki atap, kita duduk di atas rumput, menyatu dengan lingkungan. Event ini dinantikan setiap tahun, baik oleh peminat jazz atau para

Definisi kemewahan itu sangat relatif.

Bagi saya, penghargaan terhadap seni itu adalah kemewahan. Pelayanan terbaik yang memberikan pengalaman unik juga merupakan kemewahan. Misalnya, galeri yang kami buat itu ditujukan untuk orangorang yang menikmati karya seni. Meski tidak mahal, tapi itu sebuah kemewahan.

Pengalaman yang diberikan oleh alam sekitar Bromo juga saya anggap sebagai sebuah kemewahan besar. Menjaga semua itu adalah salah satu bentuk penghargaan.

Pembangunan hotel di atas gunung pun tentu mengeluarkan biaya yang lebih besar daripada di kota. Sehingga, wajar jika menghabiskan waktu di sebuah gubuk sederhana di daerah terpencil, terasa jauh lebih berharga daripada di dalam gedung tinggi di perkotaan.

Kemewahan dalam pandangan saya tidak terbatas pada eksklusivitas atau harga yang mahal. Pertama, harus ada pelayanan yang terbaik. Kedua, terdapat keunikan atau pengalaman tersendiri yang tidak bisa didapatkan di tempat lain. Dua hal itulah yang priceless, tidak bisa ditukar dengan mata uang mana pun.

Bagaimana Anda memandang pariwisata Indonesia secara umum? Apa yang harus diperbaiki?

Indonesia itu negara yang sangat diberkahi, tapi pemanfaatannya masih jauh dari optimal. Dan, ini bukan sekadar masalah infrastruktur. Ini masalah sudut pandang.

Orang Indonesia selalu berpikir bahwa mereka kaya akan sumber daya alam seperti tambang atau minyak. Mereka beranggapan bahwa kemajuan ekonomi bisa diraih dengan membangun pabrik, gedung, dan sebagainya. Hal itu harus diubah. Persepsi tersebut sudah usang dan harus ditinggalkan.

Kita harus merasa seperti Singapura yang tidak punya sumber daya apa-apa. Dari sana, perekonomian masa depan kita akan berbasis pada jasa, terutama di dalamnya ekonomi kreatif dan pariwisata.

Mengapa harus sektor jasa yang ditekankan?

Sektor jasa itu bukanlah sektor yang

akan habis. Berbeda dengan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, sektor jasa akan mendatangkan manfaat yang lebih berkelanjutan. Jika kacamata kita tidak berubah dan tetap melihat sumber daya alam sebagai komoditas utama, lama-kelamaan kita bisa kehabisan sumber daya. Maka dari itu, perekonomian masa depan itu berbasis pada jasa, termasuk di dalamnya ekonomi kreatif dan pariwisata.

Jadi itu yang harus didorong. Singapura saja negara kecil dengan basis ekonomi jasa bisa maju. Kita ini lebih besar dari Singapura. Kalau negara sebesar itu bisa memanfaatkan sektor jasa, bayangkan betapa besarnya kita.

Sektor jasa, termasuk dalam hal ini manajemen atraksi, destinasi, dan hospitality merupakan hal yang harus didorong dalam memajukan pariwisata Indonesia. Indonesia diberikan berkah kemegahan alam yang luar biasa, namun miskin dalam pengembangan infrastruktur dan kapabilitas sumber daya manusia.

Hal ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi di negara lain. Seperti contohnya Korea Selatan dengan K-Pop dan Amerika Serikat dengan Hollywood yang berani mengemas budayanya ke seluruh dunia.

Mereka menciptakan sebuah gelombang mendunia yang pada akhirnya ikut berperan dalam memasarkan produk-produk buatan dalam negerinya, serta objek-objek wisatanya di pasar global.

Adakah efek buruk yang terjadi saat terlalu banyak wisatawan datang ke Indonesia?

Hal ini memang dilematis. Saat banyak wisatawan datang, lingkungan jadi sulit terjaga. Jadi selain memaksimalkan sektor jasa di destinasi-destinasi wisata, menjaga kelestarian lingkungan juga menjadi hal krusial yang harus diperhatikan. Tidak hanya mengandalkan pemerintah, tapi juga atas kesadaran dan inisiatif masyarakat. Efek buruk yang akan terjadi saat sebuah destinasi menjadi populer adalah rusaknya lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia. Oleh karena itu, para wisatawan dan masyarakat setempat harus diberikan edukasi agar lebih peduli terhadap lingkungan.

Yang pasti, kita diberikan berkah sedemikian besar. Salah satunya saja, puncak Bromo yang merupakan puncak terindah ketiga di dunia, setelah Elbrus di Rusia dan Olympus di Yunani. Tapi cuma Bromo yang punya pemandangan serangkaian puncak gunung dari satu view point. Inilah yang harus kita jaga.

Pariwisata itu harus dikedepankan. Dosa besar rasanya saat kita dikaruniai alam yang indah, tapi tak bisa memanfaatkan.

150

15997805_MARKETEERS JULI_T-149.PDF 1

6/29/2015 9:51:25 AM

MUSE

01

02

03

01.

Flying at the Ocean of Mist, Bromo, East Java 02.

‘Patterned Paddie Field’, Bali, 2006 03.

‘Rocky Beach’, Belitung, 2008

Photography by Sigit Pramono sigitpramono.com

151

15997805_MARKETEERS JULI_T-150.PDF 1

6/29/2015 9:51:26 AM

MICE

THE ROYAL PITA MAHA

Inspirasi Replika Hunian Raja Merayakan kehidupan, kembali pada alam.

Begitulah The Royal Pita Maha membawa tamunya menjelajahi kontemplasi diri. Berdiri di tanah Ubud, resor ini percaya bahwa kearifan budayalah yang mengantarnya ke dalam jajaran penginapan yang diperhitungkan dunia.

Oleh Kelik Bayundara

Menyatu dengan alam adalah pesona kental yang ditampilkan oleh The Royal Pita Maha.

Sekitar 77 villa yang berada di dalamnya tampak harmoni dengan lukisan alam Ubud, Bali. Terletak di Desa Kedewatan, resor ini dibangun di atas tanah berundak yang menurun ke tepian Sungai Ayung.

The Royal Pita Maha dirancang untuk merayakan tradisi, seni dan budaya Bali.

Resor ini terintegrasi ke dalam lanskap di sekitarnya, mulai dari sawah, ngarai sungai, dan hutan tropis. Ketenangan yang dimiliki menjadikan lokasi ini tepat untuk mengisi ulang tubuh, jiwa, dan pikiran.

Resor seluas 14 hektare ini dimiliki keluarga kerajaan Ubud. Dibalik nama Royal Pita Maha, terkandung makna Sinar yang Maha Agung. Sesuai dengan namanya, resor ini tersohor hingga tingkat dunia. Tripadvisor pun menobatkannya sebagai pemenang Traveler’s Choice 2013.

Setiap sudut bangunan The Royal Pita Maha menonjolkan arsitektur Bali.

Interiornya pun kental dengan sentuhan seni khas Raja Ubud. Yang tidak bisa dilihat oleh tamu adalah bagaimana pengelola resor meramu suasana di dalamnya. Sehingga, saat tamu masuk ke resor seperti masuk ke dalam keluarga besar. Mereka tidak merasa seperti menginap di hotel.

Seakan alam ikut menyapa semua tamu yang menginap. Itulah yang diyakini Pande Sutawan, Corporate General Manager Pita Maha Tjampuhan. Menurut Pande,

hal ini terjadi karena pengelola selalu menghormati alam dan lingkungan dengan baik. Kuncinya adalah menghormati konsep-konsep yang diwariskan oleh leluhur.

Pande mengatakan pariwisata Ubud akan kehilangan daya tariknya apabila tradisi, budaya, ataupun kegiatan ritual meluntur.

Menurutnya, daya tarik yang dimiliki oleh Ubud tak semata terletak pada bangunan arsitektur hotel yang ada. Justru, daya tarik itu terletak pada tradisi yang berlandaskan

152

15997805_MARKETEERS JULI_T-151.PDF 1

6/29/2015 9:51:26 AM

MICE

pada prinsip Tri Hita Karana. Konsep ini menyeimbangkan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Sang Pencipta.

Sensasi berbeda ditawarkan saat menginap di The Royal Pita Maha. Mereka dapat berinteraksi dengan warga Ubud yang mayoritas adalah seniman. Para tamu bisa belajar dan merasakan pengalaman menarik dengan para pelukis, penari, pengukir, dan pembatik.

Pengelola resor memberikan kesempatan kepada warga sekitar untuk memamerkan hasil karyanya. Mereka juga dapat memperlihatkan secara langsung bagaimana mengolah dan memproses hasil karya di

lingkungan resor. “Kami mengajak mereka memamerkan karyanya di lingkungan resor tanpa harus membayar. Tujuannya, agar mereka juga bisa ikut menikmati pariwisata di Ubud,” kata Pande.

The Royal Pita Maha membagi tamu ke dalam tiga golongan berdasarkan asal negaranya. Untuk long-haul market adalah mereka yang terbang lebih dari 7 jam, seperti Amerika dan Eropa. Mid-haul market terbang lebih dari 5 jam, seperti Korea, Tiongkok, Jepang, Taiwan, dan New Zealand. Sementara itu, short-haul market adalah mereka yang berasal dari West Australia, Singapura, dan domestik.

Biasanya, long-haul market sering berkunjung pada bulan April hingga Oktober. Sedangkan pada bulan November hingga Maret didominasi oleh short-haul market. Pande mengatakan pasar domestik pun tak kalah banyak. Hal ini tidak terlepas dari melimpahnya akses ke Bali, terutama dari banyaknya maskapai penerbangan yang membuka akses langsung menuju Pulau Dewata. Nah, apakah Anda ingin menjajal bagaimana rasanya menyatu dengan alam?

153

15997805_MARKETEERS JULI_T-152.PDF 1

6/29/2015 9:51:28 AM

DISCUSSION

Art Tourism: Saat Seni dan Budaya Menjadi Daya Tarik Selain keindahan alam, seni dan budaya bisa menjadi magnet bagi sebuah kawasan untuk menarik wisatawan. Apalagi, seni dan budaya mulai bersifat universal dan menjadi daya tarik bagi siapa saja.

Oleh Raisa L. Nilo Perbowo

Diskusi Pariwisata ke-tujuh yang dilaksanakan Mei 2015 lalu menghadirkan Fifi Kartikawati, Founder dari Performing Arts Fifi Kartikawati sekaligus Chairperson dari Arts and Aristocrats Singapore. Pada diskusi itu, Fifi berbagi pendapat dan pandangannya mengenai seni dan budaya yang menjadi daya tarik utama pariwisata Indonesia.

Baginya, Bali merupakan rumah bagi siapa pun yang ingin mengeksplorasi seni dan budaya lebih jauh dengan cara melakukan penggabungan dua budaya atau kolaborasi. Apalagi, Bali sejak dahulu memang terbuka terhadap pendatang dan tidak pernah takut nilai seni dan budaya lokalnya akan hilang seiring banyaknya orang asing yang datang. Hal ini digabungkan dengan seni dan budaya yang begitu kental dan ‘asli’ sehingga menjadi surga inspirasi bagi pelaku seni untuk datang atau pun tinggal di Bali.

Pengalamannya sebagai pelaku seni internasional, telah membawanya ke banyak tempat untuk melihat dan mempelajari bagaimana masing-masing negara menggunakan seni dan budaya sebagai daya tarik pariwisatanya. “Bali tidak perlu melakukan effort yang lebih terhadap seni dan budayanya untuk menarik wisatawan datang. Untuk kota-

kota lain, saya rasa perlu melakukan usaha lebih seperti menampilkan pagelaran untuk lebih menonjolkan seni dan budaya lokalnya. Terkadang mereka tidak cukup berhasil untuk menjadi tuan rumah di kota sendiri,” kata Fifi.

Menurutnya Indonesia masih kurang bercerita. Hikayat-hikayat dan cerita legenda daerah sebenarnya berpotensi untuk mengangkat potensi destinasi wisata tersebut. Pasalnya, banyak orang yang berbondong-bondong datang ke satu tempat karena ingin mendengar cerita dari daerah tersebut, terlepas dari benar atau tidaknya legenda tersebut.

Ida Bagus Ngurah Wijaya, Chairman Bali Tourism Board mengatakan, pariwisata tidak hanya bicara mengenai wisman, melainkan juga perjalanan. Artinya sebuah wilayah menggali alasan orang-orang tersebut melakukan perjalanan sehingga bisa melakukan segmentasi. “Tourism itu curiosity. Tanpa curiosity, orang-orang tidak akan travelling,” Ujarnya.

Selain menonjolkan cerita rakyat atau legenda setempat, hal lain yang dapat menjadi potensi bagi pariwisata Indonesia adalah budaya kontemporer yang masih kurang tergali. Singapura dan Hong Kong sebenarnya tidak punya kebudayaan asli.

Namun, mereka berhasil menonjolkan seni

negara mereka melalui eksibisi berskala internasional dengan mengundang artisartis kontemporer. Acara ini sukses menarik wisatawan mancanegara untuk datang.

Karenanya, Indonesia harus lebih berani melakukan inovasi.

Fifi juga bercerita bagaimana sekolahsekolah seni di luar negeri digarap lebih serius dengan ditunjang infrastruktur yang memadai dan dukungan pemerintah.

Artinya, promosi budaya harus dilakukan secara bersama-sama, bukan bergerilya sendiri-sendiri.

Dia menyayangkan keadaan sekolah seni di Indonesia yang lebih sering dianggap sebelah mata oleh orang-orang. Karenanya, Indonesia harus mulai memperhatikan studi seni dan budaya lebih serius, mengingat daya tarik utama pariwisata Indonesia ada pada keragaman seni dan budayanya.

“Format dan kualitas sekolah seni di Indonesia dapat mencontoh sekolah seni di luar negeri seperti Singapura,” katanya.

Selain itu, orang-orang yang terlibat dalam dunia seni juga sudah berubah dari yang sebelumnya terbatas hanya pada pelaku seni semata, menjadi kalangan politisi, sosialita dan bisnis. Ini menunjukkan bahwa seni memang bersifat universal. Nah, sudah siapkah daerah Anda memanfaatkan seni sebagai daya tarik?

154

15997805_MARKETEERS JULI_T-153.PDF 1

6/29/2015 9:51:29 AM

MICE

TITAN CENTER

Pusat MICE di Kota Bintaro Berjarak hanya 20 km dari pusat kota Jakarta, kawasan berskala kota (township) Bintaro perlahan mulai siap menampung perhelatan Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition (MICE). Tak hanya hotelhotel berbintang yang dibangun, Bintaro yang dikembangkan oleh PT Jaya Real Property Tbk telah memiliki sebuah gedung function room. Salah satunya adalah Titan Center yang berlokasi di CBD Bintaro Jaya, Sektor 7, Tangerang.

Titan Center beroperasi sejak tahun 2009, yang merupakan gedung terintegrasi setinggi tiga lantai, dan dilengkapi dengan sebuah gedung perkantoran setinggi 12 lantai. Gedung seluas 22.000 m2 ini memiliki beberapa function room yang bisa digunakan untuk keperluan MICE. Gedung ini menawarkan berbagai ukuran dan kapasitas tampung yang fleksibel, mulai dari kapasitas untuk 15 orang (skala kecil), 100-200 orang (sedang), hingga 400 orang (besar).

Gedung yang dikelola oleh PT Sarana Titan Manunggal ini memiliki sebuah ruang teater yang dikemas dalam sentuhan interior yang modern. Namun demikian,

Titan Center bukanlah gedung bioskop, bukan pula tempat merayakan ulang tahun dan gedung perkawinan. Akan tetapi, Titan Center diposisikan sebagai gedung yang menyelenggarakan acara bertemakan pengetahuan dan ilmu teknologi. Hal ini membuat manajemen pun cukup selektif dalam menerima event yang berlangsung di Titan center. Adapun acara yang kerap berlangsung di gedung itu antara lain seminar, talkshow, presentasi bisnis, peluncuran produk, pelatihan & event korporasi,serta beberapa jenis konser musik tertentu.

Lokasinya yang terletak di Bintaro sektor 7 membuat Titan Center cukup mudah dijangau melalui jalan tol JORR dan JORR W2, baik dari wilayah pusat kota maupun dari wilayah sekitarnya seperti Bogor, Bekasi, BSD City, dan Depok.

Titan Center Jl. Boulevard Bintaro, Block B7/B1 No. 5, Bintaro Jaya, Sector 7, Tangerang, 15224 T: +(62 21) 7451777

155

15997805_MARKETEERS JULI_T-154.PDF 1

6/29/2015 9:51:31 AM

MICE

NUSA DUA: A Luxurious Escape 01

Walau letaknya agak tersembunyi, Nusa Dua menawarkan surga kemewahan untuk wisata sekaligus MICE. Oleh Saviq Bachdar

02

Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), KTT ASEAN, dan Miss World adalah beberapa acara internasional yang pernah ada di Nusa Dua, daerah yang terletak 15 km dari Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Sebagai kawasan pariwisata, Nusa Dua mulai menjelma sebagai tempat diselenggarakannya pertemuan, insentif, konferensi dan pameran (MICE) berskala nasional dan internasional.

KTT APEC yang berhasil mempertemukan 21 kepala negara membawa angin segar bagi bisnis MICE di

Nusa Dua. Sejak perhelatan itu berlangsung pada Oktober 2013 silam, Nusa Dua telah dilirik sebagai salah satu destinasi MICE dunia. Hotel dan resor mewah semakin marak bermunculan. Restoran-restoran pun hadir dengan ragam makanan yang lebih ekspresif.

Beruntung, Nusa Dua juga sudah memiliki dua pusat pertemuan besar, yaitu Bali International Convention Centre (BICC) dan Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Kedua balai pertemuan ini telah menyelenggarakan berbagai event yang menyedot hingga puluhan ribu tamu. Keunggulan Nusa Dua juga terletak pada daya tarik wisatanya. Pantai-pantai di sepanjang Nusa Dua pun menawarkan hamparan pasr putih dengan biota laut yang masih terawat dengan baik.

Menikmati segarnya udara pantai, keindahan matahari terbit, serta suasana hotel-hotel mewah di sekitarnya, membuat Nusa Dua menjadi tujuan menginap untuk kalangan eksekutif. Selain wisatawan dapat menjemur diri di bibir pantai sembari diterpa udara laut yang segar, berbagai rekreasi menarik juga tersedia di Nusa Dua. Beberapa di antaranya adalah safari unta, golf, hingga hiburan tari klasik modern Devdan Show.

03

04

156

15997805_MARKETEERS JULI_T-155.PDF 1

6/29/2015 9:51:31 AM

MICE

05

4) THE MULIA RESORTS & VILLAS

Telah lama tersohor di ibu kota, Mulia Group mengembangkan bisnisnya di Bali.

Bedanya, di hotel ini termaktub tiga jenis akomodasi; The Mulia yang menampung 111 suite, Mulia Resort (526 kamar dan suite), serta Mulia Villa (108 vila).

Jl. Raya Nusa Dua Selatan, Kawasan Sawangan, Nusa Dua T: +62 361 3027777 themulia.com 07

1) BALI INTERNATIONAL CONVENTION CENTRE (BICC)

Terhubung langsung dengan Westin Resort, balai pertemuan ini mampu menampung hingga 2.500 kursi. BICC juga menjadi tempat terselenggaranya Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan BangsaBangsa pada tahun 2007.

PO Box 36, Nusa Dua Beach, 80363 T: +62 361 773623, 77624 www.baliconvention.com 2) BALI NUSA DUA CONVENTION CENTER (BNDCC)

Sukses menghelat KTT APEC 2013, BDCC memiliki 21 ruang pertemuan mampu menampung hingga 12.000 pengunjung.

Kawasan Pariwisata Nusa Dua Lot NW/1, Nusa dua, 80363 T: +62 361 773000 3) SOFITEL BALI NUSA DUA BEACH RESORT

Mengombinasikan antara keanggunan Prancis dan pesona Bali, hotel yang dikelola AccorHotels ini turut dilengkapi So Spa, sebuah klub spa dengan layanan personal.

Kawasan BTDC Lot. N5, Kuta Selatan, Badung, 80363 T: +62 361 8492888

5) AWARTA NUSA DUA LUXURY VILLAS & SPA

Meski bukan berasal dari grup hotel besar, Awarta menawarkan penginapan premium dengan 14 vila yang berkapasitas satu hingga tiga tempat tidur.

Kompleks BTDC Lot NW. 2&3, Nusa Dua T: +62 361 773300 awartaresorts.com

06

favorit seperti Wagyu Beef Steak dan Telur, Lobster Egg Omelette, Egg Nouvelle serta Tiram Segar.

St. Regis Bali Kawasan Pariwisata, Nusa Dua Lot S6, 80361 T: +62 361 3006782 9) BUMBU BALI

Salah satu restoran terkenal ini menyajikan hidangan tradisional terbaik, semua disajikan dalam tatanan yang indah.

St. Regis Bali, Kawasan BTDC, Nusa Dua Lot S6 T: + 62 361 300-6782 stregisbali.com

6) NIKKI BEACH

Jaringan beach club mewah dunia Nikki Beach kini hadir di Nusa Dua dan siap menjadi “panggung” bagi para selebriti dan pemburu pesta Kawasan Pariwisata BTDC Lot 5, Nusa Dua, 80363 T: +62 361 8492900 7) KULKUL BAR

Hembusan angin tropis yang lembut serta pemandangan panorama laut Samudera Hindia menjadi jamuan indrawi yang dapat Anda dapatkan saat duduk di bar tepi pantai ini.

The Laguna a Luxury Collection Resort & Spa, Kawasan Pariwisata Nusa Dua Lot N2, 80363 T:+62 361 771327

08

8) BONEKA RESTAURANT

Boneka menawarkan menu ala carte 09

157

15997805_MARKETEERS JULI_T-156.PDF 1

6/29/2015 9:51:34 AM

MISS

NADINE CHANDRAWINATA Presenter, Environmentalist, Traveller

Menjadi Prajurit Laut Indonesia Oleh Dilla Ibitida

Nadine Chandrawinata sepertinya tidak bisa betah berlama-lama berdiam diri. Setelah tuntas dengan tugasnya sepuluh tahun yang lalu sebagai Puteri Indoensia, Nadine Chandrawinata tidak berhenti melakukan upaya yang bertujuan untuk memelihara kelangsungan alam negeri tercinta. Kini, presenter acara traveling yang juga merupakan aktivis lingkungan ini sedang gencar-gencarnya mengampanyekan gerakan #SeaSoldier yang menggaet anak-anak muda dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Ditemui di salah satu hotel di bilangan Jakarta Pusat, ia menceritakan gerakan penyelamatan lingkungan yang sedang dilakukannya. Terungkap pula alasan mengapa ia membangun resort di kawasan Raja Ampat yang identik dengan akses sulit dan biaya yang mahal dan cerita soal hobi diving-nya. Mau tahu cerita lengkapnya? Berikut penuturan Nadine kepada Dilla Ibtida dari Marketeers yang dikemas ulang untuk pergulatan gagasan sosok perempuan memesona nan tangguh ini.

Laut memberikan ketenangan tersendiri buat saya, inilah mengapa saya menyukai diving. Sayangnya, kondisi laut saat ini banyak yang memprihatinkan dan memancing saya untuk bergerak.

Sebenarnya, akivitas dalam upaya penyelamatan lingkungan bukanlah hal yang baru bagi saya. Hal yang sama pernah saya lakukan ketika masih menjadi Puteri Indonesia. Perbedaannya, sekarang tidak memakai mahkota dan selendang.

Selebihnya tugas saya memang berpusat pada dunia pendidikan, perempuan, dan pariwisata. Sebelum menjadi Puteri Indonesia, saya sudah aktif di berbagai kegiatan untuk pelestarian lingkungan.

Mengenai #SeaSoldier, kita sama-sama tahu bahwa kekayaan Indonesia terutama biota lautnya adalah hal yang harus kita jaga. Sayangnya, orang seringkali bertindak dan tidak bertanggung jawab. Terus terang saya merasa harus melakukan sesuatu untuk menghentikan hal ini. Inilah bagaimana awalnya #SeaSoldier lahir.

Ketika mendengar kata #SeaSoldier, yang terlintas dalam benak kita bisa jadi adalah orang yang memiliki kegiatan di sekitar laut atau yang bertempat tinggal di dekat laut. Namun, #SeaSoldier disini tidak terbatas pada orang-orang yang tinggal atau beraktivitas di laut, tapi bisa siapa pun.

Mengapa? Karena masyarakat kota dengan segala aktivitasnya dan imbasnya akan berakhir dan berpengaruh ke laut, salah satunya adalah sampahnya.

Permasalahan laut ini harus kita lihat dari dua sisi. Pertama, yang langsung terjadi di laut, seperti pengeboman illegal, pestisida, dan penambangan pasir illegal. Kegiatankegiatan tersebut menyebabkan kerusakan terumbu karang. Kedua, permasalahan yang datang dari daratan atau kota. Di antaranya, limbah pabrik, sampah kertas, atau plastik yang mengalir ke laut pastilah menyebabkan masalah di laut.

Sampah-sampah itu sampai ke laut karena ada kesalahan pengelolaan sampah di kota-kota. Ini berbahaya dan menjadi alasan mengapa aksi nyata harus dilakukan.

Aksi nyata yang dilakukan bisa mulai dari yang sederhana, seperti mengurangi sampah plastik, menghemat air, sampai tidak mengonsumsi hiu atau telur penyu.

Di sini #SeaSoldier harus bisa memberikan

158

15997805_MARKETEERS JULI_T-157.PDF 1

6/29/2015 9:51:36 AM

MISS

contoh untuk menjadi smart traveler, smart young people yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Pada saat traveling, yang saya cari bukan kesenangan saja. Ketika diving, misalnya, saya merasa damai saat melakukannya.

Jadi, saat dikatakan bahwa traveling atau diving adalah hobi yang mewah, itu relatif.

Dulu, pada saat saya awal diving, saya menabung juga untuk membeli alat-alatnya yang cukup mahal. Selain itu, bukan hanya soal uang, diving itu hobi yang menuntut tanggung jawab terhadap nyawa.

Jika kita lihat dari cost, hobi diving yang di lokasinya jauh atau aksesnya

sulit memang membutuhkan cost yang tinggi, tapi itu selalu worth it. Begitu pula jika memilih lokasi yang dekat dan tidak mahal. Dua-duanya merupakan bentuk luxury karena sama-sama memberikan kebahagiaan bagi penikmatnya. Jadi, luxury tidak bisa dibatasi hanya oleh nilai uang, tapi bagaimana hati kita menikmati apa yang ada di depan kita. Itulah yang bagi saya mahal. Itulah definisi luxury menurut saya.

Begitu pula yang saya rasakan ketika ke Raja Ampat. Saya menyukai Raja Ampat karena di sana saya menemukan laut, hutan, gunung, pulau-pulau, dan langit yang selalu

bersih dipenuhi bintang di malam hari.

Biota lautnya kaya, berbagai jenis ikan dan terumbu karang semua di sana.

Dari situ, saya membuat resor untuk saya jadikan rumah kedua. Saya ingin, setiap kali saya ke sana ada tempat untuk tinggal. Saya ingin begitu tiba di sana, pagi-pagi saya dibangunkan oleh kicauan burung, membuka jendela bisa langsung melihat laut. Hal-hal sederhana itulah yang melatarbelakangi saya membangun resor di Raja Ampat.

Terkait pariwisata, saya melihat perkembangan pariwisata Indonesia beberapa tahun belakangan ini mulai booming karena adanya media sosial.

Orang ingin pamer ketika dia berada sebuah tempat, baik di destinasi mainstream atau nonmainstream. Media sosial berdampak positif ke pariwisata karena informasi bisa menyebar sangat luas dan cepat hanya dalam sekali klik.

Sayangnya, efek buruknya adalah lingkungan menjadi tidak dijaga.

Pemerintah harus memberikan regulasi agar para wisatawan bisa menjaga lingkungan di sekitar tempat wisata, semisal tidak membuang sampah sembarangan di sana.

Singkat kata, pariwisata booming, tapi masalah sampah juga booming.

Solusi untuk menjadikan destinasi terjaga itu tidak harus dengan mengeksklusifkan tempat tersebut. Tapi, harus ada sistem yang membuat semua lebih teratur. Dan, saat bicara tentang Indonesia, kita tidak hanya bicara tentang Raja Ampat. Tempat wisata yang lain juga harus seperti itu.

Perlu dibuat sistem agar lingkungan bisa tetap sustainable.

Keseimbangan menjadi harapan saya untuk pariwisata Indonesia. Orang Indonesia harus bisa menjadi ambassador, menjadi duta untuk negaranya sendiri dan memberikan image positif bagi dunia internasional dengan menjaga lingkungan. Saya ingat quote favorit saya dari Mahatma Gandhi, “Kesuksesan dari sebuah negara ditilik dari bagaimana mereka memperlakukan binatangnya dan menjaga lingkungannya.” Jika Indonesia bisa melakukan hal itu, maka pariwisata kita akan dilihat sebagai sesuatu yang sustainable, dan tentunya hal ini akan membangun image kita yang baik di mata dunia.

159

15997805_MARKETEERS JULI_T-158.PDF 1

6/29/2015 9:51:37 AM

15997805_MARKETEERS JULI_T-160_BANTEX.PDF 1

6/29/2015 9:51:37 AM

Travel Fashion Product Inside Movies Music Book Food

15997805_MARKETEERS JULI_T-161.PDF 1

P. 162 P. 165

P. 166

6/29/2015 9:51:39 AM

A

R K

Y O

U

R S T

Y L E

Product 162

1 BMW Indonesia memperkenalkan generasi kedua Sport Activity Coupé terlaris, All New BMW X6. Kendaraan ini hadir dengan paket kelengkapan Pure Extravagance yang menambahkan aksen mencolok dan berkualitas tinggi untuk interior maupun eksterior. Opsi Pure Extravagance memberikan All-New BMW X6 tampilan eksklusif, salah satunya adalah skema warna Cerium Grey. All-new BMW X6 menggunakan BMW X6 xDrive35i dengan mesin bensin 3 liter 6-silinder in-line BMW TwinPower Turbo yang kuat dengan twin-scroll turbocharger, Valvetronic, Double VANOS dan High Precision Injection. Mesin ini memiliki performa yang sangat baik, transmisi sport Steptronic 8-percepatan dengan konsumsi bahan bakar rata-rata (per siklus tes Uni Eropa) hanya 11,8 km/liter dan emisi CO2 198g/ km.

Bila Anda tertarik, produk ini ditawarkan seharga Rp 1,889 miliar (off the road), dan dilengkapi dengan BMW Service Inclusive, yang termasuk perawatan rutin tanpa biaya selama lima tahun atau 60.000 km.

1

All New BMW X6, Tampil Elegan Dengan Pure Extravagance

2 Sony memperkenalkan koleksi televisi seri BRAVIA 4K LCD di Indonesia. Televisi ini dibuat dengan X1 4K prosesor baru. yang dapat meningkatkan kejelasan, akurasi warna dan kontras. Model baru BRAVIA™ mengadopsi sistem operasi Android dari Google (US) untuk memberikan akses koneksi yang terintegrasi dengan perangkat mobile.Model-model terbaru BRAVIA hadir dengan berbagai ukuran dari 43 sampai 75 inci yang terdiri dari 3 seri dan 7 tipe model. Bravia ini hadir dengan Seri X9000C, X8500C, X8300C. Seri X9000Cterbaru dilengkapi dengan fitur ultra-thin floating style, menjadikan televisi ini tertipis di kelasnya.

Koleksi terbaru BRAVIA seri X8500C dan X8300C akan tersedia di Indonesia mulai Juli 2015. Untuk seri X8500C dengan ukuran 55, 65, 75 inci berkisar Rp 32 juta- Rp 95 juta dan untuk seri X8300 dengan ukuran 43 inci, yaitu Rp 11 juta dan ukuran 49 inci berharga Rp 23 juta.

2

Sony Bravia TV, Dibekali Prosesor Terbaru

3

PT Honda Prospect Motor (HPM) meluncurkan New Honda Accord VTi-L ES dengan penambahan berbagai fitur keselamatan berteknologi canggih dan terdepan. Fitur-fitur tersebut merupakan bagian teknologi terbaru “Honda Sensing”, sebuah pengembangan teknologi terbaru Honda untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas bagi pengemudi maupun pengguna jalan lainnya.

Ada tiga fitur keselamatan baru yang dipasang di kendaraan ini. Pertama, Collision Mitigation Braking System (CMBS) yang membantu memperingatkan Anda secara bertahap ketika sistem mendeteksi adanya potensi benturan dengan kendaraan di depan Anda. Kedua, Adaptive Cruise Control (ACC) yang dapat membaca jarak kendaraan di depan Anda, sehingga secara otomatis dapat mengatur akselerasi atau deselerasi tanpa harus menginjak pedal untuk mempertahankan jarak yang aman. Ketiga, Lane Keeping Assist System (LKAS), sistem yang memberikan peringatan suara dan menambah torsi kemudi ketika keluar dari marka jalan.

New Honda Accord VTi-L ES ditawarkan mulai dari Rp 650 juta. Itu merupakan harga on the road Jabodetabek dan juga BBN Mobil Pertama tahun 2015.

3

New Honda Accord Vti-L ES, Disemati Tiga Fitur Keselamatan Terkini

4 Pertumbuhan kelas menengah di Indonesia menjadi daya tarik berbagai perusahaan yang menawarkan produk dan jasa untuk masuk ke negeri ini. Untuk merek yang sudah masuk ke sini, banyak yang menambah investasinya atau mendatangkan produk yang belum ada di negara ini. Misalnya Mitsubishi Electric Indonesia (MEIN) yang mendatangkan kulkas terbaru untuk menyasar segmen premium.

Tidak tanggung-tanggung, MEIN memperkenalkan rangkaian produk terbaru 11 line-up Mitsubishi Electric Refrigerator WX743 untuk pasar Indonesia. Rangkaian produk terbaru dalam 5 kategori Mitsubishi Electric Refrigerator WX743 ini menawarkan lima keunggulan terbaik bagi konsumen Indonesia, yakni kapasitas besar, hemat energi, cita rasa menunjang gaya hidup sehat, mudah digunakan, dan desain terbaik.

Model WX743 juga merupakan model pertama yang dibuat untuk negara Asia. Sebelumnya, MEIN justru memulainya dari pasar Jepang. Untuk varian tertinggi kulkas Mitsubishi ini dibanderol seharga Rp 60 juta.

15997805_MARKETEERS JULI_T-162.PDF 1

4

WX743, Kulkas Premium dari Mitsubishi

6/29/2015 9:51:39 AM

A

R K

Y O

U

R S T

Y L E Product 163

5

5

Honda PCX, Semakin Mewah Dengan Pilhan Warna Baru

PT Astra Honda Motor (AHM) memperkenalkan warna baru Honda PCX yang tampil semakin mewah dan elegan. Tampilan terbaru ini semakin menguatkan posisi Honda PCX sebagai motor skutik premium di Indonesia. AHM memberikan pilihan warna baru Masterpiece Matte Black untuk menjawab perkembangan tren warna monotone saat ini. Warna Masterpiece Matte Black yang disematkan pada Honda PCX ini melengkapi varian warna motor skutik premium Honda yang telah hadir sebelumnya.

Honda PCX juga dilengkapi Answer Back system yang terintegrasi dengan remote control alarm anti pencurian yang mampu mendeteksi getaran dan gerakan pada saat alarm diaktifkan. Honda PCX juga dilengkapi fitur fungsional lain seperti power charger untuk pengisian baterai perangkat elektronik dan jam digital.Harga Honda PCX terbaru akan diumumkan pada September 2015 dan siap didistribusikan ke jaringan main dealer Honda. Harga diupayakan sama dengan Honda PCX saat ini, yaitu Rp 39,8 juta (on the road DKI Jakarta).

6

6

PIXMA MX497, Mudah Dalam Mencetak dan Mengirim Fax

Canon kembali menghadirkan seri printer all in one (AIO) Wi-Fi PIXMA terbaru, yakni PIXMA MX497. Printer ini diklaim mampu mencetak gambar hitam-putih dengan kecepatan rata-rata 8,8 image per minute (ipm) dan berwarna dengan kecepatan rata-rata 4,4 ipm.

Printer ini juga dapat mencetak tanpa batas tepi untuk memaksimalkan halaman pada kertas, serta memungkinkan mencetak laporan yang lebih menarik dengan lebih banyak gambar.

PIXMA MX497 dilengkapi dengan Auto Document Feeder (ADF) yang dapat menampung hingga 20 lembar kertas sekaligus, sehingga memudahkan ketika memindai dokumen ataupun mengirimkan faksimile dalam jumlah banyak.

Konektivitas nirkabel pada PIXMA MX497 membuat printer ini dapat dipasang di lingkungan yang memiliki access point nirkabel. Fitur Access Point Mode memungkinkan PIXMA MX497 terhubung perangkat mobile, seperti smartphone maupun tablet saat ingin mencetak atau memindai dokumen dan foto, tanpa membutuhkan router lagi. PIXMA MX497 dengan harga Rp 1,295 juta.

7

7

All New Swift GS, Lebih Trendy dan Sporty

PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) meluncurkan All New Swift GS untuk menjawab kebutuhan modifikasi konsumen terhadap kendaraannya. Dengan menginjeksi DNA desain dari Swift Sport, All New Swift GS hadir dengan konsep Key Design Aggressive Smart Look.

Urusan performa, All New Swift GS mengandalkan mesin K14B DOHC 4 silinder 1.400cc yang mampu menyemburkan tenaga sebesar 95 PS. Sementara di sisi keamanan, mobil ini dilengkapi dengan Dual SRS Airbag, Keyless Push Start/Stop System, Anti-lock Brake System (ABS), Electronic Brake Distribution (EBD). Kendaraan ini tampil makin sporty dengan front grille berbentuk U-shape baru yang lebih trendy dan sporty. Untuk interior, All New Swift GS menghadirkan New Seat Cover dengan sentuhan Silver Stitch serta Silver Stitch Shift Knob.

Hadir di tengah All New Swift GX serta SWIFT Sport, tipe GS ini dibanderol seharga Rp 214,4 juta untuk transmisi manual (MT) dan Rp 223,5 juta untuk transmisi otomatis (AT).

Semua harga, on the road (OTR) untuk wilayah Jabodetabek.

8

8

Garap Pasar Ponsel, Sharp Hadirkan Sharp AQUOS Crystal SH825Wi

15997805_MARKETEERS JULI_T-163.PDF 1

Selama ini, Sharp dikenal sebagai perusahaan elektronik. Tapi, beberapa waktu lalu merek ini menghadirkan produk ponsel pintar AQUOS Crystal SH825Wi untuk pasar Indonesia. Sharp menghadirkan ponsel dengan tampilan layar Liquid Crystal Display (LCD) tanpa bingkai (borderless).

Dengan lebar kurang dari 67 mm dan ukuran layar 5.0 inch, ponsel pintar ini menggunakan sistem operasi Android 4.4.2 (Kitkat) dan prosesor Qualcomm snapdragon 400 Quad Core, 1,2 Ghz Processor. Selain itu, Sharp juga mendukung teknologi 4G LTE. Sharp Aquos Crystal SH825Wi memiliki fitur Direct Wave Receiver. Berbeda dengan speaker ponsel lain, seluruh permukaan layar digunakan untuk menghasilkan suara. Untuk kamera, Sharp Aquos Crystal SH825Wi dilengkapi dengan kamera 8 MP di bagian belakang dan 1,2 MP di bagian depan.

Kamera depan didesain berada di bawah untuk mendukung tampilan edge-to-edge.

Menyasar segmen menengah atas, Sharp membandrol ponsel pintar terbarunya ini dengan harga Rp 3,999 juta.

6/29/2015 9:51:40 AM

A

R K

Y O

U

R S T

Y L E

TestDrive 164

Bangun Ikatan Layaknya Joki dan Kudanya Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz

New Mazda CX-5 yang diluncurkan pada April 2015 memiliki filosofi produk yang menarik. Medium crossover-SUV ini hadir dengan filosofi Jinba-Ittai atau rasa satukesatuan antara pengemudi dan kendaraan.

Filosofi ini terinspirasi dari ikatan yang terjalin antara Joki dan kudanya.

Beberapa waktu lalu, PT Mazda Motor Indonesia (MMI) memberi kesempatan bagi Marketeers untuk merasakan langsung keunggulan yang ditawarkan oleh New Mazda CX-5. Berbagai fitur unggulan New Mazda CX-5 diuji sepanjang perjalanan di Pulau Bali. Fitur pertama yang dicoba adalah fitur keamanan aktif Mazda, i-Activsense. Selepas keluar dari Bandara Internasional Ngurah-Rai, New Mazda CX-5 langsung digeber di jalan tol Mandara. Fitur Lane-Keep Assist System (LAS) dan Lane Departure Warning System (LDWS) yang pertama kali dicoba.

Fitur LAS akan bekerja ketika terjadi indikasi perpindahan jalur yang tidak di-

15997805_MARKETEERS JULI_T-164.PDF 1

sadari pengendara, misalnya dalam kondisi mengantuk pada kecepatan minimal 60 km/ jam. Ketika kendaraan tiba-tiba pindah jalur, maka setir akan memberi bantuan tenaga putaran roda ke arah berlawanan. Dengan begitu, kendaraan akan tetap berada di jalur semula.

Fitur ini kian maksimal dengan dukungan dari Lane Departure Warning System (LDWS). Fitur ini mampu memindai marka jalan yang dapat bekerja apabila secara tidak sengaja kendaraan mulai keluar dari jalur jalanan. Kerjanya, sistem akan memberikan peringatan dalam bentuk suara di dalam kabin kendaraan serta getaran halus pada roda kemudi. Lalu, secara bersamaan dan otomatis menggerakan roda kemudi agar mobil dapat kembali ke jalur yang aman.

Di dalam kemudi, New Mazda CX-5 GT yang merupakan varian tertinggi menghadirkan sensasi berkendara yang nyaman, bertenaga dengan suspensi yang lembut.

Fitur lain yang dapat memukau pengendaranya adalah Adaptive LED Headlights.

Kemampuan dari fitur Adaptive LED Headlights (ALH) ini diuji ketika meluncur di Desa Kutuh dengan kondisi jalanan yang cukup gelap, tetapi terasa seperti sedang berkendara dengan kondisi cahaya yang mencukupi.

Fitur ALH secara otomatis beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan di sekitarnya, sehingga dapat memberikan pencahayaan yang maksimal bagi pengemudi. Fitur ini dapat berfungsi dengan baik karena didukung oleh sensor kamera yang tertanam pada kaca spion tengah

yang terdapat di kedua mobil ini. Di dalamnya, terdapat tiga komponen, diantaranya Glare-Free High Beam, Wide-Range Low Beam, dan Highway Mode. Fungsi ketiganya menyesuaikan kondisi mobil melaju.

Di sisi kenyamanan dalam berkendara, New Mazda CX-5 juga dilengkapi dengan fitur MZD Connect. Fitur ini merupakan sistem hiburan yang terhubung dengan berbagai gadget. Esensinya adalah melahirkan sensasi Fun to Drive khas Mazda.

Selama perjalanan dua hari mengelilingi Pulau Dewata, Marketeers juga menjajal fitur MZD Connect yang memiliki sistem navigasi satelit, smartphone connectivity, fitur audio yang lengkap, serta fungsi lainnya yang ditampilkan dalam layar sentuh berukuran 7 inci dengan resolusi yang tinggi. Kenyamanan pengemudi tetap terjaga ketika sedang mengoperasikan MZD Connect karena terletak tepat di tengah dashboard mobil dan berada di bawah sudut pandang pengemudi, sehingga tidak mengganggu jarak pandang dari para peserta ketika sedang mengendarai mobil.

Dari segi tampilan, mobil yang bisa dibawa pulang dengan membayar Rp 490,4 juta ini mengadopsi filosofi desain KODO – Soul of Motion khas Mazda. Mobil ini kini hadir dengan grille depan bergaris horizontal yang mempertegas wujud berbentuk sayap khas Mazda. Desain ini memberikan tampilan sporty namun tetap stylish tanpa menghilangkan kesan premium dan elegan dari kedua mobil tersebut. Tentunya semakin memantapkan kepercayaan diri para Zoom-Zoom lovers. Anda Tertarik?

6/29/2015 9:51:41 AM

A

R K

Y O

U

R S T

Y L E

Movie & Music 165

Menyanyikan Patah Hati Dari Beragam Perspektif Oleh Ramadhan Triwijanarko

Mission Impossible: Rogue Nation Tom Cruise Yang Tidak Tergantikan Tom Cruise kembali lagi di seri kelima yang membesarkan namanya, Mission: Impossible. Seperti biasa, ia kembali melakukan aksi berbahaya seorang diri tanpa stuntman di seri kelima bertajuk Mission Impossible: Rogue Nation.

Oleh Jaka Perdana

Tidak terasa sejak hadir pertama kali di layar lebar pada tahun 1996 lewat Mission: Impossible seri pertama, franchise dari serial televisi terkenal ini sudah memasuki seri kelima. Pada awalnya franchise film ini diperkirakan berhenti pada seri keempat Mission Impossible: Ghost Protocol yang rilis 2011 lalu. Ternyata, seri keempat tersebut malah sukses besar dan membuat studio Paramount tancap gas deng­ an seri kelima.

Sekuel ini masih mengandalkan aktor beken Tom Cruise sebagai agen IMF (Impossible Missions Force) Ethan Hunt. Kali ini, IMF harus menghadapi organisasi yang ternyata memiliki kemampuan setara bernama Rogue Nation serta berniat merusak reputasi IMF. Untuk itu, pemerintah Amerika Serikat (AS) lewat kepala CIA (di­ perankan Alec Baldwin) berencana menutup IMF sesegera mungkin.

Yang bisa menyelamatkan IMF dari penutupan itu adalah dengan menghentikan secara langsung aksi-aksi Rogue Nation.

Seharusnya, peran Cruise sebagai leading man di Mission: Impossible habis di seri Ghost Protocol dan digantikan oleh aktor Jeremy Renner. Namun, franchise ini sudah kadung lekat dengan nama Cruise. Apalagi hype Ghost Protocol masih amat terasa, sehingga aroma kesuksesan tersebut diyakini akan terbawa ke Rogue Nation.

Selain Cruise, Jeremy Renner, Simon Pegg, plus Ving Rhames akan kembali. Sayang sekali aktris Paula Patton tidak kembali, se­ hingga digantikan Rebecca Ferguson yang beken lewat serial The White Queen. Begitu juga dengan posisi sutradara, Brad Bird di­ gantikan oleh Christopher McQuarrie. Nama terakhir tersebut sebe­ lumnya sudah pernah bekerjasama dengan Cruise lewat film Jack Reacher.

Rencananya aksi Tom Cruise dan kawan-kawan bisa dilihat mulai tanggal 31 Juli di AS. Sementara pecinta film Tanah Air bisa menyak­ sikannya pada awal Agustus mendatang.

SUTRADARA: CHRISTOPHER MCQUARRIE. PEMAIN: TOM CRUISE, JEREMY RENNER, SIMON PEGG, VING RHAMES, ALEC BALDWIN, REBECCA FERGUSON, SEAN HARRIS. STUDIO: PARAMOUNT PICTURES. RILIS: 31 JULI 2015 (AS), AGUSTUS 2015 (INDONESIA)

15997805_MARKETEERS JULI_T-165.PDF 1

Setelah empat tahun dari album terakh­ irnya, Florence & The Machine kembali merilis album terbarunya berjudul How Big, How Blue, How Beautiful. Secara garis be­ sar ini adalah album patah hati paling sedih sekaligus optimis yang pernah diciptakan oleh musisi wanita.

Menariknya, meskipun bertemakan patah hati Florence Welch mencoba menjabarkan patah hati dari berbagai perspektif yang ada.

Florence Welch mencoba membangkitkan sosok seperti Delilah, Persephone, dan St Jude dalam tiap vokal dan mencoba mem­ baginya kepada setiap pendengar.

Dalam Ship To Wreck, Florence meneriak­ kan penyesalan akibat putus asmara dengan menonjolkan sisi destruktif. Dalam bebera­ pa bagian, album ini juga terasa lebih sepi.

Hal ini dapat didengarkan dalam komposisi seperti St Jude dan Various Storms & Saint.

Album ini seakan menyapu bayang-bay­ ang Amy Winehouse dan Adele dari sosok Florence Welch. Dengan beragam dimensi dari baroque pop, art rock, rock classic, dan blues membuat How Big, How Blue, How Beautiful menjadi album patah hati yang siap dinyanyikan dalam festival-festival musim panas pada tahun ini.

6/29/2015 9:51:41 AM

M

A

R K

Y O

U

R S T

Y L E

Food 166 The Lobby

Pojok Kuliner Nusantara Banyak hotel yang berlomba-lomba menyajikan kuliner khas Barat sebagai daya tarik restorannya. Namun, tak jarang yang percaya diri menawarkan cita rasa Indonesia dalam lembaran menunya.

Melalui The Lobby, Mercure Jakarta Sabang mencoba menampilkan masakan nusantara yang otentik dengan sajian berkelas.

Oleh Saviq Bachdar

Sop Buntut

Tahu Telor

Anty-Oxydant

Berlokasi di jantung ibu kota yang dikelilingi me­­ nara pencakar langit dan gedung-gedung pemerintah, menjadikan The Lobby cukup mudah dijangkau. Saat memasuki Hotel Mercure yang berlokasi tak jauh dari pusat kuliner Jl. Sabang, Jakarta Pusat, pandangan Anda dengan mudah akan tertuju pada sebuah sudut ruang yang fasadnya dibaluri mural unik berupa gambar khas tempo dulu, seperti Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen ataupun gambar seorang pedagang kembang tahu. Ya, di situlah The Lobby terletak.

Ketika kaki melangkah ke dalam restoran, atmosfir hangat sekaligus fun pun langsung mencuat. Hangat karena lampu dibiarkan sedikit temaram dengan ca­ haya matahari yang sesekali menyelinap dari balik jen­ dela. Fun karena furnitur dan ornamen yang digunakan memancarkan warna-warna pastel yang manis. Selain itu, pernak-pernik antik berjejer rapih di sebuah lemari kayu, lengkap dengan bingkai foto yang menampilkan potret Ibukota jaman kolonial.

Begitulah kurang lebih ambiance yang ingin dihadirkan oleh The Lobby, yaitu bagaimana me­ nyajikan sisi vintage dari sejarah Batavia dengan cara yang menyenangkan. Tema ini berangkat dari brand positioning Hotel Mercure sebagai jaringan penginapan dari Accor yang bebas memodifikasi inte­riornya sesuai kultur di mana ia berada. Restoran berkapasitas 120 tempat duduk ini terbagi dalam ti­ga bagian, yaitu sisi lounge, sisi restoran, dan sisi kolam renang. Terdapat pula sebuah ruang pertemuan berkapasitas 20 orang.

The Lobby memiliki menu nusantara yang diberi tajuk Pasar Kuliner. Ada 15 menu khas berbagai daerah tersaji di restoran ini. Sebut saja, Sop Buntut dengan dagingnya yang lembut dan kadar lemaknya yang minim. Kuahnya sengaja dibuat agak bening tanpa minyak, sehingga terhindar dari kandungan le­ mak sapi yang berlebihan. Kepuasan semakin ganda saat porsi daging yang disajikan begitu melimpah.

Selain itu, Anda juga mesti mencoba menu lainnya, seperti Tahu Telor khas Solo, Ketoprak khas Betawi, serta Nasi Betutu khas Bali.

Dengan racikan menu yang dikreasikan oleh Chef Billy Wicaksono yang telah berpengalaman puluhan tahun menjadi koki di Dubai dan Bali, The Lobby akan segera menambah deretan makanan nusantaranya hingga 25 menu pada tahun ini. Penasaran? Silakan mencoba!

The Lobby Mercure Jakarta Sabang Jl. Agus Salim No. 11-13, Gambir, Jakarta Pusat 10110 T: +62 21 350 3066 Jam Operasional: 10.00 - 22.00 Harga: ± Rp 300.000 untuk dua orang

15997805_MARKETEERS JULI_T-166.PDF 1

6/29/2015 9:51:42 AM

JOIN OUR COMMUNITY Marketeers Club is now in four cities: Jakarta, Bandung, Surabaya, and Denpasar. And it has a new format as a part of the MarkPlus Center in respective cities. Every month, we will have ongoing discussions of the latest trends shaping specific industry agendas:

- JA KA RTA -

-BA NDUNG -

-S URA BAYA-

FOR MORE INFORMATION, PLEASE CONTACT OUR REPRESENTATIVE IN RESPECTIVE CITIES: -DENPASAR -

Members can now follow industry movements and listen to insights from industry practitioners live every month.

All of these with the new lifetime membership structure.

MEMBERSHIP BENEFIT

MEMBERSHIP FORMAT

1. Relevant, practical, and readily useful insights from respective industries • Monthly talk with networking coffee break and occasional company visit • Keynote speaker followed by a panel of industry practitioners and media • More interactive Q&A and discussions

1. IDR 3 million for lifetime non-transferable membership 2. IDR 150,000 for one monthly talk participation 3. Now membership covers four locations: Jakarta, Bandung, Surabaya, and Denpasar

2. Special member privileges • One-year subscription of the Marketeers magazine • Special price for book purchase at MarkPlus • Special rate for joining MarkPlus Institute’s Public Education Program

DENPASAR RAISA P: +62 361 8495 670 F: +62 361 8495 671 M: +62 856 208 1788 E: raisa.niloperbowo@markplusinc.com SURABAYA GABRIELLA P: +62 31 5621314 F: +62 31 5621316 M: +62 822 310612 E: gabriella.sagita@markplusinc.com JAKARTA DILLA P: +62 21 5790 2338 Ext. 420 F: +62 21 5790 2339 M: +62 812 2060 6687 E: dilla.ibtida@markplusinc.com BANDUNG HILDA P: +62 22 200 5335 F: +62 22 200 5337 M: +62 818 0967 2099 E: hilda.lumongga@markplusinc.com Organized by:

Name

..........................................................................................................................................................

Date of Birth

..........................................................................................................................................................

Position

..........................................................................................................................................................

Company

..........................................................................................................................................................

Mobile

..........................................................................................................................................................

Email

..........................................................................................................................................................

Office Number

..........................................................................................................................................................

Fax Number

..........................................................................................................................................................

Office Address

..........................................................................................................................................................

15997805_MARKETEERS JULI_T-167_MARKPLUS-CENTER.PDF 1

6/29/2015 9:51:43 AM

JULY‘15

JULY 1: SURABAYA JULY 25: JAKARTA JULY 27: DENPASAR

5 9 PT Markplus Indonesia BCA KCP Duta Merlin 308.302.8676

OKTA: 0821-69752255

REZA: 0822-26120060

ANDHOKO: 0857-15010282

ERLYNA: 0822-27197890 BANDA ACEH RUSDY: 0813-60016003 TEL: (0651) 7555 020

USWATA: 0812-23716111

RIA: 0813-19995579 TEL: (0431) 855 123

ALI: 0853-38705141

MONA: 0821-14810881 TEL: (0542) 758 2704 WILMA: 0821-30163053

TANIA: 0811-660805 TEL: (0761) 227 37

SARI: 0812-88541945

CATHY: 0822-38265866 TEL: (0967) 551 888

scan here

DOWNLOAD SEKARANG!

Terdaftar dan diawasi oleh:

JULI_C-2+3.pdf1 1 15997805_MARKETEERS JULI_C-2.PDF

6/29/2015 9:49:22 AM

15997805_MARKETEERS JULI_C-3.PDF 1

6/30/2015 PM 6/29/2015 11:53:30 9:49:23 AM

www.marketeers.com www.marketeers.com/radio

JULY 2015

Maestro: P. 113

The Silver (Red) Lining of Regional Integration: What to anticipate from the ASEAN Economic Community

Pesona Indonesia:

Prima: P. 129

Tiga Mantra Memasarkan Indonesia: Ketika anggaran terbatas, apa jurus yang bisa kita gunakan?

P. 145

Tak Hanya Eksklusif, Tapi Juga Menyatu Dengan Alam: Pilihan destinasi tanah air yang menawarkan arti sebuah kemewahan

PLANNING BEFORE RUNNING: Pelajaran Dari Kegagalan UKM Indonesia PLANNING BEFORE RUNNING

P. 58

JADI UKM ITU PILIHAN

By Hermawan Kartajaya P. 55

6/29/2015 9:49:29 AM

Indonesia Rp.50.000,-

JULY 2015

JULI_C-1+4.pdf1 1 15997805_MARKETEERS JULI_C-4.PDF

cover cc.indd 2

6/30/15 9:46PM PM 6/30/2015 11:52:17