Kajian Kepindahan Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) Cirebon

KAJIAN KEPINDAHAN KAMPUS CIREBON

A. Latar Belakang Institut Teknologi Bandung (ITB) merupakan perguruan tinggi yang berkomitmen untuk mengembangkan secara aktif ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dalam menjalankan komitmen ini, ITB menetapkan Rencana Induk Pengembangan (RENIP)1 2006-2025 sebagai landasan pengembangan institusi jangka panjang. Kebijakan pengembangan institusi merupakan bagian dari Strategi Jangka Panjang ITB untuk mencapai visi sesuai RENIP. Pengembangan multi kampus sebagai salah satu bentuk strategi pengembangan institusi bertujuan untuk meningkatkan peran ITB dalam membangun riset yang unggul di masa depan, berkontribusi dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas (teknologi) dengan skala regional maupun nasional.

Pengembangan multi kampus ITB Arjawinangun (Cirebon) dinilai dapat membuka kesempatan bagi masyarakat yang berdomisili di Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan untuk mendukung pengembangan potensi daerahnya masing-masing dan sumber daya manusianya melalui ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Hal tersebut telah disampaikan oleh Rektor ITB Reini Wirahadikusumah, bahwasanya kampus ITB Jatinangor dan Arjawinangun ditetapkan sebagai kampus yang memprioritaskan kegiatan tridarma untuk kemajuan masyarakat2. Program studi yang ditawarkan di ITB Arjawinangun pun, di antaranya Program Studi Sarjana Teknik Industri, Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota, Sarjana Kriya, dan Sarjana Teknik Geofisika, sudah disesuaikan dengan konteks pengembangan Ciayumajakuning, antara lain manufaktur, maritim, agroindustri, dan industri kreatif.

Selain untuk meningkatkan kontribusi ITB sebagai perguruan tinggi berbasis teknologi, alasan lain ITB mendirikan multi kampus ini adalah untuk menampung lebih banyak mahasiswa. Kampus ITB Ganesha sendiri dinilai sudah terlalu penuh sehingga

Multikampus, diakses dari https://www.itb.ac.id/multikampus, pada tanggal 27 Desember 2021 Kesempatan Emas Masyarakat Jabar Berkuliah di ITB Kampus Cirebon, diakses dari https://admission.itb.ac.id/home/berita/press-release-itb-kampus-cirebon, pada tanggal 27 Desember 2021 1 2

jumlah kuota mahasiswa sekarang ini sudah tidak bisa ditambah lagi. Muhamad Abduh, selaku Wakil Rektor Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan ITB periode 2020-2025, menyatakan bahwa alasan dikembangkannya multi kampus adalah untuk meningkatkan kapasitas ITB dalam membantu memajukan Indonesia.3 Seluas

30

hektar lahan

akan dibangun untuk kampus Arjawinangun.

Pembangunan kampus ini dibagi menjadi dua tahap, yakni untuk tahap pertama ada seluas 17 hektar sementara untuk ptahap kedua ada sebesar 13 hektar4. Pada kegiatan akademik semester II-2021/2022, ITB akan mulai membuka kampus Arjawinangun untuk kegiatan akademik luring. Namun, pada praktiknya keadaan aktual mengenai kampus Arjawinangun sendiri masih berada dalam kondisi memprihatinkan. Minimnya akses transportasi akan menghambat mobilitas sivitas akademika yang berada di kampus tersebut. Kesiapan fasilitas pendukung berupa gedung yang memadai pun perlu dipertanyakan dalam hal infrastruktur dan aspek-aspek lainnya.

B. Teori dasar Menurut Imamul Arifin dan Giana Hadi W dalam buku Membuka Cakrawala Ekonomi, terdapat tiga kebutuhan pokok manusia, yakni sandang, pangan, dan papan.

Kebutuhan ini merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi oleh manusia untuk bisa bertahan hidup. Tentunya, usaha manusia untuk bertahan adalah sebuah kodrat alam sebagai insting alami, tidak terkecuali mahasiswa. Menurut Sadono Sukirno dalam bukunya yang berjudul Pengantar Mikro Ekonomi (1997:5), kebutuhan dalam lingkup ekonomi konvensional mencerminkan bahwa kebutuhan merupakan keinginan manusia untuk bisa memperoleh sarana tertentu, baik barang maupun jasa.

Selain itu, Abraham Maslow menyinggung kebutuhan pokok manusia dengan hierarki kebutuhan manusia dengan kebutuhan fisiologis, seperti sandang, pangan dan papan di lingkungan kampus seperti infrastruktur yang sudah siap dan jalur transportasi 3

Bangun Multi Kampus, ITB Sudah Siap Belum?, diakses dari https://issuu.com/babiari/docs/boulevard_83_-_peka_juni_2020/s/10692451, pada tanggal 27 Desember 2021 4 Pembangunan Kampus ITB Cirebon Hampir Selesai, Ada Prodi ini, diakses dari https://www.google.com/url?q=https://www.radarcirebon.com/2021/11/01/pembangunan-kampus-itb-cirebon-hampi r-selesai-ada-prodi-ini/&sa=D&source=docs&ust=1640711399034663&usg=AOvVaw11xDSuAl2PfacSGP48ZMv m, pada tanggal 28 Desember 2021

yang mendukung kehidupan mahasiswa. Dasar hierarki ini akan menyokong kebutuhan-kebutuhan dasar mahasiswa lainnya seperti stabilitas sosial dari bertumbuhnya lingkungan hidup dan masyarakat di sekitar kampus.

Bagian ketujuh dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi menjelaskan lebih rinci mengenai standar sarana dan prasarana pembelajaran. Standar sarana pada pasal 34 paling sedikit terdiri atas: 1. perabot; 2. peralatan pendidikan; 3. media pendidikan; 4. buku, buku elektronik, dan repositori; 5. sarana teknologi informasi dan komunikasi; 6. instrumentasi eksperimen; 7. sarana olahraga; 8. sarana berkesenian; 9. sarana fasilitas umum; 10. bahan habis pakai; dan 11. sarana pemeliharaan, keselamatan, dan 12. keamanan.

Selain itu standar prasarana pembelajaran dijelaskan pada pasal 35 yang terdiri atas: 1. lahan; 2. ruang kelas; 3. perpustakaan; 4. laboratorium/studio/bengkel kerja/unit produksi; 5. tempat berolahraga; 6. ruang untuk berkesenian; 7. ruang unit kegiatan mahasiswa; 8. ruang pimpinan Perguruan Tinggi; 9. ruang Dosen; 10. ruang tata usaha; dan 11. fasilitas umum.

Fasilitas umum yang dimaksud adalah jalan, air, listrik, jaringan komunikasi suara, dan data. Selain itu, pasal 39 juga menyebutkan sarana dan prasarana standar untuk mahasiswa berkebutuhan khusus.

Riset di CSU (California State University)5 sudah meneliti mengenai kebutuhan utama para mahasiswa. Dari hasil riset mereka, dibuktikan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi mahasiswa, khususnya pada aspek akademik dan kehidupan personal di kampus. Makanan dan tempat tinggal menjadi dua faktor utama mahasiswa sangat pentingkan dalam kehidupan kampus. Hal ini dibuktikan bahwa dari riset tersebut terdapat korelasi antara kepuasan hidup akademik dan personal mahasiswa dengan kesejahteraan makanan dan tempat tinggal di sana.

Hasil riset di CSU dapat digunakan untuk konteks keberadaan Kampus Arjawinangun. Apabila kampus tersebut tidak memiliki sarana utama seperti makanan dan tempat tinggal yang cukup bagi mahasiswa, tentu hal ini akan berdampak negatif terhadap kehidupan mahasiswa. Faktor-faktor lain, seperti tempat perbelanjaan, hiburan dan kebutuhan lainnya tentu juga diperlukan untuk memuaskan kebutuhan mahasiswa.

Namun, apabila kedua faktor yang disebut tidak dipenuhi, dapat disimpulkan mahasiswa di Kampus Arjawinangun akan mengalami kesulitan.

C. Kondisi aktual Kementerian Advokasi Kebijakan Kampus, Kabinet KM ITB 2021/2022 “Akar Asa” melakukan survei kondisi Kampus Arjawinangun pada hari Sabtu, 18 Desember 2021 ketika dilaksanakan Pameran Kriya Eco Week. Pada survei kali ini, surveyor mengambil beberapa gambar dokumentasi mengenai kampus Arjawinangun.

5

Rashida Crutchfield and Jennifer Maguire, Study of Student Basic Needs (Long Beach: California State University Office of the Chancellor), https://www.calstate.edu/impact-of-the-csu/student-success/basic-needs-initiative/Documents/BasicNeedsStudy_pha seII_withAccessibilityComments.pdf (diakses 27 Desember 2021), hlm. 38.

Gambar 1. Ruangan Dosen Kriya

Gambar 2. Ruangan TU Kriya

Gambar 3. Salah Satu Ruangan Kelas

Gambar 4. Ruangan Kelas Kriya

Gambar 5. Rubanah (Basement) di Bawah Gedung Kuliah Umum (I)

Gambar 6. Rubanah (Basement) di Bawah Gedung Kuliah Umum (II)

Gambar 7. Running Track

Gambar 8. Lapangan Basket

Gambar 9. Ruang Sekretariat Himpunan

Gambar 10. Kondisi Sekitar Kampus Arjawinangun (I)

Gambar 11. Kondisi Sekitar Kampus Arjawinangun (II)

Gambar 12. Kondisi Sekitar Kampus Arjawinangun (III)

Gambar 13. Kondisi Sekitar Kampus Arjawinangun (IV)

Dari gambar-gambar yang diambil pada survei pertama, dapat terlihat bahwa dalam beberapa aspek fasilitas sudah tersedia, namun belum maksimal seperti ruang kelas, ruang studio dan laboratorium, serta sarana olahraga. Namun, ada beberapa aspek yang masih belum dapat dikatakan siap untuk menunjang perkuliahan, seperti kondisi jalan kampus yang masih belum siap digunakan baik oleh pejalan kaki maupun kendaraan bermotor, sisa-sisa proyek yang belum selesai, dan sebagainya.

Pada kesempatan lain, tim Majalah Ganesha - KSSEP ITB melakukan survei terpisah Kampus Arjawinangun pada hari Sabtu, 25 Desember 2021. Tim Majalah Ganesha - KSSEP tidak diperkenankan masuk ke kompleks Kampus Arjawinangun dengan alasan masih merupakan proyek yang belum selesai dan hanya yang memiliki surat tugas yang diperbolehkan masuk. Tim Majalah Ganesha - KSSEP ITB selanjutnya melakukan survei kondisi sekitar Kampus Arjawinangun. Untuk memperjelas, terdapat citra Google Earth dengan indeks yang dapat membantu visualisasi.

Gambar 14. Citra Google Earth Warna biru dengan simbol kasur menandakan tempat tinggal (indekos atau penginapan lainya) terdekat. Terlihat dari penanda satuan di bawah kanan bahwa jarak terdekat kampus Arjawinangun (ditandakan dengan pin merah dengan titik gelap) berjarak lebih dari satu kilometer dari tempat tinggal terdekat. Kemungkinan tempat tinggal terdekat adalah Desa Arjawinangun yang berjarak dua kilometer (diukur dari pintu gerbang

Kampus Arjawinangun ke alun-alun dan Kantor Desa Arjawinangun). Warna hijau dengan simbol sendok dan garpu menandakan tempat makan. Terlihat juga meskipun tempat makanan cukup dekat dengan kampus Arjawinangun (dengan jarak terdekat 200 meter), jumlah sarana makanan di luar ITB sangatlah terbatas dalam satu kilometer dari kampus (total 7 yang terdeteksi). Tempat sarana makanan yang terdeteksi pada google earth juga belum dapat terjamin higenitasnya bagi civitas akademika ITB. Fasilitas perbelanjaan sederhana seperti minimarket (ditandai dengan warna merah dengan simbol centang), masih berjarak sekitar 400 meter dari kampus ITB. Fasilitas kesehatan terdekat adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arjawinangun yang berjarak kurang lebih 1.5 kilometer dari gerbang depan Kampus Arjawinangun. Berikut adalah tangkapan layar jarak Kampus Arjawinangun ke Kampus Ganesha.

Gambar 15. Citra Google Maps Jarak Kampus Arjawinangun dari Kampus Ganesha, jika ditempuh melalui transportasi darat, adalah sebesar 143 kilometer, atau sebesar 196 kilometer jika melalui jalan tol.

Kondisi tempat tinggal yang disebutkan juga berpotensi tidak dapat menampung jumlah mahasiswa-mahasiswa ITB yang akan belajar pada semester mendatang. Tempat makan sekitar juga tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan makanan mahasiswa ITB. Tempat perbelanjaan (minimarket atau toko kelontong) memiliki lokasi yang jauh dari kampus sehingga tidak praktis. Pasar Induk Ciayumajakuning, pasar terdekat kampus, tidak dapat dianggap sebagai pasar untuk mahasiswa karena kondisinya yang kosong dengan

toko-toko setempat menawarkan komoditas yang tidak berhubungan dengan aktivitas kemahasiswaan (contohnya batu-batuan, peralatan rumah tangga, dan ban mobil).

D. Membandingkan Kampus Arjawinangun dengan Kampus Jatinangor

Pembanding

Kampus Arjawinangun

Kampus Jatinangor

Jarak ke fasilitas

1 kilometer ke RSUD

3.3 kilometer ke RSU AMC

kesehatan

Arjawinangun

Jarak ke tempat

2 kilometer ke alun-alun dan

Rata-rata 1-2 kilometer ke

tinggal (indekos)

Kantor Desa Arjawinangun

indekos yang biasa digunakan

(terdapat indekos di sekitar sana) Jarak ke tempat

Pada radius 500 meter dari

Pada radius 500 meter dari

makan

gerbang tidak terdapat tempat

gerbang banyak terdapat

makan, jika pun ada belum

tempat makan

terjamin kehigienisannya Jarak ke toko

Berjarak 500 meter dari

Berjarak 400 meter dari toko

kebutuhan pokok

minimarket

serba ada (toserba) dan 700 meter dari minimarket

Fasilitas

Tidak ada angkutan umum

Terdapat trayek angkutan

transportasi

yang berjarak dekat (angkot

umum dan daring yang rutin

atau bus) maupun angkutan

melewati gerbang depan

daring

Kampus Jatinangor

Perlu diingat bahwa Kampus Jatinangor diresmikan pada tahun 20156 dengan kondisi 6

wilayah

perkuliahan di

Jatinangor sudah

terlebih

dahulu dikelilingi

Gubernur Jabar dan Rektor ITB Resmikan Masjid dan Sarana Prasarana ITB Jatinangor, diakses dari

https://www.itb.ac.id/berita/detail/4620/gubernur-jabar-dan-rektor-itb-resmikan-masjid-dan-sarana-prasar ana-itb-jatinangor, pada tanggal 27 Desember 2021

kampus-kampus dari perguruan tinggi lain, seperti Universitas Padjadjaran, Institut Pemerintahan Dalam Negeri, dan Institut Manajemen Koperasi Indonesia. Dengan sudah berdirinya terlebih dahulu perguruan-perguruan tinggi lain, lingkungan penyokong perkuliahan seperti tempat tinggal, tempat makan, dan sebagainya sudah terlebih dahulu hadir, sehingga mahasiswa ITB Jatinangor ketika pertama kali berkuliah di Kampus Jatinangor sudah memiliki penyokong. Berbeda dengan Kampus Arjawinangun karena Kampus Arjawinangun adalah kampus pertama yang berdiri di wilayah Arjawinangun, sehingga lingkungan penyokong perkuliahan baru dapat terbangun oleh Kampus Arjawinangun. Selain itu, Kampus Jatinangor hanya berjarak 5.6 kilometer dari batas Kota Bandung, sedangkan Kampus Arjawinangun berjarak 23 kilometer dari batas Kota Cirebon.

E. Kesimpulan Dari pemaparan di atas, kami dapat menyimpulkan beberapa hal : 1. Kondisi Kampus Arjawinangun per hari Sabtu, 25 Desember 2021 sebetulnya sudah cukup layak dengan catatan untuk dijadikan tempat perkuliahan karena cukup memenuhi kriteria kelayakan sandang, pangan, maupun papan terutama jika dikontekstualisasi dengan kondisi Kampus Jatinangor 2. Dalam rangka menciptakan kondisi perkuliahan baik akademis maupun non akademik yang baik, Institut Teknologi Bandung perlu menyediakan wadah yang lebih layak, seperti keberadaan indekos atau setidaknya asrama sebagai tempat tinggal yang mencukupi kapasitas mahasiswa dan perangkat akademis dengan jarak yang sesuai, toko bahan pokok seperti minimarket untuk menyokong kebutuhan pangan, sarana makanan yang higienis (dapat berupa kantin yang terjamin di dalam area kampus), dan fasilitas penunjang seperti fasilitas kesehatan mental. Kelengkapan wadah yang dibutuhkan tidak dapat berlangsung dengan cepat karena dibutuhkan waktu untuk konstruksi dan pembuatan sistem, walaupun tempat makan akan muncul seiring dibukanya kampus, begitu pula dengan toko kebutuhan pokok (toko kelontong atau minimarket), juga, harapannya, fasilitas transportasi dan dalam beberapa bulan ke depan diharapkan akan dibangun tempat-tempat tinggal bagi mahasiswa (indekos).

3. Pihak kampus belum memfasilitasi secara layak kebutuhan transportasi mahasiswa, baik dari tempat tinggal di sekitar Arjawinangun menuju kampus maupun dari kampus Ganesha atau Jatinangor mengingat tidak adanya transportasi umum maupun daring yang melewati daerah Kampus Arjawinangun dan jarak dari kampus Ganesha ke Arjawinangun sebesar 196,0 km, hal ini sangat menyulitkan bagi mahasiswa yang berasal dari Bandung untuk pulang pergi selama kuliah apabila transportasi tidak disediakan mengingat akomodasi yang belum jelas.

F. Referensi Arifin, Imamul dan Giana Hadi W.. 2007. Membuka Cakrawala Ekonomi. Jakarta: Setia Purna Inves.

Sukirno, Sadono. 1997. Pengantar Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Maslow, Abraham. 2013. A Theory of Human Motivation. Woodstock: Martino Fine Books.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2020. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Jakarta

Kajian ini dibuat oleh

Bidang Kajian Majalah Ganesha - KSSEP ITB