E-Magazine Edisi Juli-Agustus 2018 | MAJALAH FRANCHISE DIGITAL

Page 1

CARA MENINGKATKAN PROFIT BISNIS

Profit

atau penghasilan bersih merupakan tujuan utama dari sebuah usaha. Tentunya, semua pemilik usaha akan menginginkan profit yang maksimal dari apapun usaha yang dikerjakannya. Dalam membeli usaha franchise pun investor atau calon franchisee sudah sedikit banyak menanyakan potensial profit kepada franchisornya sebelum membeli franchise tersebut. “Berapa lama untuk bisa kembali modal, dan proyeksi ROI nya berapa?”

Pertanyaan ini sangat lazim didengar kaum franchisor dari usaha apapun.

Sebuah usaha bisa menciptakan angka profit yang baik tergantung dari banyak faktor dan proses untuk mencapai hasil akhir tersebut, antara lain produk atau jasa yang unik dan berkualitas, customer service yang memuaskan, lokasi usaha yang strategis, manajemen yang efisien dan efektif, pengeluaran yang efisien dan relaistis, dan lain sebagainya. Umumnya, faktor-faktor di atas sudah dipenuhi atau paling tidak dibantu oleh pihak franchisor agar franchisee tidak perlu menciptakan sebuah formula usaha yang unggulan lagi. Akan tetapi, profit sebuah usaha franchise dapat ditingkatkan dengan kecerdasan franchisee dalam menjalankan usahanya dengan menggunakan teknik-teknik sales yang jitu.

Guna menemukan teknik sales yang jitu, franchisee perlu melakukan pendataan performa gerainya selama beberapa bulan. Pendataan ini sangat berhubungan dengan perilaku usaha franchisee beserta pelanggannya. Beberapa hal yang ingin kita ketahui adalah jumlah transaksi dalam sebulan, peningkatan atau penurunan jumlah transaksi, jumlah nominal rata-rata dalam sebuah transaksi, jumlah tamu yang datang, persentasi terjadinya penjualan dari tamu yang datang, profil tamu yang menjadi pelanggan, dan lain lain.

Berdasarkan pendataan diatas, franchisee dapat membuat sebuah laporan statistik dari performa gerainya. Walaupun franchisor umumnya sudah memberitahu proyeksi performa dan profil pelanggan untuk usahanya, gerai franchisee adalah sebuah usaha yang berdiri sendiri dan di lokasi sendiri yang unik. Oleh sebab itu perilaku pasar, dan performa gerai franchisee dapat sedikit banyak berbeda dengan franchisor.

Franchisee harus menemukan kelebihan dan kekurangan dari gerainya sendiri, guna menemukan teknik yang tepat untuk meningkatkan profit.

Dari data yang sudah dikumpulkan, franchisee dapat menyimpulkan kelebihan dan kekurangan dari gerainya. Apabila anda merasa bahwa jumlah tamu yang datang kurang memuaskan, maka anda harus menemukan cara marketing yang lebih baik dalam memasarkan gerai anda. Marketing dapat dilakukan dengan berbagai cara misalkan membagikan brosur di area setempat, mengadakan promosi khusus seperti diskon, mengadakan pameran, mengiklan di surat kabar atau radio setempat,

JULI - AGUSTUS 2018 36 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

dan lain sebagainya. Anda juga bisa bertukar pikiran dengan franchisor anda dalam mengadakan promosi gerai anda untuk meningkatkan jumlah tamu yang datang ke gerai anda.

Kadang kala, tamu yang berdatangan ke gerai anda sudah cukup banyak akan tetapi jumlah transaksi kurang baik, misalkan ada 100 tamu yang datang yang bertransaksi hanya 20 orang. Jadi, anda perlu menemukan cara untuk meningkatkan jumlah transaksi dari tamu yang berdatangan. Hal ini dapat dilakukan dengan sales people yang lebih handal, jadi anda perlu merekrut sales people yang lebih baik, training sales people dengan lebih profesional, dan memberikan insentif yang baik bagi sales people anda. Apabila anda bisa meningkatkan kinerja sales people anda, maka konversi tamu menjadi pelanggan dapat ditingkatkan dan omzet dan profit pun akan meningkat.

Jumlah tamu sudah memuaskan, dan angka conversi juga sudah tinggi, akan tetapi jumlah nominal dari tiap transaksi cenderung rendah. Anda dapat mencoba untuk meningkatkan nilai rata-rata

jumlah transaksi dengan cara up-selling atau cross-selling. Teknik up-selling biasanya dilakukan oleh sales people yang menawarkan promosi-promosi

tertentu kepada pelanggan yang sudah melakukan transaksi agar jumlah transaksi dapat ditingkatkan. Teknik cross-selling adalah menawarkan produk atau jasa yang berkesinambungan dengan apa yang sudah dibeli oleh pelanggan. Anda bisa mencoba untuk menjual produk atau jasa lain yang tidak dijual oleh gerai franchise anda untuk cross-selling, tentunya dengan sepengetahuan dan persetujuan dari franchisor.

Dengan mengadakan in-store promotion dan paket-paket pembelian lainnya, umumnya impulse buying (membeli produk dan jasa yang tidak direncanakan sebelumnya dan terjadi karena ditawarkan atau melihat barang dan jasa tersebut ditempat) akan tercipta.faktor impluse buying akan sangat membantu dalam meningkatkan jumlah nominal transaksi dan alhasil meningkatkan omzet dan profit. Mengenal profil pelanggan anda juga akan sangat membantu dalam menyesuaikan customer service yang jitu dan memuaskan. Apabila sebagian besar customer anda adalah remaja dan orang yang cenderung usianya masih muda, maka sales people anda juga harus dapat menyesuaikan diri dengan mereka. Maka dari cara berpakaian, perilaku, dan bahasa yang digunakan pun harus ‘nyambung’

dengan customer anda, agar supaya mereka merasa comfortable di gerai anda dan menjadi tempat yang akan dikunjungi kembali. Dengan demikian, anda dapat membangun database pelanggan yang setia yang seringkali membantu anda memperkenalkan usaha anda kepada teman-teman dan kerabatnya (word of mouth). Faktor word of mouth ini dapat dikatakan marketing yang paling efektif dan dipercaya oleh masyarakat.

Bagi franchisor, keberhasilan franchisee selain akan mendorong angka royalty dan pembelian bahan baku (pada umumnya) juga akan sangat membantu dalam perkembangan nama baik dari merek usahanya. Oleh sebab itu, franchisor sudah selayaknya membantu franchisee untuk terus maju dan meraih keberhasilan setinggi mungkin. Hal ini dapat dilaksanakan dengan memberikan pelatihan-pelatihan penyegaran dalam operational agar gerai franchisee dapat beroperasi dengan lebih efisien. Pelatihan-pelatihan manajemen dan sales dan marketing juga penting dalam keberhasilan bersama dalam berusaha. Franchisor juga sebaiknya menerima kritik dan saran dari franchisee agar franchisee dapat lebih leluasa dalam menjalankan ideide pemasaran yang mungkin efektif dalam meningkatkan profitnya.n F

37 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

MEMAHAMI KEUANGAN FRANCHISE

Franchise

tidak akan menjadi primadona yang digandrungi banyak orang seandainya tidak memiliki daya tarik secara finansial. Secara kasat mata, bisnis franchise memiliki banyak keuntungan walupun tetap mengandung resiko. Dengan sistem yang sudah teruji, kemungkinan untuk berhasil dalam bisnis ini terbuka lebar. Resiko yang bersifat umum secara tidak langsung sudah dapat diketahui sebelumnya karena komunikasi yang baik antara franchisor dan franchisee.

Seorang investor yang bijak selalu menempatkan uangnya dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian yang bisa diharapkan pada investasinya. Patokan dalam menempatkan investasi dihitung berdasarkan ROI (Return on Investment) dari investasi tersebut. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam franchise, untuk mengukur ROI adalah

bahwa investasi di franchise tidak hanya melibatkan uang, tetapi juga waktu

bahkan bakat menejemen dimana investor mengharapkan lebih banyak return daripada sekedar investasi pasif.

Menurut Steve Hocket, President FranChoice, umumnya return sekitar 10% hingga 15% pada investasi kapital yang biasa dipertimbangkan oleh investor sebagai investasi yang sangat

bagus di pasive opportunity. Jika Anda menginvestasikan Rp. 100 juta di pasar modal dan meraih Rp. 150 juta, Anda pasti bahagia. Untuk mendapatkan uang lebih banyak, maka harus menginvenstasikan uang lebih banyak pula. Masih menurut Hocket, return di investasi franchise berarti menginvestasikan waktu dan bakat manajemen untuk menambah modal. Jadi, secara tidak langsung seseorang yang melakukan investasi di franchise akan mendapt good return dalam dua hal tersebut; waktu dan bakat.

Sebagian orang berpikir bahwa sedikit investasi yang ditanamkan di usaha franchise maka sedikit juga uang yang akan diperoleh. Lalu, lebih besar uang yang diinvestasikan di usaha franchise maka lebih besar pula return yang akan diperoleh. Faktanya, ada sedikit korelasi antara total investasi dengan uang yang bisa diperoleh di bisnis franchise. Return di usaha franchise sangat variatif, tergantung kepada konsep, industri, pasar dan operator.

Salah satu unsur yang bisa mendorong ROI di bisnis franchise adalah me-leverage usaha untuk meningkatkan return. Hal ini terkait dengan upaya memanfaatkan modal keuangan untuk meraih pinjaman yang aman, untuk meng-invest lebih banyak dan mendapatkan lebih banyak, yang pada

akhirnya bisa meningkatkan pengembalian modal atau investasi. Jika semuanya berjalan seperti yang sepatutnya, investasi di franchise menjadi lebih baik.

Kebanyakan orang memilih franchise berdasarkan pada impian yang ingin diwujudkan: membuka restoran, pelayanan jasa, mengelola toko dan sebagainya. Untuk memulai sebuah franchise, menyiapkan laporan keuangan atau mengelola arus kas merupakan suatu keharusan karena akan berpengaruh terhadap kesehatan keuangan bisnis. Jika tidak dikelola dengan baik, akan menjadi bumerang yang akan menyebabkan kehancuran franchise itu sendiri.

Sistem akutansi yang tepat, pencatatan dan analisis merupakan hal penting untuk keberhasilan franchise. Proses tersebut tidak hanya membantu mengamankan pembiayaan untuk memulai franchise, tetapi juga memungkinkan untuk memonitor franchise, dan meminimalkan keperluan bisnis dan pajak yang harus dibayar. Bagaimanapun, ketika mencari peluang franchise hal utama yang harus dilihat adalah laporan keuangan dan akuntansi franchise tersebut. Hal ini penting karena laporan keuangan merupakan gambaran dari bisnis franchise itu sendiri.

JULI - AGUSTUS 2018 38 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

Berikut ini adalah hal yang perlu diperhatikan ketika akan membuka bisnis franchise:

1. Menilai kesehatan keuangan franchisor

Ketika membuka sebuah franchise, Anda akan kesulitan jika bisnis franchisor sendiri tidak sehat secara finansial. Ada beberapa cara untuk mengetahui hal itu sebelumnya. Mulailah dengan meminta dokumen laporan keuangan dari franchisor. Secara hukum, seorang franchisee berhak mengetahui laporan keuangan sebelum menandatangani perjanjian waralaba. Pengungkapan dokumen termasuk perjanjian waralaba yang diusulkan dan laporan keuangan, misalnya neraca, laporan laba, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan ekuitas pemilik. Laporan keuangan harus diaudit oleh kantor akuntan dimana mereka akan memberikan catatan akuntan. Catatan ini dapat menjadi tambahan informasi tentang laporan keuangan calon franchise.

Selain itu, lebih baik mencari informasi kepada orang yang berpengalaman dengan waralaba untuk membantu meninjau pernyataan-pernyataan keuangan untuk menentukan apakah franchisor memiliki sejarah operasi yang menguntungkan. Karena arus kas franchisor meliputi royalti masa depan dan biaya dari franchisee baru dan terus berkembang, Anda perlu mengetahui apakah pendapatan dari sumber-sumber ini meningkat setiap tahunnya atau tidak.

2. Menilai potensi penghasilan yang bisa didapat

Potensi penghasilan yang akan didapat dari bisnis franchise harus diperhitungkan dengan baik. Hal tersebut dapat terbantu dengan adanya laporan keuangan. Laporan keuangan dapat memberikan angka penjualan untuk berbagai franchise dengan lokasi dan sistem yang berbeda. Beberapa laporan keuangan termasuk klaim pendapatan (informasi keuangan yang memungkinkan calon franchisee memprediksi potensi biaya, penjualan, pendapatan dan keuntungan) untuk berbagai lokasi dalam sistem franchise.

Laporan keuangan juga harus menunjukkan kondisi pasar didasarkan pada saat klaim penghasilan, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil seperti lokasi, bauran produk atau fluktuasi musiman. Selain itu, dapat juga meminta seorang akuntan dengan klien di franchise berbagi bagaimana cara menafsirkan pendapatan, apakah mereka layak untuk diusulkan menjadi bisnis franchise kita atau tidak.

3. Tentukan kemampuan investasi Anda

Ada kewajiban keuangan yang signifikan untuk berinvestasi pada franchise apapun, sehingga kesehatan keuangan pribadi Anda sangat penting untuk keberhasilannya. Jangan mengandalkan saran franchisor sendiri untuk memutuskan apakah Anda memiliki dukungan keuangan untuk membeli dan mengoperasikan franchise atau tidak. Sementara investasi awal franchise termasuk franchise fee bagi banyak perusahaan tampaknya menarik, sering ada start up tambahan dan biaya operasional yang terlibat.

Biaya awal franchise bisa lebih dari franchise fee itu sendiri. Berikut ini biaya lain yang biasa dibebankan: investasi kas awal, biaya hukum dan akuntansi, asuransi, pelatihan, lisensi, biaya promosi, perbaikan prasaran, persediaan, peralatan, perabotan dan biaya lain yang mungkin memerlukan pembiayaan.

Franchisee baru biasanya kekurangan uang tunai untuk memulai operasional karena franchise yang dijalankan kemungkinan membutuhkan waktu untuk mulai menghasilkan keuntungan. Untuk mengantisipasi hal ini, pastikan bahwa Anda memiliki aset yang cukup tersedia untuk menutupi pengeluaran pribadi dan biaya operasional awal franchise. Dengan prediksi keuangan, hal tersebut dapat terbantu juga dengan mencari informasi kepada pengelola franchise yang sudah lama terlibat pada bisnis franchise tentunya hal itu sangat membantu sekali.

4. Ketahui tanggungjawab akuntansi Anda

Setiap sistem franchise memiliki persyaratan tertentu yang terkait dengan akuntansi dan manajemen keuangan. Beberapa franchisor meminta franchisee untuk menyerahkan laporan penjualan mingguan dan laporan bulanan bank.

5. Awasi keuangan franchise Anda

Keberhasilan keuangan franchise memerlukan perhatian penuh. Neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas setiap bulan harus dilihat dan diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana bisnis franchise yang dijalankan berkembang. Dapat juga dilakukan penghitungan kuartalan dengan rasio keuangan penjualan, gross margin keuntungan, biaya penjualan dan biaya tenaga kerja. Dengan membandingkan rasio tersebut dengan perusahaan sejenis, Anda dapat mengevaluasi kemajuan franchise Anda sendiri. Jika memerlukan evaluasi mendalam, saran dan bantuan dapat pula berkonsultasi dengan seorang akuntan yang berpengalaman dengan franchise.

39 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

Franchisor maupun franchisee harus memahami keuangan. Untuk memahami keuangan dalam franchise biasanya ada tiga unsur yang penting diketahui yakni neraca, laba rugi dan perputaran arus uang. Untuk terjun di dunia franchise, posisi kita harus jadi ahli bisnis bukan hanya sekedar ahli bikin produk saja. Itu berarti, bukan hanya sekedar kemampuan yang difranchisekan tetapi termasuk juga format bisnis kita. Pemahaman keuangan merupakan salah satu unsur penting yang harus dipahami demi suksesnya franchise yang kita lakukan.

Untuk terjun di dunia franchise, pemahaman keuangan memang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi. Namun, pemahaman ini tidak harus menjadikan seseorang ahli. Dengan pemahaman yang cukup mengenai keuangan, seseorang sudah dapat terlibat langsung di dunia franchise.

Sebagaimana telah disebutkan, setidaknya ada tiga unsur yang sangat penting diketahui oleh seseorang yang ingin terlibat di dunia franchise.

Neraca

Neraca berfungsi mengungkapkan bagaimana keseimbangan di bisnis kita, antara barang-barang atau nilai-nilai yang

berharga dibandingkan dengan kewajibankewajiban dan modal. Dengan adanya neraca kita bisa tahu bagaimana keadaan sebenarnya bisnis kita. Laporan neraca adalah laporan yang bisa menunjukkan kekayaan suatu usaha. Laporan ini menunjukkan posisi keuangan usaha pada waktu tertentu. Melalui laporan neraca, kita bisa melihat berapa banyak modal yang pernah ditanamkan, berapa imbalan yang didapat dari investasi tersebut, berapa banyak bagi hasil yang mesti ditanggung atau berapa banyak jatah pajak maupun jatah karyawan yang belum dibayarkan. Melalui neraca juga bisa diketahui berapa hutang dagang yang belum mampu dibayar, seberapa besar uang kas alias uang tunai di kantong perusahaan atau berapa banyak order ditangan lewat deposit para konsumen. Pendeknya, dari laporan neraca kita akan mengetahui sumber uang yang masuk ke kantong perusahaan, diinvestasikan dimana dan digunakan untuk apa saja.

Baik franchisor maupun franchisee harus faham membaca laporan laba rugi. Terkadang, ada sebagian orang membaca laba rugi hanya sekedar melihat berapa penjualannya dan berapa untungnya saja.

Ada sebuah kasus yang terjadi, ketika seseorang ingin mendirikan sebuah franchise dia lantas membuat outletnya begitu bagus dengan dicat berwarnawarni, dipasang lampu yang mahal dan sebagainya. Dengan cara seperti itu, otomatis investasinya pun membengkak. Jika investasi yang semakin tinggi tersebut dalam laporan laba rugi dibebankan dalam bentuk depresiasi, otomatis biaya depresiasi juga semakin meningkat. Pada akhirnya, semakin besar pula biaya yang ditanggung setiap bulan di laporan keuangan.

3. Perputaran arus uang atau cash flow.

Seorang franchisor harus memiliki proyeksi bagaimana sebetulnya cash flow-nya di franchisee. Dengan memiliki perencanaan cash flow, kita bisa mengetahui jumah modal yang diperlukan untuk bisnis franchisee. Contoh kasus yang terjadi adalah ketika seorang franchisor ditanya mengenai jumlah modal yang diperlukan untuk bisnisnya franchisee. Kebanyakan terjadi franchisor belum mengerti bila ditanya berapa modalnya?

Mereka terkadang menjawab, untuk tempat Rp 100 juta sebulan, untuk beli mesin Rp 50 juta, untuk beli barang dagangan Rp 50 juta, jadi kalau ditotal modalnya Rp 200 juta. n F

JULI - AGUSTUS 2018 40 TAJUK UTAMA
1. 2. Laba rugi. Foto: Istimewa

BAGAIMANA CARA UNTUNG DAN BALIK MODAL CEPAT DI BISNIS WARALABA ?

Mungkinkah

seorang franchisee bisa mempercepat BEP(break event point)?

Sangat mungkin. Tetapi, ada beberapa tahapan dan persyaratan yang harus diperhatikan.

Apa saja tahapan dan persyaratannya?

Menurut Tung Desem Waringin (TDW) ada dua tahap. Tahap pertama adalah sebelum membeli franchise dan tahap kedua setelah membeli.

Tahap pertama contoh konkritnya seperti apa?

Pada tahap ini Anda sebagai calon franchisee harus bisa mengamati beberapa hal. Pertama, bisnis yang dijalankan layak tumbuh. Di sini Anda sebagai franchisee harus jeli melihat model atau induk bisnisnya. Jangan hanya percaya pada pernyataan franchisor bahwa bisnis tersebut sangat menjanjikan. Sebab, tidak jarang para pelaku usaha yang langsung memfranchisekan usahanya sebelum meraih BEP. Kalau sudah begini, bagaimana mungkin Anda bisa menjalankan secara menguntungkan kalau franchisornya saja tidak mampu membuktikannya.

Karena itu, sebuah bisnis harus berjalan sekitar 4-5 tahun sebelum difranchisekan. Cara ini untuk membuktikan bahwa bisnis tersebut sudah BEP dan sustain sebagai ukuran untuk mengestimasi kemungkinan waktu BEP yang bisa diraih oleh Anda.

Mengapa bukti sustain penting dan ukurannya harus 4-5 tahun?

Karena kemungkinan sebuah bisnis tidak

berhasil di tahun pertama sangat besar. Dari 100 bisnis yang muncul, 80% mengalami kegagalan di tahun pertama. Sisanya yang 20%, itu pun tidak 100% akan berhasil. Dari yang 20% itu, 80%-nya akan mati juga di tahun pertama. Sedangkan kalau di tahun kelima, yang bisa sustain hanya 4%. Disinilah pentingnya Anda harus melihat masa bertahannya sebuah bisnis.

Kemudian hal lain yang harus diamati apa lagi?

Anda harus mengamati outlet franchisor. Caranya? ungguin outlet franchisornya seharian. Ini penting untuk melihat

bagaimana mereka (franchisor) menjual produknya dan untuk mengukur tingkat laku dan tidaknya produk yang dimiliki franchisor. Dalam hal ini, Anda harus benar-benar waspada, jangan sampai hanya melihat kinerja penjualan produk di atas kertas saja.

Selanjutnya, amati juga sistem marketingnya. Karena franchise yang bagus dan teruji adalah yang grafik ketika memulainya tinggi dan ramai lalu setelah itu stabil. Stabil karena bisnis tersebut sudah punya sistem untuk menggedor pasar ketika opening outlet-nya.

Itu adalah tahap pertema sebelum

41 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA

membeli. Kalau tahap setelah membeli bagaimana caranya?

Khusus di tahap ini ada beberapa cara yang disarankan TDW diantaranya adalah melakukan marketing revolution, yang tujuannya agar bisnis bisa ramai dan diminati konsumen.

Bagaimana cara melakukan marketing revolution itu?

Cara untuk melakukan ini harus fokus pada tiga hal yang disederhanakan menjadi USP, yakni:

1. Unlimited advanted (nilai tambah). Nilai tambah bisa berupa harga murah, parkir gratis dan juga hal-hal yang bisa membuat konsumen penasaran.

2. Sensational offer. Yakni tawaran yang lebih menggiurkan kepada konsumen untuk melakukan aksi pembelian. Contohnya seperti yang dilakukan Lion Air dengan program: “Terbang dengan Lion Air, pulang bawa BMW”. Nah, Sensational offer ini menurut TDW ada tiga, yakni hadiah, diskon dan limit. Limit mengundang rush. Dengan begitu, BEP bisa dengan cepat diraih.

3. Powerfull promise. Misalnya dengan memberikan garansi yang luar biasa.

Kemudian Adakah cara atau strategy marketing yang lain?

Ada dan itu bisa ditambahkan dari tiga cara diatas. Cara atau strategi lain yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan penawaran yang konsumen tidak bisa menolaknya.

Selain itu bisa juga Anda menggunakan 12 jurus yang cukup ampuh dan sangat mengena terhadap market, yaitu, press release publishity, reference, endorshment, iklan utamakan dengan barter, direct sales, direct agent, direct mail, house benefesary/ ada induknya, telemarketing, joint venture, canvasing/pameran dan seminar.

Jadi sebenarnya tidak sulit untuk mempercepat balik modal?

Ya, tidak sulit. Kuncinya, harus bisa jualan dan itu letaknya ada di marketing, kontrol dan SDM. Tiga hal itu menjadi satu kesatuan untuk bisa mempercepat BEP.

JULI - AGUSTUS 2018 42 TAJUK UTAMA

MEMBANGUN BRAND WARALABA

brand merupakan langkah-langkah memberikan sebuah identitas pada sebuah produk/jasa, dan menciptakan sebuah nama yang memenuhi dasar-dasar marketing strategy yang telah ditetapkan (segmentasi, targeting, positioning). Kemudian melakukan langkah-langkah yang konsisten dan persisten men-delivery semua kelebihan produk-produk untuk mendapatkan tempat khusus (diingat/di aware) di otak konsumen. Benarkah ada asumsi bahwa biaya untuk kegiatan brand building relatif mahal? No. Di atas saya tulis persistence, konsisten, kreatif. Biaya pasti harus efisien, yang pasti nilai ide resep dan management produk/ jasa Anda pasti lebih mahal.

Membangun

Menetapkan sebuah nama brand bagi produk adalah sesuatu yang sangat penting, karena Brand yang kuat akan menimbulkan efek positif bagi produsen, yaitu akan terjadi peningkatan brand share, brand equity, dan brand awareness.

Beberapa hal yang perlu diingat dalam menentukan sebuah brand adalah:

1. Brand yang baik adalah brand yang mudah diingat

Hal ini membantu terbentuknya brand awareness, yaitu kepedulian konsumen terhadap produk kita.

2. Brand memiliki arti.

Ketika kita menentukan brand, hendaknya konsumen mengerti maknanya

3. Brand harus mudah ditransfer

Brand harus dapat digunakan untuk penamaan produk lainnya.

4. Brand harus mudah diadaptasikan

Artinya, brand dapat disesuaikan dengan lokasi dan waktu.

5. Brand harus dapat dilindungi dari segi hukum Hal ini dimungkinkan dengan cara mem’paten’kannya

Sebagai contohnya adalah Apel

Washington. Brand buah ini memiliki nama yang mudah disebutkan oleh konsumen, memiliki arti yang sangat baik dan mudah ditransfer, yaitu sebuah kota di Amerika, juga seorang pahlawan. Brand ini tidak tergeser oleh waktu, sampai kapanpun dama brand ini tetap mudah diucapkan serta tidak akan ada masalah dengan kamus bahasa di negara manapun.

Pertanyaannya kemudian. Bagaimana kita membangun brand. Resep yang paling gampang adalah dengan menggunakan formula sederhana yang disebut PDB: Positioning-Diferensiasi-Brand. Agar brend equity Anda kokoh maka Anda harus punya positioning tepat. Mau contoh? Apa yang ada di benak Anda begitu dengar sabun Lux? Jawabnya bisa ”Tamara Blazinsky”, bisa ”bintang film”, bisa juga ”sabun kecantikan”. Apa yang ada di benak Anda begitu dengar Kijang? Jawabnya pasti ”mobil keluarga”. Itulah positioning.

Intinya, Anda harus mampu menempatkan produk Anda secara tepat di benak pelanggan. Ingat satu hal ini: perang pemasaran bukan ada di pasar. Perang pemasaran ada di benak pelanggan. Apa bukti bahwa produk Anda punya positioning yang kuat. Jawabnya, jika Anda punya

”satu kata” di benak pelanggan Anda. Contohnya tadi, Lux punya satu kata ”sabun kecantikan”, Kijang punya satu kata ”mobil keluarga”. Clear punya satu kata ”anti ketombe”.

Lalu setelah Anda punya positioning kokoh, pekerjaan besar Anda selanjutnya adalah memenuhi janji yang ada dalam positioning Anda dengan diferensiasi yang kuat. Positioning bisa diibaratkan sebagai ”janji”, sementara diferensiasi adalah ”delivery”-nya. Kalau kijang mengatakan dirinya mobil untuk keluarga Indonesia maka Kijang harus muat banyak, bisa dipakai untuk ke kantor, mengantar anakanak ke sekolah, bisa dipakai ibu ke pasar, dan sebagainya.

Kalau dikatakan diferensiasi adalah delivery, maka delivery Anda haruslah unik. Artinya berbeda dengan pesaing Anda. Beda bukan asal beda, tapi beda yang merupakan keunggulan Anda dibanding pesaing. Kalau itu diwujudkan, biasanya sering dikatakan produk Anda memiliki ”point of differentiation” yang solid. Produk yang sukses pasti memiliki positioning yang tepat, yang didukung diferensiasi yang kokoh.

Kalau Anda sudah punya positioning yang tepat dan diferensiasi yang kokoh,

dengan sendirinya Anda akan mendapatkan berkah berupa brand equity yang kokoh. Apa bukti produk Anda memiliki brand equity yang kokoh? Produk Anda dikenal orang alias memiliki awareness yang tinggi. Tak hanya itu, produk Anda juga punya association tertentu di mata pelanggan Anda. Juga, produk Anda dipersepsi oleh pelanggan memiliki kualitas oke alias percieved quality yang tinggi. Dan terakhir, pelanggan Anda memiliki loyalitas yang tinggi kepada produk Anda alias tidak gampang pindah ke lain hati.

Nah, setelah Anda memiliki brand equity yang kokoh, sekarang Anda membutuhkan waralaba. Kebodohan utama seorang marketer adalah jika dia tidak semaksimal mungkin memanfaatkan kekuatan brand equity yang dimilikinya untuk mendongkrak profit. Salah satunya adalah melalui waralaba. Harus diingat waralaba tak lain adalah ”jualan” merek. Waralaba tak lain adalah ”profitisasi” dari brand equity yang Anda miliki.

Kalau diumpamakan petani penggarap sawah, upaya kita membangun merek bisa dikatakan sebagai upaya ”menanam” dan ”membesarkan” padi di sawah. Sementara waralaba adalah upaya ”memanen”nya. Waralaba akan sukses kalau cara ”memanen”nya benar. Kalau keliru ya, profit yang dihasilkan nggak maksimal.

Apakah kalau kita sudah memanen lalu kemudian kita tidak lagi melakukan brandbuilding? Itu keliru besar. Justru setelah bisnis waralaba Anda berjalan bagus, tantangan berikutnya adalah, Anda bersama dengan franchisee harus secara kontinyu melakukan brand-building. Kenapa demikian? Karena DNA kesuksesan bisnis waralaba Anda terletak di brand-building ini. Tanpa ini kekuatan brand Anda akan semakin loyo, dan akhirnya bisnis waralaba Anda pun akan ikut-ikutan loyo. n F

43 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA

MENGENAL TIPE PELANGGAN

Dijaman persaingan yang keras dan kian banyak pilihan buat konsumen, dapat dikatakan masalah loyalitas atau kesetiaan pelanggan memang amat tipis dan rentan, apalagi bila mereka pernah mengalami ketidakpuasan dengan layanan atau produk kita. Pilihan yang begitu banyak membuat pelanggan gampang ‘melirik tetangga’ dan mulai coba-coba. “Perselingkuhan” pelanggan dengan pesaing kadang membuat kita jengkel, karena pelanggan demi pelanggan rontok, terpikat oleh pesaing. Tentunya sakit hati dan jengkel, bukan? Inilah akibat kalau berbisnis hanya ‘menjual dan menjual’, tanpa berusaha membuat pelanggan betah dan selalu datang kembali. Daripada sakit hati, lebih baik kita mulai dengan mengenali tipe pelanggan kita. Ada beberapa tipe yang harus diidentifikasi dengan cermat, sebelum kita benar-benar merangkul mereka lebih jauh dan membangun semacam intimacy dengan pelanggan. Berikut ini adalah tipe-tipe pelanggan yang bisa dikenali.

1. Swinger, tipe pelanggan yang memang tidak loyal, banyak coba-coba, tidak memiliki pola konsumsi yang lebih rutin, permanen atau menjadi kebiasaan tetap, belum percaya merek tertentu, bahkan cenderung impulsif. Golongan yang sensitif terhadap harga juga sering menjadi swinger. Merek bukanlah preferensi dalam keputusan membelinya. Slogannya: Ada duit gua beli, duit kurang gua cari yang lain atau ‘belum coba yang baru tuh …?

2. Habitual, tipe pelanggan yang baru mulai punya pola konsumsi rutin terhadap suatu produk dan mulai sadar merek. Hanya sekali-kali mencoba beralih ke merek lain. ‘Tak ada rotan, akarpun jadi’, namun nantinya juga kembali ke rotan. Kelompok peminum kopi di kafe bisa saja ke Starbucks, namun sekali waktu mereka juga suka-suka ke Coffee Bean. Dua-duanya samasama tempat ‘mengekspresikan diri’ lebih dari sekedar minum kopi.

3. Loyalist, tipe pelanggan yang fanatik merek produk yang dikonsumsinya. Kalau sudah Mc.D, seterusnya akan ke Mc.D, atau penikmat kopi yang fanatik dengan merek tertentu. Kalau pelanggan sejak dini sudah terbiasa dengan suatu merek, biasanya merek tersebut akan mengakar di hatinya dan amat sangat mungkin dia menjadi semacam endorser lintas generasi, misalnya seorang ayah mengajak anaknya makan di Bakmi GM 77 atau menikmati Es Teler 77, sambil bercerita bahwa ‘merek’ tersebut adalah merek tempat makan favoritnya sejak pacaran.

JULI - AGUSTUS 2018 44 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

Menggiring pelanggan untuk menjadi loyal ibarat menggiring domba untuk menjadi penurut. Biarpun asal mulanya swinger, namun suatu saat bisa jadi loyalist Sudah barang tentu buat mereka harus dibuatkan suatu komunitas serta programprogram yang menarik. Semakin besar komunitas pelanggan loyal, maka akan semakin kuat eksistensi bisnis kita, karena komunitas pelanggan yang loyal akan beranak-pinak buat kita.

Nah, bagi Anda khususnya para pemula bisnis waralaba, bila pelanggan sudah mulai mencoba produk kita, buatlah agar hal ini bisa menjadi ‘kebiasaan’ atau ‘habit’, yakni membeli ulang dan mengkonsumsi produk kita secara berkelanjutan. Suatu kebiasaan sifatnya akan lebih mengakar dan mendarah-daging, karena dipupuk atas kepuasan atas nilai yang diterima dan kecintaan mereka terhadap merek. Jangan meledak heboh di awal, laku keras, buka sana-sini, lalu tutup sana-sini dan pudar tenggelam ditelan persaingan.

Jangan biarkan pelanggan lari! Tentu tidak ada salahnya bila kita membangun komunitas pelanggan kita melalui praktek model keanggotaan. Namun darimana memulainya? Berikut adalah langkahlangkah praktis buat Anda.

1. Database Building. Mulailah dengan membangun database konsumen secara komprehensif. Bila Anda meminta konsumen untuk meninggalkan kartu nama di semacam toples, atau mengisi formulir angket kepuasan, untuk apa semua itu? Apakah kemudian Anda manfaatkan dengan baik?

2. Continuous Loyalty Program. Program kesetiaan pelanggan melalui keanggotaan akan menarik bila perusahaan juga membuat program atau event secara kontinyu, bukan sekali terus bubar. Pelanggan seluler yang mendapat Gold Card harus merasakan program yang berkelanjutan, bukan hanya sekali-kali saja.

3. Customer Reward Management. Berikan reward kepada pelanggan-pelanggan yang setia. Alokasi dana untuk reward agar pelanggan tetap setia, karena biaya merebut kembali konsumen yang hilang atau mencari konsumen baru, akan relatif lebih mahal daripada mempertahankan yang sudah ada.

4. Customer Communication Program. Buat program komunikasi yang jelas dan bekelanjutan, apakah dalam bentuk newsletter, direct-mail, telephone, toll-free service, dsb.

5. Dalam konteks praktek bisnis yang lebih canggih, customer-loyalty-program ini adalah bagian yang integral dari suatu model Customer Relationship Managemen (CRM).

Tentunya bila kita berpikir sebagai pelanggan, kita ingin mendapatkan pelayanan yang ‘differentiated’ dan ‘valuable’. Kalau dulu kita cukup senang ketika memiliki kartu keanggotaan dari

toko buku sehingga bisa mendapatkan diskon, kini kita tidak hanya senang, tapi juga ‘sangat senang’ dan ‘bangga’, karena semakin sering berbelanja, kita bukan hanya mendapat ‘point-rewards’, tapi

juga diundang hadir seminar gratis, bedah buku dan berkesempatan membeli buku ‘autograph version’, dengan tandatangan asli penulisnya. n F

45 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA
Foto:
Istimewa

TIPS MENGELOLA PELANGGAN

perlu Anda perhatikan sebagai mitra bukan hanya kepopuleran bisnis kemitraan Anda saja, tetapi juga konsumen. Semua penjual sepakat bahwa konsumen adalah raja. Coba Anda bayangkan, bila semua konsumen yang Anda bidik kecewa dengan perusahaan Anda lantaran Anda kurang memperhatikan

layanan, siapa yang akan membeli atau menggunakan produk/jasa Anda.

Tingginya tingkat penjualan produk/ jasa Anda tentu tergantung seberapa besar tingkat pembelian konsumen terhadap produk/jasa yang Anda jual. Sehingga penting bagi Anda, bagaimana menarik hati konsumen agar bisa menjadi pelanggan

abadi perusahaan Anda. Ada banyak hal yang bisa Anda lakukan untuk menarik minat konsumen, baik melalui kualitas produk, pelayanan dan yang tak kalah penting adalah melalui hubungan baik yang terus terjalin dengan pelanggan.

Berikut ini beberapa tips untuk mengelola customer:

1. Anda harus selalu ingat bahwa pembeli adalah raja. Berikan pelayanan yang terbaik dengan senyuman dan keramahan.

2. Bertemu langsung dengan pelanggan bila ada komplain dan selesaikan secara kekeluargaan serta mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi.

3. Melakukan komunikasi secara rutin dengan pelanggan, mengunjungi, serta memberikan cenderamata pada event tertentu. Anggap customer sebagai bagian dari perusahaan Anda.

4. Menggali dan mengerti permasalahan konsumen dan cari win-win solution bila terjadi komplain.

5. Pahami kebutuhan konsumen dan berikan rekomendasi terbaik.

6. Pelayanan adalah segalanya dalam bidang jasa. Pelanggan adalah aset. Oleh karena itu permintaan atau keinginan pelanggan sebisa mungkin dituruti. Jika tidak dituruti karena suatu hal, segera konfirmasi dengan pelanggan. Komunikasi adalah kuncinya.

7. Segera respon keluhan pelanggan dengan baik.

8. Jagalah mutu produk Anda.

9. Outlet Anda harus bersih, rapi dengan pelayanan yang cepat.

10. Konsistensi pada pelayanan konsumen.

11. Komplain adalah feedback bahwa konsumen memberi tahu kita untuk bekerja lebih baik lagi.

12. Selalu memotivasi karyawan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan setiap hari.

13. Meningkatkan penampilan dan kepercayaan diri karyawan.

14. Memberikan informasi kepada para pelanggan tentang produk-produk terbaru Anda baik melalui telepon, sms, dan sebagainya.

15. Melakukan pelatihan penanganan customer service secara rutin kepada karyawan, misalnya penetapan standarisasi kata salam (greetings) kepada pelanggan baik melalui telepon atau tatap muka. Sekaligus juga melatih karyawan bagaimana cara menangani keluhan konsumen.

16. Pelayanan yang ramah, jujur dan bersahabat.

17. Anda harus memiliki data pelanggan yang real dan konkrit, memonitring pelanggan secara berkala dan telemarketing secara kontinyu

18. Membantu customer baru dalam memilih produk Anda.

JULI - AGUSTUS 2018 46 TAJUK UTAMA
Yang

Tak diragukan lagi, konsumen tergolong aset paling berharga bagi semua bisnis termasuk waralaba. Tanpa dukungan mereka, bisnis waralaba yang kita tekuni tidak bisa eksis. Sebaliknya jika bisnis waralaba kita sukses memberikan pelayanan terbaik, konsumen tidak hanya membantu bisnis kita tumbuh. Lebih dari itu, mereka biasanya akan membuat rekomendasi untuk teman dan relasinya (word of mouth).

Menurut Susan A. Friedmann, setidaknya Anda perlu memahami ‘10 tips jitu’ agar dapat menajamkan fokus dalam melayani konsumen. 1 tips berkaitan dengan karyawan, karena dari mereka persepsi perusahaan Anda terbangun di mata konsumen. Dalam hal ini, karyawan berfungsi sebagai pembentuk citra perusahaan karena mereka yang bersentuhan langsung dengan konsumen. Tips tersebut yaitu :

1. Ketahui siapa bos sebenarnya. Anda berbisnis untuk melayani konsumen, dan Anda hanya dapat melakukan itu apabila mengetahui keinginan mereka. Jika Anda sungguh-sungguh mendengarkan konsumen, mereka akan menjelaskan apa yang dikehendaki dan bagaimana sebaiknya Anda memberikan pelayanan terbaik untuk mereka. Jangan lupa bahwa

yang ‘membayar’ gaji kita dan membuat bisnis berjalan adalah konsumen.

2. Jadilah pendengar yang baik. Luangkan waktu untuk menelaah kebutuhan konsumen dengan bertanya dan fokus terhadap apa yang telah mereka katakan. Perhatikan kata-katanya, intonasi suaranya, gerak badannya, dan yang terpenting bagaimana perasaan mereka. Jauhkan diri dari asumsi-asumsi dan berpikir intuitif tentang keinginan konsumen.

3. Identifikasi dan antisipasi kebutuhan konsumen. Perlu disadari, konsumen bukanlah sekadar membeli produk atau jasa. Akan tetapi mereka membeli perlakuan yang baik (good feelings) dan solusi atas masalah yang dihadapinya. Seringkali konsumen bersikap emosional ketimbang berpikir logis. Karena itu, semakin baik Anda memahami konsumen, semakin baik juga dalam mengantisipasi kebutuhan mereka. Lakukan komunikasi secara reguler sehingga Anda tahu masalah yang muncul ataupun kebutuhan

yang akan datang.

4. Apresiasi dan jadikan konsumen merasa penting. Perlakukan konsumen sebagai individu. Selalu pergunakan nama mereka dan temukan cara untuk memberikan pujian atau mengucapkan salam. Lakukan dengan tulus. Karena orang sangat menghargai ketulusan. Hal ini menciptakan perasaan yang baik dan kepercayaan (trust). Pikirkan cara-cara untuk mendapatkan perasaan baik ini dalam menjalin hubungan dengan pelanggan. Konsumen amat sensitif dan akan tahu apakah Anda betul-betul peduli atau tidak kepada mereka. Jangan lupa, ucapkan terima kasih tiap kali ada kesempatan. Jika bertatap muka langsung dengan mereka, pastikan pula bahwa gerak tubuh Anda menunjukkan ketulusan. Antara kata-kata dan tindakan juga harus selaras.

5. Bantulah konsumen memahami sistem Anda. Bisnis Anda bisa saja sudah diorganisasikan dengan sangat baik bahkan mungkin memakai standar internasional. Namun jika konsumen tak memahami sistem

47 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

tersebut, bukan mustahil mereka justru kebingungan, menjadi tidak sabar bahkan marah. Karena itu, sediakan waktu untuk menjelaskan bagaimana sistem Anda bekerja dan bagaimana sistem itu semakin mempermudah transaksi. Meski demikian, perlu dijelaskan secara hati-hati bahwa sistem tersebut tetap tidak mengurangi sentuhan kemanusiaan (fleksibel) dalam bisnis Anda.

6. Apresiasi kekuatan ‘Ya’. Carilah selalu cara bagaimana Anda bisa membantu konsumen. Pada saat mereka memiliki permintaan (sepanjang rasional) katakan bahwa Anda bisa memenuhinya. Bayangkan apa yang terjadi sesudah itu. Jalan bisnis Anda akan semakin mudah. Ringkasnya, selalu lakukan apa yang pernah Anda katakan.

7. Pahami bagaimana meminta maaf. Ketika terjadi suatu hal buruk, maka minta maaflah. Hal ini mudah dilakukan dan konsumen pun menyukainya. Konsumen tentu saja tidak selalu benar, tapi konsumen selalu harus menang. Upayakan pemecahan masalah secepatnya dan informasikan kepada konsumen apa yang telah Anda lakukan. Permudah jalan bagi konsumen untuk menyampaikan komplain. Hargai keluhannya. Meski bagi kita mungkin terasa pahit, namun hal itu memberikan peluang untuk perbaikan. Sekalipun di luar cuaca sedang buruk, pergilah dengan cara Anda untuk membuat konsumen tetap nyaman.

8. Berikan service melebihi ekspektasi mereka. Karena masa depan sebuah bisnis terletak pada bagaimana mempertahankan kepuasan konsumen, pikirkan cara agar Anda bisa meningkatkan pelayanan dan memenangkan persaingan. Pertimbangkan hal berikut: Apa yang bisa Anda berikan kepada konsumen yang tidak didapatkannya di tempat lain? Apa yang dapat Anda berikan selanjutnya dan bagaimana berterima kasih sekalipun mereka tidak berbelanja?

9. Dapatkan umpan balik secara rutin. Dukung dan persilahkan

setiap usulan atau kritikan yang bersifat konstruktif. Sehingga bisa dihasilkan sejumlah cara bagaimana Anda dapat menemukan pikiran dan perasaan konsumen mengenai pelayanan Anda.

10. Dengarkan baik-baik apa yang mereka katakan. Periksa secara reguler untuk memastikan segala sesuatu berjalan dengan baik. Siapkan metode yang memungkinkan kritik konstruktif, komentar, dan usulan mudah disampaikan.

11. Perlakukan karyawan dengan baik. Karyawan adalah konsumen internal Anda yang memerlukan dosis apresiasi secara rutin. Ucapkan terima kasih kepada mereka dan temukan cara agar setiap karyawan memahami betapa pentingnya mereka. Perlakukan karyawan dengan penuh respek dan berikan peluang bagi mereka sehingga bisa mendorong pelayanan lebih baik untuk konsumen.

Apresiasi itu datang dari atas. Karena itu, memperlakukan konsumen dan karyawan secara baik adalah sama-sama penting. n F

JULI - AGUSTUS 2018 48 TAJUK UTAMA

ASPEK PENTING DALAM MENJUAL FRANCHISE

Menjual franchise bukanlah proses yang sekali jadi, tetapi ia merupakan rangkaian proses yang terkait satu sama lain. Sehingga jika bertanya sulitkah menjual franchise tentunya jawabannya akan berbeda-beda atau relatif. Intinya kita dapat mengambil kesimpulan menjual franchise merupakan mudah-mudah-sulit.

Mem-franchise-kan bisnis artinya menduplikasi unit usaha yang telah sukses untuk dimiliki dan diajarkan oleh orang lain. Untuk bisa mempunyai duplikasi usaha yang bisa sebaik usaha yang telah sukses (seperti franchisor), maka diperlukan franchisee (penerima franchise) yang sama antusias dan tekunnya seperti franchisor. Artinya, franchisor tidak semestinya menunjuk sembarang franchisee untuk menjalankan bisnis yang perlu ditekuni dan dijalankan dengan penuh antusias. Franchisor perlu mencari calon franchisee yang sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

Kebanyakan dari para Franchisor tidak terlalu selektif dalam memilih mitra franchisee. Padalah adalah hal yang penting untuk mengetahui latar belakang dan kesiapan calon franchisee. Karena risikorisiko yang diterima franchisor lebih besar jika ia tidak mengenali franchisee-nya. Bisa saja, jika ternyata franchisee-nya memiliki banyak hutang atau ternyata ia lebih sibuk dengan bisnisnya yang lain, sehingga menjalankan bisnis Anda setengah-setengah. Karena tentunya kita menginginkan mitra franchisee yang kooperatif. bukan yang sok pintar dan sulit untuk mengikuti sulit mengikuti sistem.

Menurut Taufik Hidayat (Praktisi bisnis franchise) dalam artikelnya mengatakan; untuk menjual bisnis franchise kita memerlukan alat bantu marketing tools yang kita sebut prospektus, di dalam prospektus banyak memberikan informasi lengkap tentang franchise kita secara lengkap dan benar. Berikut langkah-

langkah cara membuat prospektus antara lain:

1. Data identitas franchise, yaitu uraian segala hal tentang bisnis franchise kita dari tentang nama dagang atau merek kita, sampai hal yang berhubungan siapa notaris, yang menerbitkan akta perusahaan, dokumen perusahaan, domisili perusahaan alamat lengkap, dan sebagainya.

2. Dokumen legalitas perusahaan berisi data uraian legalitas perusahaan antara lain akta pendirian, serifikat merek dan surat izin usaha seperti SIUP, TDP dan ijin dinas terkait lainnya.

3. Sejarah perusahaan, yaitu cerita bagaimana perusahaan kita berdiri kemudian berjalan dan mencapai kesuksesannya.

4. Susunan pengurus perusahaan atau organisasi yang menjalankan perusahaan tujuannya agar calon franchisee mengetahui siapa yang orang yang mempunyai peran dalam menjalankan kesuksesan perusahaan ini.

5. Laporan keuangan perusahaan yaitu laporan keuangan perusahaan 2 tahun terakhir. Laporan keuangan dibuat agar calon franchisee melihat apakah

49 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

perusahaan yang kita tawarkan memang menguntungkan atau sedang dalam kesulitan keuangan.

6. Jumlah lokasi tempat usaha yang berjalan yaitu uraian berapa jumlah gerai atau outlet bahkan franchisee yang sedang beroperasi atau berjalan.

7. Uraian hak dan kewajiban yang harus disepakati antara franchisor dan franchisee tujuan agar semua pihak tahu aturan main dan tanggung jawab sebagai franchisor dan franchisee-nya.

Selanjutnya setelah disusun lengkap buatlah dalam bentuk buku atau dijilid sebagus mungkin sehingga menarik minat calon franchisee untuk membacanya. Tambahkan gambar ilustrasi pada prospektusnya agar lebih cantik.

Persiapan sebelum Menjual Franchise

Bukanlah hal mudah bagi franchisor dalam memperoleh kepercayaan dari calon franchisee untuk membeli franchise-nya. Diperlukan persiapan matang dan lengkap sebelum franchisor dapat memasarkan bisnisnya kepada calon franchisee. Lalu apa saja persiapannya guna memenuhi persyaratan franchise ini?

Pertama, kita mempersiapkan sebuah konsep bisnis. Kita dapat membuat sebuah konsep bisnis franchise yang dapat menarik minat dari calon franchisee, konsep bisnis inilah senjata utama dalam membangun

sebuah bisnis franchise. Konsep bisnis ini dibuktikan ketangguhannya dengan diaplikasikan pada bisnis di lapangan. Konsep bisnis ini harus tangguh karena perlu dibuktikan oleh waktu. Lagipula, usaha tersebut harus menjadi pilot project yang akan direplikasi oleh franchisee nantinya. Dari sanalah munculnya standar operasional yang baku untuk bisnis tersebut pada setiap jaringannya.

Kedua, mempersiapkan tim manajemen yang kuat yang menguasai sistem waralaba dan masalah-masalah hukum serta etika franchise, dan juga yang punya kemampuan untuk mengendalikan dan mengawasi jaringan yang akan terbentuk nanti. Tim inilah juga yang nantinya membentuk format mengenai dukungan yang dapat diberikan kepada franchisee dalam menegatasi masalah yang mucul di lapangan. Hal ini jugalah yang dapat kita jual kepada calon franchisee sebagai daya tarik franchise kita.

Ketiga, seperti yang dikatakan oleh ilmu pemasaran, carilah keunikan dari barang atau jasa yang akan dijual, karena hal inilah yang dapat menentukan laku atau tidaknya barang atau jasa yang kita jual kepada konsumen. Keunikan ini pula yang nantinya akan menjadi pembeda dari pesaing sekaligus memudahkan penetrasi produk ke pasar. Keunikan tidak harus dari sisi produk (termasuk kemasan), bisa juga dari sisi layanan atau cara penyajian.

Keempat, menyusun paket pendanaan. Kita harus memperhitungkan biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan sangat penting juga agar pekerjaan bisa diselesaikan

dengan baik dan tepat waktu.

Kelima, memastikan bahwa produk atau jasa dari bisnis tersebut bisa distandarisasi, bahan baku tidak sulit didapat, dapat dikerjakan dengan sistem, dan mudah dikerjakan.

Keenam, membuat sistem semudah mungkin bagi operasional sehingga mudah diajarkan. Semakin simple akan semakin mudah dan semakin menarik minat calon franchisee.

Ketujuh, persiapkan dokumentasi. Dokumentasi yang dipersiapkan tidak hanya yang menyangkut organisasi franchisor, tetapi juga dokumen-dokumen yang akan diserahkan atau dipinjamkan kepada franchisee. Dokumentasi yang siap disusun harus tergambar dalam visi organisasi dan implementasi konsep bisnis.

Kedelapan, mendaftarkan merek usaha dan hak cipta untuk melindungi usaha dari berbagai tindakan yang tidak baik dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Sekaligus melakukan konsultasi kepada jasa konsultan untuk memastikan berbagai persiapan yang dilakukan. Sekaligus, untuk memastikan legal audit atas HAKI merek dagang.

Kesembilan, membuat berbagi paket investasi yang menarik bagi calon investor dengan return secepat mungkin namum tetap reliable dan realistis.

Kesepuluh, setelah semua matang, mulailah lakukan pemasaran franchise dan promosi baik produk maupun sistem kepada konsumen dan calon franchisee. n F

JULI - AGUSTUS 2018 50 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

MENENTUKAN FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE

Franchise

fee adalah biaya waralaba atau biaya yang harus dibayar di muka sebelum gerai waralaba Anda mulai beroperasi. Adapun royalty fee adalah biaya yang harus dibayarkan setelah gerai waralaba mulai beroperasi.

Pada prinsipnya, franchise fee dibayarkan untuk lisensi atau hak untuk menggunakan merek yang diwaralabakan selama jangka waktu waralaba dan sebagai hak untuk menggunakan pedoman operasional selama jangka waktu waralaba berlangsung.

Franchisor sebetulnya bebas menentukan berapa besarnya franchise fee. Ada yang menentukan Rp. 10 juta/tahun, ada juga yang lebih. Semuanya tergantung dari potensi dan prospek bisnisnya. Jika seorang franchisor bisa membuktikan bahwa bisnisnya memiliki potensi keuntungan yang sangat besar, menentukan franchise fee sebesar-besarnya juga tidak masalah, karena franchisee akan tetap untung.

Adapun royalti fee adalah biaya yang harus dibayar setelah gerai waralaba mulai beroperasi. Pada umumnya, pewaralaba yang menetapkan pembayaran harus

dilakukan setiap awal bulan, misalnya sebelum tanggal 10 bulan.

Royalty fee yang wajar di seluruh dunia adalah 5%, 10% atau 15% dari omzet (penjualan). Tentunya memilih prosentase ini tidak semudah menunjuk salah satunya, karena harus mempertimbangkan nett profit minimal yang harus diperoleh franchisee untuk mengembalikan biaya investasinya. Semakin banyak omzet penjualannya, semakin banyak pula dapat mengambil royalty fee-nya.

Metode royalti ini beragam. Namun umumnya berupa persentase terhadap setiap penghasilan yang diterima franchisee, dengan mengecualikan unsur pajak, bila ada.

Pada prinisipnya, royalti fee digunakan untuk:

a. Kelangsungan operasional pewaralaba dalam kaitannya dengan bimbingan berkesinambungan bagai para terwaralaba.

b. Pelaksanaan audit waralaba

dan evaluasi bisnis yang keduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bimbingan berkesinambungan.

c. Penelitian dan pengambangan (R&D).

d. Pengelolaan merek dan strategi pemasaran.

Menentukan franchise fee dan royalty fee harus berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang sudah berjalan (ambil rata-rata omzet, cost, nett profit dalam tiga tahun terakhir berturut-turut). Dengan cara ini, kita dapat menentukan franchise fee dan royalty fee yang wajar. Franchise fee dan royalty fee masuk pada kolom biaya, sehingga mengurangi nett profit. Ini yang perlu diwaspadai. Banyak franchisor abalabal yang tidak mengenakan franchise fee dan royalty fee, itu maksudnya supaya nett profit franchisee tidak berkurang. Padahal tanpa franchise fee dan royalty fee, franchisor tidak dapat hidup. n F

51 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

MENGENAL TIPE CALON FRANCHISEE

Setiap

orang pasti berbeda antara satu sama lain. Setiap orang memiliki kepribadian, minat, hobi, kegiatan, dan hidup di tempat yang berbeda. Begitu juga dengan calon franchisee, tidak bisa kita menganggap mereka semua sama meskipun memiliki sistem franchise yang terstandar secara nasional sekalipun. Karena sangat penting mengenali para calon franchisee. Tujuannya tidak lain adalah agar franchisor bisa menggunakan strategi yang tepat dalam menghadapi mereka. Dengan begitu calon franchisee bisa menerima tawaran franchise yang ditawarkan.

Berikut ini beberapa tipa calon franchises yang perlu diketahui:

1. Tipe Mudah Dipengaruhi dan Sulit Dipengaruhi

Saat franchisor menawarkan bisnis franchese-nya, ia juga memberikan penjelasan sebaik dan semenarik mungkin agar calon frinchesenya yakin dan bergabung dengan bisnisnya itu. Calon franchise yang mudah terpengaruh, tidak begitu sulit dan menghabiskan energi untuk memberi penjelasan yang paling cocok dan

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk dijawab karena sangat sensitif untuk dijawab sembarangan, di mana akan mempengaruhi citra franchisor dan bisnis franchise-nya. Tipe calon franchisee yang mudah hanya cukup memberikan penjelasan standar dengan gaya bicara umum dan menampilkan hal-hal positif pada bisnis yang akan dipresentasikan.

Namun ada juga tipe calon franchisee yang sulit untuk dipengaruhi. Tipe ini seringkali tidak mau mendengar dengan serius apa yang dijelaskan franchisor, tidak percaya, dan tidak interaktif atau mendengar aktif apa yang franchisor presentasikan. Seringkali tipe sulit ini menganggap omongan franchisor seperti angin lalu saja. Penjelasan dari franchisor seperti masuk kuping kanan dan keluar lagi, tidak sempat keluar ke kuping kiri (karena jika kata-kata franchisor masih bisa keluar ke kuping yang satunya, ada kemungkinan penjelasan masih ada yang menyangkut di dalam saluran antara kuping kanan dan kuping kiri).

Namun tipe sulit ini apabila kita sudah memberikan sesuatu yang menarik baginya dan yang sesuai dengan dirinya, maka iapun akan sulit melupakan bisnis

franchise yang membuatnya menarik itu. Tipe ini juga apabila telah jatuh hati pada bisnis franchise tersebut, akan dikejarnya dan digelutinya hingga ia bisa sukses atau sekedar memahami keseluruhannya. Tidak masalah jika calon franchisee yang sulit itu ingin memahami keseluruhannya terlebih dahulu sebelum bergabung. Yang jelas di sini dapat terlihat kesuksesan franchisor untuk terus membuat tipe calon franchisor yang sulit ini semakin hari dan semakin tertarik. Franchisor pun siap menghadapinya jika ada masalah kejenuhan atau kebosanan yang terjadi agar selalu membuat calon frinchesee-nya ini tetap tertarik dan antusias.

2. Tipe Konsisten dan Tidak Konsisten Ada pula tipe calon franchisee yang konsisten dan tidak konsisten. Tipe yang konsisten ialah calon franchisee yang biasanya on time saat ingin melakukan pertemuan untuk presentasi bisnis maupun dalam kegiatan kesehariannya. Saat mendengarkan presentasi bisnispun, tipe konsisten akan konsisten mengikuti aturan yang harus diptuhi selama presentasi berlangsung. Ia akan tetap fokus walaupun ada getaran SMS atau telepon dari

JULI - AGUSTUS 2018 52 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

ponselnya. Tipe konsisten akan tertarik dengan frinchisor yang juga konsisten dengan bisnisnya; frinchresor konsisten untuk menerangkan sisi positif dari bisnis, maupun kekurangannya. Franchisor harus berusaha agar tidak plin-plan dalam berkata-kata atau menjelaskan pertanyaan yang diajukan calon franchisor. Dari kekonsistenan yang ditunjukkan franchisor, calon franchisee yang konsisten akan melihat bahwa franchisor dan bisnisnya merupakan frinchese yang baik dan sesuai dengan dirinya. Maka calon franchisee itu akan merasakan adanya kewibawaan franchisor dan akan mencontohnya, sebelum akhirnya secara konsisten akan bergabung dengan franchisor.

Selain tipe konsisten, adapula tipe yang tidak konsisten. Tipe calon franchisee yang tidak konsisten merupakan kebalikan dari tipe konsisten. Franchisee ini akan terlihat tidak mengikuti alur proses presentasi frinchese. Ia juga bisa saja datang terlambat dan juga tingkah lakunya sering berubahubah, dan tidak diam. Terkadang ia tertawa sendiri yang cukup lama, terkadang diam namun pikirannya melayang, dan terkadang menyela untuk bertanya, namun pertanyaannya kurang sesuai dengan yang sedang dibahas. Untuk para franchisor dalam menghadapi calon franchisee-nya yang seperti ini, maka franchisor harus lebih jeli melihat minat dan kertertarikannya terhadap hal apa dari awal (saat perkenalan) sebelum melakukan presentasi, agar nanti dapat mengalihkan pikiran atau perilaku dari calon franchisee ke fokus yang sedang dibicarakan.

Selain itu, karena tipe orang yang tidak konsisten ini seringkali berubahubah, maka cara atau gaya franchisor saat menghadapinya juga harus fleksibel, bisa menyesuaikan calon franchisee baik nada bicaranya, gaya bahasanya, maupun

cara berperilakunya (misalnya jika calon franchisee ingin duduk sambil mengangkan satu kaki seperti orang makan, maka dibiarkan saja, karena mungkin calon franchisee itu nyaman dengan posisi duduk yang seperti itu). Franchisor juga harus berusaha jangan terlihat kaku dan terlalu terpaku terhadap aturan (bukan berarti bertindak di luar aturan dan kode etik bisnisnya). Di sini dituntut kejelian dan kecerdikan dari franchisor.

3. Tipe Oportuniti atau Suka Mencari

Peluang dan Hanya Memanfaatkan

Tidak semua orang yang kita kenal dalam hidup adalah orang yang tulus dan baik. Banyak pula orang yang manipulatif (suka memanipulasi, yakni menunjukkan wajah baik hanya di depan kita, namun di rumah, di organisasi, maupun di lingkungan pergaulannya menunjukkan wajah yang pemarah bahkan tanpa ekspresi sama sekali. Begitupun sebaliknya ada pula orang yang menunjukkan wajah yang arogan, tidak senang, dan terkesan ingin marah di depan kita, namun di tempat lain atau di lingkungannya, ia adalah orang yang ramah dan baik hati). Franchisor harus jeli melihat hal ini pada calon franchiseenya. Tidak semua calon franchisee itu baik dan penurut, karena antara calon franchisee yang satu dengan yang lain tidaklah sama. Bahkan antara orang baik yang satu dengan orang baik yang lain pun berbeda, terlebih lagi pada orang yang tidak baik, pasti berbeda tipe ketidakbaikannya itu.

Tipe oportuniti ini merupakan tipe orang yang hanya melihat peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Saat mengikuti presentasi dari franchisor, orang ini bisa saja terlihat serius, padahal ia sedang mencari cara untuk membuatnya untung dengan memanfaatkan yang bisa dimanfaatnkannya, termasuk

franchisor. Tipe ini bisa terlihat saat ia meminta sesuatu atau syarat tertentu untuk mau mengikuti presentasi bisnis. Saat presentasipun ia ingin disuguhkan ini dan itu.

Nah, bagi franchisor yang menemui calon franchisee seperti ini, bagaimanapun harus bisa memahami dan mengerti apa saja hal-hal yang dapat dilakukan untuk bisa menguasainya. Karena apabila calon franchisee tipe ini sudah tertarik, berharap, dan mau bergabung dan menjalaskan bisnis frinchese dengan sungguh-sungguh, maka ia akan berusaha bagaimanapun caranya untuk dapat membuat bisnis frinchesenya maju dan berkembang bagaimanapun caranya. Tipe calon franchisee yang oportuniti ini sebenarnya tipe orang yang energik, semangat, cerdas, dan banyak akal. Maka sebenarnya franchisor yang bertemu dengan tipe ini harusnya beruntung, melihat potensi yang ada dalam diri calon franchisee ini. Tinggal bagaimana franchisor bisa berkomunikasi yang baik dengannya dan menguasainya.

4. Tipe Spontan atau Pembelajar

Tipe ini merupakan tipe calon franchisee yang terbuka, apa adanya, merespon dengan hal-hal positif, dan mau mempelajari sesuatu yang baru, juga senang mengambil pelajaran dari orang lain yang lebih hebat atau baik. Tipe ini merupakan tipe yang cukup mudah untuk diajak bergabung asalkan dia dapat mempelajari sesuatu yang baru atau sesuatu yang sudah ia ketahui namun dapat meningkatkan keterampilannya. Calon franchisee seperti ini akan terlihat seperti tidak mengenal lelah untuk terus belajar. Namun tipe seperti ini juga dapat mudah merasa bosan jika ia tidak ada sesuatu yang dapat dipelajari lagi. Sesuatu yang pasti dan dapat meyakinkan hasilnya akan

53 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

mudah berpengaruh kepada tipe calon franchisee spontan atau pembelajar ini. Untuk tipe ini, franchisor juga harus dapat menyamakan gerak-gerik orang ini, apakah orang itu banyak bergerak atau banyak berkata-kata namun jarang bergerak. Franchisor dalam penjelasannya juga harus dapat menyesuaikan gerakan tubuhnya dengan calon fincheseenya itu, karena akan membuat calon franchisee lebih nyaman dan terbuka.

5. Tipe Analitis

Franchisor harus berhati-hati dalam berbicara dan harus juga melakukan banyak persiapan untuk menghadapinya. Tipe analitis ini merupakan tipe orang yang perfeksionis, yakni orang yang harus sempurna dalam semua hal. Sehingga setiap kata-kata dan gerakan tubuh franchisor akan dilihat dipikirkan dan bisa-bisa selalu dikritisi. Tipe analitis pada dasarnya ialah orang yang cerdas dan berhati-hati, sehingga franchisor yang menghadapinya juga harus bisa menjadi orang cerdas dan berhati-hati pula. Orang analitis sering bertanya tentang sistem frinchese, perkembangan, produk, dan kemungkinan hasil yang didapatkan dari sisi baik buruknya atau terkadang ia menganalisa dengan mengutip perkataanperkataan orang. Orang bertipe analitis sebenarnya seperti orang yang sedang mencari pendirian, sehingga apabila franchisor dapat membuat calon franchisee yang analitis ini dapat menumbuhkan pendiriannya dalam bisnis frinchese yang ditawarkan, maka sudah bisa dipastikan orang ini akan bergabung. Selain itu seringkali tipe orang analitis selalu mengatakan pemikiran-pemikirannya mengenai bisnis frinchese yang ditawarkan oleh franchisor. Ia akan memberikan argumen-argumen mengenai mengapa ia

harus bergabung dan tidak bergabung. Di sini peran franchisor akan penting lagi, di mana franchisor harus dapat mematahkan pemikiran-pemikirannya atau menjelaskan sesuatu yang dapat menenangkan pemikiran franchisee-nya itu, atau dapat juga mengalihkan argumen yang tidak dapat dijawab oleh franchisor ke hal lain yang menjadi fokus calon franchisee itu.

6. Penolak

Tipe calon franchisee yang satu ini merupakan tipe yang selalu berpikir negatif, baik itu kepada bisnis frinchise maupun pada franchesor-nya. Orang yang bertipe ini selalu menolak penjelasan baik dan keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan mengikuti franchise tersebut. Ia selalu memberikan alasanalasan yang dapat menjatuhkan nilainilai positif yang dimiliki frinchese yang ditawarkan oleh franchisor. Sebenarnya orang yang bertipe seperti ini ialah karena cara berpikirnya maupun cara ia memandang sesuatu selalu negatif, karena di dalam dirinya masih banyak sifat-sifat negatif. Dari sini franchisor dapat mulai untuk mencari tau sebab calon frinchesenya itu menolak dan dapat menyisipkan hal-hal yang dapat membangun citra di dalam diri calon franchisee itu menjadi positif sambil membangun citra positif frinchese-nya di mata calon franchisee itu.

Memang cukup sulit menghadapi orang yang berpikiran negatif pada diri kita, apalgi calon franchisee yang bertipe menolak apapun yang disampaikan franchisor mengenai bisnis franchise-nya, bahkan dapat menjatuhkan nilai-nilai positif frinchese. Namun hal ini harus dipandang baik dan positif oleh franchisor agar dapat mengambil pelajaran dan makna positif dalam hal ini, sekaligus sebagai latihan bagi franchisor untuk menghadapi orang-orang

yang seperti ini.

A. Plus Minus Tipe Franchisee

Di atas telah dijelaskan mengenai memahami tipe calon franchisee, dan telah disebutkan pula seperti apa macammacam tipe calon franchisee. Tipe calon franchisee dan tipe franchisee sebenarnya tidak jauh berbeda, hanya perbedaannya ialah pada fokus kita melihat tipe tersebut. Jika pada tipe calon franchisee fokus utama sebenarnya ialah pada perkenalan dan mengajak, namun pada tipe franchisee ini yang merupakan anggota atau orang yang sudah bergabung dan menjalankan franchise, fokusnya menjadi tipe franchisee seperti apa pada proses dalam menjalankan bisnis dan perkembangannya. Selain itu bagian ini akan lebih memfokuskan lagi pada plus minus tipe franchisee itu sendiri. Sebenarnya ada banyak tipe franchisee yang menurut pendapat ahli yang satu dengan ahli yang lainnya berbeda. Namun di sini akan disebutkan menjadi tiga tipe franchisee, di mana ketiga tipe yang akan disebutkan ini mencakup banyaknya tipe dan macam-macam franchisee. Ketiga tipe franchisee itu ialah: tipe franchisee hebat, tipe franchisee potensial, dan tipe franchisee umum.

1. Tipe Franchisee Hebat

Tipe franchisee ini merupakan tipe orang yang mau mengikuti saran dari franchisornya, mengikuti sistem yang dimiliki, mau belajar dan terus memperbaiki kesalahan. Maka dengan sikap dan cara berbisnis seperti ini, tidak diragukan lagi kalau bisnisnya pasti akan berkembang. Kebaikan dari tipe franchisee hebat ini ialah dapat dengan cepat menjadi salah satu orang tertinggi dalam level bisnisnya dengan perkembangan bisnisnya itu. Ia juga

JULI - AGUSTUS 2018 54
UTAMA
TAJUK
Foto: Istimewa

dapat menjadi kepala bahkan melebihi level franchisor-nya. Ia dapat juga menjadi salah satu pusat dari perjalanan pendapatan profit baik dari orang yang berada pada level di atasnya, maupun level di bawahnya. Dengan cepat franchisee ini akan menjadi central dalam bisnisnya.

Namun meskipun franchisee hebat ini terlihat sempurna, ada juga kekurangannya, baik dari diri franchisee itu, maupun dari bisnisnya. franchisee yang sudah menempati posisi atasan dalam bisnis frinchisenya meskipun dalam waktu yang lama dan perjalanan yang sangat berliku dan susah payah ditempuh, masih bisa merasa tinggi hati dan arogan, apalagi franchisee yang dengan cepat mendapatkan kedudukan atasan. Ujian pertama yang akan diterimanya sudah pasti rasa sombong dan malas karena merasa sudah mendapatkan dengan mudah. Selain itu karena kedudukannya yang sudah menjadi central dalam bisnis, saat franchisee hebat yang sudah berkembang ini lesu atau mengalami kemunduran (tidak berkembang lagi) entah karena jenuhnya dan tiba-tiba kehilangan minat berbisnis, atau karena masalah yang belum juga terselesaikan bahkan bertambah banyak, maka bagian-bagian lain dalam bisnisnya (upline-downline atau atasan-bawahan) akan terganggu karena bisnisnya tidak dapat berembang sehingga mempengaruhi profit yang harusnya berjalan seperti biasa, karena harus melalui orang ini sebelum ke atasan misalnya, akan terhambat.

Tipe franchisee ini merupakan tipe orang yang baru bergabung, memiliki semangat dan usaha, namun belum sekeras dan sebaik franchisee hebat. Franchisee potensial masih harus banyak belajar dan mengerti cara menjalankan bisnis dengan baik. Franchisee potensial juga memiliki potensi untuk berjalan dengan cara sendiri dan mengambil keputusan sesuai dengan perasaannya, jika ia merasa sudah tidak cocok dengan franchisor-nya. Untuk itu bagi franchisor, ia harus sering memonitoring perkembangan franchisee ini dan selalu mengupdate informasi-informasi baru yang dibutuhkannya. Ibarat anak yang baru berjalan, maka franchisee ini masih perlu dituntun dan banyak berlatih.

Kelebihan tipe franchisee ini ialah memiliki semangat berbisnis dan kerajinan yang baik untuk mengikuti sistem dan menghadiri pertemuan-pertemuan yang diadakan bisnis frinchese-nya. Perasaan franchisee ini sudah merasa berhubungan dengan franchise-nya, dalam arti ia sudah siap melakukan hal-hal yang dianjurkan atau mau tidak mau harus dilaksanakan demi kemajuan bisnisnya. franchisee ini akan selalu berpikir positif pada franchisee-nya bahkan tidak mudah berpaling jika ditawari franchise juga oleh orang lain bahkan teman dekatnya. Kekurangan dari franchisee tipe potensial ialah masih rapuh dan belum bisa mandiri. Kalaupun ia mengambil langkah mandiri, akan banyak ujian dan serangan yang dapat menjatuhkan kepercayaan diri dan keyakinannya pada bisnis. Jadi masih sangat rentan sekali. Di sinilah ujian bagi

frachisee, apakah ia dapat melampaui dan mengatasi banyak permasalahan yang terjadi sehingga dapat mencapai level kemampuan franchisee hebat, atau justru menurun dan tak lagi potensial seperti tipe franchisee umum yang akan dibahas selanjutnya. Setelah mengetahui tpe franchisee potensial ini, franchisor akan memiliki peran penting bagi perkembangan atau kemunduran franchisee-nya ini.

3. Tipe Franchisee Umum

Tipe franchisee umum merupakan tipe franchisee biasa yang baru bergabung namun belum mengabil langkah-langkah untuk mengembangkan bisnisnya, atau belum menjalankan sistem entah karena malas, takut, atau belum yakin dan masih asing pada bisnis frinchise yang meskipun sudah dipilihnya itu. Bisa juga ini merupakan tipe franchisee yang sudah tidak berjalan lagi karena jenuh, sudah tidak percaya atau berhenti dari bisnis. Ini juga bisa jadi kemunduran dari tipe kemampuan franchisee potensial menjadi franchisee umum.

Kelebihan dari tipe franchisee umum ini ialah masih mudah dipengaruhi dan diberi sugesti-sugesti untuk kemajuan bisnis. Tipe seperti ini biasanya membutuhkan banyak informasi tentang bisnis dan masukan-masukan pengetahuan tentang franchise-nya maupun motivasi untuk menjalankannya. Biasanya tipe ini tidak banyak berkomentar dan ingin melihat contoh dari franchisor dalam menjalankan bisnis. Ia juga butuh siosok yang selalu dapat ia anut dan pegang teguh cara-cara dan nasihatnya dalam bisnis.

Kekurangan dari tipe franchisee umum ini biasanya orangnya sulit dihubungi dan sulit diajak betemu untuk membahas bisnis dan perkembangannya. Terkadang sulit diajak ke pertemuan-pertemuan, seminarsemunar, maupun pelatihan-pelatihan keterampilan bisnis yang diadakan oleh sistemnya, bahkan meskipun itu agenda dari bisnisnya. Tipe ini seringkali hanya mau bertemu dan membahas bisnis di rumah atau di tempat biasanya dia nongkrong atau berkunjung, meskipun tempatnya tidak kondusif untuk membahas bisnis. Intinya franchisee ini menginginkan tempat yang nyaman baginya.

Dari sini bisa dilihat bahwa franchisee tipe umum menginginkan melakukan bisnis yang aman, nyaman, tenang, dan damai. Padahal perjalanan untuk menjadi seukses secara umum ialah harus menempuh aral rintang dan mengatasi berbagai mesalah di depan yang belum ia sadari. Dari sini franchisor harus menyadari bahwa tipe ini harus diajak cara berbisnis yang nyaman terlebih dahulu, jangan langsung menunjukkan fakta yang begitu keras dan menerjunkan pada medan yang penuh tantangan. n F

55 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA
2. Tipe Franchisee Potensial Foto: Istimewa

KIAT MEYAKINKAN CALON FRANCHISEE

Calon

franchisee (calon investor) tidak serta merta memberikan modalnya atau ingin membeli bisnis franchise, tanpa ada sesuatu yang menarik baginya, membuatnya yakin akan peluang bisnis franchisee itu dan merasa memiliki harapan yang baik dalam bisnis frinchese tersebut. Untuk itu seorang franchisor harus dapat mengerti cara seperti apa yang baik untuk meyakinkan franchisee, seperti apa cara berkomunikasi yang baik dengan franchisee target atau dengan siapapun, juga harus bisa memberikan harapan baik yang akan selalu dipikirkan dan dirasakan calon franchisee agar dapat melakukan dengan baik dalam perjalanan bisnisnya.

Berikut beberapa hal yang dapat menjadi kiat-kiat untuk meyakinkan calon franchisee:

1. Meyakini franchisee dengan faktor pengalaman dari franchisor.

Calon franchisee akan butuh sekali informasi yang lengkap mengenai pengetahuan teoritis tentang jenis franchisee yang akan ia jalankan dan

pengetahuan mengenai pengalamanpengalaman orang-orang yang pernah sukses dalam menjalankan franchise tersebut. Semakin lengkap calon franchisee mendapatkan informasi yang ia butuhkan, semakin tinggi ketertarikannya untuk bergabung dengan franchisor. Maka seorang franchisor dituntut untuk memiliki pengalaman yang banyak dalam bidang franchise yang digelutinya, dan pengetahuan yang memadai untuk dijelaskan kepada calon franchisee. Atau kalau franchisor belum begitu memiliki banyak pengalaman dalam dunia frinchesenya, minimal ia dapat menjelaskan pengalaman-pengalaman orang lain yang sukses dengan mengambil langkah bisnis pada franchise-nya itu.

Franchisor yang banyak memberikan petikan-petikan pelajaran dari pengalaman-pengalamannya atau pengalaman dari orang lain yang telah sukses, yang diceritakan kepada calon franchisee, akan membuat calon franchisee menjadi banyak mendapat pelajaran tentang kehidupan franchise yang sedang dijelaskan. franchisee yang

banyak mendapat pelajaran itu, akan merasa dapat belajar dari franchise yang sedang diterangkan kepadanya, dan akan membuat ia secara tidak disadarinya akan bergantung pada pengetahuan keilmuan dari frinchese itu, yang membuatnya yakin akan mengambil langkah awal bisnis melalui franchise yang sedang dijelaskan oleh franchisor.

2. Membuat calon franchisee yakin akan kemampuan dirinya menjalankan franchise.

Seorang franchisor harus dapat membuat calon franchisee yakin akan kemampuan dirinya menjalankan franchise, dengan membangun pikiran dan perasaan yang positif mengenai bisnis frannchise yang ditawarkan. Sebelum dapat melakukan hal itu, sudah mutlak bagi seorang franchisor harus memiliki keyakinan diri yang mantap dan tidak ada keraguan lagi mengenai bisnis yang sudah digelutinya. Sang franchisor harus memiliki semangat yang besar pada bisnis frinchese yang dijalankannya. Franchisor juga harus selalu optimis dalam menghadapi masalah

JULI - AGUSTUS 2018 56 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

dan cerdik mencari jalan keluar untuk keluar dari masalah yang bisa saja datang kapanpun dan dimanapun. Dengan kata lain, ia dapat mengatakan pada dirinya sendiri bahwa “Ada 1000 masalah yang akan ditemui di lapangan dan pasti ada juga 1000 solusi yang akan datang”. Franchisor juga harus selalu berpikir positif tentang bisnisnya terutama saat menghadapi masalah. Franchisor harus merasa bahwa bisnisnya itu ialah bisnis yang baik, dapat mengantarkan pada kesuksesan, dan jelas apa yang dapat dicapai dalam bisnisnya. Sehingga apabila franchisor sudah dapat memiliki sifat, sikap, pikiran, dan perasaan seperti itu, maka franchisor akan dapat dengan mudah meyakinkan seorang calon franchiseenya untuk bergabung dengannya. Calon franchisee pun akan dapat melihat dan merasakan keyakinan dan kepastian dari diri franchisor.

3. Memberikan kesan awal yang baik pada calon franchisee.

Seperti kita bertamu ke rumah orang, atau menerima tamu di rumah, pasti kita menampilkan ekspresi wajah yang tersenyum dan bahasa yang santun saat bertamu dan kita akan menjawab sapaan dari tamu dan mempersilahkan tamu dengan ramah untuk duduk lalu menyuguhkan minuman atau makanan. Begitupun saat ingin menawarkan bisnis franchise kepada calon franchisee. Yang pertama akan dilihat oleh calon franchisee adalah keramahan dan kesantunan sikap

yang apa adanya dan tulus keluar dari franchisor.

Bagi franchisor yang menjalankan bisnisnya, sudah pasti bisnis yang ia jalani merupakan bisnis yang sesuai minatnya, bisnis yang sangat menarik baginya dan pasti tidak ada paksaan bagi para pebisnis franchise sejati. Maka jika franchisor dapat menampilkan hal-hal seperti disebutkan, calon franchisee akan dapat terpengaruh untuk memiliki minat yang sama dengan franchisor, bisnis akan menjadi sesuatu yang menarik pula bagi franchisee, dan calon franchisee juga akan bergabung dengan kepastian, ikhlas dan tanpa beban. Kesan awal untuk meyakinkan calon franchisee bisa dimulai dari tutur bahasa yang baik (menyesuaikan kaidah-kaidah sopan santun), pakaian yang rapi (akan menciptakan kesan menghormati), gerak-gerik seluruh tubuh atau salah satu bagian tubuh (misal tangan, kaki, kepala, leher, bibir) agar sewajarnya saja (tidak melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan kesan mencurigakan; seperti menaik-naikkan alis berkali-kali, gerakan mata yang melihat ke sekitar tanpa memperhatikan calon franchisee, meremas-remas telapak tangan sendiri, dan lain sebagainya).

4. Memberikan promosi pada calon franchisee.

Dalam berdagang atau menawarkan suatu barang yang kita katakan menarik dan bagus kepada calon pembeli, seringkali calon pembeli ingin melihat

buktinya. Seperti penjual mangga yang mempersilahkan mangganya untuk dicicipi. Tukang obat yang memberikan promosi mencoba pertama gratis, juga para SPG produk makanan baru di mall-mall atau pasar swalayan bahkan membolehkan orang yang ingin mencicipi sepuasnya makanan promosi yang ditawarkan. Tapi kalau makanan kita nikmati dengan sepuas hati lalu kita tidak membeli, biasanya kita akan merasa malu.

Beberapa hal yang dilakukan orangorang di atas untuk menarik pembeli merupakan suatu ide yang inovatif. Begitu pun dalam bisnis franchise, franchisor juga dapat menunjukkan suatu hal yang menarik sebagai promosi pada calon franchisee. Memang tidak sama dengan menjual barang pada umumnya, dalam bisnis franchise, ada yang bisa menawarkan bagi calon franchisee untuk mencoba produk yang dibisniskan.

Namun ada juga franchise yang tidak bisa menawarkan suatu produk atau jasa karena aturan dari franchise tersebut. Dalam hal ini franchisor dapat menunjukkan bukti-bukti prestasi yang pernah diraihnya sebagai bukti bahwa franchise-nya memang pilihan tepat yang pernah dijalaninya. Atau dapat pula menunjukkan testimoni dari orang-orang yang pernah merasakan manfaat produk atau jasa yang dijual franchise tersebut, juga dapat mengutip komentar positif dari tokoh-tokoh terkenal atau orang terdekat calon franchise mengenai bisnis franchise-nya. n F

57 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

MENJAGA RELASI FRANCHISORFRANCHISEE

franchise itu ibarat tubuh. Franchisor dan franchisee merupakan bagian dari satu tubuh. Jika ada satu yang sakit, maka bagian tubuh lain ikut merasakannya. Franchisee dan franchisor merupakan sejajar, berjalan dalam satu visi bisnis dengan tingkat kepercayaan yang tinggi satu sama lain. Keduanya harus saling mendukung dan membutuhkan.

Bisnis

Franchisor dan franchisee juga memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan, ditaati, dan dihormati. Sehingga dalam perjalanan menjalin bisnisnya, harus ada upaya untuk terus saling mengingatkan dalam rangka sukses bersama.

Jika diibaratkan sebagai hubungan guru dan murid, franchisor berperan sebagai guru dan franchisee sebagai murid. Jika franchisee puas dan berhasil dalam meningkatkan profitnya, franchisor ibarat guru yang mendapati anak muridnya berprestasi gemilang.

Bagi franchisor, franchisee merupakan aset sekaligus partner dalam menjalankan bisnis. Franchisor dan franchisee secara bersama terlibat dalam setiap review perusahaan, terutama mengenai progres bisnis yang dilakukan secara berkala. Termasuk didalamnya merumuskan langkah-langkah perbaikan yang perlu diambil untuk mencapai harapan dan keinginan merek franchisenya.

Terkait dengan kerja sama tersebut, franchisor harus bisa menciptakan kepuasan dalam diri franchisee karena franchisee akan menjadi agen komunikasi bagi calon-calon franchisee baru. Pengalaman franchisee dalam menjalin kerja sama dengan Anda sebagai franchisor dapat mengundang berbagai calon investor baru. Sebaliknya, jika informasi dari franchisee bersifat negatif karena tidak puas dengan sistem franchise Anda, akan sulit rasanya mendapatkan franchisee baru.

Kepuasan maupun ketidakpuasan franchisee dipicu oleh franchisornya. Maka itu, franchisor harus lebih dulu

memulai upaya terbaiknya sehingga bisa dicontoh dan menjadi inspirasi bagi para franchiseenya. Franchisee juga harus didorong dan terus diberikan stimulus agar bisa lebih sukses dari franchisornya sehingga bisa melakukan yang terbaik bagi bisnisnya. Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan franchisor guna memberi kepuasan bagi franchiseenya, yaitu : Pertama, membangun sistem yang solid. Sistem yang solid dapat mempercepat proses transfer knowledge of business kepada para mitra (franchisee) untuk selanjutnya bisa lebih mendekatkan diri kepada customer. Sistem disini tentunya mengacu kepada sistem secara keseluruhan (komprehensif) yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk membangun jaringan bisnisnya.

Kedua, membangun relationship. Pola hubungan diarahkan pada komunikasi dua arah. Baik franchior maupun franchisee

berada dalam posisi setara. Hanya saja, secara fungsional berbeda. Yang juga tidak kalah penting, franchisor memiliki kemauan untuk mendengarkan harapan dan keinginan franchisee dalam membangun bisnisnya bersama-sama franchisor. Ketiga, membangun hubungan yang intim antara franchisee-franchisor. Ingat, jika terjalin hubungan yang intim maka akan banyak memberi efek positif. Permasalahan yang muncul akan lebih mudah diselesaikan jika hubungan franchisee dengan franchisor berjalan harmonis. Nah, untuk membangun hubungan dengan franchisee, bisa menggunakan tiga pola antara lain :

1. Rutin berinteraksi dan berkomunikasi minimal 1 – 2 kali dalam seminggu untuk persoalan yang strategis, taktis, teknis, dan non-bisnis.

2. menutup diri bila franchisee sedang menghadapi atau sedang ingin

JULI - AGUSTUS 2018 58 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

membahas hal strategis maupun fundamental. Seorang franchisor yang bertanggung jawab tentu tidak akan meninggalkan atau membiarkan franchisee-nya berada dalam kesulitan. Melalui diskusi dan pemecahan masalah bersama, hal yang sedang dialami franchisee akan segera teratasi dan hal ini tentu menguntungkan pihak franchisor pula.

3. Berinteraksi dan berkomunikasi intens dalam pertemuan bulanan, semesteran atau tahunan, dan moment-moment tertentu yang dianggap penting. Hal ini perlu sekali dilakukan untuk menjaga hubungan antara franchisor dan franchisee. Forum ini juga bisa digunakan sebagai media penyelesaian masalah atau berbagai pengalaman sesama franchisee. Dengan pertemuan dan jalinan yang baik antara kedua belah pihak, para franchisor dan franchisee, bersiaplah menerima keuntungan yang berlimpah.

Keempat, meningkatkan support.

Franchisor dapat memberikan franchise support berupa pelatihan, dan sharing business knowledge baik mengenai produk, penjualan dan entrepreneurship. Pelatihan dapat dilakukan di kelas atau on the job training di salah satu outlet franchise selama periode tertentu.

Kelima, setiap outlet franchisee memiliki dinamika dan kondisi yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, jika ada problem yang harus dipecahkan, franchisor semaksimal mungkin bisa memberi solusi. Dan tentunya, franchisor bisa melayani dengan

setulus hati serta memberikan pelayanan yang terbaik.

Keenam, membantu meningkatkan profit. Ini penting karena ukuran kepuasan dalam bisnis franchise adalah, jika kinerja bisnis franchisee mengalami peningkatan dan memperoleh omzet dan profit yang baik.

Ketujuh, kepuasan franchisee merupakan kebanggaan bagi franchisor. Sebab dengan begitu, reputasi organisasi

franchise, brand, sistem, program, dan strategi milik franchisor terbukti bagus. Kepuasan franchisee adalah angka tertinggi. Karena dari situ bisa lahir bisnis yang sustain. Franchisee berperan sebagai ujung tombak penjualan produk/jasa Anda. Jika franchisee tidak puas, customer tidak akan puas. Dan sebaliknya, kalau customer puas, untung franchisee juga akan melimpah dan berlipat ganda.n F

59 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

MENGUJI KESIAPAN SEBELUM BERBISNIS FRANCHISE

Siapapun

tidak ingin salah dalam memilih franchise yang ingin dikelolanya. Banyak kejadian, akibat kesalahan dalam menentukan franchise, akhirnya terwaralaba hanya mengalami kerugian. Untuk itu, dibutuhkan kecermatan dan persiapan dalam memilih franchise merupakan .

Sebab jika tidak hati-hati calon investor bisa menelan kerugian. Bisa jadi usaha waralabanya akan gulung tikar di tahun pertama. Maka itu dibutuhkan ketelitian. Telitilah berbagai segala kemungkinan sebelum memilih franchise, sehingga siap untuk menekuni bisnis franchise. Beberapa pedoman dalam tahapan memilih franchise antara lain:

1. Bila Anda menjadi investor owneroperator, pilih bidang yang kirakira dapat Anda nikmati rutinitas

kesehariannya.

2. Patut Anda pertimbangkan dalam proses memilih ini: Pilihlah bisnis yang tetap dibutuhkan meski di tengah situasi krisis. Misalnya, gunting rambut atau salon (rambut selalu tumbuh dan harus dipotong); kebutuhan anak-anak (pendidikan dan ritel produk anak-anak); ritel kebutuhan sehari-hari (minimarket); dan kesehatan (apotek, toko obat, klinik, laboratorium). Bidang lain yang mungkin masih bisa diperdebatkan, tetapi tetap menarik pula di tengah krisis adalah produk fashion wanita, kecantikan wajah, hobi, perawatan mobil, laundry, serta makanan dan minuman.

3. Pilih produk yang memiliki kecukupan pasar di wilayah Anda. Kecukupan pasar berarti ada permintaan (demand)

yang cukup dan cenderung terus meningkat.

4. Ingat pernyataan ini: Kesuksesan di kota asal merek waralaba bukan jaminan bahwa merek itu akan sukses di lokasi Anda. Kekuatan pemimpin pasar di suatu daerah juga terlihat dari kepiawaian mereka menghadapi pesaing dari daerah lain, misalnya bimbel Ganesha di Bandung mampu menghadang serbuan merek besar dari Yogyakarta, dan Briton (kursus bahasa Inggris) tetap berjaya di Makassar meski merek besar dari Jawa masuk ke ibu kota Sulawesi Selatan itu.

5. Sesuaikan dengan kesiapan jumlah dana Anda. Dalam masalah pendanaan, sebaiknya tidak bergantung pada pembiayaan oleh bank, meski banyak tawaran untuk

JULI - AGUSTUS 2018 60 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

kredit khusus waralaba. Seandainya terpaksa, sebaiknya jumlah pinjaman tidak lebih dari jumlah utang dagang. Ini disebabkan margin keuntungan harus dibagi dengan pewaralaba dalam bentuk biaya waralaba seperti franchise fee dan royalti, sehingga tambahan pembayaran bunga bank berpotensi akan membebani Anda secara signifikan.

6. Pastikan Anda dapat memercayai reputasi dan integritas pewaralaba, baik perusahaannya maupun pemilik dan tim manajemennya. Waralaba itu terkait dengan prospek atau peluang usaha dan hubungan jangka panjang antara terwaralaba dengan pewaralaba, minimum lima tahun. Beberapa cara menggali aspek ini antara lain dengan bertanya kepada orang-orang yang sedang, atau pernah menjadi terwaralaba. Pihak lain yang bisa ditanya antara lain: pegawai pewaralaba dan terwaralaba, bankir, dan pemasok.

7. Ujilah semua asumsi dalam proyeksi keuangan yang disajikan oleh pewaralaba, mulai dari harga jual hingga margin keuntungan, mulai dari volume penjualan hingga jumlah pelanggan dan jumlah nominal transaksi per pelanggan, juga asumsi mengenai biaya sewa tempat, asumsi biaya listrik bulanan, dan gaji pegawai yang tak jarang kurang realistis (di bawah UMR). Bila perlu, tongkrongi gerai mereka selama seminggu. Buatlah sendiri proyeksi keuangan versi Anda, yang sudah disesuaikan asumsi-asumsinya, sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan Anda dalam memilih waralaba yang akan Anda beli. Jangan memercayai mentah-mentah angka yang disajikan dalam iklan atau berita ataupun profil mengenai waralaba di media massa.

8. Evaluasi dengan teliti isi kontrak atau perjanjian waralaba. Perhatikan kewajiban pewaralaba dan terwaralaba, serta pembatasan yang diberlakukan terhadap Anda. Teliti kejelasan syarat dan biaya perpanjangan perjanjian waralaba bila jangka waktu perjanjiannya berakhir nanti. Cermati pula hal-hal yang dapat mengakibatkan pengakhiran perjanjian atau pemutusan hubungan waralaba, serta aspek-aspek terkait dengan exit strategy (pengalihan hak waralaba kepada pihak lain, perubahan kepemilikan saham perusahaan Anda, hak ahli waris, dan sebagainya). Jangan segan bertanya kepada pewaralaba bila ada yang kurang Anda mengerti. Negosiasikan hal-hal yang perlu dinegosiasikan.

9. Bila ada jaminan atau garansi tertentu, pastikan jaminan itu tercantum dalam kontrak dan kata-katanya mudah Anda dipahami. Ada pewaralaba yang memberi jaminan keuntungan minimum 1% per bulan, entah dihitung dari jumlah modal yang ditempatkan atau dari angka lain. Ada pula pewaralaba yang memberi jaminan uang kembali bila dalam waktu tertentu tidak tercapai tingkat pengembalian balik modal hingga 100%. Pastikan ada kesamaan persepsi mengenai definisi balik modal ini. Pastikan pula kejelasan persyaratan berlakunya jaminan ini.

10. Pilih lokasi yang terbaik. Persetujuan pewaralaba terhadap lokasi yang Anda ajukan tidak memberi jaminan bahwa bisnis Anda akan lancar. Bila perlu, Anda sewakan ruko Anda ke pihak lain, kemudian Anda menyewa ruko orang lain yang lebih strategis. Biaya sewa ruko yang murah akan menjadi mahal ketika ruko itu tidak mendatangkan jumlah pelanggan yang dibutuhkan. Tidak jarang selisih biaya sewanya setara atau lebih besar dari biaya promosi untuk mendatangkan pelanggan ke ruko yang kurang strategis itu.

n F

61 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

MEMAHAMI PRODUCT KNOWLEDGE

Sebagai

pedagang seharusnya sudah bisa mengerti dan memahami seluk beluk barang yang dijualnya. Baikburuk, cacat-tidaknya barang harus dapat diketahui telebih dahulu agar dapat meminimalkan resiko kekecewaan dari pembeli yang kecewa dengan barang yang dibelinya, yang dapat merusak citranya sebagai seorang pedagang maupun barang dagangannya. Begitupun seorang franchisor harus dapat mengerti seluk-beluk produk dan bisnis yang dijalankannya, agar dapat dengan benar menjelaskan kepada calon franchisee maupun menjual dengan cara yang baik dan menarik.

Pengetahuan tentang produk yang ditawarkan sudah mutlak menjadi kewajiban bagi franchisor. Pasalnya tidak

semua calon franchisee atau pembeli buta akan pengetahuan mengenai produk yang ditawarkan. Dengan zaman informasi yang serba canggih seperti saat ini, informasi apapun dapat dengan mudah dan cepat diakses. Maka dari itu seorang franchisor yang baik haruslah berpikir bahwa orang yang sedang ditawari bisnis atau produknya pasti mengetahui minimal sedikit tentang bisnisnya maupun bisnis frinchese secara umum. Hal ini untuk menghindari terkesan bohong dan memperdaya orang lain. Franchisor pun harus memahami bahwa ada calon franchisee yang sudah memiliki pengetahuan sebelumnya mengenai bisnis maupun produk yang ditawarkan, dan ada juga calon franchisee yang sama sekali belum mengetahui.

Bagi calon franchisee yang sudah memiliki pengetahuan sebelumnya, franchisor jangan memperlakukannya seperti orang yang tidak mengerti apaapa, mereka biasanya ingin mendapatkan sesuatu yang baru untuk memberikan alasan yang kuat agar bergabung atau mereka juga ingin mendapat informasi yang baru untuk menambah pengetahuannya. Calon franchisee yang masih sedikit mengetahui informasi atau bahkan belum sama sekali tahu, harus dijelaskan sedetail dan sebaik mungkin agar mereka mendapatkan informasi yang utuh dan tidak salah sangka.

Berangkat dari fakta-fakta mengenai pentingnya product knowledge itu, berikut kita akan paparkan pembahasan lebih

JULI - AGUSTUS 2018 62 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

dalam mengenai product knowledge. Menurut Leksana TH, seorang Executive Coach dan NLP Practitioner, knowledge bisa diartikan sebagai oengetahuan yang kita peroleh karena masuknya informasi ke otak kita. Pengetahuan dapat disimpan sebagai memori. Knowledge merupakan apa saja yang kita ketahui. Secara garis besar ada dua jenis knowledge, yaitu pengetahuan fakta – berupa informasi yang kita terima sebagai kenyataan dan pengetahuan eksperiensial – yaitu pemahaman yang kita peroleh berasal dari pengalaman kita. Pengetahuan faktual bagi seorang akuntan misalnya berkaitan dengan aturan double entry untuk book keeping. Bagi seorang awak pesawat contoh pengetahuan faktualnya adalah aturan tentang keselamatan penerbangan bagi penumpang. Untuk seorang wiraniaga (begitu juga franchisor) pengetahuan faktualnya adalah tentang product knowledge.

Pengetahuan eksperiensial karakternya berbeda, lebih sulit diajarkan karena sumbernya dari pengalaman dan praktek.

Contohnya pengetahuan eksperiensial bagi seorang akuntan yang telah melewati masa kerja puluhan tahun adalah pengetahuan untuk melindungi perusahaan agar bisa memperoleh keringanan pembayaran pajak secara legal. Seorang manajer supermarket memiliki pengetahuan eksperiensial dalam menentukan produk mana yang laku keras untuk masa liburan anak sekolah. Kita sering mendengar unkapan knowledge is power yang sebenarnya kurang tepat karena mereka yang memiliki knowledge belum tentu memiliki power jika saja tidak ada action atau tindakan sebagai realisasi knowledge tersebut. Kalimat yang lebih tepat barangkai adalah knowledge is power when it is turned into actions that produce result. Pengetahuan akan menjadi kekuatan manakala diubah menjadi tindakan yang membuahkan suatu hasil.

Dari pembahasan mengenai product knowledge tersebut, dapat dicermati bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang franchisor agar dapat menguasai product knowledge dengan baik untuk semakin menarik bagi calon franchisee maupun konsumen. Halhal itu diantaranya ialah: jenis produk,

target pemasaran, perkembangan zaman, perbarui pengetahuan (belajar terus, isuisu terkini)

1. Jenis Produk

Hal pertama yang harus dikuasai oleh seorang franchisor untuk menguasai product knowledge ialah harus dapan memahami jenis-jenis produk yang ada di pasar maupun jenis produknya sendiri. Jenis produk yang ada di pasar ada beragam; mulai dari produk makanan, makanan sehat kosmetik, pakaian, obat-obatan, air minum, peralatan rumah tangga, sampai yang menawarkan jasa. Produk seperti apa yang sedang dibisniskannya, seluk-beluk terciptanya produk itu, fungsi produk tersebut, perkembangan produknya dari awal dirilis sampai saat ini, fungsifungdi dari produknya, yang mana diharapkan oleh calon franchisee atau konsumen mendapat informasi yang utuh dari franchisor. Selain itu franchisor juga perlu mengetahui kelebihan dan kekurangan dari produknya tersebut. Franchisor harus dapat transparan (jujur) dalam menjelaskan mengenai kekurangannya dan kelebihannya. Hal ini sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk strategi pemasaran, yakni jika ia memiliki banyak produk, maka saat produk yang satu memiliki kekurangan, produk itu dapat dilengkapi dengan produk yang lain. Atau jika memiliki satu produk, maka bisa dikatakan jika terdapat kekurangan, hal itu akan menjadi bukan kekurangan lagi pada saat yang lain. Dengan cara itu yang tadinya menjadi suatu kekurangan bagi franchisor, kini akan menjadi sesuatu yang menarik bagi calon franchisee atau konsumen. Selain itu dengan cara seperti ini terlihat sikap kejujuran dan apa adanya dari franchisor.

Franchisor juga harus dapat melihat siapa lawan bicaranya. Hal ini berhubungan dengan cara menjelaskan produk maupun bisnis frinchesenya. Jika berhadapan dengan seorang pengusaha atau orang penting yang memiliki kedudukan tinggi di tempatnya, franchisor harus dengan gaya formal dan profesional untuk menjelaskan. Hindari banyak beercanda dan tertawa, namun sesekali perlu juga melakukan canda untuk mencairkan suasana, hanya saja harus menetahui saat yang tepat. Jika menghadapi anak-anak SMA atau mahasiswa, franchisor juga harus mengerti gaya dan bicara mereka. Biasanya siswa SMA dan mahasiswa lebih senang agak

63 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA

santai dan bercanda, diberi motivasi dan impian-impian penyemangat. Mereka tidak selalu menyukai hal-hal yang terlalu formal dan serius.

Yang menjadi catatan penting ialah jika menjelaskan sesuatu haruslah sesuatu itu dipahami dengan baik dan mengetahui sumber-sumbernya. Jangan asal bicara dan mengutip perkataan orang yang asing di dengar dengan gaya yang ragu-ragu dan bicara yang plin-plan. Hal seperti ini akan menghilangkan minat dan ketertarikan calon franchisee maupun konsumen.

Target pemasaran merupakan sasaran untuk memasarkan produk, baik itu kepada siapa, kapan waktunya, dan di mana. Seorang franchisor profesional harus dapat memahami ketepatan penempatan produknya. Kepada siapa produk itu tepat ditawarkan atau kapan orang tersebut tepat ditawarkan produk, lalu kapan waktunya produk atau bisnisnya itu mulai diperkenalkan secara terbuka pada orangorang terdekat dan teman-teman, maupun di tempat-tempat umum sebagai strategi promosi, juga di mana tempat yang tepat untuk pemasaran produknya; apakah di pasar tradisional, mall, kantor, atau dari rumah-ke rumah.

Menjadi catatan penting bahwa franchisor mengetahui fungsi produknya untuk apa dan target pemasarannya kepada siapa. Produk makanan ringan (misalnya chiki) akan lebih laku untuk ana-anak dan remaja. Produk kesehatan seperti jamujamuan, pil atau minyak gosok, akan lebih menarik minat orang tua dan orang yang sedang sakit membutuhkan jamu maupun pil. Namun hal penting lain unutk franchisor

ialah ia mengetahui waktu yang tepat untuk memasarkan produknya. Saat orang yang tidak sakit ditawari produk berupa obat mungkin akan kurang dilirik, dibandingkan produk vitamin untuk menjaga kesehatan.

Begitu juga menawarkan coklat kepada anak yang sedang sakit gigi dan baru saja dimarahi oleh ibunya karena terlalu banyak makan cokelat, mungkin anak itu akan segera lari dari Anda. Lalu franchisor juga harus memahami tempat yang tepat untuk produknya di mana.

3. Perkembangan Zaman

Waktu selalu berkembang dan berubah. Periode selalu silih berganti. Masalah-masalah baru akan datang bermunculan, begitu juga dengan ide-ide pemecahan masalah akan timbul menyertai permasalahan yang ada. Minat masyarakat kepada suatu hal selalu berganti mengikuti perkembangan zaman dan trend yang sedang muncul. Hal-hal di ataslah yang daapt mempengaruhi kelancaran dan perkembangan bisnis maupun kualitas produk. Franchisor harus jeli melihat hal ini. Ia juga harus perhatikan saat awal munculnya produk atau bisnis yang sedang di jalaninya, kemudian perubahanperubahan dalam perkembangannya, dan apa yang terjadi saat ini yang dapat mempengaruhi perkembangan produknya ke depan.

Franchisor harus dapat memperhatikan apa saja yang pernah terjadi pada produknya untuk dapat mengambil langkah jika produknya sudah mulai kurang diminati masyarakat maupun calon-calon franchisee. Misalnya zaman tahun krisis 1998 orang membutuhkan barang yang instan dapat digunakan dan murah, karena

pada saat itu yang dipentingkan orang ialah normalnya keberlangsungan hidup seperti biasa.

Di era tahun 2000-an yang trend ialah hal-hal yang serba modern, berbau Barat, budaya MTV, di mana setelah krisis dan kondisi masyarakat mulai stabil, orang ingin menikmati hidup dan meningkatkan kualitas hidupnya. Hal-hal serba praktis dan simpel menjadi tren saat itu.

Di era tahun 2005-an yang merupakan era pesatnya perkembangan musik, kebanyakan remaja ingin tampil serba anak band; gaya rambut, pakaian, aksesoris, dan perilaku juga kebiasaan, meniru-niru pemusik agar dapat dibilang anak band.

Di era 2018 ini merupakan era millennial di mana perkembangan internet dan media sosial begitu mempengarahi prilaku konsumen. Di era ini gaya belanja konsumen juga berubah. Mereka menyukai prduk dan jasa yang menjadi rekomendasi atau yang menjadi viral. Mereka juga menyukai hal-hal yang berbau experience, suka nongkrong, suka selfi, dan lebih teliti dalam membeli produk.

Selain contoh besar secara umum, ada juga hal-hal seperti saat acara ulang tahun anak maupun orang dewasa, saat acara pameran usaha, saat acara lomba ide-ide pewirausaha, dll. Saat-saat itu semua harus dapat dimanfaatkan oleh franchisor dan melihat peluang-peluang yang bisa diambil untuk kemajuan dan keberhasilan produknya. Itu merupakan momentmoment yang jangan sampai dilewatkan begitu saja oleh franchisor tanpa melakukan sesuatu pada produknya.

4. Perbarui Pengetahuan

Menjadi franchisor yang baik haruslah selalu menambah pengetahuannya, dan tak berhenti belajar. Dengan selalu menambah pengetahuan lebih banyak dan konsisten dari orang lain, maka ia akan selalu satu atau beberapa langkah di depan daripada yang lain. Begitu pun untuk produknya, semakin ia tambah pengetahuan mengenai produk dan apa yang terjadi dalam perkembangan dan pemasaran produknya, semakin kuat dalam persaingan di pasar dan semakin bertahan minat masyarakat. Memperbarui pengetahuan bukan hal yang dapat disepelekan, karena ini menyangkut pengetahuan terhadap produk dan perkembangan bisnis.

Franchisor harus memperhatikan dengan detail apa yang harus diperbarui mengenai pemahaman tentang produk ini. Sisi baik dan buruknya pendapat masyarakat dan hasil yang telah dibuktikan di lapangan harus menjadi perhatian utama. Juga isuisu terkini mengenai produk Anda tidak dapat ditinggalkan dan diabaikan begitu saja, karena biasanya isu-isu yang terjadi dapat menjadi ramalan perkembangan produk ke depan. n F

JULI - AGUSTUS 2018 64 TAJUK UTAMA
2. Target Pemasaran Foto: Istimewa

PENTINGNYA MEMAHAMI KEUANGAN BAGI FRANCHISOR

Franchisor

adalah pihak pemilik/ produsen dari barang atau jasa yang telah memiliki merek tertentu serta memberikan atau melisensikan hak eksklusif tertentu untuk pemasaran dari barang atau jasa. Franchisor memiliki peran besar dalam suksesnya bisnis franchise yang dijalankan. Keberaniannya untuk mem-franchise-kan usaha yang digeluti menunjukan bahwa usahanya memang sudah proven dan layak untuk difranchisekan secara prosedural. Sebuah usaha baru bisa difranchisekan jika sudah dikelola selama lima tahun. Artinya, dalam jangka waktu ini pemilik usaha atau franchisor sudah sangat mengetahui seluk beluk usaha termasuk juga arus kas usahanya tersebut.

Seorang franchisor yang sudah mapan, banyak menerapkan strategi-strategi jitu agar franchisenya terus berkembang. Pertama, pembatasan wilayah operasi franchise. Secara naluriah, seorang franchisor ingin memiliki cabang di berbagai tempat. Namun, jika hal itu dilakukan tanpa pembatasan justru menjadi bumerang yang malah mematikan dan menimbulkan persaingan tidak sehat diantara para franchisee-nya. Untuk itu, pembatasan wilayah sangat diperlukan sekali. Kedua, melakukan branding berkesinambungan untuk meningkatkan demand. Franchise dikatakan sebagian orang sebagai sistem penjualan yang terintegrasi satu sama lain. Untuk itu, branding sangat diperlukan sekali untuk terus meningkatkan permintaan dari konsumen. Ketiga, sinergi program sales promotion di semua outlet. Salah satu jalan melakukan sinergi ini adalah dengan menyelenggarakan event promosi secara serial, dari satu outlet ke outlet lainnya. Bisa juga dengan membuat event gabungan beberapa outlet yang lebih besar. Sinergi yang berhasil akan meningkatkan promotional effect, dan akhirnya bisa menyentuh langsung peningkatan penjualan outlet yang bersangkutan.

Guna memenuhi ekspansi usaha yang

dilakukan seseorang terutama ke dunia franchise, pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah nomor 42 tahun 2007 tentang kriteria menjual waralaba. Syaratsyarat tersebut sangat mudah untuk diikuti oleh pengusaha. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah model keuangan.

Model keuangan yang baik harus mencakup proyeksi keuangan optimis, break event dan rugi. Proyeksi keuangan harus dibuat sesuai dengan sumbersumber daya yang ada dan serealistis mungkin. Proyeksi keuangan ini yang dipakai sebagai dasar atau master plan untuk menentukan langkah selanjutnya. Pelaku usaha franchise, baik penjual maupun pembeli dapat memutuskan sendiri layak atau tidak layak bisnis tersebut. Bagi waralaba, tentu mereka tidak mau merek yang disandang jadi jelek di mata konsumen. Bagi pembeli waralaba, tentu tidak mau uang investasi melayang tanpa bekas.

Pengungkapan laporan keuangan

Penting Diketahui:

merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam meyusun laporan keuangan, pengungkapan ini melibatkan keseluruhan proses pelaporan. Dalam hal ini, terdapat beberapa metode yang berbeda-beda dalam pengungkapan ini, pemilihan metode yang terbaik pada setiap kasus tergantung pada sifat informasi yang bersangkutan dan kepentingan relatifnya. Metode yang biasa dari pengungkapan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: bentuk dan susunan laporan yang formal, terminologi dan penyajian yang terinci, informasi selipan, catatan kaki, ikhtisar tambahan dan skedul, komentar srtifikat auditor dan pernyataan direktur utama. Selain itu terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan yang menjadi acuan yaitu leverage, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, status perusahaan, umur perusahaan, operating profit margin dan return on equity

Untuk memilih franchisee yang tepat, agar mempertimbangkan beberapa hal berikut:

JULI - AGUSTUS 2018 66 TAJUK UTAMA
1. Bisa dipercaya 2. Memiliki kemampuan menjalankan usaha 3. Memiliki visi dan misi yang sama dengan franchisor 4. Dapat bekerjasama dengan frandhisor untuk menghasilkan keuntungan bersama 5. Latar belakang ekonomi 6. Pekerjaan 7. Pengalaman 8. Motivasi membeli franchise
n F
9. Pengawas langsung jalannya usaha

PENTINGNYA MEMAHAMI KEUANGAN BAGI FRANCHISEE

Franchisee

adalah pihak yang menerima hak ekslusif dari franchisor untuk mengembangkan merek usahanya di dalam satu atau beberapa wilayah. Seorang franchisee merupakan pihak yang akan melanjutkan kesuksesan bisnis franchisornya. Untuk itu, seorang franchisee setidaknya harus memiliki lima kriteria berikut:

1. People Skills

Seorang franchisee harus memiliki kemampuan dan kemauan kuat melakukan dealing dengan baik dengan orang lain. Jika mereka memperlakukan pekerja dan customernya dengan rasa percaya dan respek mereka mungkin pula akan memperlakukan franchisor dengan serupa. Jika mereka memperlakukan pegawainya secara baik maka pegawai itu akan terbiasa memperlakukan customer dengan baik pula. Para franchisee yang tidak menikmati banyak interaksi dengan orang banyak cenderung akan stress.

2. Mengikuti

sistem

Seorang franchisee juga dituntut untuk mampu mengikuti sistem yang jelas telah teruji. Setelah melakukan analisa terhadap sebuah sistem, seorang franchisee dituntut untuk mampu menikmati sistem dan menuai penghargaan dari track record yang telah teruji. Jika seorang franchisee tidak bisa dan tidak mau mengikuti sistem tersebut untuk sukses, lebih baik memiliki bisnis sendiri atau membeli satu bisnis. Ada dua inti dalam sebuah sistem franchise; strategi marketing dan sistem itu sistem itu sendiri. Program marketing sebaiknya dilakukan dengan hati-hati untuk menjamin seorang franchisee yang potensial merasa nyaman dengan sistem.

3. Sikap yang baik

Franchisee yang baik adalah mereka yang banyak bertanya soal keberhasilan bukan soal ketidaksuksesan. Tidak sedikit franchisor yang memiliki banyak unit dan telah beberapa tahun mengalami kegagalan. Dari kegagalan franchisor itulah franchisee diminta untuk mengikuti sistem. Seorang franchisee harus termotivasi untuk mengambil tindakan dan mengikuti kesuksesan orang lain. Seorang franchisee yang potensial dapat mempertimbangkan tingkat kesuksesan franchise. Jika itu dibawah 70-80%, itu tidaklah cukup. Franchising secara keseluruhan memiliki tingkat kesuksesan 90% lebih.

4. Cukup modal

Franchisee harus memiliki jumlah minimum modal cash dan keuntungan ketersedian keuangan yang cukup untuk memenuhi persyaratan franchisor. Seorang franchisor yang baik tidak akan mengijinkan franchisee potensial untuk maju ke bisnis tanpa modal awal yang cukup. Franchisee harus memiliki nilai kredit yang baik, tidak sempurna, tetapi kredit nilai kredit yang layak.

5. Pengalaman bisnis yang luas

Kesuksesan hidup yang nyata dalam bisnis yang nyata adalah penting. master franchisees atau area development franchisees yang sukses akan membawa pengalamannya dan menerapkannya kedalam sistem franchise untuk menolong franchisee lain agar bisa sukses. Dengan sebuah record yang telah teruji dari kesuksesan franchisee potensial, franchisor dapat berharap kesuksesan tersebut dilanjutkan kedalam sistem franchise

67 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA

Dalam sebuah kerjasama kemitraan dengan franchisor (pihak pemberi hak guna brand), seorang franchisee pada umumnya berperan dalam hal:

1. Mengajukan usulan lokasi usaha. Franchisee boleh mengusulkan lokasi yang akan dijadikan tempat usaha. Pihak franchisor kemudian akan mempertimbangkan usulan berdasarkan analisa usaha dan pengalaman selama ini.

2. Bertanggungjawab atas hasil penjualan. Ini perlu ditekankan, meskipun franchisor telah all out membantu dari segi promosi, tetap saja pihak franchisee yang bertanggungjawab penuh terhadap hasil usaha. Disinilah perlu adanya rasa memiliki terhadap usaha waralaba yang dijalani.

3. Melakukan pengawasan secara menyeluruh terhadap peralatan dan disiplin karyawan. Seringkali franchisee masih terikat kerja kantoran sehingga tidak ada waktu untuk mengunjungi outlet. Dalam banyak kasus, ini adalah awal dari kegagalan usaha franchise.

4. Melakukan pembelian bahan baku kepada pihak franchisor. Untuk beberapa waralaba ada yang mewajibkan seratus persen beli ke pusat. Ada pula yang mewajibkan pembelian bahan-bahan tertentu saja, sedangkan barang yang tersedia bebas di pasaran boleh dibeli langsung.

5. Bertanggungjawab

sewa tempat atau lokasi. Besar kecilnya biaya sewa tergantung lokasi, luas usaha, fasilitas yang didapat serta regulasi yang berlaku di wilayah tersebut.

6. Melakukan promosi lokal kurang lebih radius 1-5 km dari outlet. Sekali pun pihak franchisor telah melakukan promosi nasional, pihak franchisee tetap dituntut kreatif mengolah potensi lokal yang ada di sekitar outlet.

Franchisee sebagai pengelola langsung franchise memiliki peran besar dalam suksesnya usaha yang dilaksanakan. Untuk itu, pemahaman akan laporan keuangan tentu sangat diperlukan sekali. Dengan pemahaman yang baik, franchisee bisa mengetahui sebagus apa usaha franchise yang dikelolanya.

Usaha franchise kini sudah banyak mendapat perhatian dari lembaga keuangan atau perbankan untuk pengembangan usaha. Diantara berbagai macam kredit investasi, kredit waralaba (franchise) menarik diperhatikan. Selama ini, waralaba (franchise) belum diperhatikan secara khusus oleh kalangan perbankan. Namun tiga-empat tahun terakhir perkembangan franchise cukup eksplosif dengan bertambahnya jumlah merek franchise yang beredar di pasar franchise Indonesia secara signifikan. Jumlah pengusaha yang terjun ke bisnis franchise pun (baik menjadi franchisor ataupun franchisee) makin banyak.

Ada beberapa persyaratan yang diminta oleh beberapa lembaga perbankan ketika

franchisee ingin mengajukan pembiayaan.

1. Usaha yang dikelola franchisor telah berjalan selama 3 tahun dan franchisor tidak perlu menyerahkan laporan keuangan ke pihak bank.

2. Bagi calon debitur (franchisee) yang telah mempunyai usaha, wajib menyerahkan laporan keuangan selama 2 tahun terakhir.

3. Bagi calon debitur (franchisee) yang baru memulai usaha waralaba tidak perlu menyerahkan laporan keuangan.

4. Debitur (franchisee) telah mempunyai kontrak kerjasama dengan franchisor.

5. Debitur (franchisee) menyerahkan salinan dokumen legalitas usaha:

a. Akte pendirian dan perubahan terakhir

b. Identitas pemilik dan pengurus

c. Surat keterangan domisili

d. Tanda daftar perusahaan

e. Nomor pokok wajib pajak

f. Surat ijin usaha perdagangan

g. Surat ijin tempat usaha

h. Surat ijin gangguan

i. Surat pengukuhan pengusaha kena pajak

j. Kontrak kerjasama waralaba n F

JULI - AGUSTUS 2018 68
TAJUK UTAMA
terhadap biaya
Foto: Istimewa

PENTINGNYA KETERAMPILAN DAN KETERLIBATAN INVESTOR

Mengelola franchise berarti memanfaatkan kekuatan pengetahuan dan pengalaman pewaralaba untuk pertumbuhan bisnis Anda sebagai terwaralaba, karena kedua aspek itulah yang dibayar atas nama franchise fee dan royalti.

Bila Anda tidak salah memilih pewaralaba, dengan menjalin komunikasi yang baik Anda pasti dapat menikmati manfaat maksimal dari pengetahuan dan pengalaman pewaralaba Anda, mulai dari aspek pengelolaan SDM, sistem administrasi, hingga strategi pemasaran dan cara memberikan layanan prima untuk kepuasan pelanggan. Meski demikian, harus dipahami bahwa pewaralaba bukan dewa yang mampu menyelesaikan semua permasalahan. Bisa saja persoalan yang Anda hadapi merupakan hal yang baru bagi pewaralaba, sehingga solusinya tidak secepat harapan Anda.

Tekun mengoperasikan berarti Anda terlibat penuh dalam mengoperasikan bisnis Anda. Sejauh ini faktor kehadiran pemilik (investor) sangat memengaruhi moril dan standar layanan, serta kinerja gerai waralaba. Bahkan waralaba sekaliber Subway di luar negeri pun ada yang merugi karena investornya jarang berada di lokasi gerai. Setelah gerai itu dijual ke pihak lain yang kemudian terlibat dalam keseharian bisnisnya, gerai Subway itu segera meraih keuntungan yang signifikan.

Patut dicatat bahwa kehadiran investor dalam keseharian kadang menjadi kontraproduktif, bila pola hubungan dan komunikasi antara investor dan pegawai kurang baik, misalnya cara menegur

kesalahan pegawai yang kasar, atau sikap mencurigai pegawai yang berlebihan

sehingga membuat pegawai tidak nyaman.

Dalam hal ini investor harus belajar kepada

pewaralaba mengenai cara mengelola, bersikap dan menegur pegawainya.

Tekun mengoperasikan juga berarti rajin mengamati persaingan di sekitar lokasi gerai (di wilayahnya), melaporkan dan berkonsultasi dengan pewaralaba. Hal ini sangat penting karena pewaralaba berada di lokasi yang relatif jauh dari lokasi gerai terwaralaba.

Berkomunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi terwaralaba ataupun pewaralaba. Dalam situasi bisnis yang baik (meraih keuntungan) ataupun kurang baik (sedang merugi), terwaralaba dan pewaralaba harus membangun komunikasi yang rutin. Keputusan-keputusan penting sering kali gagal diambil karena kurangnya komunikasi ini, sehingga tak jarang terwaralaba atau investor mengalami kerugian sangat besar ketika mengambil keputusan untuk menutup bisnis waralabanya. Padahal bila komunikasi dilakukan dengan baik, mungkin kerugian ini bisa diminimalkan. Atau, dalam kasus tertentu mungkin kerugian ini bisa berbalik jadi meraih keuntungan bila ada komunikasi yang berkualitas antara terwaralaba dan pewaralaba.

Harus diakui, menurut pengamatan para ahli, waralaba bukan diperuntukkan bagi semua orang. Ada beberapa kelompok orang tertentu yang tidak cocok menjadi terwaralaba. Pertama, orang-orang yang sangat independen dan superkreatif, yaitu sulit tunduk pada sistem yang sudah dibuat oleh pewaralaba. Kedua, orang-orang yang cenderung tidak sabar dan emosional. Ingat peribahasa “tak ada gading yang tak retak. Cepat atau lambat, terwaralaba pasti menemukan kekurangan pewaralaba. Bila Anda cenderung emosional dan marah meledak-ledak, sebaiknya jangan menjadi terwaralaba. Komunikasi yang

baik, termasuk kemampuan mengendalikan emosi dan menyampaikan keluhan dengan baik, merupakan salah satu kunci sukses terwaralaba.

Ketiga adalah orang-orang yang tidak rela bila setiap bulan harus membayar royalti kepada pewaralaba. Memasuki tahun kedua biasanya bisnis Anda mulai berjalan lancar dengan konsultasi yang sangat minim. Ini adalah periode ujian kesetiaan Anda kepada jasa pewaralaba yang membimbing Anda memulai bisnis dengan baik.

Pertimbangkanlah, apakah Anda termasuk orang yang akan setia dan menghargai bimbingan awal pewaralaba, atau Anda termasuk orang yang cenderung bakal terusik oleh royalti yang harus dibayar dari bulan ke bulan.

Di luar ketiga kelompok tersebut, kriteria dari pewaralabalah yang hendak menentukan apakah Anda cocok menjadi terwaralaba mereka. BreadTalk misalnya, kriterianya bahwa terwaralaba harus memiliki jaringan yang kuat dengan retail space (plaza dan mal) n F

TAJUK UTAMA

TIPS MENGELOLA SDM

Pengelolaan

sumber daya manusia dalam istilah lain sering disebut personal management atau resources administration. Beberapa istilah tersebut dalam bidang pendidikan merupakan salah satu substansi dari manajemen pendidikan. Untuk memperjelas konsep pengelolaan sumber daya manusia, Edwin B. Flippo menyatakan bahwa pengelolaan sumber daya manusia merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dari pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan atau sasaran perorangan, organisasi, dan masyarakat.

Karyawan (Sumber Daya Manusia) yang merupakan aset perusahaan. Jangan abaikan SDM, karena yang menjalankan bisnis perusahaan adalah karyawan. Banyak perusahaan raksasa di Amerika bahkan menempatkan karyawan sebagai sahabat dan keluarga. Karyawan patut diberikan apresiasi (reward) apabila menorehkan kesuksesan. Begitu juga sebaliknya, berikan hukuman (punishment) jika kinerjanya tidak sesuai harapan.

Karyawan harus diapresiasi dengan penggajian yang adil sesuai dengan standar UMP atau standar yang sudah tertuang dalam SOP franchisor. Anda juga perlu mempertimbangkan pemberian insentif, bonus, tunjangan, asuransi hingga program refreshing untuk mengembalikan semangan kerja serta solidaritas kebersamaan bekerjanya.

Di sisi lain, Anda sebagai pimpinan atau pemilik franchise harus mendorong karyawan memilki skill yang baik baik melalui training, pendidikan, pengendalian langsung di lapangan dan apapun bentuknya agar karyawan bisa memanfaatkan kemampuan optimalnya demi kemajuan bisnis Anda. Dunia kerja berikut perlengkapannya terus berkembang, jadi meningkatkan kualitas karyawan merupakan solusi bijak yang bisa dilakukan.

Berikut ini beberap tips untuk mengelola SDM:

1. Sistem pengupahan biasanya mengikuti standar UMP serta SOP franchisor. Namun untuk kebijakan insenstif, bonus dan penghargaan lainnya, dipertimbangkan sesuai dengan kebijakan keuangan perusahaan Anda.

2. Perhatikan juga pembinaan, arahan

serta penjelasan terhadap karyawan. Mereka merupakan aset yang menjadi ujung tombak sekaligus pembentukan citra dari setiap usaha yang dijalankan. Pembinaan juga terkait dengan bagaimana melayani dengan cepat, tepat sasaran, lugas dan cekatan. Karyawan juga harus diberikan pemahaman produk serta product selling

3. Jika ada masalah dengan karyawan Anda, bicarakan dengan baik sehingga tercapai win-win solution. Anda juga harus bisa memetakan permasalahan dengan karyawan, misalnya masalah kecil, menengah, dan berat, sehingga bisa menjadi acuan dalam mengambil keputusan lebih lanjut.

4. Berikan hak karyawan seadil-adilnya. Misalnya selain gaji, ada uang makan, uang lembur, THR, insentif, bonus dan sebagainya. Untuk gaji, selain berdasarkan petunjuk UMP dan SOP franchisor, sebaiknya juga perlu dipertimbangkan performa karyawan bersangkutan.

5. Penguatan team work bagi karyawan merupakan hal penting dalam rangka mencapai tujuan bersama di perusahaan. Apapun bisnis Anda, bila memiliki team work yang kuat pasti dapat mencapai tujuan dengan lebih mudah. Kegiatan memperkuat team work bisa melalui outbond, refreshing, atau kegiatan-kegiatan serupa yang membangkitkan rasa kebersamaan diantara sesama karyawan.

6. Sebelum grand opening gerai franchise baru Anda, pastikan bahwa persiapan SDM sudah matang melalui pendidikan

dan berbagai training pra-operasional sehingga perusahaan Anda sudah siap berjalan dengan karyawan yang memang sudah memiliki skill.

7. Pendidikan (training) karyawan tidak melulu pada peningkatan skill. Perlu diingat, hal yang juga turut mendukung adalah pendidikan sikap (attitude) dan etika sehingga karyawan bisa selalu waspada, jujur dan bermoral.

8. Jangan lupakan nasihat franchisor dalam membina karyawan. Karena bagaimanapun juga, franchisor sudah teruji dengan bisnisnya yang telah berkembang pesat sehingga Anda membeli bisnis franchisenya.

9. Perlu juga mencatat perkembangan kinerja karyawan sehingga berguna untuk menentukan bonus, gaji serta berbagai apresiasi lainnya.

10. Menyediakan sarana dan prasarana demi kenyamanan kerja karyawan. Misalnya sepeda motor dan sebagainya. Sarana tersebut untuk mempermudah kerja karyawan. Bila benar-benar dibutuhkan, perlu Anda pertimbangkan.

11. Menanamkan rasa memiliki bisnis dalam diri karyawan. Bila rasa memiliki sudah muncul pada setiap karyawan, meraka akan merasa bertanggung jawab atas maju mundurnya kinerja perusahaan. Dengan demikian, etos kerja mereka pun dengan sendirinya akan meningkat.

12. Intensiflah memotivasi dan memberikan passion kepada para karyawan agar semangan kerja meraka selalu tinggi. n F

JULI - AGUSTUS 2018 70 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

ASPEK-ASPEK PENTING SEBELUM GO INTERNASIONAL

Bersaing

di kancah internasional akan menjadi sebuah tantangan bagi franchise yang memang telah berusaha dalam meningkatkan speednya menciptakan strategi efektif dalam persaingan global. Untuk melakukan usaha waralaba di luar negeri, perlu memperhatikan sumber daya manusia, membuatkan SOP (Standard Operational Procedure), dan memperhatikan bahan baku yang ada di negara tujuan.

Sebelum bisnis franchise memasuki dunia internasional, tentu Anda harus memahami aspek-aspek yang berkaitan dengan negara yang dituju. Hukumhukum yang harus dipatuhi oleh pebisnis pendatang di suatu negara, persaingan pasar yang harus dipertimbangkan serta aspek-aspek yang mendukung perkembangan bisnis anda di luar negeri. Aspek-aspek inilah yang akan menjadi guide bagi Anda dalam upaya menginternasionalkan usaha franchise di luar negeri.

A. Aspek Regulasi di Negara Tujuan

Di Indonesia, hukum tentang waralaba telah ditetapkan dalam PP No. 42 Tahun 2007 yang diimplementasikan dalam Permendag No. 31 Tahun 2008. Hukum tentang waralaba dinilai telah cukup baik dari PP sebelumnya yang masih banyak kekurangan sehingga banyak terjadi kecurangan dalam menjalankan bisnis waralaba, dan hukum waralaba kini dianggap telah memayungi bisnis waralaba dari kecurangan-kecurangan yang pernah terjadi.

Di Malaysia, payung hukumnya terkenal cukup kuat dan tegas. Malaysia mengharuskan kepada franchisor untuk mendaftarkan franchise-nya lengkap dengan semua informasi yang terkait kepada lembaga yang telah ditunjuk pemerintah untuk disetujui.

Sedangkan di Amerika, mereka menyaratkan agar franchisor mendaftarkan informasi lengkap dengan peluang

waralabanya . Bahkan, beberapa negara bagian AS mengharuskan pendaftaran bagi investor yang ingin membeli waralaba meski ia sudah mendaftar di Negara Bagian yang sebelumnya. Hukum franchise di Amerika menyaratkan para franchisor untuk menyerahkan Uniform Franchise Offering Circular (UFOC). UFOC memiliki 32 butir fakta yang harus diterangkan sebagai syarat usaha franchise.

Berikut ringkasan butir-butir diclosure document yang diwajibkan oleh hukum Franchise Amerika:

• Butir 1 - 4: Memberi informasi mengenai franchisor: nama, alamat, usaha dan apakah ada pendahulunya dan siapa. Barang/jasa. Merek dagang. Sudah berapa lama dalam bisnis. Identitas dan pengalaman bisnis dimulai dari pribadi direktur hingga supervisor. Apakah franchisor diwakili oleh pialang franchise. Legitasi: apakah pernah ada atau masih dalam proses pengadilan/sengketa, dan atau pernah dihukum dalam jangka waktu 10 tahun terakhir. Kebangkrutan: pernah dinyatakan dan atau masih berlaku selama lima belas tahun terakhir.

• Butir 5 - 7: Mencatat investasi awal, franchisee fee, berbagai macam fee

yang harus dibayar franchisee; waktu pembayaran, dan digunakan untuk apa.

• Butir 8 - 9: Kewajiban franchise membeli barang/jasa, peralatan dari franchisor atau sumber-sumber yang ditunjuk olehnya atau sesuai dengan standard yang ditentukan.

• Butir 10: Syarat-syarat dan kondisi pendanaan yang tersedia dan sekiranya ada.

• Butir 11: Menguraikan kewajibankewajiban franchisor sebelum dan sesudah franchise dibuka.

• Butir 12: Menjelaskan mengenai hak territory atau perlindungan.

• Butir 13 - 14: Menyangkut merek dagang/hak cipta/paten dari Franchisor.

• Butir 15: Menyaratkan agar Franchisee menjalankan sendiri usaha tersebut.

• Butir 16: Pembatasan atau persyaratan dalam penjualan barang/jasa kepada konsumen.

• Butir 17: Pemutusan maupun pembaharuan perjanjian.

• Butir 18: Menjelaskan hubungan dengan tokoh publik sekiranya ada dan kompensasi maupun manfaatnya.

• Butir 19: Mencakup informasiinformasi penjualan baik di masa lalu

71 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

maupun di masa yang akan datang (proyeksi), biaya-biaya penghasilan/ laba dari unit-unit Franchise maupun manfaatnya.

• Butir 20: Menguraikan jaringan Franchise maupun daftar Franchisee secara lengkap dengan alamat.

• Butir 21: Berisi laporan keuangan yang diperiksa akuntan.

• Butir 22: Perjanjian franchise yang akan ditanda-tangani.

• Butir 23: Bukti tanda terima pembayaran.

Di Amerika segalanya diatur dalam dalam bentuk UU. Para pebisnis diharuskan untuk menyerahkan diclosure document yang disebut UFOC tersebut.

Sedangkan di Inggris, mereka tidak menyaratkan tentang hukum atau regulasi yang mengatur tentang waralaba. Pemerintahnya tidak menerbitkan UU, tetapi ada kode etik yang mengatur usaha franchise tersebut yang bersal dari asosiasi. Kode etik the British Franchise Assosiation tersebut dipatuhi sepenuhnya oleh para pemain di bisnis ini.

B. Aspek Industri di Negara Tujuan

Analis industri menaksir bahwa franchise mempekerjakan lebih dari 8 juta orang dan bahwa tiap 8 menit ada franchise baru yang buka di berbagai tempat di Amerika. Juga, sekitar 1 dari tiap-tiap 12 perusahaan ritel

adalah perusahaan yang diwaralabakan.

Perkembangan industri waralaba atau franchise memang masih di bawah industri manufaktur. Tapi, industri franchise Indonesia dinilai bakal mampu menembus pasar Asean. Bahkan sejumlah negara tertarik ambil bagian dalam franchise asal Indonesia. Salah satunya adalah Malaysia.

Walaupun sejatinya, merek-merek internasional terus merambah keberhasilan bisnis franchise di sejumlah industri di Indonesia. Brand internasional tersebut umumnya memiliki keunggulan di sistem operasional, pelatihan, monitoring, dan kontrol.

Aspek industri pun turut diperhatikan dengan baik. Pada negara yang dituju, perlu diperhatikan seperti apa kultur masyarakat yang dominan seperti Malaysia. Menurut Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, franchise Indonesia bisa juga berkembang di luar Indonesia, termasuk di Malaysia, karena kesamaan selera dan kedekatan kultur.

Meskipun di Malaysia dalam mendirikan sebuah franchise dapat dikatakan tidak memerlukan biaya yang relatif rendah, tapi sebenarnya modal rate-nya tidak rendah. Sehingga, tidak banyak orang yang mampu mengeluarkan biayanya. Dengan kondisi seperti itu, pemerintah Malaysia mengambil inisiatif dengan menyediakan fasilitas pembiayaan atau kredit modal usaha. Kredit diberikan mencapai 90% dari modal awal

investasi. Malaysian Franchise Assosiation (MFA) juga mendapatkan bantuan dan mandat dari pemerintah untuk membantu pemerintah membangun usaha franchise melalui program-program training. Training ini bukan khusus untuk para calon usahawan franchise saja, tapi juga training lanjutan bagi franchisee yang sudah ada yang mau meningkatkan prestasinya Maka, dapat terlihat bahwa industri franchise di Malaysia dengan mudahnya berkembang pesat. Apalagi didukung dengan sokongan dana dari pemerintah Malaysia. Oleh karena itu, para franchisee asal Indonesia yang ingin melebarkan sayapnya ke negara asing, seperti Malaysia, harus cerdas dalam menentukan target industri.

C. Aspek Market di Negara Tujuan

Menjadi pebisnis sukses adalah dambaan semua orang. Namun tidak semua pengusaha dapat meraup untung dalam bisnisnya, bahkan mengalami kegagalan. Hal tersebut dikarenakan tidak tanggapnya franchisor dalam memperhatikan aspek market pada suatu tempat tujuan, khususnya franchisor yang ingin mengembangkan bisnisnya ke luar negeri. Masih ingatkah Anda tentang hukum permintaan?

Hukum permintaan: Apabila harga suatu barang meningkat, maka jumlah barang yang diminta akan berkurang, dan

JULI - AGUSTUS 2018 72 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

:

sebaliknya. Seringkali aspek market di suatu negara berbeda dengan aspek market di negara lain. Pemahaman market sebagai titik tolak dasar solusi harus bersifat netral dan universal. Secara singkat, aspek market harus mampu memberikan informasi tentang prospek pasar untuk jangka panjang dan pertumbuhan pasar yang ditargetkan.

Diawali dengan pengertian pasar. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran. Merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakanya.

Di pasar antara penjual dan pembeli akan melakukan transaksi. Transaksi adalah kesepakatan dalam kegiatan jualbeli. Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang yang diperjual belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

Jenis-jenis pasar dibedakan menurut bentuk kegiatan, cara transaksi dan menurut jenis barangnya :

1. Pasar Barang

Pasar barang adalah pasar yang menjual produk dalam bentuk barang. Pasar barang dapat dibagi lagi menjadi dua macam, yakni

a. Pasar Barang Nyata / Riil Pasar barang nyata adalah pasar yang menjual produk dalam bentuk barang yang bentuk dan fisiknya jelas. Contohnya adalah pasar kebayoran lama, pasar senen, pasar malam, pasar kaget, dan lain-lain.

b. Pasar Barang Abstrak

Pasar barang abstrak adalah pasar yang menjual produk yang tidak terlihat atau tidak riil secara fisik. Contoh jenis pasar ini adalah pasar komoditas / komoditi yang menjual barang semu seperti pasar karet, pasar tembakau, pasar timah, pasar kopi dan lain sebagainya.

2. Pasar Jasa / Tenaga

Pasar jasa adalah pasar yang menjual produknya dalam bentuk penawaran jasa atas suatu kemampuan. Jasa tidak dapat dipegang dan dilihat secara fisik karena waktu pada saat dihasilkan bersamaan dengan waktu mengkonsumsinya. Contoh pasar jasa seperti pasar tenaga kerja, Rumah Sakit yang menjual jasa kesehatan, pangkalan ojek yang menawarkan jasa transportasi sepeda motor, dan lain sebagainya.

3. Pasar Uang dan Pasar Modal

a. Pasar Uang

Pasar Uang adalah pasar yang

memperjual belikan mata uang negaranegara yang berlaku di dunia. Pasar ini disebut juga sebagai pasar valuta asing / valas / Foreign Exchange / Forex. Resiko yang ada pada pasar ini relatif besar dibandingkan dengan jenis investasi lainnya, namun demikian keuntungan yang mungkin diperoleh juga relatif besar. Contohnya, transaksi forex di BEJ, BES, agen Forex di internet, dan lain-lain.

b. Pasar Modal

Pasar Modal adalah pasar yang memperdagangkan surat-surat berharga sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan bisnis atau kepemilikan modal untuk diinvestasikan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. Contohnya seperti saham, reksadana, obligasi perusahaan swasta dan pemerintah, dan lain sebagainya.

4. Jenis pasar menurut cara transaksinya.

a. Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secar langsung. Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok.

b. Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan dengan layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mall, plaza, dan tempat tempat modern lainnya.

5. Jenis-jenis pasar menurut jenis barangnya

Beberapa pasar hanya menjual satu jenis barang tertentu, misalnya pasar hewan, pasar sayur, pasar buah, pasar ikan dan daging serta pasar loak.

6. Jenis-jenis pasar menurut keleluasaan distribusi

a. Pasar Lokal

b. Pasar Daerah

c. Pasar Nasional

d. Pasar Internasional

Selain memahami tentang aspek-aspek pasar, Anda sebagai seorang pebisnis juga harus memahami tentang aspekaspek pemasaran yang juga terlibat dalam mendukung aspek pasar (market) bisnis Anda.

Aspek-aspek pemasaran yang perlu diperhatikan adalah:

1. Pasar potensial

2. Pasar yang ditargetkan (segmentasi pasar)

3. Produk substitusi dan komplementer

4. Pesaing yang ada maupun pesaing potensial

5. Harga, biaya dan syarat pembayaran

Di samping itu, untuk mengetahui bagaimana pemasaran produk Franchise yang akan dihasilkan nantinya, penting juga bagi Anda untuk terlebih dahulu menyajikan beberapa informasi tentang :

1. Kuantitas dan nilai impor untuk 10 tahun terakhir

2. Kuantitas dan nilai produksi dalam negeri untuk 10 tahun terakhir

3. Kuantitas dan nilai ekspor untuk 10 tahun terakhir

4. Kuantitas dan nilai konsumsi selama 10 tahun terakhir [(a+b) – c ]

5. Harga jual di pabrik, pedagang besar, pengecer selama 10 tahun terakhir

6. Tarif, pajak dan pembatasan impor lainnya saat ini dan beberapa tahun sebelumnya

7. Kuota impor atau pembatasan lainnya harga barang substitusi impor yang lain.

Faktor yang mempengaruhi tingkat harga:

1. Harga barang lain

2. Ongkos produksi

3. Tingkat teknologi

4. Tujuan perusahaan.n F

73 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA

YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM TRAINING

Ada

ungkapan menarik dalam bisnis franchise, ‘good people to make a great franchise’, Atau lebih tepatnya professional people will make a great franchise! Perusahaan franchise yang hebat pastinya didukung oleh SDM yang terlatih dan berdedikasi tinggi terhadap kemajuan perusahaan.

Beberapa merek franchise asing tidak tanggung-tanggung dalam membangun SDM siap pakai. Mereka bahkan menyiapkan lahan khusus untuk membangun kawah candra dimuka pembinaan SDM (training center) di perusahaannya. Munculah apa yang dinamakan the sophisticated franchising. Sistem bisnis yang mengintegrasikan nilai pelayanan, kualitas, dan kebersihan menjadi komoditas jualan yang menarik. Semuanya sudah distandarisasi dalam sebuah konsep bisnis dan SOP dengan baik.

Meski tidak semua, pemain franchise lokal Indonesia juga mulai serius mengembangkan training center untuk kebutuhan franchise-nya. Bahkan membangun classroom sebagai ruang training hingga membuat mock up store di kantornya.

Untuk memberikan pemahaman kepada SDM yang baru direkrut tentu tidak mudah. Ditambah lagi dengan pada saat awal franchisee bergabung, sudah tentu mereka belum memahami bisnisnya. Di Indonesia sendiri, training biasanya dibagi menjadi dua bagian, initial training (sebelum pembukaan outlet) dan training lanjutan atau advance training (setelah pembukaan outlet).

Pelatihan SDM tentu menjadi sangat penting. Seorang franchisor harus memiliki treatment khusus terlebih di Indonesia dengan keragaman budayanya. Masingmasing daerah memiliki sifat yang khas sehingga perlu diciptakan materi yang mudah dimengerti dan diaplikasikan. Berikut ini gambaran materi training yang biasa diberikan:

Initial Training

Advanced Training

JULI - AGUSTUS 2018 74 TAJUK UTAMA
1. Pengenalan Company Culture 2. Corporate identity 3. Standard interior dan eksterior 4. Product knowledge 5. Customer services 6. Manajemen pegawai 7. Salesmanship 8. Marketing & promotion 9. Kepuasan pelanggan 10. Administarsi 11. Pajak & keuangan 12. Software/Computer 13. Warehouse dan inventory 14. Daily store operation procedure
1. Analisa sales 2. Analisa product 3. Analisa pesaing dan pasar 4. Trik meningkatkan penjualan 5. Handling people 6. Handling complaint 7. Leadership skill 8. Problem solving 9. Couching & counseling
Foto: Istimewa

PENYEBAB KEGAGALAN SISTEM FRANCHISE

sesuai dengan SOP-nya atau tidak. Sebab, franchising merupakan duplikasi experience. Jika sistem ini tak dilakukan, maka sulit meraih kesuksesan.

Sistem monitoring juga merupakan cara agar franchisee menjalankan bisnisnya persis seperti yang franchisor lakukan. Dengan begitu diharapkan faktor kesuksesan akan lebih besar. Franchisee yang sukses adalah franchisee yang bisa bekerja sama dengan franchisor. Dan itu bisa dibuktikan saat monitoring. Kalau dia tak bisa kerja sama dengan franchisor dalam artian tak meniru apa yang telah dikerjakan oleh franchisor tentunya kemungkinan kegagalan lebih besar dibandingkan kalau dia meniru franchisornya.

Meski

bisnis dengan sistem waralaba resiko kegagalannya relatif kecil, tapi bukan berarti akan terjamin 100 persen sukses semua. Harus diakui tidak sedikit pula yang mengalami kegagalan bahkan ada yang sampai tutup. Berikut ini adalah faktor yang dapat menyebabkan gagalnya sebuah bisnis franchise.

A. Serakah Memungut Franchise Fee

Dalam berbisnis hendaknya menghindari sifat serakah karena yang demikian akan menghancurkan kita. Dampak dari serakah itu banyak sekali di antaranya adalah dapat merugikan orang lain, menimbulkan malapetaka, dan keserakahan membawa kita kepada kesengsaraan.

Semua calon mitra atau franchisee sebelum membeli bisnis franchise pastinya akan mempertimbangkan segala aspek termasuk segala biaya yang dibebankan franchisor. Dalam hal ini bagi franchisor sangat dianjurkan untuk tidak serakah dengan memungut biaya yang terlalu besar kepada franchisee-nya.

Dalam usaha franchise, mendapatkan mitra (franchisee) merupakan kunci untuk memperluas usaha. Jika franchisor membebankan biaya yang tinggi bagi calon mitra atau franchiseenya maka bisnis

franchisenya akan kesulitan mendapatkan mitra. Jika itu sudah terjadi dapat dipastikan bisnis franchise-nya sulit untuk berkembang bahkan cenderung terjadi kebangkrutan.

B. Monitoring yang Lemah

Sistem monitoring merupakan nyawa bagi franchisor. Kesalahan pada sistem monitoring bisa mengakibatkan kebangkrutan dan kejatuhan brand. Jangan pernah meremehkan sistem monitoring. Bagi franchisor, ini adalah nyawa usahanya dan nyawa mereknya. Tanpa sistem monitoring yang baik, franchisor tidak akan tahu apa yang dilakukan terhadap usahanya. Justru dengan sistem monitoring, franchisor bisa mengarahkan franchisee untuk mengikuti standar yang diinginkannya. Karena biasanya, franchisee yang tidak mengikuti standar dari franchisor, umumnya gagal menjalankan usaha.

Sistem monitoring dalam franchising adalah cara franchisor menilai apakah pengetahuan yang di-transfer kepada franchisee telah dijalankan secara benar atau tidak. Apakah franchisee sudah menjalankan usahanya tersebut

Franchisor yang tidak memiliki sistem monitoring, berarti dia telah mempertaruhkan brand-nya dan nama baik mereknya. Selain itu, sistem monitoring berkait juga dengan royalti. Setidaknya, sistem monitoring bisa menutupi ketakutan franchisor jika franchisee melakukan kenakalan-kenakalan. Kalau tidak ada sistem monitoring bagaimana franchisor tahu floting terutama dalam hal keuangan, sudah benar atau tidak.

Keuntungan memiliki sistem monitoring yang baik antara lain:

1. Outlet franchisee akan beroperasi seperti halnya outletnya franchisor. Konsumen, tidak akan bisa membedakan apakah itu outlet yang dimiliki franchisee atau franchisor, karena sistemnya berjalan sangat serupa. Di mata konsumen itu benarbenar tak ada bedanya.

2. Franchisor bisa menjaga satandar dan tipikal setiap outlet, sehingga brand image bisa terjaga.

3. Dapat menutupi ketakutan franchisor mengenai kesalahan operasional dan keuangan.

Monitoring sangatlah penting dalam menjaga kualitas dan dan kelangsungan

75 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA
Foto: Istimewa

bisnis franchise yang sudah tersebar luas. Tanpa adanya monitoring maka seorang franchisor akan kelimpungan bahkan linglung dalam menjalankan bisnisnya. Berikut ini beberapa kiat efektif melakukan monitoring.

1. Pada waktu akan melakukan ekspansi jangan terlalu jauh dari jangkuan. Contoh Alfamart dan Indomaret, outlet mereka ribuan tetapi luar Jawa tidak ada. Kenapa? Salah satunya karena susah di monitoringnya. Harus selalu diingat, kunci suksesnya franchise salah satunya di level of service dari franchisor ke franchisee. Jika sampai service kepada franchisee terhambat akan sangat mengganggu usaha. Jadi sebelum jualan franchise sebaiknya bikin peta dulu kekuatan kita. Jangan terbalik ibaratnya ada permintaan baru dilayani.

2. Franchisee harus tahu bahwa dia ini dimonitoring dan buat franchisee merasa kalau tidak ditengok rasanya tidak puas. Caranya: dengan membuat skedul atau reguler visit, salah satunya dengan direct visit

3. Melakukan analisa data. Jadi franchisor penting sekali memonitor data-data tentang laporan penjualan, laporan ER/L, laporan customer, laporan pembelian barang dan lain-

lain. Jika franchisor tidak memungut royalti berdasarkan prosentase omset tetapi fixed. Alhasil dia tidak perduli berapa omsetnya franchisee. Permasalahannya, dengan mekanisme seperti itu franchisor tersebut jadi tidak tahu laporan franchisee sehingga dia tidak bisa bantu kalau franchisee-nya punya kesulitan. Contohnya lagi, ada franchisee tidak mau bayar royalti karena masih rugi. Tetapi kenyatannya franchisee tersebut kalau dilihat pembelian barang ke franchisor banyak. Kalau begitu berarti franchisee tersebut omsetnya juga. Dengan monitoringlah kita bisa tahu dan menganailisa data.

4. Monitoring dengan cara invesigasi. Cara ini bisa dilakukan bermacammacam seperti: monitoring mendadak, melakukan mysteri guest atuu yang ketiga franchisor bisa saja melakukan interview terhadap costumer.

Dengan keempat langkah tadi, selanjutnya tinggal masalah konsistensi dalam monitoring, franchisor harus konsisten dan memasukkannya dalam organisasi franchise-nya. Sebab itu sebagai franchisor juga harus punya SOP dan punya dokumen franchisor agar bisa menjalankan monitoring secara efektif. Kalau sampai itu tidak ada maka sistem kita yang bagus tidak akan berjalan.

Lebih dari itu, dalam melakukan monitoring jangan sampai seolah-olah franchisor sebagai polisi atau juga auditor. jika sampai bertopeng seperti itu franchisee pasti akan antipati. Sebaiknya untuk bisa melakukan monitoring dengan lancar harus ada insentif bisa dalam bentuk reward, hadiah ataupun apa namanya.

C. Kesalahan Merekrut Franchisee

Dalam usaha franchise, mendapatkan mitra (franchisee) merupakan kunci untuk memperluas usaha. Namun jika mitra atau franchisee yang didapat tidak memiliki visi dan misi yang sama, maka dipastikan tidak akan terjadi keselarasan dalam menjalankan usaha. Jangankan untuk memajukan bisnis malah yang terjadi adalah kemunduran yang dikarenakan sembarang dalam menerima mitra (franchisee).

Sebagai franchisor Anda dapat memiliki strategi tertentu dalam mendapatkan franchisee yang sesuai dengan visi usaha anda.

Ada 2 strategi umum yang mungkin Anda lakukan dalam mendapatkan franchisee:

1. Mencari Franchisee

Mencari franchisee yang saya maksud di sini adalah mencari sebanyak-banyaknya calon franchisee yang berminat bermitra

JULI - AGUSTUS 2018 76 TAJUK UTAMA
Istimewa
Foto:

dengan anda, lalu berusaha untuk mengajak bermitra dan anda sebagai franchisor dapat langsung bermitra dengan merek.

2. Merekrut Franchisee

Merekrut franchisee yang saya maksud di sini adalah mencari sebanyakbanyaknya calon franchisee yang berminat bermitra dengan anda, lalu melakukan seleksi atas calon franchisee anda tersebut dan memilih calon franchisee yang benarbenar cocok dan sevisi dengan anda yang menjadi mitra.

Pada dasarnya kedua strategi ini hampir tidak ada bedanya, tetapi khusus untuk strategi merekrut franchisee, Anda tidak menerima seluruh calon franchisee Anda. Anda melakukan seleksi atas calon franchisee anda mulai dari karakter pengusaha, pengalaman usaha, calon lokasi usaha hingga permodalan. Karakter pengusaha menjadi salah satu kata kunci, karena bagi anda para franchisor,

mendapatkan mitra franchise (franchisee) yang cocok mirip dengan mencari jodoh. Sehingga karakter calon franchisee yang cocok dengan Andalah yang sebaiknya Anda pilih.

Coba bayangkan apa jadinya jika Anda memilih calon franchisee yang karakternya bertolak belakang dengan Anda, sedangkan Anda harus “berjodoh” setidaknya 5 tahun dalam masa perjanjian franchise. Alangkah baiknya Anda memilih mitra yang dapat “mesra” dengan Anda setidaknya dalam masa 5 tahun perjanjian franchise bahkan mungkin akan memperpanjang kerjasamanya dengan Anda. Untuk mendapatkan franchisee yang berkualitas dalam menjalin hubungan kerja sama waralaba dalam jangka panjang, sudah menjadi keharusan bagi Anda selaku franchisor untuk menerapkan seleksi yang ketat terhadap para calon franchisee Anda. Ada beberapa hal pokok yang sebaiknya Anda perhatikan dalam menyeleksi

franchisee Anda yaitu:

1. Karakter pribadi calon franchisee.

2. Visi dan misi usaha calon franchisee.

3. Track record usaha calon franchisee.

4. Komitmen franchisee dalam mengelola usaha waralabanya.

5. Rencana bisnis calon franchisee yang mencakup antara lain:

a. Kemampuan financial calon franchisee

b. Lokasi yang ditawarkan oleh calon franchisee

Tahap-tahap umum yang biasanya dilakukan oleh para franchisor dalam menyeleksi para calon franchisee adalah:

1. Pengajuan permohonan untuk menjadi franchise

2. Pemenuhan syarat-syarat yang diajukan oleh franchisor

3. Seleksi persyaratan awal

4. Interview/tatap muka dengan franchisor n F

77 JULI - AGUSTUS 2018 TAJUK UTAMA

SERVICE EXCELLENCE PENDORONG KESUKSESAN BISNIS

DK

www.djokokurniawan.com

info@djokokurniawan.com

yang berpikir tentang tampilan outlet yang mewah, packaging yang bagus, produk yang paling enak, dan beberapa hal lainnya.

Anda

pasti setuju jika tidak ada produk di dunia ini yang tidak punya kompetisi. Artinya semua jenis produk dan layanan jasa pasti ada kompetitor. Ini juga berari bahwa persaingan produk dan jasa demikian ketat sehingga perlu sesuatu yang berbeda agar bisa memenangkan persaingan.

Banyak pebisnis bingung, faktor pembeda apa lagi yang masih bisa mereka tonjolkan di tengah kompetisi yang demikian padat di era sekarang ini. Pengamatan saya di market, ada yang tidak berbuat apa-apa dan hanya menunggu keadaan, ada yang berusaha membuat produk kreatif serta ada juga yang berjuang untuk memberikan pelayanan terbaik (Service Excellence) untuk mempertahankan customer lama dan menarik customer baru.

Para pembaca sekalian, inovasi yang dilakukan dalam mengembangkan produk kreatif tentunya menjadi faktor penting tetapi sudah tidak terlalu mudah karena semua pebisnis berlomba-lomba untuk menang di area ini. Sebenarnya ada satu hal yang bisa dilakukan oleh pebisnis untuk memenangkan persaingan, yaitu dengan Service Excellence.

Mengapa saya katakan bahwa Service Excellence masih menjadi celah yang besar untuk mendorong kesuksesan bisnis?

Jawabnya karena masih belum banyak pebisnis yang fokus memikirkan hal tersebut. Faktanya lebih banyak pebisnis

Sebagai konsultan bisnis yang sangat serius membantu pebisnis untuk memenangkan kompetisi melalui Service Excellence, ada beberapa pesan yang saya ingin sampaikan dalam artikel ini. Bagi sekelompok pebisnis, pelayanan (service) memang terlihat antara penting dan tidak. Saya katakan hal ini karena masih ada pebisnis yang menganggap bahwa service itu tidak penting dan yang terpenting hanyalah produk yang bagus dan penentuan harga yang tepat. Saya sering merasa prihatin, karena menurut saya dan fakta yang ada di banyak industri telah membuktikan bahwa service memegang peranan kunci untuk membuat sebuah bisnis mencapai sukses.

Kita lihat beberapa contoh yang mendukung pernyataan saya di atas. BCA adalah bank dengan layanan yang sangat baik. Saya pikir Anda setuju dengan hal ini. Bank ini sangat paham bagaimana memberikan Service Excellence kepada para nasabahnya. BCA sudah sampai pada titik pelayanan yang membuat kita semua kagum. Pernah suatu hari saya mengantri sambil menggendong anak dan ada petugas BCA yang langsung menghampiri dan membantu dengan cepat. Semua petugas di bank ini sudah dilatih dengan sangat benar sehingga mata mereka jeli ketika melihat kebutuhan nasabah. Wow... ketika bank lain masih punya problem membuat timnya ramah dan bisa senyum, BCA telah mampu melayani nasabah di level yang sangat baik. Inilah Service Excellence yang diterapkan BCA untuk memenangkan hati nasabahnya.

Kita lihat contoh lain yaitu Shop & Drive, layanan penggantian aki yang demikian cepat dengan petugas yang ramah dan profesional. Hanya dengan menghubungi salah satu nomor hotline, dalam waktu kurang dari 1 jam urusan penggantian aki beres. Service Excellence yang diberikan oleh Shop & Drive berbicara tentang kecepatan dan keakuratan. Setiap customer ketika menelepon ditanya alamat secara jelas, jenis mobil, tahun pembelian, dan jenis aki yang diinginkan.

Kelihatannya sederhana, tetapi berapa banyak bengkel yang menyediakan layanan ganti aki yang tidak berhasil mencontoh kesuksesan Shop & Drive.

Para pembaca sekalian, mungkin Anda masih berpikir bahwa BCA dan Shop & Drive adalah brand besar yang dengan mudah bisa melakukan Service Excellence. Tapi saya akan bertanya balik kepada Anda, apakah semua brand besar yang Anda kenal bisa memberikan Service Excellence dan bisa memuaskan customernya? Jawabnya adalah tidak.

Jadi untuk menjalankan Service Excellence, Anda tidak perlu menunggu sampai perusahaan menjadi besar. Setelah membaca artikel ini, mulailah melakukan hal-hal sederhana yang bisa membuat customer senang. Mulai dari menyebut namanya, mendengarkan mereka dengan serius, dan melayani dengan cepat serta memberikan solusi yang membantu mereka.

Bagi pembaca Majalah Franchise yang ingin konsultasi lebih jauh tentang artikel ini, silahkan email ke info@djokokurniawan. com atau WA: 081573709100 atau twitter @djokokurniawan atau IG: djoko.kurniawan.

JULI - AGUSTUS 2018 80 MARKETING & SERVIS n F
Foto: Istimewa

Mengatasi Permasalahan di Lapangan Terkait Regulasi Permendag STPW

I Gusti Ketut

Sesuai

lampiran peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 53/M-DAG/ PER/8/2012 tentang penyelenggaraan

Waralaba (Permendag 53/2012) mengatur

bahwa prospektus penawaran Waralaba

harus memuat laporan keuangan 2 tahun

terakhir yaitu laporan keuangan atau neraca

keuangam perusahaan pemberi Waralaba 2

tahun berturut-turut dihitung mundur dari

waktu permohonan pendaftaran prospektur

penawaran Waralaba dan telah diaudit oleh

akuntan publik kecuali bagi usaha mikro dan kecil.

Pengecualian kewajiban tersebut bagi usaha mikro dan kecil merupakan bentuk

kemudahan yang diberikan pemerintah untuk usaha mikro dan kecil dalam memperoleh perizinan.

Dalam kebijakan pendaftaran Waralaba tidak ada diskriminasi, karena persyaratan

untuk mengajukan permohonan Surat Tanda

Pendaftaran Waralaba (STPW) diberlakukan sama baik bagi pemberi Waralaba atau penerima Waralaba yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Jika pemohon STPW membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai dokumen persyaratan STPW dapat menghubungi (021)-3859199, email subditwaralaba@ kemendag.go.id atau dapat juga mendatangi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Kementerian Perdagangan gedung 2 lantai 5, Jl. M. I. Ridwan Rais No 5, Jakarta Pusat.

Menurut isi Pasal 19 ayat (1) Permendag 53/2012, pemberi Waralaba dan penerima Waralaba wajib menggunakan bahan baku, peralatan usaha serta menjual dagangan paling sedikit 80% barang atau jasa produksi dalam negeri.

Waralaba di bidang Restoran, Rumah

Makan, Kafetaria, atau Bar hanya dapat mengelola paling banyak gerai yang dikelola dan dimiliki sendiri pada saat

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/PER/02/2013 diundangkan yaitu tanggal 14 Februari 2013.

Ketentuan mengenai pemasangan logo Waralaba diatur dalam peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 60/M-DAG/ PER/9/2013 tentang kewajiban penggunaan logo Waralaba hanya diwajibkan bagi pemberi Waralaba atau penerima Waralaba yang telah memiliki STPW. Logo Waralaba diletakkan atau dipasang pada tempat yang terbuka dan mudah terlihat di kantor pusat dan setiap gerai.

81 JULI - AGUSTUS 2018 KOLOM KEMENDAG
Foto: Istimewa Direktur Bina Usaha
n F
Pemberi Waralaba atau penerima

Pelajaran dari Para Penjual Terbaik Dunia (Bagian 1)

James Gwee is Indonesia’s Favourite Seminar Speaker & Trainer

He has written 13 books, 10 are National Best-Sellers

Listen to James Gwee’s radio talk show “Smart Business Talk” on Radio Smart

Fm 95.9 every Tuesday morning 0700-0800 WIB

www.jamesgwee.com

www.SeminarSeumurHidup.com

Mengapa

saya memutuskan untuk membahas topik ini? Tak hanya untuk artikel bulan ini, tapi juga sebagai topik seminar saya bulan Maret 2015? Karena saya tahu bahwa setiap penjual pasti ingin bisa menjual lebih banyak, menjual lebih baik, dan menjual lebih cepat. Dan saya tahu beberapa cara untuk membantu mereka agar bisa melakukannya.

Berikut adalah beberapa prinsip panduan:

IT’S POSSIBLE

Semua pesan di tiga slide itu mengingatkan kita untuk belajar dari orang-orang yang sudah tahu jawabannya. Mereka adalah orang-orang yang sudah menemukan cara yang benar tentang cara menjual. Mereka juga sudah mempunyai rekam jejak serta bukti bahwa apa yang mereka lakukan ternyata berhasil.

Inilah sebabnya saya sangat menyarankan para penjual yang ingin mengembangkan performa penjualannya untuk mengikuti tahapantahapan tersebut.

Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah menemukan seorang panutan atau mentor

Panutan dan mentor tidak mesti hanya satu orang. Anda bisa mempunyai beberapa panutan dan mentor. Mereka bisa berasal dari:

• Seseorang yang secara pribadi Anda kenal, yang adalah seorang penjual sukses, seperti:

JULI - AGUSTUS 2018 82 SALES LEADERSHIP
To BECOME successful, LEARN from the successful
IT’S POSSIBLE !
“ All the ANSWERS have been FOUND! “
!
“ If someone is more successful than you, it simply means that they’re doing something that you’re not doing

o manajer/supervisor penjualan Anda;

o teman Anda yang berprofesi seorang penjual dan bekerja di perusahaan yang berbeda, tapi menjual produk yang sama dengan Anda;

o teman Anda yang berprofesi seorang penjual, tapi beroperasi di bisnis yang berbeda dan menjual produk yang berbeda dari Anda.

• Seseorang yang secara pribadi Anda kenal, tapi Anda pernah mendengar dari orang lain bahwa ia adalah seorang penjual yang sukses.

• Seorang penjual sukses yang telah menulis sebuah buku tentang bagaimana sukses menjual.

• Seorang penjual sukses yang telah menjadi pelatih penjualan.

• Seorang pelatih penjualan yang Anda

temukan lewat browsing, dan lainlain.

Hal-hal yang penting bagi Anda adalah mengetahui dari siapa Anda bisa belajar. Kenyataannya, kita belajar setiap hari. Kita belajar dengan cara mengamati orang lain, mendengarkan orang lain, dan mengikuti contoh-contoh sukses. Baik sadar maupun tidak, kita belajar dengan meniru.

Jadi bila kita belajar dari orangorang sukses, maka kita mulai menyerap kebiasaan baik mereka. Tapi jika kita belajar dari orang-orang gagal, maka kita akan menyerap pemikiran dan kebiasaan buruk mereka. Inilah mengapa sangat penting bagi Anda untuk punya tokoh panutan sukses yang bisa Anda tiru.

Aktivitas untuk dilakukan: Tuliskan beberapa nama tokoh panutan Anda dalam hal menjual.

Jika tidak ada nama yang terlintas di

SALES LEADERSHIP

pikiran, itu berarti Anda tidak belajar dari orang yang sukses. Inilah sebabnya Anda pun tidak bisa sukses seperti yang Anda impikan. Ini karena Anda tidak punya panutan untuk diserap pemikiran dan kebiasaan baiknya. Tak ada panutan untuk bertanding dan dibandingkan dengan Anda, juga tidak ada panutan yang bisa memberikan nasihat atau contoh konkret supaya Anda bisa berkembang.

Berapa lama lagi Anda akan terus seperti ini? Sekarang adalah waktunya bagi Anda agar punya tokoh panutan. Jadi, mulailah menuliskan nama-nama.

Jika Anda tidak bisa menemukan namanama, maka bertanyalah kepada orangorang di sekeliling. Bacalah majalah dan browsing melalui internet. Bagusnya hidup di abad ke-21 ini adalah segala informasi lebih mudah didapat.

Pada artikel mendatang, kita akan membahas tahapan berikutnya. n F

83 JULI - AGUSTUS 2018

Pentingnya Klausul Penyelesaian Sengketa Dalam Perjanjian

© 2018, Emir Pohan

Partner pada Suhardiman Kardono Swadiri Hazwar (SKSH)

Website: www.skshlaw.com

Email: emir.pohan@skshlaw.com

Dalam

menjalani kegiatan bisnis sehari-hari, tentunya tidak ada seorang pengusaha pun yang mengharapkan akan menghadapi suatu sengketa hukum. Akan tetapi, terkadang hal tersebut sangat sulit dihindari dan dapat menyebabkan kerugian yang mendalam bagi pengusaha yang bersangkutan. Dan karenanya menurut pendapat penulis, sangat penting bagi seorang pengusaha untuk mempertimbangkan memasukkan klausul penyelesaian sengketa yang tepat dalam perjanjian bisnis yang akan dibuatnya.

Suatu klausul penyelesaian sengketa

sejatinya merupakan suatu seperangkat pengaturan dalam perjanjian yang dibuat untuk menentukan bagaimana cara para pihak menyelesaikan sengketa di antara mereka. Berdasarkan pengalaman penulis, suatu klausul penyelesaian sengketa yang disusun secara baik dan tepat dapat sangat bermanfaat untuk menjaga hubungan baik antara para pihak dan secara langsung juga menjaga kelangsungan hubungan bisnis yang ada.

Sebagai contoh, dalam suatu kasus yang pernah penulis tangani, terdapat kewajiban dalam perjanjian yang mewajibkan para prinsipal (pemilik) wajib

untuk bertemu muka secara langsung untuk mencari solusi dari sengketa yang timbul. Keberadaan klausul ini kemudian “memaksa” para pemilik untuk “turun gunung” dan secara langsung bertemu dan berdiskusi guna mencari penyelesaian terhadap permasalahan yang ada. Sebagai akibatnya, sengketa yang ada kemudian dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih hanya satu minggu. Dapat penulis bayangkan apabila tidak ada pengaturan tersebut, sengketa tersebut dapat saja berlarut-larut bahkan mungkin sampai ke ranah hukum yang kemudian akan menyita waktu dan biaya yang tidak sedikit.

84 JULI - AGUSTUS 2018 hukum bisnis
Foto: Istimewa

Suatu klausul penyelesaian sengketa pada umumnya akan memuat hal-hal sebagai berikut:

1. cara para pihak melakukan pemberitahuan terjadinya sengketa kepada pihak lainnya;

2. tahap pertama penyelesaian sengketa, yang biasanya berupa kewajiban bagi para pihak untuk melakukan pertemuan dua pihak (bipartit);

3. tahap kedua penyelesaian sengketa, yang biasanya berupa kewajiban para pihak untuk menempuh jalan mediasi; dan

4. tahap dimulainya penyelesaian sengketa secara hukum, yang biasanya berupa pilihan para pihak untuk menyelesaikan sengketa pada forum arbitrase atau pengadilan.

Berikut adalah salah satu contoh klausul penyelesaian sengketa yang menurut pendapat penulis disusun dengan cukup baik:

“Ketentuan Mengenai Penyelesaian Sengketa

(1) Para Pihak dengan itikad baik sepakat untuk mengedepankan cara-cara damai dalam menyelesaikan setiap sengketa atau ketidaksepahaman yang timbul dari atau dalam hubungannya dengan pelaksanaan perjanjian ini.

(2) Pihak yang bersengketa akan menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai adanya sengketa kepada Pihak lainnya ke alamat pemberitahuan resmi dari Para Pihak sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini.

(3) Para Pihak, dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya pemberitahuan adanya sengketa, akan bertemu secara langsung dan berupaya menyelesaikan sengketa tersebut dengan cara musyawarah.

(4) Apabila sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari semenjak tanggal pemberitahuan adanya sengketa, maka Para Pihak sepakat untuk menyelesaikan sengketa tersebut di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.”

Sebagaimana dapat dilihat dalam klausul penyelesaian sengketa tersebut di atas, apabila terdapat sengketa, maka sebelum mengajukan sengketa tersebut ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, para pihak berkewajiban untuk:

a. memberitahukan pihak lainnya; dan

b. melakukan perundingan bipartit dalam waktu 30 (tiga puluh) hari untuk mencari penyelesaian secara damai.

Ketentuan tersebut di atas dirancang agar para pihak lebih mementingkan cara penyelesaian secara komersial dibandingkan dengan penyelesaian secara hukum. Apabila dimanfaatkan secara efektif, maka hal ini dapat menghindarkan para pihak dari risiko komersial yang lebih besar apabila para pihak langsung menyelesaikan masalah tersebut secara hukum.

Contoh klausul penyelesaian sengketa tersebut di atas tidaklah harus menjadi suatu standar. Sebagai contoh, dalam

suatu ranah usaha tertentu, penulis pernah melihat suatu klausul penyelesaian sengketa yang mewajibkan para pihak untuk menunjuk seorang ahli untuk membuat pendapat yang mengikat apabila terjadi suatu sengketa. Pada intinya, para pihak dalam perjanjian bebas untuk

membuat suatu klausul penyelesaian sengketa yang cocok untuk bisnisnya selama klausul tersebut dapat memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa secara efektif dan efisien.

Demikian semoga bermanfaat.

85 JULI - AGUSTUS 2018 hukum bisnis
n
F
Foto: Istimewa

Multi-brand Franchisee

Website: www.consultft.com

Email : utomo@consultft.com

lokasi, saran tersebut bisa juga berarti memiliki beberapa merek waralaba. Tujuannya sama: berjaga-jaga dan antisipasi kebutuhan subsidi silang, apabila ada lokasi atau merek yang kurang berhasil. Tentu saja bila dana anda mencukupi.

Non-kompetisi

Untuk menjalani peran sebagai multibrand franchisee, anda perlu berhati-hati dengan komitmen kon-kompetisi yang biasanya tercantum dalam Perjanjian Waralaba yang anda tandatangani.

Pemberi waralaba di bidang pizza akan melarang anda memiliki bisnis pizza di lokasi lain kecuali merek waralaba yang diwaralabakan kepada anda.

Pemberi waralaba di bidang bimbel akan melarang anda memiliki bisnis bimbel di lokasi lain kecuali merek waralaba yang diwaralabakan kepada anda.

“Profil Pasar” dan “Musim”

didominasi pelajar dari luar kota, akan ada bulan-bulan sepi ketika para pelajar luar kota ini kembali ke kota mereka masingmasing. Kota Jogja memang dibanjiri wisatawan di musim liburan, namun pelajar-pelajarnya “menghilang”.

Bisnis yang bersandar pada para mahasiswa, misal laundry kiloan di Jogja, kemungkinan besar akan mengalami penurunan transaksi penjualan yang signifikan di musim liburan. Memiliki bisnis (waralaba maupun bukan waralaba) di bidang kuliner khas daerah dekat hotel atau penginapan mungkin dapat membantu arus kas penerima waralaba. Sebaliknya, bila investor membeli waralaba laundry kiloan dan bimbel, bisa jadi pada bulan-bulan liburan tidak diperoleh “pertolongan” yang signifikan karena profil pasar dan musim dari kedua bisnis tersebut cenderung sepi.

Keuangan

Salah

satu saran yang sangat terkenal terkait pengelolaan keuangan, atau tepatnya investasi, adalah: “Jangan taruh uangmu dalam satu keranjang.”

Dalam waralaba, bila dana anda cukup, saran ini berarti, “Jangan hanya punya satu bisnis di satu lokasi saja.”

Selain satu merek waralaba di beberapa

Dua hal yang penting diperhatikan oleh multi-brand franchisee dalam memilih merek-merek waralaba adalah “profil pasar” dan “musim”.

“Profil pasar”, selain untuk strategi komunikasi pemasaran, sangat penting dalam menentukan lokasi gerai. “Musim” di sini adalah periode ramai dan sepinya bisnis. Misal bisnis di kota Yogyakarta yang

Disiplin pengelolaan keuangan sangat penting untuk diperhatikan oleh multibrand franchisee. Meski salah satu tujuan memilik beberapa merek waralaba adalah untuk subsidi silang, pemisahan pencatatan keuangan wajib dilakukan dengan ketat. Perpindahan dana dari bisnis yang satu ke bisnis yang lain harus dicatat dan diperlakukan seperti utang piutang.n F

JULI - AGUSTUS 2018 86 KOLOM FRANCHISING KOLOM FRANCHISING
Foto: Istimewa

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.