Napak Tilas Mahatva Edisi I

1

2

CONTRIBUTORS WRITERS

Puji Syara Anggia M.250.GAJAH SUMATERA

Fahira Noor Damayanti M.239.KASUARI

DESIGNER COVER

DESIGNER LAYOUT

Raden Ahmad Alvarizy M.241.KASUARI

Azkia Naila Rohmah M.255.GAJAH SUMATERA

EXTERNAL CONTRIBUTORS

Elfa Dela Rahmanisa M.235.KASUARI

Aditya Maulana Wijaksana M.258.GAJAH SUMATERA

3

EDITORIAL “Berjalan terus dan terus berjalan, temukan jati diri-mu kau Mahatva!” begitulah sepenggal bait dari Panji Mahatva yang mengisyaratkan suatu pesan yang sarat akan makna, berbekal pesan dan semangat yang telah dipatri sejak penempaan awal, para pejuang Mahatva terus tabah melangkah menempuh lebatnya rimba serta menapakan kaki di tingginya gunung-gunung. Sementara semakin jauh kaki melangkah tidak dipungkiri waktupun terus mengalir, menceritakan kisah panjang perjalanan para pejuang Mahatva yang selama 25 tahun tetap tabah berjalan mengukir sejarah panjang dari Perhimpunan Mahasiswa Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Mahatva.

Menginjak pada umur peraknya, Mahatva telah melakukan berbagai kegiatan ekspedisi serta telah membukukan puluhan judul kajian yang membuktikan bahwa masih tegaknya perhimpunan Mahatva baik di kancah internal kampus maupun eksternal. Suksesnya kegiatan pendidikan dasar Mahatva dari tahun ke tahun merefleksikan para pejuang-pejuang muda yang akan terus mengibarkan panji Mahatva, namun harus tetap kita sadari berdiri kokohnya Mahatva hari ini merupakan hasil jerih payah dari para pendahulunya, dimulai dari pembentukannya hingga perjalanan-perjalanan yang menjadi tonggak pondasi bagi Mahatva hari ini.

Mengingat waktu yang akan terus bergulir dan memori serta umur manusia yang terbatas untuk terus menceritakan kisah perjalanan dan petualangan para pejuang Mahatva maka disini kami mencoba menghimpun sejarah panjang Mahatva dalam sebuah naskah yang bertemakan napak tilas 25 tahun perjalanan Mahatva dalam rangka mengabadikan serta sebagai bentuk apresiasi kami terhadap kakak-kakak kami yang telah berjuang pada masanya sehingga Mahatva dapat berdiri dengan bangga hingga hari ini.

“Adanya ada karena ada yang mengadakan” “1000 langkah dimulai dengan hentakan langkah pertama” kedua kalimat pepatah tersebut menjadi inspirasi kami dalam penyusunan buku napak tilas 25 tahun Mahatva, semoga dengan dihadirkannya buku napak tilas 25 tahun perjalanan Mahatva ini dapat kami jadikan pelajaran dan pecutan semangat bagi kami para Mahatva muda untuk dapat menjejaki jejak langkah kakak-kakak kami dalam mengabdikan diri kepada Mahatva. Harapan kami Mahatva akan terus jaya, menginspirasi, dan melahirkan pribadi-pribadi unggul yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang-orang disekitarnya.

Panjang umur pejuang sejati, MAHATVA! EDITOR

Miftah Rizqan Khalid M.251.GAJAH SUMATERA

4

PRAKATA Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sebuah kebanggaan bagi DP XXIII dapat menyelesaikan Buku Napak Tilas sebagai bentuk realisasi salah satu program kerja DP XXIII PMPR & PG Mahatva. Buku ini tersusun dari cerita perjalanan yang dilakukan anggota PMPR & PG Mahatva, serta didalamnya terdapat informasi destinasi tempat yang dikunjungi.

Buku ini juga ditujukan sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap pencapaian organisasi tercinta, PMPR & PG Mahatva, dalam menjelajahi alam Indonesia yang dilakukan oleh anggota-anggotanya.

Diharapkan dengan terbitnya Buku Napak Tilas EDISI I ini, dapat menjadi pemicu semangat dalam menghimpun cerita perjalanan dan pembuatan buku lainnya. Selain itu, buku ini juga diharapkan menjadi inspirasi dan motivasi bagi generasi penerus PMPR & PG Mahatva dalam melakukan perjalanan yang lebih baik dari perjalanan sebelumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Ketua Dewan Pengurus XXIII PMPR & PG MAHATVA Gandira Geraldi Restarinda M.234.KASUARI

5

CONT 08 16 19 20

28 PENDAKIAN GUNUNG WELIRANG

30

of NAPA PENDAKIAN GUNUNG DEMPO

PANTAI BARAT PANDEGLANG

GUNUNG AGUNG

36 PENDAKIAN GUNUNG RINJANI

PENDAKIAN GUNUNG KENDANG & GUHA

46 6

SUSUR PANTAI JATIMALANGSUWUK

PENYUSURAN PANTAI BATU KERBUY -LOMBANG

TENS

AK TILAS

56 64 70 76

84

PEMANJATAN ARTIFICIAL TEBING SIUNG

MENCICIPI ARTIFICIAL DI TEBING PARANGENDOG & CERME

EKSPEDISI SUNDA LESSER

98 100 102

LINTAS TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

7

LINTAS TAMAN NASIONAL BALURAN

LINTAS TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUNSALAK

LINTAS TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

TIPS AND TRICKS

PENDAKIAN

GUNUNG WELIRANG 07 Agustus 2017 Tim 3 KASUARI

8

Gunung Welirang dipilih karena memiliki potensi panas bumi yang besar, sehingga sesuai dengan kajian yang akan dilakukan tentang pemanfaatan potensi panas bumi.

9

“Take the first step, no more, no less, and the next will be revealed�

10

E

kpedisi Anggota Muda Mahatva dari Tim 3 Kasuari yang bertempat di Gunung Welirang (3156 mdpl), Jawa Timur Perjalanan ini beranggotakan 4 orang pejuang sejati yaitu Deni (M 226 KSR), Elisa (M 227 KSR), Oman (M 228 KSR), dan Aping (M 229 KSR).

Tim memulai perjalan pada tanggal 7 Agustus 2017 menuju titik awal pendakian yang ada di Tretes, Pasuruan. Transportasi dari Pasuruan menuju Pos Pendakian dapat melalui Terminal Pandaan menggunakan mobil L300. Sesampainya di Tretes, udara sejuk dan awan putih khas suasana daerah pegunungan siap menyambut para pelancong. Tretes sudah menjadi sebuah tempat wisata, baik kuliner ataupun sebagai tempat rekreasi.

Simaksi pendakian dapat dilakukan pada pos pendakian seharga Rp 25.000. Pada awal pendakian, kita sudah disambut dengan jalur batu yang memang sengaja dibuat. Karena pada puncak Gunung Welirang terdapat tambang belerang dan jalur Tretes dipilih para penambang sebagai jalur distribusi berlerang. Sehingga dibuat lah jalur yang dapat diakses oleh kendaraan pengangkut belerang.

Jalur berbatu yang selalu menemani setiap langkah para pendaki adalah sebuah siksaan yang pasti akan dirasakan setiap melewati jalur Tretes. Bukan hanya berbatu tetapi jalur Tretes juga dihiasi dengan tanjakan-tanjakan terjal yang siap menguji mental para pendaki. Karena begitu banyak yang sudah merasakan kejamnya tanjakan di jalur Tretes, tanjakan tersebut diberi nama “Tanjakan Asu� oleh para pendaki

Terdapat

3 sumber air yang ada di jalur Tretes. Pertama terletak di Kopkopan (2 jam dari pos izin),kedua terletak di Pondokan (4 jam dari Kopkopan) dan yang terakir berada di Lembah kijang (20 menit dari Pondokan).

Pondokan adalah tempat beristirahatnya para penambang belerang, sehingga disana banyak terdapat gubuk yang digunakan untuk tempat bermalam para penambang.

Di tempat ini pat camp para jalan 20 menit Arjuno akan

11

juga biasanya dijadikan tempendaki Gunung Welirang. Berdari Pondokan kearah Gunung sampai di Lembah Kijang,

12

yang berupa padang savana luas dan indah, serta menjajikan secara jelas gagahnya Gunung Arjuno.

Dari Lembah Kijang perjalanan dilanjutkan menuju Lengkean yang terletak antara Gunung Kembar 1 dan 2.

Lengkean merupakan tempat pertemuan dari 4 jalur, yaitu: Jalur Tretes, Jalur Cangat, Jalur pendakian ke Puncak Arjuno dan Jalur Pendakian menuju Puncak Welirang.

Suasana di Puncak Welirang menampilkan panorama khas gunung berapi berupa jalur berbatu, asap yang keluar dari rekahan tanah, kawah welirang yang masih aktif Ada beberapa hal yang harus menjadi catatan ketika berada di puncak Welirang, antara lain:

13

1) membawa masker atau sejenisnya untuk melindungi pernafasan karena ketika siang hari aroma belerang sangat pekat, 2) Segera turun ketika cuaca buruk, karena aktivitas sambaran petir akan meningkat dan ketika hujan berpotensi terjadi hujan es.

Untuk jalur turun, kita melalui jalur cangar dari lengkean. Jalur Cangar dipilih karena memiliki titik akhir di desa Sumber Brantas yang akan dijadikan sebagai tempat melakukan kajian.

Kondisi Jalur Cangar sangat berbeda dengan Jalur Tretes. Pada jalur ini vegetasi tumbuhan lebih beragam dan cukup tertutup, begitu juga dengan keadaan jalur yang berupa jalan setapak beralaskan tanah.

Dengan begitu jalur Cangar terasa lebih fun dibanding Jalur Tretes. Jika beruntung kita akan menjumpai satwa khas Gunung Welirang seperti kijang, kera yang berbulu hitam maupun emas, dan elang jawa. Saat mendekati titik akhir vegetasi akan berubah, dari hutan menjadi hamparan perkebunan warga khas pemandangan pada tayangan FTV.

Salah satu kendala melewati jalur ini adalah tidak tersedianya sumber air. Tetapi untuk saat ini penyediaan sumber air dijalur ini sedang dalam tahap pembangunan dengan memanfaatkan uap yang keluar dari tanah dan kemudian ditampung kedalam tandon air.

14

15

W

Masyarakat setempat percaya bahwa gunung Agung aktu menunjukan pukul 06.30 adalah tempat bersemayam para dewa, konon jika saat itu, baru tiga jam kami sedang diadakan upacara adat maka kegiatan penterlelap di sekitaran Besakih dakian tidak bisa berlangsung, masyarakat percaya setelah melalui perjalanan panjang menuju pubahwa saat upacara adat berlangsung tidak ada lau Dewata Bali yang tersohor, kami bergegas yang boleh berada lebih tinggi dari pura Besakih. untuk bersiap untuk hari yang sudah lama direnSelain puncak ada capaian lain yang ingin canakan, hari dimana kami akan memulai perkami capai yaitu mendokumentasikan tumbujalanan untuk menggapai puncak gunung suci.

Gunung Agung han cemara berdiri megah darah yang Mendaki gunung mengajarkan banyak hal tendi pesisir digunkan matang sikap, ego, kebersamaan, kelemahan kita, timur pulau syrakat lokal semangat, keyakinan dan banyak hal lainnya.

Bali, mencasebagai obat pai ketinggian tradisional oleh hingga 3.031 mdpl pada titik puncaknya menjadikan gunung Agung sebagai titik tertinggi di pulau Bali. Secara administratif gunung Agung berada di kecamatan Rendang, kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia.

karena itu, kami memilih menapaki jalur temukus, tempat dimana tumbuhan cemara darah ini tumbuh, di lokasi ini kami melakukan pendokumentasian serta pengambilan sampel dari tumbuhan cemara darah untuk kami kaji lebih jauh manfaat dari tumbuhan ini.

Gunung Agung merupakan gunung yang dikeramatkan bagi masyarakat Bali ditandai dengan berdirinya pura Besakih di kaki gunung Agung menegaskan asal mula dari nama gunung ini.

Selepas proses dokumentasi kami kembali melakukan pendakian menuju puncak gunung Agung kembali melewati jalur Jugul.

16

Gunung Agung

“Dimana Dewa-dewa Bersemayam�

2013, BADAK JAWA

Medan yang kami lewati terasa cukup terjal sehingga cukup menguras energi kami selama melakukan pendakian namun sepanjang jalan kami terus disuguhi dengan pemandangan luar biasa, hamparan bunga Edelweiss yang digunakan masyarakat setempat sebagai tempat pelaksanaan upacara adat hingga bekuan lava di sepanjang jalur seakan menceritakan kepada kami cerita tentang amukan dari gunung ini di masa yang lalu.

Pukul 03.30, udara cukup dingin saat itu, cukup berat bagi kami untuk merangkak keluar dari tenda khususnya ketika mata masih berat dan tubuh yang masih didekap lelah namun inilah ujian sebenarnya, saat yang ditunggu-tunggu, saat ini saatnya summit attack.

Tanpa basa-basi, perjalanan dihadapkan dengan jalur yang menanjak, meskipun sudah berjalan sekian lama kami masih dihadapkan dengan jalur yang menanjak yang seolah-olah tiada habisnya, kondisi medan yang kami lalui pun seakan tidak memberikan keringanan kepada kami, medan khas gunung berapi aktif berupa

kami

bebatuan dan kerikil serta jurang terjal di sisi jalur seolah-olah siap kapanpun mencelakakan kami saat kami lengah dan lelah.

Pukul 06.30 akhirnya kami sampai di puncak kemegahan dari gunung Agung di ketinggian 3.142 mdpl kala itu meskipun seiring berjalannya waktu dan aktivitas vulkanik dari gunung Agung yang masih aktif menyebabkan ketinggian dari gunung ini menjadi 3.031 mdpl sampai dengan hari ini.

Suasana puncak kian menawan mengingat puncak gunung Agung berada diatas awan yang seakan-akan membawa kami merasakan sedang berada di negeri diatas awan, dari lokasi ini pula kami diizinkan menikmati kemegahan gunung Rinjani yang berada di pulau Lombok.

langsung

17

Dari serangkaian keindahan alam pada saat itu, momen terbitnya matahari seakan melengkapi kebahagiaan kami pagi kala itu.

Tanpa komando dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan seluruh momen keindahan puncak Agung kami coba dokumnetasikan bersamaan dengan pengibaran panji Mahatva yang bersanding gagah di puncak gunung Agung.

Setelah cukup menikmati keindahan di puncak Agung tanpa ragu-ragu kami langsung kembali menuruni gunung untuk beristirahat dan membersihkan diri di rumah warga selain keindahan alam yang memikat keramahan warga setempat kian mengikat hati kami pada gunung Agung beserta masyarakatnya.

Setelah cukup beristirahat dan segala persiapan telah siap kami memulai perjalanan pulang menuju Bandung meskipun cukup berat meninggalkan gunung Agung yang telah memikat hati dan jiwa kami, karena tujuan sejati dari perjalanan adalah pulang dengan selamat.

18

Pendakian Gunung Rinjani

19

PENDAKIAN GUNUNG

KENDANG & GUHA

24 Agustus 2018 Tim 4 GAJAH SUMATERA

Panorama hamparan kebun teh di awal perjalanan yang seolah menjadi sambutan manis bagi para pecinta alam yang hendak mendaki Gunung Kendang.

20

21

G

unung Kendang memiliki keunikan tersendiri diantara gunung-gunung yang

berada di kawasan Bandung Raya, karena memiliki padang savanna indah yang cukup luas dan mampu menampung banyak tenda.

Gunung Kendang ini memiliki keinggian 2.617 Mdpl dan perjalanan mendaki dari pos perijinan menuju puncak biasanya membutuhkan waktu Âą 5 jam.

Gunung Kendang berada di desa Neglawangi, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.

Kami berangkat dari sekretarian PMPR dan PG Mahatva menggunakan mobil rental selama 3 jam hingga sampai ke Desa Sukalilah Kabupaten Garut.

Sebelum melakukan kegiatan pendakian, kami melakukan perizinan terlebih dahulu sehingga pendakian yang kami lakukan diketahui oleh aparat Desa setempat. Hal itu untuk mengantisipasi jikalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu kami juga bertanya mengenai jalur evakuasi.

Kami memulai perjalanan dengan melakukan pergerakan ke titik awal dimana vegetasi awal berupa ladang sayuran kubis dan bawang daun.

Di awal perjalanan kami disuguhi pemandangan hamparan ladang sayuran kubis dan bawang daun kemudian semakin kami bergerak ke atas gunung berganti menjadi semak belukar dan rerumputan pendek.

22

23

24

Trek masih landai dan sangat bersahabat saat itu, tetapi selama perjalanan tidak ada palang penunjuk arah menuju ke Gunung Kendang, sehingga usahakan jika kita hendak mendaki Gunung Kendang, sebaiknya kita mengajak orang yang pernah mendaki ke sini agar kita tidak tersesat.

Atau jika tidak, kita harus benar-benar bertanya dengan detail kepada warga sekitar untuk menunjukan jalur pendakian Gunung Kendang.

“Jejak langkah kita kadang jelas kadang kabur dan adakalanya salah jalan atau berbalik arah, tapi seberat apapun aral melintang kita harus terus berjalan atau diam�

Dari titik awal tersebut vegetasi kemudian berganti menjadi hutan heterogen. Jalur yang kami tempuh setelah itu semakin sulit dikarenakan rapatnya vegetasi dan curamnya medan.

Selain itu kami pun harus terus bergerak pada jalur dengan kemiringan lereng sekitar 8,3° sambil melakukan penebasan.

Dengan kondisi jalur seperti ini kami banyak melewatkan CP dan melambung ke sisi lain dikarenakan pertimbangan jarak yang semakin jauh dan persediaan air yang semakin menipis.

25

Keesokan harinya kami turun untuk mengambil air ke sungai terdekat menurut peta.

Alhasil ternyata air di sungai tersebut surut sehingga kami panik karena persediaan air tidak ada sama sekali. Sehingga kami terus menuruni gunung untuk mencari sumber air hingga akhirnya tim menemukan sumber air tersebut di bagian hilir gunung.

Di Desa Tarumajaya kami melakukan kajian mengenai penggunaan pestisida pada tanaman kentang.

Kajian kami terfokus pada studi kasus kelompok tani yang ada di Desa Tersebut yaitu kelompok Mutiara Tani.

Dari kondisi yang seperti ini, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan mencari desa terdekat yaitu Desa Tarumajaya.

Alhasil didapatkan bahwa dari 6 ketepatan penggunaan pestisida hanya dua tepat yang sesuai, yaitu tepat mutu dan tepat cara. Sedangkan empat tepat yaitu tepat sasaran, tepat jenis, tepat waktu, dan tepat dosis tidak sesuai.

Di Desa Tarumajaya kami melakukan kajian mengenai penggunaan pestisida pada tanaman kentang. Kajian kami terfokus pada studi kasus kelompok tani yang ada di Desa Tersebut yaitu kelompok Mutiara Tani.

Sehingga sebelum kami pulang, kami memberikan sedikit edukasi kepada kelompok tani tersebut mengenai 6 tepat menggunakan pestisida.

26

27

Pendakian Gunung Dempo 2014, KANGGURU

28

Perjalanan Awan Boru

29

“Jejaki Langkah di Surg Barat Pan

2015, Tim 2 KALAJENGK

30

ga Tersembunyi Pantai ndeglang�

KING

31

T

Beranggotakan 5 orang, diketuai oleh Agung Muhammad Yusuf dan Miftah W. Hidayat sebagai Komandan Operasi ini berhasil melakukan perjalanan penyusuran pantai selama 4 hari dimulai dari Pantai Cikawung sampai dengan Pantai Tanjung Lesung dengan menempuh jarak sejauh 54,7 kilometer. Berbagai medan di lapangan bukan suatu merupakan halangan untuk memulai langkah kaki pertama. Penyebrangan basah kerap membuat kami merasa tidak tenang, sebab terdapat beberapa muara yang dihuni oleh buaya sehingga menyisakan sedikit opsi bagi kami yaitu melakukan penyebrangan menggunakan perahu.

ahun baru di pantai, bukankah menyenangkan? Desember 2015 – Januari 2016 adalah waktu yang kami pilih untuk melakukan perjalanan mendapatkan Nomor Pokok Anggota (NPA). Kami mengaplikasikan ilmu kealamterbukaan yang sudah didapat dari Pendidikan Dasar Mahatva (PDM) serta Program Pelatihan dan Pemantapan (Proglantap), selain itu, kami ingin mengetahui kondisi jalur dan potensi tersembunyi yang terdapat pada Pantai Barat Pandeglang yang dapat menjadi pariwisata unggulan di daerah tersebut. Lokasi pantai yang cukup terjangkau dan pemandangan pantai yang indah, menjadi dorongan tersendiri bagi kami untuk mengulik lebih jauh tentang pantai ini.

32

Lelahnya berjalan seakan sirna saat tim menemukan hamparan pohon kelapa, tanpa basa-basi seketika tujuan kami berubah, yang terlintas di pikiran kami adalah mengambil buah kelapa untuk menghilangkan dahaga, di tengah teriknya sengatan matahari pantai segarnya air kelapa memang tidak pernah mengecewakan.

Perjalanan ini sangat melatih scientific skill, tactical skill dan mountaineering skill yang telah kami pelajari�, jelas Agung Muhammad Yusuf sebagai Ketua Tim. Masih asrinya Pantai Barat Pandeglang membuat masyarakat dan investor bekerja sama untuk memanfaatkan keindahan alam untuk menarik perhatian wisatawan domestik ataupun asing agar berkunjung ke desa mereka. Namun, publikasi yang masih kurang menjadikan daerah ini belum banyak diketahui oleh masyarakat umum.

Pada perjalanan ini kami melewati berbagai kondisi jalur yang diantaranya pasir putih, pasir hitam, batuan, batu karang, 14 muara yang di mana kami melakukan penyeberangan basah pada 2 muara, dan 5 tebing yang curam yang terdapat di bibir pantai Desa Tanjung Jaya.

33

34

35

Ekspedisi Susur Pantai Ja “Mengungkap Harta Karun Kabupaten Kebumen yang Hilang�

Desa Karangbolong merupakan desa dimana harta karun Kabupaten Kebumen tersimpan. Konon harta karun tersebut telah ditemukan sejak tahun 1700 Masehi oleh seorang kiai bernama, Kiai Surti.

36

atimalang – Pantai Suwuk

08 Agustus 2018 Tim 2 GAJAH SUMATERA

37

B

eliau merupakan seorang utusan Raja Kasunanan Kartasura yang ditugaskan

untuk mencari harta karun yang tidak lain adalah jamur yang tumbuh di batu sebagai obat Sang Ratu. Tentunya Kiai Surti menemukan jamur tersebut di tebing gua Desa Karangbolong dan langsung memberikannya kepada Raja Kartasura.

Jamur yang dimaksud merupakan sarang burung walet. Sejak saat itu sarang burung walet dijadikan makanan mewah untuk para raja dan ratu karena khasiatnya yang sangat mujarab untuk menyembuhkan berbagai penyakit serta dipercaya untuk memperpanjang umur orang yang memakannya.

Seiring berjalannya waktu, raja melihat peluang bisnis dari sarang burung walet lalu mulai menjualnya ke negara-negara tetangga hingga sampai ke China, transaksi tersebut terus berlanjut hingga Masa Orde Baru.

Tentunya akan menjadi sebuah pertanyaan besar, mengapa sarang burung walet begitu berharga hingga disebut sebagai harta karun Kabupaten Kebumen.

Berdasarkan hasil wawancara, Tim 2 Anggota Muda Gajah Sumatera PMPR & PG Mahatva Unpad kepada pemerintah Desa Karangbolong, penghasilan daerah dari sarang burung walet pada tahun 1900 hingga tahun 1996 dapat mencapai 100 kg hingga 200 kg untuk satu kali panen, dimana harganya mencapai 10 juta/kg.

Terlebih lagi pengunduhan (pengambilan/pemanenan sarang burung walet) ini dilakukan 4 kali dalam setahun yaitu pada musim ke 2, 4, 5 dan 7.

Jika dikalkulasikan maka sarang burung walet ini merupakan penyumbang Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) terbesar di Kabupaten Kebumen.

38

manajemen pengunduhan sarang burung walet ini semuanya merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Kebumen.

Pegawai pengunduh sarang burung walet digaji sebesar pegawai PNS pada umumnya sesuai golongan dan jabatan masing-masing.

Sehingga sejak tahun 1975 dibangun tugu walet di Kabupaten Kebumen, selain itu burung walet juga dijadikan sebagai ikon/lambang Kabupaten Kebumen.

Maka pantaslah sarang burung walet ini menjadi suatu hal yang sangat berharga bagi Kabupaten Kebumen.

Desa Karangbolong bukan merupakan satu-satunya tempat pengunduhan sarang burung walet akan tetapi di 2 desa tetangga juga yaitu Desa Pasir dan Desa Karangduwur. Sehingga struktur organisasinyapun dibagi menjadi 3 Sortir dan bawahannya serta 1 Kepala UPT dan 1 Polsus.

Sarang burung walet awal mulanya dikelola oleh pemerintah daerah dimana pegawai yang mengurus

Tugas dari Kepala UPT yaitu untuk mengelola seluruh

39

kegiatan pengunduhan sarang burung walet dari 3 Gua di 3 Desa hingga akhirnya dikumpulkan dan dibawa ke pemerintah kabupaten untuk dijual dengan cara lelang.

Sortir bertugas untuk mengurus segala kegiatan yang berhubungan dengan upacara ngunduh. Upacara ngunduh ini merupakan ritual yang wajib dilakukan sebelum melakukan pengunduhan sarang burung walet.

Menurut Mantan Kepala UPT Bapak Puryono, biaya yang dikeluarkan untuk upacara tersebut dapat mencapai 30 juta untuk sekali perayaan. Hal ini bukan masalah tuturya, dikarenakan hasil yang didapatkan dari pengunduhanpun dapat berkali lipat jumlahnya.

Mandor tentunya tidak asing didengar ditelinga kita. Seperti namanya,

mandor bertugas untuk mengatur teknis di lapangan saat pengunduhan dilakukan.

Mandor sendiri membawahi sikep tua, sikep muda dan bantu. Sikep tua merupakan orang pertama yang turun dan masuk ke dalam gua walet diikuti dengan sikep muda. Sikep muda memiliki tugas lain yaitu memperbaiki dan atau mengganti bambu atau tali rotan yang rusak sedangkan bantu tugasnya yaitu mengunduh atau memanen sarang burung walet yang ada di langit-langit gua.

Terakhir ada polsus yang langsung dibawahi oleh kepala UPT, bertugas untuk menjaga dan mengawasi gua walet dari pencuri. Polsus juga berkoordinasi dengan sortir, mandor, sikep dan bantu perihal piket dan penjagaan saat pelaksanaan kegiatan baik dari upacara hingga akhirnya pengiriman sarang burung walet ke pemerintah kabupaten.

40

41

42

Menurunnya eksistensi sarang burung walet di Kabupaten Kebumen merupakan keadaan yang dialami masyarakat Desa karangbolong hari ini.

Sejak memasuki periode krisis moneter pada tahun 1998 pengelolaan yang mulanya dipegang oleh pemerintah kabupaten kemudian dialihkan ke koperasi warga Desa Karangbolong.

Saat itu kondisi masyarakat kurang terkendali sehingga pada periode yang sama hutanhutan di sekitar Desa Karangbolong, Desa Pasir dan Desa Karangduwur mulai dieksploitasi masyarakat. Pengeksploitasian hutan dilakukan secara besar-besaran pada saat itu, sehingga flora dan fauna di hutanpun terancam keberadaannya, termasuk burung walet.

Kemudian pada tahun 2002 terjadi tsunami di daerah pantai selatan yang berpusat di Pantai Pangandaran. Bencana alam tersebut telah menghabiskan ribuan sarang burung serta burung walet yang ada di dalam gua.

Semenjak itu populasi dan hasil sarang burung walet menurun drastis, bahkan pada tahun 2012 hingga sekarang pengunduhan sarang burung walet di Desa Karangbolong sudah tidak dilakukan lagi.

Hal ini berdampak hingga penurunan hasil pengunduhan sarang burung walet mulai menurun pada tahun 2001.

43

44

“Ketika ekosistem hutan rusak, maka yang tinggal di dalamnyapun akan mati. Jika kita ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari alam maka kita juga harus memberi lebih untuk alam�

Bapak Puryono mengatakan bahwa lingkungan merupakan faktor terpenting dalam kelestarian sumber daya alam hayati termasuk burung walet.

Maka dari itu perlu adanya perhatian dari berbagai pihak termasuk kita semua sebagai generasi muda untuk peka terhadap alam.

Karena sungguh miris rasanya mengetahui fakta bahwa daerah yang mulanya kaya akan sumber daya alam menjadi tidak berpenghasilan apaapa diakibatkan manusia itu sendiri.

45

PENYUSURAN PANTAI BATU KERBUY-LOMBANG “Lombang jauh dek!”

02 Agustus 2017 Tim 2 KASUARI

46

Ucapan “Lombang jauh deek!� kerap terdengar ketika tim melakukan perejalanan susur pantai. Bagaimana tidak, jarak antara Pantai Batu Kerbuy hingga Pantai Lombang berkisar antara 54-55 Km. Dalam perjalanan selama empat hari ini tim harus melewati berbagai medan pantai dengan kondisi cuaca yang panas terik.

47

48

OPERASI

T

Vegetasi pantai yang kami lewati meliputi kaktus, semak belukar, pohon lontar, pandan laut dan cemara udang. Terdapat pula fauna laut seperti kepiting dan ubur-ubur yang terdampar di hamparan pasir yang kami lewati.

im 2 diketuai oleh Rizky yang juga merupakan sebagai transportasi dan humas, serta beranggotakan Raihana sebagai perbekalan dan bendahara, Firdarani sebagai sekretaris, medic dan perizinan, Kheandra sebagai dokumentasi dan logistik dan yang terakhir Gandira sebagai komandan operasi.

Selain medan pasir, terdapat pula medan muara yang harus kami lewati dalam ekspedisi susur pantai ini. Untuk penyeberangan muara dibutuhkan keterampilan khusus yang wajib dikuasai diantaranya yaitu manajemen penyebrangan basah, renang, serta ilmu medan peta kompas.

Jarak yang kami tempuh sejauh 54,8 km dan ditempuh selama 4 hari 3 malam. Selama perjalanan, kami melewati berbagai vegetasi yang tidak biasa kami lihat sebelumnya.

49

KAJIAN 4 hari 3 malam sudah kami lewati Mengingat kembali momen kami dalam menempuh kurang lebih 54,8 km menyusuri Pantai Batu Kerbuy hingga Pantai Lombang. Banyak sekali pelajaran yang kami rasakan saat perjalanan ini. Halangan dan rintangan kami hadapi bersama untuk mencapai satu tujuan yaitu titik akhir.

di dunia tanaman hias sudah tak diragukan lagi. Harga tanaman bonsainya yang dapat mencapai angka jutaan rupiah menandakan bonsai cemara udang merupakan tanaman eksklusif. Siapa sangka di Indonesia tanaman cemara udang ini berasal dari daerah utara Pantai Madura.

Menurut cerita warga setempat, cemara udang yang berada di Pantai Lombang berasal dari Tiongkok. Bibit cemara udang yang dibawa dari Tiongkok tersebut kini tersebar luas di Pantai Lombang, bahkan sudah

Bagi para penggemar tanaman hias, nama cemara udang tentu sudah taka sing lagi didengar . Cemara udang (Casuarina equisetifolia) atau cemara laut merupakan tanaman yang sepak terjangnya

50

tersebar di berbagai tempat di Indonesia walaupun tetap berasal dari Pantai Lombang.

Cemara udang yang menajdi ciri khas daerah Lombang tentu dimanfatkan sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat sekitar. Sudah sejak tahun 1980 an cemara udang mulai dibudidayakan dan dijual dalam bentuk bonsai.

Pohon cemara udang memiliki ciri-ciri daun yang kecil, dan bersisik, yang berwarna hijau muda hingga keabu-abuan.

Batang pohon ini tertutupi oleh kulit kayu yang keras dan bertekstur kasar.

Sifat dari daun dan batangnya inilah yang menurut beberapa masyarakat setempat menjadi alasan mengapa pohon cemara ini dinamakan “cemara udang�. Akar dari pohon ini sangat rapat dan kuat, hingga ia bisa berdiri kokoh ditengah media tanam yang kurang rapat seperti pasir.

Bagai pagar hijau, cemara udang tumbuh subur di sepanjang Pantai Lombang yang memiliki panjang pantai 12 km dan luas 240 Ha. Cemara udang merupakan spesies cemara yang dapat tumbuh dengan baik dengan kondisi lahan berpasir.

51

Pohon ini dikenal memiliki banyak kegunaan secara ekologi, social, dan ekonomi.

Jika kita menyusuri kawasan perumahan di pesisir Pantai Lombang, terlihat jejeran pohon cemara udang dalam pot di pekarangan rumah mereka. Jejeran pohon cemara udang tersebut direkomendasikan oleh masyarakat setempat sebagai salah satu pemasukan ekoknomi mereka.

Menurut Bapak Noto, seorang pengusaha bonsai cemara udang, cemara udang dalam pot tersebut berasal dari lahannya yang berada di pinggir Pantai Lombang atau sering disebut sebagai “lokasi�.

Luas lahan dari tiap-tiap pengusaha berbeda-beda yaitu sekitar 1-3 ha. Cemara udang yang terdapat di lokasi berumur belasan bahkan puluhan tahun.

Siapa sangka menurut Bapak Surni, seorang pedagang bonsai cemara udang, satu bonsai cemara udang bisa dibanderol hingga menyentuh angka 50 juta rupiah. Pasarnya pun bahkan hingga luar negeri, seperti Singapur. Akan tetapi ketika sedang “tidak beruntung�, satu pot cemara udang hanya terjual dengan harga ratusan bahkan hanya puluhan ribu rupiah.

52

Tentu hal ini merupakan hal yang menarik, ketika usaha tani cemara udang yang memiliki potensi tinggi, akan tetapi sarat akan ketidakpastian. Dapat dikatakan seperti itu karena menurutnya dalam usaha tani bonsai tidak ada kepastian pemasukan per bulannya, yang dikarenakan tidak ada kepastian mengenai harga dan jumlah yang terjual per bulannya.

Akan tetapi, tidak setiap hari pedagang menemukan pembeli seperti itu. Untuk menutupi kekurangan dari sedang lesunya penjualan, banyak pedagang bonsai cemara udang yang juga memanfaatkan batang dan daun cemara udang untuk dijual dengan harga Rp500.000,00 per mobil pick up.

Hal ini dikarenakan bonsai cemara udang merupakan seni dan hobi. Ketika seseorang merasa bentuk dari bonsai tersebut indah, dan ia mau mengeluarkan uang dengan nominal tinggi tentu ia akan membeli bonsai dengan harga tinggi.

53

54

55

14 Agustus 2017

Tim 1 KASUARI

56

PEMANJATAN ARTIFICIAL TEBING SIUNG “Meniti Titik Tertinggi Menyampaikan Asa Yang Tidak Pernah Ada”

57

T

ebing Siung merupakan kumpulan tebing-tebing dengan jenis batuan kars dan karang. Kumpulan tebing tersebut diberi nama blok A-L yang dibuat oleh FPTI dengan grade (tingkat kesulitan) yang berbeda yang sudah berskala nasional.

Tebing siung merupakan salah satu tebing wisata yang masih alami di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Lokasi tebing berjarak kurang lebih 65 km dari pusat kota Yogyakarta dengan lama perjalanan kurang lebih 3 jam.

Untuk memasuki kawasan Tebing Siung cukup membayar 5000 rupiah per orang kepada pengelola wisata Desa Purwodadi. Jarak dari portal (pembayaran tiket) ke Tebing Siung cukup jauh yaitu 1 km.

Jenis pemanjatan yang dilakukan dapat berupa sport dan artificial. Pemanjatan sport adalah pemanjatan yang bertujuan sebagai sarana olah raga dan melatih kemampuan fisik dan pemanjatan artificial adalah pemanjatan yang dilakukan menggunakan alat panjat untuk menambah ketinggian climbers. . Biasanya jenis pemanjatan ini dilakukan dan diperuntukkan kepada yang sudah ahli mengenai peralatan tebing serta sudah berpengalaman.

Paket wisata yang ditawarkan selain tebing adalah Pantai Siung, sayangnya di kawasan pantai dan Tebing Siung sulit didapatkan sinyal. Pinggiran Pantai Siung sendiri sudah ada pondok pemanjatan, warung nasi, toilet umum, serta camping round.

58

PENDATAAN Berbagi pengetahuan tentang hal kecil merupakan suatu kesenangan bagi penulis. Disini penulis akan membuka dengan kata pengantar tentang sebuah pengertian. Tahukah kalian perbedaan tumbuhan dan tanaman?

TUMBUHAN KAWASAN

Dalam dunia pertanian dua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Tumbuhana dalah sesuatu yang muncul dari permukaan bumi secara bebas atau liar, memiliki zat hijau daun tanpa ada pengelolaan khusus dari manusia.

Tanaman adalah tumbuhan yang sengaja dibudidayakan dan adanya campur tangan manusia. Pengertian diatas berkaitan dengan pendataan tumbuhan.

Apakah kaitannya? Kaitannya terdapat pada objek dari pendataan yaitu tumbuhan. Disini kami melakukan pendataan tumbuhan dengan spesifikasi tumbuhan

TEBING SIUNG yang berpotensi menjadi tanaman budidaya dan menjadi komoditas lokal unggulan. Lokasi pendataan tumbuhan ini dilakukan di Tebing Siung, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Cakupan tebing yang menjadi tujuan kami adalah sekitar blok K dan L. Pendataan dilakukan pada bulan Agustus.

59

Munculnya beberapa spesies tumbuhan sekitar Tebing Siung bergantung pada musim pada daerah tersebut. Didapati tumbuhan yang biasanya muncul saat musim hujan hanya menyisakan umbi dalam tanah, hal ini kami ketahui dari hasil wawancara petani yang mengelola ladang disekitaran tebing.

Petani ini memberi tahu tempat-tempat munculnya tumbuhan dengan meyakinkan kami bahwa tumbuhan tersebut memiliki umbi.

Umbi bakal dari tumbuhan ini tersimpan di dalam tanah dan semak-semak. Salah satu tumbuhan yang sudah tumbuh saat itu adalah kembang bangkai dengan nama umum iles-iles dan nama ilmiah Amorphophallus variabilis.

60

Kami mendapati tumbuhan ini tumbuh di semak-semak bebatuan tebing. Tidak hanya satu tetapi ada beberapa yang tampak dan dapat dijangkau. Jika tumbuhan ini sudah tumbuh memiliki batang dan bunga dipercaya masyarakat akan datang waktunya musim hujan. Pemanfaatan kembang bangkai berdasarkan penuturan petani dan masyarakat belum ada karena kurang pengetahuan tentang pengolahan umbinya.

Kami mendapati tumbuhan ini tumbuh di semak-semak bebatuan tebing. Tidak hanya satu tetapi ada beberapa yang tampak dan dapat dijangkau. Jika tumbuhan ini sudah tumbuh memiliki batang dan bunga dipercaya masyarakat akan datang waktunya musim hujan. Pemanfaatan kembang bangkai berdasarkan penuturan petani dan masyarakat belum ada karena kurang pengetahuan tentang pengolahan umbinya.

Berdasarkan pendapat ahli, kembang bangkai atau Amorphophallus variabilis termasuk tipe tumbuhan liar. Tumbuhan ini akan berbuah dan masak dipengaruhi oleh adanya musim hujan. Tumbuhan ini dapat dibudidayakan dengan hasil perolehan berupa umbi.

61

Umbi dapat dipanen setelah memasuki periode vegetatif dengan kadar glukomanan lebih besar 41,8%. Glukomanan pada umbi yang telah siap panen mengandung karbohidrat dan dapat dijadikan makanan sebagai pengganti nasi, jagung, dan serelalia lainnya (Sumarwoto, 2005).

Sumarwoto menuturkan iles-iles atau kembang bangkai yang semakin banyak memasuki pertumbuhan vegetative, ukuran garis tengah daun, hasil umbi, maupun kadar glukomanan umbi juga semakin besar. Hal ini dapat diperoleh keterangan bahwa dalam melakukan penanaman iles-iles jarak tanam hendaknya disesuaikan dengan masa periode tumbuhnya.

Apabila bahan tanaman berupa umbi, agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang baik, kedalaman tanam perlu disesuaikan dengan ukuran (bobot) umbi yang ditanam. Jika bibit berupa bulbil (umbi daun) besar kedalaman tanam cukup 5 cm, sedangkan umbi berukuran bobot kurang dari 200 g kedalaman tanam 10 cm, dan jika umbi lebih berat lagi menjadi lebih dalam sampai kurang lebih 15 cm.

Panen sebaiknya dilakukan pada keadaan kadar glukominan umbi sudah maksimum., yaitu setelah tanaman memasuki tiga periode tumbuh dan batang semu terkulai dengan helaian daun berwarna kuning.

62

Selain dari kembang bangkai kami juga menemukan tumbuhan pandan laut, ketapang, batang waru, waung dan koang (berpotensi sebagai bonsai), kajar, dan umbi murei (menghasilkan bunga desember). Kebanyakan tumbuhan tersebut tidak banyak dimanfaatkan karena keterbatasan pengetahuan akan budidaya dan pengolahannya oleh masyarakat sekitar.

Kami dapat meyakinkan tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan berdasarkan hasil penelitian dan pendapat para ahli sebagai salah satu pemaparan kami yaitu kembang bangkai atau Amorphophallus variabilis

63

Mencicipi Artificial di Tebing Parangendog dan Tebing Cerme Yogyakarta 13 Agustus 2018

Tim 3 GAJAH SUMATERA

64

A

lasan kami memilih perjalanan tebing adalah karena suka. Apapun yang dilandasi dengan suka akan begitu mengasyikkan dan menyenangkan.

Selain itu juga dapat melihat sebuah keindahan (pemandangan) setelah berjuang keras melalui jalur yang terdapat pada tebing. Panas terik matahari seolah tidak terasa karena semangat kami yang selalu berkobar. Ujian demi ujian dapat kami lewati dengan kekompakan. Sebab kefokusan, kesabaran, ketelitian, dan keselamatan akan terus terjaga bila kami kompak.

Komandan operasi awalnya ragu untuk melaksnakan perjalanan tebing namun melihat semangat dari anggota tim semakin membuat danop yakin dan menambah semangat untuk memulai perjalanan tebing. Hal yang selalu kami ingat ketika perjalanan tebing adalah “safety first�. Pada dasarnya keselamatan dibutuhkan dimanapun dan dalam kondisi apapun.

65

Keistimewaan tebing ini yaitu memliki pemandangan dari atas (TOP) yang indah.

Pantai yang luas dan biru, tebing yang tinggi, berdiri kokoh seraya menyambut kedatangan kami. Tebing Cerme dengan pemandangan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang kaya akan sawah dan hutan serta perbukitan yang menjulang indah. Batuan tebing berbahan induk karst sehingga terlihat jelas tanah disana berbahan induk karst.

Tebing Parangendog disajikan pemandangan pantai selatan, seperti Pantai Parangendog, Parangtritis dan Parangkusumo yang membuat sulit untuk mengedipkan mata. Keindahan sunset-nya tidak usah diragukan lagi. Kami sangat bangga karena dapat melakukan pemanjatan artificial di 2 tebing tersebut karena menurut kami grade di tebing tersebut dikatakan cukup sulit bisa mencapai 5.11 pada beberapa titik.

Apalagi di Tebing Parangendog, terdapat hang over dengan grip yang sangat kecil dengan pemandangan pantai lepas membuat pemanjat dag dig dug ser dalam melakukan pemanjatan.

Tepatnya pada pitch 2 menuju top Tebing Parangendog. Perjalanan semakin asyik karena dijamu oleh saudara kami dari mapala UNISI yang luar biasa baik dan hangat ditambah dengan kelucuan kelucuan anggota tim membuat perjalananan kami semakin tak terlupakan.

Setelah sampai ke top Tebing Parangendog kami melakaukan pengibaran bendera merah putih diatas tebing tersebut.

Dengan perasaan bangga telah melalui jalur yang luar biasa ditutup dengan pengibaran bendera di top tebing membuat hati semakin bersyukur karena-Nya. Sungguh benar, aku telah diselamatkan oleh-Mu. Dan selalu berfikir akan keindahan indonesia yang sangat luar biasa.

Setelah melakukan opersai pemanjatan tebing, kami melakukan kajian di Pantai Parangendog dimana tujuan kami adalah memperkenalkan Pantai Parangendog yang selama ini kalah pamor dengan Pantai Parangtritis. Dengan semangat yang tinggi kami langsung melakukan perjalanan ke Pantai Parangendog.

Disana kami dijamu oleh Ibu Yanto salah satu pedagang di sekitar Pantai Parangendog yang luar biasa baik. Selama kajian kami tinggal di rumah beliau dengan suguhan yang juara.

66

“Semangat mengalahkan tingginya tebing-tebing.

Ekspedisi ini mengajarkan kita jauh lebih dari itu.. mengalahkan diri sendiri.. mengalahkan ketakutan.. mengalahkan ego.. itulah lawan para pejuang sejati, Mahatva!�

67

68

69

EKSPEDISI SUNDA LESSER ISLAND

70

M

ahasiswa sebagai anggota masyarakat ilmiah selain dituntut untuk dapat mengembangkan daya nalar dan penelitiannya terhadap ilmu pengetahuan, juga diharapkan untuk turut serta menanggapi dan turut memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Hal ini sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pengabdian kepada masyarakat. Untuk itu mahasiswa diharapkan dapat peka terhadap lingkungannya dan mengaplikasikan segala kemampuannya untuk lingkungannya tersebut.

Perhimpunan Mahasiswa Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Mahatva (PMPR & PG Mahatva) adalah salah satu perhimpunan di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran yang bergerak di kegiatan alam terbuka, merupakan suatu wadah bagi komponen warga Keluarga Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (KMFP UNPAD) untuk menyalurkan minat bakat bahkan tempat menempa ilmu pertanian, karena kegiatan PMPR & PG Mahatva terintegrasi dengan ilmu pertanian.

Indonesia secara geografis terbagi menjadi tiga kawasan yaitu Kawasan Paparan Sunda, Kawasan Wallacean dan Kawasan Paparan Sahul.

Kawasan Paparan Sunda terdiri dari Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan.

71

Kawasan Wallacean yang merupakan kawasan peralihan terdiri dari Pulau Sulawesi, Sunda Lesser Island dan Kepulauan Maluku. Kawasan Paparan Sahul terdiri dari Pulau Irian Jaya dan Kepulauan Aru. Kawasan Sunda Lesser Island merupakan kawasan peralihan dari kedua paparan yang ada di kawasan timur dan barat, sehingga terdapat perbedaan yang mencolok antara flora kawasan barat Indonesa yang bertipe Asia dan kawasan timur Indonesia yang bertipe Australia (Van Welzen et al, 2011).

Perbedaan geografis menyebabkan perbedaan lingkungan tumbuh dari masing-masing kawasan tersebut, sehingga berpengaruh terhadap karakteristik morfologi dan fisiologi di masing-masing kawasan tersebut (Enquist et al, 2006). Perbedaan karakter morfologi dan fisiologi dapat digunakan untuk beberapa kepentingan salah satunya adalah sebagai penduga tanaman potensi pangan dan obat.

Selain itu karakter morfologi dan fisiologi merupakan hal yang sangat penting dalam konservasi plasma nutfah (Frankel, 1984).

Wilayah spesifik dari kawasan Sunda Lesser Island yang dijadikan tempat observasi adalah Taman Nasional Komodo dan Taman Nasional Kelimutu. Pemilihan taman nasional sebagai tempat observasi dikarenakan taman nasional merupakan wilayah konservasi in-situ yang paling terjaga kondisi keseimbangan ekosistem aslinya (Mackinnon et al, 1993). Kedua taman nasional itu memiliki hutan tropis dari vegetasi pantai sampai vegetasi montana yang mewakili seluruh Kawasan Sunda Lesser Island.

Dengan potensi flora kawasan yang tinggi, maka eksplorasi dan inventarisasi plasma nutfah pangan dan obat yang tumbuh di Sunda Lesser Island perlu dilakukan untuk memperoleh data dan memberikan informasi kepada masyarakat umum berupa potensi tanaman Indonesia sebagai bahan pangan alternatif dan obat. Tersedianya informasi yang lengkap akan

Hasil dari eksplorasi kedua kawasan taman nasional tersebut yaitu telah terkoleksinya 9 jenis flora potensi pangan dan 21 flora potensi obat.

Masyarakat sekitar kawasan hutan taman nasional menggunakan padi atau beras sebagai pangan utama mereka, namun pada saat-saat tertentu, seperti kondisi musim kering, mereka menggunakan pangan-pangan alternatif

memudahkan pemanfaatan plasma nutfah flora potensi pangan dan obat sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai produk pertanian.

Eksplorasi plasma nutfah flora potensi pangan dan obat dilakukan secara terpisah berdasarkan kawasan taman nasional yaitu Taman Nasional Kelimutu dan Taman Nasional Komodo.

untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jenis tumbuhan tersebut memiliki keragaman habitus dari mulai pohon hingga perdu, yang dikumpulkan dari berbagai macam tipe ekosistem hutan.

Namun habitus pohon mendominasi dari keseluruhan spesies pangan alternatif yang didapatkan di kawasan penelitian. Sebanyak 7 jenis pangan alternatif yang memiliki habitus pohon.

72

Berbagai macam bentuk pengolahan dilakukan untuk memenuhi standar selera dari masing-masing masyarakat, namun cara terbaik yaitu dengan memanfaatkan sari pati dari tanaman tersebut dan menjadikannya sebagai tepung. Ketersediaan pangan alternatif tersebut sangat terbatas, karena hanya sedikit masyarakat yang membudidayakan tanaman-tanaman tersebut. Sebagian besar masyarakat mendapatkan pangan alternatif dengan cara mengambil dari hutan. Sebanyak 4 jenis tumbuhan yang digunakan bijinya untuk dimanfaatkan sebagai pangan (Sorghum bicolor, Coix lacryma, Zea mays, dan Sterculia feotida), 3 jenis yang dimanfaatkan batangnya (Corypha gebanga, Corypha utan dan Borassus flebellifer), 4 jenis yang dimanfaatkan buahnya (Borassus flabellifer, Cycas rumphii, Manilkara kauki dan Uvaria rupa), 1 jenis yang dimanfaatkan umbinya (Dioscorea hispida), dan 1 jenis yang dimanfaatkan daunnya (Ocimum sanctum).

Tumbuhan potensi obat sebagian besar merupakan tumbuhan liar yang hidup di kawasan hutar sekitar taman nasional. Masyarakat sekitar kawasan hutan pun banyak yang memanfaatkan keseluruhan tumbuhan potensi obat yang kami koleksi sebagai obat tradisional.

Pemanfaatan obat tradisional baru dicatat sebagai kearifan pengetahuan penduduk lokal, karena belum dilakukannya uji kandungan alkaloid maupun uji kandungan kimia. Tumbuhan potensi obat yang digunakan yaitu Jatropha curcas, Chromolaena odorata, Caesalpiniea sappan, Kalanchoe pinnata, Dampat Tali (belum diidentifikasi), Dampar Pohon (belum diidentifikasi), Hibiscus tiliaceus, Caesalpiniea bonduc, Erythrina sp., Lannea grandis, Morinda pubescens, Cymbopogon sp., Wrightia calcyna, Voacanga grandifolia, Imperata sp., Anona squamosa, Ceiba pentadra.

73

74

75

LINTAS TAMAN NASIONAL UJUNG KULON 15 Agustus 2017 Tim 4 KASUARI

76

Taman nasional itu “santai dan adem�.

Namun, semua itu seketika menjadi tidak berlaku lagi sejak Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) ditetapkan untuk menjadi tujuan kami perjalanan

77

K

ami satu satunya tim yang terbentuk dengan komposisi angkatan 2016 semua. Kami sepakat untuk melakukan perjalanan lintas taman nasional karena kami takut ketinggian dan hoream babasaheun. Yang terbayang saat itu dipikiran kami bahwa taman nasional itu “santai dan adem�. Namun, semua itu seketika menjadi tidak berlaku lagi sejak Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) ditetapkan untuk menjadi tujuan kami perjalanan.

Medan yang lengkap mencakup sekaligus ketiga divisi di Mahatva, yakni gunung hutan, tebing, dan orad seraya siap menyambut kedatangan kami. Kami akan melewati pantai, tebing karang, dan hutan yang cukup rapat. Ternyata kami juga melintasi bukit walaupun tidak cukup tinggi.

78

Hutan di TNUK ini banyak persimpangannya.

Hampir di stiap persimpangan kami berhenti untuk memastikan bahwa jalur yang kami pilih benar. Sepanjang perjalanan kami tidak sendirian. Kami ditemani oleh beberapa kawan yang juga ingin melintas dengan jalur yang sama juga dengan kami. Mereka membawa barang-barangnya menggunakan carrier kayu.

Di dalam hutan kami menemukan sungai yang begitu jernih. Dasar permukaannya tampak sangat jelas. Lantas apalagi yang kami tunggu? Kami langsung meminum air tersebut menggunakan kedua tangan. Saat berjalan diatas tebing karang kami terkena percikan air pantai selatan yang asin dan membuat pakaian dan kulit kami terasa cepel.

79

80

Disana kami diterpa angin pantai yang sangat kencang sehingga terkadang pergerakan kami melambat. Kami juga dihadapi dengan tanaman pandan laut yang tidak bersahabat. Duri durinya bisa merobek kulit kami hingga berdarah.

Kami harus menebas tanaman tersebut karena jalur yang akan kami lalui terhalang olehnya. Dengan sigap kami menggunakan sarung tangan dan golok. Sepanjang perjalanan kami tidak bertemu banyak satwa, hanya ada monyet dan banteng.

Padahal kami berharap dapat melihat primadonanya, yaitu Badak Jawa. Tidak apa-apa walaupun tidak berjumpa dengan rupanya, kami berjumpa dengan kotorannya saat melintas di jalur.

Setelah melewati tebing karang kami harus melewati pantai yang pasirnya sangat halus sehingga pergerakan kami melambat mengingat sepatu yang kami gunakan yaitu sepatu hiking.

Hal yang paling berkesan dari perjalanan ini adalah saat kami harus menebas tanaman pandan laut untuk membuka jalur sambil berjalan diatas tebing karang dengan angin yang kencang dan percikan air pantai selatan. Selain itu saat kami berjalan diantara perairan. Kami merasa membelah lautan

81

82

83

84

LINTAS TAMAN NASIONAL BALURAN

T

Karangtekok meliputi Resort Numpuk, Labuhan Merak dan

aman Nasional Baluran (TNB) adalah suatu kawasan konservasi yang terletak di ujung Timur Pulau Jawa tepatnya sebelah utara Banyuwangi Jawa Timur. Letak geografisnya terletak diantara 1140 18’ - 1140 27’ Bujur Timur dan 70 45’ – 70 57’ Lintang Selatan. Kawasan TNB ditetapkan memiliki luas sebesar 25.000 Ha wilayah daratan dan 3.750 Ha wilayah perairan.Sesuai dengan peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona yang terdiri dari : 1)Zona inti seluas 12.000 Ha. 2)Zona rimba seluas 5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha). 3)Zona pemanfaatan intensif dengan luas 800 Ha. 4)Zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha.

Watu Bitakol.

Taman Nasional Baluran pada awalnya merupakan Suaka Margasatwa dan baru ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional pada tahun 1997. Didalam kawasan Taman Nasional terdapat beberapa perkampungan yang seharusnya tidak ada dalam kawasan konservasi.

Sekitar tahun 1975 mentri dalam negeri memberikan izin Hak Guna Usaha (HGU) kepada PT. Gunung Gumintir melalui SK Nomor 16/HGU/ DA/1975. Pada tahun 2000 PT. Gunung Gumintir gulung tikar dan tidak bertanggung jawab terhadap Para pekerja, sehingga pekerja kehilangan mata pencaharian, yang pada akhirnya mereka tetap tinggal di kawasan Taman Nasional Baluran hingga saat ini. Mata pencaharian masyarakat kawasan Taman Nasional sebagian besar adalah sebagai peternak sapi yang digembalakan di savana yang terhampar luas di TNB, akan tetapi masih ada sebagian masyarakat yang memilih untuk bertani di kawasan TNB.

Pengelolaan kawasan TN Baluran dibagi menjadi dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional, yaitu: Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Bekol, meliputi Resort Bama, Lempuyang dan Perengan, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II

85

TARANTULA

2

Tanjung Tjandibang ini biasanya akan ramai dikunjungi oleh para peziarah setiap malam Jumat.

3 Juni 2012 merupakan hari pertama kami, Tim Tarantula, untuk melakukan ekspedisi Lintas Taman Nasional Baluran. Bermula dari keberangkatan menuju stasiun lempuyung Yogyakarta hingga akhirnya sampai pada Taman Nasional Baluran (TNB). Terminal yang kami lewati untuk sampai pada TNB diantaranya yaitu terminal Gawangan, terminal Karangente, dan terakhir terminal Katapang. Tujuan utama kami dihari pertama adalah menuju titik camp yang berada di Tanjung Tjandibang.

Kami melakukan perjalanan melalui jalur Selatan ke Utara. Titik awal perjalanan dimulai dari Desa Pandean. Di hari pertama operasi kami berjalan dari Tanjung Tjandibang menuju pantai Bama.

Medan yang dilalui adalah pantai, hutan mangrove, rawa asin, padang rumput savana, dan hutan payau. Hutan mangrove yang kami lewati sangatlah lebat sehingga cukup memperlambat pergerakan kami terutama saat melakukan resection. Melihat kondisi tersebut kami memutuskan untuk menyusuri pantai.

Tanjung tjandibang ini merupakan tempat berziarah masyarakat Banyuwangi dan sekitarnya.Terdapat makam dan sumur yang dianggap keramat oleh masyarakat sekitar di tanjung tersebut.

86

Akhirnya kami memilih untuk berjalan kearah pantai agar dapat orientasi medan. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan kami tidak menemukan pantai melainkan masuk semakin dalam ke jalur hutan mangroove. Ya.. kami telah tersasar untuk yang kedua kalinya.

Berkat keinginan kami yang kuat untuk tidur dan kekuatan danop untuk membuka jalur, akhirnya kami menemukan jalur patroli menuju pantai Bama. Singkat cerita kami sampai di pantai bama pada pukul 17.00 WIB. Dan kami membagi tim menjadi dua, untuk melapor ke resort bekol dan tim lainnya untuk mendirikan camp tepat di pinggir pantai bama.

Pantai Bama merupakan pantai yang memiliki daya tarik wisata di TNB karena letaknya tidak jauh dari savana bekol yang merupakan tempat favorit di TNB, wisatawan di pantai bama dapat menikmati pemandangan sunrise dan sunset serta dapat berwisata air seperti bermain kano.

Momen penyusuran pantai saat itu membawa kami menuju hutan mangrove tak berujung. Hal tersebut membuat kami kehilangan arah dan memperlama waktu operasi dikarenakan kami harus menyusuri kembali jalur yang sebelumnya kami lewati.

Hari operasi selanjutnya kami menyusuri pantai yang ada di kampung Lempuyang. Di Pantai Lempuyang kami menikmati waktu dan suasana untuk berenang di laut pinggir pantai kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Kampung Merak dan dilanjutkan di hari operasi selanjutnya ke titik akhir yaitu di resort karangtekok.

Keresahan kami dalam menelusuri jalur terlewati ketika datang informan dari Tanjung Tjandibang. Akan tetapi lagi-lagi kami terkecoh oleh jalur yang sangat banyak dan membingungkan.

Kami sulit untuk melakukan resection karena vegetasinya adalah hutan dengan pohon yang tinggi dan cukup rapat.

87

T

Tujuan utama dari perjalanan kami adalah untuk mengaplikasikan berbagai ilmu yang telah dimiliki, melakukan pemantauan kondisi jalur, dan mengumpulkan data dan informasi mengenai kontribusi pendapatan pengunduh asam jawa (Tamarindus indica) terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

im kami merupakan tim pertama angkatan GAJAH SUMATERA dengan anggota Ilham Basyar Ramadhan, Miftah Rizqan Khalid, Firdha Hardianti, dan Azkia Naila Rohmah. Tim kami menjatuhkan pilihan untuk melakukan ekpedisi ke Taman Nasional Baluran yang bertempat di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, total keseluruhan operasi tim kami memakan waktu selama 10 hari (07 Agustus 2018 – 17 Agustus 2018).

Sebelum

GAJAH SUMATERA

88

memulai

perjalanan,

kami melakukan pengurusan Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (Simaksi) di Balai Besar Taman Nasional Baluran dilanjutkan dengan melakukan perjalanan ke titik awal yang berupa Puskesmas Desa Wonorejo.

savanna yang didominasi dengan tumbuhan sulur dan berduri yang rapat, pergerakan semakin terhambat kami menghadapi keadaan yang benar diluar dugaan kami cuaca ekstrem, vegetasi yang memaksa kami untuk terus menebas untuk membuka jalur ditambah lagi terdapat kebakaran lahan yang benar-benar tidak diprediksi.

Perjalanan kami terasa sangat berat di hari-hari awal operasi, cuaca yang panas menyengat terus menemani perjalanan kami. Tubuh kami belum terbiasa dengan kondisi iklim yang berbeda di taman nasional ini, pergerakan kami melambat, tidak berhenti sampai disitu perjalanan semakin berat ketika tim mulai memasuki vegetasi

Pada hari itu danop memutuskan untuk melakukan camping lebih awal dari yang direncanakan, melihat kondisi tim yang sangat kelelahan dan pergerakan yang semakin tidak efektif,

89

90

sembari membangun camp kami berdiskusi mengenai rencana arah pergerakan kami besok dengan melihat vegetasi dan waktu yang membatasi kami, akhirnya kami setuju untuk merubah arah pergerakan tim kami dengan menyusuri sungai yang kering dimana tidak ada vegetasi yang tumbuh di badan sungai tersebut. Hari terasa sangat berat bagi kami setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan kami mulai beristirahat merebahkan badan, mengisi perut yang kosong, serta membasahi tenggorokan yang kering namun kami tidak bisa memuaskan seluruh hasrat kami, air kami terbatas!

Kami gagal untuk mengambil air untuk camping malam itu sungai yang direncanakan untuk mengisi air pun kering, sehingga malam itu kami lewati dengan sedikit rasa haus saat tidur.

selanjutnya bergerak menuju titik camp selanjutnya, selama perjalanan kami disuguhkan dengan melewati medan yang baru berupa pantai, hutan pantai, dan daerah perkebunan warga.

Pada perjalanan hari ini dengan vegetasi dan medan yang berubah cukup mudah untuk kami lewati, kami cukup menikmati jam-jam perjalanan kami dan dapat sedikit melupakan kesulitan kami di hari operasi kemarin. Di tengah perjalanan menuju titik camp kami berhenti untuk melakukan pelaporan di resor Bama dan kembali melanjutkan perjalanan menuju titik camp. Dalam perjalanan kami mencoba untuk melakukan resection dan kami menyadari kami masih cukup jauh dari titik camp yang kami rencanakan, sebelum berangkat dari resor Bama kami diinfokan tentang adanya resor yang berada di jalur yang kami akan kami lewati yaitu resor Bilik Sijile. Waktu semakin sore namun kecepatan pergerakan kami tidak bertambah malah semakin berkurang, danop memutuskan bahwa kami akan melakukan camping di area sekitar resor. Sejujurnya kami menerka-nerka mengenai resor ini, jalur yang kami lewati sudah sangat sepi tidak ada pemukiman maupun warga yang beraktivitas namun kami terus bergerak dan akhirnya kami menemukan resor tersebut pada sore hari menjelang maghrib dimana langit sudah mulai gelap.

Keesokan hari kami bergerak lebih awal melanjutkan pergerakan menuju Resor Bekol dengan menyusuri aliran sungai yang kering berupa bebatuan dan tidak memiliki vegetasi yang rapat, sampai di resor adalah harga mati bagi kami karena air kami tidak banyak kami harus mengisi ulang perbekalan air kami di resor. Kami akhirnya berhasil melewati badan sungai yang kering dan mulai bergerak dan melewati jalan bebatuan diantara savanna bekol dan tiba di Resor Bekol dan melakukan pelaporan, istirahat, dan mengisi persediaan air untuk

91

Terkejut merupakan perasaan yang menghampiri kami semua bagaimana tidak di tengah belantara di antah berantah taman nasional Baluran terdapat sebuah resort yang berdiri tegak dan sebuah perkampungan yang terdapat beberapa pemukiman warga bahkan sebuah masjid. Kami langsung bersiap untuk mendirikan camp di sekitar resor yang dimulai dengan melakukan perizinan di rumah yang tidak jauh dari bangunan resor namun tidak disangka kami dilarang untuk mendirikan camp di sekitar resor dengan alasan bahwa area tersebut tidak aman saat malam karena banyak satwa yang berlalu lalang. Berbekal “surat sakti� yang berbentuk Simaksi dan rekomendasi warga sekitar maka diperkenankanlah kami untuk bermalam di gedung resor.

Tanpa basa basi kami langsung mengemaskan tenda kami dan menyimpan barang-barang di dalam resor, kami terkejut dengan fasilitas resor ini meskipun di tengah belantara resor ini memiliki kasur lipat, dapur beserta gasnya, toilet, instalasi listrik dari aki, dan bahkan sebuah spring bed.

Malam itu terasa sangat mewah bagi kami kami bisa solat di masjid desa, memasak di dapur, mandi dan bersih-bersih, hingga tidur nyenyak di spring bed dan kasur lipat.

Ada sebuah hal yang mengejutkan kami lagi, ternyata di dalam resor ini kami menemukan stiker logo Mahatva didalamnya, kami merasa seolah-olah sedang melakukan napak tilas perjalanan dari kakak-kakak kami angkatan Tarantula, setelah mandi, sholat, dan makan akhirnya tibalah waktu kami untuk mengakhiri hari itu di tempat yang bisa kami sebut sebagai hotel di tengah Baluran.

Kami melanjutkan perjalanan keesokan harinya meninggalkan hotel kami, setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada warga kami mulai bergegas menuju titik selanjutnya di hari yang seharusnya merupakan hari operasi lapangan tim kami.

Selama perjalanan kami melewati jalur

92

dengan vegetasi hutan pantai, dan ladang.

Sampailah kami pada titik air yang kami rencanakan dengan kondisi titik air tersebut kering meskipun titik air tersebut merupakan sungai dengan luas sekitar tiga meter.

Kami melanjutkan perjalanan menuju titik akhir dan melakukan istirahat makan siang

di Resor Labuhan Merak. Setelah makan siang kami melanjutkan perjalanan, kondisi jalan yang dilalui merupakan jalanan berpasir dan padang rumput savanna tanpa vegetasi kanopi dan cuaca yang sangat panas.

Hari itu benar-benar merupakan hari

93

terberat selama operasi kami, semua energy yang kami timbun kemarin malam seolah-olah menguap bersamaan dengan panasnya Baluran, jalanan cukup berbatu bisa digambarkan seperti padang batu tak ada yang melindungi kepala kami dari sengatan matahari, kami menamakan hari operasi tersebut dengan hari menyerah.

Pukul 14.30 saat itu kami beristirahat sejenak di bawah naungan pohon tua yang tak berdaun mengumpulkan secercah tenaga dan semangat, perjalanan kami lanjutkan, langkah demi langkah kami lalui melintasi jalanan berpasir sudah terdapat beberapa vegetasi namun cuaca sudah cukup teduh saat itu. Hari semakin sore, sampailah kami di sebuah pedesaan, kami masih jauh dari titik akhir dan akhirnya danop memutuskan untuk bermalam di sebuah resor di desa tersebut, resor tersebut adalah resor Karang Tekok.

Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan menuju titik akhir, terpaksa kami menambah hari operasi karena masih ada sisa kilometer yang harus kami tempuh di hari kelima operasi lapangan kami. Kami kembali menggunakan sudut pergerakan dari resor Karang Tekok menuju titik akhir dan sekali lagi kami dihadapkan dengan vegetasi yang padat serta beduri, saat itu cahaya matahari tidak sepanas hari-hari kemarin sepertinya tubuh kami sudah cukup beradaptasi. Vegetasi tersebut kami lalui dengan cukup baik meskipun dalam kurun waktu yang cukup lama, dalam 2 jam pergerakan kami baru bergerak kurang dari satu kilometer.

Danop kami kembali berimprovisasi untuk mengubah arah pergerakan menuju jalan raya di kawasan taman nasional

meskipun jarak yang akan ditempuh bertambah, kami tetap memutuskan melewati jalan raya dikarenakan tidak akan adanya kendala oleh vegetasi.

Tim bergerak langsung menuju titik akhir dengan melalui pinggiran jalan, meskipun jalur yang dilewati sudah cukup mudah, kami tidak memungkiri bahwa energy kami sudah terkuras di hari-hari sebelumnya, langkah kami goyah namun di tengah perjalanan kami mendapat buah dari warga dan bertemu dengan komunitas sepeda yang sedang berkegiatan yang mana halhal tersebut menjadi suntikan semangat bagi kami dalam menempuh sisa-sisa kilometer perjalanan ini. Kami sadar saat kami memulai langkah pertama pasti ada langkah terakhir, sekitar pukul 14.00 kami sampai di titik akhir dengan titik akhir berupa Puskesma Desa Wonorejo, yang selanjutnya melakukan perizinan kepada kepala Desa Wonorejo untuk melakukan pencarian informasi dan data di desa tersebut, mengenai pengunduhan asam jawa (Tamarindus indica) bekontribusi besar terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga pada masyarakat Desa Wonorejo.

Kami menempuh perjalanan sejauh 56 km selama 5 hari 4 malam, masih lekat dalam pikiran kami sensasi lelah, panas, rasa ingin menyerah dan lain sebagainya.

Langkah kami goyah saat itu, kami berjalan dengan kepala tertunduk namun tidak ada penyesalan dalam diri kami dalam melakukan perjalanan ini karena kami sadar pejuang sejati lahir dari tempaan alam yang tidak ringan sehingga kami bersyukur telah mendapatkan banyak pelajaran selama perjalanan ekspedisi tim kami.

94

95

96

97

98

LINTAS TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK 2015, Tim 1 KALAJENGKING

99

LINTAS TAMAN NASIONAL ALAS PURWO 2014, GARUDA

100

101

Susur Pantai

Tips and Tricks

I

lmu Medan Peta dan Kompas (IMPK) atau navigasi adalah salah satu ilmu yang wajib dikuasai oleh anggota tim karena menunjang kita selama di medan operasi.

Beberapa cara navigasi yang dapat dilakukan saat melakukan perjalnan susur pantai adalah resection dan orientasi medan (ormed).

Resection dapat dilakukan dengan menembak titik ektrim yang terlihat di peta dan kenyataan di lapangan seperti tanjung, teluk, muara, mercusuar, ataupun tanda lainnya yang terlihat jelas. Berbeda dengan resection, ormed dilakukan dengan membandingkan tanda-tanda pada peta dengan kenyataan di lapangan.

Tanda-tanda tersebut dapat berupa jembatan, sungai, muara, pertigaan/perempatan jalan ataupun bangunan yang memiliki tanda yang jelas, seperti sarana kesehatan, sarana ibadah, dan sekolah.

Bagi siapapun yang ingin melakukan perjalanan susur pantai penggunaan alat harus menunjang kenyamanan saat perjalanan.

Misalnya pakaian saat perjalanan susur pantai disarankan pakaian yang dapat menutup seluruh anggota tubuh,

ala Mahatva

agar terhindar dari sengatan matahari secara langsung dan meminimalisir terjadinya heat stroke.

Selain pakaian, pemilihan sepatu diperhatikan juga. Sepatu yang digunakan haruslah sepatu yang nyaman dan kuat di segala medan. Karena pada perjalanan susur pantai terdapat medan berat seperti medan karang yang licin apabila terdapat lumut dan terasa tajam apabila karang yang dilewati karang pasang surut.

Tips ketika melewati medan pasir yaitu berjalanlah di pasir yang basah karena pasir yang basah kondisinya padat sehingga ketika dipijak tidak akan amblas dan itu akan berpengaruh terhadap kecepatan kami saat berjalan.

Selain dari peralatan dan keterampilan, ada juga hal penting lainnya yang dapat menunjang keberhasilan perjalanan, yaitu data sekunder mengenai data cuaca dan data pasang surut pantai yang akan dituju, karena hal tersebut dapat memudahkan kita dalam pembuatan jadwal kegiatan

102

103

104

ala Mahatva

H

arus diketahui, panjat tebing merupakan kegiatan yang cukup berbahaya. Meminimalisisr bahaya tersebut hal utama yang harus diperhatikan adalah kondisi fisik yang fit serta peralatan yang dibawa dan digunakan.

Pada pemanjatan ini kita mengandalkan kekuatan otot lengan, keseimbangan badan, dan kecepatan berfikir tentang tambatan sebagai pengaman.

Selain itu alat-alat yang digunakan juga harus diperiksa terelbih dahulu. Seperti friksi pada tali yang tidak layak digunakan, retak atau karat pada alat-alat yang terbuat dari besi dan hal lainnya. Oleh karena itu sebelum melakukan pemanjatan sebaiknya kita mempersiapkan lebih matang agar dapat menikmati pemanjatan dengan aman.

Panjat tebing merupakan kegiatan yang tidak diperkenankan untuk dilakukan sendiri apalagi jenis pemanjatan yang dilakukan adalah artificial. Hal ini sangat membutuhkan koordinasi antara pemanjat utama dan belayer (pengulur tali). Pada blok D kami menggunakan 20 tambatan dengan nilai emas untuk alat berjumlah 19 tambatan. Jenis pengaman buatan berupa crack terdiri dari 2 buah dan lebihnya lubang tembus. Pada blok ini cocok digunakan sebagai tempat latihan pemanjatan artificial memiliki grade 5.9 berdasarkan http://katalog.panjattebing. org dengan ketinggian +30 m.Pada blok K kami menggunakan 16 tambatan yang bernilai emas ada 10 tambatan. Memiliki grade 5.10 dengan ketinggian +20 m.

Pada blok L kami menggunakan 22 tambatan dengan kriteria emas dan 20 tambatan. Keunikan dari blik ini memiliki dinding yang berbentuk cekungan sebelum sampai puncak tebing, blok L ini yang paling susah dibandingkan dengan sebelumnya. Ketinggian blok L +50 m dari permukaan tanah dengan grade 5.11 a.

Peralatan panjat yang digunakan saat melakukan pemanjatan artificial adalah helm, seat harness, tali kernmantel statis dan dinamis, sepatu, sling webbing, ascender, descender, stopper, hexentric, piton siku, carabinner screw, carabinner snap, chalk bag, chaker, hammer, friend, HT. Pengaman yang digunakan adalah lubang tembus, crack, akar pohon, batu tanduk. Jarak terjauh antar tambatan adalah 290 cm dan jarak terdekat adalah 30 cm.

Dilihat dari aspek keselamatan, kegiatan panjat tebing ini termasuk jenis petualangan yang sangat berbahaya. Kenapa demikian?

Karena terlihat jelas hal ini berhubungan dengan ketinggian, jika salah mengambil keputusan jatuh adalah resikonya Karean jatuh dari tebing tidak seindah jatuh cinta. Ini menjadi tantangan bagi seorang climber untuk berpetualangan di tebing tersebut. Kegiatan panjat tebing merupakan singkronisasi antara otot dan otak, oleh karena itu diperlukan keahlian khusus dan latihan fisik sebelum memulainya.

105

Tebing

Tips and Tricks

106

Satoyama Village, Japan

107