Majalah SANTRI Vol 9

Page 1

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 1


Santri Crew #9 Hamdi Putra Ahmad (Pimpinan Umum)

Nuri Zayanah (Sekretaris Umum)

Husnul Khatimah (Bendahara Umum)

M. Farid Abdillah (Pemimpin Redaksi)

Windi Wiyarti (Redaktur Pelaksana)

Furhatul Khoiro Amin (Redaktur Pelaksana)

Ahmad Ahnaf Rafif (Layouter)

M. Bachruddin Syafi’i (Layouter)

Nur Azizah Aulia R (Editor)

M. Ali Masyrofi (Editor)

Indah Al-Aziz (Riset)

Afandi A (Riset)

Murniyati Djufri (Reporter)

Ana Maghfirotul H (Reporter)

Wilda (Reporter)

Matahari (Koor. Kaderisasi)

Obi Robi’a Al-Aslami (Koor. Media)

Ana Risalatul Fithriya (Media)

Fajri Karimatul Akhlaq (Media)

M. Zaidul Kirom (Sponsorship)

Atssania Zahroh (Sponsorship)

2 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Muqaddimah Puji syukur kehadirat Allah SWT atas seluruh limpahan rahmat serta taufik dan inayah-Nya, sehingga seluruh proses penyusunan majalah SANTRI edisi IX ini bisa berjalan lancar. Sholawat serta salam semoga senantiasa tertuju pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang dinantikan syafaat beliau di hari akhir nanti. Majalah yang berada di tangan pembaca ini adalah majalah SANTRI edisi IX. Majalah ini disusun atas kerjasama seluruh Kru SANTRI sebagai Badan Semi Otonom CSSMoRA Nasional. Majalah edisi ini bertemakan, “Bonus Demografi dalam Bingkai Estetika Santri�. Selain kerjasama dari kru, majalah ini juga merupakan kumpulan berbagai tulisan, pendapat, wawancara, riset, dan lain sebagainya. Tulisan tersebut ditulis dari berbagai narasumber dan pakar dalam bidang masing- masing yang disesuaikan dengan tema yang telah disepakati. Secara garis besar, majalah ini merupakan refleksi atas adanya bonus demografi yang akan dialami Bangsa Indonesia beberapa tahun ke depan. Terlebih pandangan umum atas bonus demografi, kemudian melihat pandangan dari beberapa pakar demografi, dan pandangan kalangan pesantren tentang tema tersebut. Ditambah dengan berbagai karya para santri seluruh Indonesia setelah melalui proses seleksi dan dipilih karya terbaik di antara mereka. Akhir kata, semoga majalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Menambah pandangan tentang demografi dan hal-hal yang melingkupinya. Serta memahami pandangan demografi dari sisi pesantren dan para pakar demografi. Majalah SANTRI, Beragama dan Berbudaya!!!

Pemimpin Redaksi

M. Farid Abdillah

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 3


Indeks 3. Muqadimah 4. Indeks 5. Sambutan 6. Editorial Santri dalam Bonus Demografi

7. Surat Pembaca 8. Opini

Edisi IX April 2019

24. Puisi Segenap Pengabdian Hambar

25. Potret Mahasantri 32. Teropong Bonus Demografi Secara: Persiapannya Apa?

Alih-Fungsi Media sebagai Solusi

34. Kolom

Perdamaian Dunia

Membumikan Santri Melalui Beasiswa

10. Ngaji

LPDP, Untuk Hadapi Bonus Demografi

Memanfaatkan Momentum Bonus

36. Resensi

Demografi Bagi Santri Untuk Memajukan

Berkaca Kepada Ulama Nusantara

Negeri

14. Tokoh

38. Cerpen

Ingin Kubakar Tasbih Kyaiku

Tuan Guru Haji Husin Naparin: Tak Kenal

41. Humor

Lelah dalam Berdakwahhh

Sujudnya Si Mbah dengan Seekor Tawon

Nadiya Lil Khairi: Kitab Kuning Sebagai

Rangkaian Kegiatan Semarak Hari Santri

Identitas Prestasi Santri

Nasional 2018

18. Sahabat Mahasantri 20. Prestasi Mahasiswa 23. Riset Etika (Santri) Dalam Bermedia Sosial

43. Liputan Kemenag 45. Catatan Alumni

Fadli Lukman: Santri Millenial dan Tanggung Jawab Sosial

47. Kisah Inspiratif Asa

4 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Zeed Hamdy Rukman

Ketua CSSMoRA Nasional Periode 2018-2019 Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan karuniaNya sehingga Majalah SANTRI edisi IX dapat diterbitkan. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi’in, tabiut, tabiahum, kepada kita semua serta kepada seluruh umatnya, hingga akhir zaman yang menjadikan sebagai teladan yang baik. Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya, kepada segenap redaktur Majalah SANTRI. Karena sampai saat ini masih istiqomah dan terus berkarya, ditengah maraknya persaingan media digital dalam dunia literasi. Sebagaimana dengan tema yang diangkat kali ini tentang “Bonus Demografi dalam Bingkai Estetika Santri”. Berbagai hal yang menarik disajikan secara khas dan unik mengenai peran santri dalam menyokong bonus demografi sebagai peluang untuk menggapai masa keemasan Indonesia. Berbicara mengenai bonus demografi tentunya menjadi sorotan perbincangan banyak orang, pasalnya Indonesia akan memasuki bonus demografi dalam rentang tahun 2020-2030. Gelombang usia produktif Indonesia mencapai 70 persen, dan usia non produktif hanya mencapai 30 persen. Keadaan tersebut dipandang sebagai peluang bagi para santri. Sebab itu dalam menyonsong bonus demografi, santri harus turut mengambil peran penting dalam memajukan Indonesia menjadi lebih baik lagi. Sebagian orang masih menganggap santri hanya identik dengan sarung dan berkecimpung di bidang agama. Terlepas dari itu semua, santri yang notabanenya pesantren sudah ditempa dan dibekali berbagai keilmuan dan kemampuan, terutama sikap moral yang santun dan beradab. Secara subtansial, santri sangat berkompoten dan memiliki potensi lebih dalam merespon kebutuhan. Hal ini tentunya didukung dan didasari dengan proses kemandirian budaya hidup di pesantren, terlebih satu tonggak yang ditanamkan untuk memacu semangat ataupun motivasi santri yaitu “Man Jadda Wajada”. Bonus demografi bukan saja memerlukan lulusan terbaik dengan ketrampilan yang mumpuni. Tetapi juga membutuhkan pembaharu dengan segudang inovasi, mandiri, baik dalam bidang ekonomi, sosial bahkan politik. Sifat dan karakter inilah semuanya sudah termaktub pada diri seorang santri dan tentunya sangat menguntungkan bagi Indonesia dalam menyokong bonus demografi. Harapannya, para santri bisa mewarnai berbagai ruang, posisi, ataupun sektor dalam membingkai bonus demografi. Terakhir, saya ucapkan selamat atas terbitnya Majalah SANTRI. Semoga majalah ini dapat menjadi pelopor media cetak bagi kalangan santri dan tentunya dapat memberikan banyak manfaat dan dampak yang positif kepada khalayak. Wallahul muwafiq ila aqwamit thariq Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 5


Editorial

“Santri dalam Bonus Demografi”

I

ndonesia dikabarkan akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2020-2030. Arti demografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perkembangan jumlah penduduk. Sedangkan adanya tambahan kata “bonus” di awal, mengartikan bahwa perkembangan jumlah penduduk yang lebih banyak. Bonus demografi adalah pertumbuhan jumlah penduduk, sehingga jumlah usia produktif akan lebih banyak. Masyarakat dengan rentang usia 15 hingga 64 tahun akan meningkat sekitar 70 persen dari penduduk Indonesia. Bonus demografi selama ini digadanggadang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Namun, cita-cita itu harus diiringi dengan strategi dan perencanaan yang menunjang juga.

Hal yang akan dihadapi seiring dengan adanya bonus demografi bisa dilihat dari 2 sisi. Positif dan negatif. Jika dilihat dari sisi positifnya, bonus demografi yang akan dihadapi oleh Indonesia akan membawa perubahan yang lebih baik. Yakni, menunjang kesejahteraan masyarakat Indonesia. Tentunya hal tersebut diiringi dengan ketersediaanya segala aspek kebutuhan masyarakat. Seperti kebutuhan lapangan kerja. Jika dilihat dari jumlah prosentasenya, angka masyarakat dengan usia produktif akan lebih banyak, sehingga membutuhkan lapangan pekerjaan yang memadai. Seperti yang dialami oleh Jepang pada tahun 1950. Jepang juga merasakan bonus demografi pada tahun tersebut. Dan dengan segala persipan, Jepang bisa mejadi negara yang maju. Namun, jika tantangan ini belum memiliki persiapan yang matang, akan membawa dampak negatif. Bisa jadi, harapan akan meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia justru malah menambah jumlah penggangguran, kurangnya ketersediaan pemukiman, dan masih banyak lagi.

Bicara tentang bonus demografi tentu tak lepas dari konribusi seluruh elemen masyarakat. Salah satunya yaitu santri. Siapakah santri? Seseorang yang pernah tinggal dan mengenyam pendidikan di pondok pesantren, akan mendapatkan sebutan “santri”. Namun, tak hanya itu, menurut Gus Dur, seseorang yang memiliki akhlak seperti santri, ia juga dapat dikatan sebagai seorang santri. Kiprah santri tak lepas dari pembangunan Indonesia. Peran santri dalam menghadapi bonus demografi juga sangat dibutuhkan. Santri memiliki kelebihan daripada seseorang yang belum pernah belajar di pondok pesantren. Santri dibekali dengan ilmu agama dan juga akhlak yang baik. Hal ini belum tentu didapatkan di tempat pendidikan lainnya. Lantas, apa peran santri dalam mengahadapi bonus demografi? Tentunya santri harus bisa berkontribusi lebih untuk mewujudkan Indonesia lebih sejahtera. Santri harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, pendidikan yang tinggi, berbagai macam ketrampilan, sehingga bisa menyeimbangkan kekurangan yang belum ada. Namun demikian, santri juga harus berpegang teguh pada nilai-nilai agama, agar tetap santun dan menebarkan kebaikan. Dalam menghadapi bonus demografi, santri harus bisa membuat gebrakan baru. Namun tentunya diimbangi dengan akhlak yang mulia.

Oleh karena itu, santri juga harus turut andil dalam mengahadapi bonus demografi. Menjadi pionir di antara yang lainnya. Meberikan perubahan baru dengan cara-cara khas santri. Maka dari itu, dalam majalah SANTRI edisi IX akan kami suguhkan beragam informasi penting. Agar bisa menambah wawasan dan menemukan strategi terbaik untuk menghadapi bonus demografi. Yang nantinya menjadi tantangan bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk menentukan masa depan Indonesia.

6 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Surat Pembaca . . . Assalamu’alaikum kakak-kakak santri semua. Semoga kita selalu sehat dan dalam lindungan-Nya ya. Saya selaku pemagang di Majalah Santri sangat bersyukur. Karena selama ini saya sudah diberikan banyak sekali ilmu dan pengalaman yang luar biasa. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih pada kakak-kakak semuanya, yang sudah sangat sabar dalam memandu kami selama proses pemagangan. Melihat dari kondisi yang ada, saya selaku pemagang berharap kedepannya Majalah Santri bisa diterbitkan setiap 3 bulan sekali, dan bulletin setiap bulannya. Dengan begitu saya harap temanteman kru bisa lebih memperdalam dan mengasah keilmuannya dalam bidang jurnalitik itu sendiri. Mungkin hanya itu yang bisa sarannya, untuk selanjutnya saya berharap Majalah santri bisa selalu lebih baik daripada sebelumnya. Tetap semangat, dan semoga sukses selalu. MAJALAH SANTRI, BERAGAMA BERUDAYA! CSSMoRA, LOYALITAS TANPA BATAS!

Waalaikum salam warahmatullah. Amiin. Semoga keselamatan selalu tercurah kepada kita semua. Terimakasih kami ucapkan kepada sobat yang selalu menjadi pembaca setia majalah SANTRI. Dan oh ya, selamat juga karena telah menjadi bagian dari anggota magang BSO SANTRI dan berproses bersama kami dalam satu tahun ini. Terkait harapan dari sobat, kami sangat mengapresiasi dan akan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan untuk kepengurusan di masa selanjutnya. Memang tak ada gading yang tak retak. Keterbatasan waktu dan jarak yang kami miliki dalam satu tahun ini juga menjadi kendala untuk menerbitkan bulletin dan majalah dalam skala yang lebih banyak. Namun harapan tersebut bukan tidak dapat diwujudkan di masa yang akan datang, selama BSO SANTRI tetap eksis dan konsisten dalam mengemban tugas sebagai badan semi-otonom di bawah naungan CSSMoRA Nasional ini. Di samping itu, kami selalu berharap doa dan dukungan dari para pembaca setia Majalah SANTRI agar Majalah SANTRI dapat terus eksis sebagai penyedia informasi paling hits seputar dunia santri dan pondok pesantren di Indonesia. Sekali lagi terimakasih, wassalamu’alaikum warahmatullah. MAJALAH SANTRI, BERAGAMA BERBUDAYA! CSSMoRA, LOYALITAS TANPA BATAS! Assalamu’alaikum Wr.Wb Selamat pagi, siang atau malam dimanapun kakak kakak redaktur berada :”) Saya sampaikan terima kasih karena telah menerbitkan Majalah SANTRI ditengahtengah kami, santri yang berteduh dibawah naungan CSSMoRA. Semoga majalah ini akan terus berkembang dan mengalami peningkatan setiap hari, bulan, musim dan tahunnya. Besar harapan saya untuk dapat membantu kakak redaktur sekalian dalam menyusun majalah ini, terlepas dari kemampuan saya dalam jurnalistik yang sangat minim. Saya ingin ikut berproses bersama layaknya majalah ini yang setiap tahunnya memiliki perubahan yang dinamis. Terakhir, sebagai seorang pembaca saya sangatlah terkesan dengan konten yang tersusun didalamnya. Meski terlihat seperti majalah biasa, saya sebagai santri dapat menerima maknanya lebih baik dari pembaca biasa yang bukan seorang santri. Saya harap majalah ini akan terus mempertahankan ciri kesantrian yang dimiliki dan redaktur tidak lelah untuk terus menggubah dan memodifikasi majalah ini agar semakin menarik perhatian dunia kepenulisan. Selamat pagi juga sobat Santri. (Dijawab selamat pagi agar semangat nya pagi juga, hehe) Kami ucapkan sama-sama, dan mari terus kita doakan agar majalah SANTRI selalu menjadi penyedia informasi yang bermanfaat untuk masyarakat, agama, bangsa dan negara. Permintaan sobat SANTRI yang ingin berkontribusi langsung di kepengurusan majalah SANTRI tentunya sangat mungkin terwujud. Setiap tahunnya kami selalu menyediakan kuota perekrutan anggota magang. Dalam pemagangan ini setiap anggota akan dibina dan dibimbing secara intens oleh kakak-kakak redaktur mengenai sistem pengelolaan majalah dan kepenulisan. Setiap anggota pemagang akan memiliki peluang untuk melanjutkan estafet kepengurusan majalah SANTRI untuk periode selanjutnya dengan berbekal pada apa yang telah mereka pelajari dalam satu tahun di pemagangan. Temtunya kami sangat membuka lebar peluang perekrutan ini bagi seluruh anggota CSSMoRA di mana pun berada. Terkait pernyataan yang ketiga, kami dari redaktur mengucapkan terimakasih atas apresiasi, doa, dan harapan yang ditujukan bagi kemajuan majalah SANTRI ke depannya. Semoga apa yang kita harapkan bersama dapat tercapai dengan baik. Aamiin ya Rabbal Alamin. BSO SANTRI, BERAGAMA DAN BERBUDAYA!

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 7


Opini

Alih-Fungsi Media sebagai Solusi Perdamaian Dunia

D

Oleh: Hamdi Putra Ahmad*

unia seolah ditakdirkan untuk selalu ditimpa dengan berbagai konflik dan kekacauan. Mulai dari konflik pribadi masing-masing individu, hingga konflik dengan skala yang sangat besar sekelas Negara. Bahkan, timbulnya kekacauan dalam skala dunia pun pernah terjadi, seperti Perang Dunia I dan II. Sebagaimana yang kita ketahui dalam catatan-catatan sejarah, bahwa hampir semua negara yang ada di dunia ini pernah terlibat, atau (sekurang-kurangnya) terkena dampak dari kekacauan tersebut. Ada yang terlibat langsung -dalam artian ikut menggerakkan pasukan untuk melakukan serangan, juga ada yang hanya menjadi korban dan bulan-bulanan oleh negara lain. Namun untunglah, saat ini kekacauan yang amat dahsyat itu telah ditemukan jalan keluarnya dan tidak terulangi lagi. Setidaknya kelahiran PBB (Perserikatan BangsaBangsa) secara resmi pada tahun 1945 mampu

menghilangkan konflik yang berkepanjangan itu secara berangsur-angsur namun akurat. Di sisi lain, kemunculan PBB tidak sepenuhnya menjamin akan lenyapnya ancaman-ancaman dalam kehidupan umat manusia di dunia ini. Satu persoalan yang menurut penulis cukup “urgen� untuk dianalisis dan disikapi dengan serius oleh PBB di zaman dengan perkembangan teknologi yang super pesat ini adalah mengenai arus pemberitaan yang disiarkan oleh berbagai media. Sebab, di era modern ini, media telah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat, dengan beragam pemberitaan yang jumlahnya kian lama semakin tak terbendung. Hal ini –sedikit banyaknya— akan berpengaruh terhadap aspek psikologis masingmasing individu yang memperoleh berita-berita tersebut, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Kita lihat, begitu banyak media yang setiap

8 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Opini detik berusaha menyajikan berita apapun yang didapat. Di satu sisi, hal ini merupakan suatu hal yang sangat berguna bagi masyarakat agar tidak ketinggalan informasi terbaru. Namun di sisi lain, hal tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman. Sebab, pemberitaan yang terlalu dini disiarkan akan berpeluang besar menimbulkan pra-duga yang keliru dari pihak yang menyiarkannya. Alihalih ingin menjadi penyaji berita tercepat, ternyata berita yang disuguhkan ke tengah masyarakat bukanlah fakta yang sesungguhnya terjadi. Mungkin hal itu disebabkan karena pengumpulan data yang belum lengkap namun sudah keburu disiarkan, atau ada kepentingan subjektif tersendiri yang ingin disebarkan oleh si penyiar terhadap masyarakat. Hal ini kemudian dapat –bahkan tidak jarang— menjadi pemicu terjadinya konflik antara pihak-pihak tertentu. Kita lihat, betapa banyak jenis media yang belakangan ini muncul bak jamur yang tumbuh di musim hujan, yang menjelma menjadi sumber berita bagi masyarakat dunia. Mulai dari media-media yang memiliki hak penyiaran resmi hingga media-media yang tidak jelas siapa pemiliknya (abal-abalan). Mulai dari media cetak hingga media maya. Dan mulai dari media yang berbentuk tulisan hingga yang berbentuk video. Sistem pembuatan media yang “terlalu mudah”, membuat siapa saja –tanpa terkecuali— dapat dengan leluasa menciptakan tempatnya sendiri untuk menyampaikan segala hal yang ada di dalam pikirannya. Pendapat pribadi pun dapat diolah sedemikian rupa hingga terlihat seperti “sebuah fakta” yang kemudian mampu mempengaruhi pemikiran setiap orang yang membacanya. Jika ditinjau dari sisi kemerdekaan pribadi, memang hal ini bukan menjadi suatu persoalan. Bahkan ini merupakan bentuk dari perwujudan kemerdekaan itu sendiri. Akan tetapi, kemerdekaan tanpa pengawasan juga mengakibatkan timbulnya dampak-dampak buruk yang merugikan. Kemerdekaan memang perlu, bahkan harus terwujud. Namun kemerdekaan itu sendiri harus dibarengi dengan ikatan hukum yang mampu menaunginya dari tindakan-tindakan di luar batas. Di sinilah pokok

persoalan yang hendak penulis utarakan. PBB, sebagai organisasi terbesar di dunia, adalah pihak yang paling berwenang dalam mengatasi persoalan ini. Posisinya sebagai sebuah wadah yang telah menampung sebagian besar negara-negara di dunia, sudah selayaknya melakukan tindakan tegas terkait persoalan ini. Betapa banyak kita saksikan tragedi SARA yang terjadi di berbagai tempat di dunia. Jangankan dunia, di Indonesia saja orang-orang bisa saling membenci dengan mengatasnamakan suku, agama, atau partai tertentu hanya karena terpancing oleh isu-isu yang disebarkan melalui media. Tidak jarang pula media dijadikan alat yang praktis untuk melancarkan aksi tuduh-menuduh antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Terkait permasalahan ini, penulis menawarkan dua solusi kepada PBB. Pertama, melalui otoritas nya sebagai organisasi yang membawahi hampir keseluruhan negara-negara di dunia, PBB harus mempertegas kembali peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama dalam resolusi Majelis Umum 630 (VII) tertanggal 16 Desember 1952 kepada setiap negara anggota untuk ditindaklanjuti dengan serius. Maksudnya, setiap negara anggota diminta untuk mempertegas kembali peraturan dalam negerinya terkait kebebasan penyebaran informasi lewat media. Bisa dengan memperketat perizinan penggunaan media oleh masyarakat dalam suatu negara, atau dengan cara-cara lain yang dirasa lebih ampuh. Intinya, peraturan yang dibuat harus sejalan dengan yang telah dirumuskan oleh PBB dan mampu mewujudkan tujuan-tujuan perdamaian dan terhapusnya segala bentuk konflik di setiap lini kehidupan masyarakat dunia. Kedua, PBB harus “memaksa” setiap negara anggota untuk menjatuhkan sanksi yang tegas – bahkan berat— terhadap siapa saja (baik yang bersifat individu maupun kelompok) yang dengan sengaja menyebarkan informasi-informasi palsu yang dapat memicu timbulnya konflik atau merusak perdamaian dalam tatanan kehidupan masyarakat. *) CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta angkatan 2015.

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 9


Ngaji

Memanfaatkan Momentum Bonus Demografi Bagi Santri Untuk Memajukan Negeri Dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia

langka ini. Thomas L. Friedman, seorang jurnalis

akan menghadapi bonus demografi. Sebuah transisi

Amerika, mengatakan bahwa The World is Flat, yang

demografi dari penduduk usia produktif (15-64

bermakna setiap orang bisa berkomunikasi dan

tahun) yang lebih besar dari penduduk usia non

menggali informasi jauh lebih mudah. Batas fisik

produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).

sudah tidak menjadi batasan lagi di antara manusia.

Bonus demografi ini diprediksi terjadi di Indonesia

Artinya, setiap orang mempunyai lapangan bermain

pada tahun 2030 M, dimana angka usia produktif

yang sama dan mempunyai peluang yang sama

akan mencapai 60%. Sebuah capaian angka tertinggi

dalam setiap bidang sektor kehidupan. Termasuk

dalam rentang sejarah kependudukan di Indonesia.

pula santri, yang memiliki peluang yang terbuka

Hal ini menjadi sebuah momentum bagi bangsa

lebar untuk memasuki berbagai bidang kehidupan.

Indonesia untuk memanfaatkannya sebaik mungkin demi memajukan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu ciri dari masyarakat di usia produktif adalah persaingan. Bagaimana setiap elemen

Sebagai salah satu elemen dalam tatanan hidup

mempunyai daya saing dalam situasi. Ketika

masyarakat Indonesia, santri mempunyai peran

penduduk dengan usia produktif lebih banyak,

yang penting dalam memanfaatkan kesempatan

maka level persaingan akan semakin tinggi.

10 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Ngaji peluang yang bisa diambil. Seorang santri harus mempersiapkan diri baik dari hard skill maupun soft skill. Begitu juga Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence dan Culture Intelligence menjadi penting guna memahami dinamika masyarakat. Tidak hanya kemampuan kasar seperti menggambar, mendesain dan lainnya, tetapi juga kematangan emosi dan kedalaman spiritual. Sebagai contoh orang Jepang yang teknologinya sangat maju perlahan-lahan, berpikir tentang hal lain menumbuhkan rasa empati. Orang yang terbiasa berpikir mekanik merasa kering jiwa Kebutuhan untuk bersaing adalah hal yang tidak

sosial. Kemampuan tetap namun diimbangi dengan

bisa dihindarkan lagi. Namun, hal ini juga sejajar sensitifitas terhadap banyak hal termasuk persoalan dengan meningkatnya ego dalam diri manusia untuk

bersifat sosial. Santri memiliki kerekatan yang cukup

memikirkan bagaimana dia bisa bertahan hidup yang

kuat. Namun kemampuan teknologi harus diimbangi,

mengarah pada individualisme. Santri mempunyai

seperti makna sebuah pepatah Otak Jerman, hati

modal kultural yang kuat dalam menghadapi situasi

Mekkah, kaki Indonesia.

ini. Karena seorang santri mempunyai bangunan

Persiapan Pemerintah

soliditas yang kuat di antara rekan-rekannya.

Indonesia menempati peringkat ke-6 di antara

Dalam pesantren, santri sudah dilatih untuk tidak

negara-negara ASEAN dalam Indeks Pembangunan

hidup sebagai individualis. Lingkungan pesantren

Manusia (IPM). Sebuah tantangan dan tugas bagi

memaksa untuk hidup komunal sehingga terbentuk

kita untuk memperbaiki IPM tersebut. Indonesia

sifat kepedulian terhadap sesama. Hal tersebut

telah dianugerahi Allah dengan kekayaan yang

merupakan modal yang sangat berharga untuk

melimpah. Namun, kita terlena dengan anugerah

menghadapi bonus demografi.

itu. Sehingga, sumber daya manusia (SDM) kita tidak

Maka, menjadi penting persiapan seorang santri

mencukupi untuk megelola sumber daya alam (SDA).

untuk menghadapi bonus demografi. Matangnya Tak pelak, banyak aset-aset kita dikuasai oleh asing. persiapan

akan

menentukan

seberapa

besar Sebaliknya, negara-negara yang tidak dianugerahi

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 11


Ngaji kekayaan alam yang melimpah sangat cepat dalam

untuk membangun negara jika dimanfaatkan dengan

merespon pembangunan. Mereka mengasah pikiran

sebaik mungkin. Bahkan sangat merugikan jika 60%

mencari solusi tentang masalah yang dihadapi. Dan

hanya menjadi angka yang tidak mempunyai implikasi

pada akhirnya mereka memiliki teknologi yang jauh

nyata untuk negara. Maka, bukan menjadi hal yang

lebih maju dari kita. Maka selayaknya, anugerah

mustahil jika Indonesia dapat bersaing dengan

yang telah kita peroleh berupa kekayaan alam ini

negara adidaya. Karena momen bonus demografi

tidak boleh membuat kita lengah. Menjaga dan

akan berlangsung beberapa ratus tahun lagi.

mengembangkannya adalah bentuk dari rasa syukur itu.

Menjadi pekerjaan rumah bagi kita, bagaimana kita bisa maju tanpa membuang tradisi The

Kenyataan ini telah terjadi di Timur Tengah.

Modernizing

Without

Wreeking

Tradition.

Negara yang kaya dengan minyak ini perlahan-lahan

Sebagaimana Jepang yang maju tanpa melupakan

mulai kekurangan sumber daya alamnya. Karena

tradisi. Berbeda dengan Turki yang modernisasinya

kekayaan alam akan habis jika dieksploitasi terus menghilangkan kultur budaya. Konsep maju tanpa menerus. Karena, akan ada saatnya alam tidak punya

terkukung tradisi ini telah dicontohkan dalam

cadangan. Hal ini berbeda dengan SDM yang tidak

tradisi pesantren. Pada dasarnya, pesantren tidak

akan habis. Untuk itu, selain persediaan SDA kita mengenal dikotomi ilmu umum. Karena pada diharuskan untuk berpikir persediaan SDM yang

zaman Belanda, mereka juga belajar cara membuat

berkualitas. Maka, menyiapkan SDM yang mumpuni

meriam, kapal, dan sebagainya. Kemudian Belanda-

adalah salah satu tantangan pemerintah.

lah yang membatasi pesantren hanya mempelajari

Sebagai

tamsil

dari

negara

Israel

ilmu agama. Bahkan dahulu, dari pesantren lahirlah

polemik

negara

Israel)

penguasa politik juga kerajaan. Sebagaimana juga

mempunyai kualitas SDM yang mumpuni. Negara

pelajaran tentang fiqh siyasah (Fikih politik, Red)

memerintah

ilmu

yang dibatasi oleh Belanda. Maka, kewajiban bagi

dimana saja. Namun, setelah selesai ilmu yang

kita santri untuk mengembalikan semangat juang

mereka dapatkan dipraktikan untuk membangun

pesantren sebagaimana pendahulu kita. Jika hal

bangsa mereka sendiri. Maka, patut dibuat contoh

ini dapat terwujud di pesantren, maka bisa jadi

bagaimana mereka mengorganisir SDM yang ada.

pesantren adalah lembaga paling siap menghadapi

(mengesampingkan

rakyatnya

untuk

menuntut

Sedangkan Indonesia mempunyai angka 60% dari penduduk produktif. Sebuah kesempatan besar

bonus demografi. Tips-Tips bagi Santri

12 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Ngaji Bangsa merupakan kumpulan dari kelompokkelompok yang memiliki kesamaan rasa dan identitas. Sebuah kelompok adalah kumpulan dari segolongan individu. Maka majunya sebuah bangsa berasal dari baiknya kualitas individu-individu dalam bangsa tersebut. Individu-individu yang berkualitas akan sejajar dengan majunya sebuah bangsa. Membincang lepas

dari

bangsa

Indonesia

membincang

tak

bisa

individu-individunya,

termasuk santri. Seorang santri turut membentuk jati diri bangsa Indonesia. Maka, santri harus mempunyai kematangan emosi dan kedalaman spiritual di samping mengolah kemampuannya, baik dari hard skill maupun soft skill. Dia harus mampu memadupadankan kemampuan berpikir rasional intuitif serta membingkainya dengan etika keseharian yang baik. Karena psikologi kapital yang dimiliki pesantren adalah menyeimbangkan logika, kemampuan intuitif dan etika yang merupakan bekal untuk membangun bangsa. Selain

itu,

penguasaan

teknologi

untuk

Maka, santri harus mempunyai kematangan emosi dan kedalaman spiritual di samping mengolah kemampuannya, baik dari hard skill maupun soft skill. Dia harus mampu memadupadankan kemampuan berpikir rasional intuitif serta membingkainya dengan etika keseharian yang baik.

komunikasi dan informasi adalah hal yang wajib dimiliki. Karena santri harus menyadari bahwa kita

Indonesia ke arah yang lebih baik.

hidup di global village. Dimana masing-masing

Tulisan merupakan hasil wawancara dengan

individu bisa terhubung satu sama lain tidak

Dr. Tedi Kholiluddin, S.Ag., M.Si. Dosen Fakultas

terhalang oleh jarak. Interkoneksi antara satu

Syariah dan Hukum UIN Walisongo dan Pimred

wilayah dengan wilayah lain bermakna banyak. Hal

Website NU Jateng.

ini menjadi kesempatan yang besar untuk belajar kepada negara-negara maju demi perubahan bangsa

(Penulis:

Furhatul

Khoir.

CSSMoRA

UIN

Walisongo angkatan 2016)

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 13


Tuan Guru Haji Husin Naparin Tak Kenal Lelah dalam Berdakwah

B

icara

tentang

deretan

nama

ulama

dan

mengaku sebagai anak cengeng yang tidak mau pisah

pastinya tak luput dari sosok Tuan Guru Haji

sebagaimana kakaknya yang lebih dahulu bersekolah.

cendekiawan Islam di Kalimantan Selatan,

Husin Naparin, Lc., MA. Selain kiprahnya dalam dunia dakwah, ia juga terbilang produktif dalam menuliskan karyakarya bermutu di bidang keislaman. Luasnya penguasaan

ilmu agama serta memiliki jiwa pemimpin membuatnya

dengan kakaknya, karena itu dia ditempatkan di kelas dua

Karena itulah ia bisa menyelesaikan SR (Sekolah Rakyat) dengan cepat, karena hanya lima tahun, tanpa duduk di kelas satu. “Mungkin karena sekolah di kampung”, katanya.

Tahun 1962, saat Husin Naparin berusia belasan tahun,

dipercaya memegang jabatan-jabatan strategis dalam

sang ayah meninggal dunia. Ayahnya hanya memberikan

Kepribadiannya yang halus, tawadhu, dan niat

merasakan keterbatasan dalam ekonomi – kalau tidak

organisasi keagamaan.

tulus menyedekahkan diri dalam dunia dakwah Islam

membuatnya selalu mendapat tempat di tengah masyarakat.

Tuan Guru Husin Naparin dilahirkan pada 10 November

1947 di Kalahiang, dari keluarga yang taat beragama.

Ayahnya memiliki kesibukan dalam berdakwah ke berbagai daerah.

Sebagaimana lazimnya anak kecil, Guru Husin Naparin

pesan “Anak-anak harus sekolah”. Keluarga Husin pun dikatakan terpuruk – dengan meninggalkan ibu sebagai tulang punggung keluarga. Pesan sang ayah rupanya

memberikan semangat tersendiri bagi ibunya. Benar saja, apapun pekerjaan yang menghasilkan rezeki asal halal

dilakoni, semisal memotong rumput di sawah, menanam padi, jadi tukang cuci, berdagang kecil-kecilan, dan lain sebagainya. Semua ini dilakukan agar bisa sekolah.

14 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Tokoh Ketika itulah, banyak orang mencemooh ibunya, karena

teman-temannya sesama WNI berkesempatan melancong

sementara dia bersimbah keringat di luar sana. Banyak

bukan melancong tapi mencari nafkah, agar kuliah bisa

ia tetap membiarkan kedua anak lelakinya bersekolah, harta benda, emas, tanah, dan sawah terjual agar pendidikan mereka lancar. “Saya kagum dan salut terhadap semangat dan perjuangan beliau dalam membiayai kami. Beliau

merupakan ibu yang patut diteladani�, ujar Guru Husin Naparin mengenai ibunya itu.

Hidup dalam keterbatasan ekonomi, membuat Husin

ke negara-negara Eropa tiap liburan semester. Sebenarnya

berlanjut. Jika semata-mata mengharap bantuan beasiswa dari Al-Azhar, jumlahnya pas-pasan. Ada yang berangkat

ke Jerman, Belanda, dan Inggris. Tujuan mereka bekerja di berbagai posisi dan tempat. Ada yang cuci piring di restoran atau rumah tangga, jadi kuli, dan tukang kebun.

Selama di Belanda, Husin menjadi tukang sapu jalanan

kecil tak berani bermimpi sebagaimana teman-teman

dan cuci piring di restoran. Ia menerima upah perjam. Dari

yang luar biasa baginya. Dia hanya menapaki hari-hari

Guru Husin mengambil ibrah disana, bahwa orang Barat

sebayanya. Bisa makan saja, sudah merupakan anugerah

dengan syukur dan memberdayakan nikmat dengan sebaikbaiknya.

upah itu ia memberangkatkan haji orang tua dan adiknya. sangat ulet dan telaten dalam bekerja.

Saat di Al-Azhar, Husin mengantongi gelar Lc (license).

Usai menamatkan PGA-nya, Husin melanjutkan ke

Belum sempat menyelesaikan studi magisternya, beliau

(setingkat Tsanawiyah dan Aliyah), tamat pada tahun 1966.

Nahdlatul Muta’allimin (organisasi intra sekolah) Normal

Pondok Pesantren Normal Islam Putera Rakha di Amuntai

Selanjutnya Husin Naparin kuliah di Fakultas Ushuluddin

IAIN Antasari Cabang Banjarmasin di Amuntai. Sekitar 6 tahun ia dijalani dengan asupan dana dari ibunya, Husin yang beranjak remaja kemudian bekerja sendiri sekaligus

aktif mengajar di Pesantren Rakha Amuntai (1968-1972), dan sedikit banyak mengurangi beban keluarganya. Ia meraih gelar Sarjana Muda pada 1969.

Dari Rakha Amuntai inilah, Husin mengalami lompatan

dalam sejarah pendidikannya. Mulanya mendapat mendapat

bekerja di KBRI Jeddah. Dengan berbekal pengalaman di Islam Rakha Amuntai dan PPI (Persatuan Pelajar Indonesia)

di Mesir, kemampuan Ustadz Husin dalam berorganisasi

semakin membaik ketika bekerja di KBRI Jeddah. Ia menjadi pegawai setempat (local staff) bagian tata usaha dan kemudian di bagian analisa politik. Kemahirannya dalam

administrasi dan komunikasi bisa dikatakan profesional. Disana Husin mulai berkenalan dengan sejumlah pejabat Indonesia.

Beberapa tahun di Jeddah, Husin lanjut kuliah di Punjab

beasiswa S1 di Madinah. Namun sayang, karena terlambat

University Lahore, Pakistan, dan mengantongi gelar MA

Mesir. Selama kuliah di negeri para Nabi itu, Husin bersama

Imam Masjid kampus yang letaknya berdekatan dengan dua

datang ke Jakarta, akhirnya beasiswanya dialihkan ke

di bidang Bahasa Arab. Di Pakistan ia dipercaya menjadi

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 15


Tokoh gedung asrama, yang dalam bahasa arab disebut sakanain.

untuk tausiah bertema ‘Pencerahan Jiwa’. Metode yang

Haramain.

dan telah berlangsung hingga 648 kali dan sudah menjamah

Ia pun dijuluki Imam Sakanain, mengadopsi nama Imam Sepulang dari Timur Tengah ke Indonesia pada tahun

1987, Husin memutuskan tinggal di Jalan Masjid Jami, Surgi

menggunakan media audio visual itu diminati masyarakat; seluruh Kalimantan, juga Makassar, Surabaya, dan Jakarta.

Karena memiliki jam terbang tinggi di dunia dakwah,

Mufti, Sungai Jingah, Banjarmasin. Ia ikut mengelola Pondok

Guru Husin punya banyak pengalaman. Misalnya saat

Guru Husin dipercaya memegang sejumlah jabatan

Ahing ia mendirikan Majelis Taklim Nurul Iman. Di

Pesantren Hunafaa’.

keagamaan. Ia pandai merangkul semua kelompok, hingga

disegani oleh semua pihak. Meski lahir dan besar dalam

tradisi NU tulen, ia bisa bersikap moderat tidak fanatik pada

satu aliran, berdiri di atas semua golongan dan untuk semua golongan.

Tahun 1989 Guru Husin diamanahi memimpin STIT

Al-Jami (kini STAI Al-Jami) Banjarmasin hingga sekarang; ini merupakan salah satu bentuk betapa civitas akademika

menaruh harapan dan hormat pada beliau. Ia turut mengajar tauhid, Alquran dan hadis, fikih, perbandingan mazhab, dan tafsir. Ia juga menjadi dosen luar biasa di UIN Antasari Banjarmasin dan STAI Al-Falah Banjarbaru.

Walau kadang kondisi beliau kurang fit, ia tetap

memenuhi panggilan ceramah ke berbagai tempat di Nusantara. Karena dakwah adalah kewajiban. Dalam

berdakwah di Paringin. Bersama sahabatnya, H. Syahrani

kampung halamannya inilah, Guru Husin pernah menengahi

masyarakat yang mempertentangkan khilafiyah, seperti masalah shalat subuh yang menggunakan qunut atau tidak. Selain pengalaman itu, pada 2005 kala jadi khatib Salat Idul

Fitri di Masjid Jami, Guru Husin mengangkat tema siksa dan neraka. Mendengar ceramahnya banyak jamaah yang menangis. Di tahun yang sama, peringatan nuzululquran di Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Guru Husin membuat

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tertawa tiga kali. Ini terjadi kala ia mengangkat masalah masih rendahnya tingkat

kedisiplinan masyarakat. Dengan guyonan khasnya, Guru Husin menyatakan, disiplin yang paling kuat di masyarakat adalah ketika buka puasa. Tidak ingin telat meskipun satu menit. Mendengar itu, Presiden SBY pun tertawa terpingkal.

Dakwahnya di media cetak juga turut mewarnai

penyampaian tausiah, Guru Husin menggunakan metode

keberagamaan di Kalimantan Selatan. Dengan Rubrik Fikrah

30 menit dan sisanya untuk tanya jawab.

yang mengambil faedah sebagai renungan dan pengingat,

dialogis (tanya jawab) dalam dua bagian, ceramah sekitar Setelah mengikuti training ESQ (Emotional Spiritual

Question) Ari Ginanjar di Jakarta pada 2003, Guru Husin merasa kalbunya tersentuh. Metode ini diadopsinya

yang diasuhnya di harian Banjarmasin Post, banyak kalangan dan tidak jarang dijadikan bahan ceramah oleh para ustaz

dan mubalig lainnya. Demikian juga tanya jawab keagamaan yang beliau asuh di harian Kalimantan Post dan Ruang

16 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Tokoh “Ketua Umum Dewan Pengurus Yayasan Rakha ini diamanahi sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan pada tahun 2016 lalu dinobatkan sebagai Mufti Kesultanan Banjar dengan gelar Tuan Guru Besar Haji Husin Naparin, Lc., MA.,” Konsultasi

Hidup

dan Kehidupan di RRI

Banjarmasin,

sangat memberikan pencerahan umat

Islam

pada

di

Kalimantan Selatan khususnya. Sejak tahun 2003, Guru Husin dipercaya sebagai Penyuluh Agama Islam Utama di Kalimantan Selatan.

Selain aktif terlibat dalam organisasi kemasjidan,

IAIN Antasari Banjarmasin (2014).

Ketua Umum Dewan Pengurus Yayasan Rakha ini

diamanahi sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan pada tahun 2016 lalu dinobatkan sebagai Mufti

Kesultanan Banjar dengan gelar Tuan Guru Besar Haji Husin Naparin, Lc., MA., Di tengah kesibukannya, beliau masih sempat untuk menulis. Tercatat ada 38 judul buku yang telah diterbitkan, 70-an makalah ilmiah, dan ribuan artikel yang dimuat di surat kabar dan majalah, sejak tahun 1974.

Bagi Guru Husin, waktu adalah modal yang paling

kepesantrenan, kependidikan, keulamaan, bidang Alquran

utama dalam berbagai hal. Karenanya harus diisi dengan

dakwah, Guru Husin juga sering membawa jamaah untuk

sebaik mungkin, jangan sampai terbuang sia-sia. Dengan

dan Qira’atil kutub, perzakatan, kemasyarakatan dan berangkat haji dan umrah. Salah seorang Ulama Martapura

berucap, bahwa orang berhaji itu bisa karena nasab, nisab,

dan nasib. Guru Husin salah seorang yang beruntung, ia berhaji karena nasib. Tercatat beliau sudah berhaji 24 kali, dan itu semua gratis. Dan seringnya beliau berangkat berumrah, hingga sudah tak terhitung jumlahnya.

Banyak penghargaan yang diberikan kepada Guru

Husin, di antaranya adalah Asian Development Golden

Award dari Citra Mandiri Indonesia di Jakarta (2002), Radar

Award Banjarmasin dari Harian Radar Banjarmasin (2005), Asywadie Award dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi

kegiatan positif seperti ibadah dan bekerja, dan diatur itu akan tampak keberkahan waktu. Maka setiap napas adalah permata yang tak ternilai, karena tidak ada gantinya.

Apabila nafas itu terlepas, maka ia tidak bisa kembali. Guru Husin berpesan, “Wahai umai Islam, peliharalah ke-Islaman

Anda, hiduplah dalam Islam dan berjuanglah untuk Islam,

agar meninggal dalam Islam”. Demikian, sosok Guru Husin Naparin.

Oleh: Nur Hidayatullah, S.HI, MH.

(Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang).

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 17


Sahabat Mahasantri

Nadiya Lil Khairi: Kitab Kuning Sebagai Identitas Prestasi Santri “Sekali Pertapa Turun Gunung, Kaum Sarungan Santri Nan Ulung� –Nadiya Lil Khairi

M

enjadi santri adalah kebanggaan tersendiri bagi gadis berusia 18 tahun ini. Ia baru saja menamatkan jenjang pendidikan menengah atasnya, di Madrasah Aliyah Sumatera Thawalb Parabe’ Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Dia melanjutkan pendidikannya ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Dirasat Islamiyah. Baginya, santri adalah sosok yang senantiasa berkawan dengan kitab kuning, menghafal firman Allah, mampu melantunkan syair Arab, senantiasa patuh terhadap masyaikh (Guru, Red.) dan berkhidmah pada umat. Santri adalah sosok yang berani meninggalkan kampung halaman serta orang tua untuk menuntut ilmu agar berguna di hari kemudian. Keterikatannya menjadi santri selama belajar di pesantren membuat rasa cintanya terhadap kitab kuning tumbuh. Kian hari kian subur dan berbuah manis. Banyak prestasi yang ia torehkan mulai dari tingkat kabupaten, provinsi hingga nasional. Berawal dari rasa penasarannya terhadap isi kitab yang menggunakan bahasa Arab, membuatnya bertekad menyibak rahasia di dalamnya. Dalam belajar kitab, ia merasa Allah senantiasa memudahkan jalannya. Mulai dari mempelajari dasar dalam membaca kitab kuning, yaitu bahasa Arab hingga menjadi duta pondok pesantren dalam setiap kegiatan lomba membaca kitab dan bahasa Arab. Gadis berkacamata ini memiliki segudang prestasi. Terhitung 19 cabang lomba yang telah ia ikuti, hampir seluruhnya mendapatkan juara. Prestasi yang ia peroleh seperti: juara 1 Musabaqoh Qiraatil Kutub (MQK) atau

lomba membaca kitab tingkat provinsi, juara 3 MQK cabang bahasa Arab tingkat nasional, juara 1 pidato bahasa Arab pada Pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren Nasional (Pospenas) tingkat provinsi dan masih banyak lagi. Pada awal kelas enam ia mengikuti juga lomba MQK cabang bahasa Arab. Untuk kesekian kalinya ia mengikuti MQK, ia berhasil mendapat juara 1 tingkat kabupaten. Lalu ia mewakili kabupaten dan berhasil mendapat juara 1 pada tingkat provinsi. Menjadi kebanggan tersendiri mewakili provinsi Sumatra Barat dan mendapatkan juara harapan 1 tingkat nasional. Nadia juga pernah mendapatkan juara 1 dalam lomba TOAFL yang diadakan oleh salah satu kampus di Bukit Tinggi yaitu IAIN Kubah Putih. Lomba yang diadakan tersebut tingkat Sumatera Barat. Menurut Nadia yang baru memasuki dunia perguruan tinggi, santri tetaplah santri. Kehidupan kampus dengan pondok memanglah berbeda, tetapi harus disikapi dengan bijak. Santri yang menempuh pendidikan di jenjang kuliah, harus mampu mengasah keilmiahan dan mengintegritaskan ilmu agama dengan ilmu dunia. Demi menghadapi tantangan zaman yang semakin berkembang. Karena santri tetaplah santri dan berbanggalah menjadi santri. Kemanapun ia terbang, kemanapun ia mengangkasa. Kemanapun ia pergi dan mendunia. Ketika di kemudian hari jatuh, kekuatan santri akan selalu mengiringi untuk menguatkan. Oleh: Ana Maghfirotul Khasanah (CSSMoRA UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2016).

18 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Sahabat Mahasantri Biodata Nama TTL

: Nadiya Lil Khairi

: 01 April 2000

Cita-Cita : Dosen Pesan

: Kamu punya masa sekarang.

Kamu juga punya masa depan. Dan kamu berhak bahagia pada waktunya. Prestasi :

a. Juara 1 Qiraatil Kutub Nahwu Ula Tingkat Kabupaten

b. Juara 1 Qiraatil Kutub Tingkat Provinsi

c. Juara 1 Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Cabang Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Tingkat Kabupaten

d. Juara 1 Musabaqoh Qiraatil Kutub

(MQK) Cabang Debat Bahasa Arab Kabupaten e.

Juara 1 MQK Cabang Debat Bahasa Arab Tingkat Provinsi

f.

Juara 3 MQK Cabang Bahasa Arab Tingkat Nasional

h.

Juara 1 KSM Cabang Bahasa Arab Tingkat Kabupaten

g.

Juara 1 MQK Tingkat Provinsi Yang Diadakan Oleh PKB

i.

Juara 1 Tingkat Provinsi KSM Cabang Bahasa Arab

k.

Juara 1 Pidato Bahasa Arab Pospenas Tingkat Provinsi.

j.

Juara 1 Pidato Bahasa Arab Pospenas Tingkat Kabupaten

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 19


Prestasi Mahasiswa Khairun Nisa Mahasantri CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga angkatan 2014 yang wisuda pada tanggal 21 Februari 2018. Ia berhasil tercatat sebagai Wisudawan Tercepat Terbaik UIN Sunan Kalijaga Periode II (3 tahun 2 bulan 14 hari). Sebelumnyaa gadis kelahiran Amuntai, 27 April 1996 ini banyak meraih prestasi-prestasi selama duduk di bangku kuliah. Gadis yang satu ini memiliki motto hidup “Break the Boundaries”. Mahasiswa jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir ini sangat aktif menulis karya tulis ilmiah terutama yang berkaitan tentang perdamaian. Terbukti banyak juara yang disabetnya dalam dunia kepenulisan karya tulis ilmiah. Diantaranya yaitu Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Qur’an Nasional, Surabaya 2016 dengan judul Ambivalensi Jihad dan Terorisme (Kajian Historis-Kontekstual Ayat Jihad Guna Menangkal Radikalisme Agama), Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional 2016 Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC) sebagai Penangkal Radikalisme Agama dan Dinamisator Perdamaian Bangsa, Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Quran Nasional, Jakarta 2017 (Merawat Kebhinnekaan dengan Nilai-Nilai Qur’ani), dan masih banyak karya tulis ilmiah lainnya yang dimuat di jurnal salah satunya yaitu tulisan mengenai Geliat Tafsir Ilmi dari Tafsir Al-Nur hingga Salman, yang dimuat pada Jurnal Millati IAIN Salatiga 2017.

Muhammad Ali Fikri

Pria ini akrab disapa dengan Ali Fikri. Kuliah di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dan merupakan anggota CSSMoRA angkatan 2014. Pria yang menempuh jurusan Teknik Elektro telah memiliki berbagai pengalaman kerja dan juga capaian prestasi yang gemilang. Pada tahun 2017 dia pernah mendapatkan Awardee of Social Enterprise Mumbai Study Visit. Menjadi delegasi untuk Future Leader Summit, pernah menyaber juara 1 LKTIM yang diadakan oleh Universitas Negeri Semarang. Sekarang, di tahun 2018 ini, dia berhasil mendapatkan penghargaan untuk paper terbaik pada International Joint Conference on Clean Energy and Smart Grids Technology.

20 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Prestasi Mahasiswa Rinaldi Nur Ibrahim Mahasiswa jurusan Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Syahid) yang merupakan anggota CSSMoRA angkatan 2015. Pemuda ini berhasil meraih penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi ke 2 Fakultas Ilmu Kedokteran UIN Syahid Jakarta tahun 2018. Selain itu, pemuda yang akrab disapa Inal ini aktif dalam berbagai kegiatan, baik tingkat nasional maupun internasional. Untuk tingkat nasional sendiri, Inal sering mengikuti kegiatan terutama yang berkaitan dengan jurusannya yaitu Farmasi sebagai perwakilan. Diantaranya adalah Regional Pharmaceutical Leadership Forum (RPLF) ll Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI) se-Jabodelata, yang berlangsung di Depok tahun 20I6, 3rd Summit Aliansi Organisasi Mahasiswa Kesehatan Indonesia (AOMKI) bertempat di Malang pada tahun 2017, Seminar Nasional “Kolaborasi Pemberi Asuhan Pasien Terintegrasi oleh Tenaga Professinoal Semarang 2018. Dan untuk skala internasional, pria asal Bone ini pernah menginjakan kaki ke Thailand untuk Kegiatan International Conference UNEOS Thailand 2017. Dia juga berhasil meraih penghargaan internasional yaitu sebagai the most outgoing man (best delegate) pada acara Internationat Symposium Youtex Seoul, Korea 2017.

Muhammad Akmal Habib

pada Jambore Nasional Klub Astronomi.

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang yang juga merupakan anggota CSSMoRA angkatan 2016. Pemuda yang biasa disapa Akmal ini memiliki Indeks Prestasi (IP) yang tinggi, terhitung sejak semester 1 (3.99), semester 2 (4.00), semester 3 (3,98) hingga saat ini sedang berada di semester 6. Selain berprestasi di bidang akademik, dia juga berprestasi di bidang non akademik. Akmal pernah meraih juara 1 Musabaqah Fahmil Qur’an Jawa Tengah, juara 1 Musabaqah Qiroatil Kitab Ihya ‘Ulumuddin tingkat universitas, juara 1 Musabaqah Qiroatil Kitab Kerasidenan Semarang dan sekitarnya. Dia Juga pernah menjadi delegasi

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 21


Prestasi Mahasiswa Moh. Mizan Asrori Pemuda yang akrab disapa Mizan ini merupakan salah satu mahasantri CSSMoRA UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya angkatan 2014. Selain aktif dalam berbagai kegiatan sosial, seperti yang barubaru ini diikuti yaitu Interfaith Youth Camp 2018 UNDP, ARMC, PPIM UIN Jakarta (Maluku, 25-30 Januari 2018), Toraja Youth Camp 2018 Kawan Bangsa (Tana Toraja Sulawesi Selatan, 27-29 April 2018). Pria yang berasal dari Madura ini juga sangat senang membaca dan menulis. Banyak prestasi dalam dunia kepenulisan yang berhasil dicapainya, salah satunya yaitu Juara 1 Lomba Resensi (Lomba Resensi Buku Wacana & Praktik Pluralisme Keagamaan di Indonesia HMP Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UINSA Surabaya). Dulu sampai sekarang, Mizan sering mengikuti berbagai workshop kepenulisan. Hingga saat ini, ia sering diundang menjadi pemateri dalam berbagai kegiatan workshop kepenulisan. Salah satunya yaitu kegiatan Pelatihan Jurnalistik Anggota (PJA) yang diadakan oleh Unit Pengambangan Tahfidhul Quran (UPTQ) UINSA, pada tanggal 24 Maret 2018 di Masjid Ulul Albab UINSA.

Lamhod Burju Moko Pinayungan

Pemuda kelahiran Medan, 3 Juni 1997 adalah salah satu anggota CSSMoRA angkatan 2015 UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pria yang akrab disapa Burju ini pernah menjuarai lomba pidato bahasa Arab tingkat fakultas Ushuluddin sebagai juara 2. Selain itu, dia juga aktif dalam dunia kepenulisan. Sebagai anggota Duta Damai Bandung dari tahun 2017 sampai saat ini. Dia juga menggeluti dunia blogger dengan terus menulis konten-konten perdamaian sesuai tema yang diberikan oleh Pusat Media Damai (PMD) dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Burju juga pernah meraih juara 2 lomba menulis opini yang diadakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suaka UIN Bandung, dengan judul tulisan “Tasawuf, Pancasila & Pluralisme”. Pada tanggal 13 November 2017 dia menjadi Panelis Speaker pada International Seminar on Tasawuf Nusantara Aceh-I (ISTANA-1) dengan judul paper “Tasawuf Sebagai Strategi Antisipasi RadikalismeTerorisme”. Oleh: Murniyati Djufri (CSSMoRA UIN Sunan Gunung Djati angkatan 2015).

22 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Riset

Etika (Santri) Dalam Bermedia Sosial

I

Oleh: Moh. Nailul Muna*

ndonesia adalah negara yang menjunjung tinggi prinsip kemerdekaan berpendapat, dan berekspresi. Sebagaimana pasal yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal 28F dijelaskan bahwa “setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Bak gayung menyambut, teknologi membawa era baru dalam perkembangan pelantara media komunikasi, antara lain: media cetak, maupun media siber termasuk media sosial (Baca: Medsos). Dengan semakin banyaknya wahana dalam menyampaikan aspirasi di ranah sosial, menjadikan isu-isu sara, dan politisasi agama yang dibungkus dengan kebohongan (baca:hoax) menjadi permasalahan yang tak kunjung berakhir. Dalam perspektif agama Islam, upaya penyelesaian dapat dilakukan dengan berbagai cara, sebagaimana ketika menyinggung ayat-ayat al-Qur’an terdapat (QS. AlHujarat [49]: 6) yang sering dikaitkan dengan pentingnya ber-tabayyun tatkala menerima sebuah informasi. Pun begitu dalam diskursus hadis, setidaknya terdapat hadis tentang Ruwaibidhah yang menuntut adanya kapabilitas dari transmitter ketika menyampaikan informasi kepada receiver. Kalaupun lebih jauh lagi, para santri tentu tidak terkejut ketika mendengar jarh wa ta’dlil, sebagai upaya untuk melihat kredibilitas dari periwayat hadis. Kemudian terkait definisi santri, Nurcholis Madjid mendefinisikan bahwa santri berasal dari dari bahasa Sansakerta sastri yakni orang yang melek huruf. Pendapat ini agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertuliskan Arab. Hal tersebut mengasumsikan bahwa santri adalah orang yang paham benar tentang ajaran agama—tanpa maksud mengeneralisir—dan selayaknya memanifestasikan tuntunan-tuntunan agama dalam setiap tindaktanduknya.

Tuntunan agama dalam kasus ini, sebagaimana ketika menyinggung hadis Ruwaibidhah yang artinya: “Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdul Malik bin Qudamah al-Jumahi menuturkan kepada kami dari Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah). Hadis tersebut, kemudian memberikan beberapa makna terkait etika berkomunikasi di ranah publik, antara lain: Pertama, Bertindak dan menyampaikan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kedua, Bersikap jujur. Hal ini yang tergambar secara eksplisit dalam hadis Ruwaibidhah, bahwa adanya tahun-tahun penipuan itu disebabkan karena maraknya pembohongan publik di mana-mana. Ketiga, Menyampaikan sebuah informasi bukan hanya berdasarkan nilai informasi tersebut, dalam artian sekedar baik dan benar. Namun, harus adanya kesesuaian dengan konteks yang ada. Keempat, Memiliki dedikasi dan moral yang baik. Manifestasi tentang etika berkomunikasi seyogyanya dapat terimplementasikan juga dalam dunia medsos, yang sebenarnya menjadi wahana berkomunikasi yang paling digandrungi kaum muda di zaman sekarang. Maka, santri yang dianggap memiliki pemahaman yang lebih terhadap ajaran agama Islam, mempunyai peran lebih dalam membentengi diri untuk tidak menyabarkan hoax, serta mengimplementasikan ajaran Islam tentang etika berkomunikasi di ranah publik. *) CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Angkatan 2015

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 23


Bonus Demografi Secara Umum: Persiapannya Apa? Wawancara bersama Dr. Ahmad Rafiq, M.A (Kepala Program Studi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga) Oleh: Muhammad Farid Abdillah

Apa itu Bonus Demografi? Asumsi dasar bonus demografi adalah suatu masa ketika angkatan kerja antara usia 15-64 tahun melebihi 50% dari total jumlah penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) angka ini akan terus naik hingga kisaran 70% pada tahun 2030. Namun, ketika membaca statistik, 3 tahun terakhir ini data ini sudah di atas 50%, bahkan pada tahun 2018 angka ini sudah mencapai jumlah 127 juta. Sedangkan pada tahun 2016 masih di angka 118 juta penduduk. Bisa dikatakan bahwa sebenarnya Indonesia sudah mengalami masa bonus demografi. Kenyataan ini berdasarkan pada jumlah penduduk dengan usia produktif sudah melebihi jumlah penduduk dengan usia non-produktif atau ketergantungan. Ketergantungan di sini dimaksudkan penduduk dengan usia di bawah 15 tahun atau di atas 64 tahun. Kenapa banyak yang mengatakan bahwa para pemuda yang harus lebih banyak mempersiapkan diri? Karena usia produktif menyebut usia antara 15 tahun ke atas hingga 64 tahun. Jika puncak bonus demografi diasumsikan pada tahun 2030, maka bisa disebut bahwa angkatan muda saat itu, penduduk yang menduduki masa produktif, adalah angkatan muda saat ini. Misalnya seseorang yang pada tahun 2018 berusia 15 tahun, maka pada tahun 2030 mereka akan mencapai usia keemasan produktif. Sehingga untuk menghadapi kebutuhan dan tantangan yang akan dihadapi pada tahun 2030 harus dipersiapkan mulai sekarang. Fakta menunjukkan bahwa bonus demografi berhubungan dengan usia produktif, kemudian usia produktif berhubungan dengan lapangan kerja yang mensyaratkan skill. Pada saat yang sama, hal ini juga mensyaratkan adanya kebugaran. Sehingga untuk benar-benar memanfaatkan bonus demografi sebagai bonus, pemuda masa

sekarang dan nanti yang akan menghadapi masa itu harus mempersiapkan kedua hal ini sekaligus. Skill dan kesehatan. Jika kedua hal ini tidak dipersiapkan maka angka yang disebut sebagai “bonus� ini tidak akan menjadi bonus. Karena sesuatu yang disebut bonus adalah jika hal tersebut menjadi surplus (keuntungan). Jika para pemuda tidak berhasil mempersiapkan diri, utamanya dalam bidang skill dan kesehatan, maka “bonus demografi� hanya akan menjadi bonus dari sisi angka, dan tidak menjadi bonus pada sisi lapangan pekerjaan. Hal ini disebabkan bahwa asumsi dasar bonus demografi adalah menyandingkan usia produktif dengan usia ketergantungan. Sehingga ketika usia produktif lebih tinggi, maka tingkat independensi, tingkat kreatifitas, tingkat kemampuan kerja seharusnya lebih tinggi dan lebih produktif. Kesimpulannya, bonus demografi bisa menjadi keuntungan dan kerugian dalam waktu yang sama. Karena bonus demografi tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga terjadi di tempat lain. Bonus demografi saat ini unggul dari sisi jumlah, dan jika membicarakan kesempatan kerja adalah perihal lain. Penyebabnya adalah bonus demografi berhubungan dengan lapangan kerja yang pada saat ini keterserapan kerja formal, informal, maupun lapangan kerja swasta berhubungan dengan skill. Dari sini, bonus demografi adalah pembahasan tentang angka ketika jumlah usia produktif lebih banyak. Untuk menjadi catatan, ketika membicarakan angka, pada tahun ini saja jumlah usia produktif sudah lebih banyak menurut data BPS. Dari angkat 127 juta penduduk, tidak semuanya terserap kepada lapangan kerja. Sehingga pada saat yang sama, bonus demografi akan menjadi peluang ketika jumlah penduduk untuk melakukan berbagai pekerjaan lebih banyak. Tetapi akan menjadi sebaliknya, jika orang-orang pada usia ini tidak memiliki skill untuk membuka lapangan kerja maupun masuk pada sektor pekerjaan formal dan informal yang sudah ada Apakah ada persiapan lain yang harus dipersiapkan generasi muda? Dua hal ini adalah dua hal yang mendasar.

24 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 32


Teropong Kesehatan dan skill. Bukan hal lain yang harus ditekankan, walaupun skill juga akan berhubungan dengan pengetahuan. Orang-orang tidak hanya harus dibekali dengan pengetahuan bahwa mereka harus masuk pada sektor lapangan kerja yang ada. Tetapi juga harus mendorong orang-orang itu untuk berkembang, seperti dorongan untuk melakukan pengembangan dalam bidang ekonomi kreatif, usaha-usaha startup dan lain-lain. Karena generasi sekarang tidak hanya cukup berpikir untuk masuk dalam lapangan kerja yang sudah tersedia, justru mereka harus berpikir untuk menciptakan ruang dan peluang pekerjaan baru. Contoh nyatanya seperti menjamurnya bisnis online. Dari sisi regulasi pemerintah, Indonesia sudah menunjukkan respon positif dalam hal bisnis online untuk menunjukkan respon terhadap bonus demografi. Yang perlu diperhatikan adalah kenyataan ini akan konstan, menanjak naik, atau tidak. Agaknya pada masa mendatang harus diadakan peraturan tambahan, mengingat tren ini terus naik dan diperlukan adanya support dari sisi regulasi. Contoh sederhananya ketika mode transportasi online ini muncul. Sempat muncul polemik karena regulasi yang belum siap dengan kehadiran transportasi online, walaupun pada akhirnya regulasi ini juga menyesuaikan. Ada dua kemungkinan pada masa mendatang, suatu lapangan kerja muncul kemudian regulasinya mengikuti, atau sebuah regulasi ditetapkan kemudian disusul munculnya beberapa lapangan kerja. Prinsip pentingnya adalah kemampuan untuk menciptakan ruang-ruang pekerjaan baru dan tidak sekedar masuk pada ruang yang sudah tersedia. Kesimpulannya, ketika bonus demografi ini mencapai puncaknya, maka tidak hanya angka signifikan muncul untuk memberi informasi tentang jumlah usia produktif. Tetapi juga harus didukung dengan munculnya pekerjaan-pekerjaan yang akan mendukung mereka. Entah itu dari lapangan kerja baru yang diciptakan atau masuk dalam sektor yang sudah ada. Apa yang akan terjadi jika pemuda berhasil mempersiapkan diri dan jika tidak? Kalau mereka berhasil mempersiapkan diri, mereka akan masuk dalam lapangan kerja. Masuk dalam lapangan kerja berdampak pada banyak hal, mulai dari kesejahteraan personal, kesejahteraan keluarga, dan juga seseorang dengan pendapatan yang stabil akan berefek pada lingkungannya. Sebaliknya, ketika angka tersebut besar dan keterserapan lapangan kerja atau penciptaan lapangan kerja tidak memadai, baik dari sisi lapangan kerja yang

tidak ada atau personal yang tidak siap berkompetisi maka hanya akan meningkatkan angka pengangguran yang berdampak besar pada hal-hal yang lain. Dan juga membawa efek negatif terhadap lingkungan. Lebih jauh, angka pengangguran yang tinggi sedikit banyak berhubungan dengan meningkatnya tingkat kriminalitas karena ruang untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk mencari makan terbatas. Pada saat yang sama, negara juga harus ikut mengambil andil dalam hal ini. Baik dari memberi ruang pekerjaan ataupun menetapkan regulasi yang memberi ruang munculnya pekerjaan baru. Adakah pesan untuk pemuda? Bonus demografi adalah hukum sejarah, keniscayaan sejarah ketika tingkat kelahiran meningkat dan tingkat kematian yang menurun. Maka mau tidak mau, penduduk yang menempati tempat tersebut harus ikut bersaing di dalamnya. Dan ini tidak bisa dihindari, selain mempersiapkan diri untuk masuk ke dalamnya. Secara material, hukumnya adalah hukum pasar. Siapa yang siap ia akan dapat, siapa yang tidak siap ia tidak akan dapat apa-apa. Kemudian apakah ada pesan untuk para santri? Mengingat bahwa ini adalah keniscayaan dan santri adalah bagian dari masyarakat, maka mau tidak mau mereka harus siap bersaing. Maka santri, mulai sekarang, juga harus mempersiapkan diri dalam hal skill untuk masuk dalam pekerjaan. Baik masuk sektor yang sudah ada atau menciptakan pekerjaannya sendiri. Maka, santri tidak cukup berpikir tentang sesuatu yang bersifat teologis. Hal ini terbukti sudah banyak pesantren yang mengembangkan enterpreneurship. Walaupun ketika membaca sejarah, sebenarnya enterpreneurship bukan hal baru bagi pesantren. Sejak dulu, kewirausahaan adalah bagian tak terpisahkan dari pesantren. Misalnya ketika seorang kyai memiliki sawah, santrinya yang akan menggarap sawah tersebut dan hasilnya akan digunakan untuk pengembangan pesantren. Dalam pola ini, skill dan pengetahuan ini masih bersifat implisit “untuk menghidupi pesantren�. Dan pada masa ini sudah bisa dieksplisitkan dengan pola yang lebih terstruktur untuk menjadikannya bagian pembinaan kewirausahaan santri, sehingga nantinya santri siap masuk dalam masa puncak demografi. Singkat kata, pesantren dengan pola kemandirian berwirausaha adalah pesantren yang secara implisit mempersiapkan santri untuk masuk ke dalam era bonus demografi. Tinggal dipersiapkan secara eksplisit melalui persiapan yang lebih terstruktur dan tersandar melalui kurikulum.

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 33 25


Kolom

Membumikan Santri Melalui Beasiswa LPDP, Untuk Hadapi Bonus Demografi “Kekayaan terbesar sebuah negara adalah

masa bulan madu bonus demografi selama 10

Baswedan, mantan Menteri Pendidikan Republik

akan melonjak mengakibatkan defisit anggaran,

manusianya, bukan sumber daya alamnya� Anis Indonesia.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) memperkirakan Indonesia akan

tahun (2020-2030), porsi penduduk tua kita

tabungan menurun, investasi menurun, defisit transaksi berjalan meningkat dan pertumbuhan ekonomi menurun. Dengan pengertian lain, kita

mengalami bonus demografi pada tahun 2020- memiliki potensi tumbuh tinggi hanya sampai

2030. Banjir manusia berusia produktif yaitu 15- dengan tahun 2030. Kesempatan ini tidak boleh

64 tahun diperkirakan akan mencapai 70 persen disia-siakan. Skenario pertumbuhan ekonomi dari jumlah penduduk Indonesia. Selanjutnya

5-5,5% saja tidak cukup. Yang dibutuhkan adalah

namun ia tidak gratis atau secara otomatis akan

Untuk menghadapi tantangan ini, di samping

meski maksud kata “bonus� adalah keuntungan,

pertumbuhan di atas 8% sampai tahun 2030.

membawa keuntungan dan kontribusi positif bagi

kesehatan dan pembangunan, pendidikan adalah

membutuhkan usaha, bahkan strategi handal agar

manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu

pembangunan. Akan tetapi masih perlu upaya, ia berjalan pada arah yang benar. Dengan kata

lain, bonus demografi akan menjadi persoalan jika

kunci penting untuk menjadikan sumber daya instrumen yang sudah disiapkan pemerintah adalah beasiswa yang diberikan oleh Lembaga

diabaikan, namun akan membawa dampak positif Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Tahun ini, kepada tabungan pemerintah jika dididik dengan benar. Harus diingat bahwa setelah mengalami

LPDP mengalokasikan dana beasiswa sebesar

Rp 2 Triliun atau naik sebesar Rp 1,3 Triliun dari

34 26 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Kolom tahun lalu. Beasiswa ini diperuntukkan kepada

data

didalamnya santri di seluruh Indonesia.

Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama,

4000 orang generasi terbaik bangsa, termasuk Santri

memiliki

beberapa

kelebihan

untuk menghadapi bonus demografi ini, yaitu

pengetahuan dan kecerdasan di bidang spiritual dan

akhlak.

Bila

dikaitkan

dengan

kasus

kriminal yang marak terjadi di Indonesia, maka

mendorong para santri untuk meningkatkan peran mendongkrak keberhasilan pembangunan

Bagian

Data,

Sistem

Informasi,

dan

Hubungan Masyarakat Sekretariat Direktorat pada tahun 2016 terdapat 28.194 pesantren yang

tersebar baik di wilayah kota maupun pedesaan di Indonesia. Dengan jumlah 4.290.626 santri

dari lembaga swasta. Jumlah yang cukup besar jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah usia produktif di tahun 2030 yaitu 180 juta jiwa.

“Berhati Mekkah, Berfikir Dunia” adalah

Indonesia menjadi salah satu faktor penting

ciri yang harus dimiliki oleh setiap santri untuk

perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan dan

demografi. Jika sebelumnya ada Ma’ruf di Cina,

yang

perlu

dipertimbangkan.

Para

santri mewujudkan mimpi membumikan santri di bonus

teknologi (Iptek), agar dapat menjawab berbagai

Fadli Lukman di German, Muhammad Shobarudin

masalah yang terjadi di masyarakat. Seperti di Thailand, dan berbagai alumni dari Pondok pemberdayaan

masyarakat,

pengentasan

Pesantren yang tersebar di berbagai perguruan

berkhlak mulia, motivasi tinggi, serta cerdas dan

mengejar magister dan doktoral. Selanjutnya harus

kemiskinan, pembangunan karakter yang jujur,

tinggi Indonesia ataupun luar negeri, sedang

kreatif. Bahkan harus mampu berpartisipasi menjadi tradisi bahwa santri harus sekolah tinggi.

dalam pembangunan lingkungan strategis seperti Beasiswa LPDP afirmasi santri ini, hendaknya pembangunan di bidang ekonomi, lingkungan

menghadirkan semangat baru, semakin membuka

Karena

hanya bisa ngaji bertransformasi menjadi santri

hidup, kemanan kedaulatan negara dan budaya. itu,

pemerintah

telah

menawarkan

program beasiswa LPDP afirmasi khusus untuk

santri. Hal ini memberi ruang, termasuk iklim kondusif kepada para “santri” dan “pesantren” agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan.

Mengingat pula pertumbuhan jumlah santri yang terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan

harapan para santri, sehingga kesan bahwa santri

bisa di semua lini. Bumi harus diwarnai oleh santri, sehingga ke belahan bumi manapun kita

pergi, hendaknya bertemu dengan santri-santri berdasi.

Oleh: Windi Wiyarti. CSSMoRA UIN Syarif

Hidayatullah angkatan 2016.

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 35 27


Resensi

Judul : Warisan Intelektual Ulama Nusantara Penulis : Ahmad Fauzi Ilyas Penerbit : Rawda Publishing, 2018 Tebal : xxiv + 628 Harga : 175.000 Peresensi : Radinal Mukhtar Harahap (alumni CSS MoRA 2011)

Berkaca Kepada Ulama Nusantara

D

alam kajian Islam Nusantara Center (INC) di Rumah Dinas Menteri Agama, Widyacandra, Jakarta, Sabtu (07/04/2018), Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan bahwa kajian terhadap manuskrip ulama Nusantara penting untuk terus dikembangkan. Bahkan “siapapun menteri agamanya nanti, kajian manuskrip ini harus terus berkembang, karena ini sangat strategis” ujarnya, sebagaimana diliput oleh jaringansantri.com dalam portalnya tertanggal 08/04/2018. Bisa jadi buku Warisan Intelektual Ulama Nusantara karya Ahmad Fauzi Ilyas, Direktur Pusat Studi Naskah Ulama Nusantara Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ar-Raudlatul Hasanah, Medan ini sebagai salah satu perwujudan dari harapan Kementerian Agama di atas –meskipun tentu tidak terkait secara langsung. Karena buku ini, sebagaimana keterangan di dalamnya, terbit di bulan yang sama –april 2018, dengan pernyataan putra alm. KH. Saifuddin Zuhri tersebut, sedangkan isinya membahas 31 tokoh ulama Nusantara dengan kajian meliputi 106 karya mereka (h.vi) dalam xxiv + 628 halamannya. Sebelum Ahmad Fauzi Ilyas, buku-buku semisal memang sudah ada, seperti Ah. Ginanjar Sya’ban, Direktur Islam Nusantara Center, dengan Mahakarya Ulama

Nusantara, Kitab, Naskah, Manuskrip dan Korespondensi Ulama Nusantara-nya, Zainul Milal Bizawie dengan Masterpiece Islam Nusantara atau Apria Putra dan Chairullah Ahmad dengan Bibliografi Karya Ulama Minangkabau Awal Abad XX: Dinamika Intelektual Kaum Tua dan Kaum Muda. Untuk menyebutkan yang lebih lawas tentunya Azyumardi Azra dengan Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII dan XVIII: Melacak AkarAkar Pembaruan Pemikiran Islam Di Indonesia. Buku ini, dalam tuturan Ahmad Fauzi Ilyas, berusaha melanjutkan penelaahan terhadap kitab-kitab ulama lainnya, meskipun sebagian dari kitab-kitab tersebut telah dibahas juga dalam karya-karya mereka (iv-v). Dengan kata lain, buku ini berusaha untuk melengkapi penelusuran yang sudah-sudah, khususnya terhadap ulama-ulama –yang dalam bahasa Mastuki HS, Chief Executive of Public Relation, Data and Information Ministry of Religious Affairs, The Republic of Indonesia di pengantar buku ini, “ulama minor” yang karena satu dan lain hal belum banyak ditulis, dipublikasi dan dikenal pemikirannya. Sehingga, keberadaan buku ini dapat memperkenalkan mereka kepada publik, yang kemudian publik semakin tahu dan mendapat referensi baru tentang tokoh Ulama Nusantara yang dari sisi kapabilitas dan

28 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 36


Resensi kapasitas keilmuannya tak kalah, atau bahkan setara dengan ‘major ulama’ yang telah dikenal (h.ix). ***** Terlepas dari pembahasan mendalam mengenai pemikiran-pemikiran Ulama Nusantara yang ada di halamanhalaman buku ini, terkait juga dengan Majalah Santri yang digawangi oleh Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS MoRA) sebagai organisasi mahasiswamahasiswi penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama Republik Indonesia, bagi saya endorsment ustadz kondang H. Abdul Somad, Lc., MA, yang ada di sampul depan ini cukup menjadi perhatian menarik, sekaligus pantas untuk diseriusi. Datuk Seri Ulama Setia Negara itu mengatakan “Buku Warisan Intelektual Ulama Nusantara ini menyadarkan kita bahwa ternyata nenek moyang kita bukan copy-paste, tetapi pemikir, penulis, pejuang dan berdinamika. Kita malu menjadi generasi yang pasif. Buku ini membangkitkan spirit sekaligus cambuk kreativitas.” Meskipun statusnya endorsment, dan itu bagi banyak buku tidak lepas dari keperluan menarik peminat pembaca, pernyataan ini penting untuk direnungkan bagi mahasiswamahasiswi secara khusus dan bagi masyarakat secara umum, bahwa Ulama Nusantara terdahulu telah meninggalkan tradisi yang begitu baik bagi kita; yaitu pemikir, penulis dan pejuang –sekaligus berdinamika dalam pemikirannya. Mereka bukanlah orang-orang yang senang untuk copypaste, yang untuk zaman ini dapat kiranya dipahami juga menyebarkan tulisan-tulisan orang lain yang asal muasalnya tidak jelas atau hoax. Syekh Usman Betawi misalnya, untuk sekedar memberi contoh. Beliau merupakan ulama keturunan Hadramaut, Yaman yang lahir di Batavia dan hidup pada rentang waktu 1238-1332 H/1822-1914 M adalah sosok yang ulama yang bergelut di bidang dakwah, pengajaran dan penulisan. Tidak hanya itu, ia bahkan pernah diangkat sebagai penasihat kehormatan (adviseur honorair) Pemerintah Hindia Belanda yang menangani masalah komunitas masyarakat Arab. Bahkan dalam catatan Ahmad Fauzi Ilyas, Syekh Usman Betawi pernah berpolemik dengan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau dalam masalah pelaksanaan shalat jum’at di mesjid yang baru dibangun di Palembang. Ia juga menentang pendapat mufti Banjarmasin terkait pendapatnya mengenai kiblat di Banjarmasin dengan mengarang sebuah risalah yang merujuk pada pendapat Ulama besar Kalimantan, Syekh Muhammad Arsyad Banjar dari bukunya yang terkenal, Sabil al-Muhtadin. Bahkan dalam masalah tarekat, ia menyerang keras Syekh Ismail Minangkabau dan Syekh Sulaiman Afandi: dua tokoh ulama tarekat yang berpengaruh (h.72). Tak hanya perihal agama an sich, Syekh Usman Betawi juga punya peranan penting dalam kegiatan-kegiatan politik atau ekonomi yang berkaitan dengan pemahaman keagamaan. Syekh Usman betawi berkomentar mengenai Syarikat Islam (SI) yang saat itu menjadi diskusi hangat antara menerima atau menolaknya. Ia menerimanya

dengan beralasan bahwa SI merupakan alat untuk saling tolong-menolong di kalangan kaum Muslim. Ia sendiri menyimpulkan bahwa SI telah berhasil, (1) meningkatnya implementasi praktis ajaran Islam, seperti banyaknya kaum Muslim yang menunaikan ibadah shalat, (2) pembangunan banyak gedung yang diabdikan untuk keagamaan dan banyaknya toko muslim, (3) berkurangnya pencurian dan perampokan (h.74). Meski demikian –dalam bahasa kampus biasanya gambaran di atas dicorakkan sebagai ‘seorang aktivis’, Syekh Usman Betawi tercatat sebagai ulama produktif yang menghasilkan banyak karya tulis. Menukil pendapat Sirajuddin Abbas dalam Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi’i, Ahmad Fauzi menuliskan bahwa sampai tahun 1972 jumlah karangannya yang terlacak mencapai 80 judul (h.75). Gambaran demikian, kiranya cukup menjadi cambuk kreativitas yang membangkitkan spirit bagi generasi-generasi mahasiswa “zaman now”. Kalimat penutup pengantar Mastuki HS barangkali dapat menjadi penekanan terhadap ulasan di atas; ... Penulisan biografi ulama dan karya serta pemikiranya masih terbuka lebar bagi generasi kini dan akan datang. Mereka ibarat “mutiara” yang menyimpan masa kegemilangan. Di tangan ulama-ulama ini, ajaran, dogma, dan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam alQur’an, Sunnah, dan karya intelektual sepanjang sejarah akhirnya sampai kepada generasi kita hari ini. Khazanah yang tak lekang digilas zaman. Sebagian karya mereka masih tersimpan, meski banyak di antaranya yang hilang dan punah, atau dijual kepada pihak lain untuk konservasi. Kita yang memiliki dan mewarisi hari ini. Era mereka sudah berlalu. Sekarang era kita. Masalahnya: bisakah kita mengulang masa kegemilangan itu? (h.xvi) ***** Dalam tataran normatifnya, resensi sedianya menyertakan kritik dan saran resentator terhadap karya yang diresensinya. Namun jumlah halaman yang tertuang dalam buku ini, mencermati jumlah ulama dan kitab-kitab yang diulas dan diambil intisarinya untuk kemudian diceritakan dalam bahasa populer yang tidak berkesan akademis – meskipun ini adalah hasil penelitian tentunya, melihat juga bagaimana kemudian kemampuan diri terkait perihal yang terungkap di dalamnya, kiranya kritik dan saran tidak layak untuk dialamatkan kepada buku ini, justru harusnya kepada resentator dan pembaca secara keseluruhan. Jika dengan kondisi, situasi dan alam masa lalu yang tidak seperti sekarang para ulama-ulama tersebut dalam buku ini mampu untuk melakukan sesuatu yang hebat, alasan apa yang pantas untuk dikemukakan dengan segala kemudahan yang ditawarkan oleh kondisi, situasi dan alam masa kini yang begitu banyak? Lantas, ketika menyelesaikan pembacaan buku ini, kiranya benar harapan Ahmad Fauzi Ilyas dalam prakatanya, “Doa penulis, semoga kehadiran buku ini dapat bermanfaat dan menambah keyakinan dalam diri kita bahwa keberadaan ulama adalah keadaan dan situasi yang begitu berharga dalam kehidupan kita semua”.

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 37 29


Cerpen

Ingin Kubakar Tasbih Kyaiku*

P

agi-pagi buta, saat para ustadz-ustadzah

di desaku akan dipertaruhkan. Sejarah kelak pasti

belum bangkit dan memegang semprotan air pembangun, aku mengendap-endap menyusup ke nDalem Romo Kyai. Sedang orkestrasi sahutan katak-katak di sawah sana menutupi suara gesekan kakiku yang melangkah gamang. Tampaknya angin tengah cuti malam ini. Udara serasa sepi tanpa gerak. Sarungku tak berkibar-kibar seperti ketika biasa berangkat Jum’atan. Tetapi tubuhku, menahan getar yang muncul dari perasaan yang ragu bertanya; apakah perbuatanku ini salah? “Husshh… keraguan itu datang dari musuh bebuyutanmu. Jangan kau hiraukan!” Satu suara— yang tanpa kata-kata—menyelisip masuk ke dadaku. Aku tak tau itu dari siapa. Tapi aku heran

mencatat, dahulu siapa pemberantas kebathilan di pesantren dan desa ini. “Hahaha… niatmu memang mulia, Kisanak. Tapi senyuman di wajahmu itu, isyarat hati yang berangan ingin dikenang, senyum itulah yang akan menjadi api pembakar segala ganjaran dari niat sucimu!” Akh, lagi-lagi. Lagi-lagi ada suara tak berupa merasuki relung kepala. Kuduga suara itu muncul dari seorang kakek-kakek. Aku terganggu, surutlah semangatku yang mulanya bergelora, kini layu dan meranggas sehingga menghentikan tanganku yang hendak membuka jendela untuk segera kumasuki ruangan di dalamnya yang gelap. Aku berhenti, menundukkan wajah ke tanah di bawah kemerlap

sendiri kenapa sudi memercayainya dengan tanpa pertimbangan. “Lanjutkan saja, Nak. Apa yang akan kau lakukan adalah tindakan mulia.” Sekali lagi, kudengar bisikan halus dan tubuhku bertambah mantap. Sedikit saja, beberapa langkah kecil lagi, aku akan sampai di ujung penunaian niat muliaku. Aku tidak akan membuang-buang kesempatan ini lagi—yang telah menjadi amanat pemberian bunga tidurku yang kudapat dari langgar yang sepi. Toh, tindakanku sudah ditunggu-tunggu oleh malaikat di kejauhan sana. Sekali ragu, maka semua iman masyarakat

langit malam tak bermendung di atas sana. Lantas derik jangkrik di kegelapan, mengajak diriku membatin: malam ini, berisiknya sungguh biadab sekali. *** “Ayo…Ayo… silakan saudara-saudara, harga pertama ialah tiga juta, tiga juta saja untuk sajadah keramat Kyai Danurejo. Siapa yang mau? Ayo, ayo. Siapa cepat, dia dapat! Siapa minat, langsung sikat!” Lelaki separuh baya itu memegang corong, berdiri, dan berkicau-kicau tak merdu yang membuatku ingin sekali menumbuk mulutnya. Juga matanya. Hidung

38 30 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Cerpen peseknya. Ah, lebih afdhol semua anggota tubuhnya. Ia, lelaki jangkung itu, menyebut nama Kyaiku secara serampangan, tanpa mimik kekhusyukan dan roso ta’dhim di wajahnya. Berani-beraninya ia! Rugi dengan sarung dan peci yang ia kenakan. Andai tak ada Bu Nyai di sana, sudah kuterjang wajahnya untuk kuhantami. Namun akalku masih didera rasa gatal, kenapa Bu Nyai mengizinkan barang peninggalan suaminya dilelang sebegitu remehnya? Apakah hanya lantaran ekonomi? Ataukah karena keluarga nDalem telah berkalang hutang? Ah, tidak mungkin. Persoalan ini lebih kompleks dari sekadar itu. Toh, pesantren sudah lebih dari cukup untuk memenuhi segala keperluan hidup mereka sekeluarga. Lantas kenapa? Pertanyaanku itu menggantung di ujung kepalaku. Kuputuskan untuk pergi dari acara tujuh hari meninggalnya Kyai Danurejo, pimpinan pesantrenku, yang kurasa makin lama makin aneh dan masygul. Daripada telingaku panas dan dadaku terbakar emosi, mending aku hengkang. “Mau kemana, Kang? Acara kan belum selesai.” Salah satu anak baru di Pesantrenku bertanya, berlagak sok betah dengan acara yang na’udzubillah ini. Menghambat laju kepergianku saja. “Sebentar, saya ingin ke jamban dulu.” Kusungging senyum palsu di wajahku, hanya demi membalas senyumnya yang penuh curiga. Jujur, aku paling muak melakukan kepura-puraan basa-basi seperti sekarang yang sedang aku lakukan! Mulut santri kemarin sore itu menyimpulkan huruf O di bibirnya, lalu mengangguk. Akhirnya aku bisa minggat juga. Menjauhkan diri dari kegiatan muspro semacam ini. Namun, sesampainya di gerbang pintu keluar pesantren, aku mendengar sebuah teriakan. Aku seperti tidak asing dengan suara itu. Familiar. Teriakan itu nyaring terdengar karena memakai corong pengeras suara. “Yak! Akhirnya ditutup, saudara-saudara. Harga

terakhir untuk sajadah keramat peninggalan Kyai Danurejo ini aaa…dalah… dua puluh delapan juta rupiah!” Dahiku mengerut, dan mulut bersungut-sungut menyumpahi tindakan orang itu yang melakukannya dengan ringan hati. Seolah tanpa dosa. Ah, aku semakin ingin menghajarnya habi-habisan. Namun kutahan. Lebih baik aku menyiapkan rencana selanjutnya, matang-matang. *** Pak satpam pesantren memanggilku, “Ini pesanan sampeyan.” Ia menyerahkan benda dibungkus plastik hitam kecil kepadaku. “Wah, cepat juga ya, Cak Kan. Matur nuwun loh njeh?” “Iya, siap. Sama-sama, Kang. Sebentar lagi mau adzan Ashar, mending sampeyan mempersiapkan diri dulu.” Tak kuduga, dunia ini memang aneh sekali. Cak Kandar yang bagiku cuma seorang satpam, lagaklugunya justru lebih mencerminkan santri ketimbang santri itu sendiri. Beda jauh dengan yang mengaku santri senior namun malah menjadi pembawa acara lelang barang peninggalan Kyai yang mendidiknya. Oya, buat apa aku memusingkannya? Buang-buang tenaga dan usia belaka. Dari situ, aku lanjut pergi meninggalkan Cak Kandar yang wajahnya masih bergurat senyuman. Maka, setiba di asrama, selepas suntuk menunggu malam, tepat saat anak-anak santri lekas mengambil makanannya, aku memutuskan untuk membuka paket titipan dari satpam tadi. Kutelanjangi bungkusnya, terlihatlah satu kotak kecil tetapi berat dan terbuat dari besi. Aku mendengar bunyi cetiing! Sewaktu membuka tutup atasnya. Ini baru korek api Zippo ori. Dari berat dan bunyinya saja, aku sudah bisa mengidentifikasinya. Tinggal beberapa jam lagi, aku harus mengendap-endap kembali, sembari membawa alat ini, dengan langkah yang paling bisu

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 39 31


Cerpen yang pernah ada. Aku akan membakar satu barang terakhir peninggalan Kyai Danurejo, sebelum keburu laku dilelang siang nanti. Aku akan mencuri terlebih dahulu benda penyebab pengkultusan keparat ini: tasbih keramatnya. Kini, sudah tiba saatnya aku menggunakan langkah yang paling bisu yang pernah ada—ilmu kanuragan yang kutekuni pada masa silam di belantara Hutan Panembahan. Tubuhku tidak akan terlihat sedang kakiku tetap melangkah tanpa mendepak permukaan tanah sama sekali. Aku siap menumpas kemungkaran! Sekarang, dini hari ini, derik jangkrik lebih nyaring

meraih pundakku. Aku terperangah. Bagaimana bisa tubuhku pada fase ini masih dapat tersentuh oleh sesuatu. Tidak mungkin. “Jika kau jatuh keserimpet sarung, apakah kau akan memutuskan untuk mengutuk-ngutuk sarungmu itu, yang tak lain adalah benda mati? Atau saat kau tersandung batu, apakah batu itulah yang akan kau caci maki?” Kalimat-kalimat itu deras sekali mengaliri loronglorong telingaku. Membuat mataku terbelalak. Aku ngeri sendiri. “Jangan salahkan tasbih, nanti lama-lama kau akan menyalahkan pembuat tasbih, lantas

lagi dari malam yang lalu. Pertanda baik bagiku, sebab semakin banyak orang yang terbisingkan telinganya akan berfikir dan merasa tenang bahwa tiada gangguan suara apa-apa selain krik-krik. Nah, saat ini aku sudah tiba di jendela, tempat kemarin di mana aku gagal—karena kegamanganku sendiri. Bintang-gemintang di atas sana sedang sembunyi, itu bagus buatku. Akan semakin sedikit saksi yang kelak menagih hukuman di alam nanti. Segala konsekuensi sudah siap ketempuh, apapun ongkosnya. Tidak sulit ternyata memasuki jendela nDalem keluarga Kyai ini. Ruang ini sengaja disepikan. Suwung. Tapi aku tak gentar sama sekali. Setelah bertempur dalam kubangan kegelapan, akhirnya kutemukan tasbih tua yang konon terbuat dari kayu Jati Kuno bahan pembuat Bahtera Nuh. Tasbih ini cukup menawan untuk kumiliki, batinku. Tidak, tidak. Kugelengkan kepala. Bukan aku jika masih kalah dengan buaian kelas teri macam ini. Sambil melangkah keluar melawan semilir arah angin gunung, aku berdesis lirih: ini tetap harus kumusnahkan. “Hey, anak muda! Apakah untuk melenyapkan jerawat, kau harus memotong kulit pipimu atau

menyalahkan pencipta bahan-bahan pembuat tasbih, Nakmas.” Satpam pesantrenku itu, tetap dengan wajah ramah dan teduh, memberondongiku dengan kata-kata tajam. Aku putuskan, tanganku meraih korek api baru tadi di saku bajuku. Dengan gemetar menahan jeri, kunyalakan korek lalu mendekatkannya ke tasbih keramat Kyai Danurejo. Aku harus membakarnya! “Percuma saja, Nakmas. Itu hal yang sia-sia.” Sialan, wajah Cak Kandar mengintimidasiku dengan senyumannya. Aku menjadi semakin gentar. Apalagi tasbih yang kupegang tak kunjung terbakar. Aku kikuk sendiri, lantas merinding terguncang, tanganku yang memegang seujung api mengenai sisi bajuku. Aku terbakar! Api sulutanku sendiri menjalar seperti ular. Merambati dan mengerubungi seluruh tubuhku. Aku teriak bak orang kerasukan. Aku… aku…. Akuu… bakar! Mojokerto, 7 Mei 2018 *Karya : Madno Wanakuncoro Nama pena dari Muhammad Naufal Waliyuddin. Santri kelahiran Mojokerto dan penulis yang gemar melukis, apalagi membaca. Suka kopi yang nggak banyak tingkah. Spesialis travelling tanpa rencana. Bisa diajak ngopi di Ig: @madno_wanakuncoro. Situs

bahkan memenggal kepalamu?” Tiba-tiba ada tangan

pribadinya: www.wanakuncoro.wordpress.com

40 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 32


Humor

Sujudnya Si Mbah Dengan Seekor Tawon

D

i sebuah perkampungan terdapat satu keluarga yang mana dikenal oleh penduduk sekitar sebagai salah satu keluarga yang taat beribadah. Sebut saja keluarga itu dengan nama keluarga si Mbah, di samping itu keluarga si Mbah juga merupakan keluarga yang penuh dengan humor, dengan adanya sikap yang saling menghargai antar sesama anggota keluarganya. Terkadang si Mbah memulai obrolan dengan mengajak kumpul bersama, dengan tipikal si Mbah yang dikenal humoris, membuat suasana menjadi cair akan gelak tawa yang membuat tali persaudaraannya menjadi harmonis. Keluarga si Mbah bisa disebut sebagai keluarga besar karena anggota keluarganya sangat banyak. Akan tetapi, karena anak-anaknya sudah mempunyai keluarga masing-masing, hanya sebulan sekali paling cepat mereka mengunjungi si Mbah. Kini hanya tinggal 5 beranggotakan keluarga saja, yang terdiri dari dua cucunya berusia 5 tahun yang bernama Coco dan Cece, yang paling penting keberadaan Sukmini bersama suaminya yang memilih untuk tinggal bersama si Mbah, bukan tidak mau bagi saudaranya yang lain tuk tetap tinggal bersama si Mbah karena memang tempat kerja mereka lumayan cukup jauh dengan tempat kediaman si Mbah. Pagi itu jam menunjukkan pukul 7: 30 WIB, si Mbah pun langsung bergegas dengan kebiasaan yang sudah lama dilakukannya yakni mendawamkan ibadah sholat dhuha. Si Mbah pun menuju kamar mandi untuk berwudhu, dan kedua cucunya pun hendak bermain ke lapangan dengan teman-teman sebayanya. Si Mbah pun menghamparkan sajadah panjangnya. Sepuluh menit kemudian kedua cucunya beranjak ingin berpamitan dengan si Mbah untuk bermain, tiba-tiba terdengar isakan suara tangis dengan suara lirih dan merintih. Coco dan Cece mendengarkan dibalik pintu kamar si Mbah dengan saksama. Selang dua menit kemudian keduanya pun menuju ke dapur ingin melaporkan kepada ibu dan bapaknya, ternyata bapaknya sudah berangkat ke kebun untuk berladang. Akhirnya, keduanya menceritakan apa yang ia dengar di balik pintu kamar si Mbah. Coco & Cece : Buuu....Ibuuuu !!! Ibu : Iyahhh ada apa Coco ceceee.. Coco & Cece : Kami berdua mendengar si Mbah sholat dhuhanya sambil nangis-nangis buu. Ibu : Bagus itu nak, tandanya si Mbah meresapi akan kandungan sholatnya. Coco & Cece : Tapi buu...tidak seperti biasanya si Mbah sampai nangis dengan penuh lirih.

41 Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 33


Humor Ibu Coco & Cece Ibu

: Iya juga yaa nak. : Yaudah kita ke kamarnya aja buu. : yaudah... hayuuu kita tengok ke kamarnya.

Setelah Coco dan Cece melaporkan kepada ibunya mereka langsung beranjak menuju ke kamar si Mbah untuk memastikan keadaan si Mbah dalam sholatnya. Sesampainya di balik pintu kamar, semuanya mendengarkan dengan saksama suara lirih si Mbah. Coco & Cece Ibu Coco & Cece

: ya kan buu si Mbah sambil nangis sholatnya. : Mungkin si Mbah lagi meratapi dosanya yang kini semakin beranjak usianya yang tidak muda lagi. : tapiii buu... coba perhatikan suaranya si Mbah, terasa beda dari yang biasanya.

Ibu

: Betul juga yaa nak, kalo begitu kita coba ketuk pintunya aja deh nak.

Setelah itu mereka mengetuk pintu kamarnya si Mbah dan menanyakan apakah terjadi sesuatu pada si Mbah. Akhirnya pintu kamar si Mbah tidak dikunci, dan mendekati si Mbah yang masih sujud dalam sajadah panjangnya. Ibu Coco & Cece Mbah Coco & Cece Mbah

: Mbah ada apa. Sudahlah mbah yang berlalu biarlah berlalu tak usah menyesali, kita pasrahkan saja semuanya kepada Allah. : iyaa mbah, kan kata mbah juga Allah mah Maha Penyayang dan Pengasih terhadap hamba-Nya. : Mbah nangis bukan karena apa-apa. : Terus Mbah menangis ketika sujud bukannya sambil berdoa??? : Mbah menangis bukan karena apa-apa, Mbah menangis karena ketika sujud pantat mbah disengat dengan se-ekor tawon Coco & Cece.

Mendengar perkataan si Mbah, seisi ruangan pun tak pernah sunyi akan humor dan gelak tawa karena gaya bicara si Mbah yang membuat anak dan kedua cucunya menjadi terpingkal-pingkal, meskipun dalam keadaan lirih akibat sengatan se-ekor tawon yang hinggap di pantatnya ketika sujud dalam sajadah panjangnya. Selepas itu si Mbah pun diobati oleh anaknya.

34 42 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Liputan Kemenag

Rangkaian Kegiatan Semarak Hari Santri Nasional 2018 Siapa yang tak mengenal Hari Santri? Mungkin bagi sebagian orang Hari Santri masih sedikit asing di telinganya. Pasalnya Hari Santri baru diresmikan beberapa tahun yang lalu. Namun bagi para santri, Hari Santri merupakan hari yang ditunggu-tunggu untuk bersama-sama memeriahkan seraya mengenang masa-masa perjuangan. Perlu diketahui, Hari Santri merupakan hari peringatan Resolusi Jihad yang pernah digalakan oleh para santri dan kyai untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Maka dari itu, dalam menghargai kemuliaan perjuangan tersebut, pada tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan tersebut dilaksanakan tahun 2015 oleh presiden Joko Widodo. Dengan ditetapkannya Hari Santri Nasional tersebut, Kementrian Agama (Kemenag) selalu menyiapkan kemeriahan untuk memperingatinya. Ahmad Zayadi, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag, menuturkan bahwa selama tiga tahun ini Kemenag selalu konsisten dalam memeriahkan perayaan Hari Santri. Sebagai salah satu bentuk apresiasi pemerintah atas jasa-jasa kalangan pesantren yang telah terbukti berkomitmen mengawal bangsa. Menurut salah satu mahasiswa Penerima Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB), M. Zidni Nafi’ mengungkapkan bahwa Hari Santri bukan hanya milik pesantren, tapi segenap bangsa Indonesia

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 35 43


juga memilikinya. Alasan penetapan Hari Santri berdasarkan fatwa resolusi jihad, dimana santri berhasil melawan penjajah yang hendak kembali mengambil kemerdekaan Indonesia. Puncaknya pada pengusiran penjajah pada tanggal 10 November yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. Pada tahun 2018, Hari Santri kembali dimeriahkan dengan berbagai lomba dan kegiatan. Tema, logo, serta rangakaian kegiatan telah di-launching pada tanggal 10 Agustus 2018. Tema Hari Santri 2018 adalah “Bersama Santri, Damailah Negeri”. Kemenag juga membuat rangkaian kegiatan untuk menuju Hari Santri. Kegiatan tersebut berlangsung mulai tanggal 29 Juli hingga 21 Oktober 2018 sebagai malam puncak. Rangkaian Kegiatan Menyambut Hari Santri 29 Juli - 28 September

Santri Millennial Competitions (Lomba Desain Meme, Video Iklan Masyarakat tentang Moderasi Islam, dan Video Lalaran Nadham Alfiyyah)

11 - 12 Agustus

Kopdar Akbar Santrinet Nusantara dan Car Free Day Bershalawat bersama Nissa Sabyan di Jakarta

29 & 31 Agustus

Pesan Trend (Ngaji kitab Ihya’ ulum al-din bersama Gus Ulil Abshar Abdalla) di Jakarta

September-Oktober

Pesantren Business Challenge (ajang pengembangan ekonomi dan bisnis di lingkungan pesantren)

18 – 20 September

Muktamar Pemikiran Santri Nusantara di Yogyakarta

19 September

Ketika Kyai, Nyai, Santri Berpuisi dan Pegon Exhibition di Yogyakarta

1 – 7 Oktober

Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) di Jambi

21 Oktober

Santriversary (Malam puncak Hari Santri) di Bandung

Malam puncak Hari Santri 2018 mengundang Presiden Joko Widodo serta para pejabat pemerintah pusat maupun daerah. Nissa Sabyan dan Musik Orkestra Santri juga akan mengiringi acara yang rencananya ditempatkan di Lapangan Gasibu, Bandung. Dengan rangkaian tersebut, diharapkan semua ikut berpartisipasi dan semangat dalam perayaan kali ini. “Saya berharap masyarakat, terutama kalangan pesantren, dapat antusias untuk mengikuti rangkaian kegiatan Hari Santri yang diadakan Kemenag,” ujar Zayadi. Di luar dugaan, masyarakat sangat antusias mengikuti rangkain kegitan Hari Santri Nasional dari awal hingga akhir. Seluruh rangkaian acara berlangsung dengan baik. Terutama dalam acara-acara yang dibintangi oleh Nissa Sabyan, yaitu acara Kopdar Akbar Santrinet Nusantara dan Car Free Day di Jakarta, serta malam puncak Hari Santri di Bandung. (Repoerter : Wilda. CSSMoRA UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2016) Dilansir dari web kemenag.go.ig

44 36 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Puisi

Hambar

Oleh: Mera Celleng

Segenap Pengabdian Oleh : Indah Al Aziz

Melangkah kaki ku meramu takdir Menjajaki tepian nasib yang Allah titipkan buatku Tersebutlah daku kini, seorang Santriwati Menyapa senyuman ustadz ustadzah nan penuh cinta Kaki ku bergegas menggapai kedinginan subuh Menyeruput wudhu untuk tahajud, niatku Lalu, Aku simpuh dengan tengadah, merendah, merebah Mencium puing-puing perasaan gundah Ingin ku berbagi pada Kyai Perihal langkah ku yang berkawat Menenggak hidup bermaksiat Entah berapa luka yang sering ku sayat Dengan aroma-aroma pemenuh dosa akhirat Aku t’lah terlibat keliru Pak Yai... Nista menempa perjalanan kaki pongah ku di bumi Allah ini Mencermati kehidupan ku yang berlanjut Berhusnuzon atas Allah yang ghafur dan rohim Hingga taubat ingin ku simpuh dengan teduh Menjiwai setiap pola cinta Ilahi Dengan menjadi jiwa pengabdi Atas nikmat-Nya yang harus ku pertanggung-jawabkan kini

Bintang melintang membentang... Cita-cita dikejar diberi umpan... Usaha lagi doa... Jatuh berdiri coba berusaha... Hasil Indah begitu nikmat... Hasil buruk perjuangan berkesan... Namun apalah daya... Bahkan dalam bersenggama... Juga mengangkat piala... Aku tidak merasakan apa2... Siulan2 layar begitu ramai... Bijak2 instan tercerai-berai... Luka mereka sebut derita... Plastik mereka anggap Baja... Seringkali lewat nikmat dunia... Kadangkali benar jatuh seperihnya... Kuasa Tak lagi berharga... Damai tujuan semata... Namun apalah daya... Bahkan setelah ditusuki... Dikecewakan sedalam bumi... Aku tidak merasakan apa2... Manusia senantiasa bimbang... Dalam ikatan mereka yang riskan... Keluarga terabaikan... Sahabat terlupakan... Kekasih tercampakkan... Tuhan terempatkan... Hingga merobohkan bangunan orang... Demi membangun kepribadian... Aku memang berdaya... Namun aku Tak bisa berniscaya... Karena aku hanya bisa berniscaya dengan cinta... Cinta telah tiada... Hambar, hasrat tinggalkan lapar... Tubuh tanpa nyawa... Aku hanya ingin hidup... Kembali... 06 April 2018

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 37


Panitia sirkumsisi dan penyuluhan 2017 Penyerahan sertifikat kepada kakak koas 2012 yang membantu melaksanakan sirkumsisi gambar

Prosesi sirkumsisi salah satu peserta

Penyerahan sertifikat kepada yayasan panti asuhan Nurul Ikhwan oleh ketua pelaksana

38 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 39


Menerima Kunjungan CSSMoRA UIN Sunan Gunung Djati ke Yogyakarta

Kajian Islam Anak dalam Rangka Isra’ Mi’raj

CSSMoRA mengikuti Kegiatan Halaqah Santri Nusantara bersama Menteri Agama

Kegiatan Harlah CSSMoRA di UGM

Rihlah Alamiyah CSS UIN Sunan Kalijaga

Bakti Sosial dan Festival Budaya

Musyawarah Besar (Mubes) dan Pemilihan Umum (Pemilu)

Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN)

40 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Cerdas Cermat Falak Antar Angkatan CSSMoRA UIN Walisongo

Pengukuran Arah Kiblat Masjid dan Mushalla oleh Tim Hisab CSSMoRA UIN Walisongo

Outbond Seluruh Angkatan CSS UIN Walisongo

Mengawal Pelaksanaan Tes PBSB 2018 di MAN 1 Semarang

Berpartisipasi dalam Car Free Day di Simpang Lima kota Semarang

Musyawarah Besar CSSMoRA UIN Alauddin Makassar 2018

Penyambutan secara Resmi Mahasantri baru PBSB UIN Alauddin Makassar 2018

Musyawarah Kerja Pengurus CSSMoRA UIN Alauddin Makassar

Perkenalan Mahasantri Baru PBSB 2018 bersama keluarga CSSMoRA UIN Alauddin

Musyawarah Kerja Pengurus CSSMoRA UIN Alauddin Makassar

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 41


Kegiatan Medical Checkup Anniversary CSSMoRA UINMA ke-9

Kegiatan Outbond Anniversary CSSMoRA UINMA ke-9 Workshop Kepenulisan BSO Lensa CSSMoRA UINMA

Kegiatan Khotmul Akbar Anniversary CSSMoRA UINMA ke-9

Kegiatan Galang Dana Dept. Sosling CSSMoRA UINMA

Bakti Sosial Cek Kesehatan Gratis UNISMA (2)

Bakti Sosial Cek Kesehatan Gratis UNISMA (1) Bakti Sosial Cek Kesehatan Gratis UNISMA (3)

Bakti Sosial Cek Kesehatan Gratis UNISMA (5)

Bakti Sosial Cek Kesehatan Gratis UNISMA (4)

42 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Pembukaan Matrikulasi Anggota CSSMoRA ITS 2018

Game Refreshing Mahasantri 2018

Outbond Mahasantri 2018

Workshop Pengembangan Kapasitas Pengelola Pendidikan Diniyah: Basis Data Pondok Pesantren

Tutor Matrikulasi 2018

Kegatan Kajian Komunal CSSMoRA UIN Sunan Ampel

Donasi Buku ke Taman Bacaan Masyarakat “Kawan Kami� Surabaya

Penyambutan Mahasiswa Baru angkatan 2018 CSSMoRA UIN Sunan Ampel

Kegiatan CSS Mengabdi

Lomba Senam Antar-Angkatan CSSMoRA UIN Sunan Ampel

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 43


Penjelasan Proker Masing-Masing PT dalam Acara Penyambutan CSSMoRA UIN Malang

Foto Bersama dalam Acara Penyambutan CSSMoRA UIN Malang

Kegiatan Cek Kesehatan Gratis CSSMoRA Universitas Airlangga (Tampak Atas)

Kegiatan Cek Kesehatan Gratis CSSMoRA Universitas Airlangga (Tampak Samping)

Khatmil Qur’an dan dan Silaturahim ke Pondok Pesantren Al-Payage

Peringatan Hari Lahir CSSMoRA ke-10

Pelantikan Pengurus CSSMoRA Universitas Cendrawasih

Bakti Sosial CSSMoRA Universitas Cendrawasih

44 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Catatan Alumni

Fadhli Lukman: Santri Millenial dan Tanggung Jawab Sosial kepiawaiannya dalam menulis, kak Fadli telah berhasil menorehkan berbagai prestasi khususnya di bidang akademik, seperti dengan menjadi pembicara dalam Hai sahabat SANTRI di manapun berada. Kali

berbagai acara konferensi, mulai tingkat nasional

ini kita akan berkenalan dengan salah seorang tokoh

hingga internasional. Diantaranya ialah dengan

yang sangat inspiratif, yaitu kak Fadhli Lukman. Pria menjadi pemakalah dalam Annual International kelahiran Matur, 17 Juni 1990 ini merupakan salah

Conference on Islamic Studies 14 di Balikpapan, 21-24

satu Alumni Penerima Beasiswa Santri Berprestasi

November 2014 dengan judul makalah “Madrasah

(PBSB) dari Kementerian Agama angkatan 2008, yang

and Mudawarah: Historical Analysis on Veiling in

saat ini sedang menempuh studi S3 di Universitas

West Sumatera”, pemakalah dalam International

Freiburg, Jerman. Dan yang perlu kalian ketahui juga, Seminar Living Phenomena of Arabic Language and kak Fadli juga merupakan eks Pemimpin Umum (PU) the Qur’an Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Majalah SANTRI periode 2011-2013. Ia merupakan

Dahlan dan University of Malaya pada tanggal 7 Mei

alumni Pondok Pesantren Sumatera Thawalib

2014 dengan judul makalah “Kristen Menurut Al-

Parabek yang terletak di Kota Bukittinggi, Sumatera

Qur’an dalam Pendekatan Reader Response Jane

Barat. Setelah mengenyam Pendidikan selama enam Dammen Mcauliffe, dan Pemakalah dalam Annual tahun di pondok, takdir mengantarkannya untuk International Conference on Islamic Studies ke-13 ngampus di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

(AICIS) oleh Kementerian Agama Republik Indonesia

Yogyakarta dengan mengambil jurusan Tafsir Hadis

di IAIN Mataram 18-21 November 2013 dengan

di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam.

judul makalah Jane Dammen McAuliffe’s Thought on

Terlahir sebagai generasi yang hidup di

Qur’anic Presentation to the Bible.

era milennial, kak Fadhli benar-benar giat untuk

Baginya, santri itu tidak hanya berkutat

mengembangkan potensi dirinya dengan segala

seputar persoalan kitab saja, melainkan juga harus

tantangan zaman yang menghadang. Berbekal

mampu beradaptasi dengan dunia luar dan mampu

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 45


Catatan Alumni menghadapi persoalan-persoalan terkini. Hal itu ia buktikan dengan menulis berbagai karya tulis

arus budaya luar.� Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa

yang membahas persoalan-persoalan dalam agama santri memiliki tanggungjawab yang besar untuk berikut pemecahannya secara ilmiah, dan berhasil

menjaga dan memperkokoh eksistensi nilai-nilai

diterbitkan di jurnal-jurnal dan majalah ternama, internal bangsa dari potensi pergeseran yang datang seperti jurnal Suhuf, jurnal Esensia, jurnal al-Aqidah, dari budaya luar. Sebagaimana yang kita saksikan jurnal an-Nur, dan majalah SANTRI. Selain jago

di era millenial ini, persinggungan antara budaya

dalam menulis, kak Fadli juga menguasai Bahasa

internal bangsa dengan budaya dari luar hampir

Inggris dan Bahasa Arab secara aktif maupun pasif.

tidak dapat dielakkan lagi, bahkan dapat dikatakan

Sehingga dengan bekal kemampuan menulis dan

telah berbaur satu sama lain dalam satu waktu yang

berbahasa asing ini ia mampu melanjutkan studi

bersamaan. Tidak ada lagi batas-batas yang pasti

S3-nya di Universitas Freiburg, Jerman di usia yang

antara keduanya. Sehingga jika hal ini tidak disikapi

masih sangat muda, yaitu 28 tahun. Hal ini sekaligus

dengan bijak, bukan tidak mungkin bangsa Indonesia

membuktikan bahwa seorang santri juga mempunyai

akan kehilangan identitas kebudayaannya yang

peluang untuk melanjutkan kuliah negeri ke belahan

luhur. Maka dalam hal ini, santri sebagai subyek yang

bumi manapun, bahkan hingga ke negeri Barat.

dididik dan dibekali dengan pengetahuan agama dan

Berbicara tentang bonus demografi, Kak Fadli

moral harus mampu berdiri di garda terdepan dalam

merumuskan sebuah paradigma baru yang dapat

menjaga nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa agar

memperteguh peran santri dalam meyongsong

terhindar dari potensi pergeseran dari arus budaya

bonus demografi di Indonesia yang diperkirakan

luar, sebagaimana yang diungkapkan oleh kak Fadli

mencapai puncaknya di tahun 2030 nanti, ia

Lukman.

mengatakan demikian,

Oleh karenanya, seorang santri harus selalu

“Pertumbuhan demografi masyarakat Indonesia

berupaya untuk mengukir prestasi demi prestasi,

berarti perluasan ruang lingkup tanggung jawab

baik dalam ranah akademik maupun non-akademik,

para santri dalam tugasnya untuk transformasi

sebagai salah satu bentuk aksi nyata dalam rangka

struktur sosial dan pada saat yang sama bermakna

mempersiapkan diri menyongsong bonus demografi

peningkatan beban untuk memperteguh budaya,

Indonesia.

nilai-nilai filosofis, dan identitas internal dalam rangka menghadapi potensi-potensi pergeseran dari

Oleh: Hamdi Putra Ahmad. CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga angkatan 2015.

46 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Kisah Inspiratif

“ASA� Aku pernah membaca kisah tentang wanita yang

menjadi lautan rindu, mega merah terhampar di

maraton membagi waktu untuk sekolah dan bekerja, mata menjadi kenyataan pilu, dan hari-hari berisi wanita yang menenggelamkan diri di sungai dari pagi

jadwal nelangsa.

hingga petang untuk mendulang timah, atau wanita

Pernah, di satu pagi yang syahdu, aku duduk

kuli panggul yang mengangkat berkarung-karung

bergabung menemaninya memandang hamparan

beras setiap harinya.

langit di teras kelas. Ia menoleh, melemparkan

Di Madrasah Aliyah tempatku mengenyam senyum, kemudian kembali memandang birunya ilmu, aku membaca keberanian berkorban serupa

langit pagi.

itu setiap hari di binar mata seorang gadis. Binar

Ia adalah gadis yang cerdas dan periang, juga

mata yang juga menanggung lelah atas kerinduan

puitis. Setiap pertanyaan ia jawab dengan cepat dan

utuhnya sebuah keluarga. Meski gelar broken home tepat, terutama pada mata pelajaran matematika. telah disandangnya sejak 8 tahun yang lalu, namun

Gadis itu berbeda dari kebanyakan teman-temannya,

tekadnya untuk mewujudkan seabreg impian tak

ia tak punya banyak waktu untuk bersenda gurau,

mengenal kosakata tumbang. Kenyataan ini aku

atau sekedar berbincang ringan, sebab waktu-waktu

dapatkan saat momen pelepasan. Sebuah buku istirahat ia gunakan untuk berkeliling menghampiri mungil kutemukan tergeletak di bangku tak jauh dari

setiap kelas, taman, dan juga teras masjid, menjajakan

tempat dudukku.

kue kering, hal itu ia lakukan setiap hari.

Tidak utuhnya sebuah keluarga tak pernah

Begitulah aku mengenalnya hingga tiba di

menjadi harapan bagi gadis itu, juga anak manapun

ujung momen pelepasan, saat sebuah buku mungil

di dunia ini. Saat sepasang retina jauh menerawang

menggodaku untuk membukanya lembar demi

teman sebaya yang mengayunkan tangan ayah dan

lembar. Ketika aku mengembalikan buku tersebut,

ibunya, saat itulah hujan berteduh di bawah alis

ia menatapku hangat, tidak ada rasa marah pada

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 47


Kisah Inspiratif air mukanya. Dan saat kutanyakan beberapa hal, dia

manusia yang terbatasi rasa ketidak adilan yang

menjawabnya tanpa beban. Aku mengamati gadis itu,

dia ciptakan sendiri. Gadis tersebut mengerti betul

terlihat jelas kepedihan mencumbunya sepanjang

bagaimana melihat kepayahan dari sudut pandang

hidup. Menceraikan kepedihan dalam hidupnya

dan pemahaman yang berbeda, agar kita paham,

bak menceraikan pahit dari mengkudu. Netranya

setiap peristiwa mengandung hikmah dan melahirkan

melempar jauh ke angkasa, polos namun berbinar.

bahagia, kita tidak bisa melupakan segala karunia-

Tak dapat kutahan, tanggul di kedua mataku jebol.

Nya hanya karena ujian menyapa.

Gadis itu menatapku semakin hangat, menghapus

Duri-duri yang menusuk kehidupannya justru

bulir bening di pipiku dengan ujung kerudungnya.

membuat gadis itu semakin melejit. Meronta dan

Tapi bukannya berhenti dari tangis, air mataku justru

memberontak dengan penuh keyakinan sepenuh-

semakin mengalir deras. Pada saat yang seharusnya

penuhnya, bahwa nasib akan berpihak padanya.

aku menghiburnya, justru dialah yang menghiburku.

Gelombang kehidupan yang menerpa tidak

Gadis itu menceritakan beberapa kisah hidup dan

lantas menghentikan keinginan gadis itu untuk

seabreg mimpi-mimpinya.

terus melanjutkan pendidikan. Meski hari-harinya

Menyadari bahwa hubungan orang tuanya tidak

penuh dengan melodi pertengkaran, meski malam-

harmonis, ekonomi keluarga yang tidak mumpuni,

malamnya dininabobokan tangisan, namun hal itu

belum lagi 3 adik yang masih kecil yang juga berada

tidak membuatnya tumbang.

dalam tanggung jawabnya. Melindungi adik-adiknya

Di satu kesempatan ia pernah bertutur padaku,

dari trauma keluarga sudah menjadi kewajiban

“Kau tahu, Nai? Pahit manis kehidupan adalah

gadis tersebut. Setiap harinya ia harus menghibur

satu kesatuan, tidak bisa terpisahkan. Tapi tidak

dan meyakinkan 3 malaikat kecilnya bahwa semua mengapa, itu adalah tanda hidup yang sempurna. akan baik-baik saja, bahwa ayah dan ibu hanya

Pahit manisnya nikmati saja, karena peristiwa selalu

sedang bercanda. Menyadari semua kenyataan

menyimpan hikmah, tugas kita adalah menemukan

itu, menyadari bahwa dirinya tengah berada dan belajar darinya�. Berhenti sejenak, lalu gadis itu dalam samudera penuh gelombang, ia berusaha

melanjutkan, “Semburat fajar mengawali kehidupan

menjadi penyelam ulung, menjadi tangguh. Tak hingga senja sempurna ditelan malam, siklus pernah terbesit sedikitpun dalam benaknya untuk

kehidupan terus berjalan meski terkadang tak sesuai

menikmati zona nyaman, gadis itu paham betul,

harapan, teruslah mengulum senyum ketabahan,

bukan kehidupan yang tidak adil, hanya saja pikiran

jangan takut dan jangan bersedih, kita punya Tuhan

48 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Kisah Inspiratif yang Maha Pengasih�. Gadis itu mencoba memahami luka dari sudut pandang yang berbeda. Gelar broken home yang ia sandang justru mengubah pandangannya tentang hidup. Alinea demi alinea ia telusuri dengan debar cinta, rumus demi rumus ia tekuni. Bekerja dan menabung untuk bekal kuliah ia tabahi. Setelah lulus dari Madrasah Aliyah, ia melanjutkan bekerja, setelah tabungannya tercukupi untuk bekal kuliah, ia mendaftarkan dirinya di sebuah perguruan tinggi di Banten. Semesta pun mengamini kerja keras dan kesungguhannya. Kehidupan tidak lain hanyalah safar. Rangkaian prolog melukis praduga, hampa disaat diri menerka. Masa bagai liliput kecil yang berjalan di labirin safar, melukis episode yang tak dapat dijabarkan, mematahkan sendi-sendi dinamika kehidupan, terkadang tegak kembali dalam dimensi harapan. Setiap episode bagai barisan aksara yang tersusun indah, membentuk harmoni dalam melodi.

Dalam buku mungilnya kutemukan beberapa puisi, di antaranya: Ketika angin berbisik Kita tak perlu jatuh lalu rebah di tanah Ketika matahari berkoar Kita tak perlu menguap lalu lenyap Karena kita bukan embun Yang ditakdirkan hanya untuk melewati pagi Ketika gelap bertandang Kita tak perlu tenggelam lalu hilang Ketika sunyi menghampiri Kita tak perlu meredup lalu padam Karena kita bukan matahari Yang ditakdirkan hanya untuk melewati siang Jangan merasa terbunuh pagi Jangan merasa terenggut fajar Karena kita bukan rembulan Yang ditakdirkan hanya untuk melewati malam Kita.. Pemenang dalam segala dimensi ruang dan waktu

Dan gadis menginspirasi itu...., Panggil saja Asa.

Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 49


DAFTAR DISTRIBTOR MAJALAH SANTRI VOL. 9 • UIN Makassar • Muhammad Aqsha S : 085222577012

• UIN Malang • Dzikrul H Tafuzi Mu’iz : 085875696015

• Rasyidah Auliyah : 082291436413 • Institut Pertanian Bogor • UIN Sunan Kalijaga

• M. Risqi Maulana : 08986940893

• Nuzul Fitriansyah : 0895371838814 • Ahmad Ahnaf Rafif : 081293709875

• UIN Sunan Gunung Djati

• M. Bahruddin Syafi’i : 081235150510

• Atsania Az-Zahroh : 082321452954

• Alif Jabal Kurdi : 081328247894

• Indah Nur Aziz : 085271800703

• Fikru Jayyid Husein : 081243058453

• Nur Hardianti : 087877176737

• Febrian Candra : 085713119120

• Rahimah Andesmi : 082385505469 • M. Fahri Yahya : 085759620095

• UIN Sunan Ampel • Fathur Syah Alam : 085335649786

• Imam Khoiri : 085801194115 • M. Rifki Hardiyansyah : 082237050142

• Jazilatun Niska : 0895349734906 • Firda Rodliyah : 085606126327

• UIN Syarif Hidayatullah

• Zuhrotun Nisak : 085235625297

• Manadzhir Mahalli : 085892782963

• Fajar Ardiansyah : 082184116194

• Nuri Zayanah : 085746821974

• Farradilla Inayatul A : 085335688903

• Windi Wiyarti : 082381994430

• Nurhadijah : 085645532068

• Wilda : 083896091352 • Retno Palupi Miftahul A : 085774446418

• UIN Walisongo • Furhatul Khoiroh Amin : 085217093295

• Universitas Pendidikan Indonesia

• Ana Risalatul Fitriyah : 085777598076

• Matahari : 081374989361

• Triyatno : 085326850421

• Fajri Karimatul Akhlaq : 081572572962

• Harlianor : 082250288800

• Eka Astri Devi : 0 82135773293

• Nadaa Dhiya Ulhaq : 082385365799 • Umi Latifah : 085747563918 • Melda Rahmaliatul A : 082383522658

• Universitas Gadjah Mada • Taufiq Alhafizh : 082280538231 • Khusana Anik : 081903189474

• Universitas Airlangga • Ziddan Zaelani : 08992922348 • Khilyatud Diniyah : 085857328696

• Universitas Cendrawasih • Muchammad Aziz Fauzi : 081247330549 • Kurnia Salmiyati : 082197994095

50 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Majalah Santri I Vol 9 I April 2019 I 51


52 I Majalah Santri I Vol 9 I April 2019


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.